PRAKTIKUM ILMU
TILIK DAN
TINGKAH LAKU
TERNAK
OLEH:
Dr. Hidayati, S.Pt., M.P.
Muhammad Rodiallah, S.Pt., M.Si.
Penuntun Praktikum ini merupakan panduan bagi mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum
Semester Ganjil TA.2021/2022 yang dilakukan secara daring selama Pandemic Covid 19
PENUNTUN
PRAKTIKUM
ILMU TILIK DAN
Keterangan: Frekuensi adalah jumlah ternak sapi melakukan aktivitas, misal aktivitas
foraging sebanyak 15 kali. Kemudian Durasi adalah berapa menit
aktivitas dilakukan, misalnya foraging sebanyak 15 kali tersebut
dilakukan selama durasi 45 menit.
Tabel 3.2. Deskripsi Perilaku Ingestif Sapi (contoh Sapi PO) di Labuhan Merak.
Aktivitas Deskripsi
Foraging Aktivitas foraging sapi di Labuhan Merak terutama dilakukan
dengan berjalan. Sapi berjalan terus menerus hingga
menemukan makanan. Setelah menemukan makanan, sapi
tidak langsung memakannya tetapi mengenali terlebih dahulu.
Sapi PO di Labuhan Merak tidak memakan semua jenis
vegetasi yang ada.
Grazing Aktivitas grazing pada sapi dilakukan dengan kepada
menunduk, mendekatkan mulut dengan vegetasi yang akan
dimakan. Membuka mulut, menjulurkan lidah, melilit helaian
daun dengan lidah, kemudian dengan rahang atas menarik
helaian daun hingga terpisah dari batang tumbuhan.
Ruminating Sapi yang akan melakukan aktivitas ruminating dimulai
dengan berjalan menuju naungan yang ada di savana.
Kemudian beristirahat beberapa saat dan melakukan
ruminating diketahui dengan melihat aktivitas mengunyah
makanan.
Keterangan: Buatlah uraian seperti contoh diatas berdasarkan hasil pengamatan yang
diperoleh.
3.3.2. Tingkah Laku Seksual
Grazing
Ruminating
3.5. Proses Pengamatan Tingkah Laku Seksual Ternak Sapi Jantan dan Betina
Proses pengamatan bisa dilakukan kepada ternak sapi yang dikandangkan
maupun yang digembalakan. Lakukan pengamatan selama 3-4 jam kemudian tulislah
tingkah laku seksual induk yang diamati dan lama waktu masing-masing perilaku
muncul. Misalnya berapa jam waktu yang dibutuhkan dari Oro-nasal contact (ONC)
hingga mencapai proses flehmen. Amatilah tingkah laku seksual/kawin pada ternak
sapi jantan dan betina kemudian lengkapi data sesuai Tabel pada contoh dibawah ini
(Baliarti dkk., 2019).
Tabel 3.3. Deskripsi tingkah laku seksual pejantan yang diamati
Tingkah laku Deskripsi Waktu (Jam)
Oro-nasal contact Stimulus yang dicirikan dengan
(ONC) mengendus, menyundul atau menjilat
bagian vulva.
Flehmen Mengendus daerah alat kelamin betina
kemudian menarik bibir bagian atas
atau menyengir
Mounts orientation Gerakan tiba-tiba akan menaiki betina
response dari posisi belakang, seringkali diawali
(MOR) dengan meletakkan kepala pada
punggung betina
Mounts Posisi pejantan menaiki induk yang
dicirikan dengan kedua kaki depan
pejantan terangkat sepenuhnya dari
lantai
Services Menaiki betina yang disusul dengan
kopulasi
Tabel 3.4. Deskripsi tingkah laku seksual dan karakteristik vulva induk yang diamati
Tingkah laku Deskripsi Waktu (Jam)
Tingkah laku
seksual Respon menaiki ternak lain ditunjukkan
Mounting oleh induk baik kepada pejantan maupun
induk lainnya
Standing to be saat induk menerima dinaiki oleh ternak
Mounted (STBM) lain atau pejantan, induk saat STBM
tidak berarti diam sepenuhnya, seringkali
bergerak maju karna beban yang
diterima
Karakteristik vulva
Reddening vulva Munculnya perubahan warna kemerah-
merahan dengan membandingkan pada
saat tidak estrus
Swelling vulva Adanya kebengkakan pada vulva dengan
membandingkan pada saat tidak estrus
Mucuse secretion Adanya sekresi lendir bening
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. A. 2018. Perilaku Makan pada Sapi Peranakan Ongole (PO) di Blok
Merak Resort Labuhan Merak Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi.
Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Jember.
Baliarti, E., Priambodo P., Ismaya., Budiyanto A., Yulianto M. D. E., dan Atmoko B.
A. 2018. Pengamatan visual vulva dan perubahan behaviour sapi estrus pada
pemeliharaan di tingkat peternak. Prosiding Seminar Teknologi dan Agribisnis
Peternakan VI. Purwokerto, 7 Juli 2018. Purwokerto (Indonesia): Universitas
Jendral Sudirman. Hal. 153-157.
Beauchemin, K. A. 1991. Ingestion and Mastication of Feed by Dairy Cattle. Vet. Cli.
North Am. Food Anim. Pract. Pp. 439-462.
Bendall, J. G. 2001. Aroma compounds of fresh milk from New Zealand cows fed
different diets. Journal of Agriculture and Food Chemistry, 49:4825-4832.
Fraser, A. F., dan Broom, D. M. 1997. Farm Animal Behaviour and Welfare. 3rd
edition, CAB International. United Kingdom: Wallingford.
Ginnette, T. F., Dankosky, J. A., Deo, G., dan Demment, M. W. 1999. Patch
Depression in Grazers: the Roles of Biomass Distribution and Residual Stems.
Functional Ecology, 13: 37-44.
Hart, R. H., S. Clapp dan P. S. Test. 1993. Grazing Strategies, Stocking Rates, and
Frequency and Intensity of Grazing on Western Wheatgrass and Blue Grama.
Journal of Range Management, 46: 122-126.
Phillips, C. J., dan Laever, J. D. 1985. Seasonal and Diurnal Variation in The Grazing
Behaviour of Dairy Cows Grazing. BGS Occasional Symposium. 19: 98-104.
Philips, C. J. 2002. Cattle Behaviour and Welfare Second Edition. United Kingdom:
Blackwell Science Ltd.
Ramesh, K., Archunan G., Jeyraman R., dan Narasimhan S. 2000. Chemical
characterization of bovine urine with special reference to estrous cycle.
Veterinary Research Communication, 24:445-454.
Sankar, R., dan Archunan G. 2004. Flehmen response in bull: role of vaginal mucus
and other body fluids of bovine with special reference to estrus. Journal of
Veterinary Science and Technology, 67:81-86.
Kelompok IV Kelompok V
1. Sepriandi 1. Wahyu Ramadhan S
2. Muammar Reza Ahyanur 2. Zachary Alwi
3. Rahmat Ramadhani 3. Taufik Hidayat R
4. Solihin 4. Roy Pramudia H
5. Yose Rizal 5. T. Salsabila Umarih