di Puskesmas
SENG/ZINC
NUTRISI
EDUKASI
Cairan
Oralit Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti larutan Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
air garam. Pemberian oralit berdasarkan derajat dehidrasi selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
(Kemenkes RI, 2011). dehidrasi.
Ya Rawat Inap
Tidak mau minum, muntah
Cairan rehidrasi Oralit terus, Diare frekuen
Tidak Rawat di Rumah
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat
anak mengalami diare.
Dosis:
< 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.
> 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Teruskan pemberian ASI dan makanan
• Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak
yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus
sehingga dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium dificile akan tumbuh
yang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang
tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik.
Edukasi
Px Fisik
• Suhu dapat meningkat
Anamnesis
Keluhan Rinoskopi anterior:
• Keluar ingus dari hidung (rinorea) • Tampak kavum nasi sempit,
• Hidung tersumbat terdapat sekret serous atau
• Dapat disertai rasa panas atau gatal pada mukopurulen,
hidung • mukosa konka udem dan
• Bersin-bersin Rhinitis hiperemis.
• Dapat disertai batuk
Pada rinitis difteri tampak sekret
Faktor Risiko yang bercampur darah. Membran
• Penurunan daya tahan tubuh. keabuabuan tampak menutup
• Paparan debu, asap, atau gas yang bersifat konka inferior dan kavum nasi
iritatif. bagian bawah, membrannya
• Paparan dengan penderita infeksi saluran lengket dan bila diangkat mudah
napas. berdarah.
Tatalaksana
Non medikamentosa
• Istirahat yang cukup
• Menjaga asupan yang bergizi dan sehat
Medikamentosa
• Simtomatik: analgetik dan antipiretik (Paracetamol),
dekongestan topikal, dekongestan oral (Pseudoefedrin,
Fenilpropanolamin, Fenilefrin).
• Antibiotik: bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder
bakteri. (Amoksisilin, Eritromisin, Sefadroksil).
• Untuk rinitis difteri: Penisilin sistemik dan anti-toksin difteri.
Pseudoefedrin
Cara kerja
Pseudoephedrine adalah zat dekongestan (simpatomimetik).
Pseudoephedrine bekerja dengan mengecilkan pembuluh darah untuk
mengurangi pembengkakan dan penyumbatan.
Dosis
Dewasa 4x60 mg/hari
Anak > 12 tahun 3 x30 mg/ hari
Anak 6-12 tahun 3x15 mg/hari
Anak 2-5 tahun 3x7,5 mg/ hari
Anak <12 tahun 10 mg/kgBB/kali. Kalau ikterik 5 mg/KgBB/kali
Catatan
Pseudoefedrin dapat menimbulkan efek samping berupa susah tidur,
palpitasi, pusing, mual, muntah, hipertensi
Paracetamol
Cara kerja
Parasetamol bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin,
suatu zat peradangan dan pemicu demam, dan terutama bekerja di otak
Dosis
Dewasa 500-1000 mg per kai tiap 4-6 jam. Maksimum 4 g/hari
Anak <12 tahun 10 mg/kgBB/kali. Kalau ikterik 5 mg/KgBB/kali
Catatan
Parasetamol dapat menimbulkan efek samping berupa reasi alergi, ruam kulit
berupa eritema atau urtikaria, kelainan darah, hipotensi dan juga kerusakan
hati
Antenatal Care
Definisi
Pelayanan komprehensif dan berkualitas bagi seluruh ibu hami agar dapat menghindari risiko komplikasi
pada kehamilan dan persalianan. Dianjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal yang
berkualitas minimal 4 kali
Tanda Vital + + +
Lingkar lengan atas + - -
TFU - + +
Presentasi janin - + +
DJJ - + +
Protein urin - + Atas indikasi
Gula darah/reduksi + + Atas indikasi
BTA Atas indikasi Atas indikasi Atas indikasi
Sifilis Atas indikasi Atas indikasi Atas indikasi
HIV + Atas indikasi Atas indikasi
Malaria + Atas indikasi Atas indikasi
Pemeriksaan Obstetri
Tinggi fundus uteri (menggunakan pita ukur bila usia kehamilan >20 minggu).
Vulva/perineum untuk memeriksa adanya varises, kondiloma, edema, hemoroid, atau kelainan
lainnya.
Pemeriksaan dalam untuk menilai: serviks*, uterus*, adneksa*, kelenjar bartholin, kelenjar
skene, dan uretra (*bila usia kehamilan <12 minggu).
Pemeriksaan inspekulo untuk menilai: serviks, tanda-tanda infeksi, dan cairan dari ostium uteri
Pemeriksaan fisik obstetri pada setiap kunjungan berikutnya
Pantau tumbuh kembang janin dengan mengukur tinggi fundus uteri. Sesuaikan dengan grafik
tinggi fundus.
Pemeriksaan Leopold
Menentukan tinggi Menentukan bagian Menentukan bagian Menentukan berapa jauh
Leopold II
Leopold I
Leopold III
Leopoold IV
fundus uteri dan bagian janin pada sisi kiri dan janin yang terletak di masuknya janin ke pintu atas
janin yang terletak di kanan ibu (dilakukan bagian bawah uterus panggul (dilakukan bila usia
kehamilan >36 minggu) -
fundus uteri (dilakukan mulai akhir trimester (dilakukan mulai akhir Auskultasi denyut jantung janin
sejak awal trimester I). II). trimester II) menggunakan fetoskop atau
doppler (jika usia kehamilan > 16
minggu)
Pemeriksaan Leopold
TFU yang normal untuk usia kehamilan 20-36 minggu dapat diperkirakan dengan
rumus: (usia kehamilan dalam minggu + 2) cm.
Taksiran Tanggal Persalinan
Rumus Neagel (Siklus menstruasi 28 hari)
• Tanggal (HPHT) + 7
• Bulan (HPHT) – 3
• Tahun (HPHT) +1
Rumus Parikh Siklus menstruasi BUKAN 28 hari)
• Tanggal (HPHT) + (Siklus – 21)
• Bulan (HPHT) – 3
• Tahun (HPHT) +1
Indikasi Pemeriksaan USG
• Pada awal kehamilan (idealnya sebelum usia kehamilan 15 minggu) untuk menentukan usia
gestasi.
• Viabilitas janin, letak dan jumlah janin, serta deteksi abnormalitas janin yang berat.
• Pada usia kehamilan sekitar 20 minggu untuk deteksi anomali janin.
• Pada trimester ketiga untuk perencanaan persalinan Lakukan rujukan untuk pemeriksaan
USG jika alat atau tenaga kesehatan tidak tersedia.
Suplemen dan Pencegahan Penyakit
• Sumplemen Fe 60mg dan Asam folat 400µg 1x/hari selama
kehamilan setelah mual muntah berkurang
• Idealnya asam folat sudah mulai diberikan sejak 2 bulan sebelum
hamil
• Suplementasi kalsium 1,5-2 g/ hari dianjurkan untuk pencegahan
preeklampsia bagi semua ibu hamil, terutama yang memiliki
risiko tinggi
• Pemberian 75 mg aspirin tiap hari dianjurkan untuk pencegahan
preeklampsia bagi ibu dengan risiko tinggi, dimulai dari usia
kehamilan 20 minggu
Suplemen dan Pencegahan Penyakit
Vaksinasi Toksoid
*Segera hubungi dokter spesialis obstetri dan ginekologi jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (untuk primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (untuk multigravida). Jika dokter spesialis obstetri dan
ginekologi tidak ada, segera persiapkan rujukan.*
Fase Persalinan Normal
KALA III
• Dimulai segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap, sekitar 30 menit
• Manajemen aktif kala III:
1. Menyuntikkan oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan
suntikan Oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral.
2. Potong dan ikat tali pusat
3. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
Beri dosis ulangan Oksitosin 10 unit IM.
Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
Minta keluarga siapkan rujukan.
Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir.
Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.
Fase Persalinan Normal
KALA IV
• Dimulai segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post-partum
• Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
• Mulai IMD dengan memberikan cukup waktu untuk melakukan kontak kulit Ibu-Bayi (di
dada Ibu minimal 1 jam)
Algoritma Pengambilan Keputusan Persalinan
Konjungtivitis
Definisi
Perdarahan + + - -
subkonjungtiva
Kemosis +/- ++ +/- ++
Papil - +/- +/- +
Folikel + - + =
Nodus preaurikuler Sering Jarang Sering Tidak ada
Apus sekret giemsa Limfosit & MN PMN PMN, badan inklusi Eosinofil
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik:
• Visus normal.
• Injeksi konjungtival.
Pemeriksaan Penunjang:
• Dapat disertai edema
• Sediaan langsung swab
kelopak, kemosis.
konjungtiva dengan
• Eksudasi; eksudat dapat
perwarnaan Gram atau
serous, mukopurulen, atau Diagnosis:
Giemsa
purulen tergantung Konjungtivitis
• Pemeriksaan sekret dengan
penyebab.
perwarnaan biru metilen
• Pada konjungtiva tarsal
pada kasus konjungtivitis
dapat ditemukan folikel,
gonore
papil atau papil raksasa,
flikten, membrane, atau
pseudomembran.
Faktor Risiko:
• Daya tahan tubuh yang menurun .
• Penggunaan kontak lens dengan perawatan
yang tidak baik.
• Higiene personal yang buruk
Terapi Obat Konjungtivitis
Konjungtivitis Bakterial
• Kloramfenikol antibiotik spektrum luas yang • Gentamisin antibiotik bakterisidal dan spektrum
efektif untuk bakteri gram positif luas dengan menghambat sintesis protein bakteri
• Dosis : 2 tetes 3-4x/hari dengan berikatan dengan ribosome 30s.
• Efek samping: Reaksi alergi, rasa tersengat atau • Dosis : 2 tetes 6x/hari
terbakar • Efek samping: Iritasi, gatal, panas, perih
Terapi Obat Konjungtivitis
Konjungtivitis Alergika
• Fluorometolone Kortikosteroid
Dosis : 1-2 tetes 2-4x/hari
Efek samping: Iritasi, gatal, panas, perih
• Tetes mata artificial
• Tetes mata antihistamin atau mast cell stabilizer (na kromoglikat 2-
4%)
Terapi Obat Konjungtivitis
Konjungtivitis Gonore
• Kloramfenikol tetes mata 0,5-1% sebanyak 1 tetes tiap jam dan suntikan
pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB tiap hari sampai tidak ditemukan kuman
GO pada sediaan apus selama 3 hari berturut-turut.
Konjungtivitis Viral
• Salep Acyclovir 3% 5x sehari selama 10 hari.
Otitis Media
Akut
Definisi
Komplikasi:
• Abses subperiosteal.
Pemeriksaan Fisik: • Abses otak.
• Suhu tubuh dapat • Meningitis.
meningkat. Diagnosis: • OMA bila tidak diterapi
• Otoskopi: gambaran Otitis Media Akut dengan benar akan
sesuai dengan stadium menjadi otitis media efusi
sakit. (OME) bahkan menjadi
otitis media supuratif
kronis (OMSK)
Faktor Risiko:
• Bayi dan anak
• Infeksi saluran napas atas berulang
• Menyusu dari botol dalam posisi berbaring
telentang
Stadium OMA
Stadium OMA Gejala Klinis Tatalaksana
• Membran timpani suram/ keruh pucat Tetes hidung dekongestan: HCl efedrin (0,5% <12
• Retraksi membran timpani, dan refleks tahun, 1%>12 tahun) max 5 hari
Stadium Oklusi cahayanya hilang Mukolitik untuk mengurangi sekret
Tuba • Telinga terasa penuh Antibiotik 7 hari: ampisilin, amoksisilin, eritromisin
• Otalgia
• Pendengaran menurun
• Membran timpani hiperemis dan edema Tetes hidung dekongestan: HCl efedrin (0,5% <12 thn,
Stadium • Telinga terasa penuh 1% >12 tahun) max 5 hari
Hiperemis/ • Otalgia Antibiotik min. 7 hari: ampisilin, amoksisilin,
Presupurasi • Pendengaran menurun eritromisin kombinasi dengan sulfisoksazol,
cotrimoxazole, sefiksim, seftriakson.
Stadium OMA
Stadium OMA Gejala Klinis Tatalaksana
• Membran timpani menonjol ke arah luar Antibiotik IV dosis tinggi 3 hari → perbaikan → PO 14
(bulging) berwarna kekuningan hari
Stadium Supurasi • Edema hebat mukosa telinga tenggah Antipiretik, analgetic
• Otalgia berat, demam, muntah, gelisah, diare, Dekongestan
kejang, vertigo Miringotomi
• Perforasi membran timpani Cuci telinga: H2O2 3% 3–5 hari 3dd1, 4 tetes, diamkan
• Liang telinga luar basah atau dipenuhi sekret , 2–5 menit
Stadium Perorasi otorea Antibiotik 14 hari topikal (ofloksasin, kloramfenikol)
• Demam turun 2dd1, max 2 minggu
• Anak tenang
• Membran timpani tetap perforasi atau utuh Bila tidak resolusi: antibiotik hingga 3 minggu
Stadium Resolusi • Sekret di liang telinga luar sudah berkurang
atau mengering
Terapi Obat OMA
Faringitis &
Tonsilofaringitis
Definisi
Pemeriksaan Fisik:
• Tampak Faring dan tonsil
hiperemi.
Pemeriksaan Penunjang:
• Dapat disertai perbesaran
• Darah rutin
tonsil disertai dengan adanya
Dapat membantu
detritus, bila infeksi sudah
menentukan apakah viral
menyebar kearah tonsil. Diagnosis:
ataupun bakterial sebagai
• Dapat ditemukan exudat dan Faringitis
penyebab faringitis.
ditemukan limfadenopaty akut
• Saboraud Dextrose Agar
di leher.
Sebagai media untuk
• Pada Faringitis fungal dapat
mengetahui infeksi fungal.
ditemukan plak putih di
orofaring dengan permukaan
faring hiperemis.
Klasifikasi Faringitis
Pemeriksaan Fisik:
• Tonsilitis akut: tonsil hipertrofik ukuran≥T2,
hiperemis dan terdapat detritus di dalam kripte
pada permukaa tonsil berbentuk folikel atau Pemeriksaan Penunjang:
lakunar • Darah Lengkap
Diagnosis:
• Tonsilitis kronik: Tampak tonsil membesar • Swab tonsil untuk
Tonsilitis
dengan permukaan yang tidak rata, kripte pemeriksaa mikroskop
melebar dan berisi detritus. dengan pewarnaan gram.
• Tonsilitis difteri: Tampak tonsil membengkak
ditutupi bercak putih kotor (pseudomembran)
yang melekat erat pada dasar sehingga bila
diangkat mudah berdarah.
Grade pembesaran tonsil
Terapi Obat Tonsilitis
Tonsilitis Viral
• Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran • Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun
nafas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi dengan terapi antibiotik adekuat
kardiopulmonar. • Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik
• Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan dengan pemberian terapi medis.
medis dan drainase • Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptococcus
• Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam. yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik
• Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan laktamase resisten.
patologi anatomi.
Varicella
Diagnosis
Penyakit infeksi akut primer yang disebabkan
oleh virus varicella – zoster yang menyerang
kulit dan mukosa dengan manifestasi klinis
didahului dengan gejala konstitusi. Kelainan
kulit polimorfik, terutama pada bagian sentral
tubuh
MIND MAP
Anamnesis
Perhatian
Acyclovir memiliki efek samping mul, diare, ruam kulit atau
sakit kepla dan sangatjarang menyebabkan insufisiensi renal
maupun neurotoksikosis
Valacyclovir
Cara kerja:
Mekanisme kerja sama seperti acyclovir, yaitu
menghambat replikasi Virus
Perhatian
Valacyclovir memiliki efek samping mual, diare, ruam
kulit atau sakit kepla dan sangat jarang menyebabkan
insufisiensi renal, mikroangiopati trombootik pada pasien
imunosupresi yang menerima beberapa jenis obat
Scabies
Diagnosis
Penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi dan sensitisasi thd sarcoptei scabiei var
hominis dan produknya
MIND MAP
Cardinal Sign (min 2 dari 4)
Efek samping:
• Berbau & mengotori pakaian
• Menimbulkan iritasi
• Tidak efektif utk stadium telur digunakan selama 8 jam 3 hari
berturut-turut
Efek samping:
Sering iritasi setelah dipakai bisa makin gatal & perih
Cara pakai:
Digunakan setiap hari selama 3 hari berturut-turut
Gameksan 1% (krim/lotio)/lindane 1%
Keunggulan:
• Efektif thd semua stadium, mudah digunakan, jarang iritasi
Kekurangan:
• Banyak kegagalan pengobatan karena resisten
Kontraindikasi:
• Tidak dianjurkan untuk ibu hamil toksik thd SSP
(neurotoksik)
Cara pakai:
• Cukup 1x (8 jam) ulangi 1 minggu lagi bila masih ada
gejala
Krotamiton 10%
Cara pakai:
• Jauhkan dari mulut, mata, dan uretra (hanya boleh
digunakan dari leher ke bawah)
• Digunakan 12-48 jam 6 hari berturut-turut
Keunggulan:
• Antiskabies & Antigatal (efek antipruritus)
Kelemahan:
• Jarang di Indonesia & mahal
Permetrine 5%
Cara pakai:
Aplikasi 1x 8-1 jam, ulangi setelah 1 minggu
Tidak dianjurkan untuk bayi <2bulan
Efektif untuk semua stadium
Anak < 2th hanya 2 jam saja
Catatan
Rasa terbakar dan tersengat yang ringan dan bersifat sementara,
gatal, eritema, hiperestesia, ruam kulit
Dermatitis
Terdiri dari:
Dermatitis Numularis
Dermatitis
Kontak Iritan
Diagnosis
Suatu peradangan kulit nonimunologik
yang terjadi langsung tanpa didahului
dengan sesitisassi. Kelainan timbul
akibat kerusakan sel yang disebabkan
oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi
atau fisik
MIND MAP
Anamnesis
UKK Penunjang
Papul, vesikel, bula, plak. Tidak ada pemeriksaan
DIAGNOSIS DKI
Batas lebih tegas penunjang khusus
Tatalaksana
Non Medikamentosa
• Hindari kontak ulang dengan penyebab
• Pemakaian APD jika pasien bekerja
Medikamentosa
• Kortikosteroid topikal potensi sedang
sampai tinggi (mometason, klobetasol)
apabila lesi kering
• Kompres terbuka dengan NaCl jika lesi
masih basah
Dermatitis
Kontak Alergi
Diagnosis
Dermatitis yang diperantarai oleh reaksi
hipersensitivitas tipe lambat (tipe iv) yang
disebabkan oleh kontak dengan bahan alergen.
DKA terjadi terhadap seseorang yang telah
mengalami sensitisasi oleh suatu penyebab
alergen
MIND MAP
Anamnesis
UKK
Papul, vesikel, bula, plak Penunjang
DIAGNOSIS DKA
Batas bisa melua Patch test (+)
Tatalaksana
Non Medikamentosa
Hindari kontak ulang dengan penyebab
Medikamentosa
• Kortikosteroid sistemik diberikan dalam
jangka pendek (ex: prednison 30 mg/hr)
• kompres dengan larutan garam faal, atau
larutan asam salisilat 1:1000
• pemberian kortikosteroid atau makrolaktam
(pimecrolimus atau tacrolimus topical)
Dermatitis
Numularis
Diagnosis
Peradangan kulit yang bersifat kronis,
ditandai dengan lesi berbentuk seperti
mata uang (koin) atau agak lonjong
berbatas tegas dengan eflorensi
papulovesikel yang biasanya mudah
pecah sehingga basah (oozing)
MIND MAP
Anamnesis
Non Medikamentosa
• Menjaga kelembaban kulit
• Menjaga kebersihan
Medikamentosa
• Kortikosterid topical potensi menengah
hingga kuat
• Apabila lesi basah bisa dikompres
dengan Nacl 0,95
• Apabila ada lnfeksi bakteri bisa ditambah
antibiotik
• Apabila gatal bisa ditambahkan
antihistamin oral
Kortikosteroid topical
Cara kerja:
• mencegah dan juga menekan timbulnya gejala inflamasi
• mengembalikan kulit dan jaringan yang sakit ke keadaan fisiologik stabil (topical)
Efek samping
Absorbsi dari kulit dapat menyebabkan penekanan pada adrenal dan cushing syndrome.
Peringatan
Hindari penggunaan jangka panjang kortikosteroid topikal pada wajah karena dapat meninggalkan
bekas yng tidak hilang dan hindarkan dari mata. Pada anak-anak hindari penggunaan jangka panjang
dan penggunaan kortikosteroid kuat ataupun sangat kuat harus pengawasan dokter spesialis. Pada
bayi pengobatan sebaiknya dibatasi 5-7 hari.
Kortikosteroid topical