Anda di halaman 1dari 32

DAFTAR ISI

Contents
BAB I.................................................................................................................................12
PENDAHULUAN................................................................................................................12
A. Latar Belakang......................................................................................................12
A. Perumusan Masalah.............................................................................................16
B. Tujuan Penelitian..................................................................................................17
1. Tujuan Umum...................................................................................................17
2. Tujuan Khusus..................................................................................................17
C. Manfaat Penelitian...............................................................................................17
1. Manfaat Teoritis...............................................................................................17
2. Manfaat Praktis................................................................................................17
3. Manfaat bagi Peneliti.......................................................................................18
BAB II................................................................................................................................19
KONSEP TEORI..................................................................................................................19
A. KANKER PAYUDARA..............................................................................................19
B. PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)......................................................23
C. PENGETAHUAN....................................................................................................26
D. DAYA INGAT (MEMORY).......................................................................................29
E. REMAJA................................................................................................................30
F. Media Pembelajaran & Media Audio Visual Video...............................................33
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan masalah kesehatan dan penyebab kematian
pada wanita di seluruh dunia. Kanker payudara di seluruh dunia lebih dari
508.000 wanita meninggal tahun (Yulinda & Fitriyah, n.d.)2011 karena kanker
payudara (WHO, 2013). Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(2015) jumlah penderita kanker di Indonesia telah mencapai angka sebesar 61.682
penderita dengan prevalensi 12/100.000 perempuan. Selain itu, kanker payudara
juga menempati posisi kedua sebagai penyakit kanker terbanyak yang menyerang
perempuan di Indonesia setelah kanker leher rahim.

Tumor payudara di Indonesia masih banyak terjadi di berbagai provinsi.


Berdasarkan penelitian Oemiati, Rahajeng, & Kristanto, 2011 menyatakan
kejadian Tumor Lima besar provinsi dengan prevalensi Tumor tertinggi yaitu DIY
sebesar 9,66%, Jawa Tengah 8,06%, DKI Jakarta 7,44%, Banten sebesar 6,35%,
selanjutnya Sulawesi Utara sebesar 5,76%, berdasarkan lokasi kejadian tumor
disebut OR 15,6 artinya merupakan lokasi yang beresiko terjadinya tumor
payudara (Yulinda & Fitriyah, n.d.) (Oemiati, Rahajeng & Kristanto 2011).

. Jumlah kasus kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker


serviks yang paling banyak diderita wanita di dunia. Survei yang dilakukan WHO
menyatakan 8 - 9 persen wanita mengalami kanker payudara (WHO,2013)
(Saputri, 2012). Setiap tahun lebih dari 250.000 atau setiap jam terdapat 28 kasus
baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 atau setiap
jam terdapat 19 kasus baru kanker payudara terdiagnosa diAmerika Serikat.
Selain itu menurut National Cancer Institute (NCI), wanita yang menderita kanker
payudara terdapat perkiraan kasus baru 232.340 wanita sedangkan kasus kematian
akibat kanker payudara sejumlah 39.620 wanita (NCI,2013). Di Indonesia, kanker
payudara kini menjadi pembunuh nomor satu.Setiap tahunnya diperkirakan
terdapat 100 penderita baru per100.000 pendudukyang ada di Indonesia
(Kementerian Kesehatan, 2010).

Di laporkan dari American Cancer Society Angka kematian kanker


payudara telah menurun sejak 1990, dengan penurunan lebih besar pada wanita
yang berumur kurang dari 50 tahun. Penurunan ini diyakini merupakan hasil dari
(Yulinda & Fitriyah, n.d.) deteksi dini melalui pemeriksaan dan peningkatan
kesadaran akan deteksi dini,serta pengobatan yang lebih baik (Rasjidi 2010).
(Indonesia, 2015)

Indonesia merupakan negara transisi Fenomena berkembang.epidemiologi


tersebut sudah terjadi. Dimana angka kematian akibat dari penyakit tidak menular
semakin meningkat. Salah satu penyakit tidak menular yang banyak terjadi di
Indonesia adalah kanker. Angka penderita kanker di Indonesia sendiri dapat
dibilang meningkat secara fantastis setiap tahunnya. Salah satu kanker yang angka
kematiannya tinggi adalah kanker payudara.

Angka kejadian kanker payudara yang cukup tinggi tersebut disebabkan


masih kurangnya kesadaran perempuan untuk segera memeriksakan diri jika
terjadi kelainan pada payudara. Penderita keganasan kanker payudara sebagian
besar datang saat stadium sudah lanjut, sehingga pengobatannya tidak dapa ttepat
(Manuaba, 2009).(Saputri, 2012).

Dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya angka kematian


akibat dari kanker payudara, maka upaya deteksi dini sangatlah diperlukan. Salah
satu upaya mendeteksi dini adanya kemungkinan kanker payudara adalah dengan
melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Tidak perlu mengeluarkan
biaya, hanya cukup untuk meluangkan waktu sejenak.(Yulinda & Fitriyah, n.d.)

Kanker payudara sendiri umumnya menyerang perempuan dan merupakan

salah satu kanker terbanyak yang terjadi di (Kementerian Kesehatan Indonesia


Republik Indonesia, 2015). Jumlah penderita kanker payudara menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2012 saja, sudah terdapat
sebanyak 1,7 juta orang menderita kanker payudara. Hal tersebut pun telah
diperkirakan akan tetap meningkat hingga sebesar 4 (empat) kali lipat jumlahnya
pada tahun 2020 (American CancerSociety, 2016).(Yulinda & Fitriyah, n.d.)

Penyakit kanker ini bisa ditangani sejak dini, karena jika sudah terdeteksi

sejak dini, penanganannyapun efektif dan efisien, sehingga tidak terlalu


membahayakan dan bahkan bisa ditangani secara tuntas (Diananda, 2009).Usia
termuda terkena kanker payudara adalah di atas 25 tahun dan peningkatannya
prevalensi kanker payudara terjadi pada kelompok usia kurang dari 45 tahun.
Masa inkubasi kanker payudara diperkirakan 8 – 12 tahun, dengan demikian
upaya deteksi dini sangat diperlukan (Dyayadi, 2009). Kesadaran akan pentingnya
memahami apa dan bagaimana penyakit kanker tersebut menjadi sangat penting,
sebab pengenalan dan pemahaman sejak dini akan mampu mendeteksi dini setiap
gejala penyakit ini, (Saputri, 2012).

Fenomena kanker payudara di Indonesia saat ni sangat mengkhawatirkan.


Saat ini penyakit kanker payudara sudah menyerang usia 15 tahun (Lenggogeni
2011). Remaja di Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang
sangat drastis dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Hal
tersebut mengubah norma-norma, nilai bahkan gaya hidup remaja saat ini. Gaya
hidup yang dilakukan remaja saat ini banyak yang mengarah pada penurunan
derajat kesehatan. Remaja gemar mengonsumsi makanan cepat saji (junk food)
dan juga penggunaan banyak alat elektronik yang dapat mengeluarkan paparan
sinar radiasi.Gaya hidup tersebut sangat berpengaruh terhadap munculnya risiko
kanker payudara pada remaja ( Mardiana, 2012). (Indriani, 2017)

Pemeriksaan payudara sendiri dapat dimulai dari sekarang untuk dijadikan


kebiasaan yang rutin agar kanker payudara dari stadium dini dapat di deteksi.
Beberapa penelitian menyatakan masih rendahnya kegiatan pemeriksaan SADARI
dilakukan oleh remaja putri di antaranya Olfah dkk,(2013) menyatakan wanita
yang baru melakukan SADARI yaitu sekitar 15-30%. Risnawati, (2015)
menyatakan bahwa wanita yang tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri
yaitu 28 orang (80%) di pondok pesantren Rohmatilah kudus. Pengetahuan remaja
masih rendah mengenai cara pemeriksaan SADARI sehingga masih banyak yang
datang dalam keadaan stadium lanjut. Penelitian Handayani & Sudarmiati, 2012
menyatakan 133 responden (65,8%) memiliki pengetahuan yang kurang karena
belum pernah mendapatkan informasi mengenai pemeriksaan SADARI di Desa
Bakalan. (Indriani, 2017).

Berdasarkan Survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta


pada tahun 2005 menunjukkan 80% masyarakat tidak mengerti pentingnya
pemeriksaan payudara sendiri. Selain itu, sebanyak 70% kasus kanker payudara
ditemukan dalam stadium lanjut (III dan IV) (Rasjidi, 2010). Seorang remaja yang
masih tidak mengerti mengenai pemeriksaan SADARI maka perlu dilakukan
penyuluhan kesehatan.(Indriani, 2017)(Indriani, 2017)

Media yang digunakan dalam pendidikan kesehatan beranekaragam


,diantaranya adalah media cetak dan audiovisual. Pendidikan kesehatan dengan
menggunakan media audiovisul mulai sering digunakan karena dinilai efektif
dalam penyampaian pesan kepada masyarakat dibandingkan dengan pendidikan
kesehatan tanpa media atau hanya dengan media ceramah dan diskusi yang
sifatnya masih konvensional. Hal ini sejalan dengan “kerucut pengalaman belajar
Edgar-Dale (1946)” yang mengatakan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh
dengan melihat video dan demontrasi akan dapat terserap dalam memori sebanyak
50% ,apabila ditambahkan lagi dengan partisipasi peserta untuk diskusi dan tanya
jawab maka materi dapat terserap dalam memori sebanyak 70%. Media audiovisul
mampu menstimulasi indera pendengaran dan penglihatan sehingga hasil yang
diperoleh lebih maksimal (Rimadhani, 2017).

Keuntungan penggunaan video dalam menyampaikan pesan mempunyai


beberapa keuntungan antara lain, pesan yang disampaikan lebih realistik,
memiliki beberapa features yang sangat bermanfaat untuk digunakan dalam
proses penyampaian pesan. Salah satu feature tersebut adalah slow motion di
mana gerakan obyek atau peristiwa tertentu yang berlangsung sangat cepat dan
dapat diperlambat agar mudah dipelajari. Slow motion, adalah kemampuan teknis
untuk memperlambat proses atau peristiwa yang berlangsung cepat.
(SARASWATI, 2009).

Hasil wawancara penulis membuktikan bahwa dari 15 remaja putri, 10


remaja pernah mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan di sekolah, namun
mereka mengatakan materi yang diberikan hanya garis besarnya saja dalam
bentuk ceramah dan bergabung dengan siswa laki-laki sehingga mereka malu
untuk bertanya lebih lanjut, sehingga tidak terlalu paham dengan penyuluhan
tersebut.

Menurut Dena, (2015) menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan


pemeriksaan SADARI menggunakan video mempengaruhi pengetahuan sehingga
efektif meningkatkan pengetahuan yaitu (p= 0,030). Menurut Shorea, Agrina &
Woferst, (2011) menyatakan bahwa dengan media video menarik dan tidak
menonton untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri umur 16 tahun pada
kelompok eksperimen meningkatkan pengetahuan sebesar (4,28%).(Indriani,
2017).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan


penilitian dengan judul” Pengaruh penyuluhan SADARI dengan media
audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja putri di SMA
Negeri Oransbari,Kabupaten Manokwari Selatan.

A. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah” Apakah penyuluhan SADARI dengan media
audiovisual berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja
putri di SMA Negeri Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan ? “
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan
SADARI dengan media audiovisual terhadap tingkat pengetahuan dan
sikap remaja putri SMA Negeri Oransbari kabupaten Manokwari
Selatan.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja putri SMA
Negeri Oransbari sebelum diberikan penyuluhan SADARI dengan
media audiovisual.
b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja putri SMA
Negeri Oransbari sesudah diberikan penyuluhan SADARI dengan
media audiovisual.
c. Untuk menganalisa pengaruh penyuluhan SADARI dengan media
audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja
putri di SMA Negeri Oransbari.

C. Manfaat Penelitian.
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangsi teoritis terhadap pengembangan dan pengetahuan
khususnya jurusan D IV Kebidanan

3. Manfaat Praktis
Sumber informasi bagi pihak Puskesmas dan instansi lainnya dalam
rangka menentukan kebijakan dan peningkatan pelayanan program
kesehatan

4. Manfaat bagi Peneliti


Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam
mengaplikasikan ilmunya dan menambah wawasan mengenai metode
yang efektif dalam memberikan penyuluhan.
BAB II

KONSEP TEORI
A. KANKER PAYUDARA
1. Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan keganasan yang paling banyak pada wanita,


penyakit yang di dominasi 99% yang terkena pada wanita (Heffer& Danny,
2006). Kanker payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk
menjadi abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali (Mardiana,
2004).

Kanker payudara adalah terjadinya keganasan pada daerah payudara.(Otto,2005).


Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu in situ (masih local) atau
ditemukan sebagai neoplasma maligna (telah menyebar). Gejala yang paling
sering terjadi pada kanker payudara yaitu adanya massa (terutama jika keras,
irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada payudara atau daerah aksila;
rabas putting payudara unilateral, persisten, spontan yang mempunyai karakter
serosanguinosa, mengandung darah, atau cair; retraksi atau inversi putting susu;
perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara (asimetris); pengerutan atau
pelekukan kulit disekitarnya; kulit yang bersisik disekeliling puting susu. Adapun
gejala penyebaran lokal atau regional yaitu adanya kemerahan, ulserasi, edema,
atau pelebaran vena; perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk); pembesaran
kelenjar getah bening aksila (Otto,2005).(Putri, 2016) .Kanker payudara biasanya
menyerang wanita muda atau dewasa dengan penderita terbanyak berusia 40
hingga 49 tahun. Namun saat ini terdapat kecenderungan kanker payudara
semakin banyak dialami wanita muda usia 20 tahun akibat perubahan gaya hidup
(Sari,2011).(Putri, 2016)

2. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan
dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan
menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara,
namun apa yang menyebabkan perubahan genetik belum diketahui. Perubahan
genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh
protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan kanker payudara.
Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam
kanker payudara. Dua hormon ovarium utama- estradiol dan progesterone
mengalami perubahan dalam

lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker


payudara (Suddarth & Brunner, 2003).(Putri, 2016) .

3. Faktor-Faktor Kanker Payudara

Faktor-faktor resiko menyebabkan kanker payudara menurut Suddarth,


(2003) yang menjadi faktor resiko terjadinya kanker payudara yaitu:

a. Riwayat pribadi tentang kanker payudara.

Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung)


(Putri, 2016)dari wanita dengan kanker payudara. Resikonya meningkat
dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum usia 60 tahun, resiko
meningkat jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.

b. Manarke dini

Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami


menstruasi sebelum usia 12 tahun.

c. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama

Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai


resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan
wanita yang mempunyai anak pertama pada usia sebelum 20 tahun.
d .Menopause pada usia lanjut setelah usia 50 tahun

meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara.

e. Riwayat penyakit payudara jinak.

Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel


proliferatif mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker
payudara.

f. Obesitas

resiko terendah di antara wanita pasca menopause. Bagaimanapun wanita


gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih
tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis lambat.

g. Kontrasepsi Oral

Wanita yang menggunakan kontraseptif oral beresiko tinggi untuk


mengalami kanker payudara. Resiko tinggi ini menurun dengan cepat
setelah penghentian medikasi.

h. Terapi penggantian hormon

Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker payudara


pada terapi penggantian hormon. Wanita yang berusia lebih tua yang
menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka
panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan
resiko.

i. Masukan alkohol

Sedikit peningkatan resiko ditenukan pada wanita yang mengkonsumsi


alkohol bahkan dengan hanya sekali minum sehari.

4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada kanker payudara menurut (ROHMAN, 2015), sebagai
berikut:

1). Gejala yang paling sering terjadi :

a. Massa (terutama jika keras, ireguler, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada
payudara atau daerah aksila

b. Raba puting payudara unilateral, persisten, spontan yang mempunyai


karakter serosanguinosa, mengandung darah,atau encer

c. Retraksi atau inversi puting payudara

d. Perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara (asimetris).

e. Pengerutan atau pelekukan kulit sekitarnya.

f. Kulit yang bersisik di sekeliling puting payudara.

2). Gejala penyebaran lokal atau regional :

a. Kemerahan, ulserasi, edema atau pelebaran vena

b. Perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk)

c. Pembesaran kelenjar getah bening aksila

3). Bukti metastase :

a. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.

b. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.

c. Peningkatan alkali fosfatase, kalsium, dan atau nyeri tulang berkaitan dengan

penyebaran ke tulang.(Putri, 2016)

5. Pentahapan kanker payudara

Menurut (2003), tahap – tahap berkembangnya kanker payudara, yaitu:


a) Tahap I : terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus
limfe, dan tidak terdeteksi adanya metastase.

b) Tahap II : terdiri atas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5cm,
dengan nodus limfe tidak terfiksasi negatif atau positif, dan tidak terdeteksi
adanya metastase.(Putri, 2016)

c) Tahap III : terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm, atau tumor dengan
sembarang ukuran yang menginvasi kulit atau dinding,dengan nodus limfe
terfiksasi positif dalam area klavikular dan tanpa bukti adanya metastase.(Putri,
2016)

d) Tahap IV : terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran, dengan nodus limfe
normal, atau kankerosa dan adanya metastase jauh.

6. Pemeriksaan Penunjang

Dapat dilakukan pemeriksaan Ultrasonografi (USG) payudara,mammografi, dan


Fine Needle Absorbtion Biopsi (FNAB) untuk menunjang diagnosis. Untuk
menentukan metastase dapat dilakukan foto thoraks, bone survey, USG abdomen
atau hepar (Mansjoer, 2000)

7. Penatalaksanaan

Menurut Suddarth & Brunner (2003), pengobatan kanker payudara meliputi:

1. Pengobatan lokal kanker payudara yang meliputi : mastektomi radikal yang


dimodifikasi dan bedah dengan menyelamatkan payudara.

2. Terapi radiasi

3. Rekonstruksi

4. Pengobatan sistemik kanker payudara yang meliputi : kemoterapi.(Putri, 2016)


D. PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
1.Pengertian

Pemeriksaan Payudara Sendiri merupakan usaha untuk mendapatkan


kanker payudara pada stadium yang lebih dini (down staging) (Manuaba,2010).
Pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan
memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap bulan melalui pemeriksaan
secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah lain sejak dini
walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk diobati. SADARI
dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari pertama haid (saat payudara
sudah tidak mengeras dan nyeri) atau bagi yang telah menopause pemeriksaan
dilakukan memilih tanggal yang sama setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1
atau tanggal lahirnya).

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah


dan jari manis yang digerakkan secara bersamaan pada payudara yang sedang
dilakukan pemeriksaan (Kementerian Kesehatan,2009). (Putri, 2016).
Pemeriksaan Payudara Sendiri dianggap sebagai cara paling murah,aman dan
sederhana serta penting dalam mendeteksi karena sekitar 75-85% benjolan di
payudara penderita ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri
(Supriyanto,2010). Direkomendasikan selama bertahun-tahun, praktik rutin
SADARI setiap bulan dibanyak negara masih rendah.(Putri, 2016).

Sebuah studi di Iran menemukan hanya 7,6 % wanita di Iran yang


melakukan praktik SADARI setiap bulan secara teratur (Noroozi et al,2010). Di
Turki, 51 % wanita tidak melakukan praktik SADARI dan hanya 5 % yang
melakukan SADARI setiap bulan secara teratur (Nachivan et al,2007).(Putri,
2016)

2. Manfaat Pemeriksaan Payudara Sendiri

Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi


sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada
hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur.Setiap wanita
mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa
payudara sendri secara teratur, setiap bulan setelah haid,wanita dapat merasakan
bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat
mengetahuinya dengan mudah (Manuaba,2009)(Putri, 2016).(SARASWATI,
2009)

3. Cara Melakukan SADARI

Melakukan SADARI tidak terlalu sulit karna bisa dilakukan saat kegiatan
sehari – hari dan dilakukan setelah haid 7-10 hari bisa 1-2 kali hanya 10 menit.
Langkah – langkah dalam melakukan SADARI menurut Kementerian Kesehatan
(2009), yaitu :

a. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di sisi


tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat perubahan dalam hal
ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi
pada kulit.

b. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat tangan di atas kepala,


dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan dipinggang sambil menekan agar
otot dada berkontraksi. Bungkukan badan untuk melihat apakah kedua payudara
menggantung seimbang.

c. Tekan masing-masing putting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara lembut
untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.

d. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri


atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring,diletakkan sebuah
bantal dibawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa.

e. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan
payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah dan manis).Mulailah dari
daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakan memutar
keluar di seluruh permukaan payudara.
f .Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk memeriksa
daerah yang berada di antara payudara, dibawah lengan, dan dibawah tulang
selangka.

g. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara
sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan ini akan membantu
untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan pada payudara yaitu dengan
menggunakan teknik yang sama setiap bulannya. (Putri, 2016)

E. PENGETAHUAN
1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya
mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo,2004). Pengetahuan merupakan
hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar,pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo,2011).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2011) pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:


a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar


objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
obyek yang dipelajarinya

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah


dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum– hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja,seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan,memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e.Sintesis (Synthesis)

, Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau


menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi–formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau


penilaian terhadap suatu materi atau objek. penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang ada.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo,


2005 & Notoatmodjo, 2007 antara lain:
a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk


mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan formal maupun pendidikan non
formal, sistema pendidikan berjenjang diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2005

b. Usia

Usia individu berkaitan erat dengan pengetahuan individu.Semakin bertambah


usia seseorang maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo,
2007).

c. Minat dan kreativitas

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu
objek atau dalam melakukan suatu kegiatan (perbuatan), yang didasari oleh rasa
tertarik, senang, yang muncul dalam diri bukan tekanan dari luar (Notoatmodjo,
2005). Adanya perasaan tertarik dan perasaan senang menimbulkan adanya
minat,maka minat ini merupakan kondisi psikologis yang dapat mendorong
( memotivasi) munculnya kreatifitas

d. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang dialami seseorang dalam berinteraksi


dengan lingkungannya. Teori determinan menganalisa yang menyebabkan
seseorang berperilaku tertentu karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri
seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan,
seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang mendapatkan pengetahuan
baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain (Notoatmodjo,
2005).

e. Kebudayaan lingkungan sekitar


Lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi pengetahuan seseorang dapat
bersumber dari pandangan agama, kelompok etnis yang mempengaruhi proses
memperoleh informasi atau pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai-nilai
keagamaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap seseorang (Notoatmodjo, 2005).

f. Informasi

Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi fungsi kognitif dan
afektif. Fungsi kognitif diantaranya berfungsi untuk menciptakan atau
menghilangkan, pembentukan sikap,perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan
penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu (Notoatmodjo, 2005).

g. Motivasi

Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari
dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan menyampingkan hal-hal
yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya
motivasi memerlukan rangsangan dari dalam diri individu (biasanya timbul dari
perilaku yang dapat memenuh kebutuhan sehingga menjadi puas) maupun dari
luar (merupakan pengaruh dari orang lain/lingkungan)

F. DAYA INGAT (MEMORY)


Ingatan (memory) merupakan penyimpanan informasi sepanjang
waktu.Ingatan adalah pusat bagi kehidupan mental dan pemprosesan
informasi.Remaja perlu menyimpan informasi dan mengeluarkan kembali
informasi yang disimpannya agar berhasil belajar dan menalar. Dua sistem
ingatan ini ialah ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang (Santrock,
2004).

1. Ingatan jangka pendek (short-term memory)


Sistem ingatan berkapasitas terbatas, tempat informasi disimpan selama 30
detik, kecuali bila informasi tersebut diulang lagi, sehingga dapat disimpan
lebih lama (Santrock, 2003

2. Ingatan jangka panjang (long-term memory)

Sistem ingatan yang relatif menetap, tempat menyimpan sejumlah besar


informasi untuk jangka waktu lama (Santrock, 2004). Cara yang biasa
dilakukan untuk menilai ingatan jangka pendek adalah dengan memberi
sederetan hal untuk diingat, yang sering disebut sebagai tugas rentang
ingatan (Fitzgerald, 1991, dalam Santrock, 2004).

3. Ingatan jangka panjang


Meningkat amat tajam selama masa kanak-kanak tengah dan akhir,dan
cenderung terus meningkan selama masa remaja, meskipun hal ini tidak
tercatat dengan baik oleh para peneliti (Santrock, 2004). Hal yang paling
diketahui mengenai ingatan jangka panjang ini adalah bahwa hal ini
tergantung pada kegiatan belajar yang dilakukan ketika mempelajari dan
mengingat informasi (Siegler, 1988 dalam Santrock, 2004).

G. MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN


Pendidikan kesehtan dilandasi oleh motivasi, dengan mengubah tiga faktor
penentuan perilaku yaitu sikap, pengaruh sosial dan kemampuan lewat
komunikasi. Pendidikan kesehatan berfungsi membangkitkan masyarakat tentang
kerugian kesehatan lingkungan dan sumber-sumber penyakit. Pendidikan
kesehatan berusaha membantu orang-orang mengontrol kesehatan mereka sendiri
dengan memengaruhi, memungkinkan dan menguatkan keputusan (Maulana &
Heri, 2009). Maulana & Heri, 2009 menyatakan tujuan pendidikan kesehatan
sebagai berikut:

a. mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan.


b. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat.
Pendidikan kesehatan bertanggung jawab mengarahkan cara-cara hidup sehat
menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari

c. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok


mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup yang sehat.

Health promotion model (HPM) sebagai kerangka teori. Health Promotion Model
(HPM) adalah teori yang dicetuskan oleh Pender (1982) yang merupakan seorang
professor keperawatan di Universitas Michigan (Health Promotion Model, 2014).
Pender 1982 meyakini bahwa dengan mutu kepedulian terhadap promosi
kesehatan akan memperbaiki sistem kesehatan secara integral. HPM merupakan
konsep model yang berdasarkan upaya pada pemberdayakan terhadap kemampuan
individu

atau keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatannya (Tomey & Alligood,


2006). HPM meliputi perilaku untuk meningkatkan kesehatan dan dapat
diterapkan

sepanjang rentang hidup manusia (Tomey & Alligood, 2006). Faktor-faktor yang
terlibat dalam HPM ini adalah Faktor-faktor yang terlibat dalam HPM ini adalah
gaya hidup individu, cara berpikir, kesehatan psikologi (motivasi diri, status
kesehatan, harga diri), aspek sosial dan kultural (Suku, etnis, pendidikan, dan
status ekonomi), tingkat pengetahuan, pengalaman masa lampau, persepsi
individu, faktor biologis (usia,jenis kelamin), dan faktor interpersonal (keluarga,
kelompok sebaya,

pemberi pelayanan kesehatan) (Health Promotion Model, 2014; Bastable,2004)

Asumsi Dasar Health Promotion Model menurut Pender 1982 dalam (Tomey &
Alligood, 2006) antara lain:

a. mereka dapat mengekspresikan keunikannya.(Indriani, 2017).


b. Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran dirinya,
termasuk penilaian terhadap kemampuannya.(Indriani, 2017)
c. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan
mencoba mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas.
d. Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya.
e. Individu merupakan makhluk biopsikososial yang kompleks, berinteraksi
dengan lingkungannya secara terus menerus, menjelmakan lingkungan yang
diubah secara terus menerus.
f. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan interpersonal
yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya.
g. Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah
penting untuk perubahan perilaku. (Indriani, 2017)

Peneliti menggunakan teori health promotion model (HPM) sebagaimana individu


meningkatkan pengetahuan dengan cara penyuluhan kesehatan mengguanakan
media video.(Indriani, 2017).(Saputri, 2012)

H. REMAJA
a. Pengertian Remaja

Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh ke arah


kematangan.Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik,
tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja adalah masa transisi
yang ditandai oleh adanya perubahan fisik emosi dan psikis. Masa remaja yakni
antara usia 10 – 19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti, 2009).(Saputri, 2012)
(Indriani, 2017)

Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidupmanusia,


karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi
manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere
yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence berasal dari kata
adolescere yang berarti dewasa (Widyastuti, 2009).(Saputri, 2012).
b. Perubahan Fisik Pada Remaja

Menurut Widyastuti (2009) pada masa remaja, terjadi perubahan fisik


yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalam perubahan tersebut
terjadi perubahan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai
kematangan yang ditunjukan dengan kemampuan melaksanakan fungsi
reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya
tanda-tanda berikut :(Saputri, 2012)

1) Tanda-tanda seks primer

Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah organ seks. Pada laki-laki Gonad
atau testes. Organ itu terletak di dalam scrotum.Pada usia 14 tahun baru sekitar
10% dari ukuran matang. Setelah itu terjadi pertumbuhan yang pesat selama satu
atau dua tahun, kemudian pertumbuhan menurun. Testes berkembang penuh pada
usia 20 atau 21 tahun. Semua organ wanita tumbuh selama masa puber. Namun
tingkat

kecepatannya antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia
11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43
gram.

2) Tanda Seks Sekunder

a) Pada Remaja Laki-Laki

(1) Rambut

Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut


kemaluan. Ketika rambut kemaluan hampir selesai tumbuh, maka
menyusul rambut ketiak dan rambut di wajah, seperti kumis dan
cambang.

(2) Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar.
(3) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar lemak di bawah kulit menjjadi lebih aktif
(4) Otot
Otot-otot pada tubuh remaja semakin bertambah besar dan kuat.
(5) Suara
Seirama tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka terjadi perubahan
suara.Mula-mula agak serak, kemudian volumenya juga meningkat.
b) Pada Remaja Perempuan
(1) Rambut
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya laki-
laki.Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara
mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak
setelah haid.

(2) Pinggul
Pinggul menjadi berkembang, membesar dan membulat.
(3) Kulit
Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi kasar, lebih tebal, pori-pori
membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap
lebih lembut.

(4) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan


kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.

(5) Otot

Menjelang masa puber, otot semakin membesar dan kuat.

(6) Suara

Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita.
(7) Payudara

Pertumbuhan buah dada (payudara) Pada saat pubertas, buah dada


berkembang. Pertumbuhan buah dada dapat dipakai sebagai salah satu
indikator maturitas perempuan. Pertumbuhan payudara dapat Diurutkan
sebagai berikut:

Tabel 2.1 Stadium Pubertas Pada Perempuan

Stadium Keterangan

Stadium I Hanya berupa penonjolan puting, dan sedikit


pembengkaka jejaring di bawahnya, stadium ini
terjadi pada usia 10 – 12 tahun.

Stadium II Payudara mulai sedikit membesar di sekitar puting


dan areola (daerah hitam di seputar puting), disertai
dengan perluasan areola.

Stadium III Areola, puting susu dan jejaring payudara tampak

semakin menonjol dan membesar, tetapi areola dan

puting masih belum tampak terpisah dari jejaring


sekitarnya.

Sumber : Widyastuti (2009) (Indriani, 2017).

I. MEDIA PEMBELAJARAN & MEDIA AUDIO VISUAL


VIDEO
1. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Media juga dapat diartikan sebagai segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat terdorong terlibat dalam
proses pembelajaran (Angkowo, Robertus & Kosasih, 2007).

a. Manfaat Media Pembelajaran menurut Saifuddin, (2014)

1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa

2) Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu

3) Menambah gairah,dan motivasi belajar siswa

4) Memiliki nilai praktis, artinya media pembelajaran dapat mengatasi


keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa, batas ruang
kelas,memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dan
pengamatan, Keseragaman, lingkungan, menghasikan membangkitkan
motivasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik,
membangkitkan keinginan dan minat baru, mengontrol kecepatan
belajar siswa, memberiksan pengalaman yang menyeluruh dan hal-hal
yang konkret sampai abstrak.

b. Macam-macam Media Pembelajaran (Wina, 2006) sebagai berikut:

1) Media Auditif, yaitu media yang hanya bisa didengar saja. Seperti

tape, radio dan rekaman suara.

2) Media Visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media adalah film
slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan
yang dicetak seperti media grafis dan lainnya. Media berbasis visual
(image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting
dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman
dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa
dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan
dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada
konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual
(image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.

3) Media Audio-visual, yaitu jenis media yang selain mengandung


unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat,misalnya
rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya
Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab
mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua. Dalam
kesempatan ini kami akan membahas mengenai media pembelajaran
berbasis audio-visual.(Indriani, 2017)

c. Teknologi Dalam Pengajaran konsep neuroscience

Pembelajaran dengan teknologi komputer, yaitu menggunakan laptop

yang dihubungkan melalui LCD, website, presentasi dengan


powerpoint, da belajar interaktif dengan CD-ROM. Griffin melaporkan
bahwa berbagai pembelajaran dengan menggunakan komputer yang
diterapkan dapat meningkatkan efektifitas waktu pembelajaran,
kreativitas, keahlian dan berpikir kritis peserta didik. pembelajaran
menggunakan Power point dengan metode ceramah harus ringkas dan
jelas. Studi terbaru menunjukkan bahwa penggunaan presentasi dengan
power point kurang efektif untuk meningkatkan pembelajaran.
Sedangkan pembelajaran dengan CD-ROM Interaktif yang
disambungkan dengan komputer dapat mengarahkan dan menambahkan
pemahaman yang lebih baik, dimana seorang melihat gambar, suara,
animasi (Griffin, 2003).

2. Media Audio Visual

a. pengertian media audio visual


Media Audio Visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai
ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya (Arsyad, 2008). Media sejenis media
audio visual mempunyai tingkat efektifitas yang cukup tinggi, menurut riset, rata-
rata diatas 60% sampai 80%. Pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan
pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor
film,televisi, tape recorder dan proyektor visual yang lebar (Arsyad, 2008).

b. Jenis-jenis Media Audio Visual

Jenis audio visual media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena
meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Menurut (Wina, 2011).
Media ini dibagi menjadi dua :

1) Audio visual diam : yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam
seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak suara.

2) Audio visual gerak : yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassete

c. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Media Audio Visual

Kelebihan audio visual menurut Harjanto, (2000) yaitu:

1) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih


dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik.
2) Mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru. Sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam
pelajaran.

3) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya


(Indriani, 2017)mendengarkan uraian guru, tapi juga aktifitas mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-

4) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat


menumbuhkan motivasi belajar

d. Pemilihan Media Berbasis Audio-Visual dalam Proses.

Pembelajaran berupa Video

Video berasal dari kata latin, yang berarti “saya lihat”. Video adalah teknologi
memproses sinyal elektronik yang mewakilkan gambar bergerak. Aplikasi umum
dari teknologi video adalah televisi, video juga dapat digunakan dalam aplikasi
teknik, keilmuan Binanto,(2010). manfaat media video menurut Munadi, (2012)
sebagai berikut:

1) Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam


waktu yang singkat;

2) Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan

3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat

4) Megembangkan pikiran dan pendapat para siswa

5) Mengembangkan imajinasi.

Sebagai media pembelajaran, video mempunyai karakteristik yang berbeda


dengan media lain kelebihan media video menurut Hariyadi, (2012) antara lain
sebagai berikut:
1) Dapat menangkap, menyimpan, menyampaikan kembali suatu objek atau
kejadian seperti keadan yang sebenarnya;

2) Dapat menampilkan kejadian dalam waktu singkat. Peristiwa yang


sebenarnya bertahun-tahun dapat disajikan dalam waktu 2 jam;

3) Dapat memanipulasi (menggunakan teknik tertentu) seperti: ukuran,


kecepatan gerakan, warna, animasi;

4) Dapat menembus keterbatasan ruang dan waktu atau membawa dunia ke


dalam kelas; dan

5) Dapat lebih menarik perhatian dan meningkatkan motivasi belajar anak.


audio visual ini mempunyai kemampuan yang lebih yaitu jenis media yang selain
(Indriani, 2017) mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang
dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain
sebagainya (Arsyad, 2008). Dengan media tersebut diharapkan bisa
membangkitkan remaja dalam meningkatkan pengetahuan dengan cara motivasai
dalam belajar dan memperjelas materi yang disampaikan. (Indriani, 2017)
J. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini berdasarkan beberapa teori Health Promotion Model Pender 1982 yang dipaparkan di atas,maka
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagan 1.1 Kerangka Teori

Faktor HPM:
Faktor pengetahuan A.Faktor Demografi (usia,Jenis
1.Usia kelamin)

2 Pendidikan B.Faktor Psikologi

3.Minat & kreativasi (Kesadaran diri, motivasi


diri,kompetensi personal)
4.Pengalaman Penyuluhan Pengetahuan
REMAJA C.Faktor kesehatan: remaja
5.Motivasi sosiokultural(ras,budaya, Media,Video mengenai
pendidikan,status sosial dan pemeriksaan pemeriksaan
6.Kebudayaan
ekonomi) SADARI SADARI
Lingkungan sekitar
D.Faktor Interpersonal
7.Informasi
(keluarga,kelompok
(Notoadmojo,2005 & sebaya,pemberi pengaruh
pelayanan kesehatan)

(Bastable,2004)
Sumber: Teori dimodifikasi dari Teori Health Promotion Model pender 1982dan (Notoadmojo,20(Indriani, 2017)05 &
Notoadmojo, 2007
K. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep merupakan kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati
atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Pengembangan kerangka konsep
dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu dengan melihat hubungan variabel dependen-
independen dan melalui pendekatan input-output (Wasis, 2008). Kerangka konsep penelitian
ini adalah: (Indriani, 2017)
Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Pendidikan Kesehatan
Pemeriksaan SADARI

Menggunakan Media

Video

Pretest Postest

Pengetahuan Pengetahuan

L. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi ketika variabel penelitian menjadi
bersifat operasional. Definisi dari operasional menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak
menjadi operasional yang memudahkan pengukran variabel tersebut (Wasis, 2008). Definisi
operasional variabel adalah definisi terhadap variabel berdasarkan konsep teori namun
bersifat operasional, agar variabel tersebut dapat diukur atau bahkan dapat diuji baik oleh
peneliti maupun peneliti (Indriani, 2017)lain. Peneliti membuat definisi operasional variabel
secara naratif atau bahkan ada juga yang membuatnya dalam bentuk tabel (Swarjana, 2015).
Tabel 2.1 Definisi Operasional

Variable Definisi Alat Ukur Cara Pengukuran Skala

Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuisoner Skor nilai Skala

Diketahui wanita pengetahuan Interval

Melalui mata dan yaitu:

Telinga mengenai cara Jika jawabnya

Pemeriksaan SADARI benar= 1

Jika

Salah= 0

M. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang masih perlu diuji kebenarannya,selain itu
hipotesis juga merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian yang masih
perlu diuji kebenarannya melalui uji hipotesis, hipotesis harus jelas dan spesifik serta dibuat
sesederhana mungkin (Swarjana, 2016). Hipotesis merupakan jawaban sementara atas
pertanyaan atau masalah penelitian atau penjelasan sementara untuk menerangkan fenomena
yang diamati atau suatu pertanyaan tentang yang diharapkan terjadi antara dua variabel atau
lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan secara empirik atau perlu diuji kebenaran
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai pengetahuan remaja SMA
NEGERI ORANSBARI mengenai SADARI sebelum diberikan penyuluhan kesehatan
dengan media video pemeriksaan SADARI dan sesudah diberikan terhadap pengetahuan
penyuluhan kesehatan SADARI.

Anda mungkin juga menyukai