Anda di halaman 1dari 45

BAB II

SIFAT DAN SUMBER LIMBAH


BERBAHAYA

2.1 Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Manahan (1994) mengatakan sebuah benda yang berbahaya
adalah material yang boleh jadi menghadirkan bahan berbahaya
bagi kehidupan organisme, matrial, bangunan, atau linkungan
karena ledakan atau bahaya kebakaran, korosi, keracunan bagi
organisme, maupun akibat yang menghancurkan. Maka apakah
limbah yang berbahaya itu? Meskipun telah di katakan bahwa
“Pembahasan tentang pertanyaan tersebut selama ini tidak
membuahkan hasil” maka definisi sederhana tentang limbah
berbahaya adalah ia merupakan substansi/zat berbahaya yang
telah dipisahkan/dibuang, tak diacuhkan, dilepaskan, atau
direncanakan sebagai matrial limbah, atau sesuatu yang bias jadi
berhubungan dengan zat lain menjadi berbahaya. Definisi tentang
limbah yang berbahaya dalam pengertian yanag sederhana tidak
demikian dan boleh jadi membahayakan anda jika anda
berhadapan dengannya.
Menurut pp no. 18 tahun 1999 pengertian limbah adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan sedang limbah bahan
berbahaya dan beracun disingkat menjadi limbah B3 adalah sisa
suatu usha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung, maupun tidak

19
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakan linkungan
hidup, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan
hidup, dan/atau dapat membahayakan linkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Sejarah Zat-zat Berbahaya


Manusia selalu dihadapkan pada zat-zat berbahaya
semenjak zaman pra sejarah ketika mereka menghisap gas gunung
berapi yang beracun ataupun menyerah kepada karbon monoksida
karena kurangnya ventilasi perapian dalam gua-gua yang demikian
ketat isolasinya menghadapi dinginnya zaman es. Para budak di
zaman Romawi kuno terkena penyakit paru-paru karena
menganyam serat mineral asbes menjadi kainagar agar ia menjadi
lebih tahan. Beberapa studi arkeologi dan sejarah dan sejarah telah
menyimpulkan bahwa guci-guci angur yang terbuat dari timbal
pada msyarakat berkecukupan yang berkuasa, yang menyebabkan
perilaku tak menentu misalnya kesukaan yang berlebihan akan
peristiwa-peristiwa olah raga yang sepektakuler, defisit angaran
yang luar biasa, institusi-institusi keuangan yang jelek, dan tak
dapat dibayangkan, tindakan-tindakan spekulasi militer yang
ambisius di luar negeri. Alchemis yang bekerja pada abad
pertengahan sering kali menderita luka melemahkan dan sakit
yang diakibatkan dari bahan-bahan kima dan bahan-bahan peledak
yang berbahaya dan beracun. Selam tahun 1700-an aliran dari
timbunan sampah tambang mulai menyebabkan persoalan-
persoalan kontaminasi di Eropa. Karena produksi bahan celup dan
produk kimia organik lainnya yang dikembangkan dari industri tar
batubara di Jerman selama tahun 1800-an polusi dan keracunan
dari produk samping tar batu bara diamati pada kira-kira tahun
1900 kuantitas dan jenis limbah kimia yang diprodusir setiap tahun
telah meningkat dengan tajam dengan tambahan limbah-limbah

20
seperti baja-baja yang digunakan, dan cairan pengumpul logam,
limbah timbale dari aki bekas, limbah krom, limbah penyulingan
minyak, limbah radium, dan limbah fluoride dari penyulingan biji
aluminium. Sebagaimana abad berlanjut menuju perang dunia ke
II, limbah dan hasil samping yang berbahaya dari pada industri
meningkat dengan menyolok dari hasil pabrik pembuatan cairan
klorine, pestisida sintesis, pabrik polimer, plastik, cat bahan
pengawet kayu.
Peristiwa Love Canal pada tahun 1970-an dan 1980-an
membawa persoalan limbah berbahaya pada perhatian publik
sebagai issue politik utama AS. Mulai tahun 1940 suatu tempat di
air terjun di Niagara, New York telah menerima kira-kira 20.000 ton
limbah kimia yang terdiri dari setidak-tidaknya 80 bahan kimia
yang berbeda. Dalam tahun 1994 pemerintah negara bagian dan
pemerintah federal telah mengeluarkan lebih dari 100 juta US
untuk membersihkan dan merelokasi penduduk.
Daerah lain yang mengandung limbah berbahaya yang
mendapatkan perhatian adalah termasuk sebuah daerah industri di
Wobum, Massachusetts, yang telah terkontaminasi dengan limbah
dari penyamakan kulit, pabrik-pabrik pembuat lem, dan
perusahaan kimia semenjak tahun 1850, Stringfellow Acid Pits di
dekat Riverside, California the Valley of the Drums di Kentucky
dan Times Beach, Missouri, seluruh kota telah di kosongkan karena
kontaminasi TCDD (dioxin).

Legislasi
Pemerintah pada sejumlah negara telah mengeluarkan
peraturan yang berhubungan dengan limbah dan barang-barang
berbahaya. Di AS peraturan seperti itu meliputi:

21
 Toxic Substance Control Act 1976
 Resource Conservation dan Reco very Act (RCRA) 1970
(disetujui dan kembali disyahkan oleh Hazarduos and Solid
Waste Amendment Act/HWSA 1984)
 Comprehensive Enviromental Respone, Compensation, and
Liability Act (CERCLA) 1980.
Undang–undang RCRA menugasi AS Enviromental
Protection Agency (EPA) dengan memberikan perlindungan
kesehatan manusia dan lingkungan dari pengaturanyang tak layak
atas pembuangan limbah berbahaya dengan mengeluarkan dan
memberlakukan peraturan terhadap limbah-limbah semacam itu.
RCRA mengisyaratkan bahwa limbah-limbah yang berbahaya dan
karakteristiknya dicatat dan dikontrol dari saat asal muasalnya
hingga pembungannya yang memadai ataupun pengahncurannya.
Peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perusahaan-
perusahaan yang menghasilkannya dan perusahaan transportasi
limbah yang berbahaya mensyaratkan bahwa mereka melakukan
catatan rinci, termasuk laporan aktivitas mereka dan
manifest/surat muatan guna menjamin pelacakan yang layak atas
limbah berbahaya melewati system transportasi. Kontainer-
kontainer yang diijinkan dan label harus digunakan pemusnahan.
Terdapat sekitar 290 juta ton limbah yang diatur oleh RCRA. Di AS
kira-kira ada 3000 tempat yang terlibat dalam
pemurnian/treatment, penimbunan, dan pemusnahan dari pada
limbah RCRA.
Undang-undang CERCLA (superfund) berhubungan dengan
pelepasa bahan-bahan berbahaya yang potensial dan actual yang
memilki potensi membahayakan manusia dan lingkungan
sekelilingnya pada tempat-tempat pembuangan limbah berbahaya
yang kosong dan tak terkontrol di AS. Undang-undang

22
mensyaratkan pihak-pihak yang bertanggung jawab atau
pemerintah membersihkan tempat-tempat sampah. Diantara tujuan
utama CERCLA adalah sebagai berikut:
 Identifikasi tempat.
 Evaluasi bahaya dari pada tempat limbah.
 Evaluasi bahaya bagi sumber daya alam.
 Memonitor pelepasan zat-zat berbahaya.
 Pemindahan atau pembersihan limbah oleh pihak yang
bertanggung jawab/pemerintah.
CERCLA telah diperluas selama lima tahun dengan
pengesahan Superfund Amendements and Reauthorization Act
(SARA) pada tahun 1986, perundang-undangan dengan skope yang
meluas dan 8.5 juta US dollar untuk waktu lima tahun. Sebenarnya
lebih panjang dari pada CERCLA, SARA mempunyai tugas dan
tujuan penting sebagai berikut:
 Lima kali lipat peningkatan pendanaan hingga 8,5 juta US
dollar untuk lima tahun.
 Alternatif-alternatif untuk pembuangan di daratan yang
membantu solusi permanen dengan pengurangan volume,
mobilitas dan keracunan limbah.
 Meningkatkan tekanan bagi kesehatan publik, riset, training,
dan keterlibatan warga Negara dan pemerintah Negara
bagian.
 Kodifikasi peraturan-peraturan yang menjadi kebijakan di
bawah CERCLA.
 Keharusan adanya jadwal dan tujuan tentang masa
berlakunya peraturan.
 Prosedur peraturan baru dan otoritas bagi pelaksanaan.
 Sebuah program baru tentang kebocoran tangki-tangki
penyimpan bawah tanah.

23
Pada awal 1994, kongres Amerika mengesahkan kembali
undang-undang yang di bahas di atas.

2.2 Klasifikasi Limbah B3


2.2.1. Klasifikasi Limbah dan Bahan-bahan Berbahaya
Berbagai zat kimia spesifik dengan penggunaan yang luas
adalah berbahaya karena reaktivitas kimianya, bahaya kebakaran,
bahaya keracunan, dan kandungan-kandungan lainnya. Ada
berbagai macam zat yang berbahaya yang biasanya mengandung
campuran kimia spesifik. Hal tersebut meliputi:
 Bahan peledak, misalnya dinamit, atau amunisi.
 Gas-gas tekanan tinggi misalkan hidrogen dan sulpur
dioksida.
 Cairan yang mudah terbakar misalkan gas oil/minyak
tanah almunium alkali.
 Bahan-bahan keras yang mudah terbakar, metal
magnesium, sodium hidrit, dan kalsium carbide yang siap
terbakar adalah reaktip dengan air, atau terbakar secara
spontan.
 Bahan-bahan korosif, termasuk oleum, sulfur oksida, dan
soda caustik, yang akan melukai kulit terbuka atau
menyebabkan porak-porandanya kontainer logam.
 Bahan-bahan beracun misalnya seperti asam hidrosianida
atau aniline.
 Bahan-bahan etiologik termasuk agen penyebab antraks,
botulisme, atau tetanus.
 Bahan-bahan radioaktif, termasuk plutonium, cobalt-60 dan
uranium hexafluorida.

24
a. Karakteristik Bahan Berbahaya dan Beracun
Untuk tujuan perundang-undangan dan peraturan di AS,
zat yang berbahaya secara resmi tercatat dan ditentukan sesuai
dengan karakteristik umum. Wewenang Resource Conservation
and Recover Act (RCRA) United States Environmental Protection
Agency/biro perlindungan lingkungan AS yaitu menentukan zat-
zat yang berbahaya sesuai dengan karakteristik sebagai berikut:
 Kemampuan terbakar, karakteristik zat cair yang
uapnya kemungkinan terbakar karena keberadaan
sumber pembakaran, non liquid yang akan menangkap
api dari gesekan atau sentuhan dengan air dan terbakar
dengan hebat atau terus menerus, gas-gas dipadatkan
yang dapat terbakar, oksidator.
 Corrosivity, karakteristik zat yang menunjukkan
keasaman tinggi atau basis atau adanya satu tendensi
menyebabkan karat pada baja.
 Reaktivitas, karekteristik zat yang memiliki tendensi
perubahan kimia hebat (contoh bahan peledak, bahan
piroporik, bahan yang bereaksi dengan air, atau sianida,
atau limbah mengandung sulfit).
 Beracun, didefinisikan menurut sebuah prosedur
ekstraksi standard diikuti oleh analisis kimia bagi zat
spesifik.
Sebagai tambahan bagi klasifikasi menurut karakteristik,
EPA menentukan lebih dari 450 limbah tercatat yang merupakan
zat spesifik atau kelas zat-zat yang di ketahui berbahaya. Masing-
masing zat seperti itu memiliki sebuah nomor limbah berbahaya
EPA dalam format huruf diikuti oleh tiga nomor, di mana huruf
yang berbeda di berikan pada zat masing-masing dari empat/huruf
sebagai berikut:

25
 Tipe F limbah dari sumber-sumber nonspesifik,
misalnya limbah air lumpur pendinginan pemanasan
metal di mana cyasida digunakan dalam proses (F012).
 Tipe limbah K berasal dari sumber spesifik misalnya:
Cairan berat yang berasal dari distilasi ethylene diklorin
dalam produksi ethylene diklorida (K019).
 P-tipe limbah yang sangat berbahaya. Limbah ini
didapati sangat fatal terhadap manusia dalam dosis
yang rendah, atau mampu menyebabkan atau secara
signifikan membantu peningkatan penyakit yang tidak
dapat disembuhkan. Bahan-bahan ini kebanyakan jenis
kimia spesifik misalnya fluorine (P056) atau 3-
chloropropane nitrile (P027).
 U-tipe limbah lainnya yang berbahaya, bahan-bahan
ini sebagian besar adalah campuran misalnya kalsium
kromat (U032) atau phthalic anhidrida (U190).
Dibandingkan dengan RCRA, CERLA memberikan difinisi
agak luas tentang zat-zat berbahaya yang meliputi berikut:
 Elemen, kumpulan, campuran cairan, atau zat-zat, yang
lepas yang boleh jadi secara substansial membahayakan
kesehatan publik, kesejahteraan publik atau
lingkungan.
 Elemen, kumpulan, campuran, cairan atau zat-zat
dalam kuantitas yang dilaporkan ditentukan oleh
CERCLA bagian 102.
 Zat-zat tertentu atau polutan beracun yang di tentukan
oleh Federal Water pollution Control Act.
 Zat-zat kimia yang akan segera berbahaya ataupun
campurannya yang menjadi topik aksi pemerintahan

26
dalam bagian 7 dari Toxic Subtances Control Act
(TSCA).
 Dengan pengecualian yang ditunda oleh kongres dalam
Solid Waste Disposal Act, semua limbah berbahaya yang
ditentukan atau memiliki karakteristik yang
diidentifikasi oleh RCRA paragrap 3001.

b. Limbah Berbahaya
Setelah didefinisikan secara mendetail di atas, sekarang
saatnya sampai pada yang lebih detail sehubungan dengan arti
limbah berbahaya. Tiga pendeketan utama untuk mendefinisikan
limbah berbahaya yaitu (1) sebuah diskripsi kualitatif pada asalnya,
tipe, dan pendukungnya, (2) klasifikasi dengan dasar karaktristik
terutama bedasarkan prosedur tes, dan (3) dengan cara konsentrasi
zat-zat spesifik yang berbahaya. Limbah digolongkan menurut tipe
umum, misalnya”spent halogenated solvents” atau pelarut
terhalogenasi atau oleh sumber-sumber industri misalnya “picking
liquor from steel manufacturing”atau mendapat cairan dari industri
manufaktur baja.
Berbagai negara mempunyai definisi yang berbeda tentang
limbah yang berbahaya. misalnya The Federal Republic of Germany
Federal Act tentang Pembangunan Limbah (1972, yang diamandir
tahun 1976) menyebutkan limbah khusus adalah khususnya
berbahaya bagi kesehatan manusia, udara, air, atau eksplosif,
mudah terbakar, atau boleh jadi menyebabkan penyakit. “The
Ontario Waste Management Corporation” sebuah biro propinsi yang
di bentuk lembaga konstitusi Ontorio, Kanada mendefinisikan
limbah khusus adalah cairan industri dan limbah yang berbahaya
yang tidak layak disuling dan dibuang pada sistem penyulingan

27
limbah, pembakaran atau di tanam di daratan yang karenannya
memerlukan perlakuan khusus.
Limbah radioaktif adalah sebuah persoalan bagi berbagai
negara yang memiliki pembangkitan listrik nuklir atau industri
atau senjata nuklir yang signifikan. Di AS, limbah seperti itu di atur
di bawah Neclear Regulatory Commission (NRC) dan depertemen
energi/Departemen of Energi (DOE). Problem khusus dihadirkan
oleh limbah campuran yang mengandung limbah kimia dan limbah
radioaktif. Salah satu contoh baru baru ini tentang sebuah fasilitas
yang disulitkan oleh radioaktif dan limbah campuran di AS adalah
Rocky Flat di dekat Denver, Colorado, yang digunakan untuk
memproduksi sanjata nuklir semenjak tahun 1950 an, kompleks ini
memperkerjakan 6000 pekerja meliputi 384 are di tengah-tengah
6650 are daerah penyangga/buffer zone, dan mendiami 134
bangunan dengan luas area kira-kira 90.000 m2. Dalam tahun 1957
dan 1969, terjadi kebakaran lagi yang menyangkut plutonium.
Plutonium menyebar di daratan Rocky Flats, dan terjadi beberapa
insiden pelepasan tritium pada sumber mata air minum. Diantara
sebagian besar limbah yang harus ditangani di Rocky Flats adalah
sebagai berikut:

Radionuclides: americium 241, plutonium 238, 239, 241,
242 thorium 232, tritium, uranium 233, 234, 238.

Logam beracun: berllium, cadmium, chromium, timbal,
air raksa, nikel.

Pelaryt: bensin, karbon tetrachloride, chlorofrom,
chlorometan, tetracholoroetheylene, 1,1,1-trichloroetane,
trichloroethylene.

Berbagai campuran berbahaya: benzenedine, 1,3-
butadeine, ethylene oxide, propylene oxide,
formaldehyde hydrazine, nitric acid.

28
Problem besar sehubungan dengan limbah radioaktif adalah
handford Nuclear Reservation terletak dekat Richland di negara
bagian Washington. Ini adalah lokasi sebuah fasilitas besar untuk
memproduksi plutonium yang di peruntukkan bagi senjata nuklir
dari tahun 1940-an hingga kira-kira 1990. Proses ekstraksi uranium
plutonium (purex) digunakan untuk mengekstraksi plutonium dari
bahan bakar reakton nuklir neutron uranium tak teradisi. Produksi
setiap kg limbah radioaktif tinggi dan kira-kira 200.000 liter limbah
nuklir adalah tangki 101-SY yang mengandung 48 kg plutonium di
dalam 4 juta liter lumpur yang berbahaya. Radioaktif di dalam
tangki memanaskan isinya, dan reaksi kimia menghasilkan
campuran gas hidrogen dan nitrogenoksida yang mudah meledak.
Pada interval kira-kira 90 hari, suatu gelembung-gelembung gas
dilepaskan, dan isi tangki mendingin. Selama kejadian ini lapisan
kerak di atas limbah naik kira-kira 30 cm. Ini benar-benar situasi
yang menarik.

2.2.2. Identifikasi limbah B3 menurut PP No 18 Tahun 1999


Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber dan
karakteristiknya.
1. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi:
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
b. Limbah B3 dari sumber spesifik;
c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan
bekas, kemasan dan buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi.
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3
yang pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya,
tetapi dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegah
korosi (inhibitior korosi), pelarut kerak, pengemasan dan

29
lain lain (contoh dapat dilihat pada lampiran 1). Limbah B3
dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu
industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan
(contoh dapat dilihat pada lampiran 2). Limbah B3 dari
bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasai, karena
tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak
dapat di manfaatkan kembali, maka suatu produk menjadi
limbah B3 yang memerlukan pengelolahan seperti limbah
B3 lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk sisa kemasan
limbah B3 dan bahan-bahan kimia yang kadaluarsa (contoh
dapat dilihat pada lampiran 3)
2. Daftar limbah dengan kode limbah D220, D221, D222, dan
D223 dapat dinyatakan limbah B3 setelah di lakukan uji
Toxicity Characteristic Leaching Prosedure(TCLP)dan/ atau uji
karaktristik.
3. Memiliki salah satu atau lebih karakteristik sebagai berikut
a. Mudah meledak
b. Mudah terbakar
c. Bersifat reaktif
d. Beracun
e. Menyebabkan infeksi dan
f. Bersifat korosif.
4. Limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah lain yang
apabila diuji dengan metode toksikologi memiliki LD50 di
bawah ambang batas yang telah ditetepkan. Pengujian
karaktristik limbah dilakukan sebelum limbah tersebut
mendapat perlakuan pengolahan. Dalam ketentuan ini yang
di maksud dengan:

30
a. Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada
suhu tekanan standar (25oC, 760 mmHg) dapat meledak
atau melaluireaksi kimia dan/atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
b. Limbah mudah terbakar adalah limbah limbah yang
mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut:
1. Limbah yang berupa cairan yang mengandung
alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada
titik nyala tidak lebih dari 60oC (140oF) akan
menyala apabila terjadi kontak dengan api,
percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan
udara 760 mmHg.
2. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada
temperatur dan tekanan standar (25 oC, 760 mmHg)
dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui
gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia
secara spontan dan apabila terbakar dapat
menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
3. Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah
terbakar.
4. Merupakan limbah pengoksidasi.
c. Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah
yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut:
1. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil
dan dapat menyebabkan perubahan tanpa
peledakan.
2. Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
3. Limbah yang apabila bercampur dengan air
berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan

31
gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan
lingkungan.
4. Merupakan limbah sianida, sulfida atau amoniak
yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat
menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam
jumlah yang membahayakan kesehatan manusia
dan lingkungan.
5. Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi
pada suhu dan tekanan standar (25 OC, 760
mmHg).
6. Limbah yang menyebabkan kebakaran karena
lepas atau menerima oksigen atau limbah organik
peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
d. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung
pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau
lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau
sakit yang serus apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan, kulit atau mulut, penentuan sifat racun
untuk identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku
mulut konsentrasi TCLP (Toxicity Charactristic Leaching
Prosedure) pencemar organik dan aroganik dalam
limbah sebagaimana PP No. 18 tahun 1999. Apabila
limbah mengandung salah satu pencemar yang
trerdapat dalam lampiran 4, dengan konsentrasi sama
atau lebih besar dari nilai dalam lampiran 4 tersebut,
maka limbah tersebut merupakan limbah B3. Bila ini
ambang batas zat pencemar tidak terdapat pada
lampiran Tabel 4 tersebut maka dilakukan uji
toksikologi.

32
Toxicity characteristic leaching procedure (TCLP)
adalah metode ekstraksi sampel untuk analisis kimia
digunakan sebagai metode analisis untuk
mensimulasikan pencucian melalui tempat
pembuangan akhir. Metodologi pengujian digunakan
untuk menentukan apakah limbah adalah bersifat
berbahaya (limbah B3 daftar D). TCLP terdiri dari
empat prosedur mendasar yaitu persiapan sampel
untuk pencucian, pencucian sampel, persiapan lindi
untuk analisis dan analisis lindi. Prosedur TCLP
biasanya berguna untuk mengklasifikasikan bahan
limbah untuk pilihan pembuangan. Dalam prosedur
TCLP pH bahan harus ditentukan, dan kemudian dicuci
dengan asam asetat/larutan natrium hidroksida dengan
perbandingan 1:20 campuran sampel dengan pelarut
atau 100 g sampel dan 2000 mL larutan. Campuran
dalam alat ekstraksi harus ditutup untuk mencegah
senyawa volatile menguap, dan ekstraksi dilakukan
selama 18 jam, kemudian disaring dan larutan
dianalisis. Menurut EPA (Environmental Protection
Agency) prosedur TCLP yaitu mengambil sub-sampel
limbah diekstrak dengan larutan buffer asam asetat
selama 18 ± 2 jam. Ekstrak yang diperoleh kemudian
dianalisis untuk menentukan apakah memenuhi
standar dalam Tabel 2.1.

33
Tabel 2.1 Konsentrasi maksimum bahan pencemar untuk
karakterisasi racun
No. Bahan pencemar Konsentrasi maksimum (mg/L)
1 Arsenic 5.0
2 Barium 100.0
3 Benzene 0.5
4 Cadmium 1.0
5 Carbon tetrachloride 0.5
6 Chlordane 0.03
7 Chlorobenzene 100.0
8 Chloroform 6.0
9 Chromium 5.0
10 o-Cresol 200.0
11 m-Cresol 200.0
12 p-Cresol 200.0
13 Cresol 200.0
14 2,4-Dichlorobenzene 10.0
15 1,4-Dichlorobenzene 7.5
16 1,2-Dichloroethane 0.5
17 1,1-Dichloroethylene 0.7
18 2,4-Dinitrotoluene 0.13
19 Endrin 0.02
20 Heptachlor (dan hidroksida) 0.008
21 Hexachlorobenzene 0.13
22 Hexachloro-1,3-butadiene 0.5
23 Hexachloroethane 3.0
24 Lead 5.0
25 Lindane 0.4
26 Mercury 0.2
27 Methoxychlor 10.0
28 Methyl ethyl ketone 200.0
29 Nitrobenzene 2.0
30 Pentachlorophenol 100.0
31 Pyridine 5.0
32 Selenium 1.0
33 Silver 5.0
34 Tetrachloroethylene 0.7

34
No. Bahan pencemar Konsentrasi maksimum (mg/L)
35 Toxaphene 0.5
36 Trichloroethylene 0.5
37 2,4,5-Trichlorophenol 400.0
38 2,4,6-Trichlorophenol 2.0
39 2,4,5-TP (Silvex) 1.0
40 Vinyl chloride 0.2
41 Methoxychlor 10.0
42 Methyl ethyl ketone 200.0
43 Nitrobenzene 2.0
44 Pentachlorophenol 100.0
45 Pyridine 5.0
46 Selenium 1.0
47 Silver 5.0
48 Tetrachloroethylene 0.7
49 Toxaphene 0.5
50 Trichloroethylene 0.5
51 2,4,5-Trichlorophenol 400.0
52 2,4,6-Trichlorophenol 2.0
53 2,4,5-TP (Silvex) 1.0
54 Vinyl chloride 0.2

e. Limbah yang menyebabkan infeksi bagian tubuh


manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh
manusia yang terkena infeksi, limbah dari labotarium
atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit
yang dapat menular. Limbah ini berbahaya karena
mengandung kuman penyakit yang dapat menular,
limbah ini berbahaya karena mengandung kuman
penyakit seperti hepatitis dan kolera yang di tularkan
pada pekerja, pembersih jalan, dan masyarakat di
sekitar lokasi pembuangan limbah.

35
f. Limbah bersifat korosif adalah limbah yang
mempunyai salah satu sifat sebagai berikut:
1. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
2. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng
baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari
6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 oC.
3. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk
limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari
12,5 untuk yang bersifat baja.

Uji toksikologi dengan LD50 adalah perhitungan dosis


(gram pencemar per kilogram) yang dapat menyebabkan kematian
50% populasi mahluk hidup yang di jadikan percobaan. Apabila
LD50 lebih besar dari 15 gram per kilo gram berat badan maka
limbah tersebut bukan limbah B3. Untuk melakukan uji toksikologi
dengan bio essai dilaksanakan untuk limbah B3 yang tidak
mempunyai dosis referensi dan/atau limbah B3 yang bersifat akut.
Adapun limbah B3 yang bersifat kronis di telaah dengan
metodologi perhitungan dan atau berdasarkan hasil studi dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang ditetapkan oleh instansi
yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak
lingkungan. Bilamana limbah tersebut dinyatakan limbah non B3,
setelah dilakukan pengujian toksikologi, maka pengelolaannya
dapat dilakukan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh
instansi yang bertanggungjawab.

5. Pengawasan limbah berbahaya, polusi udara dan air


Agak berlawanan, tindakan-tindakan yang diambil untuk
mengurangi polusi udara dan air mempunyai tendensi meningkat
limbah berbahaya. Kebanyakan proses pemurnian air

36
menghasilkan lumpur ataupun cairan konsentrat yang
memperlukan stabilisasi dan pembuangan. Proses penggosokan
dengan udara/scrubbing air proses demikian pula menghasilkan
lumpur. Pengendapan dan unit pengolahan limbah selalu
mengontrol pencemaran udara atas segala hasil limbah padat yang
signifikan jumlahnya, beberapa di antaranya berbahaya.

2.3 Asal dan Jumlah Limbah


Bab ini berhubungan dengan segala macam dan jumlah
limbah yang berbahaya maupun yang tidak. Dalam pengertian non
peraturan tidak terdapat pemisahan yang tajam antara limbah
berbahaya dan tidak berbahaya. Beberapa limbah, misalnya limbah
logam berat beracun, beberapa diantaranya adalah berbahaya.
Sebagai perbandingan daun-daun yang rontok dan potongan-
potongan dahan dianggap sebagai tidak menyebabkan bahaya,
dimana batang pohon yang tumbang adalah menimbulkan bahaya
kebakaran pada kondisi-kondisi tertentu. Bahan-bahan yang karena
sifat-sifatnya sendiri tidak berbahaya boleh jadi berinteraksi dengan
zat-zat berbahaya. Misalnya, zat-zat humus dari daun-daun yang
membusuk boleh jadi larut dan memindah ion-ion logam berat.
Jumlah yang mencengangkan dari segala limbah diprodusir oleh
kegiatan manusia. Misalnya limbah-limbah termasuk sampah
perkotaan. Lumpur kotoran residu-residu pertanian dan racun,
hasil samping proses pabrik.
Suatu gambaran tentang kuantitas limbah padat dapat
diperoleh dengan memperhatikan limbah dari industri
pertambangan. Kuantitas limbah yang semacam itu dapat sangat
besar karena sejumlah banyak gunung harus diolah guna
mendapatkan bijih dan karena logam atau bahan-bahan yang
berharga secara ekonomis biasanya dalam presentase kecil dari

37
bijih-bijih tersebut. Karenanya hasil samping limbah yang
terkumpul sangatlah banyak. Limbah pertambangan menyebabkan
lebih kurang setengah dari pada limbah padat yang dihasilkan di
AS, dengan jumlah kira-kira 2 juta metrik ton setiap tahun.

a. Limbah padat yang tidak berbahaya


Adalah layak mempertimbangkan limbah “tak berbahaya”
(limbah padat, sampah perkotaan, dan sampah yang dihasilkan
oleh aktivitas manusia) bersama dengan limbah berbahaya karena
boleh jadi ia tidak berbahaya dalam segala kasus dan situasi, dan ia
boleh jadi berinteraksi dengan limbah berbahaya. Lebih lanjut lagi,
jumlah hasil limbah padat setiap tahun adalah demikian banyak
sehingga kapasitas menangani persoalan ini selalu dalam tekanan.
Pembuangan dari 92% sampah percobaan di AS pada pengukuran
tanah oleh sebab itu ketika kuantitas limbah padat meningkat,
kapasitas mengurukan tanah menurun. Ketika peraturan RCRA
yang asli di setujui dalam tahun 1976, kira-kira 30.000 pengurukan
tanah sedang beroprasi (meski banyak dari padanya sekedar
membuang tanah). Ketika tahun 1988 jumlah pengurukan tanah
perkotaan yang beroprasi menurun hingga kira-kira 6500 dan pada
tahun 1994, bahkan lebih sedikit tersedia. Sebagai akibatnya,
beberapa kota harus mengangkut sampah sejauh kira-kira 70 mil
atau lebih dan bahaya.
Potensi pembakaran untuk menangani sampah kota
sangatlah tinggi karena pembakaran dapat mengurangi bobot
sebesar 75% dan mengurangi volume 90%. Akan tetapi
keprihatinan lingkungan atas pengotor organik (khususnya dioxin)
pada cerobong pembakaran dan logam berat pada abu pembakaran
menurun pengembangan pembakaran sampah perkotaan di AS.

38
Daur ulang dapat mengurangi kuantitas limbah padat
sebesar 50%, tetapi bukanlah obat mujarab yang diklaim oleh para
pendukungnya yang bersemangat. Solusi menyeluruh atas
persoalan limbah padat harus melibatkan beberapa macam
tindakan, khususnya (1) pengurangan limbah pada asalnya, (2)
daur ulang sebanyak mungkin, (3) mengurangi volume limbah sisa
dengan cara pembakaran, (4) menyuling limbah residu sebanyak
mungkin berubah menjadi tidak lumer dan tidak berbahaya,
menempatkan bahan-bahan residu pada pengurukan dijaga ketat
agar tidak lumer ataupun terlepas melalui cara lain.

b. Asal dan Jumlah Limbah Berbahaya


Jumlah limbah berbahaya yang dihasilkan setiap tahun
tidaklah diketahui secara pasti dan tergantung definisi-definisi
yang digunakan bagi material/bahan semacam itu. Dalam tahun
1988 angka limbah yang di atur RCRA berada pada jumlah 290 juta
ton limbah padat. Beberapa limbah air berbahaya dihasilkan
langsung oleh proses-proses yang memerlukan jumlah air yang
besar bagi pemurniannya, dan limbah-limbah cair lainnya
dihasilkan oleh campuran limbah berbahaya dengan air limbah.
Beberapa limbah yang mungkin menunjukkan tahapan
berbahaya dikecualian oleh peraturan RCRA dengan undang-
undang. Perkecualian limbah-limbah tersebut termasuk berikut.
 Abu bahan bakar dan kerak lumpur yang berasal dari
pembangkit tenaga.
 Lumpur pengeboran minyak dan gas.
 Produk samping air asin dari produksi minyak bumi.
 Abu cerobong semen.
 Limbah dan lumut dari pertambangan fosfat dan
semacamnya.

39
 Limbah pertambangan uranium dan mineral lainnya.
 Limbah rumah tangga.
Pengklasifikasian akhir dari limbah yang sedikit berbahaya
dari bahan-bahan semacam ini akan meningkatkan kuantitas
limbah yang diatur RCRA berlipat ganda. Satu persoalan dalam
menangani limbah berbahaya adalah kekurangan informasi tentang
bahan-bahan ini.Pada kenyataanya, kekurangan data yang secaraa
efektif menghitung luasnya persoalan limbah berbahaya atau
dokumen-dokumen tentang apa sebenarnya yang terjadi tentang
serpihan-serpihan besar dari limbah berbahaya.

Tipe Limbah Berbahaya


Menurut kuantitas, lebih banyak limbah yang dikategorikan
dengan nomor yang didahului F dan K, dibandingkan dengan
semua limbah secara gabungan, yaitu dari sumber-sumber non
spesifik termasuk contoh-contoh berikut:
- F001 buangan pelarut yang dihalogenisasi yang digunakan
untuk membersihkan gemuk; tetrachloroethylene,
trichloroethylene, methy chloride, 1,1,1-trichloroethane,
carbon tetrachloride dan chlorinated fluorocarbon; dan
lumpur dari pemlihan pelarut-pelarut pada pekerjaan
pembersihan gemuk.
- F004 buangan pelarut nonhalogenated, cresol, creslic acid
dan nitrobenzene; dan kerak dasar dari permukaan pelarut-
pelarut ini.
- F007 buangan cairan perendam dari pada pekerjaan
pelapisan/penyepuhan/electro plating.
Limbah berbahaya “tipe K” berasal dari sumber-sumber
khusus yang dihasilkan oleh industri misalnya pabrik pigmen
anorganik, kimia organik, pestisida, bahan peledak, besi dan baja,

40
dan logam-logam anti karat dan proses-proses penyulingan minyak
atau pengawetan kayu contoh-contoh sebagai berikut:
- K001 lumpur sendimen dasar dari pengolahan limbah cair
yang berasal dari proses pengawetan kayu yang
menggunakan kreosote dan/atau pentachloropenol
- K002 pengolahan lumpur limbah cair dari produksi
verkrom kuning dan pigmen-pigmen oranye.
- K020 residu berat dari distilasi finil klorida dalam produksi
vinil klorida monomer.
- K043 2,6-diklorofenol limbah yang berasal dari produksi
TNT.
- K049 air keruh emulasi emulasi padatan minyak yang
berasal dari industri penyulingan minyak.
- K060 ammonia lime still sludge/lumpur asam ammonia
dari kegiatan memasak.
- K067 lumpur anode elektronik yang berasal dari produksi
seng primer
Kategori yang terbesar kedua limbah adalah yang berasal
dari limbah reaktif, diikuti oleh limbah karat/korosive dan limbah
racun. Kira-kira 1% dari pada limbah dianggap sebagai dapat
terbakar dan 1% lainya adalah tipe P (sisa produk kimia, jenis-jenis
diluar spesifikasi, dan residu luberan, container) atau limbah “U”.
Beberapa persen lainya tidak dispesifikasikan.

c. Penghasil Limbah Berbahaya


Di AS kira-kira 650.000 perusahaan menghasilkan limbah
berbahaya. Penghasil limbah berbahaya terdistribusi/tersebar tidak
merata secara geografis di seluruh AS, yang tertif besar terletak di
hulu Barat Tengah Amerika Serikat, termasuk negara-negara
bagian Ilinois, Indiana, Ohio, Michigan, dan Wisconsin.

41
d.
Distribusi Kuantitas Limbah Berbahaya
Tipe industri penghasil limbah berbahaya dapat dibagi
diantara 7 kategori utama berikut ini, masing-masing meliputi
urutan kandungan 10-20% penghasil limbah berbahaya, kimia dan
pabrik produk yang bersinggungan, yang berhubungan dengan
industry minyak, pabrikasi logam, produk-produk yang
berhubungan dengan logam, pabrik pembuat peralatan elektrik,
“pabrik-pabrik yang lain” dan penghasil-penghasil limbah non
pabrik dan tak jelas. Kira-kira 10% penghasil limbah menghasilkan
sebanyak 95% limbah berbahaya dan beracun. Penghasil limbah
berbahaya didistribusikan hampir merata diantara beberapa tipe-
tipe industri, 70-85% dari kuantitas limbah berbahaya dihasilkan
oleh industri kimia dan perminyakan, sekitar ¾ datang dari
industri-industri yang berhubungan dengan logam atau industri
logam seperti pertambangan, elektroplating, baja, alloy.

2.4 Zat-zat yang Dapat Terbakar dan Meledak


Dalam pengertian luas zat yang dapat terbakar adalah
sesuatu yang siap terbakar, sedangkan zat yang dapat meledak
relative memerlukan rangsangan untuk terbakar. Sebelum mencoba
mecermati definisi-definisi ini perlulah kiranya menetapkan
beberapa terminology lain. Kebanyakan zat kimia yang cenderung
terbakar tak sengaja adalah berupa cairan. Cairan menimbulkan
uap, yang biasanya lebih pekat dari pada udara, dan karenanya
bertendensi untuk terbakar. Tendensi dari pada suatu cairan untuk
terbakar dapat diukur dengan sebuah pengujian dengan cairan
dipanaskan dan secara priodik diekspose terhadap nyala api
hingga campuran uap dan udara menyala pada permukaan cairan.
Temperatur yang terjadi ini dinamakan titik nyala/flash point.

42
Dengan definisi ini memungkinkan membagi bahan-bahan
yang dapat terbakar dalam empat golongan utama. Suatu bahan
padat yang dapat terbakar/flammable solid adalah suatu bahan
yang dapat menyala karena gesekan atau dari sisa panas proses
pembuatan, atau yang mungkin menyebabkan bahaya serius jika
menyala. Bahan-bahan eksplosif tidak termasuk dalam kategori ini.
Bahan cair yang dapat terbakar/flammable liquid adalah suatu
bahan yang memiliki titik nyala/flash point dibawah 60,5ᵒC (141ᵒF).
Bahan cair yang dapat meledak/combustible liquid
memiliki titik nyala/flash point lebih dari 60,5ᵒC tetapi di bawah
93.5ᵒC (200ᵒF). Gas adalah suatu zat yang keberadaanya dalam fase
gas pada temperature 0ᵒC dan tekanan 1 atmosfir. Gas dalam
tekanan yang dapat terbakar/flammable compress gas memenuhi
kriteria khusus “batas dapat terbakar yang lebih rendah”/lower
flammable limit, jarak dapat terbakar/flammable range (alih
dibawah) dan proyeksi terbakar. Khususnya dengan kasus cairan-
cairan, ada beberapa sub klasifikasi atas “dapat terbakar” dan
“dapat meledak” (flammability and combustibility) sebagaimana
oleh US Departmend of Transporation and the National Fire Protection
Assosiation.
Dalam pembahasan pembakaran/penyalaan uap (vapors),
ada dua konsep yaitu flammability limit/batas kemudahan
terbakar. Nilai perbandingan uap/vapor di banding udara yang
berada di bawah nilai tertentu tidak dapat terbakar karena tidak
cukup bahan bahan menentukan lower flammability limit/batas
kemudahan terbakar rendah (L.F.L). Demikian juga, nilai-nilai
perbandingan uap (vapor)/udara di mana penyalaan tidak dapat
terjadi karena tidak cukupnya udara menentukan upper
flammability limit/ambang batas kemudahan terbakar (U.F.L).
Perbedaan antara batas kemudahan terbakar atas dan bawah pada
temperatur tertentu disebut dengan sebab kemudahan terbakar

43
(Flammbility Range). Tabel 2.2 memberikan beberapa contoh cairan-
cairan kimia yang umum. Presentase dari zat-zat yang mudah
terbakar (kebanyakan campuran bahan peledak) dinamakan
“optimal”. Misalnya dalam kasus acetone, campuran optimal yang
mudah terbakar adalah 5% asetone.
Sebuah persoalan yang sangat berbahaya yang dapat terjadi
sehubungan dengan cairan yang mudah terbakar adalah suatu
cairan mendidih yang menyebabkan ledakan uap/vapour, BLEVE.
Ini disebabkan karena peningkatan tekanan yang begitu cepat
dalam container tertutup dari pada cairan yang dapat
meledak/flammable liquid yang di panaskan oleh sumber panas
eksternal. Ledakan terjadi jika peningakatan tekanan mampu
memecahkan dinding container.

Tabel 2.2 Beberapa cairan organik yang mudah terbakar


% Volume di Udara
No Jenis Cairan Titik Nyala (ᵒC)
LFLᵇ UFLᵇ
1 Dietil Eter -43 1,9 36
2 Pentana -40 1,5 7,8
3 Aseton -20 2,6 13
4 Toluena -4 1,27 7,1
5 Metanol 12 6,0 37
6 Gasoline (2,2,4- trimetil - 1,4 7,6
pentana
7 Naftalena 157 0,9 5,9
Keterangan: LFL: Lower Flammbility Limit and UFL: Upper Flammbility
Limit pada 25ᵒC

44
a. Pembakaran Partikel-partikel Halus/Combustion of Finely
Divided Particles.
Partikel-partikel halus dari pada bahan-bahan yang mudah
terbakar agak sama dengan uap dalam hal kemudahan terbakar.
Salah satu contohnya adalah semprotan cairan hidrokarbon dimana
oksigen mempunyai kesempatan berinteraksi dengan partikel-
partikel cairan. Dalam hal ini cairan bisa jadi menyala pada
temperatur di bawah titik nyala (flash point).
Ledakan abu/Dust Explosion dapat terjadi pada berbagai
padatan/solid yang di haluskan. Banyak debu logam khususnya
magnesium dan campurannya, zirconium, titanium, dan
almunium, contoh reaksi adalah:
4Al (serbuk) + 3O2 (dari udara)  2Al2O3
Debu arang dan debu biji-bijian dapat menyebabkan api dan
ledakan yang fatal pada tambang-tambang batu bara serta elevator
biji batu bara. Debu polimer seperti cellulose asetat, poliethelene,
dan polystyrene dapat juga meledak.

b. Oxidizer/Oksidan
Zat-zat yang dapat terbakar adalah reducing agent/agen
pereduksi yang berekasi dengan oksidizer/aksidan yang
menghasilkan panas. Oksigem beratom 2, O2 yang berada di udara
adalah oksidan yang umum. Beberapa oksidan adalah campuran
kimia yang mengandung oksigen dalam formulanya. Halogen
(Golongan VIIA pada tabel periodik) dan berbagai campuranya
adalah oksidan. Beberapa contoh oksidan ditunjukkan pada Tabel
2.3.
Satu contoh reaksi sebuah oksidan adalah konsentrat HNO 3
dengan logam copper/tembaga, yang menghasilkan gas beracun
NO2.

45
4HNO3+Cu  Cu(NO3)2+2H2O+2NO2
Akibat racun dari sejumlah oksidan adalah disebabkan
karena kemampuanya mengoksidasi molekul pada system
kehidupan.
Tabel 2.3 Contoh beberapa oksidator
No Nama Rumus Wujud Materi
1 Amonium Nitrat NH4NO4 Padat
2 Amonium Perklorat NH4CIO4 Padat
3 Brom Br2 Cair
4 Klor Cl2 Gas
5 Fluor F2 Gas
6 Hidrogen Peroksida H2O2 Larutan dalam air
7 Asam Nitrat HNO3 Larutan
8 Nitrogen Oksida N2O Gas
9 Ozon O3 Gas
10 Asam Perklorat HClO4 Larutan
11 Kalium Permanganat KMnO4 Padat
12 Natrium Kromat Na2Cr2O7 Padat

Suatu zat akan bertindak sebagai oksidan atau tidak


tergantung kepada menurunya kekuatan bahan yang
dikontak/disentuh. Misalnya karbondioksida adalah bahan
pemadam api yang umum yang disemprotkan pada zat yang
terbakar guna menahan udara. Tetapi, aluminium adalah agen
pereduksi yang begitu kuat jika karbondioksida berhubungan
dengan aluminium yang panas dan terbakar bereaksi sebagai agen
oksidasi yang menimbulkan gas karbon monoksida beracun yang
dapat terbakar.
2Al+ 3CO2 Al2O3 + 3CO

46
Oksidan dapat sangat membantu timbulnya bahaya api
karena bahan bakar akan terbakar meledak jika berhubungan
dengan sebuah oksidan/oxidizer.

c. Penyalaan Spontan/Spontaneous Ignition.


Suatu zat yang dapat menangkap api secara spontan di
udara tanpa adanya sumber penyalaan di sebut pyrophoric.
Termasuk beberapa elemen-pospor putih, logam alkali (Golongan
1A), dan serbuk magnesium, kalsium, kobalt, mangan, besi,
zirconium dan aluminum. Juga termasuk beberapa campuran
organometalik seperti ethyllitium (LiC2H3) dan phenyllithium
(LiC6H5) dan beberapa campuran logam carbonil, misalnya besi
pentacarbonil, Fe(CO)5.
Kelompok utama campuran pyrophoric lainya mengandung
logam dan hybrid metalloid, termasuk lithium hydride, LiH;
Pentaborane, B3H9 dan arisine, AsH3. Semprotan di udara seringkali
sebagai satu faktor dalam penyalaan spontan. Misalnya, lithyium
hydride yang mengalami reaksi berikut dengan air yang berasal
dari semprotan udara.
LiH + H2O  LiOH + H2 +panas
Panas yang ditimbulkan dari reaksi ini cukup menyalakan
hydride sehingga ia menyala di udara.
2LiH + O2 Li2O + H2O
Beberapa campuran dengan karakter organometallic adalah
pyrophoric. Sebuah contoh campuran semacam ini adalah
diethylethoxyauminium. Berbagai campuran oxidizer dan bahan-
bahan kimia oxidizable menangkap api spontan dan disebut
campuran hypergolic/hypergolic mixture. Asam nitrit dan phenol
membentuk campuran seperti itu.

47
d. Racun Hasil Pembakaran/Toxic Products of Combustion
Bahaya yang lebih besar dari api adalah dari hasil racunya
dan produk sampingan dari pembakaran. Yang paling nyata dari
pada ini semua adalah karbonmonoksida, CO, yang dapat
menyebabkan penyakit berbahaya ataupun kematian karena
mampu membentuk carboxyhemoglobine dan hemoglobin dalam
darah tidak lagi membawa oksigen kepada jaringan-jaringan
badan.
Racun SO2, P4O10 dihasilkan oleh pembakaran belerang,
pospor, dan campuran organochlorine. Sejumlah besar campuran
organic noxius/berbahaya misalnya seperti aldehydes dihasilkan
sebagai produk sampingan pembakaran. Juga pembentukan
karbonmonoksida, pembakaran yang kekurangan oksigen
menghasilkan sekring. Beberapa dari campuran ini, misalnya
benzo(a)pirene, di bawah ini adalah precarcinogen yang bertindak
sebagai enzim dalam tubuh yang menghasilkan metabolism
penyebab kanker.

2.5 Zat-zat Reaktif


Zat-zat reaktif adalah zat-zat yang bertendensi menjalani
reaksi cepat dan keras pada kondis-kondisi tertentu. Zat-zat seperti
termasuk zat-zat yang berekasi keras atau menimbulkan campuran
eksplosif dengan air. Satu contoh adalah logam natrium, yang
bereaksi sangat kuat dalam air:
2Na + 2H2O  2NaOH + H2 + panas
Reaksi ini biasanya menimbulkan panas cukup untuk
menyalakan natrium dan hidrogen. Bahan-bahan peledak
membentuk golongan/kelompok lain zat reaktif. Untuk keperluan
pengaturan, zat-zat juga diklasifikasikan sebagai reaktif dengan air.

48
Asam atau basa yang menghasilkan bau beracun, khususnya zat-
zat sulfide hidrogen atau hidrogen sianida.
Panas dan suhu biasanya adalah faktor penting dalam
reaksi. Banyak reaksi memerlukan energi untuk mulai reaksi.
Tingkat kebanyakan rekasi cenderung meningkat tajam dengan
meningkatnya temperature dan kebanyakan reaksi kimia
melepaskan panas. Reaksi dimulai dalam campuran reaksi yang
dibantu dengan panas akan meningkat secara eksponensial
sehubungan dengan waktu, mengarah kepada kejadian yang tak
terkontrol. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkatan reaksi
meliputi bentuk fisik reaktan (misalkan serbuk halus logam yang
bereaksi) tingkat dan derajat campuran reaktan tingkat larutan
dengan media nonreaktif (pengencer) keberadaan katalis dan
tekanan.
Beberapa campuran kimiawi adalah reaktif dengan
sendirinya, di dalamnya mereka mengandung oksigen dan
pereduksi dalam campuran yang sama. Nitroglyceris, sebuah
bahan peledak yang kuat dengan formula C3H3(ONO2)3, spontan
mengurai menjadi CO2, H2O, O2, dan N2 dengan pelepasan energi
spontan. Nitrogelicerin murni memiliki instabilitas inheren yang
seperi itu bahwa dengan pukulan ringan saja bisa jadi cukup untuk
meledak. Trinitrotoluene (TNT) juga sebuah bahan eksplosif
dengan tingkat reaktivitas yang tinggi, relatif stabil sehingga
diperlukan detonator agar mampu meledak.

49
a. Struktur Kimiawi dan Reaktivitas/Chemical Structure and
Reactivity.
Beberapa struktur kimiaw dihubungkan dengan reaktivitas
tinggi pada beberapa campuran organik dari ikatan tak
jenuh/unsaturated. Beberapa struktur organik yang melibatkan
oksigen adalah sangat reaktif. Contohnya etilen oksida dengan
rumus struktur:

Gambar 1. Struktur molekul dari etilen oksida

Hypdroperoxida (ROOH), dan peroksida (ROOR‟), dimana


R dan R‟ singkatan dari hidrokarbon misalnya kelompok metil, -
CH. Beberapa campuran organik yang mengandung nitrogen
bersama dengan karbon dan hydrogen sangat reaktif, termasuk
triazen (R-N=N-N), beberapa campuran azo (R-N=N-R‟) dan
beberapa nitrile (R-C=N).

Tabel 2.4 Contoh struktur dan senyawa reaktif


No Nama Struktur atau Formula
1 Senyawa Organik
a. Alena C=C=C
b. Diena C=C-C=C
c. Senyawa azo C-N=N-C
d. Triazena C-N=N-N
e. Hidroperkosida R-OOH
f. Peroksida R-OO-R
g. Alkil nitrat R-O-NO2
h. Senyawa nitro R-NO2

50
No Nama Struktur atau Formula
2 Senyawa Anorganik
a. Nitrogen oksida N2O
b. Nitrogen halide NCl3,NI3
c. Senyawa interhalogen BrCl
d. Halogen oksida ClO2
e. Halogen azida CIN3
f. Hipohalida NaClO

Kelompok-kelompok fungsional yang mengandung oksigen


dan nitrogen mempunyai tendensi memberikan reaksi terhadap
campuran organik. Contohnya adakah alkali nitrat (R-O-NO2), alkil
nitrit (R-O-N=O), campuran nitroso (R-NO2).
Berbagai kelompok yang berbeda dari campuran anorganik
adalah reaktif. Termasuk campuran halogen dari nitrogen (nitrogen
triiodid sensitive terhadap goncangan, NI3 adalah contoh yang
terkenal). Campuran dengan ikatan logam-nitrogen (NaN3),
halogen oksida (CIO2) dan campuran dengan oxyanions halogen.
Contoh bagi kelompok terakhir adalah campuran ammonium
perchlorate, NH4CIO4, yang terlibat pada sejumlah ledakan dahsyat
yang menghancurkan dan meluluh lantakkan 40 juta lebih/tahun
pabrik bahan bakar roket di Henderson Nevada, dalan tahun 1988
(pada akhir 1989 telah di bangun pabrik penghasil ammonim
perchlorate didekat kota Cedar City di daerah pedalaman barat
daya Utah. Dengan kehati-hatian bangunan pada pabrik yang baru
diletakan berjauh-jauhan).
Bahan peledak seperti nitroglycerin atau TNT yang
merupakan campuran tunggal mengandung dua fungsi yaitu
oxidizing/oksidasi dan reducing/reduksi pada molekul yang sama
dinamakan campuran redox/redox compound. Beberapa
campuran redox memiliki lebih banyak oksigen daripada yang
dibutuhkan untuk sebuah reaksi lengkap dan memiliki

51
keseimbangan positif oksigen, beberapa lainya memiliki jumlah
stoikiometri oksigen yang sesuai yang diperlukan (pelepasan energi
maksimum) dan yang lain memerlukan dari sumber luar untuk
mengoksidasi segala komponen secara lengkap.
Trinitroluene memiliki kesetimbangan negatif yang besar,
ammonium dichromat {(NH4)2Cr2O7} memiliki kesetimbangan nol,
bereaksi dengan stoikhiometri terhadap H2O, N2, dan Cr2O3, dan
nitroglycerine memiliki kesetimbangan positif sebagaimana
ditunjukan oleh reaksi berikut:
4C3H5N3O9  12CO2 + 10H2O + 6N2 + O2

2.6 Zat-zat Korosif


Secara konvensional, zat-zat korosif dianggap sebagai zat-
zat yang menghancurkan logam atau menyebabkan oksidasi bahan,
misalnya karat besi yang terbentuk di permukaan bahan. Dalam
pengertian yang lebih luas, korosif merusakkan bahan-bahan,
termasuk jaringan hidup yang terkontak. Kebanyakan zat korosif
meliputi (1) asam kuat, (2) basa-basa kuat (3) oksidan (4) agen
dehidrasi. Tabel 2.5 mencatat beberapa zat-zat korosif yang utama
dan akibatnya.

Asam Sulfat
Asam sulfat adalah contoh utama dari pada zat-zat korosif.
Sebagai asam keras, asam sulfat terkonsentrasi merupakan agen
dehidrasi dan oksidan. Kedekatan yang berlebihan dari H2SO4
terhadap air dihasilkan panas ketika air dan asam sulfat dicampur.
Jika hal ini dilakukan tidak secara cermat dengan menambahkan air
ke dalam asam, pendidihan dan lompatan dapat terjadi yang
menyebabkan terlukanya seseorang. Akibat buruk dari asam sulfat
pada jaringan kulit pelepasan air dengan terlepasnya panas yang

52
menyertainya. Asam sulfat menguraikan kabohidrat dengan
pemindahan air. Dalam berhubungan dengan gula, misalnya,
konsentrasi asam sulfat bereaksi meninggalkan karbon. Reaksinya
adalah:
C12H22O11 + H2SO4  11H2O (H2SO4) + 12C + Panas
Beberapa reaksi dehidrasi asam sulfat boleh jadi sangat
nyata. Misalnya, reaksi dengan asam perchlorik menghasilkan
Cl2O7 yang tidak stabil, dan dapat menyebabkan ledakan dahsyat.
Konsentrasi asam sulfat menghasilkan racun ataupun produk yang
berbahaya lainya, misalnya racun carbon monoksida (CO) dari
reaksi dengan asam oksalat, H2C2H4: racun bromin dan sulfat
dioksida (Br2, SO2) dari reaksinya dengan sodium bromide, NaBr:
dan racun chlorin dioksida yang tak stabil (ClO2) dari reaksinya
dengan Natrium chlorate, NaClO3.

Tabel 2.5 Contoh beberapa zat korosif


No Nama Formula Sifat dan Efek
1 Asam nitrat HNO3 Asam kuat, oksidator kuat,
merusak logam, bereaksi
dengan protein dalam jaringan
membentuk asam
asantoprotein berwarna
kuning, luka yang lambat
disembuhkan
2 Asam klorida HCl Asam kuat, merusak logam
mengeluarkan atau
melepaskan uap gas HCl yang
dapat merusak jaringan sistem
pernapasan
3 Asam fluoride HF Merusak logam, melarutkan
gelas, penyebab luka yang
merusak pada daging.

53
No Nama Formula Sifat dan Efek
4 Logam alkalo NaOH dan Basa kuat, merusak seng, lead,
hidroksida KOH alumunium, zat yang
melarutkan jaringan,
penyebab luka bakar yang
hebat.
5 Hidrogen H2O2 Oksidator, menyebabkan luka
peroksida bakar yang hebat
6 Senyawa ClF, BrF3 Korosif yang sangat kuat,
Interhalogen iritasi dimana keasaman,
oksidasi dan dehidrasi
jaringan tubuh.
7 Halogen OF2,Cl2O,Cl2O2 Korosif yang sangat kuat,
Oksida iritasi dimana keasaman,
oksidasi dan dehidrasi
jaringan tubuh
8 Elemen flour, F2,Cl2,Br2 Sangat korosif pada selaput
klor dan brom lender dan jaringan basah,
iritasi yang kuat

Bersentuhan dengan asam sulfat dapat menyebabkan


kerusakan jaringan yang mengakibatkan luka bakar yang mungkin
sulit diobati. Penghisapan uap asam sulfat atau percikanya
merusak jaringan pernafasan atas dan mata. Terkena dalam waktu
lama dengan asam sulfat atau percikanya menyebabkan erosi gigi.

2.7 Keracunan Zat-zat Beracun


Keracunan adalah urusan yang terutama dalam
berhubungan dengan zat-zat berbahaya. Hal ini termasuk akibat
kronis jangka waktu lama dari ekspose secara terus menerus
maupun secara periodik dengan bahan beracun tingkat rendah, dan
akibat akut dari sekali ekspose besar-besaran.
Guna keperluan pengaturan dan maksud-maksud
penyehatan sebuah tes standar diperlukan guna mengukur

54
kemungkinan zat-zat beracun masuk lingkungan hidup dan
menyebabkan ancaman bagi organisme. Tes yang diharuskan oleh
EPA AS adalah Toxicity Characteristic Leaching Prosedure (TCLP)
dimaksudkan menentukan keberadaan pengotor organik maupun
anorganik pada limbah cair, padat, dan multi fase. Untuk
menganalisis jenis racun, suatu cairan meluber dari limbah dan
dianggap sebagai ekstraksi TCLP. Jika limbah adalah cairan dengan
kandungan kurang dari 0,5% cairan tersebut disaring melewati
filter fiber flas dengan ukuran 0,6-0,8 mmikron dan dianggap sari
TCLP. Untuk limbah yang mengandung limbah lebih dari 0,5%
seluruh cairan dipisahkan untuk dianalisis, limbah padat dikurangi
ukuran besarnya atau dikecilkan dan diekstrak untuk dianalisis.
Dalam limbah campuran cair-padat, cairan dipisahkan dan
dianalisis terpisah. Limbah padat yang diekstraksi harus
mempunyai luas permukaan setiap gram bahan sama dengan atau
lebih besar dari 3,1 cm² atau mengandung partikel-partikel lebih
kecil dari 1 cm pada ukuranya yg paling kecil. Bentuk cairan
ekstraksi yang digunakan pada limbah padat/keras ditentukan
berdasarkan pH campuran 5 gram limbah padat dikocok kuat-kuat
dengan 96,5ml liter air. Jika pH air setelah dicampur kurang dari 5.0
cairan ekstraksi yang digunakan adalah asam asetat/natrium asetat
buffer pHnya 4,93 ± 0.05. Jika pH lebih besar dari 5.0, sebanyak 3,5
mL dari 1 M HCl di tambahkan, campuran diaduk, campuran
dipanaskan hingga 50oC selama 10 menit, kemudian didinginkan
hingga mencapai suhu kamar. pH dari cairan yang didinginkan
diukur dan jika kurang dari 5,0 pH cairan buffer digunakan untuk
ekstraksi, dan jika lebih besar dari 5,0 larutan asam asetat dengan
pH 2,88 ± 0,05 (hanya pH cairan buffer digunakan untuk
mengekstraksi). Ekstraksi dilakukan dalam bejana yang tertutup
diletakkan pada alat yang berputar dari sisi ke sisi selama 18 jam.

55
Setelah diekstrak TCLP dipisahkan dari limbah padat, kemudian
dianalisis untuk mengetahui campuran organik yang mudah
menguap, agak mudah menguap, dan logam-logam guna
menentukan apakah limbah melampaui tingkat yang dibolehkan
atas kontaminan-kontaminan seperti Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Penentuan Pencemar dalam TCLP Proses


No Nomor Limbah Pencemar Tingkat Sesuai
Berbahaya Menurut Aturan (mg/L)
EPA
1 D004 Arsen 5,0
2 D005 Barium 100,0
3 D018 Benzena 0,5
4 D006 Kadmium 1,0
5 D019 Karbontetraklorida 0,5
6 D020 Klordane 0,03
7 D021 Klorobensena 100,0
8 D022 Kloroform 6,0
9 D007 Krom 5,0
10 D023 o-Cresol 200,0
11 D024 m-Cresol 200,0
12 D025 p-Cresol 200,0
13 D026 Cresol 200,0
14 D016 2,4-D 10,0
15 D027 1,4-Dikorobensena 7,5
16 D028 1,2-Dikloroetana 0,5
17 D029 1,1-Dikloretilena 0,7
18 D030 2,4-Dinitretoluena 0,13
19 D012 Endrin 0,02
20 D031 Heptaklor (epoksida) 0,008
21 D032 Heksaklorobensena 0,13
22 D033 Heksaklorobutadiena 0,5
23 D034 Heksakloroetana 3,0
24 D008 Lead 5,0
25 D013 Lindane 0,4
26 D009 Mercury 0,2

56
No Nomor Limbah Pencemar Tingkat Sesuai
Berbahaya Menurut Aturan (mg/L)
EPA
27 D014 Metoksiklor 10,0
28 D035 Metiletilketon 200,0
29 D036 Nitrobensena 2,0
30 D037 Pentaklorofenol 100,0
31 D038 Piridin 5,0
32 D010 Selenium 1,0
33 D011 Silver 5,0
34 D039 Tetrakloroetana 0,7
35 D015 Taksopena 0,5
36 D040 Trikloroetilena 0,5
37 D011 2,4,5-Triklorofenol 400,0
38 D042 2,4,6-Triklorofenol 2,0
39 D017 2,4,5-TP (Silvex) 1,0
40 D043 Finil Klorida 0,2

2.8 Kelompok Kimia Bahan-bahan Berbahaya


Cara lain melihat zat-zat berbahaya adalah dari sifat
kimianya dan membagi dalam kelompok-kelompok kimia.
Sejumlah bahan digunakan dalam industri dalam bentuk elemen,
dalam berbagai kasus untuk keperluan sintesis kimia. Beberapa
dari elemen ini menyebabkan bahaya kemudahan terbakar,
korosivitas, reaktivitas, ataupun keracunan. Elemen hidrogen, H2,
sangat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan besinggungan
dengan udara. Tiga macam halogen-fluorine, chlorine, dan bromine
diproduksi sebagai elemen F2, Cl2, dan Br2. Fluorine adalah elemen
oksidan tekuat dan sangat reaktif. Ia sangat korosif bagi kulit dan
penghisapan F2 dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru yang
berat. Chlorine yang secara luas memproduksi kimia industri,
adalah sebuah oksidan reaktif yang membuat asam dalam air dan
racun korosif bagi jaringan khususnya pada alur pernapasan.

57
Bromine adalah cairan coklat yang mudah menguap yang korosif
terhadap kulit dalam kedua bentuk cair ataupun uap. Elemen
posfor putih adalah zat reaktif yang dapat menangkap api secara
spontan di udara dan racun sistemik. Lithium, natrium dan kalium
bereaksi dengan sejumlah besar bahan-bahan kimia dan mudah
terbakar untuk melepaskan oksida natrium dan uap hidroksida.
Uap elemen merkuri beracun khususnya bagi pernapasan.
Beberapa logam yang secara umum dikenal sebagai logam berat,
adalah beracun terutama dalam bentuk kombinasi kimiawinya
meliputi timbal, kadmium, mercury, beryllium, dan arsenic atau
arsen.
Berbagai campuran anorganik adalah berbahaya karena
reaktivitasnya (NH4ClO4), korosivitasnya (HNO3), dan racunnya
(KCN). Berbagai campuran organometalik, yang memiliki atom
logam ataupun atom metaloid (misalnya silicon dan arsen) terikat
langsung dengan karbon pada kelompok hidrokarbon atau karbon
monoksida, CO, mudah menguap, reaktif, dan beracun.

Campuran organik
Ada berjuta-juta campuran organik yang dikenal,
kebanyakan berbahaya dalam cara dan tingkatan tertentu.
Kebanyakan campuran organik dapat dibagi diantara hidrokarbon,
campuran yang mengandung oksigen, campuran yang
mengandung nitrogen, organohalida, campuran yang mengandung
sulfat, campuran yang mengandung posfor, ataupun campurannya.

2.9 Bentuk dan Pemisahan Limbah


Tiga kategori utama dari limbah didasarkan atas bentuk
fisiknya adalah organik, material, limbah cair, dan lumpur.
Bentuk-bentuk ini terutama menentukan tindakan yang diambil

58
dalam pengolahan dan pembuangan limbah. Tingkatan
pemisahan/level of segregation, sebuah konsep dalam rangka
pengolahan, penimbunan, dan pembuangan dari berbagai jenis
limbah. Secara relatif mudah menangani limbah-limbah yang tidak
campur aduk dengan berbagai jenis lainnya; yakni dipisahkan
secara ketat. Misalnya, tumpahan pengencer hidrokarbon dapat
digunakan sebagai bahan bakar boiler/pemanas. Namun jika
pengencer-pengencer ini bercampur dengan sisa-sisa pengencer
organochlorine, hasil kontaminan hidrogen klorida selama
pembakaran maka akan menghalangi penggunaanya sebagai bahan
bakar dan memerlukan pembuangan dalam insinerator
(pembakaran) limbah berbahaya. Pencampuran yang lebih lanjut
dengan lumpur-lumpur anorganik menambah bahan-bahan
mineral dan air. Ketidakmampuan ini menyulitkan proses
pengolahan yang diperlukan karena akan menghasilkan abu
mineral pada pembakaran ataupun menurunkan nilai panas bahan-
bahan yang dibakar karena hadirnya air. Diantara jenis-jenis limbah
yang paling sulit ditangani adalah limbah-limbah dengan
pemisahan seadanya, diantaranya adalah mencairkan lumpur yang
mengandung campuran limbah anorganik dan organik”.
Konsentrasi limbah adalah faktor penting dalam
pengaturannya. Suatu limbah yang telah dikonsentrasikan atau
lebih disukai tidak dicairkan pada umumnya lebih mudah dan
lebih ekonomis penanganannya dikembangkan dengan yang
berserak dalam jumlah besar pada tanah. Penanganan limbah
berbahaya adalah sangat dipermudah ketika kuantitas asal limbah
minimum dan limbah tetap terpisahkan dan terkumpul sejauh
mungkin.

59
2.10 Asal usul, Pengolahan dan Pembuangan
Manajemen limbah berbahaya merujuk pada sebuah sistem
yang terorganisir rapi dimana limbah melalui jalur yang layak
menuju penghancuran atau alur pembuangan yang melindungi
kesehatan manusia maupun lingkungan. Manajemen bahaya
dihadapkan oleh zat-zat dan limbah berbahaya adalah satu bagian
penting dari biaya bisnis yang berhubungan dengan produk dan
proses semacam itu haruslah memiliki pengertian tentang zat-zat
dan limbah berbahaya. Tiga aspek utama dalam manajemen limbah
berbahaya meliputi asal-usul, pengolahan dan pembuangan.
Efektifitas sistem limbah berbahaya adalah sebuah ukuran
tentang bagaimana baiknya sistem mengurangi kuantitas dan
bahaya limbah, idealnya mendekati nol bagi keduanya. Pada
urutan menurun dari efektifitas, pilihan guna menangani limbah
berbahaya adalah sebagai berikut :
 Tindakan-tindakan yang mencegah terjadinya limbah.
 Pemulihan dan pendauran dari isi limbah.
 Penghancuran dan pengolahan, perubahan menuju bentuk-
bentuk limbah tak berbahaya.
 Pembuangan (penimbunan tanah, dan penyimpanan).

Fasilitas-fasilitas pengolahan, penyimpanan, dan pembuangan


Bagian krusial dari pengaturan limbah berbahaya di AS
menyangkut pengolahan, penimbunan/penyimpanan, dan fasilitas
pembuangan/treatment, storage, and disposal facilities (TSDF).
Pengolahan merubah karakter fisik, kimiawi, atau biologi atau
komposisi limbah agar lebih aman. Penyimpanan menyangkut
penimbunan limbah berbahaya untuk sementara waktu menunggu
pengolahan ataupun pembuangan. Pembuangan menyangkut nasib
akhir dari zat-zat berbahaya ataupun produk olahan.

60
Pengurangan Limbah dan Minimisasi Limbah
Berbagai persoalan limbah berbahaya dapat dihindari pada
tahap ini dengan pengurangan limbah/waste reduction dan
minimisasi limbah/waste minimization. Karena terminologi
kebanyakan digunakan, pengurangan limbah merujuk pada
pengurangan sumbernya, sedikit bahan masuk, sedikit limbah
keluar. Minimisasi limbah dapat meliputi proses pengolahan,
misalnya pembakar/incinerator, yang mengurangi kuantitas
limbah bagi limbah yang memerlukan pemuangan akhir.

Pengolahan Limbah
Di bawah kategori pengolahan perlu membahas limbah air
perkotaan dan limbah padat perkotaan bersama-sama dengan
limbah berbahaya. Tujuan dari proses pengolahan limbah air
industri dan lumpur adalah menghasilkan suatu keluaran yang
sesuai dengan standar pembuangan pengolahan limbah cair
perkotaan (pekerjaan pengolahan publik, PTOW) dan pada
beberapa kasusu untuk menghasilkan padatan yang dapat dibuang
bersama dengan limbah padat perkotaan. Pembakaran limbah
padat perkotaan dapat menghasilkan beberapa padatan, khususnya
debu asap, yang harus dianggap sebagai berbahaya.
Proses pengolahan ideal mengurangi kuantitas matrial
limbah berbahaya hingga bagian-bagian kecil dari jumlah aslinya
dan merubahnya menjadi tidak berbahaya. Namun demikian
kebanyakan proses pengolahan menghasilkan matrial, misalnya
lumpur dari pengolahan limbah cair perkotaan atau abu
pembakaran, yang memerlukan pembuangan dan boleh jadi
berbahaya untuk tingkatan tertentu.
Pembuangan langsung limbah berbahaya yang diolah
secara minim menjadi sangat dibatasi dengan peraturan baru yang
keluar dari Hazardous and solid waste Amandement of 1984

61
(HSWA). Dibawah aturan “tanah-larangan”, peraturan ini
melindungi pembuangan lebih dari 400 zat kimia kecuali limbah
tersebut diolah atau dapat dibuktikan tidak berpindah selama
limbah-limbah tersebut tetap berbahaya. Tujuan akhir dari
peraturan ini adalah mengurangi jumlah limbah berbahaya yang
timbul, meski kuantitasnya diharapkan meningkat pada dekade
berikut. Penekanan dalam pengolahan adalah diletakkan pada
pemulihan matrial daur ulang dan produksi hasil samping yan
tidak berbahaya. Terdapat insentif ekonomis dan peraturan keras
untuk menghasilkan lebih sedikit limbah dalam pabrik dengan
memodifikasi proses, produksi, substitusi, daur ulang dan
pengawasan yang berhati-hati terhadap sistem manufaktur.

2.11 Zat-zat yang Berbahaya dan Kesehatan


Dalam tahun-tahun terakhir aspek kesehatan atas zat-zat
berbahaya telah mendapatkan peningkatan perhatian oleh publik
maupun lembaga legislatif. Pertanyaan dasar adalah hubungan
antara kesehatan manusia yang tinggal disekitar bahan-bahan
kimia yang ada pada lingkungan. Pengesahan undang-undang
SARA 1986 oleh biro pencatatan zat-zat berbahaya dan penyakit,
disahkan oleh peraturan CERCLA 1980 dan diawasi oleh layanan
kesehatan publik, Departemen Kesehatan dan Manusia/Public
Health Service of Depatement of Health and Human Service
bertanggung jawab atas aspek kesehatan karena pelepasan zat-zat
beracun. Badan ini ditugasi memelihara file informasi dan data
tentang pengaruh kesehatan dan penyakit yang secara potensial
disebabkan oleh zat-zat beracun, memelihara catatan ekspose
terhadap zat-zat beracun, dan mencatat daerah-daerah dimana
publik dibatasi karena kontaminasi zat-zat beracun. Juga ATSDR
adalah sumber utama informasi pengaruh-pengaruh kesehatan

62
karena za-zat beracun dan memainkan peran aktif dalam merespon
dan kegiatan-kegiatan pengobatan pada lingkungan limbah. Biro
ini telah mempersiapkan dokumen secara luas tentang profil
keracunan sehubungan dengan zat-zat beracun khusus di pabrik.
Bahan-bahan yang menjadi subyek dalam profil ini adalah bahan-
bahan yang dijumpai pada limbah berbahaya dan kemungkinan
menghadapi bahaya kesehatan yang substansial.

63

Anda mungkin juga menyukai