Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PATOLOGI

Pemeriksaan Feses
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Patologi

Dosen Pengajar : dr Nurfi Pratiwi

Disusun Oleh:

Rita Nurhidayah (22311022)


Rudi Ihza Mahendra (22311023)
Salsabila Annur Yushelmila (22311024)
Septi Sabam Maingot (22311025)
Siti Rusdyanti (22311026)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Pemeriksaan
Feses” ini dengan lancar pada mata kuliah Patologi. Dalam pembuatan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Demikian yang dapat penulis sampaikan semoga melalui
makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi kita semua.

Pekanbaru, 3 Januari 2023

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah

lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat

ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa

kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan

lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan

feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar

akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.

Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah dengan judul

“pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakan

diagnosa berbagai penyakit”. Agar para tenaga teknis laboratorium patologi klinik serta

para mahasiswa dari berbagai program studi kesehatan khususnya mahasiswa analis

kesehatan dapat meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang

memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses

secara benar. mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada

akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengertian

2. Indikasi

3. Manfaat

4. Tabel pemeriksaan

5. Feses normal

6. Prosedur pemeriksaan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Pemeriksaan feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan

pemeriksaan. Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui

anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran

pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan

buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO 2) yang

dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernapasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar,

dan sebagainya. Feses (tinja) juga merupakan hasil pemisahan dan terdiri dari : sisa – sisa

makanan, air, bakteri, zat warna empedu.

1. Makroskopis

Pemeriksaan tinja dengan melihat bentuk, konsistensi, warna, bau ada tidaknya darah

samar, lendir, nanah, sisa sisa jaringan makanan atau parasit.

2. Mikroskopis

Pemeriksaan tinja yang lebih dalam dan lebih valid dari makroskopis dengan

menggunakan bantuan alat dan metode yang mendetail dalam pemeriksaanya.

B. Manfaat

Pemeriksaan dengan bahan feses bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman

seperti Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus, Sigela, dan lain-lain. Salmonella

adalah bakteri penyebab typhoid atau dalam masyarakat dikenal dengan tipes yaitu

penyakit infeksi akut usus halus C. Sinonim dari penyakit ini adalah typhoid dan

paratyphoid abdominalis.. Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara

akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit sebagai akibat

dari infeksi beragam jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit

tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak

langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab dalam keracunan

makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat

4
mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan

berpotensi fatal. Eschericiacoli adalah bakteri yang melepaskan racun yang bernama

Shiga dan racun tersebut sering menyebabkan masalah perut dan usus misalnya diare dan

muntah.

1. Mengetahui ada tidaknya masalah pada pencernaan

2. Mengetahui apa saja kandungan yang terdapat pada feses

C. Indikasi

1. Adanya diare dan konstipasi

2. Adanya darah dalam tinja

3. Adanya lendir dalam tinja

4. Adanya ikterus

5. Adanya gangguan pencernaan

6. Kecurigaan penyakit gastrointestinal

D. Feses normal

Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut

70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa sisa kuman.

Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel sel epitel yang rusak

dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti

bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari

sampai 3x per-minggu.

Maskroskopi Penyebab Catatan

Butir, kecil, keras, warna Konstipasi Pada keadaan usus besar

tua yang sensitive keadaan

dapat diselingi diare yang

5
cair atau berlendir

Volume besar, berbau dan Malabsorpsi zat lemak Ekskresi lemak 6 g/hari

mengambang atau protein merupakan hal yang

abnormal; mungkin

terdapat pada penyakit

usus halus primer, fibrosis

kistik, pankreastitis,

sindroma post-

gastrektomi, penyumbatan

saluran empedu

Rapuh dengan lender Sindrom usus besar yang Dengan tinja yang agak

tanpa darah mudah terangsang terbentuk, sering diawali

inflamasi dangkal dan kelainan fungsi

difus, adenoma dengan

jonjot-jonjot

Rapuh dengan darah dan Inflamasi usus besar; Darah tanpak lebih nyata

lender tifoid, shigella, dari pada lender

amebeasis,tumor ganas

Volume besar, cair, sisa Infeksi non-invasif Dehidrasi, gangguan

padat sedikit (cholera, e.coli keadaan keseimbangan elektrolit

toksik, keracunan

makanan oleh stafilikok,

radang selaput osmotic

(defisiensi disakharida,

makan berlebihan)

Rapuh, mengandung Devertikulitis atau abses Untuk parasit perik salah

nanah atau jaringan lain, tumor nekrotik,

6
nekrotik parasit tinja selagi masih panas

Agak lunak, putih abu-abu obtruksi saluran makan

sedikit barium Bilirubin serum biasanya

abnormal

Tabel : gejala yang diagnostik pada pemeriksaan makroskopik tinja

Warna Tidak patologis Patologis

Coklat, coklat tua kuning Oksidasi normal dari pigmen

coklat empedu

Coklat tua sekali Dibiarkan lama di udara

Makanan yang mengandung

banyak daging

Makan besi, bismut

Hitam Perdarahan di saluran cerna

Makan kokoa bagian proksimal steatore

Abu-abu (konsistensi seperti bubur dan

Makanan mengandung banyak berbuih)

Abu-abu muda sekali bahan susu barium Obtruksi saluran empedu

Makanan yang mengandung

Hijau atau kuning hijau banyak bayam, sayuran hijau Makanan melalui usus dalam

lain. Pencahar yang barasal waktu cepat hingga pigmen

sayuran empedu belum sempat

teroksidasi

Makanan yang mengandung

Merah banyak lobak merah (biet) Perdarahan yang berasal dari

7
saluran cerna bagian distal

Tabel : keadaan yang mempengaruhi warna tinja

8
Kategori Kondisi khusus Hal lain

Osmotic Defisiensi disakaridase Gejalan setelah makan

(intoleransi terhadap makanan yang berasal dari

laktosa) susu

Disakarida dalam buncis Perut kembung, lazim

atau kacang-kacangan lain dengan “gas”. Kadang-

yang tidak dapat dicerna kadang diselingi konstipasi

Pencahar berupa larutan pencahar yang tidak benar

garam Riwayat sakit dan gejala

ulkus peptikum

Dampak osmotic dari

antasid

Sekretorik Setelah makan bahan Riwayat jenis makanan

pemanis buatan yang tidak menentukan diagnose

dapat dicernakan toksin Epidemiologi lebih

berasal dari kuman (kolera, penting daripada biakan

E.coli, keracunan makanan tinja

yang mengandung Gejala sistemik lain lazim

stafilokok didapat.

Hormone yang enteroaktif Bau busuk merupakan

(gastrin pada sindrom) gejala yang umum dari

Zollinger-Ellison; malnutrisi oleh kalori atau

serotonin ? zat lain pada protein

sindroma karsinoid Setelah reseksi dari usus

Sindroma malabsorpsi halus

lemak, protein Pertumbuhan bakteri yang

Perangsangan oleh asam berlebihan dalam usus

empedu halus

Perubahan struktur atau Reseksi usus Dapat diduga dari riwayat

fungsi Fistel enterokolon penyakit. Komplikasi dari

Sindroma usus besar yang penyakit divertikulum atau


9
sensitive penyakit inflamasi usus

besar
Tabel : berbagai jenis diare

E. Macam- macam Feses

Feses umumnya berwarna kuning di karenakan bilirubin (sel darah merah yang mati,

yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin).

Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di

dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses.

Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses.

Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta

minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai

dengan makanan yang dikonsumsi.

1. Warna Kuning Kecoklatan


Feses berwarna kuning adalah normal. Karena feses manusia pada umumnya adalah
warna ini. Warna kecoklatan atau kekuningan ini disebabkan karena feses mengandung
suatu zat berwarna orange-kuning yang disebut bilirubin. Ketika bilirubin ini bergabung
dengan zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning-
kuningan.
2. Warna Hitam
Feses berwarna hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas,
kerongkongan, lambung atau juga bagian hulu usus halus. Zat lain yang memberi warna
hitam ke feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna Hitam (Licorice), timbal, pil
yang mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi
herb (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).
3. Warna Hijau
Feses warna hijau didapat dari klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi. Selain
itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es bisa
menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang
terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan
sempurna. Feses hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu
pencernaan yg diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau
perubahan. Ada kejadian khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap
feses normal, khususnya ketika bayi itu baru saja dilahirkan.

4. Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh
kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan

10
radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama feses menjadi berwarna merah.
Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan
pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin.
Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
5. Warna Abu-abu / Pucat
Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit. Kali ini feses
pucat pun menandakan si empunya feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang empunya
sedang mengalami penyakit liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang empu
akan berwarna abu-abu atau pucat.

F. Prosedur pemeriksaan

1. Makroskopis

Syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :

a. Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine

b. Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di

almari es

c. Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan

d. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian

yang bercampur darah atai lendir

e. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja

sewaktu.

f. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu

g. Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass

h. Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari

bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja

keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut

lebar

i. Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil

pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat,

cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja

11
Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis

dengan sampel feses.

a. Pemeriksaan Jumlah

Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari.

Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah

tinja meningkat.

b. Pemeriksaan Warna

1) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua

dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja

dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran

pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan

karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.

2) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang

mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh

biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

3) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam

saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut

disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim

pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan

mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah

pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.

4) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang

segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

5) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal

saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.

Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia

hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang

mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

12
c. Pemeriksaan Bau

Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau

busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna

dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam

itu.

Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang

tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam.

Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-

rempah yang tercerna menambah bau tinja.

d. Pemeriksaan Konsistensi

Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare

konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang

keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus

menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk

pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak

menunjukkan alabsorpsi usus

e. Pemeriksaan Lendir

Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.

Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada

dinding usus.

1) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin

terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan

tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.

2) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa

tinja.

3) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik

kolitis, mucous colitis pada anxietas.

13
4) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta

peradangan rektal anal.

5) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya

ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.

6) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous

adenoma colon.

f. Pemeriksaan Darah.

Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah

itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.

1) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur

dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada

tukak lambung atau varices dalam oesophagus.

2) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di

bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid

atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin

hitam warnanya.

g. Pemeriksaan Nanah

Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada

penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan

pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang

banyak.

h. Pemeriksaan Parasit

Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya

yang mungkin didapatkan dalam feses.

i. Pemeriksaan adanya sisa makanan

Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan

keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang

dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.

14
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan

sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan

zat-zat lainnya.

Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol

maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru

atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol

70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.

2. Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing,

leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan

ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.

a. Protozoa

Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru

didapatkan bentuk trofozoit.

b. Telur cacing

Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator

americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides

stercoralis dan sebagainya.

c. Leukosit

Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.

Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan

jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir

pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.

Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat

10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.

d. Eritrosit

15
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus.

Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya

eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.

e. Epitel

Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal

dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal

jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah

banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

f. Kristal

Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat

kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan

kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan

kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.

Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir

amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus

saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan

saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

g. Makrofag

Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering

dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba

tetapi tidak bergerak.

h. Sel ragi

Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya

ialah supaya jangan dianggap kista amoeba

i. Jamur

1) Pemeriksaan KOH

Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan

larutan KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur,

16
sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa

dilakukan dengan menggunakan lugol.

Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan

Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil

pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk

invasif dari Candida pada sediaan tinja.

Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya

faktor risiko seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan

penggunaan antibiotika jangka panjang. Kalau memang positif

kandidiasis

dan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat sembuh total

dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor

risiko juga harus diatasi.

Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau

pseudomembran kemudian hasil usapan diperiksa secara mikroskopik,

sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan

pemeriksaan secara mikroskopik juga.

3. Kimia

a. Darah samar

Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap

darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya

perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau

mikroskopik.

Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh

kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah

samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari

Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac

tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan

aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)

17
1) Metode benzidine basa

a) Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira

10 ml dan panasilah hingga mendidih.

b) Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai

menjadi dingin kembali.

c) Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak

sepucuk pisau.

d) Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu

e) Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.

f) Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.

g) Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )

Catatan :
Hasil dinilai dengan cara :
Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau
Positif ( +) hijau
Positif (2+) biru bercampur hijau
Positif (3+) biru
Positif (4+) biru tua

2) Metode Benzidine Dihidrochlorida

Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti

benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan

mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan

diatas.

3) Cara Guajac

Prosedur Kerja :

a) Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan

tambahkan 1ml asam acetat glacial, campur.

b) Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac

dan 2ml alcohol 95 %, campur.

18
c) Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi

tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.

d) Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua

lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.

Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain

adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin

C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu,

sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat

menyebabkan positif (+) palsu

b. Urobilin

Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada

ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja

dengan warna kelabu disebut akholik.

Prosedur kerja :

1) Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan

larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja

2) Campurlah baik-baik dengan memakai alunya

3) Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan

biarkan selama 6-24 jam

4) Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah

c. Urobilinogen

Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang

lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan

dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam

sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus

obstruktif.

19
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu

jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi

urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.

d. Bilirubin

Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena

bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh

udara akan teroksidasi menjadi urobilin.

Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang

menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan

jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin

memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk

mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemeriksaan feses masih sering dilakukan pada laboratorium klinik maupun

laboratorium di rumah sakit. Pemeriksaan feses adalah salah satu parameter yang

digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu penyakit serta menyelidiki

suatu penyakit secara lebih mendalam.

Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan

makroskopis, mikroskopis dan kimia.

1. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna,

pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan

darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa makanan.

2. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur

cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur.

3. pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen dan

bilirubin.

B. Saran

Sebagai tenaga kesehatan yang professional dituntut mampu untuk mengerjakan

segala sesuatunya dengan ilmu pengetahuan, bukan menerka, mengira ataupun asal asalan

oleh karena itu kita harus selalu mengupdate ilmu dalam segala hal terutama dalam hal

keperawatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata, R.1999. Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta: PT Dian Rakyat.

(Halaman 180-185)

Corwin, Elisabeth J.2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran

EGC. (Halaman 518-519)

Frances. K. widmann. 1994. Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium. Jakarta: EGC

Fischbach FT.Stool Examination, In A of Laboratory and Diagnostic Test, Ed V, Lippincott

Philadelphia, New York, 1998; 254-276

Herry J.B. et al. Examination of feces, in Clinical Diagnosis and Management by Laboratory

Methods, Nine Ed, WB Saunder Co, Philadelphia, 1996 ; 537-541

22

Anda mungkin juga menyukai