Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK

FARMAKOTERAPI TERAPAN

OLEH
INSAN PERMATASARI O1B1 20 057
RAHMAWATI FAHINU O1B1 20 074
ULFAH LISNA RAHAYU O1B1 20 080

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KASUS SINDROM KORONER AKUT STEMI
Pria berusia 68 tahun ke UGD mengeluh nyeri dada seperti tertekan tekanan dimana nyeri
yang berlangsung 20-30 menit yang terjadi saat istirahat. Sakit menjalar ke leher dan
rahangnya dan terasa tertekan disertai mual dan diaphoresis/keringat dingin. Nyeri pertama
dimulai kira-kira 6 jam yang lalu setelah dia sarapan pagi dan tidak hilang dengan antasida
atau SL NTG × 3 (sub lingual nasogastric tube).
Dia juga menyatakan bahwa dia telah mengalami nyeri dada selang seling di masa lalu
3–4 minggu dengan aktivitas minimal. Saat ini nyeri dada saat istrahat.
Riwayat penyakit hipertensi, DM tipe 2, dislipidemia, cardio artery disease/CAD dengan PCI
/percutaneous coronary intervention dengan drug eluting stent (DES) 3 tahun lalu.
Bapaknya meninggal umur 75 tahun karena HF, dan ibunya masih hidup 88 tahun dengan HT
dan DM tipe 2.
Merokok 20 tahun berhenti saat terima DES 3 tahun lalu,kadang minum bir akhir pekan.
Menggunakan obat: aspirin 81 mg po daily, metoprolol tartrate 25 mg po bid, simvastatin 40
mg po qhs, metformin 500 mg po bid sl ntg prn cp (chest pain).
Pemeriksaan fisik: TD 145/92, Nadi 89, Pernapasan18, suhu 37.1°C;
BB 95 kg, TB 178 cm

Data Lab dan ECG:

ECG: 2-3 mm ST-segment elevation inleads II, III, dan aVF

PERTANYAAN:
1. Apa riwayat pasien yang menunjukan STEMI akut?
2. Apa factor risiko yang menyebabkan CAD pada pasien?
3. Apa tujuan dan strategi terapi pada pasien?
4. Apa terapi non farmakologi pasien?
5. Apa peran terapi antikoagulan tambahan selama PCI, dan bagaimana monitoringnya?
6. Apa peran terapi antiplatelet tambahan sebelum, selama, dan sesudah PCI, dan
bagaimana monitoringnya?
7. Apa terapi obat inisial pada pasien?
8. Apa yang harus dimonitoring untuk ES dan efektivitas obatnya?

JAWAB,
1. Riwayat pasien yang menunjukan STEMI akut yaitu
 Nyeri dada seperti tertekan,
 sakit menjalar keleher dan rahangnya dan terasa tertekan
 mual
 keringat dingin.
2. Factor risiko yang menyebabkan CAD pada pasien yaitu
 usia, pada laki-laki biasanya meningkat setelah 45 tahun
 penyakit hipertensi
 penyakit DM
 cardio artery disease/ CAD dengan PCI / percutaneous coronary intervention
dengan drug eluting stent (DES) 3 tahun lalu.
 Riwayat keluarga, ibunya penyakit DM dan Bapaknya penyakit HF
 Merokok
 Kadang minum bir akhir pekan
 Jenis kelamin laki-laki, laki-laki lebih berisiko
3. Tujuan dan strategi terapi pada pasien yaitu
tujuan terapi ;
 mencegah nekrosis sel-sel miokardium
 mengupayakan terjadinya reperfusi kejaringan miokardium
 mengurangi risiko terjadinya komplikasi jangka panjang yang dapat menjadi
penyebab kematian pada pasien dengan STEMI
 menghilangkan ketidakbyamanan nyeri didada
strategi terapi farmakologi saat di UGD
 Antiplatelet ;
a. Aspirin 320 mg diberikan pada saat tiba di UGD, dikonsumsi dengan
cara di kunyah.
b. Ticagrelor dosis awal 180 mg
 Antikoagulan ; UFH (unfractinoated heparin) IV dengan dosis 50 U/kgBB
atau 4750 U

Strategi terapi jangka panjang ;


 Aspirin 80mg/hari
 Ticagreor 2x90 mg/hari selama 1 tahun
 Beta blocker ;Metoprolol tartrate 25 mg po 2x1
 Ace Inhibitor ; Captopril 12 mg 3x1
 Simvastatin 40mg 1x1
 metformin 500 mg po 2x1
4. Terapi non farmakologi pasien yaitu ;
 modifikasi gaya hidup sehat
 rajin olahraga
 berhenti minum bir
 jangan merokok kembali.

5. Peran terapi antikoagulan tambahan selama PCI yaitu dapat menurunkan komplikasi
pendarahan, dan dilakukan monitoring selama 8 hari saat pasien di rumah sakit.

6. Peran terapi antiplatelet tambahan selama PCI, yaitu untuk mencegah kejadian
trombosis pasca pemasangan stent. Peran terapi antiplatelet tambahan sebelum dan
setelah PCI, amtiplatelet secara signifikan dapat mengurangi imsiden atau kejadian,
kematin kardiovaskuler atau kompolikasi iskemik. Aspirin dapat diberikan dengan
dosis 80-325 mg peroral secepat mungkin setelah serangan timbul kecuali ada
kontraindikasi dapat digerus atau dikunyah. Aspirin dikontraindikasikan pada pasien
dengan ulkus peptikm, kelainan pperdarahan dan alergi terhadap penisilin.

7. Terapi obat inisial pada pasien


Terapi awal untuk pasien yaitu pemberian oksigen terutama pada saturasi oksigen
<94%, pemberian aspirin dan nonsteriodal (anti-inflamasi), nitrat (nitrogliserin)
sampai 3 kali dosis pemberian sampai nyeri berkurang dan morphine diberikan jika
nyeri dada atau ketidaknyamanan menetap atau tidak berespon terhadap nitrat.
Aspirin dapat diberikan dengan dosis 80-325 mg peroral secepat mungkin
setelah serangan timbul kecuali ada kontraindikasi. Oksigen diberikan melalui kanul
nasal dengan kecepatan 2-4 L/menit. Nitrogliserin tablet dengan dosis 0,3-0,4 mg
harus diberikan sublingual setiap 5 menit, hingga 3 kali pemberian. Jika tidak
membaik setelah pemberian nitrogliserin, maka dapat diberikan morfin sulfat
dengandosis inisial 2-4 mg intravena dapat diulang setiap 5 hingga 15 menit hingga
nyeri dada dapat terkontrol. Kaptopril dosis 12 mg diberikan sebanyak 3 kali sehari
dan metformin dosis 500 mg diberikan setiap 2 kali sehari.
8. Yang harus dimonitoring untuk ES dan efektivitas obatnya
yang harus dimonitoring yaitu ketepatan untuk meminum obat agar obat yang
diberikan dapat memberikan efek yang efektif untuk penyakit. Perlu memperhatikan
efek samping atau yang perlu dihindari untuk meminimalisir efek sampinng. Efek
samping obat yang perlu dimonitoring diantranya intensitas mual, tekanan darah dan
durasi nyeri

Anda mungkin juga menyukai