Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Berbagai Respon Spektral Berbagai Objek Dan Fenomena Di Permukaan


Bumi Dan Kaitannya Dengan Citra Satelit Penginderaan Jauh

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Pengindraan Jauh
Dosen Pengampu:
Aswin Nur Saputra ,S.Pd, M. Sc COVER

Disusun Oleh:
Winanda Nathania
21110115220001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2022

Pengindraan Jauh | 1
Winanda Nathania
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul ” Berbagai Respon
Spektral Berbagai Objek Dan Fenomena Di Permukaan Bumi Dan Kaitannya Dengan Citra Satelit
Penginderaan Jauh ”.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memahami tugas dari Ibu Aswin
Nur Saputra ,S.Pd, M. Sc pada mata kuliah Pengindraan Jauh. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
sekarang saya tekuni.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
laporan yang saya buat ini.

Banjarmasin, 15 Oktober 2022

Winanda Nathania

Pengindraan Jauh | 2
Winanda Nathania
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................................1
Berbagai Respon Spektral Berbagai Objek Dan Fenomena Di Permukaan
Bumi Dan Kaitannya Dengan Citra Satelit Penginderaan Jauh.............................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1. Latar Belakang.................................................................................................................4
2. Tujuan..............................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
METODE................................................................................................................................5
BAB III...................................................................................................................................5
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................5
A. Definisi Spektral.............................................................................................................5
B. Interaksi dan Respon Spektral Terhadap Objek..............................................................5
C. Menentukan Respon spektral........................................................................................10
D. Pengukuran Reflektansi Spektral..................................................................................11
E. Respon Spektral Tanah Citra Hyperion.........................................................................14
F. Respon Spektral Tanah Lapangan.................................................................................15
BAB IV..................................................................................................................................17
PENUTUP............................................................................................................................17
1. Kesimpulan.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18

Pengindraan Jauh | 3
Winanda Nathania
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Analisis reflektansi spektral suatu objek mulai banyak berkembang dan


memberikan data atau informasi tentang pola spektral. Tujuan dari penelitian
Analisis reflektansi spektral suatu objek adalah mendapatkan kurva reflektansi
spektral lamun, karakteristik spektral, dan identifikasi panjang gelombang yang
memberikan karakteristik berbeda dari setiap jenis lamun. Pengukuran
reflektansi insitu menggunakan spektrometer USB4000 menghasilkan nilai
intensitas dan dianalisis menggunakan algoritma reflektansi untuk menghasilkan
kurva. Kurva reflektansi memiliki dua puncak pada panjang gelombang 500-
650 nm dan 700-750 nm dengan nilai tertinggi adalah 22% di puncak pertama
dan 14% di puncak kedua. Hasil dari analisis statistik menunjukkan nilai
reflektansi dari lima spesies lamun di Pulau Tunda berbeda signifikan.
Berdasarkan nilai reflektansi dari lima jenis lamun dan uji Tukey yang telah
dilakukan, dapat diketahui panjang gelombang penciri karena lima jenis lamun
memiliki perbedaan signifikan yaitu pada panjang gelombang hijau, kuning,
merah tepi, dan NIR-2.

2. Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini yakni agar
penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami bagaimana berbagai
respon spektral berbagai objek dan fenomena di permukaan bumi dan kaitannya
dengan citra satelit penginderaan jauh

Pengindraan Jauh | 4
Winanda Nathania
BAB II

METODE

Pembuatan makalah ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan di

bantu dengan pustaka atau literatur yang berhubungan dengan topik ini, dan

beberapa hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik ini. Lalu

dirangkum dan dihubungkan ke topik yang dibahas, yang mana akan lebih

bersifat ke pengkajian, pengembangan yang menekankan pada penggunaan

tipe-tipe penjelasan (explanation) dan pemahaman (understanding).

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Definisi Spektral
Spektral merupakan interaksi antara energy elektromagnetik (EM) dengan
suatu objek. Energi matahari yang sampai ke permukaan bumi, selanjutnya akan
berinteraksi dengan objek dipermukaan bumi. Objek yang ada di permukaan bumi
mempunyai karakteristik yang khas dimana setiap suatu objek berbeda
karakteristik dengan objek yang lainnya. Tiap objek mempunyai karakteristik
tertentu dalam memantulkan atau memancarkan tenaga sensor (Latifa, A., 2017).

B. Interaksi dan Respon Spektral Terhadap Objek


Terdapat objek yang absorpsi terhadap energy elektromagnetik (EM) tinggi
namun daya pantulannya rendah, ada pula yang absorpsi terhadap EM rendah
namun daya pantulnya tinggi. Objek yang banyak memantulkan atau
memancarkan tenaga akan tampak lebih cerah pada citra, sedangkan objek yang
pantulan atau pancarannya sedikit akan tampak lebih gelap pada citra. Pola
pantulan dan absorpsi berbeda sesuai panjang gelombang yang berbeda. Menurut
Kusumowidagdo, dkk pada 2007 “Jika dikaitkan dengan citra satelit, maka
masing- masing objek akan memberikan pantulan EM yang berbeda, sehingga kita

Pengindraan Jauh | 5
Winanda Nathania
mampu membedakan suatu objek dengan objek lain”. Pengenalan objek dilakukan
dengan menyidik karakteristik spectral objek yang tergambar pada citra atau foto
udara. Terdapat objek yang berlainan tetapi mempunyai karakteristik spectral
sama sehingga menyulitkan pembedaan dan pengenalannya pada citra. Berikut
model formula interaksi antara energy dengan objek dipermukaan bumi,

Berdasarkan gambar tersebut, tenaga elektromagnetik yang diterima oleh


objek sebagian ada yang dipantulkan ke sensor, diserap, diteruskan, dan di
hamburkan. Proses tersebut sangat bergantung pada karakteristik objek yang
berinteraksi. Perbedaan pola objek akan berbeda pula pantulan pola spectral yang
dihasilkan. Terdapat tiga objek utama dipermukaan bumi, yaitu :

1. Vegetasi
Karakteristik pantulan spectral dari vegetasi dipengaruhi oleh kandungan
pigmen daun, material organic, air, dan karakteristik structural daun seperti bentuk
dan luas daun (Huete and Glenn, 2011). Karakteristik pantulan spectral dari
vegetasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu spectrum tampak dan spectrum
inframerah dekat. Berikut karakteristik pantulan spectrum terhadap vegetasi.

Pengindraan Jauh | 6
Winanda Nathania
a. Spectrum tampak (0.4 – 0.7 µm)
Vegetasi memiliki nilai pantulan relatif rendah pada spektrum biru dan
merah dengan puncak minor pada spektrum hijau (Mather, 2004). Pantulan
spektral yang rendah pada spektrum biru dan merah disebabkan karena vegetasi
menyerap banyak energi pada kedua spektrum tersebut. Energi pada spektrum
tersebut digunakan untuk aktivitas photosintesis pada daun. Jumlah energi yang
diserap pada kedua spektrum tersebut mencapai 70 – 90% dari total energi yang
datang ke permukaan daun. Relatif lebih rendahnya pantulan spektral pada
spektrum biru dan merah dibandingkan pada spektrum hijau, memberi efek
visualisasi warna hijau pada daun tersebut. Daun nampak berwarna hijau oleh
mata, karena kemampuan mata dalam menangkap spektrum elektromagnetis
berada pada spektrum tampak saja. Pantulan spektral meningkat secara drastis
pada rentangan spektral antara 0.65 hingga 0.76 µm. Zona rentangan spektral pada
pola spektral vegetasi ini disebut dengan istilah titik batas merah (red edge point)

b. Spektrum inframerah dekat / Near Infra Red (0.7 – 1.1 µm)


Pada rentangan spektrum inframerah dekat, yang juga merupakan bagian
kedua dari karakteristik pola spektral vegetasi, memiliki pantulan spektral yang
relatif tinggi. Pantulan spektral yang tinggi ini terentang antara 0.76 – 1.35 µm.
Selanjutnya pada rentangan 1.35 – 2.5 µm pantulan spektral dipengaruhi oleh
Pengindraan Jauh | 7
Winanda Nathania
struktur internal daun. Faktor pengaruh yang dominan terhadap pantulan spektral
pada rentangan 1.35 – 2.5 µm ini adalah banyak sedikitnya kandungan air pada
lembar daun tersebut.Pantulan spektral pada objek vegetasi pengamatan vegetasi
pada pantulan spektrum cahaya tampak, dominan diserap tanaman (oleh klorofil
untuk fotosintesis) dan sedikit yang dipantulkan. Pantulan pada band merah dan
biru rendah, sedang pantulan pada band hijau agak tinggi dari keduannya.
Gelombang inframerah dekat pada vegetasi hasil pantulannya dominan dan hanya
sedikit yg diserap (karena tanaman terdiri atas beberapa layer dan tidak menyerap
air untuk metabolisme). Hasil kenampakan pada gelombang inframerah tengah
dominan diserap (oleh kandungan air yang ada di dalam vegetasi) dan hanya
sedikit yang dipantulkan.

2. Tanah
Tanah memiliki hasil pantulan spektral yang dominan dan sedikit yang
diserap,nilai pantulan spektral pada tanah dipengaruhi oleh kelembapan tanah,
kandungan material organik, ukuran butir, kekasaran permukaan tanah dan
kandungan oksida besi. Pada tanah kering pantulannya lebih cerah dibandingkan
dengan tanah yang lembab karena hampir semua energy yang diterima tanah
dipantulkan langsung ke sensor dan makin besar gelombang yang dipancarkan
makin besar pantulan spektralnya.

3. Air
Karakteristik pantulan spektral pada air memilki panjang gelombang
yang bervariasi berdasarkan pada interaksi materi energi yang ada di tempat
tersebut. Untuk tubuh air, interaksi yang terjadi memberikan kenampakan alami
air itu sendiri dan untuk lebih lanjutnya bergantung pada variasi kondisi air. Untuk
menentukan tempat dan mendeliniasi kenampakan tubuh air dengan penginderaan
jauh, digunakan gelombang inframerah dekat dan gelombang tampak. Sedangkan
untuk pemetaan luas tutupan salju menggunakan saluran inframerah tengah. Pada
inframerah dekat dan inframerah tengah, kenampakan jaringan yang sangat tipis
dari air memberikan kenampakan yang berbeda akibat penyerapan yang kuat pada
saluran-saluran.

Pengindraan Jauh | 8
Winanda Nathania
Di dalam kondisi alami, tubuh air menyerap hampir semua energi
pada gelombang inframerah dekat dan inframerah tengah. Pada permukaan air
yang dangkal. Sehingga penyerapan energi oleh air pada saluran inframerah dekat
dan inframerah tengah sangat efektif, karena terdapat ketersediaan energi yang
sangat sedikit untuk dipantulkan. Ini sangat menguntungkan dalam penginderaan
jauh yang berdampak pada kenampakan air lebih jelas karena pantulan yang lebih
rendah dibandingkan dengan pantulan vegetasi dan tanah pada spektrum
inframerah, karena pantulan air pada inframerah berbeda dengan objek lainnya,
sehingga mudah untuk diidentifikasi dan dipetakan. Pada Spektrum gelombang
tampak, interaksi materi energi terhadap air semakin jelas sehingga apabila
komponennya berbeda sangat sulit untuk ditentukan. Penyerapan dan transmisi
tidak hanya untuk air, melainkan juga secara signifikan berdampak pada variasi
bentuk dan ukuran material yang ada di dalam air baik itu organik maupun
anorganik. Dengan mempertimbangkan mengenai penyerapan dan transimisi pada
objek air jernih bahwa air yang mengalami penyulingan memiliki penyerapan
energi yang sangat sedikit pada spketrum cahaya tampak 0,6 µm. Namun
sebaliknya, pancaran gelombang yang memilki panjang gelombang yang pendek
terlihat sangat tinggi untuk objek air jernih. Pemancaran gelombang yang tinggi
dan penyerapan yang kecil menunjukkan bahwa kenampakan air tersebut berada
pada perairan dangkal yang sangat jelas. Energi yang mengalami pantulan yang
terekam pada sensor dengan gelombang tampak yang memiliki panjang
gelombang yang pendek memiliki kenampakan yang berbeda jika terdapat
endapan. Tingkat kekeruhan pada tubuh air disebabkan oleh materi anorganik
dalam suspensi dan konsentrasi klorofil, banyak juga bahan alami maupun sintetik
yang mempengaruhi nilai pantulan spektral pada tubuh air. Materi organik yang
terlarut dan tersuspensi pada air tawar akan berbeda juga respon spektralnya pada
air laut, mungkin akan nampak warna kuning sebagai respon spektralnya
menunjukkan keberadaan gelbstoff, dan fitoplankton yang berada pada air laut

C. Menentukan Respon spektral


Respon spektral dapat ditentukan di lapangan secara langsung maupun
melalui citra satelit. Perbedaan respon spektral gelombang tersebut dapat

Pengindraan Jauh | 9
Winanda Nathania
digunakan untuk mengukur kandungan C organik tanah. Respon pantulan spektral
tanah seolah menjadi kunci dari metode pemetaan tanah menggunakan teknik
penginderaan jauh. Kajian dalam pemetaan C organik tanah adalah perubahan
kurva pantulan spektral karena adanya bahan organik tanah (Jensen, 2014). Alat
yang digunakan untuk mengukur respon spektral lapangan yaitu spektometer.
Secara umum spektrometer dapat dibedakan menjadi spektrometer lapangan
dan laboratorium. Spektrometer lapangan menggunakan sumber cahaya dari
matahari, sedangkan spektometer laboratorium menggunakan sumber cahaya
buatan. Salah satu jenis spektrometer lapangan adalah JAZ EL 350 yang
mengukur pada panjang gelombang 350 hingga 1024 nm. Teknologi penginderaan
jauh dapat digunakan untuk mengukur kandungan C organik tanah dengan cepat
serta dalam wilayah yang luas terutama untuk pemetaan tanah digital (Gomez dkk,
2008). Pemanfaatan spektrometer dan citra hiperspektral untuk kajian organik
tanah banyak menggunakan julat cahaya tampak hingga inframerah dekat (VIS-
NIR) (Yaolin dkk, 2014; Rodionov, 2016; Huizeng dkk, 2017) meskipun ada juga
yang menggunakan gelombang VIS-NIR-SWIR (Liu dkk, 2016).
Berbagai metode telah berkembang untuk identifikasi bahan organik dan C
organik tanah menggunakan gelombang VIS-NIR, seperti metode Least Squares
Support Vector Machine Regression (Co-LSSVMR) (Huizeng dkk, 2017), Partial
Least Square Regression (PLSR) (Gomez, 2008; Zheng, 2008; Vadour, 2016),
serta PCA (Liu dkk, 2016). Hyperion merupakan salah satu citra dengan sensor
hiperspektral yang memiliki saluran spektral sebanyak 242 band dengan resolusi
spasial 30 meter serta lebar liputan perekaman sebesar 7,5 km. Citra Hyperion
bekerja pada julat gelombang tampak hingga infra merah tengah dengan panjang
gelombang 360 nm – 2600 nm. Dengan julat gelombang tersebut, Citra Hyperion
dapat menggambarkan kurva respon spektral tanah yang lebih baik apabila
dibandingkan dengan citra multispektral Untuk memperoleh informasi pantulan
spektral objek tanah dapat melalui citra penginderaan jauh dan melalui
pengukuran lapangan secara langsung menggunakan spektrometer. Respon
pantulan spektral tanah dari citra dapat diperoleh menggunakan Citra Hyperion.
Respon pantulan spektral tanah diukur secara langsung di lapangan menggunakan
spektrometer. Perbandingan respon spektral tanah di Citra Hyperion dan respon
pantulan spektral tanah di lapangan serta hubungannya dengan kandungan C

Pengindraan Jauh | 10
Winanda Nathania
organik tanah merupakan suatu hal yang perlu dikaji secara mendalam. Respon
pantulan spektral yang berasal dari lapangan dan Citra Hyperion tersebut
selanjutnya dihubungkan dengan kandungan C organik tanah sehingga dapat
diketahui pengaruh C organik tanah terhadap respon spektral (Ulul et al., 2017)

Respons spektral yang ditangkap oleh sensor spektrometer salah satunya


adalah reflektansi. Reflektansi merupakan besarnya energi gelombang
elektromagnetik yang dipantulkan oleh suatu benda. Pengukuran spektral suatu
objek dengan teknologi penginderaan jauh dilakukan dengan melihat segala
bentuk pantulan yang diolah menjadi informasi, dan direkam oleh alat yang
dinamakan sensor (Aziizah et al., 2016). Sifat gelombang yang dipantulkan,
diserap, diteruskan maupun dipancarkan sangat bervariasi tergantung pada
karakteristiknya di permukaan bumi (Mobley 1994). Variasi sifat gelombang
yang berbeda menjelaskan setiap objek di bumi mempunyai reaksi spektral
(spectral respond) yang berbeda. Sistem penginderaan jauh satelit yang
mempunyai kepekaan terhadap spektral (spectral sensitivity) memanfaatkan
respon spektral sebagai dasar terbentuknya data penginderaan jauh (Mobley
1994; Green et al. 2000).
Penelitian yang mengukur respon spektral lamun secara insitu di Indonesia
masih sangat minim, sehingga perlu dilakukan berbagai kajian dalam hal
pengukuran spektral lamun. Perbedaan respons spektral jenis lamun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti karakteristik jenis yang berbeda baik
secara morfologi, maupun kandungan pigmentasi di dalamnya sebagai penciri
masing-masing jenis.

D. Pengukuran Reflektansi Spektral


Respons spektral diukur menggunakan spektrometer USB 4000 yang
disambungkan dengan perangkat komputer dan software spectra suite.
 Tahapan dalam pengambilan data reflektansi lamun adalah:

Pengindraan Jauh | 11
Winanda Nathania
1. Tahap persiapan alat.
Kalibrasi alat ini dilakukan dengan mengukur white reference dan dark
reference spectra. Kalibrasi alat ini dilakukan untuk mendapatkan nilai referensi
spektrum dan sekaligus untuk menghaluskan tampilan spektrum.

2. Tahap pengambilan data.


Pengambilan dilakukan pada pukul 10:00-14:00 WIB. Probe diarahkan ke
lamun dengan sudut 450 dan jarak 2-5 cm. Koordinat geografik pada tiap lokasi
pengamatan direkam melalui GPS. Perekaman gambar dilakukan pada lamun
dan sekitarnya, dan pencatatan informasi pendukung dilakukan secara
bersamaan dengan pengukuran spektral. Informasi yang tercatat adalah: jenis
lamun, jenis substrat, ukuran, bentuk, kedalaman air dan informasi yang
bersangkutan lainnya di lokasi. Analisis reflektansi spektral lamun Hasil
pengukuran di lapangan berupa nilai intensitas yang disimpan dalam format txt
dan Prospec (Ocean Optic 2009). Untuk menghitung reflektansi digunakan
rumus sebagai berikut:

Rλ = x 100 %
Keterangan:
Rλ = Reflektansi (%)
Sλ = Intensitas sampel (counts)
Dλ = Intensitas dark (counts)
Rλ = Intensitas reference (counts)

 Persen reflektansi diolah dengan melakukan filterisasi terhadap raw


data dengan cara:

1. Melakukan pemotongan panjang gelombang dari 400-900 nm dan smoothing


data dengan metode moving average.

2. Lakukan perhitungan menggunakan persamaan untuk mendapatkan nilai


reflektansi Metode moving average (rataan bergerak) akan menghitung nilai
reflektansi di setiap panjang gelombang dengan perata- rata menggunakan
Pengindraan Jauh | 12
Winanda Nathania
dimensi 3x3, maka diperoleh sembilan data yang harus dirata- rata untuk
mendapat sebuah nilai reflektansi pada sebuah panjang.
Data spektral yang diperoleh dari masing-masing jenis lamun dianalisis statistik
untuk mengetahui karakteristik dan panjang gelombang penciri.

 Analisis pola reflektansi spektral


1. Analisis Deskriptif
Merupakan analisis dengan melihat nilai panjang gelombang (X) dan nilai
reflektansi (Y) yang terbentuk pada kurva reflektansi spektral.

2. Analisis ANOVA
Dilakukan untuk mengetahui apakah spektral reflektansi lima jenis lamun
berbeda nyata atau tidak berbeda nyata yaitu dengan uji Anova satu arah
(Mattjik & Sumertaja 2011). Hipotesis yang diuji adalah pengaruh panjang
gelombang terhadap reflektansi lamun dengan H0 (tidak ada pengaruh panjang
gelombang terhadap reflektansi lamun), dan H1 (terdapat pengaruh panjang
gelombang terhadap reflektansi lamun). Jika terdapat pengaruh panjang
gelombang terhadap reflek-tansi maka dilakukan uji lanjut dengan uji Tuckey
pada taraf kepercayaan (95%) (P<0.05) untuk mengetahui perbedaan spektral
antar spesies (Supranto 2004).

3. Analisis Kelompok (Cluster Analysis)


Digunakan dengan tujuan untuk menentukan similaritas spektral lamun
dengan ukuran kemiripan yang digunakan adalah jarak euklidean (euclidean
distance) karakteristik spektral reflektansi lamun telah diperoleh lima jenis
lamun yakni Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides,
Thalassia hemprichii, dan Halophila ovalis. Sebagai tumbuhan, lamun
membutuhkan radiasi matahari dalam bentuk gelombang elektromagnetik yang
dapat direflektansikan, diserap dan ditransmisikan secara berbeda untuk setiap
obyek di bumi (Lillesand et al. 2004). Perbedaan sifat optik antar spesies lamun
yang utama disebabkan karena adanya variasi pigmen dan fungsi anatomi daun
(struktur internal, serat, dan lain-lain) (Daruko 2007). Tahapan analisis spektral
reflektansi jenis lamun di awali dengan melakukan curvitting terhadap

Pengindraan Jauh | 13
Winanda Nathania
metadata. Kurva lima jenis lamun jika diamati secara visual memiliki pola
reflektansi spektral yang sama akan tetapi memiliki nilai yang berbeda .
Reflektansi lamun memiliki dua peak (puncak) pada panjang gelombang 500-
650 nm (band hijau) dan 700-750 nm (merah tepi) dengan nilai tertinggi (22%)
di puncak pertama dan 14% di puncak kedua. Diketahui nilai reflektansi
Cymodocea rotundata memiliki dua puncak yaitu pada panjang gelombang 500-
650 nm dengan nilai 17% dan di 700-750 nm dengan nilai 13%. Cymodocea
serrulata memiliki dua puncak yaitu pada panjang gelombang 500-650 nm dan
700-750 nm dengan nilai masing-masing 18% dan 12%. Enhalus acoroides
memiliki dua puncak yaitu pada panjang gelombang 500-650 nm dengan nilai
21% dan di 700-750 nm dengan nilai 13%. Thalassia hemprichii memiliki dua
puncak yaitu pada panjang gelombang 500- 650 nm dengan nilai 20% dan di
700-750 nm dengan nilai 9%. Halophila ovalis memiliki dua puncak yaitu pada
panjang gelombang 500-650 nm dengan nilai 14% dan di 700- 750 nm dengan
nilai 11%. (Lillesand et al. 2004).

E. Respon Spektral Tanah Citra Hyperion


Saluran yang digunakan pada citra Hyperon untuk penelitian ini sebanyak
103 dari 242 saluran spektral. Hal tersebut dikarenakan banyak saluran yang
mengalami kerusakan sehingga tidak bisa digunakan. Selain dilakukan seleksi
saluran, koreksi atmosferik FLAASH diterapkan pada Citra Hyperion. Sebelum
dilakukan koreksi atmosferik FLAASH, kurva spektral Citra Hyperion tidak
menunjukkan kurva spektral objek yang benar. Sedangkan setelah dilakukan
koreksi FLAASH kurva pantulan spektral menunjukkan pola pantulan spektral
objek yang benar. Perbedaan kurva pantulan spektral objek tanah sebelum dan
setelah FLAASH pada

Pengindraan Jauh | 14
Winanda Nathania
Citra Hyperion dapat dilihat pada Gambar 2.(a) (b) Gambar 2. Kurva pantulan spektral
objek tanah pada Citra Hyperion (a) sebelum dilakukan koreksi FLAASH dan (b) setelah
dilakukan koreksi FlAASH. (Pengolahan data, 2017)

Kurva pantulan spektral objek tanah pada citra yang telah dikoreksi
FLAASH menunjukkan pola pantulan spektral objek tanah yang benar yaitu nilai
pantulan semakin meningkat sejalan dengan semakin tingginya panjang
gelombang. Selanjutnya kurva pantulan spektral hasil FLAASH tersebut
dihubungkan dengan kandungan C organik tanah hasil lapangan yang telah diuji di
laboratorium. Berdasarkan 40 sampel tanah yang diambil dan telah diuji
kandungan C organik tanah di laboratorium menghasilkan rentang kandungan C
organik tanah antara 0,52% - 2,59%. Secara lebih jelasnya dapat dilihat di Tabel 1.
Informasi kandungan C organik tanah kemudian dikorelasikan dengan semua
saluran Citra Hyperion.
Hasilnya menunjukkan saluran yang memiliki hubungan paling kuat dengan
kandungan C organik tanah adalah saluran dengan panjang gelombang 691,37 nm
atau band nomor 34 dengan koefisien korelasi R sebesar 0,501. Selain band 34,
saluran yang memiliki korelasi cukup besar di julat gelombang tampak yaitu band
33 (681,2 nm), band 32 (671,02 nm), dan band 31 (660,85 nm). Sedangkan pada
julat SWIR saluran yang memiliki korelasi tinggi yaitu pada band 197 (2123,14
nm) dan 198 (2133,24 nm). Saluran yang memiliki korelasi cukup tinggi
selanjutnya digunakan untuk model regresi kandungan C organik tanah.

Pengindraan Jauh | 15
Winanda Nathania
F. Respon Spektral Tanah Lapangan
40 Sampel tanah diukur pantulan spektralnya menggunakan spektometer
JAZ EL 350. Hasil pengukuran spektral lapangan dapat dilihat pada Gambar 4.
Secara garis besar respon pantulan spektral yang memiliki kandungan C organik
tinggi memiliki pantulan lebih rendah daripada tanah yang memiliki kandungan C
organik rendah. Meskipun demikian beberapa kurva yang memiliki kandungan C
organik tinggi memiliki kurva pantulan yang lebih tinggi daripada tanah yang
memiliki kandungan C organik rendah. Hal tersebut disebabkan karena respon
pantulan spektral tanah dipengaruhi juga oleh faktor yang lain seperti tekstur,
kelembaban tanah, dan kadar air tanah.

Pengaruh kandungan C organik tanah kurang terlihat pada kurva pantulan spektral
apabila kadar air tanah tiap sampel berbeda-beda. Untuk mengetahui pengaruh C
organik tanah terhadap respon spektral tanah, perbandingan perlu dilakukan pada
kadar air tanah yang sama.

BAB IV

Pengindraan Jauh | 16
Winanda Nathania
PENUTUP
1. Kesimpulan
 Spektral merupakan interaksi antara energy elektromagnetik (EM) dengan
suatu objek. Energi matahari yang sampai ke permukaan bumi, selanjutnya
akan berinteraksi dengan objek dipermukaan bumi.
 Terdapat tiga objek utama dipermukaan bumi, yaitu : vegetasi, tanah, dan
air
 Respon spektral dapat ditentukan di lapangan secara langsung maupun
melalui citra satelit. Alat yang digunakan untuk mengukur respon spektral
lapangan yaitu spektometer. Secara umum spektrometer dapat dibedakan
menjadi spektrometer lapangan dan laboratorium.
 Analisis pola reflektansi spektral
1. Analisis Deskriptif
2. Analisis ANOVA
3. Analisis Kelompok (Cluster Analysis)

DAFTAR PUSTAKA

Aziizah, N. N., Siregar, V. P., & Agus, S. B. (2016). Analisis Reflektansi Spektral
Lamun Menggunakan Spektrometer Di Pulau Tunda Serang, Banten. Jurnal
Teknologi Perikanan Dan Kelautan, 6(2), 199–208.
https://doi.org/10.24319/jtpk.6.199-208
Latifa, A., K. (2017). Analisa Respon Spektral Objek (Objek : Lampu Taman Di
Gazebo Teknik Geomatika, Its). Departemen Teknik Geomatika Fakultas Teknik
Sipil, Lingkungan Dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh November.
Ulul, M., Ningam, L., Wachid, M. N., & Yogyantoro, R. N. (2017). Analisis Respon
Spektral Lapangan dan Citra EO - 1 Hyperion untuk Pemetaan Kandungan C
Organik Tanah di Sebagian Kabupaten Demak Spectral Response Analisys of
Fields and EO - 1 Hyperion Imagery for Mapping Soil Organic C Content in Part
of Demak Regency. 169–177.

Pengindraan Jauh | 17
Winanda Nathania

Anda mungkin juga menyukai