Pencatat : Bintang
Editor : Beverly
QC : Kent
TUJUAN
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan melakukan penatalaksanaan pada kasus:
● Diare cair akut & disentri
● Hepatitis akut & kolestasis,
● Gangguan saluran cerna fungsional
● Nyeri perut pada anak
Berdasarkan etiologinya
● Infeksi→ bakteri, virus, atau parasit
● Non Infeksi→ intoleransi, alergi makanan, atau autoimun
Epidemiologi
● Penyebab Kematian tertinggi (setelah pneumonia) di dunia dan di asia tenggara
pada anak balita
● Di indonesia menjadi penyebab kematian:
○ Bayi usia 29 hari - 11 bulan : 31,4%
○ Anak usia 12 - 59 bulan : 25,5%
● Prevalensi tertinggi pada anak balita (1-4 tahun). Sekitar 16,7% mengalami
morbiditas
Patofisiologi
● Gangguan osmotik → akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi. Sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
○ Contoh→ intoleransi laktosa
● Gangguan sekresi → akibat rangsangan mediator abnormal seperti enterotoksin
yang menyebabkan vili gagal mengabsorbsi natrium. Sedangkan sekresi klorida
di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
● Gangguan motilitas usus → hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kemampuan dan kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul adanya
diare
Penyebab
a. Infeksi:
● Diare adalah gejala infeksi yang disebabkan oleh sejumlah organisme
bakteri, virus dan parasit, yang sebagian besar disebarkan oleh air yang
terkontaminasi tinja. Infeksi lebih sering terjadi ketika ada kekurangan
sanitasi dan kebersihan yang memadai dan air yang aman untuk minum,
memasak dan membersihkan.
● Rotavirus dan Escherichia coli, adalah dua agen etiologi paling umum dari
diare sedang hingga berat di negara-negara berpenghasilan rendah.
● Patogen lain seperti spesies cryptosporidium dan shigella mungkin juga
penting.
● Pola etiologi spesifik lokasi juga perlu dipertimbangkan.
b. Malnutrisi
● Anak-anak yang meninggal karena diare sering menderita malnutrisi yang
mendasarinya, yang membuat mereka lebih rentan terhadap diare.
● Setiap episode diare, pada gilirannya, membuat kekurangan gizi mereka
menjadi lebih buruk.
● Diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak di bawah lima
tahun.
● Sumber diare:
○ Air yang terkontaminasi kotoran manusia, misalnya, dari limbah, tangki
septik dan jamban, menjadi perhatian khusus.
○ Kotoran hewan juga mengandung mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare.
LINGKARAN SETAN → Anak malnutrisi akan menderita diare. Anak yang menderita diare
berulang akan terkena malnutrisi.
c. Rotavirus
Patogenesis
DIARE DISENTRI
● Diare akut yang pada tinjanya ditemukan darah dapat terlihat secara kasat mata
● Antibiotik selektif
○ Indikasi: diare berdarah (disentri) dan kolera
○ Diare disentri
■ Beri antibiotik selama 5 hari → yang masih sensitif terhadap shigella
menurut pola kuman setempat
○ WHO
■ Cotrimoksazole 8 mg/KgBB/hari TMP
■ Ciprofloxacin dengan dosis 30-50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3
dosis selama 5 hari
■ Sefiksim 5 mg/KgBB/Hari peroral dibagi 2 dosis selama 5 hari
Note:
Jika tidak ada perbaikan maka gunakan antibiotik lain→ Jika tidak ada perbaikan
juga maka pertimbangkan terapi diare karena amuba dan giardiasis.
○ Diare disentri (amuba dan giardiasis)
■ Feses amuba dan giardia
■ Amuba (Tropozoit): Metronidazol 7,5 mg-10 mg/KgBB/8jam
selama 5-7 hari
■ Giardia (Trofozoit dan kista): metronidazole 5 mg/KgBB/8jam
selama 5-7 hari
Pemeriksaan Fisik
● Menilai derajat dehidrasi
● Memeriksa kemungkinan adanya penyakit penyerta
Note:
● Cek kesadaran umum
● Cek mata cowong → tanyakan orang tua apakah mata cowong dari dulu atau pas diare
ini
● Tampak haus → minum rakus
● Cubitan kulit→ untuk menilai turgor
Derajat dehidrasi
A. HEPATITIS VIRUS A
● Virus RNA rantai tunggal, picornavirus dari genus Hepatovirus
● Hospes utama: manusia
● Stabil terhadap panas, dingin, dan lingkungan asam → tahan desinfektan
Penularan:
- Fekal oral
- Makanan dan air
Infeksi hepatitis A
- Di negara berkembang infeksi umumnya mengenai usia muda
- Pada bayi dan anak anak umumnya tanpa gejala (asimtomatik)
- Umumnya tidak mengancam jiwa & self limited (sembuh sendiri)
- Masa inkubasi antara 15-50 hari (rata rata 30 hari)
Gejala
Ada beberapa fase :
● Fase prodromal (pra-ikterik)
○ 4 hari-2 minggu
○ Lesu, lelah, anoreksia, muntah, nyeri perut kanan atas, demam, sakit
kepala, flu like syndrome
● Fase ikterik (kuning)
○ Ikterus, kencing berwarna kuning tua, tinja pucat (jika disertai
kolestasis)
○ Nausea/mual, muntah dan diare lebih banyak pada anak dibanding
dewasa
● Fase Penyembuhan/konvalesen
○ Warna kencing dan tinja yang menjadi normal
○ Lemah dan lesu menetap beberapa bulan
○ Perbaikan pemeriksaan biokimia hati
Komplikasi
1. Hepatitis fulminan (0,1%)
● Timbul gejala ensefalopati hepatik dan memanjangnya waktu pembekuan
darah dalam 8 minggu→ gangguan fungsi liver
● Mortalitas >75%
● Terapi→ Transplantasi hati
2. Hepatitis kolestatik
● Jarang pada anak
● Terjadi ikterus yang berkepanjangan (bilirubin > 10 mg/dl)
● Pruritus hebat, demam, diare, penurunan BB
● Berlangsung 12 – 18 minggu
● Dapat sembuh sempurna
3. Hepatitis relaps
● Hepatitis Relaps
● Kejadiannya 3,8 – 20%
● gejala hepatitis timbul kembali
● peningkatan enzim aminotransferase
● IgM anti HAV timbul kembali
● Virus Hepatitis A terdeteksi (PCR)
● Sembuh sendiri
Diagnosis
● Gejala klinis
● Tes biokimiawi hati (enzim aminotransferase)
● Pemeriksaan serologis spesifik: IgM anti HAV dan anti HAV total
○ IgM anti HAV biasanya positif pada saat onset gejala dan disertai
dengan mulai meningkatnya ALT (SGPT)
○ IgM anti HAV tetap positif selama 3-6 bulan setelah infeksi primer
Tatalaksana
● Terapi suportif : ditujukan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan nutrisi
dan cairan, serta pengawasan akan tanda-tanda terjadinya hepatitis fulminan
● Terapi farmakologis : tidak diperlukan dan tidak ada
● Tidak ada rekomendasi diet khusus pada infeksi HAV
● Hepatitis fulminan→ cangkok hati
B. HEPATITIS VIRUS B
Masa inkubasi: infeksi akut HBV antara 45-160 hari dengan rata-rata 90
hari
Perjalanan klinis
Terdapat 4 fase dalam perjalanan penyakit hepatitis B yaitu
● Fase immune tolerant ditandai dengan kadar DNA HBV yang tinggi
dengan kadar alanin aminotransferase (ALT) yang normal. Belum bisa
diberi terapi.
● Fase immune clearance terjadi ketika sistem imun berusaha melawan
virus. Hal ini ditandai oleh fluktuasi level ALT serta DNA HBV. Fase
terbaik dalam pemberian antiviral untuk mencegah terjadinya
kronisitas.
● Fase inaktif ditandai dengan DNA HBV yang rendah (<2000 IU/ml), ALT
normal, dan kerusakan hati minimal.
Penularan
Di Indonesia → tingkat endemisitas sedang-tinggi
● Transmisi vertikal ( ibu ke bayi)
➢ saat prenatal (2-4%)
➢ Perinatal (70-90% bila HbsAg & HbeAg positif)
➢ Pascanatal
● Transmisi horizontal → kontak erat antar anggota keluarga
➢ HB virus ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lain termasuk
eksudat dari luka, semen, cairan cervix dan ludah
➢ Penularan melalui pemakaian bersama peralatan pribadi seperti
handuk, pisau cukur, atau sikat gigi
Gejala Klinis
● Anak-anak umumnya tanpa gejala (asimtomatis)
● Bila timbul gejala biasanya ringan malaise, anoreksia, rasa tidak enak di
perut, ikterus (kuning)
➢ 5% bayi
➢ 5-15% usia 1-5 tahun
➢ 35-50% anak lebih besar,
● 1% menjadi fulminan
Note:
Pada bayi lebih kecil gejalanya
Diagnosis
● Gejala klinis tidak spesifik→ pada fase awal tidak dapat membedakan dengan
penyakit lain
● Diagnosis definitif pemeriksaan serologis virus (HbsAg, IgM /IgG anti
Hbc, HBV-DNA)
● Pengidap HBV kronis → HBsAg dalam sirkulasi darah > 6 bulan
● Infeksi yang menyembuh → dijumpai anti-HBs dan IgG antiHBc (+).
● Pasca Imunisasi Hepatitis B → anti-HBs saja yang (+), HbsAg negatif, IgG anti
Hbc negatif
Note:
Jika infeksi ditemukan anti-Hbs dan IgG anti-Hbc
Tatalaksana
● Tidak ada terapi spesifik
● Pemantauan secara berkala pada bayi yang tertular → HbsAg, HbeAg, enzim
transaminase hati
● Semua pasien pengidap hepatitis B kronis sebaiknya mendapat imunisasi
Hepatitis A .
Simpulan
● Di negara berkembang infeksi Hepatitis A → bayi dan anak–anak (biasanya tanpa
gejala)
● Anak anak sebagai sumber penularan
● memiliki kekebalan seumur hidup
● Infeksi hepatitis B yang terjadi pada usia bayi→ tanpa gejala
● menjadi sumber penularan
● memiliki risiko kronisitas yang tinggi bagi dirinya sendiri
IKTERUS
● Ikterus adalah pewarnaan kuning pada kulit, sklera, atau membran mukosa,
sebagai akibat penumpukan bilirubin yang berlebihan pada jaringan.
● Penyebab ikterus sangat bervariasi dan berbeda pada bayi, anak, dan dewasa.
Metabolisme bilirubin
Jika terjadi hemolisis (pecahnya eritrosit) akan menjadi heme dan globin.
Heme akan dipecah menjadi bilirubin (tidak terkonjugasi) dan Fe. Bilirubin
tidak terkonjugasi akan berikatan dengan albumin dan menuju liver untuk
mengkonjugasikan bilirubin.
Bilirubin terkonjugasi akan keluar ke usus halus. Oleh enzim dalam bakteri
bilirubin ini menjadi urobilinogen dan dibuang 90% ke feses.
Urobilinogen sebagian (10%) akan diubah kembali menjadi bilirubin tidak
terkonjugasi yang akan masuk melalui vena porta ke pembuluh darah. Kemudian
akan kembali ke liver→ siklus enterohepatik.
Diagnosis
Kernikterus
● Perubahan neuropatologi akibat ikatan bilirubin pada area ganglia basalis otak, pons, dan
cerebellum → Bilirubin masuk ke otak dan berikatan dengan lemak di ganglia basalis,
pons, dan cerebellum karena sifatnya yang mengikat lemak
● Waspada → kadar bilirubin total >25 mg/dl (bayi tanpa faktor risiko hemolitik) dan >20
mg dl pada bayi dengan hemolitik
● Manifestasi akut → letargi, hipotoni, high pitch cry, Iritabilitas, opisthotonus, kejang,
apnea, hypertoni, demam
● Kronis: sequelae neurologis → choreoathetosis, retardasi mental, dan ketulian
● Tatalaksana:
○ Fisioterapi
○ Transfusi tukar
Direk hiperbilirubinemia
Jika ada hiperbilirubinemia direct maka ada sumbatan pada jalan keluar bilirubin
● Gejala sindrom kolestasis
○ Ikterik
○ Air kencing seperti teh
○ Tinja pucat
● Jarang terjadi dan selalu patologis
● Kondisi patologis → hepatobilier dysfunction
● Kejadiannya: 1 dan 2500 (asia), 1 dari 8000 (kaukasia) kelahiran hidup
KOLESTASIS
- Kondisi yang menyebabkan hambatan sekresi substansi yang harusnya masuk duodenum
→ menumpuk di hati → kerusakan hepatosit
- Parameter:
- Bilirubin direk >1 mg/dl bila bilirubin total <5 mg/dl
- Bilirubin direk > 20% bila bilirubin total > 5 mg/dl
- Kolestasis bukan merupakan diagnosis penyakit tetapi sindrom yang etiologinya
beragam. Gangguannya sejak proses pembentukan empedu di hepatosit →
transport keluar hepatosit → saluran empedu intrahepatik → saluran keluar
ekstrahepatik → muaranya di duodenum
● Atresia bilier
● Kista duktus koledokus
● Bile duct paucity
● Neonatal sclerosing cholangitis
● Inspissated bile syndrome
● gallstone/biliary sludge
● Cystic fibrosis
● Caroli disease
Note:
● Atresia biliaris ekstrahepatik: Suatu obstruksi total duktus biliaris ekstrahepatal
● Kista duktus koledokus: Dilatasi dari suatu segmen duktus biliaris
ekstrahepatal
● Stenosis duktus biliaris: Obstruksi parsial duktus biliaris ekstrahepatal
● Sludge dan batu atau kolelitiasis: Adanya suatu penumpukan endapan-
endapan pada duktus biliaris ekstrahepatal, misalnya sebagai akibat dari
proses hemolitik yang berlebihan
Etiologi kolestasis intrahepatal
Organik vs Fungsional
Fungsional Organik
● Persistensi gejala sampai usia Jika gejala selain alarm sign maka nilai
remaja (masalah remaja) apakah kelainan organik, meskipun
● Riwayat keluarga sebagian nyeri perut pada anak adalah
fungsional (penjelasan dokter)
Kriteria
● Rome 2
● Rome 3
Pembagian FGID
NYERI PERUT BERULANG (Recurrent abdominal pain)
Definisi keadaan ditandai dengan munculnya sekumpulan gejala gastrointestinal
(kronik atau berulang) tanpa dijumpai penyakit tertentu
● Merujuk kriteria oleh John Apley dan Naish, 1958: paling sedikit mengalami 3
episode sakit perut, yang cukup berat sampai mempengaruhi aktivitas sehari-
hari dan berlangsung lebih dari 3 bulan
● 1999 Rome II kriteria mengenalkan ttg abdominal pain related-functional
gastrointestinal disorder (AP-FGID): FD, IBS, Abd migrain, FAP, FAPD
● 2006 Rome III menekankan harus tak ada bukti kelainan organik shg
pemeriksaan harus fokus
● 2016 Rome IV memodifikasi kriteria sebelumnya: FD, FN, FV, FAP-NOS
Prevalensi
- Nyeri perut berulang (Recurrent abdominal pain atau chronic abdominal pain)
merupakan masalah yang sering terjadi pada anak (prevalensi bervariasi dari
0,13-19% pada anak usia sekolah, di USA dan eropa) (Spee, LA, 2013)
- 90% tak ada penyebab organik yang dapat diidentifikasi
- 29,1% berlanjut sampai umur 5 tahun meskipun dalam pemantauan medis
KOLIK INFANTIL
Wessel rule of threes
- 3 jam menangis tana henti dalam sehari
- 3 hari dalam seminggu
- 3 minggu dalam 3-4 bulan pertama
Kriteria diagnosis
Gejala muncul dan berhenti pada saat bayi kurang dari 5 bulan
Bayi menangis, rewel dalam waktu lama dan berulang, tanpa ada sebab yg jelas
dan tak bisa dicegah atau dihentikan oleh pengasuh
Tanda klinis
● Perut kembung
● Sering sendawa
● Refluks (GERD)
● Cegukan
● Sering Kentut
● Rewel atau gelisah berlebih tanpa sebab yang jelas
● Kolik kondisi yang wajar, terjadi 1 dari 4 bayi baru lahir
● Penyebab masih belum jelas
○ Imaturitas sistem saraf
○ Hipersensitivitas terhadap lingkungan
○ Ketidakseimbangan mikroba usus
○ GERD
○ Alergi makanan
○ Intoleransi laktosa
Kriteria ROME
GERD
- Posisi sandifer→ posisi anak sampai melengkung
- Gagal tumbuh
CMPA (alergi susu sapi)
- Sering regurgitasi
- Gejala sal. Napas (sering batuk)
- Dermatitis atopik
- Atropik keluarga
Intoleransi laktosa
- Distensi abdomen
- Meteorismus
- Ruam popok
- Berikan susu rendah/bebas laktosa
Kecemasan orang tua
- Ortu cemas
- Ortu depresi
- Hubungan ibu anak
- Resiko kekerasan anak
Intervensi
Intervensi perilaku
● Menangkan orangtua
● Kolik infantil adalah kondisi self limiting
● Ajarkan respon yang benar
○ Breastfeeding
○ Formula rendah laktosa
○ Formula parsial hidrolisa (lebih mudah dicerna)
● Kurangi stimulasi berlebih
REGURGITASI
● Kriteria diagnosis harus meliputi kedua hal ini pada bayi sehat umur 3 minggu
sampai 12 bulan
○ regurgitasi 2 kali atau lebih per hari selama 3 minggu atau lebih
○ tak ada muntah, hematemesis, aspirasi, apnea, gagal tumbuh, sulit
makan atau menelan, atau posisi abnormal
● Patofisiologi: transient LES relaxation, immature LES, jarak memendek dari abdomen-
LES, volume esofagus rendah, delayed emptying time, pe↗ Tekanan Intra Abdomen
Alur diagnosis
Kalau tidak ada red flag maka fisiologis
Kalau ada redflag
- dengan alergi → alergi susu sapi
- Tanpa alergi → cek endoskopi, pertimbangkan GERD
Redflag:
- Muntah
- Hematemesis
- Gelisah dan menangis
- Posisi melengkung (sandifer)
- Batuk berlebih
- Gagal tumbuh
- Masalah makan
- Gangguan neurologi
GERD
Gejala patologis yang muncul
Pneumonia aspirasi
Batuk kronis, mengi, dan pneumonia berulang yang berlanjut pada masa kanak
kanak
Heartburn (rasa terbakar di ulu hati) → esofagitis
Gizi buruk
Jarang → menyebabkan laringospasme, apnea, dan bradikardi
Manajemen
KONSTIPASI
Definisi Konstipasi : Apabila ditemukan 2 atau lebih dari kriteria di bawah ini selama
setidaknya 1 bulan
● Frekuensi Bb <=2x/minggu
● Inkontinensia (ketidakmampuan mengontrol pengeluaran tinja minimal
1x/minggu)
● Riwayat retensi tinja berlebih
● Riwayat nyeri saat BAB
● Ditemukan tinja berukuran besar di rektum
● Riwayat BAB dengan tinja berukuran besar yang menyumbat kloset
Must include 2 or more of the following occurring at least one /week for a minimum of 1
month with insufficiency criteria for irritable bowel syndrome
● Two or fewer defecations in the toilet per week in a child of development age of
at least 4 years
● At least 1 episode of fecal incontinence per week
● History of retentive posturing or excessive volitional stool retention
● History of painful or hard bowel movements
● Presence of a large fecal mass in the rectum
● History of large-diameter stools that may obstruct the toilet.
After appropriate evaluation, the symptoms cannot be fully explained by another
medical condition
Patofisiologi
● Anak dengan BAB sakit akan mengalami ketakutan BAB → anak menahan BAB →
Feses menumpuk di rektum, rektum melar dan kehilangan sensitivitas untuk
mengeluarkan tinja → feses keras → anak semakin takut BAB (lingkaran setan)
Terapi
Jika ada red flag maka rujuk spesialis
Jika tidak ada red flag maka suatu fungsional konstipasi
Jika ada impaksi skibala maka dilakukan disinpaksi
Jika tidak ada impaksi maka dilakukan toilet training
Tatalaksana