Anda di halaman 1dari 56

FRANKY SAPUTRA

• TTL : Bandung, 8 Januari 1961


• Alamat : Gg. Kebon Salak 10 Bandung

• Pekerjaan :
Staff Pengajar Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK Maranatha

• Pendidikan:
1989 Dokter Umum FK Maranatha
2005 Spesialis Anak ST Lukes Medical Centre Philliphine
(2007 Selesai adaptasi di UNSRAT Manado)
DIARRHEA PADA ANAK

FRANKY SAPUTRA
PENDAHULUAN
• Diare masih merupakan salah satu alasan yang
paling umum pasien datang berobat terutama
pada anak anak.
• Banyak kemajuan dibidang medis dalam
diagnostic dan penanganan diare tetapi angka
morbiditas dan mortalitas masih tetap tinggi
diseluruh dunia.
DEFINISI
• Diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (≥ 3x per hari), bertambahnya volume
disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair), dengan atau tanpa darah dan atau lendir
• Disebut AKUT jika belangsung kurang dari 14 hari.
• KRONIS (persisten dan intermiten) jika
berlangsung lebih dari 14 hari
ETIOLOGY DIARE
• Infeksi :
– Bakteri : Shigella sp., Salmonella sp., Escherichia coli, Vibrio cholerae,
Campylobacter jejuni, Clostridium difficile, Yersinia enterocolitica
– Virus : Rotavirus, Norwalk virus, Adenovirus, Astrovirus, Calicivirus
– Parasit : Ascaris, Trichuris, Strongyloides
– Protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli
– Jamur : Candida albicans
• Malabsorbsi : celiac diease, cystic fibrosis, post infection
• Karbohidrat : disakarida (laktosa, maltosa, galaktosa), monosakarida (glukosa,
fruktosa, galaktosa)
• Lemak : terutama long chain trigliceryde
• Protein : asam amino, B laktoglobulin
• Alergi : alergi susu, alergi makanan, Cow’s milk protein sensitive enteropathy
• Keracunan : zat kimia, toksin dari Staphylococcus aureus, Clostridium botulinum
• Imunodefisiensi
• Anatomis : Short Bowel Syndrome. Hirschsprung’s disease
• Sebab lain : psikis, overfeeding
FISIOLOGI NORMAL
• Dalam keadaan normal, absorbsi dan sekresi
air dan elektrolit terjadi di sepanjang usus.
• Di dalam usus, air dan elektrolit diabsorbsi
oleh vili dan disekresi oleh kripta epitel
mukosa. Hal ini menyebabkan aliran air dan
elektrolit antara usus dan darah bersifat dua
arah. Pada keadaan normal, absorbsi cairan
lebih besar daripada sekresinya.
PATOFISIOLOGI DIARE
Berdasarkan patomekanismenya, diare akut
dibedakan menjadi 3 macam :
1. Diare sekretorik
2. Diare osmotik
3. Diare invasif
diare non-dysentriform
diare dysentriform
DIARE SEKRETORIK

• Disebabkan karena sekresi air dan elektrolit yang


berlebihan ke dalam mukosa usus halus.
• Mekanisme diare sekretorik meliputi adanya
aktivasi dari mediator interseluler seperti cAMP
(cyclic adenosine monophosphate), cGMP (cyclic
guanosine monophosphate), dan kalsium
intraseluler, yang merangsang sekresi aktif klorida
oleh sel kripta dan menghambat absorbsi natrium
klorida.
DIARE OSMOTIK
• Disebabkan adanya bahan terlarut yang tidak dapat
diabsorbsi di dalam lumen usus halus.
• Contoh klasik diare osmotik adalah pada intoleransi
laktosa yang berhubungan dengan defisiensi enzim
laktase, dimana laktosa tidak dapat diabsorbsi oleh
usus halus dan mencapai kolon dalam bentuk utuh.
Bakteri kolon akan memfermentasi laktosa menjadi
asam lemak rantai pendek (propionat dan butirat), H2,
CO2, dan gas metan. Walaupun sebagian asam lemak
rantai pendek ini akan diabsorbsi kembali di dalam
kolon, namun akan tetap merupakan beban osmotik
tambahan dan menyebabkan air disekresikan ke dalam
lumen.
DIARE INVASIF
Diare invasif disentriform
• Shigella sp., Escherichia coli enteroinvasif
(EIEC), Yersinia enterocolitica, Campylobacter,
Entamoeba histolytica, dan virus tertentu
menimbulkan diare melalui invasi pada
enterosit, peradangan mukosa dan destruksi.
Diare invasif non-disentriform
• Rotavirus menimbulkan diare melalui invasi
pada enterosit
DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
Anamnesis yang baik dan lengkap akan
menolong didalam penegakkan diagnosis pasien
anak dengan diare.
Sering dalam anamnesis kita menemukan
petunjuk penyakit yang diderita anak.
Pertanyaan2 dibawah ini dapat membantu
dalam mengarahkan diagnosis
• Lamanya sakit diare
• Frekuensinya (berapa kali sehari)
• Banyaknya/volumenya (berapa banyak tiap defekasi)
• Warnanya (biasa, kuning, berlendir, berdarah, seperti air cucian beras)
• Baunya (amis, asam, busuk)
• Adakah nyeri perut, muntah
• Buang air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir kencing, dsb)
• Ada tidaknya batuk, panas, pilek, kejang sebelum, selama, dan setelah
diare
• Jenis, bentuk, dan banyaknya makanan atau minuman yang diberikan
sebelum, selama dan setelah diare
• Penderita diare di sekitar rumah
• Berat badan sebelum sakit/penurunan berat badan, gangguan tumbuh
kembang
• Riwayat penggunaan antibiotik
2. PEMERIKSAAN FISIS

Pada pemeriksaan fisis pasien dengan diare


pertama kali haruslah ditentukan/ identifikasi
derajat dehidrasinya karena anak sangat mudah
mengalami dehidrasi, dilanjutkan dengan
keadaan umum pasien, berat ringan
penyakitnya, komplikasi yang mungkin timbul
serta penyakit penyerta atau penyakit dasarnya
Tabel penilaian derajat dehidrasi yang
paling umum digunakan
Penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel* Lesu, lunglai, atau tidak
sadar*
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada


Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, tidak haus Haus, ingin minum Malas minum atau tidak
banyak* bisa minum*
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat* Kembali sangat lambat*

Derajat dehidrasi TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI DEHIDRASI BERAT


RINGAN/SEDANG Bila ada 1 tanda *
Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih
ditambah 1 atau lebih tanda lain
tanda lain

Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C


3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan mikroskopik dan kultur dari feses dapat
memberikan informasi yang penting mengenai
etiologi diare.

2. Pemeriksaan Darah
• Darah rutin : Hb, Ht, hitung leukosit, trombosit
• Pemeriksaan elektrolit, pH darah, dan cadangan alkali
(jika terdapat asidosis)
• Kadar ureum dan kreatinin (untuk mengetahui adanya
gangguan faal ginjal).
PENATALAKSANAAN DIARE
2. BERI ZINC 10
HARI

1. REHIDRASI 3. TERUSKAN
DGN ORALIT ASI-MAKAN

LINTAS
DIARE

5. NASIHAT IBU 4. ANTIBIOTIK


/KELUARGA SELEKTIF
KASUS 1
• Seorang pasien laki - laki berusia 11 bulan datang ke IGD RS
Immanuel bandung dibawa oleh ibunya dengan keluhan mencret
sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret yang dirasakan
dengan frekuensi 4-5 kali per hari namun memberat pada hari ini
mencret sudah 17 kali per hari berwarna kuning dengan konsistensi
cair, sedikit ampas, disertai dengan darah dan lendir. sebanyak
seperempat gelas aqua, sewaktu BAB tidak tampak menyemprot.
Keluhan juga disertai dengan muntah berupa susu dan sisa
makanan. Pasien mengaku adanya demam yang muncul tidak
terlalu tinggi, hilang timbul,. Nafsu makan pasien menurun sejak
sakit, namun pasien masih mau untuk minum susu, terlihat sering
haus, dan menjadi rewel/ sering menangis.
• Usaha Berobat: Pada hari ke 2 sakit pasien berobat ke dokter di
berikan obat cefixime sempatsedikit membaik namun keluhan
muncul kembali. Pada saat itu susu formula diganti dengan susu
rendah laktosa.
• Pada pemeriksaan fisis didapatkan tanda2
dehidrasi ringan sedang, abdomen cembung
dengan bising usus yang meningkat. Didapatkan
perianal rash
• Hasil pemeriksaan Hematologi:
Hb : 12,5 gr/dl
Ht : 40%
Leukosit : 15.860/ mm3
Trombosit : 359.000/mm3
MCV : 81 fL
MCH : 25 pg/ml
MCHC : 31 g/ dl
Hasil pemeriksaan feses
Makroskopis
Warna : kuning
Konsistensi : Encer
Lendir : Positif
Bau : Feses
Mikroskopis
Eritrosit 0-2/LPB
Leukosit banyak/LPB
Pati (amylum) (-)
Amoeba (+) Amoeba stadium kista
Makrofag (+)
Telur cacing (-)
Lain-lain Negatif
Resistensi tes Feses :
Resistensi test

Specimen : feses
Isolate : Escherichia coli
Catatan : Probable ESBL

Susceptibility isolate

Ampicilin R
Amikacin S
Ciprofloxacin R
Chloramphenicol R
Cefotaxime R
Cefepime I
Cefrtiaxone R
Tetracyclin R
Ceftazidime R
Piperacillin/tazobactam S
Aztreonam R
Tobramycin S

Trimethoprim S
Levofloxacin R
Amoxycillin + Clavunalic acid S
Fosfomycin S
Cefoxitin S
Diagnosis
Diare Akut e.c Escherichia coli
dengan dehidrasi ringan - sedang
• Dilakukan penanganan rehidrasi dengan
pemberian infus RL
• Diet tetap diberikan, susu formula dilanjutkan.
• Terapi dengan cefixime dilanjutkan tanpa ada
perbaikan, setelah didapatkan hasil kultur
antibiotik diganti menjadi Cotrimoxazole dan
diberikan selama 7 hari, pada hari ke2
pemberian antibiotik baru pasien mengalami
perbaikan klinis
KASUS 2
• Seorang laki-laki berusia 1 tahun 3 bulan dengan BB 9,4 kg
TB 70 cm, status gizi baik, datang dengan keluhan diare
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, ±4-5 kali/hari,
hijau, cair, dengan sedikit ampas, tanpa disertai dengan
adanya darah dan lendir, sebanyak 1 gelas aqua, sewaktu
BAB tampak menyemprot, berbau asam, dan disertai oleh
kulit kemerahan di bokong. Keluhan disertai muntah yang
berisi susu dan sisa makanan. Nafsu makan pasien
menurun sejak sakit, namun pasien masih mau untuk
minum, terlihat sering haus, dan menjadi rewel/ sering
menangis. Masih diberi ASI sampai saat dan ditambah
dengan susu formula.
• Makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan yaitu bubur
dan biskuit khusus bayi.
• Pada pemeriksaan fisis didapatkan tanda2
dehidrasi ringan sedang, tidak demam, perut
agak cembung, bising usus meningkat.
• Didapatkan perianal rash yang parah.
Hasil pemeriksaan Hematologi:
• Hb : 11 gr/dl (10.7 - 14 gr/dl)
• Ht : 33% (33 – 44%)
• L : 8.410/ mm3 (6.000 - 18.000/mm3)
• Tc : 455.000/mm3 (200.000 - 550.000)
• MCV : 71 fL (68 – 97fL)
• MCH : 20 pg/ml (24 – 32pg/ml)
• MCHC : 32 g/ dl (29 – 37g/dl)
Hasil pemeriksaan feses
Makroskopis
Warna : kuning
Konsistensi : Encer
Lendir : Negativ
Bau : Asam
Mikroskopis
Eritrosit 0/LPB
Leukosit 0-2/LPB
Pati (amylum) (+)
Amoeba (-)
Makrofag (-)
Telur cacing (-)
Lain-lain Negatif
• Diagnosis Diare Akut ec suspect Rotavirus
dengan dehidrasi ringan sedang
• Penanganan pasien dimulai dengan rehidrasi,
pemberian Zinc dan probiotik.
• ASI dan susu formula tetap diberikan dan makanan
pendamping tetap diberikan. Dianjurkan menganti susu
dengan susu rendah laktosa tetapi bayi tidak mau
minum sehingga susu formula yang lama tetap
diberikan.
• Setelahlah perawatan hari kedua pasien masih tetap
mengalami diare yang cukup banyak dengan bau feses
yaang asam, sehingga susu formula di stop, setelah
formula dihentikan diare berangsur baik.
KASUS 3
• Anak Perempuan, M, 1 tahun 1 bulan dengan berat badan
10 kg, panjang 75 cm
• Mencret sejak 1 hari , frekuensi 10x, volume sekitar ±1/2
gelas belimbing, konsistensi cair disertai ampas,
menyemprot, berbau tengik, tidak disertai darah & lendir,
warna kuning.
• Vomitus sejak 1 hari sebanyak 3x, isi banyak, berupa cairan
dan sisa makanan, tidak ada darah. Febris sejak pagi
sebelum ke RS tidak begitu tinggi
• Pasien rewel, mau minum susu tetapi malas makan, BAK
jadi lebih jarang.
• Usaha berobat : 1 hari yang lalu ke puskesmas, diberi obat
mencret (lupa nama obat), antibiotik (lupa nama)
• Pada pemeriksaan fisis didapatkan tanda2
dehidrasi ringan sedang, demam, perut agak
cembung, bising usus meningkat.
Hasil pemeriksaan Hematologi:
• Hb : 12,4 gr/dl (10.7 - 14 gr/dl)
• Ht : 38% (33 – 44%)
• L : 12.410/ mm3 (6.000 - 18.000/mm3)
• Tc : 425.000/mm3 (200.000 - 550.000)
• MCV : 77 fL (68 – 97fL)
• MCH : 25 pg/ml (24 – 32pg/ml)
• MCHC : 33 g/ dl (29 – 37g/dl)
Hasil pemeriksaan feses
Makroskopis
Warna : kuning
Konsistensi : Encer
Lendir : Negativ
Bau : feses
Mikroskopis
Eritrosit 0/LPB
Leukosit 0/LPB
Pati (amylum) (-)
Amoeba (-)
Makrofag (-)
Telur cacing (-)
Lain-lain Negatif
• Diagnosis Diare Akut ec Virus Dengan
dehidrasi ringan sedang
• Penanganan pasien dimulai dengan rehidrasi
dan pemberian Zinc
• ASI dan susu formula tetap diberikan dan
makanan pendamping tetap diberikan.
• Pasien membaik keesokan harinya
KASUS 4
Bayi A lahir normal pervaginam dari ibu G3P2A0 tanpa
komplikasi fetomaternal, bugar. Diberikan perawatan
rutin untuk bayi sehat, termasuk vitamin K. Bayi rooming
in dan mendapat ASI ekslusif. Pada hari ke 2 dilaporkan
bab bayi cair berlendir dan darah segar.
Pada pemeriksan fisis bayi tampak aktif, menangis kuat,
tidak terdapat tanda tanda dehidrasi dan tidak tampak
kesakitan. Tidak teraba masa di abdomen dan tidak
didapatkan luka/fisura perianal.
Hasil pemeriksaan darah rutin PT dan APTT dalam batas
normal.
Pemeriksaan feses rutin
Makroskopis
Warna : ke merahan
Konsistensi : cair
Lendir : positif
Darah : positif

Mikroskopis
Eritrosit : banyak/LPB
Leukosit : 0 - 2/LPB
Amilum : negatif
Amoeba : negatif
Macrophag : negatif
Telur cacing : negatif
Lain-lain : negatif
Anamnesis lebih lanjut, didapatkan ibu habis
mengkonsumsi susu cair UHT seperti yang biasa
diminum sejak masa kehamilan.
Terdapat riwayat atopic pada kedua kakak
pasien.
Diagnosis Cow’s Milk Protein Allergy
Setelah ibu menghentikan konsumsi susu,
keesokan harinya bab bayi kembali normal
walaupun ASI tetap diberikan.
KASUS 5
• Pasien A berusia 3tahun datang ke IGD dengan
keluhan mencret sejak 5 hari. Mencret sering
dengan frekuensi lebih dari 10 kali perhari,
sedikit sedikit, disertai lendir dan darah,
berbau busuk. Pasien mengeluh deman sejak
1 hari sebelum diare, hilang timbul, terutama
malam dan menetap sapai diperiksa. Batuk
pilek disangkal
• Pada pemeriksaan pasien demam, tidak
terdapat tanda2 dehidrasi. Keadaan umum
sakit sedang dan pasien tampak kesakitan.
Perut agak cembung, bising usus meningkat.
Didapatkan perianal rash.
Hasil pemeriksaan Hematologi:
• Hb : 10.4 gr/dl
• Ht : 34%
• L : 15.100/ mm3
• Tc : 225.000/mm3
• MCV : 78 fL
• MCH : 29 pg/ml
• MCHC : 30 g/ dl
• Diagnosis Diare akut Dysentriform ec
Amoebiasis
• Pasien mengalami perbaikan klinis setelah
pemberian Metronidazol
Makroskopis
Warna : hijau
Konsistensi : cair
Lendir : positif
Darah : positif

Mikroskopis
Eritrosit : banyak/LPB
Leukosit : 010 - 20/LPB
Amilum : negatif
Amoeba : Entamoeba Histolitika positif stadium Trophozoid
Macrophag : negatif
Telur cacing : negatif
Lain-lain : negatif
PENGOBATAN KAUSA
• Sebagian besar kausa diare tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotika, oleh karena
pada umumnya sembuh sendiri (self limiting).
• Antibiotika hanya diperlukan pada sebagian
kecil penderita diare khususnya pada diare
yang disebabkan bakteri dan parasit/protozoa.
TERAPI LAIN PADA DIARE
• Antimotilitas, seperti loperamide,
dikontraindikasikan pada anak-anak dengan
disentri dan mungkin tidak memiliki peran dalam
penatalaksanaan diare cair akut. Antimotilitas
dapat menyebabkan ileus paralitik yang dapat
fatal.
• Absorben (misalnya kaolin, atalpugit, smectite,
arang aktif, kolestiramin) tidak terbukti memiliki
nilai klinis pada pengobatan rutin diare akut pada
anak.
JAMA. 1976 Aug 16;236(7):844-6.
Antidiarrheal agents in the treatment of acute diarrhea in children.
Portnoy BL, DuPont HL, Pruitt D, Abdo JA, Rodriguez JT.
Abstract
To evaluate the efficacy of antidiarrheal agents in the treatment of diarrheal illnesses,
a study was conducted with children in Guatemala who had an acute diarrheal illness.
Eighty patients, aged 3 to 11 years, were hospitalized and treated for two days with
one of five agents: kaolin-pectin suspension concentrate (Kao-Con), kaolin suspension,
pectin suspension, diphenoxylate-atropine liquid (Lomotil), or placebo. Although the
patients receiving kaolin-pectin produced stools that tended to be more formed than
those of the placebo-treated group patients, the study did not demonstrate any effect
by any of the agents tested in influencing the frequency of bowel movement, the
water content of the stools, or the weight of stools. Kaolin-pectin suspension and
diphenoxylate-atropine liquid do not appear to be useful in the relief of acute
nonspecific diarrhea in children.
PMID: 781336
TERAPI LAIN PADA DIARE
• Probiotik (Lactic acid bacteria) merupakan
bakteri hidup yang mempunyai efek
menguntungkan pada host dengan cara
meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik
dalam saluran cerna sehingga seluruh mukosa
usus telah diduduki oleh probiotik pada
reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak
ada lagi tempat untuk bakteri patogen untuk
melekatkan diri pada sel epitel usus sehingga
kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi
food Funct. 2018 Sep 5. doi: 10.1039/c8fo00376a. [Epub ahead of print]
Probiotics, mechanisms of action, and clinical perspectives for diarrhea management
in children.
do Carmo MS1, Santos CID2, Araújo MC2, Girón JA3, Fernandes ES2, Monteiro-Neto V4.
Author information
Abstract
Infectious diarrhea is the second most common cause of morbidity and mortality in children under 5 years of age in the
underdeveloped areas of the world. Conventional treatment consists of rehydration, which may be coupled with
antimicrobial agents in more severe bacterial infections or with antiprotozoal agents. In the last few decades, research
on the use of probiotic strains, such as Lactobacillus rhamnosus GG ATCC 53013 (LGG), Lactobacillus reuteri DSM 17938
and Saccharomyces boulardii, has gained much attention to prevent and treat diarrheal diseases. However, they are
rarely used in the clinical routine, perhaps because there are still gaps in the knowledge about the effective benefit to
the patient in terms of the reduction of the duration of diarrhea and its prevention. Furthermore, only a
few probiotic strains are safely indicated for usage in pediatric practice. This review summarizes the current knowledge
on the antimicrobial mechanisms of probiotics on distinct enteropathogens and their role in stimulating host defense
mechanisms against intestinal infections. In addition, we highlight the potential of probiotics for the treatment and
prevention of diarrhea in children. We conclude that the use of probiotics is beneficial for both the treatment and
prevention of diarrhea in children and that the identification of other candidate probiotics might represent an
important advance to a greater reduction in hospital stays and to prevent infectious diarrhea in a larger portion of this
population.
PMID:

30183037
J Clin Gastroenterol. 2015 Nov-Dec;49 Suppl 1:S37-45. doi: 10.1097/MCG.0000000000000349.
Probiotics for Prevention and Treatment of Diarrhea.
Guarino A1, Guandalini S, Lo Vecchio A.
Author information
Abstract
Probiotics are increasingly used for prevention and treatment of diarrhea more in children than in adults. Given the
broad spectrum of diarrhea, this review focuses on the main etiologies: acute gastroenteritis, antibiotic-
associated diarrhea (AAD), and necrotizing enterocolitis (NEC). For each, we reviewed randomized controlled trials,
meta-analyses, and guidelines. For acute gastroenteritis we found 12 guidelines: 5 recommended probiotics and 7 did
not. However, the guidelines containing positive recommendations provided proof of evidence from clinical trials and
meta-analyses. Lactobacillus rhamnosus GG (LGG) and Saccharomyces boulardii had the most compelling evidence of
efficacy as they reduced the duration of the disease by 1 day. For AAD 4 meta-analyses were found, reporting variable
efficacy of probiotics in preventing diarrhea, based on the setting, patient's age, and antibiotics. The most effective
strains were LGG and S. boulardii. For NEC, we found 3 randomized controlled trials, 5 meta-analyses, and 4 position
papers. Probiotics reduced the risk of NEC enterocolitis and mortality in preterm babies. Guidelines did not support a
routine use of probiotics and asked for further data for such sensitive implications. In conclusion, there is strong and
solid proof of efficacy of probiotics as active treatment of gastroenteritis in addition to rehydration. There is solid
evidence that probiotics have some efficacy in prevention of AAD, but the number needed to treat is an issue. For both
etiologies LGG and S. boulardii have the strongest evidence. In NEC the indications are more debated, yet on the basis
of available data and their implications, probiotics should be carefully considered.
PMID: 26447963 DOI: 10.1097/MCG.0000000000000349
TERAPI LAIN PADA DIARE
• Antiemetik seperti fenotiazin, juga hanya
memiliki sedikit peran dan berpotensial
menyebabkan efek samping yang serius
(letargi, distonia, hiperpireksia maligna).
Walaupun demikian, ondansentron dapat
digunakan sebagai antiemetik yang efektif dan
kurang toksik.
TERAPI LAIN PADA DIARE
Pemberian Zinc
• Terdapat bukti kuat bahwa pemberian
suplementasi zinc pada anak dengan diare di
negara berkembang mengurangi durasi dan
derajat keparahan diare dan berpotensial
mencegah kematian. Zinc mempercepat
regenerasi mukosa, meningkatkan kadar enzim di
brush border usus, meningkatkan imunitas
seluler, dan meningkatkan kadar sekretori
antibodi.
Rev Panam Salud Publica. 2013 May;33(5):370-7.

Zinc supplementation for treating diarrhea in children: a systematic review and


meta-analysis.
Galvao TF1 , Thees MF, Pontes RF, Silva MT, Pereira MG.
Author information
Abstract
OBJECTIVE:
To update the available evidence about zinc use for treating diarrhea in children and to assess its effect on the malnourished population, a subgroup that
has not been fully explored in previous analyses.
METHODS:
A systematic review was performed of randomized clinical trials that assessed children up to 5 years old with acute diarrhea who
received zinc supplementation. Controls received a placebo or oral rehydration therapy. After searching the main databases, without language restrictions,
two independent reviewers selected eligible studies, extracted the data, and assessed the risk of bias of included studies. M eta-analyses were calculated
using Mantel-Haenszel or inverse variance random effects.
RESULTS:
Eighteen of 1 041 studies retrieved were included in the review (n = 7 314 children). Zinc was beneficial for reducing the duration of diarrhea in hours
(mean difference [MD] = -20.12, 95% confidence interval [CI] = -29.15 to -11.09, I² = 91%). The effect was greater in malnourished children (MD = -33.17,
95% CI = -33.55 to -27.79, I² = 0%). Diarrhea prevalence on days 3, 5, and 7 was lower in the zincgroup. The incidence of vomiting was significantly greater in
the group that received zinc than in the control group. Included randomized controlled trials were of low risk of bias in most d omains assessed.
CONCLUSIONS:
Oral zinc supplementation significantly decreases diarrhea duration and has a greater effect on malnourished children. Zincsupplementation seems to be an
appropriate public health strategy, mainly in areas of endemic deficiencies.

PMID: 23764669
PENCEGAHAN DIARE
• Pemberian ASI eksklusif (4-6 bulan pertama)
• Menjaga higiene makanan
• Memperbaiki cara penyapihan makanan
• Menggunakan air bersih yang cukup banyak
• Menjaga higienisitas dan sanitasi diri dan
lingkungan
• Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
• Menggunakan jamban keluarga
• Vaksinasi campak dan rotavirus
KESIMPULAN
• Diare masih menjadi masalah kesehatan.
• Penanganan diare sangat berbeda dari satu kasus ke
kasus lain, sangat ditentukan oleh diagnosis kerja yang
tepat.
• Untuk diagnosis tepat diperlukan Anamnesis yang
lengkap dan pemeriksaan fisis yang baik.
• Pemeriksaan penunjang hanya diperlukan pada kasus
khusus.
• Rehidrasi menjadi terapi yang utama dari diare baik
oral maupun parenteral.
• Sangat sedikit obat yang diperlukan dalam penanganan
diare

Anda mungkin juga menyukai