Anda di halaman 1dari 39

HASIL PRESENTASI KELOMPOK

MATA KULIAH EKONOMI SUMBER DAYA ALAM

DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD RIJAL PAMUNGKAS M.Ec.Dev

NAMA : 1. ALIFAH NURAINI (202311001)

2. ANDRE JULIAN PRATAMA (202311002)

3. ENDANG PUJI LESTARI (202311003)

4. MA’RIFATUN NISA (202311005)

5. PUTRI INDAH A (202311007)

6. PUTRI LESTARI (202311008)

7. RIZQI ULUL AZMI (202311009)

8. SOPI SITI SOPIAH (202311010)

9. AHMAD FAHRUROZI (202311011)

10. MILA LUTFIFADILA (202311012)

11. ARISTA RAMADANIKA (202311013)

12. ULIL ALBAB F (202311016)

KELAS : EP5A

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL GHAZALI CILACAP

TAHUN 2022
Rangkuman Tugas Diskusi
Kelompok :2
Anggota : Mila Lutfifadila
Putri Lestari
Andre Julian Pratama
Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam
Semester/Prodi : 5/Ekonomi Pembangunan
DISKUSI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM
A. MATERI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM TANAH/LAHAN
1. Definisi
Lahan atau land dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi,
mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis
yang berada diatas dan dibawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah,
batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan serta segala akibat yang
ditimbulkan oleh aktivitas manusia dimasa lalu dan sekarang yang kesemuanya itu
berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan
dimas mendatang (Brinkman dan Smyth, 1973 dan FAO, 1976).
2. Kategori lahan dapat dilihat dari:
1. Proses pembentukannya: Analisis lansekape.
2. Penggunaannya: Klasifikasi penggunaan lahan (hutan, sawah, lahan kering,
perkebunan, pemukiman, industry, dll).
3. Lokasi spesifik: rawa, pantai, pasang surut, lahan pertanian, lahan perkotaan,
dll.
4. Kualitas dan produktivitas lahan: marginal, subur-miskin.
5. Kesesuaian dan alokasi tata ruang/ tata guna lahan.
6. Nilai : ekonomi, sosial-budaya, politik,lingkungan, hokum, dll.
3. Fungsi Lahan
1. Fungsi produksi
2. Fungsi lingkungan biotik
3. Fungsi pengatur
4. Fungsi hidrologi
5. Fungsi penyimpanan
6. Fungsi pengendali sampah dan polusi
7. Fungsi ruang kehidupan
8. Fungsi peninggalan dan penyimpanan
9. Fungsi penghubung spasial
4. Faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan
Faktor fisik yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor faktor yang
terkait dengan kesesuaian lahannya, meliputi faktor faktor lingkungan yang secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhu pertumbuhan dan budidaya
tanaman, kemudahan Teknik budidaya ataupun pengolahan lahan dan kelestarian
lingkungan. Faktor fisik ini meliputi kondisi iklim, sumber daya air dan
kemungkinan pengairan, bentuk lahan dan topografi serta karakteristik tanah, yang
secara bersama akan membatasi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan pada
sebidang lahan.
Faktor kelayakan ekonomi adalah seluruh persyarata yang diperlukan untuk
pengelolaan suatu penggunaan lahan. Pengelola lahan tidak akan memanfaatkan
lahannya kecuali bila penggunaan tersebut termasuk, dalam hal ini teknologi yang
diterapkan telah diperhitungkan akan memberikan suatu keuntungan atau hasil
yang lebih besar dari biaya modalnya.
5. Faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan:
1. Faktor kepadatan penduduk.
2. Faktor fisik lahan seperti ketinggian, kemiringan lahan, jenis tanah.
3. Faktor kebijakan penggunaan lahan.
4. Faktor sosial ekonomi.
6. Penggunaan lahan dikelompokkan menjadi 3 kelompok:
1. Lahan untuk tempat tinggal, usaha, pertanian, perikanan, dll.
2. Lahan sebagai kawasan hutan yang menopang kehidupan vegetasi dan satwa liar
3. Lahan sebagai daerah pertambangan
7. Degradasi Tanah
Degradasi lahan adalah hasil dari suatu proses yang mengakibatkan turunnya
kualitas lahan dan produktivitas potensial dari sebidang lahan yang bersangkutan
baik secara alami maupun akibat campur tangan manusia sehingga tidak dapat
berdaya guna secara maksimal dan lestari. Terjadinya degradasi lahan secara
ekstrim akan dapat menyebabkan lahan tidak dapat berproduksi sama sekali baik
secara alami maupun dengan pengelolaan.
8. Penyebab degradasi lahan
1. Erosi dan sedimentasi
2. Penggaraman (salinisasi)
3. Residu pestisida, pencemaran limbah anorganik dan logam berat industry
4. Penggunaan pupuk yang terkontrol
9. Pencemaran tanah
Adalah masuknya bahan atau zat ke dalam tanah sehingga konsentrasi zat tersebut
menjadi racun bagi tanaman dan biota tanah. Pencemaran ini biasanya terjadi
karena : kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masukanya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah;
air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung
dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
10. Penyebab terjadinya kerusakan lingkungan
1. Adanya aktivitas pertanian, pengolahan tanah yang berlebihan, pengelolaan
tanah dengan mengabaikan kaidah konservasi
2. Adanya aktivitas industri yang membuang limbah sembarangan/tanpa daur
ulang, hujan asam, adanya dampak rumah kaca
3. Akibatnya adanya urbanisasi : adanya limbah kota,konversi secara besarbesaran
lahan pertanian ke non pertanian.
11. Pelestarian produktivitas lahan
1. Evaluasi lahan Evaluasi lahan adalah proses pendugaan potensi dari sebidang
lahan untuk suatu macam penggunaan lahan yang telah dipertimbangkan. FAO
(1976), pada dasarnya menjelaskan bahwa evaluasi lahan merupakan proses
membandingkan antara kualitas lahan dengan persyaratan dari penggunaan lahan
yang bersangkutan, dan sebagai hasilnya harus dapat memberikan pilihan
penggunaan lahan dengan segala pertimbangannya (termasuk aspek ekonomi)
2. Evaluasi Kemampuan Lahan atau Klasifikasi Kemampuan Lahan (land
capability) adalah penilaian lahan secara sistematik dan pengelompokannya ke
secara lestari.
3. Klasifikasi kesesuain lahan (land suitability classification) adalah penilaian dan
pengelompokan lahan dalam arti kesesuain relative lahan bagi suatu penggunaan
tertentu. Dipengaruhi faktor ekonomi, kualitas lahan dan produktivitas lahan.
Kelompok :3
Anggota : Alifah Nuraini
Endang Puji Lestari
Ulil Albab
Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam
Semester/Prodi : 5/Ekonomi Pembangunan
DISKUSI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM

B. STUDI KASUS SUMBER DAYA ALAM TANAH (PELAKSANAAN


PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL
YOGYAKARTA – SOLO DI KABUPATEN BOYOLALI)
1. Pendahuluan
Pembangunan Infrastruktur Jalan Tol Kulon Progo Yogyakarta – Solo di Boyolali
merupakan salah satu program strategis nasional yang dijalankan pemerintah
sebagaimana diamanatkan di dalam Perpres Nomor 58 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Perpres Nomor 3 Tahun 2016.
PP Nomor 19 Tahun 2021 yang mengatur tentang penyelenggaraan pengadaan
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang diselenggarakan meliputi
tahapan perencanaan, persiapan dan pelaksanaan, serta penyerahan hasil.
Berdasarkan Perpres Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas
Perpres Nomor 3 Tahun 2016 yang memuat percepatan tentang Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional (PSN). Penyempurna dari Perpres Nomor 56 Tahun
2018 berkaitan dengan Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 3 Tahun 2016 yang
mencakup Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
2. Alur Pengadaan Tanah
a. Tahap Perencanaan
Rencana kegiatan pengadaan tanah bagi pembangunan Jalan Tol Kulon Progo
Yogyakarta – Solo di wilayah Kab. Boyolali seluas ±897.335 m² dari total
panjang Jalan Tol Solo-Jogja sekitar 35,6 KM.
b. Tahap Persiapan
Di dalam dokumen perencanaan pengadaan tanah telah disetujui maka
diajukan dokumen perencanaan tersebut kepada Gubernur Jawa Tengah.
Gubernur Jawa Tengah membentuk tim persiapan pengadaan tanah untuk
pembangunan Jalan Tol Kulon Progo Yogyakarta-Solo di Kab.Boyolali. Tim
persiapan memiliki tugas :
● Pemberitahuan rencana untuk pembangunan

● Pendataan awal pada lokasi rencana pembangunan

● Konsultasi publik atas rencana pembangunan


c. Tahap Pelaksanaan Pengadaan Tanah
Tahapan pelaksanaan tanah terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
● Inventarisasi serta identifikasi penguasaan, kepemilikan dan
pemanfaatan tanah
● Penilaian ganti rugi

● Musyawarah penetapan untuk ganti kerugian

● Pemberian hak ganti kerugian

● Pelepasan tanah kas desa


3. Hambatan Dalam Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Jalan
Tol Kulon Progo Di Kabupaten Boyolali
a. Satgas A (Tim Fisik) memiliki hambatan saat pencocokan dengan sertifikat
aslinya masih ditemukan sertifikat lama dimana sket desa yang gambarnya
masih manual karena pengukuran menggunakan alat digital sehingga terjadi
selisih saat perhitungan luas yang menjadi masalah dengan warga.
b. Satgas B (Tim Yuridis) memiliki hambatan dalam pendataan yang terkena
jalan tol, pengumpulan KTP, dan KK, Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
(SPPT) terhambat karena warga banyak yang tidak menyimpan arsip SPPT,
terjadi banyak kekeliruan dalam pengumpulan sertifikat.
c. Masyarakat banyak yang protes terkena dampak tol menanyakan
kelanjutannya, masyarakat mengeluh masalah ganti rugi tanaman, masyarakat
yang tidak tahu masalah pembacaan pengumuman ganti rugi sehingga terjadi
selisih tanah antara fisik dan sertifikat berbeda
d. Ahli waris yang karena perebutan pembagian harta warisan tanah yang terkena
jalan tol sehingga perselisihan antara pemilik SHM denganyang diberi kuasa
menyebabkan perseteruan dalam pembagian ahli waris
4. Penyelesaian Dalam Pelaksanaan Untuk Pembangunan Jalan Tol
a. Satgas A
● Pengukuran menggunakan alat digital RTK GNSS (Real Time
Kinematic Global Navigation Sattelite System) sehingga pengukuran
lebih akurat.
● Mendatangkan tetangga yang berbatasan saat pengukuran tanah
sehingga tidak terjadi kesalahan penunjukkan batas bidang.
b. Satgas B
● Pengumpulan data (KK, KTP, SPPT) bagi warga yang berada di luar
kota memerlukan waktu untuk menghubungi pemilik sertifikat.
● Inventarisas pendataan dalam poin-poin perhitungan volume oleh
Dinas Pekerjaan Umum membutuhkan sosialisasi mana yang termasuk
tanaman keras, bangunan dll.
● Warga didatangkan untuk memberitahukan pengumuman alur
pelaksanaan pembangunan Jalan Tol, kemudian diberikan sosialisasi
bagaimana pembacaan hasil inventarisasi dan identifikasi dari data
nominatif yang diumumkan.
● Tim memberikan informasi kepada masyarakat pada saat sosialisasi
jika sertifikat tanah yang telah digunakan sebagai agunan harus
didaftarkan roya di Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali sehingga
pada saat pengumpulan sertifikat tanah untuk ganti rugi tidak ada
kendala lagi.
● Perbedaan persepsi antara masyarakat dengan pemerintah tentang
perhitungan ganti rugi, penyelesaian oleh Tim penilai sesuai poin-poin
dan data identifikasi sehingga jika ada warga tidak setuju dengan harga
nilai tanah maka warga mengajukan peninjauan atas aset mereka
kembali sesuai prosedur pengadaan tanah selama masa pengumuman
berlaku
● Konflik antar ahli waris yang berhak menerima ganti rugi,
penyelesaianya bisa dengan musyawarah keluarga jika sampai batas
waktu yang telah ditentukan untuk ganti rugi belum ada mufakat antar
ahli waris maka uang ganti rugi akan dititipkan di Pengadilan Negeri
Boyolali.
d.
Kelompok :4
Anggota : Arista Ramadanika
Rizqi Ulul Azmi
Ahmad Fahrurozi
Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam
Semester/Prodi : 5/Ekonomi Pembangunan
DISKUSI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM

C. REVIEW: SUMBER DAYA TANAH (11 Desember 2022)


Mahasiswa yang menghadiri perkuliahan:
Kelompok 1 (Pendahuluan): Sopi Siti Sopiah, Putri Indah, Marifatun Nisa
Kelompok 2 (Presentasi): Mila Lutfifadila, Putri Lestari
Kelompok 3 (Studi Kasus): Alifah Nuraini, Endang Puji
Kelompok 4 (Review): Arista Ramadanika, Rizqi Ulul Azmi, Ahmad Fahrurozi
Presentasi:
Lahan atau land dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup
semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada diatas
dan dibawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi,
tumbuhan dan hewan serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia dimasa lalu
dan sekarang yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia
pada saat sekarang dan di masa mendatang.
Studi Kasus:
Pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol Yogyakarta-Solo di Kabupaten
Boyolali (pembebasan lahan yang akan digunakan untuk pembangunan jalan tol)
Masukan:

● Bahasa yang digunakan untuk presentasi jangan terlalu baku

● Pembuatan PPT menggunakan kata atau kalimat yang lebih singkat


Daftar pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan penggunaan lahan? (Alifah – kel. 3)
2. Apa daya dukung dalam pembangunan jalan tol? (Sopi – kel. 1)
3. Apakah pembangunan jalan tol sudah sesuai dengan pelestarian produktivitas lahan?
(Rizqi – kel. 4)
4. Bagaimana cara mencegah/menanggulangi kerusakan lingkungan? (Marifatun Nisa –
kel. 1)
Jawaban:
1. Kebijakan pengaturan penggunaan lahan merupakan kebijakan pemerintah daerah
yang diterapkan yaitu kebijakan mengenai penentuan batasan juga penggunaan lahan
untuk kawasan industri dan kebijakan mengenai perlunya swasembada pangan yang
memerlukan batasan luas penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian. (Putri Lestari,
kel. 2)
Contoh: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota mengeluarkan UKL/UPL, izin
gangguan
Provinsi mengeluarkan izin zonasi atau AMDAL
2. Diamanatkan dalam Perpres no 58 tahun 2017
Apapun pembangunan yang dilakukan memerlukan izin pemerintah
Istilah ganti rugi kurang tepat dalam pembebasan lahan, diganti menjadi ganti untung
karena pemerintah tidak hanya mengganti asset yang hilang tetapi juga mengganti
tatanan sosial, tatanan RT RW, dan tatanan desa yang hilang.
3. Menurut saya belum sesuai dengan pelestarian lahan karena dapat merusak
lingkungan akibat pengalihfungsian lahan menjadi tol dengan hal ini akan
mempercepat kerusakan lingkungan (Endang – kel. 3)
Sudah sesuai karena lahan atau hutan yang dijadikan jalan tol dapat meningkatkan
nilai ekonomis daripada saat lahan-lahan tersebut tidak terurus atau terbengkalai (Pak
Rijal)
4. Dilihat dari kerusakan atau faktor yang menyebabkan
Skala kecil (pertanian): on set dan offset
Skala industry: Dalam kontrak pembebasan lahan atau perizinan suatu industri
diwajibkan bahwa 30% dari asetnya berbentuk lingkungan hidup
Pembebasan lahan untuk jalan tol:
Jawaban kelompok 1: dibayar semuanya (100 m2)
Jawaban kelompok 2: dibayar semuanya (100 m2)
Jawaban kelompok 3: dibayar semuanya (200 m2)
Jawaban kelompok 4: dibayar 400 m2 sisanya dikelola pemilik
Area E ditentukan berdasarkan rapat antara pemerintah & masyarakat dibantu desa,
tergantung pada keadaan di lingkungan sekitar.

Kelompok 2
(Mila Lutfifadila)

Kelompok 3

(Alifah Nuraini)

Kelompok 4

(Arista Ramadanika)

Kelompok 1

(Sopi Siti Sopiah)


Rangkuman Tugas Diskusi
Kelompok :3
Anggota : Alifah Nuraini
Endang Puji Lestari
Ulil Albab
Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam
Semester/Prodi : 5/Ekonomi Pembangunan
DISKUSI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM

A. MATERI SUMBER DAYA AIR


1. Pengertian Sumber Daya Air
Sumber daya air adalah salah satu sumber daya alam yang berguna atau
potensial bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di berbagai sektor
kehidupan. Sumber daya air termasuk sumber daya alam yang tidak hidup
(abiotik) namun dapat diperbaharui (renewable resources). Secara garis besar,
potensi sumber daya air yang dimiliki oleh bumi adalah sebagai berikut air di
seluruh dunia terdiri dari 97% air laut dan 3% air tawar. Menurut Wolman (1962),
dari 3% air tawar yang ada tersebut, terbagi lagi dalam komposisi 75% sebagai es
dan glacier; 24% air bawah tanah; 0,3% air danau; 0,06% sebagai soil moisture;
0,35% air di atmosfer; dan 0,03% air di sungai-sungai dan lain-lainnya.
Berdasarkan penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air yang telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2019, sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam segala bidang. Secara kimia, air merupakan perpaduan dua atom
H (hidrogen) dan satu atom O (oksigen) dengan rumus molekul H2O. Di alam air
dapat ditemukan dalam bentuk padat, cair dan gas.
2. Sumber Persediaan Air
Sumber persediaan air, terdiri dari:
a. Air permukaan : meliputi air di sungai, danau, waduk yang menampung
dan mengalirkan air di permukaan bum
b. Air tanah : menampung di celah-celah lapisan pada batuan bawah tanah.
3. Penggunaan Air
Sumber daya air digunakan untuk :
• Keperluan Air Minum
• Rumah Tangga
• Irigasi
• Pemeliharaan Sungai
• Air Baku Untuk Industri
• Air Baku Perkotaan
• Transportasi
• Pariwisata
• PLTA
4. Pencemaran Air
Pencemaran air merupakan peristiwa masuknya zat atau komponen lain ke dalam
perairan.
5. Penyebab Pencemaran Air
pencemaran air dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
• Penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan.
• Kandang hewan peliharaan yang berdekatan dengan sungai membuat air
tercemar karena kotoran hewan dibuang ke sungai
• Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
• Sampah organik seperti air comberan menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya
oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
• Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti
logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut
memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang
dapat juga mengurangi oksigen dalam air
6. Akibat Pencemaran Air
• Erosi
• Dapat menyebabkan banjir
• Kekurangan sumber air
• Dapat membuat sumber penyakit
• Tanah Longsor
• Dapat merusak Ekosistem sungai
• Merusak tanaman yang disiram.
• Kerugian untuk Nelayan, Petani sayuran dan masyarakat yang tinggal dekat
pesisir sungai.
7. Pelestarian Air
• Menjaga Lingkungan
• Menghemat Penggunaan Air
• Mengadakan Penyuluhan
• Mengecek saluran pipa secara rutin
• Membuang Sampah Pada Tempatnya
• Mengadakan Reboisasi Hutan
• Membuang Sampah Pada Tempatnya
• Mengadakan Reboisasi Hutan
• Menciptakan lingkungan yang asri
• Menjaga kestabilan kesediaan air
Kelompok :4
Anggota : Arista Ramadanika
Rizqi Ulul Azmi
Ahmad Fahrurozi
Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam
Semester/Prodi : 5/Ekonomi Pembangunan
DISKUSI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM

B. STUDI KASUS SUMBER DAYA AIR (STUDI KASUS PENCEMARAN AIR


SUNGAI TELUK DALAM BANJARMASIN AKIBAT LIMBAH DOMESTIK)
1. Kondisi dan Penggunaan Ruang di Daerah Aliran Sungai
Berdasarkan PP 47 tahun 1997 tentang Tata Ruang Nasional yang mengatakan bahwa
sempadan garis sungai untuk kawasan diluar pemukiman adalah 50 – 100 m dan
untuk kawasan didalam pemukiman adalah 10 – 15 m.
Melihat kondisi pemukiman yang ada di Banjarmasin terutama pada daerah sungai
Teluk Dalam memiliki garis sempadan sungai < 10 m, jarak ini menyebabkan
masyarakat memiliki kontak langsung (dekat dengan sungai) yang memicu
masyarakat dengan mudahnya membuang limbah rumah tangga maupun limbah
anorganik serta pabrik.

2. Kondisi Sungai Teluk Dalam


1. Sungai yang semakin menyempit yang disebabkan oleh bangunan liar/ rumah
di bantaran sungai.
2. Banyaknya sampah di sungai karena sungai dijadikan sebagai pembuangan,
limbah rumah tangga, indutri maupun anorganik yang dibuang sembarangan.
3. Banyaknya bangunan jembatan penyebrangan yang mengakibatkan
terhentinya lalu lintas air di daerah hulu.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara sungai sebagai lahan
basah yang merupakan tampungan air dan mengatur suhu sekitarnya.
5. Penumpukan sampah mengakibatkaan adanya pengendapan, ditambah dengan
sedimentasi yang terjadi menambah berkurangnya fungsi sungai bahkan
mengakibatkan tidak berfungsinya sungai

3. Solusi Pencemaran Air


1. Hidrologi
Pembuangan limbah, sampah dan perlakuan tidak baik terhadap sungai
menyebabkan air menjadi berkualitas buruk. Maka diperlukannya perawatan atau
perlakuan yang baik terhadap air agar air tersebut bisa menjadi baik dan
berkualitas.
2. Ekologi
Bagian dalam komponen ini adalah flora dan fauna. Berkaitan dengan pencemaran
sungai, tentu flora dan fauna berpengaruh besar dalam pelestarian lingkungan.
Flora dan fauna menjaga agar ekosistem sungai tetap berjalan dengan mestinya
baik yang ada pada sungai maupun pada daerah sempadan sungai.
3. Sosial Budaya
Kekuatan ini sangat diperlukan karena manusia merupakan makhluk hidup utama
yang tinggal di sekitar sungai dan menggunakaan sumber daya air disungai
tersebut. Dengan memberikan pelatihan dan juga penyadaran kepada masyarakat
akan pentingnya menjaga lingkungan, hal ini dapat menggerakkan hati masyarakat
untuk bisa bergotong royong membersihkan dan menjaga sungai tetap bersih dan
mendorong kekuatan hidrologi maupun ekologi menjadi lebih kuat. Pergerakan
nyata yang dapat dilakukan dalam waktu dekat adalah mengadakan sosialisasi
untuk menyadarkan pentingnya menjaga sumber daya air (sungai) kepada
masyarakat.
Rangkuman Tugas Diskusi

Kelompok :1
Anggota : Ma’rifatun Nisa
Putri Indah
Sopi Siti
Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam
Semester/Prodi : 5/Ekonomi Pembangunan
DISKUSI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM

C. REVIEW HASIL DISKUSI (SUMBER DAYA AIR)

1. Materi Sumber Daya Air


Sumber daya air merupakan sumber daya alam yang tidak hidup namun dapat
diperbaharui yang berguna atau potensial bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari di berbagai sektor kehidupan. Sumber daya air yang dimiiki bumi terdiri
dari 97% air laut dan 3% air tawar. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019,
sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat
untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang.
Secara kimia, air merupakan perpaduan dua atom H (hidrogen) dan satu atom O
(oksigen) dengan rumus molekul H2O.
Sumber persediaan air:

●Air permukaan

●Air tanah

Penggunaan sumber daya air:

●Keperluan Rumah Tangga

●Air baku untuk industri, perkotaan

●Irigasi dan Pemeliharaan sungai

●Pariwisata dan Transportasi

●PLTA
Pencemaran air, adalah peristiwa masuknya zat atau komponen lain ke dalam
perairan. Penyebabnya :

●Penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan.

●Kotoran hewan dibuang ke sungai

●Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.

●Sampah organik.

●Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air.

Akibat pencemaran air:

●Bencana alam

●Kekurangan sumber air

●Sumber penyakit

●Merusak ekosistem sungai

●Merusak tanaman yang disiram.

●Kerugian untuk masyarakat yang tinggal dekat pesisir sungai.

Upaya untuk melestarikan sumber daya air:

●Menjaga lingkungan

●Menghemat penggunaan air

●Membuang sampah pada tempatnya

●Mengadakan reboisasi hutan

●Mengadakan penyuluhan

●Mengecek saluran pipa secara rutin


●Menciptakan lingkungan yang asri

●Menjaga kestabilan kesediaan air

2. Studi Kasus Sumber Daya Air (Studi Kasus Pencemaran Air Sungai Teluk Dalam
Banjarmasin Akibat Limbah Domestik)
Masyarakat dekat dengan sungai yang memicu masyarakat dengan mudahnya
membuang limbah rumah tangga maupun limbah anorganik serta pabrik.
Kondisi sungai Teluk Dalam:

●Sungai yang semakin menyempit

●Banyaknya sampah di sungai.

●Banyaknya bangunan jembatan penyebrangan

●Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara sungai

●Penumpukan sampah

Solusi pencemaran air sungai Teluk Dalam:

●Hidrologi, dengan cara perawatan yang baik terhadap air sungai.

●Ekologi, melesatarikan sungai dengan menjaga flora dan fauna yang hidup di sungai.

●Sosial budaya, memberikan pelatihan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga

lingkungan.

Sharing Session
Pengumpukan sampah akibat buang sampah sembarangan sudah menjadi kebiasaan
masyarakat yang sudah turun temurun dari kebiasaan orang terdahulu. Pertanyaannya,
bagaimana cara mengatasi kebiasaan tersebut dan mengubah statement masyarakat atas
perbuatan tersebut?
Solusi secara umum
●Memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga

lingkungan dan resiko kebiasaan tersebut jika terus dilakukan serta memberikan
pelatihan mengenai pemanfaatan sampah dengan cara daur ulang

●Memberikan sanksi, baik sanksi sosial maupun sanksi pidana

●Pemerintah lebih mempertegas peraturan mengenai penjagaan lingkungan serta

menindaklanjuti oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab atas kelestarian


lingkungan.
Secara sederhana, yaitu melalui pendekatan memposisikan diri dalam keadaan
yang sedang terjadi dengan cara:

●Mengamati lingkungan, kemudian memilah dan mengelompokan sampah-sampah

tersebut.

●Mendaur ulang sampah yang bisa dapat dimanfaatkan kenbali menjadi produk

ekonomis yang memiliki nilai harga jual.

●Memasarkan produk tersebut, salah satunya melalui situs online

Kelompok 1

(Sopi Siti Sopiah)

Kelompok 2 Kelompok 3

(Mila Lutfifadila) (Alifah Nuraini)


●Mengedukasi melalui pelatihan-pelatihan

Kelompok 4

(Arista Ramadanika)
Rangkuman Tugas Diskusi
Kelompok :4
Anggota : Arista Ramadanika
Rizqi Ulul Azmi
Ahmad Fahrurozi
Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam
Semester/Prodi : 5/Ekonomi Pembangunan
DISKUSI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM

A. MATERI SUMBER DAYA HUTAN


1. Pengertian
Menurut UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, Hutan adalah suatu kesatuan
ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak
dapat dipisahkan.

2. Fungsi Hutan
Fungsi hutan yaitu sebagai berikut:
1. Habitat kehidupan liar
2. Penghasil kayu bakar, kayu gergajian dan produk kertas
3. Tempat rekreasi
4. Daur ulang global untuk air, oksigen, karbon dan nitrogen
5. Menyerap, menahan dan melepas asecara perlahan siklus air sehingga mengurangi
erosi dan banjir
Untuk keperluan pengelolaan hutan di Indonesia, hutan dibedakan menjadi 4 menurut
fungsi bio ekonominya (Karden E.S. Manik, 1986):
1. Hutan Lindung: adalah kawasan hutan yang berfungsi untuk mengatur tata-air,
mencegah banjir dan erosi, serta mempertahankan kesuburan tanah.
2. Hutan Suaka Alam: adalah kawasan hutan yang karena sifatnya yang khas secara
khusus diperuntukkan bagi perlindungan dan pelestarian sumber daya plasma
nutfah dan penyangga kehidupan.
3. Hutan Wisata: adalah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus untuk
dibina dan dipelihara guna kepentingan wisata, pengembangan ilmu pengetahuan
dan pendidikan.
4. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna memproduksi
hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat, industri, dan ekspor. Untuk
keperluan pengus ahaan ini, dikenal adanya 3 macam hutan produksi, yakni Hutan
Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas, dan Hutan Konversi

3. Pengelolaan Sumber Daya Hutan


Undang-Undang No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan menggunakan istilah
Pengurusan Hutan untuk menggambarkan manajemen sumber daya hutan.
Pengurusan hutan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya serta serbaguna dan lestari untuk kemakmuran rakyat.

4. Perencanaan Kehutanan
Perencanaan kehutanan meliputi kegiatan-kegiatan:
1. Inventarisasi hutan
2. Pengukuhan Kawasan hutan
3. Penatagunaan kawasan hutan
4. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan
5. Penyusunan rencana kebutuhan

5. Pengelolaan Hutan
Pengelolaan hutan meliputi kegiatan-kegiatan:
1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
2. Pemanfaatan hutan dan penggunaan Kawasan hutan
3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan
4. Perlindungan hutan dan konservasi alam

6. Pengawasan Hutan
Dalam melaksanakan kegiatan pengawasan kehutanan, pemerintah dan pemerintah
daerah berwenang melakukan pemantauan, meminta keterangan, dan melakukan
pemeriksaan atas pelaksanaan pengurusan hutan. Pemerintah dan masyarakat
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan hutan yang berdampak
nasional maupun internasional.

7. Arah Pembangunan Kehutanan Jangka Panjang


Pembangunan kehutanan dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian
sebagai berikut:
1. Sumberdaya hutan dikelola secara optimal sesuai dengan daya dukungnya.
2. Ekonomi masyarakat terutama pada masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan
sumberdaya hutan meningkat sampai dengan taraf sejahtera.
3. Produk hukum di bidang kehutanan yang berkeadilan ditegakan dan diterapkan
secara konsisten.
4. Kewenangan dan tanggungjawab di bidang kehutanan didelegasikan secara
bertahap
5. Pengelolaan sumberdaya hutan yang optimal didukung dengan IPTEK, SDM yang
profesional dan sarana/prasarana yang memadai.
Kelompok :1

Anggota : Ma’rifatun Nisa


Putri Indah
Sopi Siti
Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam
Semester/Prodi : 5/Ekonomi Pembangunan
DISKUSI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM

B. STUDI KASUS SUMBER DAYA HUTAN (ANALISIS KEBAKARAN HUTAN


DAN LAHAN DI PROVINSI RIAU)

Kebakaran hutan dan lahan adalah bencana alam yang sering terjadi di Indonesia,
terutama pada musim kemarau. Kebakaran ini menyebabkan kerusakan lingkungan yang
sangat besar, kerugian ekonomi, dan masalah sosial. Faktanya, kebakaran hutan dan lahan
yang besar mengakibatkan dampak asap yang menghancurkan di luar batas administrasi
negara (bencana transnasional). Menurut Kementerian Kesehatan (2015) kebakaran hutan
dan lahan yang terjadi pada tahun 2015 di beberapa provinsi, seperti Riau, Jambi, dan
Sumatera Selatan, menyebabkan bencana terburuk dalam 18 tahun, yang menyebabkan
polusi udara parah di beberapa negara Asia Tenggara.
Secara ekologis, penurunan luas hutan dan degradasi lahan akibat kebakaran
menimbulkan risiko dan ketidakpastian dalam pemulihan kondisi ekosistem, hilangnya
nilai penggunaan kayu dan hutan non-kayu di masa depan dan hilangnya nilai yang
diharapkan dari keanekaragaman hayati yang saat ini belum dimanfaatkan.
Faktor pendorong yang mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan dan lahan di
Provinsi Riau dikelompokkan menjadi:
1. Faktor biofisik lingkungan
Secara umum, karakteristik biofisik lingkungan yang mempengaruhi kebakaran
hutan dan lahan adalah tutupan lahan, curah hujan, ketinggian, kemiringan lahan,
jaringan sungai dan aksesibilitas jalan.
Di beberapa spesifik lokasi di Sumatera dan Kalimantan, terjadinya kebakaran
sangat dipengaruhi oleh kondisi tutupan lahan dan jenis tanah, yang sangat berkaitan
dengan ketersediaan biomassa yang menjadi salah satu komponen utama terjadinya
kebakaran.
Berdasarkan analisis data titik panas multiwaktu tahun 2007 hingga 2015, lebih
dari 77.3% kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Provinsi Riau terjadi di lahan
gambut. Hal ini terjadi disebabkan lahan gambut yang berada pada kondisi kering
sangat mudah untuk terbakar dibandingkan dengan lahan tanah mineral.
Pengembangan hutan tanaman industri, perkebunan sawit dan budidaya pertanian
lainnya di lahan gambut dengan menggunakan sistem kanal untuk mengatur tinggi
muka air sangat rentan menyebabkan kebakaran, terutama bila pembangunan kanal di
lahan gambut ini tidak dilakukan secara terpadu dalam satu hamparan lahan. Hal ini
disebabkan kanal yang dibangun pada lahan gambut tersebut akan diikuti dengan aliran
air keluar dari areal gambut menuju kanal yang mengakibatkan lahan gambut menjadi
kering dan menjadi sangat mudah terbakar.
Kebakaran lahan di Provinsi Riau sangat mudah terjadi pada areal yang dapat
diakses oleh masyarakat, sehingga adanya jaringan jalan dapat meningkatkan akses
terhadap lahan yang akan dibuka. Ketersediaan akses jalan yang dapat dipergunakan
oleh masyarakat, meningkatkan peluang terjadinya kebakaran.
Selain faktor biofisik lingkungan, kondisi iklim juga merupakan faktor alam yang
menjadi pemicu kebakaran hutan dan lahan, seperti musim kemarau berkepanjangan
(ekstrem).
2. Faktor sosial ekonomi
Masalah kebakaran lahan dan hutan di Sumatra sangat erat kaitannya dengan
faktor sosial ekonomi dan perilaku yang disengaja, baik oleh masyarakat maupun
perusahaan. Dalam rangka efisiensi biaya, masyarakat dan para pelaku bisnis sering
melakukan aktivitas pembersihan lahan (land clearing) dengan cara sangat tidak ramah
lingkungan, yakni berupa aktivitas pembakaran yang akhirnya berujung pada kebakaran
lahan dan hutan di sekitar areal perkebunan.
Kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau terjadi hampir setiap tahun, terutama
di musim kemarau. Salah satu penyebabnya adalah aktivitas masyarakat dalam
mengolah lahan pertanian/perkebunan dengan menggunakan metode tebas-bakar (slash
and burn). Perilaku tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain:
keterbatasan tenaga kerja, keterbatasan mobilitas menuju lahan serta keterbatasan
modal, sehingga pembakaran adalah salah satu cara penyiapan lahan yang paling
mudah dan murah.
Faktor manusia sebagai penyebab utama bencana asap, melalui pembakaran lahan
yang dilakukan baik secara sporadis maupun sistematis. Tidak adanya rasa memiliki
(sense of belonging) dan kurangnya rasa tanggungjawab (sense of responsibility) dalam
menjaga kelesatarian ekologi, merupakan bentuk perubahan budaya yang tidak toleran
terhadap alam. Secara sadar ataupun tidak, masyarakat pada umumnya telah memilih
tindakan eksploitasi lahan sebagai upaya mengejar peningkatan taraf hidup dari kondisi
kemiskinan yang selama ini dialami. Petani mulai menerapkan sistem nilai budaya
industri yang menekankan kepentingan individual-personal, komersial, dan eksploitatif
terhadap sumberdaya.
Kasus kebakaran hutan di Indonesia secara signifikan dipengaruhi oleh 8
variable, dimana diantaranya adalah jarak dari pemukiman. Beberapa kasus kejadian
kebakaran di Provinsi Riau terjadi di areal perusahaan atau sekelompok orang yang
mengatasnamakan kelompok masyarakat yang memiliki Hak Guna Usaha (HGU) dan
daerah kawasan konservasi tertentu yang dikuasai atau dikelola oleh perusahaan.
Faktor kesengajaan dalam kebakaran hutan dan lahan pada umumnya terkait
dengan konflik penguasaan lahan. Dalam menyikapi klaimlahan dan konflik
berkepanjangan yang dilakukan masyarakat terhadap perusahaan, baik karena alasan
“genuine” maupun alasan “oportunis”, perusahaan HTI di Provinsi Riau memilih
mengeluarkan wilayah yang dipersengketakan dari perusahaan dan mengusulkannya
menjadi daerah enclave. Konflik juga dapat terjadi antara masyarakat yang dapat
memanen hasil kebun dengan yang tidak dapat memanen hasil kebun karena
tanamannya rusak akibat berbagai faktor.
3. Faktor kebijakan dan alokasi ruang
Beberapa faktor kebijakan yang mempengaruhi tingginya tingkat kebakaran hutan
dan lahan di Provinsi Riau antara lain:
a. Provinsi Riau belum memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang definitif
(baru disahkan pada tahun 2018)
b. Tidak tegasnya pemerintah dalam menangani kawasan sebagai berikut :
- Kawasan eks konsesi kehutanan (HPH) yang sampai saat ini tidak jelas statusnya.
- Kawasan sempadan sungai.
- IUPHHK-HT/HA yang telah keluar izinnya tetapi tidak diusahakan.
Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah masih terkesan enggan
mengalokasikan anggaran yang memadai untuk program-program pencegahan
kebakaran hutan dan lahan. Secara umum besaran nilai anggaran untuk pencegahan
kebakaran hutan dan lahan serta bencana asap masih dianggap kurang memadai
dibandingkan dengan alokasi anggaran untuk pemadaman api. Pendekatan kebijakan
kebakaran hutan dan lahan selama ini terkesan masih sangat sektoral.
Pendekatan kebijakan dalam menangani kebakaran hutan dan lahan seharusnya
tidak hanya bersifat jangka pendek dan kasuistik, namun juga perlu memerhatikan
berbagai potensi pemicu kebakaran secara komprehensif berbasis pengetahuan yang
kuat. Sebagian orang beranggapan bahwa masalah kebakaran hutan dan lahan adalah
persoalan yang mekanistis sehingga dapat diselesaikan dengan instrumen teknis.
Berdasarkan faktor biofisik lingkungan, sosial ekonomi dan kebijakan dan tata
ruang terhadap sebaran titik panas, maka secara singkat dapat digambarkan bahwa jarak
beberapa parameter atau input variabel memiliki keterkaitan yang cukup signifikan dengan
terjadinya kebakaran lahan (titik panas).
Beberapa kebijakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan
yang diperlukan, antara lain :
a. Pemerintah harus segera mengeluarkan kebijakan untuk meregistrasi dan mengatur
pemanfaatan lahan-lahan hutan yang terdegradasi atau yang secara de facto telah
beralih fungsi kepada lembaga di tingkat tapak (desa, koperasi, atau kelompok tani)
yang bertanggung jawab terhadap keamanan dan pengelolaan lahan. Kebijakan tersebut
sangat penting untuk mencegah terjadinya open acces lahan hutan yang sangat rawan
terhadap perambahan dan berbagai kepentingan dari “penumpang gelap” yang
memanfaatkan kawasan hutan secara ilegal dan tidak bertanggungjawab.
b. Kebijakan pembukaan lahan tanpa bakar, yang didukung dengan adanya kebijakan
pemanfaatan limbah vegetasi/biomassa untuk keperluan bahan baku industri perkayuan
yang terintegrasi dengan RPBI (Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri, Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota maupun provinsi terkait kebijakan
peremajaan kebun (replanting) secara serentak dalam suatu hamparan lahan tertentu.
Hal ini penting agar limbah biomassa hasil peremajaan kebun dapat dimanfaatkan
secara efektif, efisien dan memenuhi skala keekonomian
c. Penegakan hukum yang jelas dan tepat sasaran.
d. Kepastian pola penggunaan dan fungsi ruang.
Kelompok :2
Anggota : Mila Lutfifadila
Putri Lestari
Andre Julian Pratama
Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam
Semester/Prodi : 5/Ekonomi Pembangunan
DISKUSI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM
C. REVIEW PERKULIAHAN EKONOMI SUMBER DAYA ALAM HUTAN
Hari/Tanggal : Rabu, 07 Desember 2022
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Blended (Offline di kampus ruang A7 dan online via Google Meet)
Pembagian Tugas Kelompok :
- Pembukaan : Alifah Nuraini, Endang Puji Lestari
- Pemateri : Arista Ramadanika, Rizqi Ulil Azmi
- Studi Kasus : Sopi Siti Sopiah, Putri Indah Ayuningtyas. Ma’rifatun Nisa
- Review : Mila Lutfifadila, Putri Lestari
Mahasiswa yang tidak hadir : Andre Julian Pratama, Ahmad Fahruroji, Ulil Albab F.
Pokok Pembahasan :
Sumber Daya Hutan Materi :
- Hutan merupakan kesatuan ekosistem yang merupakan hamparan lahan dan berisi
sumber daya alam hayati berdominasi pepohonan.
- Hutan berfungsi untuk habitat kehidupan liar, daur ulang oksigen, penghasil kayu,
tempat rekreasi, dll.
- Menurut fungsinya hutan dibedakan menjadi 4 yaitu hutan lindung, hutan suaka
alam, hutan wisata, hutan produksi.
Studi Kasus :
- Judul : Akses dan Pengelolaan Sumber Daya Hutan Pada Masyarakat Lokal di
Kabupaten Manokwari.
- Secara umum, kawasan hutan di kabupaten manokwari masih terpelihara baik.
- Kontribusi sumber daya hutan terhadap peningkatan ekonomi daerah dan
masyarakat lokal : Distribusi sektor kehutanan masih relatif kecil.
Diskusi :
Permasalahan hutan di Papua : Kontribusi hutan terhadap ekonomi masyarakat masih
kurang. Penguasaan hutan oleh beberapa pengusaha mengurangi ruang gerak
masyarakat. Selain itu, adanya adat istiadat maka masyarakat disana tidak terlalu
menanfaatkan hutan sebagai komersial saja melainkan untuk kebutuhan sehari-hari.
Pertanyaan diskusi dari Bapak Rijal Pamungkas, M.Ec.Dev.
Jawaban dari Kelompok yang membahas studi kasus (Sopi, Indah, Nisa)
Tanda tangan : Pembukaan Pemateri Studi Kasus Review

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

(Sopi Siti Sopiah) (Mila Lutfifadila) (Alifah Nuraini) (Arista Ramadanika)


Rangkuman Tugas Diskusi
Kelompok :1
Anggota : Ma’rifatun Nisa
Putri Indah
Sopi Siti
Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam
Semester/Prodi : 5/Ekonomi Pembangunan
DISKUSI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM
A. MATERI SUMBER DAYA UDARA
1. Pengertian Sumber Daya Udara
Udara merupakan kumpulan dari berbagai macam gas yang melayang di
permukaan bumi. Kumpulan gas yang terkandung dalam udara dapat berubah-ubah
komposisinya sesuai dengan tinggi permukaan tanah. Sumber daya udara
adalah sumber daya alam abiotik yang tidak terbatas jumlahnya

2. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya, unsur-unsur berbahaya
ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan,
gangguan pada kesehatan manusia serta secara umum menurunkan kualitas lingkungan.
Pencemaran udara dapat terjadi di mana-mana.
Pencemaran udara selain menyebabkan penyakit bagi manusia, juga mengancam
secara langsung eksistensi tumbuhan dan hewan, maupun secara tidak langsung
ekosistem di mana mereka hidup. Beberapa unsur pencemar (pollutant) kembali ke
bumi melalui deposisi asam atau salju yang mengakibatkan sifat korosif pada
bangunan, tanaman, hutan, di samping itu juga membuat sungai dan danau menjadi
suatu lingkungan yang berbahaya bagi ikan-ikan karena nilai pH yang rendah.
Pencemaran juga mengubah struktur atmosfir bumi sehingga membuka celah
masuknya bahaya radiasi sinar matahari (ultra violet). Dan pada waktu yang
bersamaan, keadaan udara yang tercemar merupakan fungsi insulator yang mencegah
aliran panas kembali ke ruang angkasa, dengan demikian mengakibatkan peningkatan
suhu bumi. Proses inilah yang dikenal sebagai greenhouse effect (efek rumah kaca).
Para ilmuwan memperkirakan bahwa peningkatan suhu bumi, atau yang diistilahkan
sebagai global warming, pada akhirnya akan mempengaruhi banyak hal.
3. Zat-zat Pencemaran Udara
Terdapat banyak zat-zat pencemar udara yang dapat diidentifikasi, namun
beberapa di antaranya yang utama adalah:

a. Karbonmonoksida
WHO telah membuktikan bahwa karbonmonoksida yang secara rutin mencapai
tingkat tak sehat di banyak kota dapat mengakibatkan kecilnya berat badan janin,
meningkatnya kematian bayi dan kerusakan otak, tergantung pada lamanya seorang
wanita hamil terekspos, dan tergantung pada konsentrasi polutan di udara. Asap
kendaraan merupakan sumber hampir seluruh karbon monoksida yang dikeluarkan
di banyak daerah Perkotaan. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida
yang berhasil tergantung terutama pada pengendalian emisi otomatis seperti
pengubah katalis, yang mengubah sebagian besar karbon monoksida menjadi karbon
dioksida. Kendali semacam itu secara nyata telah menurunkan emisi dan kadar
konsentrasi karbon monoksida yang menyelimuti kota-kota di seluruh dunia industri.

b. Nitrogen oksida
Nitrogen oksida yang terjadi ketika panas pembakaran menyebabkan bersatunya
oksigen dan nitrogen yang terdapat di udara memberikan berbagai ancaman bahaya.
Zat nitrogen oksida menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi di atmosfir,
zat ini membentuk partikel-partikel nitrat amat halus yang menembus bagian
terdalam paru-paru. Partikel-partikel nitrat ini pula, jika bergabung dengan air baik
air di paru-paru atau uap air di awan akan membentuk asam.
Selain itu, zat-zat oksida ini juga bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar
dan zat-zat hidrokarbon lain di sinar matahari dan membentuk ozon rendah atau "smog"
kabut berwarna coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota di dunia.

c. Sulfur dioksida
Emisi sulfur dioksida terutama timbul dari pembakaran bahan bakar fosil yang
mengandung sulfur terutama batubara yang digunakan untuk pembangkit tenaga
listrik atau pemanasan rumah tangga. Gas yang berbau tajam tapi tak bewarna ini
dapat menimbulkan serangan asma karena gas ini menetap di udara, bereaksi dan
membentuk partikel-partikel halus dan zat asam.

d. Partikulat Matter
Zat ini sering disebut sebagai asap atau jelaga. Benda-benda partikulat ini sering
merupakan pencemar udara yang paling kentara, dan biasanya juga paling
berbahaya.
Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal,
tetapi yang paling berbahaya adalah "partikel-partikel halus" butiran-butiran yang
begitu kecil sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Sebagian besar
partikel halus ini terbentuk dengan polutan lain, terutama sulfur dioksida dan oksida
nitrogen, dan secara kimiawi berubah dan membentuk zat-zat nitrat dan sulfat.

e. Hidokarbon
Zat ini kadang-kadang disebut sebagai senyawa organik yang mudah menguap,
dan juga sebagai gas organik reaktif. Hidrokarbon merupakan uap bensin yang tidak
terbakar dan produk samping dari pembakaran tak sempurna.

f. Ozon
Ozone berasal dari kata kerja bahasa yunani yang artinya "mencium", merupakan
suatu bentuk oksigen alotropis (gabungan beberapa unsur) yang setiap molekulnya
memuat tiga jenis atom. Formula ozon adalah 03, berwarna biru pucat, dan
merupakan gas yang sangat beracun dan berbau sangit. Ozone mendidih pada suhu -
111,9°C (-169.52°F), mencair pada suhu -192,5°C (-314,5°F), dan memiliki
gravitasi 2.144. Ozon cair berwarna biru gelap, dan merupakan cairan magnetis kuat.
Ozon terbentuk ketika percikan listrik melintas dalam oksigen. Adanya ozon dapat
dideteksi melalui bau (aroma) yang ditimbulkan oleh mesin-mesin bertenaga listrik.
Secara kimiawi, Ozon lebih aktif ketimbang oksigen biasa dan juga merupakan agen
oksidasi yang lebih baik. Biasanya ozon digunakan dalam proses pemurnian
(purifikasi) air, sterilisasi udara, dan pemutihan jenis makanan tertentu.
Di atmosfir, terjadinya ozon berasal dari nitrogen oksida dan gas organik yang
dihasilkan oleh emisi kendaraan maupun industri, dan ini berbahaya bagi kesehatan
di samping dapat menimbulkan kerusakan serius pada tanaman. Pentingnya
pengaturan kadar nitrogen oksida yang dilepas ke udara oleh, misalnya, pembangkit
listrik tenaga batubara adalah untuk menghindari terbentuknya ozon yang dapat
menimbulkan penyakit pernafasan seperti bronkitis maupun asma.

g. Timbal
Logam berwarna kelabu keperakan yang amat beracun dalam setiap bentuknya ini
merupakan ancaman yang amat berbahaya bagi anak di bawah usia 6 tahun, yang
biasanya mereka telan dalam bentuk serpihan cat pada dinding rumah. Logam berat
ini merusak kecerdasan, menghambat pertumbuhan, mengurangi kemampuan untuk
mendengar dan memahami bahasa, dan menghilangkan konsentrasi. Bahkan ekspose
dengan tingkat yang amat rendah sekalipun tampaknya selalu di asosiasikan dengan
rendahnya kecerdasan. Karena sumber utama timbal adalah asap kendaraan
berbahan bakar bensin yang mengandung timbal, maka polutan ini dapat ditemui di
mana ada mobil, truk, dan bus.
Di samping timbal, banyak sekali zat beracun lain menambah beban kandungan
polutan di daerah perkotaan. Zat-zat ini mulai dari asbes dan logam berat (seperti
kadmium, arsenik, mangan, nikel dan zinc) sampai bermacam-macam senyawa
organik (seperti benzene, hidrokarbon lain dan aldehida).

4. Akibat Pencemaan Udara

a. Hujan asam
Hujan asam merupakan istilah umum untuk menggambarkan turunnya asam dari
atmosfer ke bumi. Sebenarnya turunnya asam dari atmosfer ke bumi bukan hanya
dalam kondisi "basah" tetapi juga "kering". Sehingga dikenal pula dengan istilah
deposisi (penurunan/pengendapan) basah dan deposisi kering.
Deposisi basah mengacu pada hujan asam, kabut dan salju. Ketika hujan asam ini
mengenai tanah, ia dapat berdampak buruk bagi tumbuhan dan hewan, tergantung
dari konsentrasi asamnya, kandungan kimia tanah, buffering capacity (kemampuan
air atau tanah untuk menahan perubahan pH), dan jenis tumbuhan/hewan yang
terkena.
Deposisi kering mengacu pada gas dan partikel yang mengandung asam. Sekitar
50% keasaman di atmosfer jatuh kembali ke bumi melalui deposisi kering.
Kemudian angin membawa gas dan partikel asam. Ketika hujan turun, partikel asam
yang menempel tersebut akan terbilas, sehigga menghasilkan air permukaan (runoff)
yang asam.
Hujan asam terjadi ketika gas-gas tersebut di atmosfer bereaksi dengan air,
oksigen, dan berbagai zat kimia yang mengandung asam. Sinar matahari
meningkatkan kecepatan reaksi mereka. Hasilnya adalah larutan Asam Sulfat dan
Asam Nitrat (konsentrasi rendah).

b. Penipisan lubang ozon


Ozon di lapisan atas (lapisan stratosfer), terbentuk secara alami, dan melindungi
bumi. Namun zat kimia buatan manusia telah merusak lapisan tersebut, sehingga
menimbulkan penipisan lapisan ozon.
Zat kimia itu dikenal dengan ODS (ozone-depleting substances), diantaranya
chlorofluorocarbons (CFCs), hydrochlorofluorocarbons (HCFCs), halons, methyl
bromide, carbon tetrachloride, dan methyl chloroform. Zat perusak ozon tersebut
sebagian masih digunakan sebagai bahan pendingin (coolants), foaming agents,
pemadam kebakaran (fire extinguishers), pelarut (solvents), pestisida (pesticides),
dan aerosol propellants.
Penipisan lapisan ozon pelindung akan meningkatkan jumlah radiasi matahari ke
bumi yang dapat menyebabkan banyak kasus kanker kulit, katarak, dan pelemahan
sistem daya tahan tubuh. Terkena UV berlebihan juga dapat menyebabkan
peningkatan penyakit melanoma, kanker kulit yang fatal.

5. Penyebab Terjadinya Pencemaran Udara oleh Manusia

a. Industri
Sektor industri merupakan penyumbang pencemaran udara melalui penggunaan
bahan bakar fosil untuk pembangkit tenaga. Salah satu penyebab meningkatnya
pencemaran udara di Indonesia adalah urbanisasi dan industrialisasi yang tumbuh
dengan cepat tetapi tidak dibarengi dengan pengendalian pencemaran yang memadai
dan efisien dalam penggunaan bahan bakar fosil. Dalam upaya penanggulangan
pencemaran udara, penanggung jawab kegiatan industri wajib antara lain :

● Melengkapi industrinya dengan fasilitas untuk pengukuran emisi gas buang dan

fasilitas pengukuran udara ambien.

● Hasil pemantauan yang dilakukan oleh industri dilaporkan kepada Pemda

Kabupaten/Kota, yaitu Bapedal Kabupate/Kota dengan tembusan kepada KLH


setiap 6 bulan sekali untuk pengukuran yang dilakukan secara manual, dan setiap
3 bulan sekali untuk industri yang memiIiki fasiltas CEM.
b. Emisi karbon bermotor
Kegiatan transportasi memberikan kontribusi terbesar terhadap pencemaran
udara. Emisi kendaraan yang dikeluarkan melalui knalpot berupa senyawa kimia yang
berbahaya bagi atmosfir berasal dari proses pembakaran adalah karbon dioksida,
karbon monoksida, nitrogen oksida, sulfur dioksida, dan beberapa partikel mikro seperti
timbal sebagai campuran bahan bakar.

6. Dampak Pencemaran Udara


Pencemaran udara lebih mempengaruhi anak-anak ketimbang orang dewasa.
Terutama kepada anak-anak miskin, karena kondisi lingkungannya, mereka terekspos
pada lebih banyak jenis polutan dan tingkat pence-maran yang lebih tinggi.
Beberapa studi membuktikan bahwa anak-anak yang tinggal di pinggiran kota
dengan tingkat pencemaran udara lebih tinggi mempunyai paru-paru lebih kecil, lebih
sering tidak bersekolah karena sakit, dan lebih sering dirawat di rumah sakit.
Rendahnya berat badan anak-anak dan kecilnya organ-organ pertumbuhan mereka
memberi resiko yang lebih tinggi pula bagi mereka. Demikian pula kebiasaan mereka
seperti bayi menghisap sembarang benda yang tercemar, anak-anak yang lebih besar
bermain-main di jalanan yang dipenuhi asap kendaraan dan buangan hasil pembakaran
bermuatan timbal.
Kelompok :2
Anggota : Mila Lutfifadila
Putri Lestari
Andre Julian Pratama
Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam
Semester/Prodi : 5/Ekonomi Pembangunan
DISKUSI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM
B. STUDI KASUS PENCEMARAN UDARA AKIBAT AKTIVITAS PLTU DI
KABUPATEN CILACAP
1. Pendahuluan
Masalah pencemaran udara merupakan masalah yang setiap tahunnya selalu terjadi,
hal ini dikarenakan meningkatnya perkembangan teknologi yang sangat pesat seperti
semakin banyaknya pabrik-pabrik industri yang didirikan yang menghasilkan limbah
dan menimbulkan polusi udara juga dari hasil proses kegiatan dari pabrik-pabrik
tersebut. Alhasil udara bersih yang sebagai sumber pernapasan menjadi tercemar yang
bisa menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia dan juga dapat merusak
lingkungan ekosistem.
Hingga saat ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk akan diikuti oleh
pertumbuhan sektor lain seperti industri dan transportasi, kondisi ini memberikan
dampak positif terhadap perekonomian tetapi di sisi lain juga memberi dampak
negatif berupa pencemaran udara akibat kegiatan industri yang ada di sekitar kita
2. Permasalahan yang terjadi
Ratusan warga Desa Karangkandri Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap,
ramairamai warga menggeruduk kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Mereka
menggelar aksi unjuk rasa di halaman kantor yang berada di Jalan MT Haryono No 79
Cilacap dengan memanfaatkan bak mobil pick up untuk berorasi, lengkap dengan
pengeras suara dan poster. Kedatangan mereka yaitu untuk memprotes dampak
pencemaran udara yang diduga akibat dari aktivitas pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) di dekat hunian mereka yang dikelola oleh PT Sumber Segara Primadaya
(S2P).
Selain melakukan demonstrasi di depan kantor Dinas Linkungan Hidup, warga juga
melakukan audensi kepada Bupati Cilacap untuk segera menangani permasalahan ini.
Warga juga mendesak agar tempat penampungan limbah B3 dipindahkan, pasalnya
tempat penampungan hanya berjarak sekitar 50 meter dari pemukiman warga
sehingga menimbulkan pencemaran udara di sekitarnya. Disebutkan bahwa ribuan
warga di lima desa terdampak debu sisa pembakaran batu bara, tiga desa terdekat
dengan PLTU yaitu Karangkandri, Slarang dan Menganti, serta dua desa lain yang
turut terdampak ialah Kuripan Kidul dan Kalisabuk. Kemudian akibat dari kegiatan
PLTU itu juga air tanah atau air sumur yang digunakan seharihari sebagai kebutuhan
utama oleh warga juga ikut tercemar, dimana air tersebut berubah menjadi keruh dan
kering sehingga akan berbahaya bagi kesehatan apabila dikonsumsi.
3. Penyebab pecemaran udara
Faktor yang menyebabkan pencemaran udara oleh PLTU ini yaitu dari bahan bakar
fosil untuk batubara yang ketika melakukan pengisian ke bungker partikel-partkel
mikro batu bara sangat bertebaran yang menyebabkan partikel-partikel tersebut
berterbangan masuk ke rumah-rumah warga dan terhirup, kemudian setelah diteliti
terdapat kandungan berbahaya seperti polutan dan karbon dioksida dalam partikel
mikro tersebut. Hal itu yang menyebabkan rumah menjadi selalu kotor dan
terganggunya pernafasan warga masyarakat sekitar.
4. Penyelesaian :
a. Memprioritaskan rekruitmen tenaga kerja untuk Ring 1 melalui perangkat desa.
b. Melakukan penghijauan di sekitar daerah terdampak dengan penanaman pohon
peneduh dan pohon produktif
c. Melakukan penyiraman dan penutupan timbunan (covering) fly ash dan bottom ash
pada ash pond.
d. Melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai yang tercantum dalam
dokumen AMDAL
e. Melakukan tindakan lain yang dianggap perlu untuk kenyamanan warga
f. Memenuhi kebutuhan air bersih melalui jaringan distribusi PDAM dan instalasi
sambungan rumah dengan biaya dari pihak PLTU Cilacap dan biaya pemakaian akan
ditanggung selama proyek embangunan unit 1.000 MW PLTU Cilacap (2 tahun).
g. Melaksanakan pengobatan gratis secara berkala kepada masyarakat terdampak,
bekerjasama dengan puskesmas, dan bila diperlukan untuk pengobatan lanjutan maka
pihak PLTU siap membantu atas sepengatuhan pemerintah desa setempat
h. Melakukan pengelolaan di ash pond
i. Membayar ganti rugi atas biaya pembuatan dan pendalaman sumur warga
terdampak yang sudah dilakukan selama mengalami kekurangan air.
j. Permintaan ganti rugi air galon dan biaya pengobatan dari masyarakat terdampak
akan diberikan dalam bentuk program pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat.
Kelompok :3
Anggota : Alifah Nuraini
Endang Puji Lestari
Ulil Albab
Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya Alam
Semester/Prodi : 5/Ekonomi Pembangunan
DISKUSI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM

C. REVIEW MATERI SUMBER DAYA ALAM UDARA


1. MATERI :
● Udara merupakan kumpulan dari berbagai macam gas yang melayang di permukaan
bumi.
● Pencemaran udara merupakan masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke
dalam atmosfer yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan,
gangguan kesehatan manusia serta secara umum menurunkan kualitas lingkungan
● Zat-zat yang dapat menyebabkan pencemaran udara :

⮚ Karbonmonoksida

⮚ Venus

⮚ Sulfurdioksida

⮚ Partikulat matter (asap)

⮚ Hidrokarbon

⮚ Ozon

⮚ Timbal

⮚ Asbes dan logam berat

⮚ Senyawa organik

● Akibat pencemaran udara:

⮚ Hujan asam

⮚ Penipisan lubang ozon


● Dampak pencemaran udara : dapat mempengaruhi anak-anak karena kondisi
lingkungan yang membuat mereka terekspos lebih banyak jenis polutan dan tingkat
pencemaran yang tinggi.

STUDI KASUS :

Analisis Pencemaran Udara Akibat Pabrik Aspal

● Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41


Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran. Udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
● Salah satu pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh industri adalah pencemaran
udara oleh asap yang timbul dari proses pengolahan atau hasil industri. Kegiatan
industri menyebabkan pencemaran udara karena menimbulkan asap sebagai sumber
titik dengan konsentrasi yang cukup tinggi.
● Analisis yuridis tentang Pencemaran Udara Akibat Pabrik Aspal :

⮚ Pengelolaan serta pengendalian pencemaran udara sangat diperlukan agar


dampak pencemaran udara tidak terlalu parah
⮚ Pemantauan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien yang merupakan suatu
ukuran pada batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau
yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam udara ambien
● Tujuan pemantauan kualitas udara ambien :
1. Mendapatkan data pemantauan kualitas udara yang mewakili ruang dan waktu
sebagai dasar pengambilan keputusan.
2. Menetapkan status mutu udara ambien daerah.
3. Bahan pertimbangan dalam menetapkan baku mutu udara ambien (selanjutnya
disebut BMUA) daerah.
4. Mengevaluasi efektivitas kebijakan pengendalian pencemaran udara.
5. Mengamati kecederungan pencemaran udara pada daerah yang diamati.
6. Memvalidasi model dispersi pencemaran udara untuk memprediksi kontribusi
sumber pencemar dan jenis pencemarnya.
7. Memprediksi mutu udara di masa depan
● Ketentuan Teknis Pemantauan Kualitas Udara ambien :
Ketentuan teknis pemantauan kualitas udara ambien yaitu dengan memperhatikan
lokasi pemantauan kualitas udara ambien, terdapat dua prinsip umum penempatan
stasiun pemantau kualitas udara, yaitu pada daerah di mana terdapat reseptor yang
akan terkena dampak dan pada daerah di mana diperkirakan terdapat sumber dan
konsentrasi pencemar yang tinggi.
● Jenis lokasi pemantauan
● Pusat kota,
● Latar kota,
● Sub urban
● Tepi jalan (roadside
● Sisi jalan (kerbside
● Industri,
● Pedesaan (rural)

PERTANYAAN/SARAN/KRITIKAN/MASUKAN :

● Dalam studi kasus harus mengena atau tertuju dengan jelas, sebaiknya mencantumkan
nama perusahaan atau PT
● Studi kasus lain, contohnya pencemaran udara akibat peternakan ayam karena
berdampak langsung terhadap masyarakat sekitar
● Standar udara yang baik harus diukur dengan cara melibatkan masyarakat secara
langsung dan melakukan uji lab untuk mengukur seberapa besar pencemaran udara

Kelompok 1

(Sopi Siti Sopiah)

Kelompok 2

(Mila Lutfifadila)

Kelompok 3
(Alifah Nuraini)

Kelompok 4

(Arista Ramadanika)

Anda mungkin juga menyukai