Upik Kurniaty Br Lase 220910204 Olivia Angelina Panjaitan 220910208 Monica Clara P. Panjaitan 220910217 Elisabet Jojor Rumahorbo 220910223 Monika S. Br Sinulingga 220910227 Debby Sintia Sinaga 220910235 Lestarina Tamba 220910237
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS MEDAN 2023 A. Identitas Jurnal Identitas Jurnal Pertama Judul Jurnal Aktivitas Harian Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor Penulis Dany Kurniawan, Jani Master, dan Elly Lestari Rustiati Volume/No Vol.2, No.1 Halaman 526-532 Tahun Terbit 2015 ISSN 978-602-70530 Link Jurnal https://jurnal.polinela.ac.id/PROSIDING/article/view/574
Identitas Jurnal Kedua
Judul Jurnal Simpanan Karbon Dalam Biomassa Pohon Di Hutan Kota Kebun Binatang Bandung Penulis Yonky Indrajaya dan Soleh Mulyana Volume/No Vol.72, No.3 Halaman 550-560 Tahun Terbit 2017 ISSN 978–602–361 Link Jurnal https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/91 72/semnasgeo2017_48.pdf?sequence=1
Identitas Jurnal Ketiga
Judul Jurnal Persepsi Masyarakat lokal terhadap dampak industri pariwisata taman safari Indonesia ditinjau dari konsep pembangunan berkelanjutan. Penulis Siti Halumiah, Arya Hadi Dharmawan, Eka Intan Kumala Putri Volume/No Vol.4, No.2 Halaman 126-135 Tahun Terbit 2014 ISSN 2086-4639 Link Jurnal https://jurnal.pancabudi.ac.id/index.php/fastek/article/download/22 11/2031/
Identitas Jurnal Keempat
Judul Jurnal Tingkah Laku Makan Rusa Sambar (Cervus unicolor) dalam konservasi Ex-situ di kebun binatang Surabaya. Penulis Vina Sita dan Aunurohim Volume/No Vol.2, No.1 Halaman E 171-E 176 Tahun Terbit 2013 ISSN 2337-3520 Link Jurnal https://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/view/3968 B. Rimgkasan Isi Jurnal Rimgkasan Isi Jurnal Pertama Pendahuluan Orangutan sumatera (Pongo abelii) adalah satu dari dua jenis orangutan yang endemik di Indonesia. Selain orangutan sumatera, Indonesia juga memiliki orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) yang endemik di Pulau Kalimantan. Orangutan sumatera liar hampir tidak pernah ke lantai dasar hutan sebagai perilaku anti predator yakni harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Orangutan sumatera berayun dari satu pohon ke pohon lain. Satwa tersebut lebih banyak melakukan aktivitas pada siang hari atau diurnal. Prayogo, dkk., (2014) menyatakan bahwa orangutan sumatera merupakan jenis kera besar, primata terbesar di Indonesia yang hidup dan bersarang di pohon dan bersifat arboreal. Dalam lingkup global, satwa ini merupakan satu dari lima jenis kera besar di dunia. Metode Penelitian Pengamatan aktivitas harian orangutan sumatera dilakukan dengan metode Scan Sampling yang dikombinasikan dengan metode One-Zero Sampling. Pencatatan data dilakukan secara instantanaeous (Paterson, 1992), yakni setiap aktivitas masing-masing individu dicatat dengan interval waktu sepuluh menit pada tabulasi data. Parameter penelitian ini, antara lain persentase frekuensi aktivitas istirahat, aktivitas makan, aktivitas eliminatif, aktivitas sosial, aktivitas kawin, dan aktivitas lokomosi. Perhitungan persentase frekuensi aktivitas setiap individu menggunakan rumus sebagai berikut (Martin dan Batesson, 1988): Hasil dan Pembahasan Aktivitas dengan persentase frekuensi paling tinggi yang dilakukan oleh orangutan sumatera di Taman Safari Indonesia adalah aktivitas lokomosi sebesar 45,37% yang mencakup berayun (16,84%), memanjat (8,85%), dan berjalan (19,68%), sedangkan aktivitas dengan persentase frekuensi paling rendah adalah aktivitas kawin sebesar 0,40% yang mencakup masturbasi (0,26%) dan kopulasi (0,14%). Pada aktivitas lokomosi aktivitas gerak berpindah yang dilakukan oleh individu dari satu pohon ke pohon lain atau dari satu tempat ke tempat lain merupakan aktivitas lokomosi (Linburg, 1980). Tingginya frekuensi aktivitas lokomosi menandai bahwa orangutan sumatera aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan beberapa cara, yakni berayun, memanjat, dan berjalan. Pada aktivitas istirahat total merupakan aktivitas satwa dengan posisi badan seperti duduk, diam tidak bergerak, dan tidur. Aktivitas istirahat total biasanya dimulai sejak sore hari hingga pagi hari di dalam kandang tidur. Aktivitas istirahat total ini tidak teramati karena pengamatan hanya dilakukan di kandang peragaan. Aktivitas istirahat sementara merupakan keadaan satwa yang diam di suatu tempat di antara aktivitas lainnya, baik dalam posisi duduk, maupun berbaring. Aktivitas istirahat sementara ini biasa dilakukan pada siang hari. Aktivitas istirahat orangutan sumatera dapat dipengaruhi oleh cuaca, suhu, dan kelembaban lingkungan kandang peragaan. Pada aktivitas makan memiliki persentase frekuensi sebesar 21,98% mencakup mengkode (1,31%), menangkap (1,62%), mengambil (3,62%), mengupas (3,06%), mengunyah (6,38%), dan menelan (5,99%). Mengkode dimaksudkan ketika orangutan sumatera memberikan isyarat atau kode berupa gerakan menjulurkan tungkai depan, bertepuk dengan dua tungkai depan sesekali waktu atas perintah atau dengan sendirinya, dan atau meludah kepada orang-orang (keeper dan pengunjung) yang berada di sekitar kandang peragaan orangutan sumatera sebagai tanda untuk meminta pakan. Menangkap pakan adalah bagian dari aktivitas makan orangutan sumatera untuk mendapatkan pakan yang dilempar oleh keeper. Pada aktivitas sosial orangutan sumatera merupakan satwa yang bersifat soliter atau menyendiri di habitat alaminya. Akan tetapi berbeda dengan orangutan sumatera di kebun binatang. Satwa tersebut dapat hidup berkelompok karena telah dilakukan penggabungan satu kandang dalam waktu yang lama. Pada umumnya, penggabungan terdiri atas satu individu jantan dengan beberapa individu betina. Hal ini untuk menghindari konflik antar sesama jantan. Aktivitas sosial orangutan sumatera di Taman Safari Indonesia sebesar 8,85% mencakup grooming (menelisik) 0,57% dan bermain 8,28%. Aktivitas eliminatif terdiri dari urinasi (1,02%) dan defekasi (0,37%). Urinasi merupakan aktivitas mengeluarkan sisa metabolisme berupa urin dari dalam tubuh, sedangkan defekasi ialah aktivitas mengeluarkan feses. Terkadang, urinasi dan defekasi dilakukan secara bersamaan. Mengingat lokasi penelitian berada di dataran tinggi yang bersuhu rendah, suhu rendah ini menyebabkan frekuensi urinasi tinggi. Dan pada aktivitas kawin dengan persentase frekuensi sebesar 0,40% meliputi kopulasi (0,14%) dan masturbasi (0,26%). Kopulasi merupakan aktivitas kawin yang ditandai dengan masuknya alat kelamin satwa jantan ke alat kelamin satwa betina. Aktivitas kopulasi adalah hal yang normal dalam aktivitas seksual atau kawin, sedangkan aktivitas seksual yang abnormal yakni masturbasi, aktivitas seksual dengan menggunakan jari-jari tungkai, baik tungkai depan maupun belakang ataupun menggunakan alat bantu lain yang berada di dalam kandang peragaan. Kesimpulan Ada enam aktivitas harian orangutan sumatera di Taman Safari Indonesia yang diamati diurutkan dari persentase frekuensi tertinggi ke terendah, adalah sebagai berikut aktivitas lokomosi sebesar 45,37%mencakup berjalan (19,68%), berayun (16,84%), dan memanjat (8,85%); aktivitas istirahat sebesar 22,01%baik dalam posisi duduk (18,87%) maupun berbaring (3,14%); aktivitas makan sebesar 21,98% meliputi mengkode (1,31%), menangkap (1,62%), mengambil (3,62%), mengupas (3,06%), mengunyah (6,38%), dan menelan (5,99%); aktivitas sosial sebesar 8,85% meliputi bermain (8,28%) dan grooming (0,57%); aktivitas eliminatif sebesar 1,39% yang terdiri dari urinasi (1,02%) dan defekasi (0,37%); dan aktivitas kawin sebesar 0,40% mencakup masturbasi (0,26%) dan kopulasi (0,14%).
Rimgkasan Isi Jurnal Kedua
Pendahuluan Hutan kota merupakan sekumpulan pohon yang berasosiasi dengan vegetasi lainnya di lingkungan manusia (Konijnendijk et al., 2006) di wilayah perkotaan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang (Peraturan Presiden No 63, 2002). Secara alami, pohon dan vegetasi penyusun hutan kota akan menyerap karbondioksida di udara dan menyimpannya dalam biomassa melalui proses fotosintesis. Proses alami vegetasi ini dapat berperan dalam pengurangan jumlah Gas Rumah Kaca (GRK) khususnya karbon dioksida di udara, yang pada akhirnya dapat berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi jumlah karbon tersimpan dalam biomassa pohon penyusun hutan kota Kebun Binatang Tamansari Bandung. Informasi ini penting digunakan sebagai dasar untuk perencanaan pembangunan Kota Bandung yang rendah emisi. Potensi pengembangan hutan kota tidak hanya berdasarkan kriteria Mulyana (2013) juga pertimbangan kontribusinya dalam penyerapan karbon. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data Data yang dikumpulkan meliputi data jenis pohon dan dimensi pohon yang berdiameter > 10 cm. Pengumpulan data dilakukan dengan sensus pohon yang ada di lokasi penelitian. Hasil dan Pembahasan Total berat biomassa pohon di atas permukaan dan akar di dalam hutan kota Kebun Binatang Tamansari berturut-turut adalah sebesar kurang lebih 2 juta kg dan 240 ribu kg. Jumlah berat karbon yang tersimpan dalam biomassa di atas permukaan tanah dan akar berturut-turut adalah sebesar 68 dan 8 ton/ha atau total sebesar 76 ton/ha atau kurang lebih setara dengan 278 ton CO2. Jumlah karbon tersimpan dalam biomassa di Kebun Binatang Tamansari relatif sama dengan jumlah karbon tersimpan dalam biomassa di PT Pindad, yaitu 76 ton/ha (Indrajaya and Mulyana, 2016c), namun lebih rendah dibandingkan dengan jumlah karbon tersimpan di Taman Maluku (Indrajaya and Mulyana, 2015) dan Taman Lalu Lintas (Indrajaya and Mulyana, 2016b), namun relatif lebih tinggi dibandingkan di Taman Tegalega (Indrajaya, 2015). Jenis beringin kebo (Ficus elastica) berkontribusi tertinggi dalam penyerapan karbon yaitu sebesar 32 ton CO2 equivalent per ha. Ukuran pohon yang besar menyebabkan jenis ini berkontribusi cukup besar dalam penyerapan karbon di lokasi penelitian. Jenis lain yang juga berkontribusi cukup besar dalam penyerapan karbon adalah jenis trembesi, mahoni afrika dan angsana yang berturut-turut dapat menyimpan karbon sebesar 31, 27, dan 22 ton CO2 per ha. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah karbon tersimpan dalam biomassa hutan kota Kebun Binatang Kota Bandung adalah sebesar 76 ton/ha atau setara dengan 278 CO2 equivalent per ha. Kontribusi serapan karbon tertinggi adalah jenis beringin kebo, trembesi, dan mahoni afrika yaitu masing-masing sebesar 32, 31, dan 27 ton CO2- equivalent per ha.
Rimgkasan Isi Jurnal Ketiga
Pendahuluan Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan Kesimpulan
Rimgkasan Isi Jurnal Keempat
Pendahuluan Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan Kesimpulan