Oleh:
Kelompok pH Eh EC
V. Pembahasan
Tanah sampel di Desa Sukoharjo memiliki kandungan pH sebesar 6,53. Dalam
artian tanah di Desa Sukoharjo termasuk dalam golongan netral. Tanah dengan
kandungan pH netral cenderung lebih subur dan mendukung pertumbuhan tanaman
dengan baik. Dari tabel diatas selain Desa Sukoharjo yang memiliki kandungan pH
yang netral tanah di Taman Sejarah Patimura dan Desa Glawan juga memiliki
kadungan pH tanah yang netral di bandingkan di Jl. Suropati No. 17, Togaten yang
memiliki tingkat pH tanah sebesar 7,59 termasuk basa, tanah dengan kandungan pH
yang tinggi tidak begitu subur untuk ditanami. pH juga sangat penting untuk
menentukan ada atau tidaknya unsur yang beracun yang ada di dalam tanah. Jika tanah
memiliki kandungan asam yang tinggi, berarti tanah tersebut mempunyai kandungan
asam sulfat yang tinggi. Sedangkan tanah dengan kandungan basa berarti kandungan
garam tinggi. jika kadar asam sulfat dan garam yang tinggi akan menjadi racun bagi
tanaman. Sebagian besar tanaman dapat mentolerir pH tanah yang sangat rendah atau
tinggi, asalkan tanah mempunyai unsur hara yang cukup (Susanto,2005).
Pada pratikum saat ini di peroleh hasil seperti pada tabel di atas nilai Eh pada
Desa Sukoharjo 35, 1 lebih tinggi dibandingkan di daerah lainnya. Pada taman sejarah
patimura EH sebesar 1,4. Pada Desa Glawan hanya -6,0 dan di Jl. Suropati No. 17,
Togaten sebesasr -24,5. Memurut Ponnamperuma (1978) , nilai EH yang tinggi dan
positif menunjukkan kondisi oksidatif, sebaliknya nilai EH yang rendah bahkan negatif
menunjukkan kondisi reduktif.
Pada Desa Sukoharjo EC tanah memiliki nilai 559 lebih tinggi dibandingkan
dengan Desa Glawan dan Taman Sejarah Patimura. Namun pada Jl. Suropati No. 17,
Togaten dengan hasil 689 lebih tinggi di bandingkan di Desa Sukoharjo. Perbedaan EC
pada suatu daerah biasanya terjadi karena adanya perbedaan pada tingkat ketersediaan
air di suatu daerah tersebut. Jika kandungan air pada daerah tersebut semakin rendah
maka kandungan garam pada tanah yang ada di suatu daerah maka akan meningkat.
electrical conductivity (EC) mempunyai pengaruh yang negatif, di mana semakin
tinggi electrical conductivity dalam tanah, maka akan menurunkan kesuburan tanah.
Electrical conductivity berkaitan erat dengan pH tanah dan kandungan unsur hara
(akumulasi garam), di mana mikroorganisme tanah pada umumnya tidak dapat
bertahan hidup pada pH tanah yang terlalu asam maupun basa serta pada tanah dengan
nilai EC tinggi.(Budhisurya, Anggono, and Simanjuntak 2013).
VI. Kesimpulan
1. Tanah sampel di Desa Sukoharjo memiliki kandungan pH sebesar 6,53.
Dalam artian tanah di Desa Sukoharjo termasuk dalam golongan netral. Di
taman sejarah patimura sebesar 6,90, Desa Glawan sebesar 7,11, dan Jl.
Suropati No. 17, Togaten 7,59.
2. Pada pratikum saat ini di peroleh hasil seperti pada tabel di atas nilai Eh pada
Desa Sukoharjo 35, 1 lebih tinggi dibandingkan di daerah lainnya. Pada taman
sejarah patimura EH sebesar 1,4. Pada Desa Glawan hanya -6,0 dan di Jl.
Suropati No. 17, Togaten sebesasr -24,5.
3. Pada Desa Sukoharjo EC tanah memiliki nilai 559 lebih tinggi dibandingkan
dengan Desa Glawan dan Taman Sejarah Patimura. Namun pada Jl. Suropati
No. 17, Togaten dengan hasil 689.
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah : Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.
Rhoades, J.D. 1996. Salinity : Electrical conductivityand total dissolved solids. Di dalam : DL
Spark,editor. Methods of Soil Analysis: Chemical Methods Part 3. Winconsin (US) :
American Society of Agronomy. hlm 417-435.
Sugeng, P. 2013. Pengukuran pH, Bahan Organik, ktk dan KB. Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Kedungwaru, BPP. 2013. Cara Menanggulangi Tanah Masam
Chaudari R.P., Ahire D.V., Chkravarty M., Maity S. 2014. Electrical conductivity as a tool for
determining the physical properties of indian soils.
VIII. Laporan Sementara dan Lampiran
a. Laporan Sementara
b. Lampiran