Anda di halaman 1dari 11

GIZI USIA REMAJA

Disusun Oleh:
Lia Lestari Indah 1061050196
Yoshua Ariel Pattiselanno 1261050092
Zelda Mercheline Aqmarina 1261050136
Moses Mazmur Asaf 1361050010
Natashya Phillipa Nanda Ngasu 1461050085

Dokter Pembimbing :
dr. Louisa Langi, MS, MA

KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 7 MEI 2018 – 9 JUNI 2018
JAKARTA
DAFTAR ISI

I. Latar Belakang …………………………………………………………………………......


II. Tujuan ……………………………………………………………………………………...
III. Target ………………………………………………………………………………………
IV. Masalah Gizi pada Anak Usia 13-18 Tahun (Remaja)
……………………………………...
V. Gizi yang dibutuhkan pada anak usia 13-18 tahun (Remaja)
……………………………….
VI. Contoh Pengolahan Bahan Pangan
………………………………………………………...
VII. Contoh Kecukupan Gizi pada Anak Usia 13-18 Tahun (Penyajian)
………………………..
VIII. Kemitraan Gender ………………………………………………………………………….
I. LATAR BELAKANG
Kecukupan gizi dan pangan remaja merupakan salah satu faktor terpenting dalam
mengembangkan sumber daya manusia, sehingga menjadi faktor kunci dalam pembangunan
suatu bangsa. Kesehatan remaja menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan
ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai
tahap perkembangan.

II. TUJUAN
1. Meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai gizi seimbang
2. Menumbuhkan sikap dan perilaku gender dalam keluarga untuk pemenuhan gizi
seimbang
3. Meningkatkan kepedulian keluarga dalam mengatasi permasalahan gizi masyarakat

III. TARGET
1. Kader Kesehatan/PKK/Posyandu
2. Tokoh masyarakat atau agama

IV. MASALAH GIZI ANAK USIA 13-18 TAHUN (REMAJA)

Timbulnya masalah gizi pada remaja pada dasarnya dikarenakan perilaku gizi yang salah,
yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Bila
konsumsi gizi selalu kurang dari kecukupan maka seorang akan mengalami gizi kurang.
Sebaliknya jika konsumsi melebihi kecukupan akan menderita gizi lebih dan obesitas.
Permasalahan gizi yang timbul pada masa remaja dipicu oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah:
1) Kebiasaan makan yang buruk
Timbulnya kebiasaan makan yang buruk pada remaja biasanya dikarenakan kebiasaan
makan yang juga tidak baik yang tertanam sejak kecil.
2) Pemahaman gizi yang salah
Remaja sering memiliki pemahaman bahwa tubuh yang menjadi idaman adalah tubuh
yang langsing. Sehingga untuk mempertahankannya remaja melakukan pengaturan
makan yang salah.
3) Berlebihan terhadap suatu jenis kesukaan makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan terlebih lagi jika makanan
tersebut minim kandungan gizi akan menyebabkan tidak terpenuhnya kebutuhan gizi.
4) Promosi yang berlebihan di media massa tentang produk makanan
Usia remaja merupakan usia yang sangat mudah tertarik dengan hal-hal terbaru,
termasuk produk makanan yang diiklankan, padahal makanan tersebut belum tentu
memiliki kandungan gizi yang baik.
5) Maraknya produk makanan impor
Jenis makanan impor siap saji seperti hotdog, hamburger, fried chicken dan frenchfries
semakin banyak dipasaran. Secara nilai gizi makanan tersebut tidak terlalu bagus
karena memiliki kolesterol, lemak jenuh, dan kadar natrium yang tinggi yang tentunya
berakibat buruk bagi kesehatan.
Fisik seseorang pada fase remaja akan terus berkembang, demikian pula aspek sosial dan
psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam gaya hidup
dan perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan
dikonsumsi. Hal inilah yang akan berpengaruh pada keadaan gizi seorang remaja, sehingga
menemukan masalah beragam diantaranya:
1) Obesitas
Obesitas atau kegemukan sebagai akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.
Sejak tahun 1998, WHO telah mendeklarasikan obesitas sebagai epidemic global. Rata-
rata wanita memiliki lemak tubuh lebih banyak disbanding pria. Wanita dengan lemak
tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami
obesitas. Penyebab obesitas diantaranya adalah faktor genetik, pola makan berlebih,
kurang aktivitas, emosi serta lingkungan.
2) Anoreksia Nervosa
Anoreksia Nervosa banyak dialami oleh remaja wanita. Keinginan mempunyai tubuh
langsinh membuat remaja rela menurunkan berat badan secara drastis
3) Bulimia
Bulimia merupakan kelainan dimana penderita cenderung senang mengkonsumsi
makanna yang mereka sukai. Mereka makan berlebihan untuk memuaskan keinginan
mereka, namun selanjutnya mereka memuntahkan kembali atau dengan obat pencahar
hingga tidak ada makanan yang tersisa, dengan demikian mereka terhindar dari gemuk.
Penderita bulimia umumnya adalah perempuan.

V. GIZI YANG DIBUTUHKAN PADA ANAK USIA 13-18 TAHUN


VI. CONTOH PENGOLAHAN BAHAN PANGAN
Pengolahan makanan harus menerapkan prinsip hygiene sanitasi makanan mulai dari
pemilihan makanan sampai dengan penyajian makanan. Makanan yang tidak dikelola dengan
baik dan benar oleh penjamah makanan dapat menimbulkan dampak negative seperti penyakit
dan keracunan akibat bahan kimia, mikroorganisme, hewan, tumbuhan, serta dapat pula
menimbulkan alergi.

1) Pemilihan Bahan Makanan


a. Bahan makanan mentah, yaitu makanan yang perlu pengolahan sebelum
dihidangkan seperti:
 Daging, susu, telor, ikan/udang, buah dan sayuran harus dalam keadaan
baik, segar, dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa, serta
sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi.
 Jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak berubah
warna, tidak bernoda, dan tidak bernoda.
 Makanan fermentasi yaitu makanan yang diolah dengan bantuan mikroba
seperti ragi, harus dalam keadaan baik, tercium aroma fermentasi, tidak
berubah warna, aroma, rasa serta tidak bernoda dan tidak berjamur.
b. Bahan tambahan pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi persyaratan sesuai
peraturan yang berlaku.
c. Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang bukan dapat langsung dimakan, tetapi
digunakan untuk proses pengolahan makanan yang lebih lanjut:
 Makanan dikemas (mempunyai label dan merk, terdaftar dan mempunyai
nomor daftar, kemasan yang tidak mudah rusak dan pecah, belum
kadaluarsa, kemasan hanya digunakan untuk satu kali pemakaian).
 Makanan yang tidak dikemas (Baru dan segar, tidak basi, busuk, dan
berjamur, tidak mengandung bahan berbahaya).

2) Penyimpanan Bahan Makanan


a. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kontaminasi baik
bakteri,serangga, tikus, dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya.
b. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first
expired first out (FEFO) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu
dan yang mendekati masa kadaluarsa dimanfaatkan/digunakan terlebih dahulu.
c. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan,
contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin
dan bahan makanan yang kering disimpan di tempat kering dan tidak lembab.
d. Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu sebagai berikut:
Tabel 1. Suhu Penyimpanan Bahan Makanan

3) Pengolahan Bahan Makanan


Pengolahan bahan pangan merupakan pengubahan bentuk asli kedalam bentuk
yang mendekati bentuk untuk segera dapat dimakan. Salah satu proses pengolahan
bahan pangan adalah menggunakan pemanasan. Pengolahan bahan pangan dengan
proses pemanasan dikenal dengan proses pemaksaan yaitu proses pemanasan bahan
pangan dengan suhu 1000ͦC atau lebih dengan tujuan utama adalah memperoleh rasa
lebih enak, aroma yang lebih baik, tekstur yang lebih lunak, unutuk membunuh
mikrobia dan mengaktifkan semua enzim. Dalam banyak hal, proses pemasakan
diperlukan sebelum kita mengkonsumsi suatu makanan. Pemasakan dapat dilakukan
dengan perebusan dan pengukusan, pemanggangan, penggorengan dengan suhu antara
1500ͦC - 3000ͦC. Penggunakan panas dalam proses pemasakan sangat berpengaruh
terhadap nilai gizi bahan pangan tersebut.
Penggunaan panas dalam proses pemasakan bahan pangan sangat berpengaruh
pada nilai gizi bahan pangan. Proses perebusan dapat menurunkan nilai gizi karena
bahanpangan yang langsung terkena air rebusan akan menurunkan zat gizi terutama
vitamin-vitamin larut air (Vitamin B kompleks, dan Vitamin C) dan juga protein.
Sedangkan proses penggorengan merupakan proses oengolahan pangan dengan
menggunakan suhu diatas 1600ͦC yang dapat menurunkan kandungan lemak dan
merusak vitamin dan mineral. Berat bahan pengolahan umumnya mengalami
penurunan, hal ini disebabkan karena proses pemberian panas menyebabkan
berkurangnya komponen yang mudah menguap (Volatil). Pengolahan kering
(penggorengan dan pemanggangan) dapat menurunkan berat bahan pangan lebih
banyak dibandingkan dengan pengolahan basah (pengukusan dan perebusan), Hal ini
disebabkan karena pada pengolahan basah, suhu yang digunakan yaitu 900ͦC-1000ͦC.
Semakin tinggi suhu yang digunakan, semakin banyak pula molekul-molekul air yang
keluar dari permukaan dan menjadi gas.
Disatu sisi pemasakan makanan menguntungkan, tetapi di sisi lain ada beberapa
zat gizi yang menyusut atau malah hilang akibat pemasakan. Dengan memasak, cita
rasa makanan menjadi lebih enak dan daya simpannya bisa diperpanjang. Maknaan
yang telah dimasak dapat terbebas dari bahan beracun tertenntu yang terkandung dalam
suatu bahan pangan. Dengan memasak sempurna kuman penyakit tertentu akan mati
sehingga kkita terhindar dari penyakit setelah mengkonsumsinya.
Perebusan dapat menurunkan kadar protein dalam bahan pangan, ini disebabkan
karena pengolahan menggunakan suhu tinggi akan menyebabkan denaturasi protein
sehingga terjadi koagulasi dan menurunkan solubilitas atau daya kemampuan larutnya.
Pemanasan protein dapat menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi baik yang diharapkan,
maupun yang tidak diharapkan. Reaksi-reaksi tersebut antara laian denaturasi,
kehilangan aktivitas enzim, perubahan kelarutan dan hidrasi, perubahan warna dan
pembentukan senyawa yang secara sensori aktif. Reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan
lama pemanasan, pH, adanya oksidator, antioksidan, dan radikal bebas. Proses
penggorengan bahan pangan dapat menurukan kadar protein lebih tinggi disbanding
perebusan karena suhu yang digunakan sangat tinggi dan protein akan rusak dengan
panas yang sangat tinggi.
Pada umumya setelah proses pengolahan bahan pangan akan terjadi kerusakan
lemak yang terkandung didalamnya. Tingkat kerusakan lemak sangatbervariasi
tergantung pada suhu yang digunakan dan lamanya waktu proses pengolahan. Makin
tinggi suhu yang digunakan, maka semakin intens kerusakan lemak. Terjadinya
kerusakan lemak setelah perebusan disebabkan karena sifat lemak yang tidak tahan
panas, selama proses pemasakan lemak mencair bahkan menguap (volatile) menjadi
komponen lain seperti flavor, sedangkan kenaikan lemak pada bahan pangan yang
digoreng disebabkan karena adanya minyak goreng yang terserap oleh bahan pangan
tersebut yang mengakibatkan kadar lemak bertambah.
Ada dua hal penting yang dipertimbangkan dalam pengolahan makanan
yaituuntuk memperoleh bahan pangan yang aman untuk dimakan sehingga nilai gizi
yang terkandung dapat dimanfaatkan secara maksimal dan yang kedua adalah agar
bahan pangan tersebut dapat diterima khususnya secara sensori meliputi aroma, rasa,
dan konsistensi. Pilihlah makanan yang telah melalui proses pengolahan termasak
kukus, rebus atau tumis dengan sedikit minyak. Kurangilah memasak olah makanan
dengan metode menggoreng, memanggang dan dibakar. Karena selain mengandung
banyak lemak, metode memasak ini juga merusak nilai gizi makanan akibat panas yang
terlalu tinggi dari batas normal pengolahan.

4) Penyimpanan makan jadi/ masak

a. Setelah dimasak, sebaiknya makanan segera dimakan.


b. Apabila disimpan diruang terbuka (tidak di dalam lemari es) hendaknya tidak
lebih dari 6 jam dan ditutup agar terhindar dari serangga atau binatang lain.
c. Apabila makanan akan dihangatkan sebaiknya hingga ≥ 60˚ C. Makanan jangan
dihangatkan terlalu lama dan sering karena zat gizinya akan hilang dan rusak.
Tabel 2. Suhu Penyimpanan Makanan Jadi/ Masak

5) Penyajian Makanan

a. Pemilihan tempat penyajian yang aman bagi kesehatan. Hindari penggunaan


piring-piring plastik melamin yang harganya murah karena diduga
menggunakan formalin (lebih dikenal sebagai pengawet mayat) sebagai bahan
pengawet yang memiliki resiko karsinogenik bahkan kematian.
b. penggunaan pembungkus yang bersih dan sesuai, misalnya, daun, plastik, atau
kertas. Perlu diperhatikan dalam menggunakan pembungkus sebaiknya tidak
terlalu lama karena plastik dan kertas terbuat dari bahan-bahan kimia yang
diduga dapat berbahaya bagi kesehatan. Hindari penggunaan stereoform (busa
putih) sebagai pembungkus apalagi untuk makanan yang panas karena bersifat
karsinogenik (penyebab kanker).

VII. CONTOH KECUKUPAN GIZI PADA ANAK USIA 13-18 TAHUN (PENYAJIAN)
Contoh kebutuhan kalori dan zat gizi unutuk pasien:
 Berat badan : 50 Kg
 Tinggi badan : 155 cm

Penentuan Berat Badan Ideal (BBI)

BBI : 90% x (tb (dalam cm) – 100) x 1 kg

Keterangan : untuk wanita > 150 cm dan Pria > 160 cm

 90% x (155-100) x 1 kg = 49.5 kg

Penentuan Kalori Basal

Wanita : BBI x 25 kal/kgbb

Laki-laki : BBI x 30 kal/kgbb

Kalori Basal :  49.5 kg x 25 kal/kgbb = 1.237.5 kal

Koreksi atau Penyesuaian

Aktivitas Fisik  sedang  30% x Kalori Basal = 30% x 1.237,5 = 371.25

Total Kalori Kebutuhan pasien/ hari: 1.237,5 + 371.25 =1.608,75 kal

KARBOHIDRAT

 60-70% : 60% x 1.608,75 = 965.25/4 = 241.31 gram

PROTEIN

 10-15%: 15% x 1.608,75 = 241.32/4= 60.33 gram


LEMAK

 20-25%: 25% x 1.608,75 = 402.18/9= 44.68 gram

Contoh Menu Makanan Harian Sesuai Kebutuhan Kalori:

Waktu Menu Berat Porsi Kalori KH Protein Lemak


(gram)
Pagi Roti 47 2 ptg sdg 116 13 2 0
Telur 55 1butir 75 0 7 5
Susu 20 1 gelas 125 10 7 6

Selingan Biskuit 20 2 buah 87.5 20 2 0


Siang Nasi 100 1 piring 175 40 4 0
Ikan 40 1ptg sdg 50 0 7 5
Tempe 50 2 ptg sdg 75 7 5 3
Sayur bayam 100 1mangkok 25 5 1 0

Selingan Pisang 50 1 buah 50 12 0 0


Malam Nasi 100 1 piring 175 40 4 0
Ayam 40 1 potong 50 0 7 5
Sayur buncis 100 1 gelas 25 15 1 0

VIII. KEMITRAAN GENDER

Pumumnya remaja berumur 13-18 tahun masih tinggal bersama orang tua dan
keluarganya. Keterlibatan keluarga dalam pemenuhan gizi remaja memegang peranan penting.
Berikut beberapa peran keluarga dalam pemenuhan gizi anak remaja
1. Pengetahuan Orang Tua
Pengetahuan sangat berkaitan dengan tingkat pendidikan ayah dan ibu. Terutama
ibu, seringkali ibu bertugas menyiapkan makanan keluarga sehari-hari. Makanan yang
disiapkan tentu saja memiliki keaneka ragaman. Pemilihan dari menu makanan
tersebut akan lebih baik apabila didasarkan kepada pengetahuan mengenai gizi
seimbang. Sehingga pemenuhan gizi keluarga termasuk anak remaja didalamnya
terpenuhi.
Selain dasar dalam pemilihan menu makanan keluarga. Tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh ibu dalam mempersiapkan makanan juga penting. Berhungan dengan
higyenitas dari makanan tersebut dan cara penyajian atau cara memasaknya
2. Peran ayah dalam memenuhi finansial keluarga
Kebutuhan dalam memenuhi gizi seimbang pada remaja dan keluarga yang utama
adalah kondisi ekonomi keluarga. Orang tua terutama ayah berperan besar sebagai
pencari nafkah utama. Apabila finansial keluarga tercukupi, maka pemilihan menu
makanan sehari-hari semakin beragam.

3. Budaya
Budaya yang terapkan oleh keluarga juga mempengaruhi pemenuhan gizi remaja
tersebut. Budaya pemilihan makanan dan cara mengolah makanan berbeda-beda di
setiap daerah. Seringkali budaya daerah tempat orang tua berasal masih terbawa
meski daerah tempat tinggal keluarga tersebut sudah berbeda. Contohnya saja, ada
budaya yang lebih sering mengolah makanan pedas, ada pula yang mengolah
makanan menjadi manis, lalu ada pula budaya yang terbiasa memakan sayuran
mentah tanpa diolah.
4. Pola Asuh

Pola asuh yang diterapkan ayah dan ibu terhadap anak remaja mereka juga
berpengaruh terhadap gizi yang didapatkan anak tersebut. Kebiasaan anak yang
sering memilih makanan berdasarkan kesukaan terhadap makanan tersebut tanpa
melihat kandungan gizi yang dibutuhkan bisa menghambat pemenuhan gizi terhadap
anak tersebut. Pola asuh orang tua untuk membiasakan diri dan mengedukasi anak
remaja tersebut berperan besar dalam pemenuhan gizi anak remaja tersebut.

Anda mungkin juga menyukai