Anda di halaman 1dari 19

PERILAKU ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus)

YANG BERADA DI KALIMANTAN TENGAH

OLEH KELOMPOK 5:
DEA AYU PUTRI
DEBI RAUSANA NASUTION
KHAIRUL REZA ISMAIL SITEPU
LIGUSTO TANTIO
ROSMIDA VALENTINA SIMANULLANG
SHERLY RAHMEIDA
VINA ANDIRA SILAEN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang terkaya dengan keanekaragaman
spesies primata. Dari seluruh spesies primata di dunia, 20% diantaranya dapat
ditemukan di Indonesia, salah satu dari spesies primata tersebut adalah
orangutan. Orangutan merupakan satu-satunya spesies kera besar yang dapat
ditemukan di Asia (Supriatna & Wahyono, 2000).
Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia, sementara
tiga kerabatnya, yaitu; gorila, simpanse, dan bonobo hidup di Afrika. Kurang
dari 20.000 tahun yang lalu orangutan dapat dijumpai di seluruh Asia Tenggara,
dari Pulau Jawa di ujung selatan sampai ujung utara Pegunungan Himalaya dan
Cina bagian selatan. Akan tetapi, saat ini jenis kera besar itu hanya ditemukan
di Sumatera dan Borneo (Kalimantan), 90% berada di Indonesia. Penyebab
utama mengapa terjadi penyempitan daerah sebaran adalah karena manusia
dan orangutan menyukai tempat hidup yang sama, terutama dataran alluvial
di sekitar daerah aliran sungai dan hutan rawa gambut. Pemanfaatan lahan
tersebut untuk aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya manusia umumnya
berakibat fatal bagi pihak orangutan (Alam, 2007)
1.2. Rumusan Masalah

• Bagaimana habitat Orangutan yang berada di


Kalimantan Tengah?
• Bagaimana ekologi tempat tinggal Orangutan di
Kalimantan Tengah?
• Bagaimana perilaku Orangutan di kawasan
konservasi di Kalimantan Tengah?
1.3. Tujuan

• Untuk mengetahui habitat Orangutan yang


berada di Kalimantan Tengah.
• Untuk mengetahui ekologi tempat tinggal
Orangutan di Kalimantan Tengah.
• Untuk mengetahui perilaku Orangutan di
kawasan konservasi di Kalimantan Tengah
BAB II
PEMBAHASAN
• Orangutan merupakan kera besar yang
hidup di Indonesia dan Malaysia. Orangutan
memiliki tiga kerabat lainnya, yaitu gorilla,
simpanse, dan bonobo yang hidup di Afrika.
Orangutan di Indonesia hanya ditemukan di
pulau Sumatera dan Kalimantan. Orangutan (a) orangutan sumatera (Pongo abelii)
dibedakan menjadi dua jenis yaitu
orangutan sumatera (Pongo abelii) dan
orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus).

(b)orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus).


2.1.1 Aktivitas Harian dan Habituasi Orangutan

  Makan Bergerak Istirahat Bersarang

1. Jantan 50,10% 18,10% 31,19% 0,61%


remaja

2. Betina 46,21% 10,40% 42,72% 0,67%


remaja

3. Jantan 30,92% 20,92% 46,72% 1,44%


pradewasa

4. Betina 45,46% 10,41% 43,59% 0,54%


dewasa
2.1.2 Sarang Orangutan
Bersarang meliputi kegiatan pematahan, pelekukkan cabang-cabang dan/atau
ranting tumbuhan untuk membuat sarang tidur, istirahat, dan sarang bermain, serta
pembuatan struktur alas berbentuk seperti lingkaran atau mangkuk untuk tempat makan
atau menopang tubuh dan bagian atas untuk melindungi kepala dari air hujan
2.1.3 Pola mencari makanan orang hutan

Orangutan merupakan satwa pencari makanan yang oportunis. Aktivitas Orangutan


saat mengambil makanan lebih sering menggunakan satu tangan dibandingkan
menggunakan kedua tangannya (Prayogo dkk, 2022).

Secara umum, terdapat beberapa teknik mengambil dan


makan Orangutan yaitu:
1. Bergelantung dengan tangan kanan, sedangkan
tangan kiri mengambil dan memasukkan
makanannya
2. Bergelantung dengan bantuan kedua kaki yang
bertumpu pada satu cabang atau ranting yang tegak
lurus, dan
3. Duduk pada cabang atau ranting dengan kedua
tangan mengambil makanan (Sihotang dkk, 2019).

Orangutan memakan serangga seperti semut, rayap dan madu pada musim
kemarau saat persediaan buah-buahan menipis, memakan dedaunan, tunas,
kulit kayu dan vegetasi lainya untuk menyeimbangkan makanannya
(Haddad dkk, 2017).
2.1.4 Pola Ekologi Orang Utan

Para ahli primata saat ini sepakat untuk menggolongkan


orangutan yang hidup di Sumatera sebagai Pongo abelii (Gambar 2)
yang berbeda dari Pongo pygmaeus (Gambar 3) yang menempati
hutanhutan dataran rendah di Borneo. Dibandingkan dengan kerabatnya
di Borneo, orangutan sumatera menempati daerah sebaran yang lebih
Gambar 2. Orangutan Sumatera
sempit. Orangutan di Sumatera hanya menempati bagian utara pulau itu,
mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di Tapanuli
Selatan. Sementara itu, di Borneo orangutan dapat ditemukan di Sabah,
Sarawak, dan hampir seluruh hutan dataran rendah Kalimantan, kecuali
Kalimantan Selatan dan Brunei Darussalam. Orangutan di Borneo
dikelompokkan ke dalam tiga anak jenis, yaitu Pongo pygmaeus
pygmaeus yang berada di bagian utara Sungai Kapuas sampai ke timur
laut Sarawak; Pongo pygmaeus wurmbii yang ditemukan mulai dari
Gambar 3. Orangutan Kalimantan
selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito; dan Pongo
pygmaeus morio, yang tersebar mulai dari Sabah sampai ke selatan
mencapai Sungai Mahakam di Kalimantan Timur.
Penyusutan dan kerusakan
Orangutan dapat dijadikan kawasan hutan dataran rendah yang
‘umbrella species’ (spesies payung) terjadi di Sumatera dan Kalimantan
untuk meningkatkan kesadaran selama sepuluh tahun terakhir telah
konservasi masyarakat. Kelestarian mencapai titik kritis yang dapat
orangutan menjamin kelestarian membawa bencana ekologis skala
hutan yang menjadi habitatnya, besar bagi masyarakat. Bagi
sehingga diharapkan kelestarian orangutan, kerusakan kawasan hutan
makhluk hidup lain ikut terjaga pula. telah menurunkan jumlah habitat
Orangutan menyukai hutan orangutan sebesar 1- 1,5% per
hujan tropis dataran rendah sebagai tahunnya di Sumatera. Jumlah
tempat hidupnya, sehingga kehilangan habitat di Kalimantan
perlindungan ekosistem tersebut yaitu 1,5-2% per tahunnya, lebih
sangat penting untuk menjamin tinggi jika dibandingkan dengan
kelangsungan hidup satwa itu. Sumatera. Kerusakan hutan dan
habitat orangutan di Kalimantan
2.1.5 Pola Mempertahankan
Wilayah Orang Utan
• Menurut Susanto (2012) oranguatan dominan umumnya
mampu mempertahankan wilayah kekuasaanya, ketika
individu lain yang mamasuki daerah kekuasaannya maka
orangutan dominan yang menempati wilayah itu akan
berupaya untuk mempertahankan wilayahnya.
• Dalam etologi , wilayah adalah wilayah sosiografis yang
dipertahankan secara konsisten oleh hewan dari kompetisi
sejenis (atau, kadang-kadang, melawan hewan dari spesies
lain ) menggunakan perilaku agonistik atau (lebih jarang)
agresi fisik nyata .
2.1.6 Pola Kawin dan Mencari
Pasangan (1)
• Dalam bereproduksi orang utan memiliki 3 karakter:
1. Adanya seksual dimorfisme ukuran tubuh yang ekstrem
2. Pemaksaan kawin oleh jantan
3. Bimaturisme pada jantan
• Bimaturisme pada orang utan jantan terlihat dari dua variasi
tubuh, yaitu jantan dengan bantalan pipi (flanged male) dan
jantan tanpa bantalan pipi (unflanged male).
• Strategi orang utan jantan yang memiliki bantalan
pipimenjelajah sambil melakukan local
• Strategi orang utan jantan yang tidak memiliki bantalan pipi
menjelajah sejauh-jauhnya untuk mencari pasangan
Gambar 1. Orang utan jantan dengan
bantalan pipi (flanged male)

Gambar 2. Orang utan jantan tanpa


bantalan pipi (unflanged male)
2.1.6 Pola Kawin dan Mencari
Pasangan (2)
• Sistem kawin orang utan adalah promisekuitas. Promisekuitas
adalah kawin dengan banyak atau lebih dari satu pasangan
• Tujuan melakukan lokal : menarik perhatian si betina dan agar
diketahui keberadaannya oleh orang utan yang lain
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1. Kesimpulan
1. Habitat Orang Utan terletak di Hutan Hujan Tropis yang terletak di
Kalimantan dan Sumatra. Lebih tepatnya terletak di kanopi kanopi
pohon hutan hujan yang menjulang tinggi.
2. Pola ekologi (persebaran orang utan) dulunya tersebar di seluruh
asia tenggara dan sekarang hanya tersebar di seluruh daratan
Sumatra dan Daratan Borneo (Kalimantan).
3. Perilaku Orang Utan terbagi Atas 3 yaitu Perilaku mencari makan,
Mencari pasangan dan mempertahankan Wilayah. Orang utan
mencari makan dengan bergelantung dari satu pohon ke pohon
lainnya. Ia menggunakan lengannya tangan kanan untuk
bergelantung dan lengan kiri untuk menggapai makanan dan
memasukkannya kedalam mulutnya. Orang utan mempertahankan
wilayah berdasarkan ketersediaan sumber makanan. Orang utan
terbagi menjadi orang utan penetap, penglaju dan pengembara.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, D. J. (2007). Strategi dan Rencana aksi Konservasi Orangutan Ondonesia 2007-2017.

Chairul, S., Yuwono, E. H., Susanto, P., Andayani, N., & Prasetyo D, U. S. (2007). Petunjuk Teknis Penangan Konfil Manusia-
Orangutan di dalan dan Sekitar Perkebunan Kelapa Sawit. WWF Indonesia .

Haddad, Abdullah A. Hari Prayogo, M. S. A. (2017). Perilaku Makan Dan Jenis Pakan Orangutan (Pongo Pygmaeus) Di Yayasan
International Animal Rescue Indonesia (Yiari) Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari, 5(2), 300–306.

IUCN (World Conservation Union) 2007 IUCN Red List of Threatened Species (IUCN, Gland, Switzerland, 2007).

Leakey, C. et.al. (2020). Karakteristik Habitat dan Preferensi Pohon Sarang Orangutan ( Pongo pygmaeus wurmbii ) di Taman
Nasional Tanjung Puting ( Studi Kasus Camp Leakey ). Jurnal Primatologi Indonesia : 7(2), 37–50.

Prayogo, H., Wulandari, R. S., & Andrianto, P. (2022). Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pakan Orangutan Pada Kawasan
Pelepasliaran Taman Nasional Betung Kerihun. Jurnal Hutan Lestari, 10 (1), 186–194.

Qomari'ah, A. N. (2020). The Effort of, NGO, BOS in (Borneo Orangutan Survival) Foundation in Saving Orangutans in Central
Kalimntan (2016-2019). Islamic World and Politics. Vol.4 (1) , 99-116.

Samad, A., & Fithria, A.(2019). ANALISIS VEGETASI PADA HABITAT ORANGUTAN DI HUTAN KALIMANTAN SELATAN
Analysis of Vegetation Habitat of Orangutans InHaur Gading Forest Hulu Sungai Utara DistrictSouth Kalimantan. Jurnal Sylva
Scienteae. 02(6), 968–976.

Sihotang, R. A., & Putri, K. A. (2019). Aktivitas Harian Dan Pola Distribusi Sarang Orangutan (Pongo abelii) Di Stasiun Pengamatan
Orangutan Sumatera (SPOS) Bukit Lawang. Jurnal Biologica Samudra, 01(2), 34–42.

S., Jantho, O., et.al. (2015). AKTIVITAS HARIAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) REINTRODUKSI DI STASIUN REINTRODUKSI
ORANGUTAN JANTHO, KABUPATEN ACEH BESAR. Jurnal Nasional Biotik : 90–95. 78-602-18962-5-9

Supriatna, J., & Wahyono, E. H. (2000). Panduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai