Anda di halaman 1dari 56

Case Report

Kejang Demam
Mario Aldis Wattimena
1261050033
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 celcius) yang disebabkan oleh
suatu proses ekstrakranium. Sebagian besar terjadi pada usia 6 bulan
sampai 5 tahun.
Kejang yang terjadi pada masa kanak-kanak setelah umur 1 bulan
yang berhubungan dengan demam yang tidak disebabkan oleh
infeksi sistem saraf pusat, tanpa kejang neonatus atau kejang tanpa
provokasi sebelumnya dan tidak memenuhi kriteria kejang
simtomatik akut lainnya.
Klasifikasi
Kejang Demam Sederhana / Simple Febrile
Seizure
Kejang Demam Kompleks / Compleks Febrile
Seizure
Kejang Demam Sederhana
Kejang yang berlangsung singkat
Kurang dari 15 menit
Umumnya berhenti sendiri
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
Berupa tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal
Kejang Demam Kompleks
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut :

Kejang lama > 15 menit


Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului
kejang parsial
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Status epileptikus (kejang > 30 menit)


Faktor Risiko dan etiologi
Riwayat keluarga
Infeksi virus penyebab demam (herpes virus 6)
Faktor perinatal dan prenatal
Vaksinasi (tetanus, difteri, DTP, rubella, mumps, measles)
Riwayat kejang demam
Patogenesis
Terjadi akibat aktivasi dari sitokin yang menyebabkan demam
Rekasi imun atau sirkulasi toksin kuman akan merangsang
eksabilitas neuron
Eksabilitas neuron abnormal menyebabkan kejang
Sistem saraf PGE2 menstimulasi
dipengaruhi oleh hipotalamus untuk
sitokin dari sistem meningkatkan suhu Demam
imun tubuh

Pirogen mengkatalis
Sitokin interleukin
konversi asam
meregulasi suhu tubuh
arakidonat menjadi
di hipotalamus
PGE2

Interleukin-1 sebagai
pirogen endogen
Saat radang/infeksi >>
pelepasan sitokin Liposakarida
proinflamasi membran sel bakteri
sebagai pirogen
eksogen
PATOFISIOLOGI DEMAM-KEJANG
Diagnosa
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan pungsi lumbal
Elektroensefalografi
Pencitraan
Anamnesis
Riwayat keluarga mengenai kejang demam atau peilepsi
Manifestasi klinis
Durasi kejang
Gejala fokal
Pemeriksaan fisik
Kesadaran
Suhu
Rangsang meningeal
Nervus kranial
Peningkatan tekanan intrakranial
Tanda infeksi luar SSP
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan tidak dilakukan secara rutin
Mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam
Pemeriksaan berupa
Darah perifer
Elektrolit
Gula darah
Pungsi Lumbal
Digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis
Pungsi lumbal dianjurkan pada
Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan
Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
Bayi >18 bulan tidak rutin
Elektroensefalografi
Tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau kemungkinan
epilepsi
Pemeriksaan dapat dilakukan pada kejang demam tak khas (kejang
demam usia > 6 tahun, kejang demam fokal)
Pencitraan
MRI memiliki sensivitas dan spesifitas yang lebih daripada CT scan
Dapat mendeteksi perubahan fokal sementara maupun kejang fokal
sekunder
Indikasi
Kelainan neurologik fokal yang menetap
Paresis nervus VI
Papiledema
Penatalaksanaan
Tatalaksana saat fase kejang akut
Mencari dan mengobati penyebab
Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam
Penatalaksanaan
Pada saat kejang : Algoritme tatalaksana SE
Pada saat setelah kejang berhenti :
Profilaksis intermiten atau kontinyu
Antipiretik :
Tidak mengurangi risiko berulangnya kejang
Memberikan rasa nyaman bagi pasien
Pemberian parasetamol atau ibuprofen
Parasetamol 10-15 mg/kgbb/kali
Ibuprofen 5 -10 mg/kgbb/kali
Keterangan Diazepam Lorazepam Fenitoin Fenobarbital Midazolam
Dosis awal 0,3-0,5 0,05-0,1 15-20 10-20 mg/kgBB 0,05-0,1
mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB
Maksimum 10 mg 4 mg - - -
dosis awal
Dosis ulangan 5-10 menit 5-10 menit Kejang tdk 10-15 menit, 5- -
diulang 1-2x diulang 1x terkontrol : 10 mg/kg
periksa serum
stlh 1-2 jam.
Dapat diberi
dosis

Lama kerja 15 menit-4 Sampai 24 12 jam IV 12-24 jam IV 1-6 jam IV


dan rute jam IV jam IV perlahan, kec. perlahan, kec. blus perlahan,
pemberian perlahan, 50 mg/mnt, 100mg/menit kec. 102
rektal diencer dgn atau IM ug/mnt atau
NaCl 0,9% drip 0,4-0,6
ug/kg/mnt

Catatan Lanjutkan Hindarkan Monitor tanda Monitor tanda


dgn fenitoin pengulangan vital vital
atau OAE sblm 48 jam

Efek samping Somnolen, Bingung, Hipotensi, Hipotensi, Hipotensi,


ataksia, depresi napas depresi napas, depresi napas bradikardi
depresi aritmia
napas
Indikasi Rumatan
Kejang > 15 menit
Kelainan neurologis
Kejang fokal
Rumat dipertimbangkan pada keadaan:
Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
Kejang demam pada bayi < 12 bulan
Kejang demam 4 kali per tahun
Obat rumatan
Fenobarbital dengan dosis 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis
Asam valproate dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
Prognosis
Tergantung dari jenis kejang demam dan faktor resiko.
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Tingginya suhu badan sebelum kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam

- Ada seluruh faktor resiko kejang demam berulang 80%.


- Tidak ada faktor resiko kejang demam berulang 10-15%
DAFTAR PUSTAKA
Setyabudy, I Mangunatmaja. Pediatri Gawat Darurat, Kejang. Buku Ajar IDAI. Hal 31-9 Edisi 3.
Jakarta, 2015.
KJ Marcdante, RM Kliegman, RE behrman. Nelson Essential of Pediatrics. Saunders. Hal 236-42
Edisi 6. Jakarta, 2013.
M, Irawan. Status Epileptikus Konvulsivus pada Anak. Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat
Darurat pada Anak. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. 2013
A.H Pujiadi, H Badriul, H Setyo. Pedoman Pelayanan Medis, Kejang Demam. Buku Ajar IDAI. Hal
150-3. jakarta, 2009.
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006. diakses tanggal
31 desember 2016 di http://
www.idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Kejang-Demam-Neurology-2012.pdf
MV Christopher. Febrile Convulsion, a Practical Guide. Child Development Centre, Addenbrookes
Hospital. Cambridge, 2015.
Irdawati. Kejang Demam dan Penatalaksanaannya. Berita Ilmu Keperawatan. Vol 2 No. 3 Hal 143-6.
2009.
Jj Steven, J Tonia. Childhood Febrile Seizures: Overview and Implications. International Journal of
Medical Sciences. Pasadena USA, 2007.
J Wendorff, K Zeman. Immunology of Febrile Seizures. Pracapoglado/review paper. 2011; 20; 40-6.
CASE REPORT
Identitas Pasien

Nama : An. K
Tanggal lahir : 4 november 2012
Usia : 4 tahun 2 bulan
Gender : perempuan
Agama : islam
Sekolah :-
Alamat : cipinang besar utara
Tanggal datang : 20/12/2016
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis oleh
ibu kandung pasien di bangsal E kamar observasi
bed 6, RSU UKI.

-Keluhan utama : kejang

-Keluhan tambahan : demam


Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan kejang 1 hari sebelum masuk rumah
sakit . kejang dirasakan pasien selama 20 30 menit. Kejang seperti
gerakan menghentak. Kaku seluruh badan kaki dan tangan mata
terbelakak dan mulut tertutup rapat. Tidak nampak busa di sekitar
mulut. Setelah kejang pasien menangis 5-10 menit kemudian
langsung tertidur. Kejang terjadi sebanyak 3 kali menurut pengakuan
ibu pasien yaitu pukul 06.00 , 13.00 dan pukul 19.00 . awalnya
pasien mengalami demam . 1 hari sebelum keluhan kejang timbul.
Demam di rasa sepanjang hari. Di ukur suhunya 38,5 C . pasien di
bawa ke puskesmas dan di berikan obat penurun panas , namun
belum Nampak perbaikan. Menurut pengakuan ibu pasien setiap
kejadian kejang yang dialami selalu diawali dengan demam tinggi.
Batuk (+) . pilek (+).sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. buang
air besar dan kecil tidak ada keluhan.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini saat
berusia 1 tahun

Riwayat penyakit keluarga:


Ayah dan ibu pasien juga pernah mengalami keluhan
yang sama saat usia muda
Riwayat TBC, Asma, sakit jantung, darah tinggi,
kencing manis, sakit kuning disangkal.
Pemeriksaan Jasmani
Data Antropometri
Pemeriksaan fisik dilakukan Berat Badan : 14kg
pada perawatan hari ke 1 di Tinggi Badan : 105 cm
bangsal U kamar observasi Lingkar lengan atas : 15 cm
bed 6 Lingkar kepala : 49 cm
Keadaan Umum : Tampak
sakit sedang (tidak ada
Menurut data WHO 2006
penurunan kesadaran, dapat
beraktivitas namun terbatas
Kesadaran: Composmentis BB/U : -2SD < X < +2SD
Kesan berat badan cukup
Tekanan darah : 105/30
mmHg TB/U : -2SD < X < +2SD
Kesan perawakan
Nadi : 115 x/menit (kuat
baik/normal
angkat, isi cukup, teratur)
BB/TB : -2SD < X < +2SD
RR : 28 x/menit
Kesan status gizi baik
Suhu : 37,5C

BB/U : -2SD > X > +2SD
Berat badan cukup
TB/U : -2SD < X < +2SD
perawakan baik/normal
BB/TB : -2SD < X < +2SD
status gizi baik
Pemeriksaan sistem
Kepala Mulut :
Bentuk : normocephali Bibir : lembab
Rambut dan kulit : warna
Gigi geligi : belum
hitam, pertumbuhan dan
penyebaran merata
lengkap
Mata : kelopak mata tidak Lidah :tidak hiperemis
cekung Tonsil : T2 T2.
Telinga : liang telinga hiperemis
lapang, serumen (-) Faring : hiperemis
Hidung : Cavum nasi lapang, Leher : kelenjar getah
secret (-), pernafasan cuping bening tidak membesar
hidung (-)
Thorax :
Dinding Thorax : Jantung
Normochest Inspeksi : Ictus cordis
Paru : tidak terlihat
Inspeksi : Pergerakan Palpasi : Ictus cordis
dinding dada
teraba di intercosta 5
simetris, retraksi (-)
Palpasi : vocal
linea mid clavicular
fremitus simetris kiri- sinistra.
kanan Perkusi : Tidak di
Perkusi : sonor lakukan
sonor Auskultasi : bunyi
Auskultasi : bunyi jantung I & II regular.
nafas dasar vesicular.
Ronkhi -/- wheezing
Murmur (-). Gallop (-)
-/-

Abdomen Tulang belakang :


Inspeksi : tampak Kifosis (-) Skoliosis (-)
mendatar Lordosis (-)
Palpasi : supel , NT (-) Kulit : Tidak Nampak
Perkusi : Timpani , NT
kelainan
(-)
Auskultasi : BU (+), Kelenjar Getah
5x /menit Bening : Regio
Anus dan rectum : Inguinal , regio axilla
Tidak Nampak tidak teraba
kelainan membesar
Genitalia : Tidak
Nampak kelainan
Pemeriksaan neurologis
Nervus Cranialis VI : Pergerakan bola
I : sulit di nilai mata ke segala arah
VII : Wajah Simetris
II: sulit di nilai
VIII: Pendengaran Baik
III: Pergerakan bola
IX : Refleks menelan
mata ke segala arah baik
IV: pergerakan bola X : sulit di nilai
mata ke segala arah XI : menoleh + kiri
V : sulit di nilai kanan
XII : julur lidah simetris
Pemeriksaan refleks
Refleks Fisiologis : Refleks Patologis :
Biceps ++/++ Babinski -/-
KPR ++/++ Rosolimo -/-
Triceps ++/++ Chaddock -/-
APR ++/++ Schuffer -/-
Gordon -/-
Openheim -/-
Rangsang meningen
Kaku kuduk (-)
Brudzinksi 1 (-)
Brudzinki 2 (-)
Kernig (-)
Laseq (-)
Pemeriksaan laboratorium
Hb : 12,2 g/dl Elektrolit :
Trombosit : 286 ribu Na : 136 mmol/L
Leukosit : 14,2 Cl : 101 mmol/ L
ribu /ul K : 4,4 mmol/L

Hematokrit : 37,5 %
Diagnosis
Diagnosis kerja
Kejang demam kompleks
Diagnosa banding
Ensefalitis
Tatalaksana
Diet : lunak
IVFD : Kaen 1 B (12 tpm)
Mm/
Cefadroxil 2 x 210 mg
Depacote 2 x 1,5 cc
Paracetamol 3 x 1 Cth
Follow up pasien
21 Desember 2016 PP : hari ke 2 PH : 1
Subject Object Pemeriksaan neurologis Assesment
:
KU: Tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis Rangsang meningen :
TD : 110 /60 mmhg Kaku kuduk -/ -Kejang Demam Kompleks
N : 90 x/menit Brudzinksi 2 -/-
S : 37,2 C Brudzinski 1 -/- - Tonsilofaringitis
Kejang (-) Rr : 25 x/m Kernig -/- Laseq -/-
Demam Mata : konjungtiva anemis -/- Reflex fisiologis :
Laboratorium :
(-) Hidung : secret -/- Biceps ++/++ -
Tenggorok : faring hiperemis Triceps ++/++
Batuk (+) Tonsil T1-T1 hiperemis Kpr ++/++ Planning
Apr ++/++
Thorax :
I : Pergerakan dinding dada simetris kiri Refleks Patologis : Diet : Lunak 1500 kkal
kanan Babinski -/- Rossolimo
P : Vocal fremitus simetris kiri-kanan -/- IVFD : Kaen 1B 12 (makro )
P: Sonor sonor Chadock -/- Mendel -/- Mm :
A: BND vesikuler . Ronkhi -/- Whezing -/- Gordon -/- Schaffer -/- Cefadroxil Syrup 2 x 210 mg
Abdomen : Oppenheim -/-
I : perut tampak datar Klonus otot -/- Depacote 2 x 75 mg
A: BU (+) 4x/menit Klonus kaki -/- Paracetamol syrup 3 x 1
P : nyeri ketuk (-) timpani cth
P : supel, Nyeri tekan (-)
Follow up pasien
22 Desember 2016 PP : hari ke 3 PH : 2
Subject Object Pemeriksaan Assesment
neurologis :

KU: Tampak sakit sedang Rangsang meningen :


Kesadaran : composmentis Kaku kuduk -/ -Kejang Demam Kompleks
TD : 100 /60 mmhg Brudzinksi 2 -/- - Tonsilofaringitis
Kejang (-) N : 106 x/menit Brudzinski 1 -/-
Demam (-) S : 37,2 C Kernig -/- Laseq -/-
Rr : 29 x/m Laboratorium :
Batuk (+) Reflex fisiologis :
Nafsu makan Mata : konjungtiva anemis -/- Biceps ++/++
berkurang Hidung : secret -/- Triceps ++/++
Tenggorok : faring hiperemis Kpr ++/++ Planning
Tonsil T2-T2 hiperemis Apr ++/++

Thorax : Refleks Patologis :


I : Pergerakan dinding dada simetris kiri Babinski -/- Diet : Lunak 1500 kkal
kanan Rossolimo -/- IVFD : Kaen 1B 12 (makro )
P : Vocal fremitus simetris kiri-kanan Chadock -/- Mendel -/- Mm :
P: Sonor sonor Gordon -/- Schaffer -/- Cefadroxil Syrup 2 x 210 mg
A: BND vesikuler . Ronkhi -/- Whezing -/- Oppenheim -/-
Klonus otot -/- Depacote 2 x 75 mg
Abdomen : Klonus kaki -/-- Paracetamol syrup 3 x 1
I : perut tampak datar cth
A: BU (+) 4x/menit
P : nyeri ketuk (-) timpani
P : supel, Nyeri tekan (-)
Follow up pasien
23 Desember 2016 PP : hari ke 4 PH : 3
Subject Object Pemeriksaan neurologis : Assesment

Rangsang meningen : -Kejang Demam Kompleks


KU: Tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis Kaku kuduk -/ Brudzinksi - Tonsilofaringitis
TD : 100 /60 mmhg 2 -/-
N : 116 x/menit Brudzinski 1 -/- Laboratorium :
Kejang (-) S : 38 C Kernig -/- Laseq -/- LED : 11 mm/jam
Demam (+) Rr : 28 x/m Hb : 12,8 g/dl
Demam tinggi Reflex fisiologis : Eritrosit : 5,14 juta /ml
semalam Mata : konjungtiva anemis -/- Biceps ++/++ Ht : 40,4 %
Batuk (+) Hidung : secret -/- Triceps ++/++ Trombosit : 157 ribu/uL
Tenggorok : faring tidak hiperemis Kpr ++/++ MCV : 78,6 /fL
Belum BAB Tonsil T2-T2 tidak hiperemis Apr ++/++ MCH/HER : 24,9 pg
sejak 2 hari. MCHC : 31,7 g/dl
Nafsu makan Thorax : Refleks Patologis : Hitung jenis leukosit :
I : Pergerakan dinding dada simetris kiri
membaik kanan Babinski -/- Rossolimo 0/1/1/57/36/6
P : Vocal fremitus simetris kiri-kanan -/-
P: Sonor sonor Chadock -/- Mendel -/- Planning
A: BND vesikuler . Ronkhi -/- Whezing -/- Gordon -/- Schaffer -/-
Oppenheim -/- Diet : Lunak 1500 kkal
Abdomen : Klonus otot -/- IVFD : Kaen 1B 12 (makro )
I : perut tampak datar Klonus kaki -/- Mm :
A: BU (+) 4x/menit Cefadroxil Syrup 2 x 210 mg
P : nyeri ketuk (-) timpani (5)
P : supel, Nyeri tekan (-) Depacote 2 x 75 mg (5)
Paracetamol syrup 3 x 1 cth
Dexamethasone 3 x 0,7 mg (iv)
Follow up pasien
24 Desember 2016 PP : hari ke 5 PH : 4
Subject Object Pemeriksaan Assesment
neurologis :
KU: Tampak sakit sedang Rangsang meningen :
Kesadaran : composmentis Kaku kuduk -/ -Kejang Demam Kompleks
TD : 110 /60 mmhg - Tonsilofaringitis
Brudzinksi 2 -/-
Kejang (-) N : 100 x/menit
S : 36,2 C Brudzinski 1 -/-
Demam (-) Rr : 29 x/m Kernig -/- Laseq -/- Laboratorium :
Bebas Reflex fisiologis :
Hb : 12,9 g /dl
Mata : konjungtiva anemis -/- Leukosit : 6,5 ribu /ul
demam 1 Hidung : secret -/- Biceps ++/++
hari. Tenggorok : faring tidak hiperemis Triceps ++/++ Ht : 41,1 %
Batuk (-) Tonsil T2-T2 tidak hiperemis Kpr ++/++ Trombosit : 136 ribu / uL
Apr ++/++
Thorax :
I : Pergerakan dinding dada simetris kiri Refleks Patologis :
kanan Planning
P : Vocal fremitus simetris kiri-kanan Babinski -/-
P: Sonor sonor Rossolimo -/-
Chadock -/- Mendel Diet : Lunak 1500 kkal
A: BND vesikuler . Ronkhi -/- Whezing -/-
-/- IVFD : Kaen 1B 12 (makro )
Abdomen : Gordon -/- Schaffer Mm :
I : perut tampak datar -/- Cefadroxil Syrup 2 x 210 mg
A: BU (+) 4x/menit Oppenheim -/- Depacote 2 x 75 mg
P : nyeri ketuk (-) timpani Klonus otot -/-
P : supel, Nyeri tekan (-) Klonus kaki -/- Paracetamol syrup 3 x 1 cth
Dexamethasone 3 x 0,7 mg
(iv)
Follow up pasien
25 Desember 2016 PP : hari ke 6 PH : 5
Subject Object Pemeriksaan Assesment
neurologis :

KU: Tampak sakit sedang Rangsang meningen :


Kesadaran : composmentis Kaku kuduk -/ -Kejang Demam Kompleks
TD : 110 /60 mmhg Brudzinksi 2 -/- - Tonsilofaringitis
Kejang (-) N : 100 x/menit
S : 36,2 C
Brudzinski 1 -/-
Kernig -/- Laseq -/-
Demam (-) Rr : 29 x/m Laboratorium :
Bebas Reflex fisiologis : Hb : 13,2 g/dl
Mata : konjungtiva anemis -/- Biceps ++/++ Leukosit : 7,2 ribu /uL
demam 2 Hidung : secret -/- Triceps ++/++
hari. Tenggorok : faring tidak hiperemis Kpr ++/++ Ht : 41,3 %
Batuk (-) Tonsil T2-T2 tidak hiperemis Apr ++/++ Trombosit :
129 ribu /uL
Thorax : Refleks Patologis :
I : Pergerakan dinding dada simetris kiri Babinski -/- Rossolimo
kanan -/- Planning
P : Vocal fremitus simetris kiri-kanan Chadock -/- Mendel -/-
P: Sonor sonor Gordon -/- Schaffer -/- Diet : Lunak 1500 kkal
A: BND vesikuler . Ronkhi -/- Whezing -/- Oppenheim -/-
Klonus otot -/- IVFD : Kaen 1B 12 (makro )
Abdomen : Klonus kaki -/- Mm :
I : perut tampak datar Cefadroxil Syrup 2 x 210 mg
A: BU (+) 4x/menit (5)
P : nyeri ketuk (-) timpani
P : supel, Nyeri tekan (-) Depacote 2 x 75 mg (5)
Paracetamol syrup 3 x 1 cth
Follow up pasien
26 Desember 2016 PP : hari ke 7 PH : 6
Subject Object Assesment
Pemeriksaan
neurologis :
KU: Tampak sakit ringan
Kesadaran : composmentis Rangsang meningen : -Kejang Demam Kompleks
TD : 109 /60 mmhg Kaku kuduk -/ - Tonsilofaringitis
Kejang (-) N : 105 x/menit Brudzinksi 2 -/-
S : 36,4 C Brudzinski 1 -/-
Demam (-) Rr : 27 x/m Kernig -/- Laseq -/- Laboratorium :
Bebas Hb : 14,0 g/dl
demam 3 Mata : konjungtiva anemis -/- Reflex fisiologis : Leukosit : 6,3 ribu /uL
Hidung : secret -/- Biceps ++/++
hari. Tenggorok : faring tidak hiperemis Triceps ++/++ Ht : 44,5 %
Batuk (-) Tonsil T2-T2 tidak hiperemis Kpr ++/++ Trombosit :
Apr ++/++ 167 ribu /uL
Thorax :
I : Pergerakan dinding dada simetris kiri Refleks Patologis :
kanan Babinski -/-
P : Vocal fremitus simetris kiri-kanan Rossolimo -/- Planning
P: Sonor sonor Chadock -/- Mendel
A: BND vesikuler . Ronkhi -/- Whezing -/-
-/- Gordon -/- Schaffer Rawat jalan
-/- Kontrol tanggal 29
Abdomen : Oppenheim -/- desember 2016
I : perut tampak datar Klonus otot -/-
A: BU (+) 4x/menit Klonus kaki -/-
P : nyeri ketuk (-) timpani Mm:
P : supel, Nyeri tekan (-) Cefadroxil Syrup 2x210mg
Depacote 2x1,5 cc
ANALISA KASUS
Diagnosa kerja
Pasien mengeluh kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit
dan berulang sebanyak 3 kali dalam 24 jam. Pasien juga
demam dengan suhu diukur 38,5 C. Pasien juga mengeluh
batuk dan pilek 1 hari sebelum mengalami kejang.
Dari pemeriksaan fisik pada pasien ditemukan suhu relative
tinggi 37,2C, tonsil T2-T2 dan hiperemis.
Dari pemeriksaan rangsang meningeal, nervus kranialis dan
morotik tidak ditemukan kelainan berupa kaku kuduk, parese
nervus kranialis maupun kelumpuhan.
Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan Leukosit 14.200/uL
(normal 5-10 ribu/uL).
Tinjauan pustaka
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
(suhu rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium atau kejang yang terjadi pada masa kanak-
kanak setelah umur 1 tahun yang berhubungan dengan
demam yang tidak disebabkan oleh infeksi system saraf pusat,
tanpa riwayat kejang neonatal atau kejang yang diprovokasi
dan tidak memenuhi kriteria gejala kejang akut lainnya
Kejang demam sederhana :
Kurang dari 15 menit
Berhenti sendiri
Umum tonik klonik tanpa gejala fokal
Tidak berulang dalam 24 jam
Kejang demam kompleks jika memenuhi salah satu kriteria :
Lebih dari 15 menit
Kejang fokal atau parsial
Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Tatalaksana yang digunakan


Diet : Lunak
IVFD : Kaen 1 B ( 12 tpm )
Mm :
Cefadroxil 2 x 210 mg
Depacote 2 x 1,5 cc
Paracetamol 3 x 1 Cth.
Tinjauan pustaka
Indikasi pemberian obat rumat bila menunjukkan salah satu ciri
Kejang lama > 15 menit
Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang.
Kejang fokal
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam pada bayi kurang dari 12 UKK Neurologi 11 bulan.
Kejang demam > 4 kali per tahun

Obat berupa :
Fenobarbital dengan dosis 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis
Asam valproate dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
Antipiretik
Dosis parasetamol 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan
tidak lebih dari 5 kali.
Dosis Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali ,3-4 kali sehari
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam

Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah :


Riwayat kejang demam dalam keluarga
Usia kurang dari 12 bulan
Temperature uang rendah saat kejang
Cepatnya kejang setelah demam
Jika anak memiliki semua faktor diatas maka kemungkinan
berulangnya kejang demam sebanyak 80%
Jika tidak terdapat faktor tersebut maka kemungkinan berulang
hanya sekitar 10-15%
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai