Anda di halaman 1dari 5

I.

Tanggal Praktikum : 4-6 Mei 2018

II. Judul Praktikum : Aktivitas Harian Hewan

III. Tujuan Praktikum :

Untuk dapat mengetahui dasar-dasar metode pengamatan perilaku kelompok

hewan (aktivitas hewan).

IV. Dasar Teori :


Terdapat tujuh perilaku N. Coucang yaitu travelling (bergerak berpindah

tempat), Feeding (makan), Forage (mencari pakan), Grooming (menelisik), Active

(perilaku ketika terlihat bergerak dan diam tidak bergerak selama lebih dari satu

menit dengan mata terbuka dengan dan tanpa melakukan aktivitas), inactive (perilaku

ketika terlihat diam tidak bergerak atau duduk di suatu dahan selama lebih dari satu

menit dengan mata tertutup) dan others yaitu defekasi (pembuangan feses)

(Matondang, 2018:43).

Aktivitas harian kera ekor panjang (M. fascicularis) di Taman Wisata Alam

Sangeh didominasi oleh perilaku bergerak, kemudian berturut-turut diikuti oleh

perilaku istirahat, makan, grooming, mendekap di dada, objek manipulasi, cuddling,

agresif, sedangkan perilaku yang paling jarang dilakukan adalah kawin. Berdasarkan

perbedaan jenis kelamin individu dewasanya, perilaku istirahat, makan, bergerak,

agresif, objek manipulasi dan kawin di dominasi oleh kera jantan dewasa, sedangkan

perilaku mendekap di dada, cuddling, dan grooming di dominasi oleh kera betina

dewasa (Saputra, 2014:17).


Hasil pengamatan aktivitas harian pada tangaksi diperoleh hasil yaitu : makan

(1,5%), mencari makan (8,5%), berpindah (26,8%), instirahat (57,5%) dan sosial

(5,5%). Aktivitas makan akan berlangsung ketika tangkasi berusaha dan berhasil

menangkap mangsa dan memakannya. Tangkasi merupakan salah satu spesies sosial

yang dalam aktivitasnya banyak melakukan interaksi dengan individu lain dalam

kelompok (Manori, 2014:127).

Dalam beberapa spesies ritme aktivitas harian dapat dipicu oleh isyarat

lingkungan. Sebagai contoh, aktivitas serangga tongkat Carausius morosus langsung

dipengaruhi oleh perubahan harian dalam intensitas cahaya. Pada sebagian spesies

lain, ritme sikardian ini tidak hanya merupakan respon timbulnya siang hari atau

kegelapan (Leksono, 2017:50).

Karena perubahan aktivitas fisik mengubah nilai penguatan makanan, Epling

dan Perce (1984) beralasan bahwa kejadian anoreksia akan meningkat dengan

kesempatan untuk aktivitas fisik. Kenyataannya, inilah yang terjadi karena jumlah

waktu yang dapat dijalankan hewan di atas roda mereka bervariasi dalam berbagai

nilai. Dalam penelitian ini, tikus jantan dewasa secara acak ditugaskan untuk satu

kondisi kegiatan resmi. Jumlah waktu yang dapat dijalankan hewan di atas roda

adlah 2, , 12, 18, atau 22 jam sehari (Epling, 2013:29-30).

V. Alat dan Bahan :

1. GPS Garmin 60 csx 5. Formalin 7-10%


2. Kompas 6. Alat tulis
3. Teropong 7. Buku identifikasi
4. Kamera
VI. Cara Kerja :

1. Dilakukan pengamatan aktivitas harian pada sekelompok primata di suatu

tempat secara menetap dengan teknik scan sampling (mengamati selayang

pandang terhadap sekelompok hewan).

2. Dilakukan pencatatan aktivitas dan jumlah hewan yang melakukan

aktivitas tertentu.

3. Dilakukan pengamatan aktivitas seperti aktivitas makan, aktivitas minum,

aktivitas interaksi sosial, aktivitas parental care (mengasuh anak), aktivitas

istirahat dan reproduksi.

4. Pengamatan dilakukan dengan metode statis.

VII. Hasil Pengamatan :


VIII. Pembahasan :
IX. Kesimpulan :
X. Daftar Pustaka :

Epling W F. 2013. Activity Anorexia: Theory, Research, and Treatment. USA:


Publishers.
Leksono, A. S. 2017. Ekologi Akrthropoda. Malang: UB Press.

Manori, O. S. F. dkk. 2014. Pola Aktivitas Harian Tangkasi (Tarsius spectrum) Di


Taman Marga Satwa Naemundung Kota Bitung. Jurnal Mipa Unsrat Online.
Vol 3(2): 125-128.

Matondang, N. F. dkk. 2018. Penggunaan Ruang Kukang Sumatera (Nycticebus


coucang) Pelepasliaran International Animal Rescue Indonesia (IARI) di Hutan
Lindung KPHL Batutegi Blok Kalijernih Tanggamus Lampung. Jurnal Sylva
Lestari.Vol 6(1): 39-49.

Saputra, K. G. W. dkk. 2014. Aktivitas Harian Kera Ekor Panjang (Macaca


fascicularis) Di Taman Wisata Alam Sangeh, Kabupaten Badung, Bali. Jurnal
Biologi. Vol 18(2): 14-18.

Anda mungkin juga menyukai