Anda di halaman 1dari 37

BAB Cair

dibawakan oleh:

Libra Smith Picarima 0761050102


Marviken Lunu Namseo 1161050081
Priscilla Charmelita Sikone 1261050091
Zelda Marceline 1261050136
Pembimbing:
dr. Ida Bagus Eka Utama, Sp.A

Kepaniteraan Klinik Ilmu Pediatri


Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia
Periode 12 Desember 2016 25 Februari
2017
Pendahuluan
Insiden diare pada balita di Indonesia
adalah 6,7%
Lima Provinsi yang memilikin insiden
diare pada balita tertinggi adalah
Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi
Selatan, dan Banten

(sumber: Riskesdas 2013)


Definisi
Buang Air Besar cair atau biasa lebih dikenal dengan
diare / mencret adalah peningkatan frekuensi BAB
lebih dari 3x dalam sehari dengan feses bentuk
lembek / bahkan cair, dapat disertai darah atau lendir.

Terbagi menjadi 3 kategori menurut waktu terjadinya,


dimana:
Diare Akut : terjadi dalam kurun waktu < 14 hari
Diare Kronik : terjadi dalam kurun waktu > 14 hari
Diare Persisten : Diare akut yang berlanjut hingga
lebih dari 14 hari
Faktor Resiko
Usia
Musim
Daerah/tempat tinggal
Etiologi
Bakteri Virus Parasit

Escheria Coli Rotavirus Entamoeba


Salmonella Enteric Hystolytica
Shigella adenovirus Giardia
Bacillus Astrovirus Lamblia
Cereus Calcivirus Strongyloide
Campylobact Coronavirus s stercotalis
er jejuni Trichuris
Vibrio Trichura
Cholera Blastocystis
Clostridium Homonis
perfringens Cryptosporidi
Clostridium um Parvum
defficile
Patofisiologi
Gangguan absorpsi (diare osmotik)
Konsumsi magnesium hidroksida
Defisiensi sukrase isomaltase
Ada bahan
Bahan hiperosmolarit
intraluminal as
yang tidak
bersifat
diserap
hipertonis

Perbedaan
Na ikut masuk Air berkumpul tekanan
ke lumen di lumen usus osmose lumen
usus dan darah

Cairan Sebagian
intraluminalbes diserap, Diare
ar, kadar Na sebagian tidak
normal
Malabsorpsi Umum
Kerusakan sel akibat
Mikroorganisme tertentu (salmonella,
shigella, Campylobacter, Giardiasis,
Enteroadheren E. Coli)
Akibat obat-obatan
Menyebabkan malabsorpsi nutrien
tanpa merubah susunan anatomi
mukosaIntoleransi laktosa
Intoleransi primer dan sekunder
Gejala: diare, asam (ph dibawah 4, 5),
meteorisme, flatulens, kolik abdomen
Gangguan sekresi (diare
sekretorik)
Hiperplasia kripta atrofi vili
Luminal
Toksin
secretagogues
Na dan
penyebab diare cl di tingkatka
Clmasuk
tingkatkan kripta n pompa
ke lumen
konsentrasi keluar Na
usus
intrasel
Bahan
laksatif
rusaknya sel
memacu permeabilita
mukosa
kadar cAMP s intestinal
intraseluler

Blood Borne secretagogues


umumnya disebabkan enterotoksin E. Coli
atau Cholera.
Diare Inflamasi
Bakteri enteral patogen pengaruhi
tight junction hipersekresi clorida
diikuti oleh Na dan air
Gejala Rotavir Shigell Salmon ETEC EIEC Kolera
klinik us a ella
Masa tunas 17-72 24-48 6-72 6-72 6-72 48-72 jam
jam jam jam jam jam

Panas + ++ ++ - ++ -
Mual Sering Jarang sering + - sering
muntah
Nyeri perut Tenesm Tenesm Tenesm - Tenesm cramp
us us + us us +
cramp cramp
Nyeri - + + - - -
kepala
Lamanya 5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
sakit
Sifat tinja Sedang sedikit sedikit Banyak Sedikit Banyak
Volume
Frekuensi 5-10x/h >10x/h sering sering sering Terus
menerus
Konsistensi Cair lembek lembek cair lembek cair
Bau Langu +/- busuk - - Amis khas
DISENTRI
Apa itu Disentri ?
Disentri merupakan peradangan pada usus besar
yang ditandai dengan gejala khas yangdisebut
sebagai sindroma disentri, yakni sakit di perut yang
sering disertai dengan tenesmus, sering BAB, serta
tinja mengandung darah dan lendir dan merupakan
tipe diare yang berbahaya.
Etiologi
Etiologi dari disentri ada 2, yaitu :

Disentri basiler, disebabkan oleh


Escherichia coli enteroinvasif
(EIEC), Salmonella,
Campylobacter jejuni, terutama
pada bayi
.
Amoeba (Disentri amoeba)
disebabkan Entamoeba hystolitica.

Shigella dilaporkan sebagai penyebab


tersering disentri basiler pada anak.
Patofisiologi
Gejala Klinis
1. Disentri basiler
a.Diare mendadak yang disertai darah dan lendir
dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada
permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa
darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72
jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah
dan lendir dalam tinja.
b. Panas tinggi (39,50 400 C), appear toxic.
c.Muntah-muntah.
d.Anoreksia.
e. Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
2. Disentri amoeba
a. Diare disertai darah dan lendir dalam
tinja.
b.Frekuensi BAB umumnya lebih
sedikit daripada
disentri basiler (10x/hari)
c. Sakit perut hebat (kolik)
d. Gejala konstitusional biasanya tidak
ada
Pemeriksaan Penunjang

1.Disentri basiler
a. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap
kuman penyebab serta biakan hapusan (rectal
swab).

b. Polymerase Chain Reaction (PCR)


Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi
belum dipakai secara luas. Hal ini dapat
mendeteksi toksin di tinja pada sebagian besar
penderita yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau
toksin yang dihasilkan E.coli.
Disentri amoeba
a) Pemeriksaan tinja

Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari
bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. Dengan
sediaan langsung tampak kista berbentuk bulat dan berkilau seperti
mutiara.
Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Pada sediaan
langsung dapat dilihat trofozoit yang masih bergerak aktif seperti keong
dengan menggunakan pseudopodinya yang seperti kaca.

b) Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi


Pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis penderita dengan
gejala disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan
amoeba.

c) Foto rontgen kolon

d) Pemeriksaan uji serologi


Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati
amebik dan epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus
jaringan (invasif). Oleh karena itu uji ini akan positif pada pasien abses
hati dan disentri amoeba dan negatif pada carrier..
Komplikasi
A. Disentri Basiler
toksik megakolon, prolaps rectal
B. Disentri Amuba
Perforasi Usus
Abses Hati
Penegakan Diagnosis BAB
Cair
Anamnesis
Sudah berapa lama mengalami BAB cair?
Berapa kali frekuensinya dalam 1 hari?
Apakah terdapat darah atau lendir?
Bagaimana konsistensinya, apakah cair saja atau disertai ampas? Bagaimana
warna dan baunya?
Riwayat makanan sebelum ini? Riwayat personal hygiene?

Pemeriksaan Fisik
Lihat tanda tanda dehidrasi, klasifikasikan
Pemeriksaan abdomen(Bising usus meningkat? Nyeri ketuk? Bagaimana bunyi
perkusinya? Adakah nyeri tekan?)

Pemeriksaan Penunjang
Elektrolit
Kultur feses
Klasifikasi Dehidrasi
Menurut WHO
Menurut Maurice King
Menurut MMWR 2003
Tanda dan Gejala Dehidrasi menurut
WHO
Derajat Dehidrasi Menurut
MMWR
5 Pilar Penanganan Diare
Rehidrasi
Nutrisi
Zinc
Antibiotik Selektif
Edukasi
Pemberian Nutrisi
Makanan utama seperti ASI eksklusif
bagi bayi < 6 bln dan makanan lain
tetap diberikan untuk memenuhi
kebutuhan gizi bagi anak penderita
diare. Sesuaikan dengan jenis jenis
makanan rendah serat dan tinggi
mineral seperti pisang yang kaya
kalium untuk mencegah terjadinya
ketidakseimbangan elektrolit akibat
keluar bersama BAB.
Pemberian zinc
Disesuaikan dengan dosis dan usia penderita.
Untuk bayi dibawah 6 bulan diberikan zinc
dengan dosis 10 mg/hari, sedangkan untuk
anak anak diatas usia 6 bulan diberikan
dosis 20mg/hari
Berikan zinc dari awal terdiagnosa diare
hingga 10-14 hari berikutnya secara berturut-
turut. Zinc dipercaya mampu memproteksi
dan meregenerasi vili-vili usus halus agar
penyerapan nutrisi berjalan maksimal.
Antibiotik Selektif
Penggunaan antibiotik harus
disesuaikan dengan hasil kultur
feses, apakah diare disebabkan oleh
bakteri, virus, atau jamur. Untuk
virus, terapi yang dianjurkan adalah
terapi cairan saja untuk
mencegah/memperbaiki dehidrasi.
Untuk jamur, perlu pertimbangkan
adakah kofaktor penyakit lain.
E. Coli
Ampicilin 50-100mg/kgBB
Vibrio Cholera
Kotrimoksazole 36 mg/kgBB/hari
Salmonella
Seftriaxon : < 12 tahun : 50 mg/kgBB
> 12 tahun : 1 gr/ hari

Sefalosporin: 10mg/KgBB/x
Kloramfenikol: 50mg/KgBB/hari
Shigellosis
Siprofloksasin 20-30 mg/kg/hari
Azitromisin 10 mg/kgBB/hari
Disentri amuba
Metronidazol 35 50 mg/kgBB/ hari
Terapi Antiparasit
Giardia Lamblia, Entamoeba
histolytica
Metronidazole: anak15 mg/kgBB/hari
3x1
Strongyloides stercoralis
Albendazole: 12 bulan- 2 thn 200mg.
Dosis tunggal sekali minum
anak >2 thn 400mg/hari
Edukasi
Bagi para orangtua, bila keadaan
anak memburuk setelah terapi cairan
yang dapat dilakukan di rumah, atau
kondisi tidak membaik, segera bawa
ke pusat kesehatan terdekat untuk
mendapat penanganan yang lebih
lanjut.
Konseling dan Edukasi

Penjelasan tentang cara penularan


Edukasi cuci tangan

Anda mungkin juga menyukai