Anda di halaman 1dari 10

Kerangka Acuan Kerja

KAJIAN TIPOLOGI DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN


PERTAMBANGAN DI KABUPATEN MOROWALI

DIREKTORAT PENGENDALIAN KERUSAKAN LAHAN


DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
KEMENTRIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

TAHUN ANGGARAN 2023


I. PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu
lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Lempeng Indo-
Australia bertumbukan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa,
dan Nusa Tenggara. Lempeng Pasifik bertumbukan dengan lempeng Eurasia di
utara Papua dan Maluku. Tumbukan lempeng-lempeng di Indonesia membentuk
rangkaian pegunungan yang sebagian menjadi gunung berapi di sepanjang
Pulau Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara. Dampak dari kondisi geologis
Indonesia ini yaitu munculnya fenomena tektonisme karena tumbukan lempeng-
lempeng di Indonesia, yang menyebabkan material penyusun dan bentuk lahan
di Indonesia sangatlah komplek. Dampak positif dari kompleknya rangkaian
proses geologi yang menyertainya mengakibatkan Indonesia sangat kaya akan
keragaman mineral batuan penyusunnya. Kenyataan tersebut membuat
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya dalam sumber daya alamnya,
salah satunya pertambangan. Dimana, Indonesia memiliki banyak cadangan
mineral tambang dan hampir semua provinsi memiliki barang tambang dengan
berbagai kegunaan.
Indonesia, menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menduduki peringkat
ke-6 sebagai negara yang kaya akan sumber daya tambang. Selain itu, dari
potensi bahan galiannya untuk batubara, Indonesia menduduki peringkat ke-3
untuk ekspor batubara, peringkat ke-2 untuk produksi timah, peringkat ke-2 untuk
produksi tembaga, peringkat ke-6 untuk produksi emas. Dengan profil yang
demikian, Indonesia menjadi negara yang sangat menjanjikan bagi kalangan
pelaku industri pertambangan untuk bisa berinvestasi di Indonesia. Pengelolaan
yang baik akan membuat sektor pertambangan tidak hanya memberikan
konstribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, lapangan kerja.
Namun, banyaknya potensi sumber daya alam di sektor pertambangan ini akan
menjadi sia-sia, dan berdampak negatif dari sisi lingkungan apabila tidak dikelola
dengan bijak.

Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah tengah ramai diperbincangkan publik


karena adanya aktivitas pertambangan. Pertambangan nikel di kedua provinsi
tersebut justru menimbulkan kerusakan lingkungan. Sulawesi Tenggara
merupakan salah satu provinsi yang kondisi lingkungannya terganggu karena
aktivitas tambang. Di Kabupaten Morowali, kerusakan ini berpengaruh terhadap
terumbu karang tertutup (lumpur) sehingga mempengaruhi hasil nelayan.
Bencana banjir terjadi sebagai dampak deforestasi dari masifnya aktivitas
tambang nikel.

Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan
fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi
penggunannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi yang terbentuk
secara alami maupun akibat pengaruh manusia. Lahan Rusak adalah Lahan
yang tidak dapat berfungsi lagi sebagai media produksi untuk menumbuhkan
tanaman yang dibudidayakan atau yang tidak dibudidayakan. Kerusakan lahan
menyebabkan terganggunya fungsi lahan baik dari segi iklim (suhu,
kelembaban, curah hujan, angin, sinar matahari), relief (penampilan permukaan

2
tanah dalam hal bentuk, orientasi, ukuran, ketinggian, dan kemiringan), aspek
geologi (tata guna lahan, batuan/tanah sedimen, pengaruh pengambilan air
tanah berlebihan), dan hidrologi (run off, infiltrasi, aliran air permukaan).
Dalam kurun waktu tahun 2015 hingga 2022 Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan, telah melakukan upaya pemulihan lahan khususnya di
lahan bekas kegiatan tambang masyarakat seluas 218,2 Ha pada lokasi.
Kegiatan ini ditujukan untuk memulihkan kembali fungsi ekosistem yang telah
rusak akibat kegiatan pertambangan, namun juga memberikan manfaat ekonomi
bagi masyarakat sekitar. Kegiatan pemulihan yang telah dilakukan, di beberapa
tempat terbukti telah menumbuhkan perekonomian masyarakatdan utamanya
adalah dapat mengalihkan mata pencaharian sebagian masyarakat yang semula
bergerak di kegiatan pertambangan menjadi kegiatan positif lainnya.
Berdasarkan pengalaman sukses yang telah dilakukan di beberapa lokasi
tersebut diharapkan kedepan dapat menjadi contoh bagi kegiatan pemulihan
lahan bekas tambang lainnya. Peran serta berbagai pihak diharapkan dapat ikut
berkontribusi dalam mengembangkan kegiatan yang sudah ada dan mereplikasi
keberhasilan yang telah berjalan, untuk dapat dilakukan di tempat lainnya.

I.2. TUJUAN DAN SASARAN


I.2.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun pemetaan karakteristik kerusakan
akibat pertambangan untuk memberikan rekomendasi yang diperlukan untuk
program pemulihan lahan bekas tambang secara Nasional.

I.2.2. Sasaran
Sasaran penyusunan kajian tipologi dampak lingkungan pertambangan adalah
sebagai berikut :
(1) Tersedianya informasi mengenai karakteristik kerusakan lingkungan akibat
pertambangan yang berupa :
a. Aspek Iklim.
Aspek iklim ini meliputi curah hujan, suhu, kelembaban, angin, tekanan
udara dan penyinaran matahari. Aspek iklim ini akan berpengaruh
terhadap pengelolaan air hujan. Pengelolaan air hujan adalah upaya dan
kegiatan untuk mempertahankan kondisi hidrologi alami, dengan cara
memaksimalkan pemanfaatan air hujan, infiltrasi air hujan, dan menyimpan
sementara air hujan untuk menurunkan debit banjir melalui optimasi
pemanfaatan elemen alam dan pemanfaatan elemen buatan. Pengelolaan
bisa dilakukan dengan membuat bangunan untuk pengumpulan dan
pemanfaatan, infiltrasi, dan detensi air hujan.
b. Aspek Relief
Aspek Relief ini meliputi aspek topografi, kelerengan, pola aliran air
(sistem drainase) yang akan berpengaruh terhadap pengelolaan
sedimentasi, erosi dan longsor. Pengelolaan dapat dilakukan dengan
melakukan pengelolaan melalui konservasi tanah baik secara vegetatif
maupun teknik sipil.
c. Aspek Geologi

3
Aspek geologi ini meliputi aspek struktur tanah, mikrobiologi tanah dan
ekosistem pendukung. Pengelolaan aspek geologi ini berpengaruh
terhadap pengelolaan keanekaragaman hayati, tata guna lahan dan
kesuburan tanah. Pengelolaan dapat dilakukan melalui pengelolaan
bukaan lahan, top soil dan keanekaragaman hayati yang mendukung
ekosistem alami dan endemik.
d. Aspek Hidrologi
Aspek Hidrologi ini meliputi aspek arah aliran air, tekanan air tanah, dan
berdasarkan dugaan kedalaman air tanah. Pengelolaan dapat dilakukan
melalui penghitungan neraca air dan pengelolaan aliran air permukaan
untuk antisipasi banjir, erosi dan tanah longsor.
(2) Tersedianya Informasi Geospasial Tematik (IGT) karakteristik kerusakan yang
terdiri :
a. IGT Penutupan Lahan (Time Series)
b. IGT Kawasan Hutan Indonesia
c. IGT Rencana Tata Ruang Provinsi seluruh Indonesia
d. IGT Wilayah Usaha Pertambangan
e. IGT Izin Usaha Pertambangan
f. IGT Geomorfologi untuk erosi tanah dan gerak massa tanah
g. IGT Hidrogeologi
(3) Tersusunnya laporan hasil kerja sesuai dengan tugas yang dilaksanakan.

II. KELUARAN
Keluaran yang diharapkan dari Tim Penyusun adalah
1. Peta Indikatif Kerusakan Lahan dari aspek iklim, geologi, relief dan hidrologi
2. Laporan berupa data dan analisis 4 aspek kerusakan

III. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


1) Persiapan dan Perencanaan Kerja
2) Studi Pustaka untuk menetapkan model Analisis dalam Penyusunan Peta Indikatif
Kerusakan Lahan.
3) Pengumpulan IGT Penyusun Peta Kerusakan Lahan yang terdiri :
a. IGD Peta Rupa Indonesia , BIG skala 1 : 50.000
b. IGT Penutupan Lahan (Time Series)
c. IGT Kawasan Hutan Indonesia
d. IGT Rencana Tata Ruang Provinsi seluruh Indonesia
e. IGT Wilayah Usaha Pertambangan
f. IGT Izin Usaha Pertambangan
g. IGT Geomorfologi untuk erosi tanah dan gerak massa tanah
h. IGT Hidrogeologi
4) Analisis dan Penyusunan Peta Kerusakan Lahan dengan menggunakan Sistem
Informasi Geografi.
5) Representasi data
6) Menyusun Laporan Hasil Kerja sesuai dengan tugas yang dilaksanakan.

IV. PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Pelaksanaan pekerjaan ini menggunakan pendekatan metodologi Sistem Informasi Geografi
dan Penginderaan Jauh, dengan tahapan analisis sebagai berikut :

4
Gambar 1 Diagram Alur Penyusunan Peta Kerusakan Lahan

Dalam pengolahan data tersebut mempertimbangkan beberapa aspek antara lain :

1. Kelas tekstur tanah

5
2. Faktor geomorfologi dan erosi

6
7
8
V. KEBUTUHAN TENAGA AHLI

Tenaga Ahli Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (1 Orang)


Untuk melaksanakan pekerjaan ini diperlukan Tenaga Ahli Geografi dengan kualifikasi
sebagai berikut :
1) Pendidikan minimal S2 Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan/Ilmu
Lingkungan/Geografi
2) Memiliki pengalaman dalam penggunaan tools analisis dan pemodelan lingkungan.
3) Memiliki pengalaman dalam penyusunan dokumen lingkungan.
4) Memahami analisa dan pengelolaan Data Geospasial dengan Sistem Informasi
Geografi dan Penginderajaan Jauh.
5) Mampu mengkoordinasikan tim dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan dan
sasaran pekerjaan;
6) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik dalam perkembangan hasil pekerjaan
kepada pengguna
7) Memiliki kemampuan yang baik dalam penyusunan laporan, bahan
presentasi/paparan serta dapat memvisualkannya menjadi infografis yang
komunikatif menjadi nilai tambah, mampu menerjemahkan konsep dan hasil
analisis ke dalam desain;

Tenaga Ahli Geografi ( 1 Orang)


Untuk melaksanakan pekerjaan ini diperlukan Tenaga Ahli Geografi dengan kualifikasi
sebagai berikut :

9
1) Pendidikan minimal S1 Geografi
2) Memiliki pengalaman dalam desain dan perancangan kawasan minimum 3 Tahun;
3) Mampu melakukan analisis Geospasial dengan Sistem Informasi Geografi dan
Penginderajaan Jauh.
4) Mampu bekerja sama dalam tim atau bekerja secara mandiri;
5) Memiliki kemampuan yang baik dalam penyusunan laporan, bahan
presentasi/paparan serta dapat memvisualkannya menjadi infografis yang
komunikatif menjadi nilai tambah, mampu menerjemahkan konsep dan hasil analisis
ke dalam desain;

Tenaga Pendukung
Untuk melaksanakan pekerjaan ini diperlukan Tenaga Pendukung sebagai berikut :
1) Operator SIG (2 orang)
2) Administrasi dan operator Komputer (1 Orang)

VI. DURASI/PELAKSANAAN PEKERJAAN


Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini adalah selama 2 (dua) bulan
terhitung dari April 2023 sampai dengan Mei 2023.

VII. PEMBEBANAN BIAYA


Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan: APBN Satker Ditjen Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Tahun Anggaran 2023 Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktorat Pengendalian Kerusakan Lahan.
Nilai Pagu Anggaran adalah Rp. 100.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah).

10

Anda mungkin juga menyukai