Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATALAKSANA KASUS
Anak

DIARE AKUT
KODE ICD X K52.9
008/PPK/ANAK/V/21
1. Pengertian (Definisi) Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. RIskesdas 2007 : diare
merupakan penyebab kematian pada 47% bayi dan 25.2% pada anak usia 1-4
tahun
2. Anamnesis  Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi
tinja, lender dan/atau darah dalam tinja
 Mual, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
 Jumlah cairan yang masuk selama diare
 Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengkonsumsi
makanan yang tidak biasa
 Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum
3. Pemeriksaan Fisik  Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital
 Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,
rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
 Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa
bibir, mulut dan lidah
 Berat badan
 Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas
cepat dan dalam (asidosis metabolic), kembung (hypokalemia), kejang
(hipo atau hypernatremia)
 Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan)
- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
- Keadaan umum baik, sadar
- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
- Turgor abdomen baik, bising usus normal
- Akral hangat
b. Dehidrasi ringan sedang/tidak berat (kehilangan 5-10% berat badan)
- Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan
- Keadaan umum gelisah atau cengeng
- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering
- Turgor kurang, akral hangat
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% berat badan)
- Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih
tanda tambahan
- Keadaan umum lemah, letargi atau koma
- Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
- Turgor sangat kurang dan akral dingin
- Pasien harus rawat inap

1. Diagnosis Banding -
6. Pemeriksaan Penunjang 
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila
ada tanda intoleranso laktosa dan kecurigaan amubiasis
 Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja
- Makroskopis : konsistensi, warna, lender, darah, bau
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit. Parasite, bakteri
- Kimia : pH. Clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
 Analis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
7. Tatalaksana  Lintas diare : (1) cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat, (5)
Edukasi
 Tanpa dehidrasi
 Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan
5-10 mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur
<1tahun sebanyak 50-100mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200mL
dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah
tangga sesuai kemauan anak. ASI harus terus diberikan
 Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi
lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan
profus)

 Dehidrasi ringan-sedang
 Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75
mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang
telah terjadi dan sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap diare cair.
 Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap
diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi
sedikit atau melalui pipa nasogastric. Cairan intravena yang
diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 38 atau NaCl dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi
dievaluasi secara berkala
 BB 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari
 BB 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari
 BB >15 kg : 153 mL/kgBB/hari
 Pasien dipantau di puskesmas/rumah sakit selama proses rehidrasi
sambil memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orang
tua

 Dehidrasi Berat
 Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer
asetat 100 mL/kgBB dengan cara pemberian
 Umur <12 bulan : 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan
70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya
 Umur >12 bulan : 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan
70 mL/kgBB dalam 2.5 jam berikutnya
 Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan
dapat minum, dimulai dengan 5mL/kgBB selama proses rehidrasi

 Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (lihat PPM PGD)
 Hipernatremia (Na>155 mEq/L)
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian
cairan dekstrose 5% ½ salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10
mEq per hari karena bisa menyebabkan edema otak

 Hiponatremia (Na < 130 mEq/L)


Kadar Natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih
dijumpai hiponatrium dilakukan koreksi sbb
Kadar Na koreksi (mEq/L)= 125-kadar serum x 0.6 x berat badan ;
diberikan dalam 24 jam

 Hiperkalemia (K>5 mEq/L)


 Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% sebanyak 0.5-
1 ml/kgBB IV secara perlahan dalam 5-10 menit; sambil dimonitor irama
jantung dengan EKG. Untuk pemberian medikamentosa dapat dilihat PPM
Nefrologi

 Hipokalemia (K<3,5 mEq/L)


Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium
Kadar K 2,5-3,5 mEq/L diberikan KCl 75 mEq/kgBB per oral per hari dibagi
3 dosis
Kadar K<2,5 mEq/L diberikan KCl melalui drip intravena dengan dosis
3,5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0.4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam
pertama
3,5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0.4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam 20 jam
berikutnya

 Seng
Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi
buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko
terjadinya dehidrasi pada anak. SengZink elemental diberikan selama 10-
14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis
 Umur di bawah 6 bulan : 10mg per hari
 Umur di atas 6 bulan : 20 mg per hari

 Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur
tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai
pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan
diberikan sedikit-sedikit tapi sering (kurang lebih 6x sehari), rendah serat,
buah-buahan diberikan, terutama pisang

 Medikamentosa
 TIdak boleh diberikan obat anti diare
 Antibiotic
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare
berdarah) atau kolera. Pemberian antibiotic yang tidak rasional akan
mengganggu keseimbangan flora usus sehingga dapat
memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh
yang menyebabkan diare yang sulit disembuhkan. Selain itu
pemberian antibiotic yang tidak rasional dapat mempercepat
resistensi kuman terhadap antibiotic. Untuk disentri basiler, antibiotic
diberikan sesuai dengan dara sensitivitas setempat, bila tidak
memungkinkan dapat mengacu kepada data publikasi yang dipakai
saat ini, yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama, kemudian sebagai
lini kedua. Bila kedua antibiotic tersebut sudah resisten, maka lini
ketiga adalah sefiksim
 Antiparasit
Metronidazole 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat
pilihan untuk amuba vegetative
8. Edukasi Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan
Kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut : demam, tinja berdarah,
makan atau minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering atau belum
membaik dalam 3 hari. Orangtua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan
oralit secara benar
Langkah promotif/preventif : (1) ASI tetap diberikan, (2) kebersihan
peroranganm cuci tangan sebelum makan, (3) kebersihan lingkungan, buang
air besar di jamban, (4) imunisasi campak, (5) memberikan makanan
penyapihan yang benar, (6) penyediaan air minum yang bersih, (7) selalu
memasak makanan
9. Prognosis -
10. Kepustakaan 1. Dit.Jen PPM, PLP Dep.Kes.RI.PMPD. Buku Ajar Diare. 1996
2. American Academy of Pediatric. The Management of Acute
Gastroenteritis in Young Children. Pediatrics. 1996; 97:1-20
3. Duggan C, Santosham M, Glass RI. The management of acute diarrhea in
children: oral rehydration maintenance and nutritional therapy. MMWR.
1992;41:1-20
4. King CK,Glass R, Breese JS, Duggan C. Managing acutegastroenterities
among children : oral rehydration, maintenance and nutritional therapy.
MMWR. 2003; 52:1-6
5. Guarino A. Oral rehydration toward a real solution. J Pediatr Gastroenterol
Nutr. 2001; 33 :2-12
6. Hans S. Reduced osmolarity oral rehydration solution for treating
dehydration due to diarrhea in children: systematic review. BMJ.
2001;325:81-5
7. WHO, UNICEF. Oral Rehydration Salt Production of the New ORS. Geneva.
2006
8. Baqui AH. Effect of zinc supplementation started during diarrhea in
morbidity and mortality in Bangladeshi children: communitu randomized
trial. BMJ. 200;325:1-7
9. Sandhu BK. Practical guidelines for the management of gastroenteritis in
children. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2001; 33:36-9
10. Dwiprahasto I. Penggunaan antidiare ditinjau dari aspek terapi rasional.
Jurnal Management Pelayanan Kesehatan. 2003; 9(2):94-101
11. Duggan C. Oral rehydration solution for acute diarrhea prevents
subsequent unscheduled follow up visits. Pediatrics. 1999; 104 (3):29-33
12. Sazawal S. Zinc supplementation in young children with acute diarrhea in
India. N Engl J Med. 1995;333:839-44
13. Brown KH, Mac Lean WC. Nutritional management of acute diarrhea : an
appraisal of the alternatives. Pediatrics. 1984 ; 73:119-25
14. Sandhu BK. Rationale for early feeding in childhood gastroenteritis. J
Pediatr Gastroenterol Nutr. 2001; 33:13-6
15. WHO. The treatment of diarrhea: a manual for physicians and other senior
health workers Child Health/WHO. CDR 95 (1995).

Anda mungkin juga menyukai