Anda di halaman 1dari 20

1) Mahasiswa/i mampu menjelaskan mengenai definisi, etiologi, patogenesis, klasifikasi,

diagnosis, manifestasi klinis, tatalaksana, dan pencegahan diare.


2) Mahasiswa/i mampu menjelaskan mengenai definisi, etiologi, patogenesis, klasifikasi,
diagnosis, manifestasi klinis, tatalaksana, dan pencegahan kejang demam.
3) Mahasiswa/i mampu menjelaskan mengenai pemeriksaan penunjang untuk diare dan
kejang demam.

DIARE

A. Definisi

Diare adalah buang air besar pada bayi/anak >3x/hari disertai dengan
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah. Diare
akut berangsung <1 minggu. Pada bayi minum ASI, bab 3-4x sehari normal karena
intoleransi laktosa akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. bayi
tersebut dikatan diare apabila terjadi peningkatan frekuensi bab dan konsistensi tinja
menjadi cair yang tidak seperti biasanya.

B. Etiologi

Telah teridentifikasi terdapat tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang


bisa menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab utamanya adalah infeksi oleh
virus, bakteri, dan parasite. Diare akut akibat infeksi dibagi menjadi dua yaitu infeksi
inflammatory dan non-inflammatory.

Non-inflammatory
Enteropatogen menimbulkan non-inflammatory diare dengan memproduksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasite, perlekatan dan/atau translokasi dari bakteri.

Inflammatory
Bisanyanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung
atau memproduksi sitotoksin.

Di negara berkembang penyebab penting diare akut pada anak anak yaitu:
• Rotavirus
• Escherichia coli enterotoksigenik
• Shigella
• Campylobacter jejuni
• Cryptosporidium

C. Patognesis

Patogenesis oleh VIRUS

Virus secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-sel ujung-ujung


villus pada usus halus. Jika dibiopsi terlihat berbagai tingkat penumpulan villus dan
infiltrasi sel bundar pada lamina propria. Mukosa lambung tidak terkena.

Hal ini menyebabkan:

• Fungsi absorbsi usus halus terganggu


• Epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru → berbentuk
kuboid yang belum matang dan fungsinya belum baik
• Villus atrofi → tidak dapat mengabsorbsi cairan dan nutrisi dengan baik →
• Meningkatnya tekanan koloid osmotic usus akibat makanan dan minuman
tidak terserap → hiperperistaltik usus → makanan/minuman terdorong keluar
dari usus menuju anus → diare osmotic.

Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel terdiferensiasi, yang
mempunyai fungsi:
• Hidrolisis disakarida
• Fungsi penyerapan seperti transport air dan elektrolit melalui kontransporter
glukosa dan asam amino.

Enterosit kripta (kripta liberkuhn) merupakan sel tidak terdiferensiasi, tidak


mempunyai enzim hidrofilik, tepi bersilia dan merupakan pensekresi (secretor) air dan
elektrolit.

Infeksi virus selektif sel-sel ujung villus menyebabkan:


1. tidak seimbangnya rasio penyerapan Ciaran usus terhadap sekresi
2. malabsorbsi karbohidrat kompleks, terutama laktosa.

Patogenesis oleh BAKTERI

Terjadi melalui mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport


ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen.
Salmonella. Shigella, E colli patogenesisnya agak berbeda dengan virus, tapi
prinsipnya hampir sama. Bedanya bakteri dapat menginvasi sel mukosa usus halus
sehingga dapat menyebabkan reaksi sistemik. Toksin shigella dapat masuk ke dalam
serabut otak → kejang. Diare oleh salmonella dan e colli dapat menyebabkan disentri
(adanya darah dalam tinja).

Penyebab Non-Infeksi
• Defek antomis
• Malabsorbsi
• Endokrinopati
• Keracunan makanan
• Neoplasma
• Lain lin: infeksi non git, alergi susu sapi (laktosa), crohn disease, defisiensi
imun, colitis ulserosa, gangguan motilitas usus, pellagra.

D. Klasifikasi
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan proses absorbs dan sekresi.
Terdapat beberapa pembagian diare:

1. pembagian menurut eitologi


2. pembagian menurut mekanismenya (gangguan):
- absorbsi.
- gangguan sekresi.
3. menurut lamanya diare:
- diare akut → berlangsung <14 hari.
- diare kronik → berlangsung >14 hari dengan etiologi non-infeksi.
- diare persisten → berlangsung >14 hari dengan etiologi infeksi.

Gangguan absorbsi atau diare osmotic

Terjadi penurunan fungsi absorbs atau berbagai sebab seperti celiac sprue atau karena:
a. Konsumsi magnesium hidroksida
b. Defisiensi sukrase isomaltase adanya lactase defisien pada anak yang lebih
besar.
c. Adanya bahan yang tidak terserap.
Menyebabkan bahan intraluminal pad usus halus proksimal bersifat hipertonis
→ hiperosmolaritas → air mengalir ke jejunum dan akhirnya terkumpul dalam
lumen usus → Na mengikutin air dan masuk ke dalam lumen. Normalnya
akan terserap Kembali, namun ada beberapa bahan yang tidak dapat diserap
Kembali seperti Mg, glucose, sucrose, lactose, maltose di segmen ileum
sehingga melebihi kemampuan absorbsi kolon → diare.

Malabsorbsi umum
keadaan yang mempengaruhi peran pada Gerakan osmotic pada lumen usus:
• Short bowel syndrome
• Celiac
• Protein
• Peptide
• Tepung
• Asam amino dan mono sakarida
Kerusakan sel:
• Salmonella
• Shigella
• Campulobacter
• Inflammatory bowel disease idiopatik akibat toksin atau obat-obat tertentu.
Gambaran karakteristik: atropi vili

Gangguan sekresi atau diare sekretorik

a) Hyperplasia kripta
Menyebabkan sekresi intestinal dan diare. Penyakit ini menyebabkan atrofi
villi.

b) Luminal secretagogeus
2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu:
• Enterotoksin bakteri
• Bahan kimia seperti laksansia, garam empedu benduk dihydroxy, serta asam
lemak rantai Panjang.

Toksin meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP atau Ca++ →


mengaktifkan protein kinase → fosfolirasi membrane protein → perubahan
saluran ion → Cl- di kripta keluar. Disisi lain terjadi peningkatan pompa
natrium → natrium masuk ke dalam lumen usus Bersama Cl-.

c) Blood-borne secretagogues
di negara berkembang umumnya disebabkan entrotoksin E coli atau Cholera.
Kelainan mukosa usus mengakibatkan sekresi air dan mineral berlebih pada
vilus dan kripta serta semua enterosit terlibat dan dapat terjadi mukosa usus
dalam keadaan normal. (?)

d) Gangguan peristaltic
• Penurunan motilitas → bakteri tumbuh lampau → diare.
→ perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi →
meningkatkan absorbs.
• Hipermotilitas (pada anak jarang terjadi) → watery diare pada kasus kolon
irritable pada bayi

e) Diare inflamasi
Inflamasi → kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction → tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan lymphatic menyebabkan air, elektrolit,
mukus, protein, sel darah merah dan putih menumpuk dalam lumen.
Bakteri enteral pathogen → mempengaruhi struktur dan fungsi tight junction,
menginduksi sekresi cairan dan elektrolit dan akan mengaktifkan kasakade
inflamasi. Efeknya pada tight junction menyebabkan perubahan barrier tight
junction oleh toksin atau produk kuman yaitu perubahan pada cellular
cytoskeleton dan spesifik tight junction → hiperskresi chloride yang diikuti Na
dan air.

f) Diare terkait immunologi


Hipersensitivitas tipe I, III, dan IV.

E. Diagnosis
1) Anamnesis
• Lama diare
• Frekuensi
• Volume
• Konsistensi
• Warna
• Baru
• Lender dan darah
• Muntah, volume dan frekuensinya
• Kencing, biasa/berkurang/jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam.
• Makanan dan minuman yang diberikan selama diare
• Suhu tubuh panas atau tidak
• Penyakit lain yang menyertai
• Tindakan yang telah dilakukan: oralit, berobat ke puskesmas atau rs, obat-
obatan, Riwayat imunisasi.

2) Pemeriksaan Fisik
• Berat badan
• Suhu tubuh
• Frekuensi denyut jantung
• Pernapasan
• Tekanan darah

Selanjutnya cari tanda- tanda utama dehidrasi

3) Laboratorium
Darah:
• Darah lengkap
• Serum elektrolit
• Analisa gas darah

• Glukosa darah
• Kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
Urine:
• Urine lengkap
• Kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika\
Tinja:
Pemeriksaan makroskopik:
• Watery tanpa mukus/darah → enterotoksin virus, protozoa, atau infeksi diluar
saluran git.
• Mengandung darah atau mukus → infeksi bakteri yang menyebabkan
sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau
parasite perut (ex. E. Histolytica, B. Coli, dan T. trichiura.
• Darah pada permukaan tinja → infeksi EHEC, terdapat garis-garis darah pada
tinja.
• Berbau busuk → salmonella, giardia, cryptosporidium, dan strongyloides.

Pemeriksaan mikroskopik:
• Mencari adanya leukosit → penyebab diare, letak anatomis, serta adanya
proses peradangan mukosa.
• Pemeriksaan mencari telur/ parasite → hanya dilakukan apabila ada Riwayat
baru saja berpergian ke daerah berisiko tinggi, kultur tinja negative untuk
enteropatogen, diare lebih dari 1 minggu, atau pasien immunocompromised.

F. Manifestasi klinis
Infeksi ekstraintestinal berkaitan dengan bakteri enterik pathogen:
• Vulvovaginitis
• Infeksi saluran kemih
• Endocarditis
• Osteomyelitis
• Meningitis
• Pneumonia
• Hepatitis
• Peritonitis
• Septik trombophelbitis

Gejala neurologic infeksi usus:


• Paresthesia hipotoni→ akibat makan ikan, kerrang, monosodium glutamate).
• Kelemahan otot (C. botulinum).

G. Tatalaksana
Terapi diare tidak hanya bertujuan untuk rehidrasi, tapi juga untuk
memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare. Ada lima pilar yang ditetapkan
departemen Kesehatan yaitu:
1) Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
Rehidrasi dengan oralit dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
Segera beri oralit pada anak saat diare untuk mencegah dehidrasi. Menurut
IDAI, oralit baru merupakan oralit dengan osmolaritas yang rendah sehingga
mengurangi risiko hypernatremia. Oralit baru dengan osmolaritas rendah ini
juga menurunkan kebutuhan suplementasi IV dan mampu mengurangi
pengeluaran tinja hingga 20% dan mengurangai kejadian muntah hingga 30%.

Ketentuan pemberian oralit formula baru:


• Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.
• Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang
Anak <2 tahun: 50-100 ml tiap BAB
Anak >2 tahun: 100-200 ml tiap BAB
• Jika dalam 24 jam larutan oralit masih tersisa, maka sisanya harus
dibuang.

2) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut


Zinc dapat mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Pada pasien kolera, pemberian zinc dapat
menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan.
Zinc berperan dalam system kekebalan tubuh dan merupakan mediator
potrensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Efeknya pada pasien diare
adalah terhadap perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc
dapat:
• meningkatkan absorbs air dan elektrolit oleh usus halus,
• meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,
• meningkatkan jumlah brush border apical,
• dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan
patogen dari usus.

Dosis zinc untuk anak anak:


• Anak <6 bulan: 10 mg (1/2 tablet) per hari.
• Anak >6 bulan: 20 mg (1 tablet) per hari.

Zinc diberikan selama 10-14 hari bnerturut-turut meskipun anak telah


sembuh dari diare. Untuk bayi tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang,
ASI, atau oralit.

3) ASI dan makanan tetap diteruskan


Asi dan makanan tetap diteruskan untuk mencegah kehilangan berat
badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Pada diare berdarah nafsu makan
akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan tanda adanya fase
kesembuhan.

4) Antibiotic selektif
Antibiotic hanya diberikan apabila ada indikasi, misalnya diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotic yang tidak rasional hanya akan
memperpanjang lamanya diare karena:
• akan mengganggu flora usus dan Clostridium difficile yang akan
tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan.
• Dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotic
• Menambah biaya pengobatan yang tidak perlu.

5) Nasihat kepada orang tua


• Kembali segera jika demam
• Tinja berdarah
• Berulang
• Makan/minum sedikit
• Sangat haus
• Diare makin sering
• Belum mebaik dalam 3 hari.

Pengobatan Diare
1) Pengobatan tanpa dehidrasi
Pasien harus segera diberi cairan rumah tanggah untuk mencegah
dehidrasi seperti: air tajin, larutan gula garam, kuah sayur-sayuran, dan
sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan dirumah oleh orang tua atau
keluarga. Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau:
• Anak usia < 1 tahun : 50-100 ml setiap BAB
• Anak usia 1-5 tahun : 100-200 ml setiap BAB
• Anak usia 5-12 tahun : 200-300 ml setiap BAB
• Dewasa : 300-400 ml setiap BAB

Pemberian cairan dilanjutkan sampai diare berhenti. Selain itu, ASI


dan makanan tetap diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering
(kurang lebih 6x sehari) serta rendah serat. Buah buahan diberikan terutama
pisang. Makananan yang merangsang (pedas, asam, berlemak) jangan
diberikan dulu karena dapat menyebabkan diare tambah berat.
2) Pengobatan diare dehidrasi ringan-sedang (terapi rehidrasi oral)
Penderita deiare dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana
Kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah
oralit yang diberikan adalah 3 jam pertama 75 cc/kgBB. Bila berat badannya
tidak diketahui, perkiraan kekurangan cairan ditentukan dengan umur
penderita:
• Usia < 1 tahun: 300 ml
• Usia 1-5 tahun : 600 ml
• Usia > 5 tahun : 1200 ml
• Usia dewasa : 2400 ml
Rentang ini hanya perkiraan, sebenarnya volume yang ditentukan
dinilai dengan menilai rasa haus penderita dan memantau tanda-tanda
dehidrasi.
Bila penderita masih haus dan ingin minum harus diberi lagi. Bila
setelah pemberian kelopak mata penderita berngkak → oralit dihentikan
sementara dan diberikan minum air putih/air tawar. Bila edem kelopak mata
hilang → oralit dapat diberikan lagi.

3) Pengobatan diare dehidrasi berat (terapi rehidrasi parenteral)


Penderita harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit. Pasien yang
masih bisa minum meskipun sedikit harus diberi oralit sampai cairan infus
dapat terpasang.
Semua anak harus diberi oralit selama pemberian cairan IV (±5
ml/kgBB/jam), apabila dapat minum dengan baik biasanya pada bayi 3-4 jam
dan pada anak yang lebih besar 1-2 jam.

4) Terapi medikamentosa
Beberapa obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja, banyak
diantaranya mempunyai efek toksis sistemik dan Sebagian besar tidak
direkomendasikan untuk anak umur < 2-3 tahun. Secara umum obat-obat
tersebut tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut.
Antibiotic
Umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut arena Sebagian
besar diare infeksi adalah rotavirus yang bersifat self limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotika.

Obat antidiare
Obat-obat ini meski sering digunakan, tetapi tidak mempunyai
keuntungan praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada
anak. Contohnya:
• Adsorben
• Antimotilitas
Obat ini dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat fatal
atau memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi dari
organisme penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal.
Tidak satupun boleh diberikan pada bayi dan anak dengan diare.
• Bismuth subsalicylate
• Obat-obat lain:
1. Antimuntah
Prochlorperazine dan chlorpromazine dapat menyebabkan
mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi
oral.
2. Cardiac stimulant
3. Darah atau plasma
Dapat diberikan pada penderita dengan hypovolemia oleh
karena renjatan septik.
4. Steroid
H. Pencegahan diare
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.

Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal - oral.


Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran
ini.

Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:


a. Pemberian ASI yang benar.
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.
c. Penggunaan air bersih yang cukup.
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar
dan sebelum makan.
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga.
f. Membuang tinja bayi yang benar.

2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host).

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 th.
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
c. Imunisasi campak.

KEJANG DEMAM

A. Definisi
• Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (rektal > 38°C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
• Biasanya kejang demam terjadi antara umur 3 bulan – 5 tahun.
• Berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intracranial
atau penyebab tertentu.
• Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur 4 minggu tidak
termasuk.
• Kejang demam kompleks, kejang demam yang > 15 menit, fokal, atau
multiple (lebih dari 1 kali kejang/ episode demam).
• Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada lebih dari
satu episode demam.
• Epilepsy adalah kejang tanpa demam yang terjadi >1 x.
B. Etiologi
Factor yang penting pada kejang demam ialah:
- Demam
- Umur
85% kejang pertama sebelum berumur 4 tahun, terbanyak diantara 17-23
bulan. Hanya sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum 5-6
bulan atau setelah berumur 5-6 tahun.
- Genetic
- Prenatal
- Perinatal
- Infeksi
Kejang sering disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kadang kejang yang
tidak begitu tinggi sudah dapat menyebabkan kejang. Bila terjadi pada suhu
yang tidak begitu tinggi, anak memiliki resiko untuk berulangnya kejang.

Infeksi HHV-6 (human herpes virus)


H1N1 (influenza)

C. Patognesis
- saat pathogen menginfeksi tubuh, T-cell akan diaktifkan dan mengtrigger
sitokin yaitu IL-1, IL-6, dan TNF alpha → akan meningkatkan sensitifitas dari
NMDA reseptor → NMDA reseptor distimulasi oleh glutamate → depolarisasi
→ meningkatkan aksi potensial → kejang.
- IL-1, IL-6, dan TNF alpha → menstimulasi hipotalamus → release PGE2 →
meningkatkan suhu tubuh → meningkatkan metabolism tubuh →
meningkatkan aktivitas neuron → depolarisasi → meningkatkan aksi potensial
→ kejang
- Demam → peningkatan metabolisme tubuh → kebutuhan oksigen menambah
→ hiperventilasi → meningaktkan pengeluaran CO2 → alakalosis respiratori
→ bisa mentrigger kejang (kurang paham kok bisa)
-
D. Klasifikasi
Kejang demam dibagi menjadi 2, yaitu kejang demam simpleks dan kompleks.
Kejang demam kompleks ialah apabila memenuhi salah satu syarat berikut:
1. kejang berlangsung >15 menit
2. fokal, unilateral (tonik, klonik, atonik, myoclonic).
3. berulang dalam 24 jam
E. Diagnosis (agak bingung)
- Periksa menggieal signs
- Periksa vital sign
- Urine culture untuk memeriksa adanya urinary track infection
- Abdominal ultrasound untuk memeriksa infeksi GIT
- X ray dada
- Lumbar puncture → memeriksa meningitis dan ensepalitis
- CT/MRI untuk memeriksa adanya lesi di otak
- EEG
F. Diagnosis banding
- Kejang demam dapt berlangsung lama kadang-kadang diikuti hemiparesis
sehingga sukar dibedakan dengan kejang karena proses intracranial.
- Sinkop juga dapat diprovokasi oleh demam dan sukar dibedakan dengan
kejang demam.
- Anak-anak dengan demam tinggi dapat mengalami delirium, menggigil, pucat,
dan sianosis sehingga menyerupai kejang demam.
G. Manifestasi klinis
- Umumnya berlangsung singkat berupa kejang klonik atau tonik-klonik
bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri.
- Setelah berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak. Tapi
setelah beberapa detik/menit anak terbangun dan sadar Kembali tanpa defisit
neurologis.
- Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis sementara.
- Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap.

H. Tatalaksana
Ada 3 hal yang perlu dikejrakan, yaitu:
1. pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri, pada waktu pasien sedang kejang:
• Buka pakaian ketat
• Muntah → miringkan untuk mencegah aspirasi
• Amankan airway
• Pengisapan lender secara teratur
• Berikan oksigen, atau intubasi bila perlu
• Awasi vital sign: kesadaran, suhu, tekanan darah, respirasi, fungsi
jantung
• Kompres air dingin dan berikan antipiretik (diazepam IV/IR).

2. mencari dan mengobati penyebab


• Pemeriksaan cairan serebrospinal → memeriksa kemungkinan
meningitis.

3. pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang

Pencegahan diperlukan karena kejang yang sering berulak bisa menyebabkan


kerusakan otak menetap. Ada dua carai profilaksis yaitu:

1) Profilaksis intermittent pada waktu demam


• Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu demam dengan ketentuan
orangtua atau pengasuh mengetahui dengan cepat adanya demam pada
pasien.
• Obat yang diberikan harus cepat diabsorbsi dan cepat masuk ke otak.
• Diazepam IR tiap 8 jam sebanyak 5 mg untuk pasien dengan berat
badan < 10 kg dan pasien dengan berat badan > 10kg 10 mg setiap
suhu pasien menunjukkan 38,5°C atau lebih.
• Diazepam dapat diberikan secara oral dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosis pada waktu pasien demam.
• Efek samping diazepam → ataksia, mengantuk, dan hypotonia.

2) Profilaksis terus-menerus dengan antikonvulsan tiap hari


• Profilaksis terus-menerus berguna untuk mencegah berulangnya
kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi
tidak dapat mencegah terjadinya epilepsy di kemudian hari.
• Fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari.
• Efek samping fenobarbital → kelainan watak yaitu iritabel, hiperaktif,
pemarah, dan agresif → efek samping dapat dikurangi dengan
menurunkan dosis fenobarbital.
• Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari → kadang kadang menunjukkan
efek samping hepatotoksik.
4. Penghgentian kejang
- Status konvulsivus > 30 menit akan menyebabkan kerusakan otak, maka dari
itu harus dihentikan.
- Obat yang paling cepat adalah diazepam IV/IR → kadar diazepam tertinggi
dalam darah akan tercapai dalam waktu 1-3 menit apabila IV, dan 5 menit
apabila IR.
- Dosis diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2
mg/menit atau dalam waktu lebih dari 2 menit, dengan dosis maksimal 20mg
- Apabila tidak berhenti → beri diazepam lagi dengan dosis dan acara yang
sama.
- Apabila susah cari vena, dapat diberikan diazepam IR 0,5-0,75 mg/kgBB atau
- 5 mg pada anak dengan berat < 10 kg
- 10 mg untuk berat badan > 10 kg
- Bila kejang tidak berhenti → berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20
mg/kgBB IV perlahan-lahan dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang
dari 50 mg/ menit. → dosis selanjutnya 4-8 mg/kg/hari. 12-24 jam setelah
dosis awal.
- 30-60 menit kadar diazepam dalam otak sudah menurun dan pasien dapat
kejang Kembali → setelah kejang berhenti harus diberikan obat dengan masa
kerja lama (valproate atau fenobarbital). → fenobarbital IM dengan loading
dose. Dosis awal 10-20 mg/kg, dosis selanjutnya 4-8 mg/kg/hari diberikan 24
jam setelah dosis awal.
- Fenobarbital dosis tinggi IV dapat menyebabkan depresi pernapasa, hipotensi,
latergi, somnolen → pemberiannya harus dipantau dengan ketat.
- Diazepam memiliki efek samping hipotensi dan depresi pernapasan → setelah
diberikan fenobarbital dosis tinggi jangan diberikan diazepam.
- Pada pasien status konvulsivus, perlu diperhatikan fungsi vitalnya, jalan napas,
kalau banyak lender → isap lendir, berikan oksigen, pasang IV, cari penyebab
dengan memeriksa darah dan cairan serebrospinal.

I. Pencegahan kejang demam

Anda mungkin juga menyukai