Anda di halaman 1dari 94

Webinar: Pahami 10 Kasus tersering

di Puskesmas

Oleh: dr. Ardeliana N. P. Gunawan


Diare cair akut
Definisi
Buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu

Gastroenteritis (GE) berdasarkan PPK yakni


peradangan mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih
dalam waktu 24 jam. Sedangkan diare > 30 hari disebut
kronis.

WHO (World Health Organization) mendefinisikan


diare akut sebagai diare yang biasanya berlangsung
selama 3 – 7 hari tetapi dapat pula berlangsung sampai
14 hari.
Anamnesis
MIND MAP • Perjalanan penyakit diare yaitu lamanya diare berlangsung,
kapan diare muncul (saat neonatus, bayi, atau anak-anak)
untuk mengetahui, apakah termasuk diare kongenital atau
didapat, frekuensi BAB, konsistensi dari feses, ada tidaknya
darah dalam tinja
• Mencari faktor-faktor risiko penyebab diare
• Gejala penyerta: sakit perut, kembung, banyak gas, gagal Penunjang
tumbuh. • Pemeriksaan tinja tidak rutin
• Riwayat bepergian, tinggal di tempat penitipan anak dilakukan pada diare akut,
merupakan risiko untuk diare infeksi. kecuali apabila ada tanda
intoleransi laktosa dan
kecurigaan amubiasis
Px Fisik • Hal yang dinilai pada
• Keadaan umum, kesadaran, tanda pemeriksaan tinja:
vital, berat badan
• Tanda utama: keadaan umum Makroskopis : konsistensi, warna,
gelisah/cengeng atau lemah lendir, darah, bau
/letargi /koma, rasa haus, turgor Mikroskopis : leukosit, eritrosit,
kulit abdomen menurun parasit, bakteri
• Tanda tambahan: ubun-ubun DIAGNOSIS DIARE CAIR Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na,
besar, kelopak mata, air mata, AKUT K, HCO3)
mukosa bibir, mulut, dan lidah
• Tanda gangguan keseimbangan Biakan dan uji sensitivitas tidak
asam basa dan elektrolit: napas dilakukan pada diare akut
cepat dan dalam (asidosis
metabolik), kembung
(hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
Klasifikasi Diare
Tanpa Dehidrasi Dehidrasi ringan sedang Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan <5% 5-10% >10%

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, cengeng Lemah, letargi/ koma

Ubun-ubun Tidak cekung Sedikit cekung Sangat cekung


Sangat cekung, air mata
Mata Tidak cekung, air mata + Sedikit cekung
-
Mukosa Basah Sedikit kering Sangat kering

Turgor kulit Baik. BU + Kurang Sangat kurang

Akral Hangat Hangat dingin


Tatalaksana
CAIRAN

SENG/ZINC

NUTRISI

ANTIBIOTIK YANG TEPAT

EDUKASI
Cairan
Oralit Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti larutan Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
air garam. Pemberian oralit berdasarkan derajat dehidrasi selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
(Kemenkes RI, 2011). dehidrasi.

Diare tanpa dehidrasi Dehidrasi berat


• < 1 tahun: ¼ - ½ gelas setiap mencret Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera
• 1 – 4 tahun: ½-1 gelas setiap mencret dirujuk ke Puskesmas/RS untuk diinfus.
• >5 Tahun: 1–1½ gelas setiap mencret

Umur Jumlah oralit setiap BAB Jumlah oralit di rumah

< 12 bulan 50-100cc 400cc/hari (2 bungkus)


1-4 tahun 100-200cc 600-800cc/hari (3-4 bungkus)
>5 tahun 200-300cc 800-1000cc/hari (4-5 bungkus)
Dewasa 300-400cc 1200-2800cc/hari
Tanpa dehidrasi

Ya Rawat Inap
Tidak mau minum, muntah
Cairan rehidrasi Oralit terus, Diare frekuen
Tidak Rawat di Rumah

Dosis Rehidrasi Oral


• < 1 Tahun 50-100 mL
• 1-5 Tahun 100-200 mL
• Diatas 5 Tahun Semaunya

PPM idai 2009


Dehidrasi ringan sedang

Cairan rehidrasi Oral 75 5-10 ml/kgBB setiap Pasien Cairan parenteral


cc/kgBB dalam 3 jam diare cair Muntah

Dosis Rehidrasi Parenteral


• 3-10 kg 200mL/kgBB/hari Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama
• 10-15 kg 175mL/kgBB/hari proses rehidrasi sambil memberi edukasi tentang
• > 15 kg 135 mL/kgBB/hari melakukanrehidrasi kepada orangtua.

PPM idai 2009


Dehidrasi berat
UMUR KURANG DARI 12 BULAN

Cairan rehidrasi parenteral 30 mL/kgBB dalam 1 70 mL/kgBB dalam 5


100mL/KgBB dibagi Lanjut
jam pertama jam berikutnya

UMUR LEBIH DARI 12 BULAN

Cairan rehidrasi parenteral 30 mL/kgBB dalam 1/2 70 mL/kgBB dalam 2,5


dibagi Lanjut
100mL/KgBB jam pertama jam berikutnya

PPM idai 2009


Seng/zinc
• mengurangi lama dan tingkat keparahan diare
• mengurangi frekuensi buang air besar
• mengurangi volume tinja
• menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.

Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat
anak mengalami diare.

Dosis:
< 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.
> 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Teruskan pemberian ASI dan makanan

• Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi


pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangnya berat badan.

• Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak
yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya.

• Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah


mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang
mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih
sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan
Antibiotik selektif
Antibiotik diberikan bila ada indikasi:

disentri (diare berdarah)


• Cotrimoxazole: Trimetropim 8 mg/kg BB/hari dan sulfametoxazole
40mg/kgbb/hari terbagi dalam dua dois/hari
• Cefixime : anak > 12 tahun atau BB >= 30 kg 2x50-100/hari infeksi berat 2x200
mg, anak<30 kg 2x1,5-3mg/kgBB/hari
Disentri amuba
• Metronidazole 50 mg/kgBB/ hari dbagi menjadi 3 dosis

Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus
sehingga dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium dificile akan tumbuh
yang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang
tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik.
Edukasi

• Penularan disentri amuba dan basiler dapat dicegah dan


dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih
seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak
terkontaminasi serta penggunaan jamban yang bersih.

• Keluarga ikut menjaga diet pasien diberikan makanan lunak


sampai frekuensi BAB kurang dari 5 kali/hari, kemudian
diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.
Common Cold
Diagnosis
Rinitis akut adalah peradangan pada
mukosa hidung yangberlangsung akut
(<12minggu). Hal ini dapat
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri,
ataupun iritan
MIND MAP

Px Fisik
• Suhu dapat meningkat
Anamnesis
Keluhan Rinoskopi anterior:
• Keluar ingus dari hidung (rinorea) • Tampak kavum nasi sempit,
• Hidung tersumbat terdapat sekret serous atau
• Dapat disertai rasa panas atau gatal pada mukopurulen,
hidung • mukosa konka udem dan
• Bersin-bersin Rhinitis hiperemis.
• Dapat disertai batuk
Pada rinitis difteri tampak sekret
Faktor Risiko yang bercampur darah. Membran
• Penurunan daya tahan tubuh. keabuabuan tampak menutup
• Paparan debu, asap, atau gas yang bersifat konka inferior dan kavum nasi
iritatif. bagian bawah, membrannya
• Paparan dengan penderita infeksi saluran lengket dan bila diangkat mudah
napas. berdarah.
Tatalaksana
Non medikamentosa
• Istirahat yang cukup
• Menjaga asupan yang bergizi dan sehat

Medikamentosa
• Simtomatik: analgetik dan antipiretik (Paracetamol),
dekongestan topikal, dekongestan oral (Pseudoefedrin,
Fenilpropanolamin, Fenilefrin).
• Antibiotik: bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder
bakteri. (Amoksisilin, Eritromisin, Sefadroksil).
• Untuk rinitis difteri: Penisilin sistemik dan anti-toksin difteri.
Pseudoefedrin
Cara kerja
Pseudoephedrine adalah zat dekongestan (simpatomimetik).
Pseudoephedrine bekerja dengan mengecilkan pembuluh darah untuk
mengurangi pembengkakan dan penyumbatan.

Dosis
Dewasa 4x60 mg/hari
Anak > 12 tahun 3 x30 mg/ hari
Anak 6-12 tahun 3x15 mg/hari
Anak 2-5 tahun 3x7,5 mg/ hari
Anak <12 tahun 10 mg/kgBB/kali. Kalau ikterik 5 mg/KgBB/kali

Catatan
Pseudoefedrin dapat menimbulkan efek samping berupa susah tidur,
palpitasi, pusing, mual, muntah, hipertensi
Paracetamol

Cara kerja
Parasetamol bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin,
suatu zat peradangan dan pemicu demam, dan terutama bekerja di otak

Dosis
Dewasa 500-1000 mg per kai tiap 4-6 jam. Maksimum 4 g/hari
Anak <12 tahun 10 mg/kgBB/kali. Kalau ikterik 5 mg/KgBB/kali

Catatan
Parasetamol dapat menimbulkan efek samping berupa reasi alergi, ruam kulit
berupa eritema atau urtikaria, kelainan darah, hipotensi dan juga kerusakan
hati
Antenatal Care
Definisi
Pelayanan komprehensif dan berkualitas bagi seluruh ibu hami agar dapat menghindari risiko komplikasi
pada kehamilan dan persalianan. Dianjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal yang
berkualitas minimal 4 kali

Trimester Jumlah Kunjungan Minimal Waktu Kunjungan yang


Dianjurkan
I 1x Sebelum minggu ke 16
II 1x Antara minggu ke 24-28
Antara minggu ke 30-32
III 2x
Antara minggu ke 36-38
Pemeriksaan Fisik Umum
Jenis Pemeriksaan Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3

Tanda Vital + + +
Lingkar lengan atas + - -
TFU - + +
Presentasi janin - + +
DJJ - + +
Protein urin - + Atas indikasi
Gula darah/reduksi + + Atas indikasi
BTA Atas indikasi Atas indikasi Atas indikasi
Sifilis Atas indikasi Atas indikasi Atas indikasi
HIV + Atas indikasi Atas indikasi
Malaria + Atas indikasi Atas indikasi
Pemeriksaan Obstetri
Tinggi fundus uteri (menggunakan pita ukur bila usia kehamilan >20 minggu).

Vulva/perineum untuk memeriksa adanya varises, kondiloma, edema, hemoroid, atau kelainan
lainnya.

Pemeriksaan dalam untuk menilai: serviks*, uterus*, adneksa*, kelenjar bartholin, kelenjar
skene, dan uretra (*bila usia kehamilan <12 minggu).

Pemeriksaan inspekulo untuk menilai: serviks, tanda-tanda infeksi, dan cairan dari ostium uteri
Pemeriksaan fisik obstetri pada setiap kunjungan berikutnya

Pantau tumbuh kembang janin dengan mengukur tinggi fundus uteri. Sesuaikan dengan grafik
tinggi fundus.
Pemeriksaan Leopold
Menentukan tinggi Menentukan bagian Menentukan bagian Menentukan berapa jauh

Leopold II
Leopold I

Leopold III

Leopoold IV
fundus uteri dan bagian janin pada sisi kiri dan janin yang terletak di masuknya janin ke pintu atas
janin yang terletak di kanan ibu (dilakukan bagian bawah uterus panggul (dilakukan bila usia
kehamilan >36 minggu) -
fundus uteri (dilakukan mulai akhir trimester (dilakukan mulai akhir Auskultasi denyut jantung janin
sejak awal trimester I). II). trimester II) menggunakan fetoskop atau
doppler (jika usia kehamilan > 16
minggu)
Pemeriksaan Leopold
TFU yang normal untuk usia kehamilan 20-36 minggu dapat diperkirakan dengan
rumus: (usia kehamilan dalam minggu + 2) cm.
Taksiran Tanggal Persalinan
Rumus Neagel (Siklus menstruasi 28 hari)
• Tanggal (HPHT) + 7
• Bulan (HPHT) – 3
• Tahun (HPHT) +1
Rumus Parikh Siklus menstruasi BUKAN 28 hari)
• Tanggal (HPHT) + (Siklus – 21)
• Bulan (HPHT) – 3
• Tahun (HPHT) +1
Indikasi Pemeriksaan USG
• Pada awal kehamilan (idealnya sebelum usia kehamilan 15 minggu) untuk menentukan usia
gestasi.
• Viabilitas janin, letak dan jumlah janin, serta deteksi abnormalitas janin yang berat.
• Pada usia kehamilan sekitar 20 minggu untuk deteksi anomali janin.
• Pada trimester ketiga untuk perencanaan persalinan Lakukan rujukan untuk pemeriksaan
USG jika alat atau tenaga kesehatan tidak tersedia.
Suplemen dan Pencegahan Penyakit
• Sumplemen Fe 60mg dan Asam folat 400µg 1x/hari selama
kehamilan setelah mual muntah berkurang
• Idealnya asam folat sudah mulai diberikan sejak 2 bulan sebelum
hamil
• Suplementasi kalsium 1,5-2 g/ hari dianjurkan untuk pencegahan
preeklampsia bagi semua ibu hamil, terutama yang memiliki
risiko tinggi
• Pemberian 75 mg aspirin tiap hari dianjurkan untuk pencegahan
preeklampsia bagi ibu dengan risiko tinggi, dimulai dari usia
kehamilan 20 minggu
Suplemen dan Pencegahan Penyakit

Vaksinasi Toksoid

Pemberian Selang Waktu Minimal


TT1 Saat kunjungan pertama (sedini mungkin pada kehamilan)
TT2 4 minggu setelah TT1 (pada kehamilan)
TT3 6 bulan setelah TT2 (pada kehamilan, jika selang waktu minimal
terpenuhi)
TT4 1 tahun setelah TT3
TT5 1 tahun setelah TT4
Asuhan
Persalinan
Normal
Definisi

Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika:

Usia kehamilancukup bulan (37-42 minggu).

Persalinan terjadi spontan.

Presentasi belakang kepala.

Berlangsung tidak lebih dari 18 jam.

Tidak ada komplikasi pada ibu maupun janin


Fase Persalinan Normal
KALA 1
Kala I dibagi menjadi 2:
1. Fase laten: pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam.
2. Fase aktif: pembukaan serviks 4 hingga lengkap (10 cm),
sekitar 6 jam.
• Fase Akselerasi: Pembukaan serviks 4 hingga 5 cm selama
2 jam
• Fase Dilatasi maksimal: Pembukaan serviks 5 hingga 9 cm,
selama 2 jam
• Fase Deselerasi: Pembukaan serviks 9 hingga 10 cm,
selama 2 jam
Fase Persalinan Normal
KALA II
• Dimulai sejak pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 1 jam pada primigravida, 2 jam pada
multigravida.
• Tanda dan Gejala Kala II:
o Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
o Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/ atau vaginanya.
o Perineum menonjol dan menipis.
o Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

*Segera hubungi dokter spesialis obstetri dan ginekologi jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (untuk primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (untuk multigravida). Jika dokter spesialis obstetri dan
ginekologi tidak ada, segera persiapkan rujukan.*
Fase Persalinan Normal
KALA III
• Dimulai segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap, sekitar 30 menit
• Manajemen aktif kala III:
1. Menyuntikkan oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan
suntikan Oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral.
2. Potong dan ikat tali pusat
3. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
 Beri dosis ulangan Oksitosin 10 unit IM.
 Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
 Minta keluarga siapkan rujukan.
 Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
 Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir.
 Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.
Fase Persalinan Normal
KALA IV
• Dimulai segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post-partum
• Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
• Mulai IMD dengan memberikan cukup waktu untuk melakukan kontak kulit Ibu-Bayi (di
dada Ibu minimal 1 jam)
Algoritma Pengambilan Keputusan Persalinan
Konjungtivitis
Definisi

Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang dapat


disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri),
iritasi, atau reaksi alergi. Konjungtivitis ditularkan
melalui kontak langsung dengan sumber infeksi.
Penyakit ini dapat menyerang semua umur.
Diagnosis
Gejala Viral Bakteri Fungal Alergika
Sekret Sedikit serosa Banyak purulen, Sedikit, berserabut Sedikit, mukus bening,
mukopurulen lengket kental
Air mata Banyak Sedang Sedikit Sedang
Gatal Sedikit Sedikit Tidak ada Hebat
Nyeri tenggorokan Kadang Sedikit Tidak ada Tidak ada

Injeksi konjungtiva Sedang Mencolok Sedang Ringan-sedang

Perdarahan + + - -
subkonjungtiva
Kemosis +/- ++ +/- ++
Papil - +/- +/- +
Folikel + - + =
Nodus preaurikuler Sering Jarang Sering Tidak ada

Apus sekret giemsa Limfosit & MN PMN PMN, badan inklusi Eosinofil
Diagnosis

Vernal Flikten Atopi


Hipersensitivitas tipe 1, Hipersensitivitas tipe IV. Reaksi alergi terhadap
berhubungan dengan Alergi thd polen. Disertai demam.
musim. Papil besar bakteri/antigen tertentu.
dengan permukaan rata Kumpulan pembuluh
(cobble stone). darah mengelilingi suatu
Hipertrofi papil. tonjolan bulat dengan
Degenerasi epitel kornea warna kuning kelabu.
(Trantas dot)
Anamnesis:
• Mata merah.
• Rasa mengganjal.
MIND MAP • Gatal dan berair.
• Kadang disertai sekret.

Pemeriksaan Fisik:
• Visus normal.
• Injeksi konjungtival.
Pemeriksaan Penunjang:
• Dapat disertai edema
• Sediaan langsung swab
kelopak, kemosis.
konjungtiva dengan
• Eksudasi; eksudat dapat
perwarnaan Gram atau
serous, mukopurulen, atau Diagnosis:
Giemsa
purulen tergantung Konjungtivitis
• Pemeriksaan sekret dengan
penyebab.
perwarnaan biru metilen
• Pada konjungtiva tarsal
pada kasus konjungtivitis
dapat ditemukan folikel,
gonore
papil atau papil raksasa,
flikten, membrane, atau
pseudomembran.
Faktor Risiko:
• Daya tahan tubuh yang menurun .
• Penggunaan kontak lens dengan perawatan
yang tidak baik.
• Higiene personal yang buruk
Terapi Obat Konjungtivitis
Konjungtivitis Bakterial

• Kloramfenikol  antibiotik spektrum luas yang • Gentamisin antibiotik bakterisidal dan spektrum
efektif untuk bakteri gram positif luas dengan menghambat sintesis protein bakteri
• Dosis : 2 tetes 3-4x/hari dengan berikatan dengan ribosome 30s.
• Efek samping: Reaksi alergi, rasa tersengat atau • Dosis : 2 tetes 6x/hari
terbakar • Efek samping: Iritasi, gatal, panas, perih
Terapi Obat Konjungtivitis
Konjungtivitis Alergika

• Fluorometolone Kortikosteroid
 Dosis : 1-2 tetes 2-4x/hari
 Efek samping: Iritasi, gatal, panas, perih
• Tetes mata artificial
• Tetes mata antihistamin atau mast cell stabilizer (na kromoglikat 2-
4%)
Terapi Obat Konjungtivitis
Konjungtivitis Gonore

• Kloramfenikol tetes mata 0,5-1% sebanyak 1 tetes tiap jam dan suntikan
pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB tiap hari sampai tidak ditemukan kuman
GO pada sediaan apus selama 3 hari berturut-turut.
Konjungtivitis Viral
• Salep Acyclovir 3% 5x sehari selama 10 hari.
Otitis Media
Akut
Definisi

Peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga


tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel
mastoid yang terjadi dalam waktu kurang dari 3
minggu. Banyak ditemukan pada kasus neonatus
hingga 7 tahun, puncak insidensi pada usia 2 tahun.

Etiologi : Tersering sebabkan karena infeksi bakteri


Streptococcus pneumonia dan Haemophilus
influenza
Anamnesis:
MIND MAP • Keluhan yang ditimbulkan dapat bersifat local dan
sistemik tergantung stadium OMA yang sedang
dialami

Komplikasi:
• Abses subperiosteal.
Pemeriksaan Fisik: • Abses otak.
• Suhu tubuh dapat • Meningitis.
meningkat. Diagnosis: • OMA bila tidak diterapi
• Otoskopi: gambaran Otitis Media Akut dengan benar akan
sesuai dengan stadium menjadi otitis media efusi
sakit. (OME) bahkan menjadi
otitis media supuratif
kronis (OMSK)

Faktor Risiko:
• Bayi dan anak
• Infeksi saluran napas atas berulang
• Menyusu dari botol dalam posisi berbaring
telentang
Stadium OMA
Stadium OMA Gejala Klinis Tatalaksana
• Membran timpani suram/ keruh pucat  Tetes hidung dekongestan: HCl efedrin (0,5% <12
• Retraksi membran timpani, dan refleks tahun, 1%>12 tahun) max 5 hari
Stadium Oklusi cahayanya hilang  Mukolitik untuk mengurangi sekret
Tuba • Telinga terasa penuh  Antibiotik 7 hari: ampisilin, amoksisilin, eritromisin
• Otalgia
• Pendengaran menurun
• Membran timpani hiperemis dan edema  Tetes hidung dekongestan: HCl efedrin (0,5% <12 thn,
Stadium • Telinga terasa penuh 1% >12 tahun) max 5 hari
Hiperemis/ • Otalgia  Antibiotik min. 7 hari: ampisilin, amoksisilin,
Presupurasi • Pendengaran menurun eritromisin kombinasi dengan sulfisoksazol,
cotrimoxazole, sefiksim, seftriakson.
Stadium OMA
Stadium OMA Gejala Klinis Tatalaksana
• Membran timpani menonjol ke arah luar  Antibiotik IV dosis tinggi 3 hari → perbaikan → PO 14
(bulging) berwarna kekuningan hari
Stadium Supurasi • Edema hebat mukosa telinga tenggah  Antipiretik, analgetic
• Otalgia berat, demam, muntah, gelisah, diare,  Dekongestan
kejang, vertigo  Miringotomi
• Perforasi membran timpani  Cuci telinga: H2O2 3% 3–5 hari 3dd1, 4 tetes, diamkan
• Liang telinga luar basah atau dipenuhi sekret , 2–5 menit
Stadium Perorasi otorea  Antibiotik 14 hari topikal (ofloksasin, kloramfenikol)
• Demam turun 2dd1, max 2 minggu
• Anak tenang
• Membran timpani tetap perforasi atau utuh  Bila tidak resolusi: antibiotik hingga 3 minggu
Stadium Resolusi • Sekret di liang telinga luar sudah berkurang
atau mengering
Terapi Obat OMA
Faringitis &
Tonsilofaringitis
Definisi

• Faringitis adalah peradangan pada dinding faring. Faringitis


dapat disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), trauma,
toksin, dan lain sebagainya.
• Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer.
Etiologi:
• Viral : RSV, Influenza, Coxachievirus, Cytomegalovirus
• Bakteri : Group A Streptococcus Beta hemolitikus, Neiserria
gonorrheae, Treponema pallidum, Mycobacterium tuberculosis
• Fungal : Candida sp.
Anamnesis:
• Nyeri tenggorok biasanya dirasakan ketika menelan.
• Gejala radang umum seperti demam, malaise, mual-muntah
MIND MAP • Batuk berdahak.
• Faringitis adenovirus pada anak dapat disertai gejala conjuntivitis.
• Riwayat kontak orogenital dapat menjadi pertimbangan untuk
Faringitis gonorrea.

Pemeriksaan Fisik:
• Tampak Faring dan tonsil
hiperemi.
Pemeriksaan Penunjang:
• Dapat disertai perbesaran
• Darah rutin
tonsil disertai dengan adanya
Dapat membantu
detritus, bila infeksi sudah
menentukan apakah viral
menyebar kearah tonsil. Diagnosis:
ataupun bakterial sebagai
• Dapat ditemukan exudat dan Faringitis
penyebab faringitis.
ditemukan limfadenopaty akut
• Saboraud Dextrose Agar
di leher.
Sebagai media untuk
• Pada Faringitis fungal dapat
mengetahui infeksi fungal.
ditemukan plak putih di
orofaring dengan permukaan
faring hiperemis.
Klasifikasi Faringitis

Faringitis Akut Faringitis Kronik Farinitis Spesifik

• Terjadi dalam kurun • Terjadi dalam kurun • Faringitis yang terjadi


waktu <7hari waktu > 7 hari pada keadaa khusus,
• Dibagi menjadi: • Dibagi menjadi: yang berkomplikasi pada
faringitis viral, faringitis Faringitis atropi dan dinding faring.
bakterial, faringitis faringitis hiperplastik • Seperti: faringitis leutika
fungal, faringitis dan faringitis tuberculosa
gonorrea
Terapi Obat Faringitis
Faringitis Viral

• Bed rest dan asupan cairan yang cukup.


• Isoprenosine 60-100mg/kgBB/4-6x/hari dapat
digunakan pada Faringitis viral dengan comorbid
Herpes Simpleks.
• Analgetik.
• Kumur dengan air hangat atau antiseptik
Terapi Obat Faringitis
Faringitis Bakterial

• Penicillin G Banzantin 50.000 U/kgBB IM dosis


tunggal, atau Amoxicillin 50mg/kgBB/3x/hari
selama 10 hari.
• Dexamethasone 8-16 mg IM single dose atau 0,08-
0,3 mg/kgBB single dose.
• Analgetik
• Kumur dengan air hangat atau antiseptik.
Terapi Obat Faringitis
Faringitis Fungal

• Nystatin 100.000-400.000 2kali/hari.


• Analgetik
Faringitis Gonorrea

• Sefalosporin gen 3, Ceftriaxone 250mg IM.


Anamnesis:
• Rasa kering di tenggorokan sebagai gejala awal.
MIND MAP •

Nyeri pada tenggorok, terutama saat menelan.
Demam yang dapat sangat tinggi sampai menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak.
• Mulut berbau (foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat
(ptialismus).
• Pada tonsilitis kronik, pasien mengeluh ada penghalang / mengganjal di tenggorok, tenggorok terasa
kering dan pernafasan berbau (halitosis).

Pemeriksaan Fisik:
• Tonsilitis akut: tonsil hipertrofik ukuran≥T2,
hiperemis dan terdapat detritus di dalam kripte
pada permukaa tonsil berbentuk folikel atau Pemeriksaan Penunjang:
lakunar • Darah Lengkap
Diagnosis:
• Tonsilitis kronik: Tampak tonsil membesar • Swab tonsil untuk
Tonsilitis
dengan permukaan yang tidak rata, kripte pemeriksaa mikroskop
melebar dan berisi detritus. dengan pewarnaan gram.
• Tonsilitis difteri: Tampak tonsil membengkak
ditutupi bercak putih kotor (pseudomembran)
yang melekat erat pada dasar sehingga bila
diangkat mudah berdarah.
Grade pembesaran tonsil
Terapi Obat Tonsilitis
Tonsilitis Viral

• Istirahat, minum cukup


• Analgetika/antipiretik (misalnya, Paracetamol)
• Antivirus diberikan bila gejala berat
Antivirus Metisoprinol diberikan pada infeksi virus dengan dosis 60-
100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa
dan pada anak <5 tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali
pemberian/hari.
Terapi Obat Tonsilitis
Tonsilitis Bakterial

• Bila diduga penyebabnya Streptococcus group A, diberikan antibiotik yaitu


Penisilin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau Amoksisilin 50
mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500
mg selama 6-10 hari atau Eritromisin 4x500 mg/hari.
• Steroid yang dapat diberikan berupa Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa
selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi 3 kali
pemberian selama 3 hari
• Analgetik / antipiretik, misalnya Paracetamol dapat diberikan.
Terapi Obat Tonsilitis
Tonsilitis Difteri

• Anti Difteri Serum diberikan segera tanpa menunggu hasil


kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung umur dan
jenis kelamin.
• Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50 mg/kgBB/hari.
• Antipiretik untuk simptomatis dan pasien harus diisolasi.
• Perawatan harus istirahat di tempat tidur selama 2-3 minggu.
Indikasi Tonsilektomi
Indikasi Absolut Indikasi Relatif

• Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran • Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun
nafas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi dengan terapi antibiotik adekuat
kardiopulmonar. • Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik
• Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan dengan pemberian terapi medis.
medis dan drainase • Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptococcus
• Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam. yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik
• Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan laktamase resisten.
patologi anatomi.
Varicella
Diagnosis
Penyakit infeksi akut primer yang disebabkan
oleh virus varicella – zoster yang menyerang
kulit dan mukosa dengan manifestasi klinis
didahului dengan gejala konstitusi. Kelainan
kulit polimorfik, terutama pada bagian sentral
tubuh
MIND MAP
Anamnesis

• Anak : Lebih ringan ,demam, nyeri kepala,


malaise.
• Dewasa : Lebih berat dan lebih lama , Panas
UKK badan kdg 40-41 °C  4 – 5 hr
• Kdg gatal
Lesi: polimorfik dengan
gambaran papula eritematosa
diatas macula eritema, edema
beberapa jam lalu vesikel Penunjang
terisi cairan bening seperti air Tzanck smear akan ditemukan
mata (khas : teardrops), sel datia berinti banyak
apabila vesikel lama cairan
menjadi keruh, Khas vesikel DIAGNOSIS VARICELLA
ada delle, vesikel yang pecah
akan mengering dan menjadi
krusta.
Lesi menyebar secara sentri
fugal, polimorf
Tatalaksana
Non Medikamentosa Medikamentosa
1. Edukasi untuk tidak menggaruk : jaga vesikel • Asiklovir : 5 x 800 mg ~ 7 hari.
untuk tidak pecah, biarkan mengering, dan • Valasiklovir : 3 x 1 gr ~ 7 hari.
lepas sendiri. • Varicela Zoster Imunoglobuline im.
2. Istirahat pada masa aktif sampai semua lesi • Simptomatis : antipretik, analgesik
sudah mencapai stadium krustasi paracetamol, anti pruritis  antihistamin,
3. Rawat bila berat, bayi, usia lanjut, dan dengan AB sistemik bila infeksi sekunder
komplikasi
4. Makanan lunak apabila lesi di mulut
Acyclovir
Cara kerja:
Acyclovir dimetabolisme oleh enzim kinase virus menjadi
senyawa intermediet. Senyawa intermediet acyclovir
dimetabolisme lebih lanjut oleh enzim kinase oleh sel hospes
menjadi analog nukleotida yang bekerja menghambat replikasi
virus

Perhatian
Acyclovir memiliki efek samping mul, diare, ruam kulit atau
sakit kepla dan sangatjarang menyebabkan insufisiensi renal
maupun neurotoksikosis
Valacyclovir

Cara kerja:
Mekanisme kerja sama seperti acyclovir, yaitu
menghambat replikasi Virus

Perhatian
Valacyclovir memiliki efek samping mual, diare, ruam
kulit atau sakit kepla dan sangat jarang menyebabkan
insufisiensi renal, mikroangiopati trombootik pada pasien
imunosupresi yang menerima beberapa jenis obat
Scabies
Diagnosis
Penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi dan sensitisasi thd sarcoptei scabiei var
hominis dan produknya
MIND MAP
Cardinal Sign (min 2 dari 4)

 Gatal pada malam hari


 Mengenai sekelompok orang
UKK
 Ada terowongan pd predileksi
 Ditemukan tungau
Lesi: awal  vesikel
millier dan papul
eritematosa (puncta) 
terowngan
Terowongan: ekstravasasi Penunjang
linier atau bentuk S  DIAGNOSIS SKABIES Kerkan kulit
putih kemerahan paling Mengambil tungau dengan
banyak di tangan (sela jari, jarum
pergelangan, dan telapak) Kuretase terowongan
Ink burrow test
Infeksi sekunder: pustul,
ekskoriasi
Tatalaksana

1. Sulfur presipitatum 4-20% salep/krim


2. Benzil benzoat 20-25%
3. Lindane 1 %
4. Krotamiton 10%
5. Permetrine 5% krim

Tatalaksana bisa pilih salah satu diatas


Sulfur Presipitatum 4-20%
Contoh: salep 2-4 (as. Salisilat 2% dan sulfur 4%)

Efek samping:
• Berbau & mengotori pakaian
• Menimbulkan iritasi
• Tidak efektif utk stadium telur  digunakan selama 8 jam 3 hari
berturut-turut

Aman untuk anak umur <2 tahun


Benzil-Benzoas 20-25%
 Efektif thd semua stadium
 Sulit diperoleh

Efek samping:
 Sering iritasi  setelah dipakai bisa makin gatal & perih

Cara pakai:
 Digunakan setiap hari selama 3 hari berturut-turut
Gameksan 1% (krim/lotio)/lindane 1%
Keunggulan:
• Efektif thd semua stadium, mudah digunakan, jarang iritasi
Kekurangan:
• Banyak kegagalan pengobatan karena resisten
Kontraindikasi:
• Tidak dianjurkan untuk ibu hamil  toksik thd SSP
(neurotoksik)
Cara pakai:
• Cukup 1x (8 jam) ulangi 1 minggu lagi bila masih ada
gejala
Krotamiton 10%
Cara pakai:
• Jauhkan dari mulut, mata, dan uretra (hanya boleh
digunakan dari leher ke bawah)
• Digunakan 12-48 jam 6 hari berturut-turut

Keunggulan:
• Antiskabies & Antigatal (efek antipruritus)

Kelemahan:
• Jarang di Indonesia & mahal
Permetrine 5%

Cara pakai:
 Aplikasi 1x 8-1 jam, ulangi setelah 1 minggu
 Tidak dianjurkan untuk bayi <2bulan
 Efektif untuk semua stadium
 Anak < 2th  hanya 2 jam saja
Catatan
Rasa terbakar dan tersengat yang ringan dan bersifat sementara,
gatal, eritema, hiperestesia, ruam kulit
Dermatitis
Terdiri dari:

Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis Numularis
Dermatitis
Kontak Iritan
Diagnosis
Suatu peradangan kulit nonimunologik
yang terjadi langsung tanpa didahului
dengan sesitisassi. Kelainan timbul
akibat kerusakan sel yang disebabkan
oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi
atau fisik
MIND MAP

Anamnesis

 Pasien umumnya mengeluhkan nyeri


 Tanpa diawali proses sensitisi
 Onset descrendo

UKK Penunjang
Papul, vesikel, bula, plak. Tidak ada pemeriksaan
DIAGNOSIS DKI
Batas lebih tegas penunjang khusus
Tatalaksana

Non Medikamentosa
• Hindari kontak ulang dengan penyebab
• Pemakaian APD jika pasien bekerja

Medikamentosa
• Kortikosteroid topikal potensi sedang
sampai tinggi (mometason, klobetasol)
apabila lesi kering
• Kompres terbuka dengan NaCl jika lesi
masih basah
Dermatitis
Kontak Alergi
Diagnosis
Dermatitis yang diperantarai oleh reaksi
hipersensitivitas tipe lambat (tipe iv) yang
disebabkan oleh kontak dengan bahan alergen.
DKA terjadi terhadap seseorang yang telah
mengalami sensitisasi oleh suatu penyebab
alergen
MIND MAP

Anamnesis

 Pasien umumnya mengeluhkan gatal


 Diawali dengan pengenalan hapten
 Onset crescendo

UKK
Papul, vesikel, bula, plak Penunjang
DIAGNOSIS DKA
Batas bisa melua Patch test (+)
Tatalaksana
Non Medikamentosa
Hindari kontak ulang dengan penyebab

Medikamentosa
• Kortikosteroid sistemik diberikan dalam
jangka pendek (ex: prednison 30 mg/hr)
• kompres dengan larutan garam faal, atau
larutan asam salisilat 1:1000
• pemberian kortikosteroid atau makrolaktam
(pimecrolimus atau tacrolimus topical)
Dermatitis
Numularis
Diagnosis
Peradangan kulit yang bersifat kronis,
ditandai dengan lesi berbentuk seperti
mata uang (koin) atau agak lonjong
berbatas tegas dengan eflorensi
papulovesikel yang biasanya mudah
pecah sehingga basah (oozing)
MIND MAP

Anamnesis

 Pasien mengeluh sangat gatal


UKK
• Predileksi: ekstensor ekstremitas, dorsum
manus (simetris), dan badan dengan bentuk
lesi bulat/lonjong berbatas tegas
• Pada fase akut Plak eritematosa bentuk koin
Batas tegas yg terbentuk dari papulovesikel Penunjang
DIAGNOSIS DERMATITIS
yang berkonfluens Tidak ada pemeriksaan
NUMULARIS
penunjang khusus
• Pada fase kronik, yaitu setelah 1-2 mgg Plalk
dengan skuama dan likenifikasi
Penyembuhan dimulai dari tengah  mirip
lesi dermatomikosis
Tatalaksana

Non Medikamentosa
• Menjaga kelembaban kulit
• Menjaga kebersihan

Medikamentosa
• Kortikosterid topical potensi menengah
hingga kuat
• Apabila lesi basah bisa dikompres
dengan Nacl 0,95
• Apabila ada lnfeksi bakteri bisa ditambah
antibiotik
• Apabila gatal bisa ditambahkan
antihistamin oral
Kortikosteroid topical
Cara kerja:
• mencegah dan juga menekan timbulnya gejala inflamasi
• mengembalikan kulit dan jaringan yang sakit ke keadaan fisiologik stabil (topical)

Klasifikasi (berdasarkan potensi)


• Potensi sangat kuat : Clobetasol propionate 0,05%
• Potensi kuat : betametason propionate 0,5%/0,1%
• Potensi sedang : mometason furoat 0,1%
• Potensi lemah : Hydrocortison acetate craem 1%, cream 2,5%

Efek samping
Absorbsi dari kulit dapat menyebabkan penekanan pada adrenal dan cushing syndrome.

Peringatan
Hindari penggunaan jangka panjang kortikosteroid topikal pada wajah karena dapat meninggalkan
bekas yng tidak hilang dan hindarkan dari mata. Pada anak-anak hindari penggunaan jangka panjang
dan penggunaan kortikosteroid kuat ataupun sangat kuat harus pengawasan dokter spesialis. Pada
bayi pengobatan sebaiknya dibatasi 5-7 hari.
Kortikosteroid topical

Anda mungkin juga menyukai