Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FARMASI KOMUNITAS

PHARMACEUTICAL CARE

Oleh :
Nama : Lina Agustina
Nim : 10117087
Kelas : S1 Farmasi B

Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kota Kediri
Tahun 2020
KASUS I

Bapak AD (50 th, 155 cm, 60 kg) mengalami nyeri di dada saat joging di pagi hari.
Dia mengatakan bahwa saat ini tidak berani naik tangga dan bisa berjalan paling jauh
100 m, setelah itu terpaksa berhenti karena nyeri di dada dan fatigue. Rasa nyeri yang
dirasakan bila diukur dalam skala 1 – 10 adalah sekitar 7 dan lebih sering terjadi bila
melakukan aktivitas. Px juga memiliki Diabetes Mellitus tipe II. Mendapat terapi
yang rutin glimepiride 2mg sehari sekali.TD=120/80 mmHg, Nadi= 70x/menit Suhu
36,40C . Hasil Laboratorium Kreatinin serum 1,0 mg/dL Glukosa darah puasa 110
mg/dL .Diagnosis.pasien mengalami gejala angina saat beraktivitas.

Pertanyaan

1. Bagaimana tahapan implementasi dari pharmaceutical care?


a. Penilaian
Pengobatan yang diberikan pada pasien yang mengalami DM tipe II
yaitu glimepirid 2 mg belum sesuai di karena GDP pasien masih belum
normal (normal GDP = < 100 mg/dL) oleh karena itu dosis glimepirid
di tingkatkan menjadi 4 mg
b. Pengembangan perencanaan perawatan
Pasien mengalami angina pectoris saat beraktfitas, untuk lebih
lanjutnya pasien di sarankan untuk melakukan pemeriksaan
elektrokardiografi (EKG) istirahat, pemeriksaan laboratorium darah
untuk faktor risiko penyakit aterosklerosis kardiovaskular seperti
hemoglobin terglikasi (HbA1c), profil lipid serta ekokardiografi
istirahat.
Pasien diberikan pengobatan untuk angina pectoris dan DM tipe II
c. Evaluasi

S (Subjektif) Usia : 50 th
TB : 155 cm
BB : 60 Kg
Keluhan Pasien nyeri dada pada saat berkatifitas
O (Objektif) TD 120/80 mmHg
Nadi 70x/menit
Suhu 36,40C
Kreatinin serum 1,0 mg/dL
Glukosa darah puasa 110 mg/dL
A (Assesment)  DRP : belum di berikan pengobatan angian pectoris
sedangkan pasien mengalami angian pectoris stabil
 DRP : Obat DM yang diberikan tidak menormalkan kadar
GDP pada pasien
P (Plan)  Pasian di berikan obat untuk mengatasi angina pectoris
yaitu di berikan bisoprolol 5 mg 1 x sehari dan nitrogliserin
sublingual 0,4 mg setiap 5 menit
 Obat DM glimepirid ditingkatkan dosisnya menjadi 4 mg
2. Bagaimana tatalaksana terapi kasus ini ?
Tatalaksana medis meliputi kombinasi setidaknya 1 obat pereda angina
ditambah obat-obatan untuk memperbaiki prognosis, dan penggunaan
nitrogliserin sublingual untuk tatalaksana nyeri dada. Direkomendasikan untuk
menggunakan penyekat beta atau CCB untuk ditambahkan pada nitrat kerja
cepat sebagai terapi lini pertama untuk mengendalikan laju jantung dan gejala.
(Perki, 2019)
Pasien di berikan obat
a. Glimepirid 4 mg di minum pagi hari
b. Bisoprolol 5mg di minum pagi hari
c. Nitrogliserin sublingual 0,4 mg setiap 5 menit

3. Informasi apa yang perlu diberikan mengenai penggunaan obatnya ?


Informasi tentang dosis obat dan aturan pakai dari obat dan indikasi obat
tersebut
Diberikan informasi tentang aturan minum obat pada pasien, yaitu glimepirid
4 mg diminum 1 kali sehari setiap pagi setelah makan digunakan untuk
mengobati DM tipe II pada pasien dan bisoprolol 5 mg di minum pagi hari dan
obat nitrogliserin sublingual di minum setiap 5 menit untuk pengobatan angina
pectoris pada pasien
KASUS II

Ibu RS 58 th, tinggi 165 cm, berat badan 53,2 kg telah menggunakan nitrogliserin
(NTG) transdermal 0,4 mg/jam untuk 24 jam dan NTG sublingual 0,4 mg PRN.
Selama pemakaian diminggu pertama, telah terjadi penurunan jumlah serangan angina
yaitu dari 4-5 kali per minggu menjadi 1-2 kali per minggu. Tetapi setelah itu
serangan angina kembali menjadi 4-5 kali per minggu. Serangan terjadi selama
aktivitas fisik dan berkurang bila istirahat dan setelah mengguanakan NTG
sublingual.Mengalami infark miokard (MI) 6 tahun yang lalu. Terapi yang didapat
Warfarin 5 mg po sekali sehari
Nitrogliserin 0,4 mg sublingual PRN
Nitrogliserin transdermal 0,4 mg/jam untuk 24 jam.
TD = 136/82, Nadi = 62x/menit, RR = 18x/menit
Data laboratorium

Na 142 mEq/L
Kolesterol 160 mg/dL
Trigliserida 190 mg/dL
K 4,8 mEq/L
LDL 115 mg/dL
HDL 47 mg/dL
Serum Kr 1,1 mg/dL
Glukosa 100 mg/dL

Diagnosis

Ibu RS mengalami serangan angina dalam kondisis beraktivitas dan pernah


mengalami infark miokard 6 tahun yang lalu

Pertanyaan

1. Bagaiman tahapan implementasi pharmaceutical care?


a. Penilaian
Pasien belum mendapatkan pengobatan hipertensi sedangkan TD
pasien lebih dari normal yaitu 136/ 82 mmHg
Pasien belum mendaptakan pengobatan untuk menurunkan TG
sedangkan nilai TG pasien tinggi yaitu 190 mg/dL
b. Pengembangan perencaan perawatan
Pasien mengalami serangan angina pectoris dan pasien memiliki
riwayat infark miokard maka pasien harus selalu mengontrol tekanan
darah serta lipid panel (TG, Kolesterol, LDL, dan HDL) karena
komponen tersebut menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya angina
pectoris dan kambuhnya infark miokard.
Pasien diberikan obat untuk angina pectoris dan juga untuk
menormalkan tekanan darah dan kadar TG pada pasien
c. Evaluasi

S (Subjektif) Ibu RS 58 th, tinggi 165 cm, berat badan 53,2 kg


Keluhan : Serangan terjadi selama aktivitas fisik dan
berkurang bila istirahat
O (Objektif)  Data Laboratorium
 Na 142 mEq/L (135-144 mEq/L)
 K 4,8 mEq/L (3,6-4,8 mEq/L)
 Kolesterol 160 mg/dL (<200 mg/dL)
 Trigliserida 190 mg/dL (35-135 mg/dL)
 LDL 115 mg/dL (<130 mg/dL)
 HDL 47 mg/dL (30-70 mg/dL)
 Serum Kr 1,1 mg/dL (0,6-1,3 mg/dL)
 Glukosa 100 mg/dL (< 100mg/dL)
 Riwayat Pengobatan :
 Warfarin 5 mg po sekali sehari
 Nitrogliserin 0,4 mg sublingual PRN
 Nitrogliserin transdermal 0,4 mg/jam untuk 24 jam
 Riwayat Penyakit : infark miokard (MI) 6 tahun yang lalu
 Diagnosa : mengalami serangan angina dalam kondisis
beraktivitas dan pernah mengalami infark miokard 6
tahun yang lalu

A (Assesment)  DRP : indikasi yang tidak ditangani


tekanan darah yang melebihi normal (TD = 136/82) dan
tidak diberikan pengobatan
 DRP : indikasi yang tidak ditangani
nilai trigliserida tinggi dan belum mendapatkan
pengobatan

P (Plan)  Tatalaksana pengobatan hipertensi diberikan obat


golongan ACE-i (lisinopril) dengan dosis 10 mg sekali
sehari
 Tatalaksana pengobatan kolesterol karena nilai TG tinggi
maka diberikan simvastatin 10 mg sekali sehari pada
malam hari

2. Bagaimana tatalaksana terapi kasus ini ?


Pengobatan hipertensi diberikan obat golongan ACE-i (lisinopril) dengan
dosis 10 mg sekali sehari
Pengobatan kolesterol karena nilai TG tinggi maka diberikan simvastatin 10
mg sekali sehari pada malam hari
Untuk pengobatan angina pectoris tetap menggunakan obat yang telah di
berikan kepada pasien yaitu Warfarin 5 mg po sekali sehari, Nitrogliserin 0,4
mg sublingual PRN dan Nitrogliserin transdermal 0,4 mg/jam untuk 24 jam

3. Informasi apa yang perlu diberikan mengenai penggunaan obatnya ?


Informasi tentang obat yang diberikan, aturan pakai obat, dosis obat dan
indikasi dari obat tersebut.
a. Lisinopril diminum satu kali sehari pada pagi hari setelah makan
namun dikarenakan kemungkinan timbulnya efek samping obat berupa
batuk kering pasien disarankan untuk mengkonsumsi banyak air atau
menghindari makanan yang digoreng ataupun menghindari minuman
dingin.
b. obat simvastatin diberikan pada malam hari sebelum tidur untuk
menurunkan kadar TG
c. obat warfarin di minum 1 kali sehari pada pagi hari setelah makan,
obat nitrogliserin sublingual di minum pada saat terjadi serangan
angina, dan obat nitrogliserin transdermal diberikan setiap 1 jam sekali
selama 24 jam
Pasien harus lebih banyak beristirahat dan mengurangi aktifitas fisik yang
berat, karen hal tersebut dapat memicu terjadinya kekambuhan angina pectoris

Anda mungkin juga menyukai