Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TERNAK UNGGAS


TINGKAH LAKU AYAM

Disusun oleh:
Agung Triatmojo
15/383716/PT/06986
Asisten: Janoko Rio Ganara

LABORATORIUM ILMU TERNAK UNGGAS


DEPARTEMEN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

PENDAHULUAN

Pola tingkah laku merupakan perilaku yang terorganisasi dengan


fungsi tertentu, dapat berupa sebuah aksi tunggal atau aksi berurutan
yang terintegrasi dan biasanya muncul sebagai respons temadap stimulus
lingkungan. Pola tingkah laku dasar (basic behaviour system) pada
unggas terdiri dari 7 sampai 9 macam jenis yang berbeda tergantung
pengelompokan masing masing peneliti (Prayitno, 2004).
Ahli ethologi secara tradisional telah melakukan studi observasi
yang dirancang untuk memastikan pentingnya evolusi tingkah laku pada
hewan.Ethologi kemudian berkembang pada konsep yang menekankan
pemakaian prinsip ethologic pada bidang manajemen dan kesejahteraan
spesies yang penting secara ekonomi, seperti unggas misalnya studi
tingkah laku hewan dirancang sedemikian rupa, karena sedemikian
kompleksnya

penyebab dan ekspresi tingkah laku pada hewan.

Domestikasi hewan pertanian dan sejenis tergantung pada pengertian


terhadap tingkah laku hewan yang memungkinkan manusia untuk
mengeksploitasi tingkah laku tersebut untuk kepentingan manusia
(Sulistyoningsih et al., 2009).
Koswara (2009) mengatakan bahwa kondisi dan tingkah laku ayam
diperiksa untuk melihat apakah berpenyakit atau tidak misalnya lemas dan
malas, tidak suka makan, sering bersin, kurang bereaksi terhadap
lingkungan, fesesnya berwarna putih dan encer serta tanda-tanda yang
lain. Tanda-tanda yang terlihat dicatat, selanjutnya diperiksa keadaan
masing-masing bagian seperti kepala, mata, sayap, leher, bulu, kulit kaki,
hidung dan tulang. Pemeriksaan ditujukkan untuk melihat adanya
penyimpangan warna kecerahan, bentuk, luka atau memar dan lendir.
Tujuan dari praktikum tingkah laku ayam adalah mengetahui
pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku ayam. Manfaat praktikum
tingkah laku ayam adalah mengetahui bagaimana pengaturan lingkungan
yang tepat bagi ayam.

MATERI DAN METODE


Materi
Alat. Alat yang digunakan pada saat praktikum tingkah laku ayam
adalah stopwatch, alat tulis, dan termohygrometer.
Bahan. Bahan yang digunakan pada saat praktikum tingkah laku
ayam adalah ayam Kampung jantan.
Metode
Praktikum tingkah laku ayam dilakukan dengan mengamati tingkah
laku ayam di dalam kandang selama satu jam.Perilaku yang diamati
berupa walking, feeding and drinking, resting, foraging, dan peening.
Perilaku ayam diamati oleh praktikan dan dihitung lamanya perilaku
dengan menggunakan stopwatch.

PEMBAHASAN
Tingkah laku ayam
Koswara (2009) mengatakan bahwa kondisi dan tingkah laku ayam
diperiksa untuk melihat apakah berpenyakit atau tidak misalnya lemas dan
malas, tidak suka makan, sering bersin, kurang bereaksi terhadap
lingkungan, fesesnya berwarna putih dan encer serta tanda-tanda yang
lain, semua tanda-tanda yang terlihat dicatat. Selanjutnya diperiksa
keadaan masing-masing bagian seperti kepala, mata, sayap, leher, bulu,
kulit kaki, hidung dan tulang. Pemeriksaan ditujukkan untuk melihat
adanya penyimpangan warna kecerahan, bentuk, luka atau memar dan
lendir.
Berdasarkan praktkum yang telah dilakukan saat praktikum
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Data persentase tingkah laku ayam
Tingkah laku ayam
Waktu
pengamatan

Walking

Suhu

Kelembaban

Pagi

57,58%

Feeding
and
Drinking
1,42%

36,84%

4,35%

0%

32,0C

54%

Siang

23,30%

33,77%

26,16%

5,39%

4,12%

36,9C

50%

Sore

53,26%

28,08%

18,66%

33,3C

52%

Resting

Foraging

Preening

Ayam memiliki kemampuan berjalan melebihi dari 3 langkah, Hal ini


sering ditemukan pada ayam yang di pelihara secara bebas dan ketika
sedang merumput di suatu area (Mishra et al cit Tandiabang, 2014). Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase berjalan pada pagi hari
sebesar 57,58% ; siang hari 23,30% ; dan sore hari 53,26% dengan suhu
berturut-turut pagi 32,0C; 36,9C; 33,3%C. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa persentase tingkah laku berjalan dari yang paling tinggi berturutturut adalah pada pagi hari, sore hari , dan siang hari. Tandiabang (2014)
mengatakan bahwa pola tingkah laku dengan pola continuous lebih aktif
dipagi hari dan sore hari, sedangkan pada siang hari ayam lebih

mengurangi aktifitas berjalan. Kegiatan praktikum yang dilakukan jika


dibandingkan sudah sesuai dengan literatur.
Secara alami pemberian pakan pada ayam terdiri atas beberapa
bahan makanan antara lain, biji-bijian, buah-buahan, daun-daunan, dan
binatang intervertebrata (McBride et al., cit Tandiabang, 2014). Ayam
mencari dedaunan dan merumput dengan mengais-ngais dan menyeleksi
partikel makanan yang terkecil (Tandiabang, 2014). Sebagian besar
spesies unggas akan mengkomsumsi pakan ketika berumur 2 minggu,
sedangkan ketika berumur 8 minggu sebagian besar itu lebih banyak
mengkomsumsi bagian-bagian dari tanaman (Savory cit Tandiabang,
2014). Ketika pemeliharaan dengan menggunakan sistem free-range
ayam akan memungkinkan untuk memilih makanan-makanan yang sesuai
dengan kebutuhan hidupnya (Hughes cit Tandiabang, 2014).
Perilaku

minum

pada

ayam

biasanya

dilakukan

sambil

menenggelamkan paruh kedalam tempat minum, kemudian dalam selang


beberapa detik ketika ayam meminum air biasanya ayam tersebut
mengangkat kepala sambil membuka paruhnya (Mishra et al., cit
Tandiabang, 2014). Tandiabang (2014) mengatakan bahwa makan adalah
aktivitas

ingestif

yang

dilakukan

dengan

cara

mengambildan

menghancurkan makanan menggunakan paruh atau lidah. Aktivitas


makan(feeding), yaitu aktivitas yang dimulai ketika ayam menemukan
makanan sampaiketika berhenti makan, kejadian ini dihitung sebagai satu
unit aktivitas. Hasil yang didapatkan berdasarkan kegiatan praktikum
adalah persentase feeding and drinking pada pagi hari sebesar 1,42% ;
siang hari 33,77% ; dan sore hari 28,08% dengan suhu berturut-turut pagi
32,0C; 36,9C; 33,3%C. Hasil tersebut menunjukkan bahwa persentase
tingkah laku feeding dan drinking dari yang paling tinggi berturut-turut
adalah pada siang hari, sore hari , dan pagi hari. Tingkah laku makan
ayam di pagi hari dan sore hari cenderung lebih aktif , hal ini dipengaruhi
suhu pagi hari dan sore hari lebih rendah yang membuat ayam
mengkomsumsi makanan lebih banyak, untuk meningkatkan suhu tubuh

pada ayam tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian North dan Bell
cit Tandiabang (2014) menyatakan bahwa kenaikan suhu tubuh seiring
dengan kenaikan suhu lingkungan akan menyebabkan ayam melakukan
penyesuaian untuk menjaga suhu tubuh tetap normal, yaitu dengan
mengurangi konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi air. Kegiatan
praktikum jika dibandingkan belum sesuai dengan literatur, dikarenakan
frekuensi waktu perpindahan waktu ayam pada saat feeding dan drinking
terkadang tidak tepat.
Tingkah laku resting biasa dilakukan ayam ketika dalam situasi
yang sepi,dan ayam biasanya beristirahat lebih dari 2 menit (Mishra et al,
cit Tandiabang). Istirahat adalah aktifitas dalam bentuk tidak melakukan
apapun atau diam meliputi istirahat berdiri dan istirahat duduk. Istirahat
merupakan perilaku yang dilakukan ayam setelah melakukan aktifitas
makan, merumput dan berjalan (Tandiabang, 2014). Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa persentase resting atau istirahat pada pagi hari
sebesar 36,84% ; siang hari 26,16% ; dan sore hari 18,66% dengan suhu
berturut-turut pagi 32,0C; 36,9C; 33,3%C. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa persentase tingkah laku resting dari yang paling tinggi berturutturut adalah pada pagi hari, siang hari , dan sore hari.Tandiabang (2014)
menjelaskan bahwa ayam akan mengurangi panas dalam tubuh dengan
tidak melakukan aktifitas dan untuk melonggarkan ruang gerak.Istirahat
dilakukan ayam ras petelur sebagai respon dari tingginya suhu.
Iskandar (2009) mengatakan bahwa sejalan dengan menurunnya
konsumsi pakan pada siang hari, persentase ayam yang berperilaku
istirahat lebih tinggi pada siang hari, namun pola perilaku ini tidak sejalan
dengan perilaku berdiri, yang merupakan perilaku berlawanan dengan
perilaku tidur dan istirahat. Kegiatan yang dilakukan jika dibandingkan
belum sesuai dengan literatur, karena Puspani et. al (2008) mengatakan
bahwa ayam pada lantai litter sekam di tanah akan lebih sering
beristirahat baik frekuensi dan lama istirahatnya, cekaman panas
mengakibatkan dapat mengakibatkan ayam takut bersesak-desakan di

tempat makan dan akan memilih waktu makan. Kebutuhan akan makanan
dipenuhi dengan meningkatkan frekuensi ke tempat makan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Schein cit Puspani et. al (2008) bahwa respon fisiologi
hewan pada temperatur lingkungan yang tinggi tergantung pada tingkat
kelembaban udara sekitar. Frekuensi ke tempat makan dan lama waktu
yang dihabiskan untuk makan tidak mencerminkan jumlah makanan yang
dimakan

karena

kemungkinan

ayam

hanya;

mempermainkan

makanannya (Masic et al., cit Puspani et al,. 2008).


Induk betina yang dipelihara tanpa menggunakan sistem free-range
bergerak antara 340 m dan 634 m/hari. Ayam jantan bergerak dengan
jarak yang lebih jauh ketika merumput (795 m sampai 1445 m ). Induk
ayam bergerak dalam jarak yang lebih besar ketika mencari makanan 13
sampai

31% dibandingkan pejantan 1,3 sampai 13,7%. Induk ayam

dalam suatu populasi dengan sistem pemeliharaan free-range itu bergerak


dalam jarak 1800 m dan 2500 m/hari. Studi ini menunjukan bahwa induk
ayam dan pejantan memperlihatkan tingkah laku pergerakan yang
ekstensif dalam kondisi pemeliharaan secara free-range. Tingkah laku
merumput ayam yang dipelihara dalam sistem free-range memerlukan
hasil dengan jenis penelitian yang akan membantu peternak freerange
untuk

mengembangkan

strategi

manajemen

dalam

memperbaiki

kemampuan merumput ayam (Keppler dan Folsch cit Tandiabang 2014).


Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase foraging atau
mengais pada pagi hari sebesar 4,35% ; siang hari 5,39% ; dan sore hari
0% dengan suhu berturut-turut pagi 32,0C; 36,9C; 33,3%C. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa persentase tingkah laku foraging dari yang
paling tinggi berturut-turut adalah pada siang hari, pagi hari , dan sore
hari. Tandiabang (2014) menjelaskan bahwa tingkah laku mengais tanah
ayam ras petelur cenderung aktif dilakukan ketika siang hari dan sore hari.
Perilaku menelisik bulu dapat dikategorikan sebagai ekspresi
kenyamanan ayam dalam kandang.Perilaku menelisik bulu, yang padau
mumnya dilakukan sambil rebahan atau duduk menekuk kaki dan

menempelkan dada di atas lantai kandang. Preening dipengaruhi


kepadatan kandang, tetapi tidak oleh waktu pengamatan dan atau
interaksinya.Pada kepadatan kandang empat ekor, ayam terlihat lebih
leluasa mendapat kesempatan untuk menelisik bulu dibandingkan dalam
kondisi kandang yang lebih padat. Perilaku menelisik bulu ini sering
dilakukan secara individu maupun berpasangan atau bahkan bersamasama. Biasanya perilaku menelisik bulu sendiri ini diikuti oleh perilaku
menggaruk kepala oleh kakinya. Perilaku menilisik bulu yang dilakukan
sendirian pada umumnya mulai dari bulu punggung hingga ekor, bulu
sayap, kemudian sampai bulu bagian bawah hingga kaki (Iskandar, 2009).
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase preening
pada pagi hari sebesar 0% ; siang hari 4,12% ; dan sore hari 0% dengan
suhu berturut-turut pagi 32,0C; 36,9C; 33,3%C. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa persentase tingkah laku preening dari yang paling
tinggi adalah pada siang hari. Iskandar (2009) menjelaskan bahwa
preening dipengaruhi kepadatan kandang, tetapi tidak oleh waktu
pengamatan dan atau interaksinya. Kegiatan praktikum ini diperoleh data

sebanyak lima tingkah laku dan didapatkan grafik sebagai berikut;

Pagi
Walking
Feeding and Drinking
Resting
Foraging
Preening

Grafik 1. Grafik persentase tingkah laku ayam pagi hari

Siang
Walking
Feeding and Drinking
Resting
Foraging
Preening

Grafik 2. Grafik persentase tingkah laku ayam siang hari

Sore
Walking
Feeding and Drinking
Resting
Foraging
Preening

Grafik 3. Grafik persentase tingkah laku ayam malam hari

Kesimpulan
Kegiatan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
lingkungan mempengaruhi tingkah laku ayam. Kondisi lingkungan akan
mempengaruhi suhu tubuh ayam. Suhu tubuh akan menyeimbangkan
suhu lingkungan dengan melakukan berbagai tingkah laku yaitu walking,
feeding and drinking, resting, foraging, dan preening.

Daftar pustaka
Tandiabang, Budiman. 2014. Tingkah Laku Ayam Ras Petelur Fase Layer
Yang Dipelihara Dengan Sistem Free-Range Pada Musim
Kemarau. Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin. Makasar.
Iskandar, sofjan, Setyaningrum, Y. Amanda, Iman Rahayu. 2009.
Pengaruh kepadatan kandang terhadap pertumbuhan dan perilaku
ayamWareng-Tangerang Dara. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Sulistyoningsih, Mei , Dwi Sunarti, Edjeng Suprijatna,dan Isroli. 2009.
Kajian perilaku makan dan minum ayam kampong berbasis riset
manajemen alas kandang. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro Semarang.
Eny Puspa ni, I M. Nuriyasa , A.A.P Putra Wibawa, D.P.M.A. Candrawati.
2008. Pengaruh Tipe Lantai Kandang dan Kepadatan Ternak
Terhadap Tabiat Makan Ayam Pedaging Umur 2-6 Minggu. Vol. 11.
No. 1. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Bali.

Anda mungkin juga menyukai