Anda di halaman 1dari 17

PENUNTUN

PRAKTIKUM ILMU
TILIK DAN
TINGKAH LAKU
TERNAK
OLEH:
Dr. Hidayati, S.Pt., M.P.
Muhammad Rodiallah, S.Pt., M.Si.
Penuntun Praktikum ini merupakan panduan bagi mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum
Semester Ganjil TA.2021/2022 yang dilakukan secara daring selama Pandemic Covid 19
PENUNTUN
PRAKTIKUM
ILMU TILIK DAN

PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU TILIK DAN TINGKAH LAKU TERNAK


TINGKAH LAKU
TERNAK
OLEH:
Dr. Hidayati, S.Pt., M.P.
Muhammad Rodiallah, S.Pt., M.Si.

Program Studi Peternakan


Fakultas Pertanian dan
Peternakan
UIN Suska Riau
Desember, 2021
1
I. PENDAHULUAN

Tilik Ternak (Animal Judjing) adalah suatu kegiatan mengevaluasi ternak


berdasarkan karakteristik yang dimiliki dan membandingkannya dengan ternak yang
lain pada breed/bangsa yang sama sesuai dengan tujuan yang diharapkan (ternak
pedaging, ternak perah, ternak bibit, ternak petelur). Tingkah Laku Ternak (Animal
Behaviour) adalah suatu bentuk aktivitas ternak yang melibatkan fungsi fisiologis
sebagai hasil faktor genetik dan pengalaman individu dalam menanggapi atau
menghadapi suatu stimulus (objek).
Praktikum mata kuliah Ilmu Tilik dan Tingkah Laku Ternak ini meliputi
pendugaan umur ternak, penilaian ternak (tilik ternak) dan pengamatan tingkah laku
ingestif dan tingkah laku seksual pada ternak. Pelaksanaan praktikum ini dilakukan
secara berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 4-5 orang mahasiswa (pembagian
kelompok terlampir), menggunakan salah satu species ternak yang ditentukan oleh
masing-masing kelompok praktikum. Jika ternak ruminansia yang digunakan meliputi
ternak sapi, kerbau, kambing/domba, sedangkan jika memilih ternak non ruminansia
adalah kuda, itik dan ayam lokal. Jumlah ternak yang diamati fleksibel sesuai dengan
kondisi lapangan minimal ada 2 ekor ternak yang dinilai dan diamati.
Selama kegiatan praktikum di lapangan diharapkan praktikan tetap mematuhi dan
menjalankan protokol kesehatan (prokes) yang berlaku, seperti menggunakan masker,
menjaga jarak, mencuci tangan dan tidak berkerumun. Pengumpulan laporan kegiatan
praktikum paling lambat pada hari Kamis, tanggal 13 Januari 2021 pukul 16.00 WIB
di Google Classroom berupa Laporan Praktikum dan Video Kegiatan Praktikum.
Apabila video tidak dapat dikirimkan langsung melalui google classroom dapat
menggunakan youtube dan atau media sosial lainnya dan link tersebut dilaporkan di
google classroom.
Format laporan akhir praktikum adalah sebagai berikut;
1. Cover Luar
2. Cover Dalam
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Daftar Tabel
6. Daftar Lampiran
7. I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Praktikum
1.3. Manfaat Praktikum
8. II. Tinjauan Pustaka (Kumpulan sitasi dari beberapa referensi terkait)
2.1. ……….
2.2……….
9. III. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
3.1. Kondisi Umum Peternakan….
3.2. …..
3.3. ……. Dst
10. IV. Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2. Saran
11. Daftar Pustaka
12. Lampiran (Foto-foto dokumentasi, dll)
II. PRAKTIKUM ILMU TILIK

PENENTUAN UMUR DAN JUDJING TERNAK

2.1. Tujuan Praktikum


- Mahasiswa terampil melakukan penentuan umur pada ternak.
- Mahasiswa terampil melakukan penilikan/judjing ternak.

2.2. Landasan Teori


Penentuan umur ternak merupakan salah satu hal yang harus diketahui oleh
peternak. Mengetahui umur sapi dapat memberikan beberapa manfaat yaitu:
1. Mengetahui bagus/baik tidaknya pertumbuhan dan perkembangan ternak.
2. Memudahkan peternak dalam menyeleksi ternak dan melakukan culling dan atau
pengafkiran.
3. Menentukan lama pemeliharaan dan manajemen pemberian pakan yang sesuai.
Akurasi yang paling tepat dalam penentuan umur ternak adalah melalui catatan
kelahiran (recording), namun di lapangan recording ini sangat jarang ditemukan
sehingga dapat dilakukan melalui pendugaan. Pendugaan umur ternak dapat dilakukan
dengan cara:
a) Melihat kondisi tali pusat, metode ini dapat dilakukan untuk ternak yang baru
dilahirkan.
b) Melihat dan menghitung cincin tanduk yang terbentuk.
c) Melalui pergantian gigi.
Dari ketiga metode pendugaan tersebut, pendugaan melalui pergantian gigi
lebih akurat dibandingkan 2 metode lainnya. Metode pendugaan umur dilakukan
berdasarkan pergantian gigi seri.
Tilik ternak merupakan suatu kegiatan untuk menilai ternak yang mencakup 4
kegiatan yaitu;
1. Observation yaitu melakukan pengamatan terhadap ternak sesuai dengan tujuan
penilaian
2. Evalution yaitu menilai ternak berdasarkan karakteristik penilaian yang disesuaikan
dengan breed, umur dan jenis kelamin.
3. Description yaitu menjelaskan secara rinci hasil dari pengamatan dan penilaian
dengan kalimat yang dapat dimengerti dan dipahami dengan baik dan jelas.
4. Decision yaitu memutuskan berdasarkan hasil pengamatan, evaluasi, deskripsi
ternak yang layak sesuai dengan tujuan penilaian.
Adapun tujuan penilikan ternak adalah;
1. Untuk menyeleksi ternak untuk tujuan ternak bibit atau calon bibit (replacement
stock) baik induk ataupun pejantan.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ternak sesuai dengan umur dan
karakteristik breed/bangsa ternak.
3. Untuk memprediksi produksi (persentase karkas, persentase daging, produksi susu,
produksi telur, kecepatan lari, dll) berdasarkan penampilan eksterior.
4. Untuk menemukan ada tidaknya cacat-cacat yang tersembunyi pada tubuh ternak.
5. Untuk memilih pemenang dalam kontes ternak.

2.3. Alat dan Bahan


Ternak, alat tulis dan kamera.

2.4. Prosedur Praktikum


- Ternak diletakkan pada tempat yang datar dan berada posisi yang sejajar dengan
praktikan
- Selanjutnya dilakukan penilaian dan perbaan terhadap ternak sesuai dengan komoditi
ternak dan tujuan penilikan ternak.
- Setelah dilakukan penilaian terhadap ternak dilanjutkan dengan pendugaan umur
berdasarkan pergantian gigi seri untuk ruminansia.
- Semua kegiatan pengamatan didokumentasikan dalam bentuk video dengan durasi
video berkisar antara 10-15 menit dan diberikan penjelasan singkat sesuai dengan
teori yang telah dipelajari.
- Video diberi identitas Nama, NIM, Program Studi serta Kelas.
III. PRAKTIKUM TINGKAH LAKU TERNAK
TINGKAH LAKU MAKAN DAN TINGKAH LAKU SEKSUAL

3.1. Tujuan Praktikum


• Mahasiswa terampil melakukan pengamatan tingkah laku ingestif pada ternak.
• Mahasiswa terampil melakukan pengamatan tingkah laku seksual pada ternak.

3.2. Bahan dan Alat


Ternak yang digunakan adalah komoditi ternak sesuai dengan komoditi ternak
yang digunakan untuk penilikan sedangkan alat yang digunakan adalah kamera untuk
pembuatan video, alat tulis untuk merekap data, alat hitung, stop watch untuk
menghitung jumlah aktivitas setiap pengamatan.

3.3. Landasan Teori


Tingkah laku ingestif adalah aktivitas pentig yang dilakukan makhluk hidup
dalam memperoleh nutrisi. Perilaku ingestif mencakup seluruh aktivitas yang dimulai
dari cara mendapatkan makanan dan memproses makanan sampai menjadi nutrisi yang
siap digunakan tubuh sebagai sumber energi. Perilaku ingestif pada sapi meliputi
aktivitas foraging, grazing, dan ruminating (Ginnette dkk., 1999). Perilaku ingestif
pada sapi yang digembalakan/dilepaskan sangat tergantung pada pola dasar tingkah
laku makan ternak itu sendiri, dimana sapi cendrung bergerak aktif dalam mencari
makan dan dapat menentukan jenis makanan yang akan dimakan (Shahhosseini,
2013). Disamping itu, sapi yang digembalakan umumnya memiliki frekuensi makan
yang rendah, namun memiliki durasi makan yang lama. Sedangkan pada sapi yang
dikandangkan, kebanyakan dipengaruhi oleh manusia. Adanya peran manusia dalam
mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi makan pada sapi diantaranya: tempat
makan, jenis pakan, jumlah pakan yang diberikan dan periode waktu pemberian pakan
(Kusuma dkk., 2015).
Faktor yang mempengaruhi perilaku ingestif pada sapi meliputi faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal berupa faktor hormonal. Hormon yang berperan
terhadap perilaku ingestif meliputi ghrelin dan kolesistokinin. Hormon-hormon
tersebut dapat mempengaruhi asupan makanan dan efisiensi terhadap konversi
makanan. Neuron hipotalamus bertanggung jawab terhadap kondisi internal tubuh
seperti rasa lapar dan haus (Shahhosseini, 2013). Sapi perlu menyeimbangkan energi
dalam tubuhnya untuk memenuhi kebutuhan energinya. Sementara itu, faktor
eksternal yang mempengaruhi perilaku ingestif meliputi bau dari pakan, melihat sapi
lain makan, dan faktor lingkungan lain (Mepham dan Forbes, 1995). Menurut Philips
(2002) faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku ingestif pada sapi antara lain:
cahaya matahari, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan curah hujan.
Aktivitas foraging adalah perilaku hewan dalam mencari dan menemukan
sumber makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Sapi mencari makan dengan
berjalan menuju padang rumput, semak dan pepohonan (Ginnette dkk., 1999).
Aktivitas grazing adalah kegiatan hewan herbivora memakan setiap bagian dari tubuh
tumbuhan. Periode aktivitas grazing sapi gembala terjadi pada pagi hari, sore hari dan
waktu siang hari yang panas (Tomaszewska dkk., 1991). Sapi rata-rata menghabiskan
8-9 jam/hari untuk melakukan aktivitas grazing (Phillips dan Laever 1985; Hart dkk.,
1993). Sedangkan aktivitas ruminating adalah aktivitas yang biasa dilakukan oleh
hewan ruminansia. Setiap periode ruminating membutuhkan waktu sekitar 45 menit
(Fraser dan Broom, 1997). Sapi melakukan aktivitas ruminating sekitar 6-8 jam setiap
harinya (Beauchemin, 1991; Fraser dan Broom, 1997). Pola pengunyahan yang
dilakukan sapi dewasa pada saat ruminating sekitar 60-70 gigitan/menit dan bisa lebih
untuk anak sapi (Gonzalez dkk., 2012).

3.3.1. Proses Pengamatan Tingkah Laku Ingestif


Lakukanlah pengamatan perilaku ingestif selama 2-3 jam (durasi per 45 menit
pengamatan) di pagi hari atau pada sore hari disaat ternak melakukan aktivitas makan
paling aktif. Amatilah setiap proses ingestif, pada sapi/ternak mulai dari foraging,
grazing hingga ruminating dan tulislah hasil pengamatan seperti contoh dibawah ini.
Kegiatan tingkah laku ingestif yang dilakukan disesuaikan dengan jenis ternak yang
diamamti. Perlu diperhatikan adalah sapi/ternak yang diamati adalah sapi/ternak yang
digembalakan atau merumput di alam terbuka bukan ternak yang sedang
dikandangkan.
Buatlah Tabel uraian pengamatan kegiatan seperti pada contoh Tabel berikut
ini untuk ternak sapi (Abdullah, 2018):
Tabel 3.1. Rerata Frekuensi dan Durasi Perilaku Ingestif Sapi.
Aktivitas Frekuensi (Kali) Durasi (Menit)
Foraging
Grazing
Ruminating

Keterangan: Frekuensi adalah jumlah ternak sapi melakukan aktivitas, misal aktivitas
foraging sebanyak 15 kali. Kemudian Durasi adalah berapa menit
aktivitas dilakukan, misalnya foraging sebanyak 15 kali tersebut
dilakukan selama durasi 45 menit.

Tabel 3.2. Deskripsi Perilaku Ingestif Sapi (contoh Sapi PO) di Labuhan Merak.
Aktivitas Deskripsi
Foraging Aktivitas foraging sapi di Labuhan Merak terutama dilakukan
dengan berjalan. Sapi berjalan terus menerus hingga
menemukan makanan. Setelah menemukan makanan, sapi
tidak langsung memakannya tetapi mengenali terlebih dahulu.
Sapi PO di Labuhan Merak tidak memakan semua jenis
vegetasi yang ada.
Grazing Aktivitas grazing pada sapi dilakukan dengan kepada
menunduk, mendekatkan mulut dengan vegetasi yang akan
dimakan. Membuka mulut, menjulurkan lidah, melilit helaian
daun dengan lidah, kemudian dengan rahang atas menarik
helaian daun hingga terpisah dari batang tumbuhan.
Ruminating Sapi yang akan melakukan aktivitas ruminating dimulai
dengan berjalan menuju naungan yang ada di savana.
Kemudian beristirahat beberapa saat dan melakukan
ruminating diketahui dengan melihat aktivitas mengunyah
makanan.

Keterangan: Buatlah uraian seperti contoh diatas berdasarkan hasil pengamatan yang
diperoleh.
3.3.2. Tingkah Laku Seksual

Tanda-tanda estrus tidak hanya diketahui melalui perubahan penampakan vulva,


induk menunjukkan tingkah laku spesifik terkait fase reproduksi. Tingkah laku
ditunjukkan pada saat menjelang, saat dan setelah estrus. Tingkah laku induk pada saat
birahi antara lain urinasi, mengangkat ekor, melenguh, menaiki ternak lain, dan diam
saat dinaiki ternak lain (Layek et al., 2011). Secara signifikan itngkah laku induk sapi
di kelompok peternakan rakyat mempunyai tingkah laku yang berbeda signifikan pada
saat estrus dengan tidak estrus, antara lain adalah frekuensi dan lama makan, frekuensi
dan lama ruminansi lebih kecil (Baliarti et al., 2018). Induk selain menunjukkan
tingkah laku tersebut juga secara kontinyu menghasilkan senyawa feromon yang
menarik perhatian sapi pejantan. Sapi pejantan mampu menangkap sinyal yang berasal
dari induk kemudian merespon hal tersebut. Sinyal tersebut berupa feromon yang
dapat berasal dari darah (Klemm et al., 1994), susu (Bendall, 2001), urin (Ramesh et
al., 2000), dan feses (Sankar dan Archunan, 2004). Pejantan menunjukkan ekspresi
perilaku yang spesifik pada saat induk estrus. Perilaku seksual tersebut antara lain
mendekati betina, mengendus bagian genitalia betina, menaiki, dan mengawini
(Shahhosseini, 2013).

3.4. Prosedur Praktikum Pengamatan Tingkah Laku Makan


Adapun prosedur dalam melaksanakan praktikum adalah sebagai berikut:
1. Kelompok praktikum telah membagi tugas didalam kelompoknya yaitu ada yang
bertugas merekam/memvideokan kegiatan, bertugas mencatat kegiatan
pengamatan, bertugas mengamati setiap perilaku ternak sesuai dengan topik
pengamatan.
2. Praktikan tetap menjaga protokol kesehatan untuk pencegahan penularan covid-19.
3. Pengamatan dilakukan pada jarak pandang yang jelas, tidak terhalang oleh sesuatu
benda, dan keberadaan praktikan dengan ternak tidak menyebabkan ternak merasa
terganggu selama pengamatan.
4. Amati dan catatlah setiap kegiatan sesuai topik pengamatan dengan durasi waktu
yang telah ditentukan di setiap topik. Data pengamatan digunakan sebagai bahan
laporan praktikum.
5. Buatlah video singkat selama pengamatan sesuai dengan topik pengamatan (3-7
menit). Video juga memperlihatkan kelompok yang sedang melakukan pengamatan
sebagai bukti kelompok melakukan praktikum dengan benar.

3.4.1. Gambar Aktivitas Makan Sapi


Buatlah Tabel gambar aktivitas sapi seperti contoh dibawah ini:
Jenis Sapi : Sapi PO
Jenis kelamin : Jantan
Lokasi : Labuhan Merak
Aktivitas Gambar
Foraging

Grazing
Ruminating

3.5. Proses Pengamatan Tingkah Laku Seksual Ternak Sapi Jantan dan Betina
Proses pengamatan bisa dilakukan kepada ternak sapi yang dikandangkan
maupun yang digembalakan. Lakukan pengamatan selama 3-4 jam kemudian tulislah
tingkah laku seksual induk yang diamati dan lama waktu masing-masing perilaku
muncul. Misalnya berapa jam waktu yang dibutuhkan dari Oro-nasal contact (ONC)
hingga mencapai proses flehmen. Amatilah tingkah laku seksual/kawin pada ternak
sapi jantan dan betina kemudian lengkapi data sesuai Tabel pada contoh dibawah ini
(Baliarti dkk., 2019).
Tabel 3.3. Deskripsi tingkah laku seksual pejantan yang diamati
Tingkah laku Deskripsi Waktu (Jam)
Oro-nasal contact Stimulus yang dicirikan dengan
(ONC) mengendus, menyundul atau menjilat
bagian vulva.
Flehmen Mengendus daerah alat kelamin betina
kemudian menarik bibir bagian atas
atau menyengir
Mounts orientation Gerakan tiba-tiba akan menaiki betina
response dari posisi belakang, seringkali diawali
(MOR) dengan meletakkan kepala pada
punggung betina
Mounts Posisi pejantan menaiki induk yang
dicirikan dengan kedua kaki depan
pejantan terangkat sepenuhnya dari
lantai
Services Menaiki betina yang disusul dengan
kopulasi
Tabel 3.4. Deskripsi tingkah laku seksual dan karakteristik vulva induk yang diamati
Tingkah laku Deskripsi Waktu (Jam)
Tingkah laku
seksual Respon menaiki ternak lain ditunjukkan
Mounting oleh induk baik kepada pejantan maupun
induk lainnya
Standing to be saat induk menerima dinaiki oleh ternak
Mounted (STBM) lain atau pejantan, induk saat STBM
tidak berarti diam sepenuhnya, seringkali
bergerak maju karna beban yang
diterima
Karakteristik vulva
Reddening vulva Munculnya perubahan warna kemerah-
merahan dengan membandingkan pada
saat tidak estrus
Swelling vulva Adanya kebengkakan pada vulva dengan
membandingkan pada saat tidak estrus
Mucuse secretion Adanya sekresi lendir bening
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. A. 2018. Perilaku Makan pada Sapi Peranakan Ongole (PO) di Blok
Merak Resort Labuhan Merak Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi.
Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Jember.

Baliarti, E., Priambodo P., Ismaya., Budiyanto A., Yulianto M. D. E., dan Atmoko B.
A. 2018. Pengamatan visual vulva dan perubahan behaviour sapi estrus pada
pemeliharaan di tingkat peternak. Prosiding Seminar Teknologi dan Agribisnis
Peternakan VI. Purwokerto, 7 Juli 2018. Purwokerto (Indonesia): Universitas
Jendral Sudirman. Hal. 153-157.

Beauchemin, K. A. 1991. Ingestion and Mastication of Feed by Dairy Cattle. Vet. Cli.
North Am. Food Anim. Pract. Pp. 439-462.

Bendall, J. G. 2001. Aroma compounds of fresh milk from New Zealand cows fed
different diets. Journal of Agriculture and Food Chemistry, 49:4825-4832.

Fraser, A. F., dan Broom, D. M. 1997. Farm Animal Behaviour and Welfare. 3rd
edition, CAB International. United Kingdom: Wallingford.

Ginnette, T. F., Dankosky, J. A., Deo, G., dan Demment, M. W. 1999. Patch
Depression in Grazers: the Roles of Biomass Distribution and Residual Stems.
Functional Ecology, 13: 37-44.

Gonzalez, L. A., X. Manteca., S. Calsamiglia., K. S. Schwartzkopf-Genswein., dan A.


Ferret. 2012. Ruminal Acidosis in Feedlot Cattle: Interplay between Feed
Ingredients, Rumen Function and Feeding Behavior. Animal Feed Science and
Technology, 172(2012): 66-79.

Hart, R. H., S. Clapp dan P. S. Test. 1993. Grazing Strategies, Stocking Rates, and
Frequency and Intensity of Grazing on Western Wheatgrass and Blue Grama.
Journal of Range Management, 46: 122-126.

Klemm, W. R. Y., Rivard G. F., dan Clement B. A. 1994. Blood acetaldehyde


fluctuates markedly during bovine estrous cycle. Animal Reproduction
Science, 35:9-26.

Kusuma, I. M. D., N. L. P. Sriyani., dan I. N. T. Ariana. 2015. Perbedaan Tingkah


Laku Makan Sapi Bali yang Dipelihara di Tempat Pembuangan Akhir Desa
Pedungan dan Sentra Pembibitan Sapi Bali Sobangan. Journal of Tropical
Animal Science. 13(3): 667-678.
Layek, S. S., Mohanty T. K., Kumaresan A., Behera K., dan Chand S. 2011.
Behavioural signs of estrus and their relationship to time of ovulation in Zebu
(Sahiwal) cattle. Animal Reproduction Science, 129:140- 145.

Mepham, T. B. dan Forbes, J. M. 1995. Ethical Aspect of The Use of


Immunomodulation in Farm Animals. Livestock Production Sc. 42 (2-3): 265-
72.

Phillips, C. J., dan Laever, J. D. 1985. Seasonal and Diurnal Variation in The Grazing
Behaviour of Dairy Cows Grazing. BGS Occasional Symposium. 19: 98-104.

Philips, C. J. 2002. Cattle Behaviour and Welfare Second Edition. United Kingdom:
Blackwell Science Ltd.

Ramesh, K., Archunan G., Jeyraman R., dan Narasimhan S. 2000. Chemical
characterization of bovine urine with special reference to estrous cycle.
Veterinary Research Communication, 24:445-454.

Sankar, R., dan Archunan G. 2004. Flehmen response in bull: role of vaginal mucus
and other body fluids of bovine with special reference to estrus. Journal of
Veterinary Science and Technology, 67:81-86.

Shahhosseini, Y. 2013. Cattle behaviour: Appearance of Behaviour in Wild and


Confinement, Upssala: SLU.

Tomaszewska, M. W., I. K. Sutama., I. G. Putu., dan T. D. Chaniago. 1991.


Reproduksi, Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Lampiran 1. Pembagian Kelompok Praktikum Per Kelas

Kelompok Praktikum Ilmu Tilik dan Tingkah Laku Ternak Kelas 5A

Kelompok I Kelompok II (Kuda) Kelompok III (Kerbau)


1. Ainaya Resti 1. Ade Fachriza 1. Agung Pratama
2. Ervie Novita Oktavani 2. Lutfi Izzan Mustofa 2. Imal Maulana Aziz
3. Hidarti Wahyuni 3. Mukhson Jamil 3. Riwanto
4. Maulida Putri Songita 4. Naufal Royandi 4. Fakhrul Riza
5. Rahma Salsa Anggita 5. Dian Novita 5. Alfan
6. Supriadi

Kelompok IV Kelompok V
1. Sepriandi 1. Wahyu Ramadhan S
2. Muammar Reza Ahyanur 2. Zachary Alwi
3. Rahmat Ramadhani 3. Taufik Hidayat R
4. Solihin 4. Roy Pramudia H
5. Yose Rizal 5. T. Salsabila Umarih

Kelompok Praktikum Ilmu Tilik dan Tingkah Laku Ternak Kelas 5B

Kelompok I (Kambing) Kelompok II (Kambing) Kelompok III (Sapi)


1. Suni 1. Naufal 1. Dika
2. Rizal 2. Rahmat 2. Eki
3. Rusdi 3. Gilang 3. Jundi
4. Kania 4. Nisa 4. Shella
5. Sonia 5. Windi 5. Anisa

Kelompok IV (Kambing) Kelompok V (Sapi) Kelompok VI (Unggas)


1. Tri Puniza 1. Albiasen 1. Ardiandi
2. Fanny Alsyukur 2. Adertoy 2. Rokhim Anwar
3. Isal Kurniawan 3. Solih 3. M. Prayoga
4. Endah Putri Rahmah 4. Aji 4. Wakdi
5. Fadilla Istiaanah 5. Ridho Rahmadiansyah 5. Azhar
Kelompok Praktikum Ilmu Tilik dan Tingkah Laku Ternak Kelas 5D

Kelompok I (Sapi) Kelompok II Kelompok III


1. Sef Furqon 1. Fahrul Septianto 1. Khairul Amin
2. Rafida 2. Laviva Kemala S 2. Diah Ayu
3. Deni Putra 3. M. Iqbal 3. Yoga Waskito
4. Aldiko Saputra 4. Noval Al fares 4. Afriyan Heri
5. Wahyu Al Fikri 5. Iksan Nurkolis Suseno
5. Deni Setiawan
6. Arif Andika
Kelompok IV Kelompok V
1. M. Ridwan H 1. Albi
2. Silvi Yulanda 2. Rovi Ardian
3. Fauzan Mustofa 3. M. Fazly
4. M. Zacky Ashari 4. Ridwan Yulianto
5. Remen Sabri 5. Doni Apriliando

Kelompok Praktikum Ilmu Tilik dan Tingkah Laku Ternak Kelas 5C

Kelompok I Kelompok II Kelompok III


1. TUAH BAGUS 1. FATHUL BARI 1. ADI SUSILO
PURNOMO 2. RIDHO SETIAWAN 2. MESWANDI
2. ARI ANANDA YUSMAN 3. RANDI 3. WANZULFAHMI
3.FADIL MAHDI 4. DEFRI NANDA 4. FEBRIADI SIREGAR
4.JACKA ARYA RAHMAD 5. SHABRI MUSLIMIN 5. DIYAN RAHANDIKA
5. MUHAMMAD FEBRIANTO
RAMADIYANASAH

Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI


1. ANNISA FAHRANI 1. NAUPAL AKBAR 1. RIZHAN HARIRI
2. SHOVIA ASRINA PUTRI 2. SANDI RAMADANI 2. MUHAMMAD YAMAN
3. DILI OKTOVIANI 3. HERIANTO ARDI TARMUJI
4. SYAIFUL AZHAR 3. LAILA KHAIRANI
5. KARISNO HUTASUHUT
4. ZULPAN HASIBUAN
5. ALDI SITORUS

Anda mungkin juga menyukai