DIARE
A. Definisi
Diare adalah buang air besar pada bayi/anak >3x/hari disertai dengan
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah. Diare
akut berangsung <1 minggu. Pada bayi minum ASI, bab 3-4x sehari normal karena
intoleransi laktosa akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. bayi
tersebut dikatan diare apabila terjadi peningkatan frekuensi bab dan konsistensi tinja
menjadi cair yang tidak seperti biasanya.
B. Etiologi
Non-inflammatory
Enteropatogen menimbulkan non-inflammatory diare dengan memproduksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasite, perlekatan dan/atau translokasi dari bakteri.
Inflammatory
Bisanyanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung
atau memproduksi sitotoksin.
Di negara berkembang penyebab penting diare akut pada anak anak yaitu:
• Rotavirus
• Escherichia coli enterotoksigenik
• Shigella
• Campylobacter jejuni
• Cryptosporidium
C. Patognesis
Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel terdiferensiasi, yang
mempunyai fungsi:
• Hidrolisis disakarida
• Fungsi penyerapan seperti transport air dan elektrolit melalui kontransporter
glukosa dan asam amino.
Penyebab Non-Infeksi
• Defek antomis
• Malabsorbsi
• Endokrinopati
• Keracunan makanan
• Neoplasma
• Lain lin: infeksi non git, alergi susu sapi (laktosa), crohn disease, defisiensi
imun, colitis ulserosa, gangguan motilitas usus, pellagra.
D. Klasifikasi
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan proses absorbs dan sekresi.
Terdapat beberapa pembagian diare:
Terjadi penurunan fungsi absorbs atau berbagai sebab seperti celiac sprue atau karena:
a. Konsumsi magnesium hidroksida
b. Defisiensi sukrase isomaltase adanya lactase defisien pada anak yang lebih
besar.
c. Adanya bahan yang tidak terserap.
Menyebabkan bahan intraluminal pad usus halus proksimal bersifat hipertonis
→ hiperosmolaritas → air mengalir ke jejunum dan akhirnya terkumpul dalam
lumen usus → Na mengikutin air dan masuk ke dalam lumen. Normalnya
akan terserap Kembali, namun ada beberapa bahan yang tidak dapat diserap
Kembali seperti Mg, glucose, sucrose, lactose, maltose di segmen ileum
sehingga melebihi kemampuan absorbsi kolon → diare.
Malabsorbsi umum
keadaan yang mempengaruhi peran pada Gerakan osmotic pada lumen usus:
• Short bowel syndrome
• Celiac
• Protein
• Peptide
• Tepung
• Asam amino dan mono sakarida
Kerusakan sel:
• Salmonella
• Shigella
• Campulobacter
• Inflammatory bowel disease idiopatik akibat toksin atau obat-obat tertentu.
Gambaran karakteristik: atropi vili
a) Hyperplasia kripta
Menyebabkan sekresi intestinal dan diare. Penyakit ini menyebabkan atrofi
villi.
b) Luminal secretagogeus
2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu:
• Enterotoksin bakteri
• Bahan kimia seperti laksansia, garam empedu benduk dihydroxy, serta asam
lemak rantai Panjang.
c) Blood-borne secretagogues
di negara berkembang umumnya disebabkan entrotoksin E coli atau Cholera.
Kelainan mukosa usus mengakibatkan sekresi air dan mineral berlebih pada
vilus dan kripta serta semua enterosit terlibat dan dapat terjadi mukosa usus
dalam keadaan normal. (?)
d) Gangguan peristaltic
• Penurunan motilitas → bakteri tumbuh lampau → diare.
→ perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi →
meningkatkan absorbs.
• Hipermotilitas (pada anak jarang terjadi) → watery diare pada kasus kolon
irritable pada bayi
e) Diare inflamasi
Inflamasi → kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction → tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan lymphatic menyebabkan air, elektrolit,
mukus, protein, sel darah merah dan putih menumpuk dalam lumen.
Bakteri enteral pathogen → mempengaruhi struktur dan fungsi tight junction,
menginduksi sekresi cairan dan elektrolit dan akan mengaktifkan kasakade
inflamasi. Efeknya pada tight junction menyebabkan perubahan barrier tight
junction oleh toksin atau produk kuman yaitu perubahan pada cellular
cytoskeleton dan spesifik tight junction → hiperskresi chloride yang diikuti Na
dan air.
E. Diagnosis
1) Anamnesis
• Lama diare
• Frekuensi
• Volume
• Konsistensi
• Warna
• Baru
• Lender dan darah
• Muntah, volume dan frekuensinya
• Kencing, biasa/berkurang/jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam.
• Makanan dan minuman yang diberikan selama diare
• Suhu tubuh panas atau tidak
• Penyakit lain yang menyertai
• Tindakan yang telah dilakukan: oralit, berobat ke puskesmas atau rs, obat-
obatan, Riwayat imunisasi.
2) Pemeriksaan Fisik
• Berat badan
• Suhu tubuh
• Frekuensi denyut jantung
• Pernapasan
• Tekanan darah
•
Selanjutnya cari tanda- tanda utama dehidrasi
3) Laboratorium
Darah:
• Darah lengkap
• Serum elektrolit
• Analisa gas darah
• Glukosa darah
• Kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
Urine:
• Urine lengkap
• Kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika\
Tinja:
Pemeriksaan makroskopik:
• Watery tanpa mukus/darah → enterotoksin virus, protozoa, atau infeksi diluar
saluran git.
• Mengandung darah atau mukus → infeksi bakteri yang menyebabkan
sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau
parasite perut (ex. E. Histolytica, B. Coli, dan T. trichiura.
• Darah pada permukaan tinja → infeksi EHEC, terdapat garis-garis darah pada
tinja.
• Berbau busuk → salmonella, giardia, cryptosporidium, dan strongyloides.
Pemeriksaan mikroskopik:
• Mencari adanya leukosit → penyebab diare, letak anatomis, serta adanya
proses peradangan mukosa.
• Pemeriksaan mencari telur/ parasite → hanya dilakukan apabila ada Riwayat
baru saja berpergian ke daerah berisiko tinggi, kultur tinja negative untuk
enteropatogen, diare lebih dari 1 minggu, atau pasien immunocompromised.
F. Manifestasi klinis
Infeksi ekstraintestinal berkaitan dengan bakteri enterik pathogen:
• Vulvovaginitis
• Infeksi saluran kemih
• Endocarditis
• Osteomyelitis
• Meningitis
• Pneumonia
• Hepatitis
• Peritonitis
• Septik trombophelbitis
G. Tatalaksana
Terapi diare tidak hanya bertujuan untuk rehidrasi, tapi juga untuk
memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare. Ada lima pilar yang ditetapkan
departemen Kesehatan yaitu:
1) Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
Rehidrasi dengan oralit dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
Segera beri oralit pada anak saat diare untuk mencegah dehidrasi. Menurut
IDAI, oralit baru merupakan oralit dengan osmolaritas yang rendah sehingga
mengurangi risiko hypernatremia. Oralit baru dengan osmolaritas rendah ini
juga menurunkan kebutuhan suplementasi IV dan mampu mengurangi
pengeluaran tinja hingga 20% dan mengurangai kejadian muntah hingga 30%.
4) Antibiotic selektif
Antibiotic hanya diberikan apabila ada indikasi, misalnya diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotic yang tidak rasional hanya akan
memperpanjang lamanya diare karena:
• akan mengganggu flora usus dan Clostridium difficile yang akan
tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan.
• Dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotic
• Menambah biaya pengobatan yang tidak perlu.
Pengobatan Diare
1) Pengobatan tanpa dehidrasi
Pasien harus segera diberi cairan rumah tanggah untuk mencegah
dehidrasi seperti: air tajin, larutan gula garam, kuah sayur-sayuran, dan
sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan dirumah oleh orang tua atau
keluarga. Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau:
• Anak usia < 1 tahun : 50-100 ml setiap BAB
• Anak usia 1-5 tahun : 100-200 ml setiap BAB
• Anak usia 5-12 tahun : 200-300 ml setiap BAB
• Dewasa : 300-400 ml setiap BAB
4) Terapi medikamentosa
Beberapa obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja, banyak
diantaranya mempunyai efek toksis sistemik dan Sebagian besar tidak
direkomendasikan untuk anak umur < 2-3 tahun. Secara umum obat-obat
tersebut tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut.
Antibiotic
Umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut arena Sebagian
besar diare infeksi adalah rotavirus yang bersifat self limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotika.
Obat antidiare
Obat-obat ini meski sering digunakan, tetapi tidak mempunyai
keuntungan praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada
anak. Contohnya:
• Adsorben
• Antimotilitas
Obat ini dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat fatal
atau memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi dari
organisme penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal.
Tidak satupun boleh diberikan pada bayi dan anak dengan diare.
• Bismuth subsalicylate
• Obat-obat lain:
1. Antimuntah
Prochlorperazine dan chlorpromazine dapat menyebabkan
mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi
oral.
2. Cardiac stimulant
3. Darah atau plasma
Dapat diberikan pada penderita dengan hypovolemia oleh
karena renjatan septik.
4. Steroid
H. Pencegahan diare
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 th.
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
c. Imunisasi campak.
KEJANG DEMAM
A. Definisi
• Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (rektal > 38°C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
• Biasanya kejang demam terjadi antara umur 3 bulan – 5 tahun.
• Berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intracranial
atau penyebab tertentu.
• Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur 4 minggu tidak
termasuk.
• Kejang demam kompleks, kejang demam yang > 15 menit, fokal, atau
multiple (lebih dari 1 kali kejang/ episode demam).
• Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada lebih dari
satu episode demam.
• Epilepsy adalah kejang tanpa demam yang terjadi >1 x.
B. Etiologi
Factor yang penting pada kejang demam ialah:
- Demam
- Umur
85% kejang pertama sebelum berumur 4 tahun, terbanyak diantara 17-23
bulan. Hanya sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum 5-6
bulan atau setelah berumur 5-6 tahun.
- Genetic
- Prenatal
- Perinatal
- Infeksi
Kejang sering disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kadang kejang yang
tidak begitu tinggi sudah dapat menyebabkan kejang. Bila terjadi pada suhu
yang tidak begitu tinggi, anak memiliki resiko untuk berulangnya kejang.
C. Patognesis
- saat pathogen menginfeksi tubuh, T-cell akan diaktifkan dan mengtrigger
sitokin yaitu IL-1, IL-6, dan TNF alpha → akan meningkatkan sensitifitas dari
NMDA reseptor → NMDA reseptor distimulasi oleh glutamate → depolarisasi
→ meningkatkan aksi potensial → kejang.
- IL-1, IL-6, dan TNF alpha → menstimulasi hipotalamus → release PGE2 →
meningkatkan suhu tubuh → meningkatkan metabolism tubuh →
meningkatkan aktivitas neuron → depolarisasi → meningkatkan aksi potensial
→ kejang
- Demam → peningkatan metabolisme tubuh → kebutuhan oksigen menambah
→ hiperventilasi → meningaktkan pengeluaran CO2 → alakalosis respiratori
→ bisa mentrigger kejang (kurang paham kok bisa)
-
D. Klasifikasi
Kejang demam dibagi menjadi 2, yaitu kejang demam simpleks dan kompleks.
Kejang demam kompleks ialah apabila memenuhi salah satu syarat berikut:
1. kejang berlangsung >15 menit
2. fokal, unilateral (tonik, klonik, atonik, myoclonic).
3. berulang dalam 24 jam
E. Diagnosis (agak bingung)
- Periksa menggieal signs
- Periksa vital sign
- Urine culture untuk memeriksa adanya urinary track infection
- Abdominal ultrasound untuk memeriksa infeksi GIT
- X ray dada
- Lumbar puncture → memeriksa meningitis dan ensepalitis
- CT/MRI untuk memeriksa adanya lesi di otak
- EEG
F. Diagnosis banding
- Kejang demam dapt berlangsung lama kadang-kadang diikuti hemiparesis
sehingga sukar dibedakan dengan kejang karena proses intracranial.
- Sinkop juga dapat diprovokasi oleh demam dan sukar dibedakan dengan
kejang demam.
- Anak-anak dengan demam tinggi dapat mengalami delirium, menggigil, pucat,
dan sianosis sehingga menyerupai kejang demam.
G. Manifestasi klinis
- Umumnya berlangsung singkat berupa kejang klonik atau tonik-klonik
bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri.
- Setelah berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak. Tapi
setelah beberapa detik/menit anak terbangun dan sadar Kembali tanpa defisit
neurologis.
- Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis sementara.
- Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap.
H. Tatalaksana
Ada 3 hal yang perlu dikejrakan, yaitu:
1. pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri, pada waktu pasien sedang kejang:
• Buka pakaian ketat
• Muntah → miringkan untuk mencegah aspirasi
• Amankan airway
• Pengisapan lender secara teratur
• Berikan oksigen, atau intubasi bila perlu
• Awasi vital sign: kesadaran, suhu, tekanan darah, respirasi, fungsi
jantung
• Kompres air dingin dan berikan antipiretik (diazepam IV/IR).