Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

INDUSTRI TERNAK POTONG


SISTEM USAHA
MULYO SLAMET

Disusun Oleh:
Wafa Nizhom Muhammad
15/381126/PT/06978
Kelompok XIV

Asisten Pendamping : Eugenia Tyaswening

LABORATORIUM TERNAK POTONG, KERJA DAN KESAYANGAN


DEPARTEMEN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Peternakan merupakan salah satu sektor usaha yang melibatkan
berbagai unsur makhluk hidup yang dapat diambil manfaatnya oleh
manusia. Makhluk hidup yang dimaksud adalah hewan ternak yang
dipelihara dan diupayakan kesejahteraannya supaya dihasilkan produksi
yang maksimal untuk menghasilkan performa ternak yang baik dan
menguntungkan bagi peternak. Industri di bidang peternakan bermacam-
macam jenisnya, sebagian peternak memilih untuk mengembangkan
usaha dibidang penggemukan ternak dan sebagian lainnya memilih untuk
mengembangkan usaha dibidang pembibitan ternak. Salah satu jenis
ternak yang sedang banyak dikembangkan adalah ternak potong.
Ternak potong merupakan suatu komoditi ternak yang diarahkan
untuk tujuan produksi daging. Pengembangan terhadap ternak potong
harus memperhatikan karakteristik setiap individu atau komoditi ternak,
sehingga input teknologi yang diimplementasikan dalam setiap usaha
ternak potong dapat disesuaikan dengan sifat fisiologisnya.Ternak potong
dapat dibagi dua, yaitu ternak ruminansia dan ternak non ruminansia.
Fungsi ternak potong di Indonesia belum optimal terbukti dari konsumsi
daging tidak di ikuti dengan kenaikan dan ketersediaan ternak potong
dalam jumlah yang memadai. Untuk itu diperlukan berbagai cara
peningkatan produksi ternak potong, di antaranya dengan peningkatan
populasi ternak maupun diversifikasi ternak potong.
Tujuan Praktikum
Praktikum sistem usaha ternak potong bertujuan untuk mengetahui
cara pengadaan dan pemilihan bakalan ternak sapi potong yang baik.
Praktikum ini juga membantu praktikan dalam memahami mekanisme
penampungan ternak dengan manajemen yang tepat dan mengetahui
pemasaran ternak.
Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum sistem usaha ternak potong yaitu praktikan
dapat mengetahui cara pengadaan dan pemilihan bakalan ternak potong
yang baik. Mengetahui mekanisme penampungan ternak dengan
manajemen yang tepat. Menambah wawasan tentang manajemen
perawatan dan kesehatan ternak, manajemen pasca serta pemasaran.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

Perusahaan yang kami kunjungi ini bernama Mulyo Slamet yang


dikelola oleh H. Olan Suparlan, S.Sos. Mulyo Slamet ini berlokasi di Jl.
Raya Wates, km 19 Blimbing, Sukoreno, Sentolo, Kulon Progo. Usaha ini
awal berdiri tahun 1968 dan sudah turun temurun dari tiga generasi.
Bidang yang digeluti dalam Mulyo Slamet ini yaitu perdagangan atau
trading. Mulyo Slamet ini pengadaan ternaknya berupa sapi PO.
BAB III
KEGIATAN PRAKTIKUM

Kegiatan pertama yang dilakukan dalam praktikum sistem usaha di


Mulyo Slamet ini yaitu pengamatan terhadap sistem jual beli yang
dilakukan oleh Pak Olan di pasar hewan Ambarketawang. Data yang
diambil secara umum berupa proses transaksi dan penanganan ternak
terbeli. Kegiatan kedua yang dilakukan dalam praktikum sistem usaha di
Mulyo Slamet ini yaitu pengambilan data ditempat usaha Mulyo Slamet ini.
Data yang diambil berupa penilaian ternak, skor kondisi tubuh atau BCS,
komposisi dan struktur ternak serta sistem perkandangan. Kegiatan ketiga
yang dilakukan dalam praktikum sistem usaha di. Mulyo Slamet ini yaitu
kegiatan wawancara oleh Pak Olan. Data yang diambil dari wawancara ini
yaitu profil perusahaan, manajemen pengadaan ternak, pendataan ternak
atau recording, manajemen pemeliharaan, manajemen pakan, perawatan
dan kesehatan ternak, manajemen pengolahan limbah, pasca panen dan
pemasaran.
Pengadaan ternak
Siklus pengadaan ternak
Pengadaan ternak yang dilakukan di Mulyo Slamet dilakukan dua
kali dalam satu minggu yaitu pada hari rabu dan minggu. Jumlah
pengadaan ternak masih tergantung pada permintaan pembeli. Darmono
(1996) menyatakan bahwa pengadaan ternak dapat dilakukan dengan
cara mengimpor bibit ternak dan membeli ternak di daerah lain.
Berdasarkan hal tersebut, siklus pengadaan ternak yang dilakukan saat
praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Metode pengadaan ternak
Metode pengadaan ternak merupakan cara yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mendapatkan ternak yang diperlukan. Metode
pengadaan ternak yang dilakukan di Mulya Slamet yaitu perusahaan ini
telah bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam hal penyedia
bakalan. Penyedia bakalan tersebut adalah pasar-pasar hewan, maupun
peternak tradisional dari berbagai daerah di pulau Jawa seperti Kebumen
dan Gunung Kidul. Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan
UMKM (2013) menjelaskan bahwa pembelian calon induk diperoleh dari
pasar atau masyarakat lainnya. Pemeliharaan anak menjadi calon induk
untuk digemukkan bersifat fleksibel bergantung situasi pasar.
Berdasarkan hasil hal tersebut, metode pengadaan ternak yang
digunakan saat praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Jumlah ternak yang dibeli persiklus pengadaan
Jumlah pengadaan ternak masih bergantung dengan kebutuhan
perusahaan peternakan itu sendiri dengan rata-rata pengambilan 5
sampai 10 ekor. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa perusahaan melakukan pengadaan ternak sesuai dengan
kebutuhan perusahaan dan pasar. Ma’sum (2011) menyatakan bahwa
jumlah pengadaan ternak dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan
dari usaha, bergantung pada kebutuhan jumlah ternak yang dibutuhkan,
dan jumlah ternak yang berkriteria sesuai dengan jenis usahanya.
Berdasarkan hal tersebut, jumlah ternak yang dibeli persiklus pengandaan
saat praktikum sudah sesuai dengan literatur.

Pemilihan dan seleksi ternak


Pemilihan ternak
Kriteria ternak untuk pembesaran. Berdasarkan hasil praktikum
yang telah dilakukan kriteria bibit untuk pembesaran adalah punggung
lurus, jidat nonong, kepala besar, kaki proporsional, gelambir tebal dan
umur kurang lebih 4 bulan. Ternak untuk pembesaran adalah ternak yang
dipelihara untuk dibesarkan. Suparman (2014) menyatakan bahwa bibit
bakalan untuk pembesaran adalah bibit yang diambil dari anakan yang
baru disapih, atau sekitar umur 4 sampai 6 bulan. Pemeliharaan sejak
lepas sapih ini membutuhkan waktu sekitar 18 bulan.
Arifin (2015) menyatakan bahwa selama masa pembesaran dan
penggemukan yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesehatan,
makanan dan pengumbarannya. Kriteria bibit untuk pembesaran antara
lain sehat, badan panjang dan besar, nafsu makan baik dan bebas dari
penyakit. Hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan literatur.
Kesesuaian tersebut terletak pada umur ternak sapi yang akan digunakan
untuk pembesaran yakni sekitar 4 sampai 8 bulan.
Kiteria calon pejantan dan calon induk. Berdasarkan diskusi
yang telah dilakukan saat praktikum diketahui bahwa kriteria calon induk
yang baik yaitu ternak sehat, pinggul lebar, kaki kuat, ambing besar dan
sehat, puting lengkap dan tidak cacat, perototan kuat, keturunan
reproduksi bagus, mothering ability baik, umur 1 sampai 1,5 tahun dan
ukuran tubuh disesuaikan. Calon pejantan yang baik memiliki beberapa
kriteria yaitu testis simetris, libido baik, kaki kuat, tidak terlalu besar atau
terlalu kurus dan berumur 1,5 sampai 2 tahun.
Calon induk adalah ternak yang belum pernah melahirkan
sedangkan calon pejantan adalah ternak yang belum pernah mengawini
seekor ternak betina. Kriteria calon indukan antara lain ukuran badan
besar, tidak terlalu gemuk, bentuk tubuh padat, keempat kaki lurus dan
terlihat kokoh serta tumit tinggi, tidak ada cacat pada tubuhnya, mata
tajam, jernih dan suka berkedip-kedip, bola mata tampak basah, ambing
kenyal, tidak menggantung, tidak terinfeksi serta jumlahnya dua dengan
bentuk yang simetris (Suparman, 2014). Kriteria calon pejantan antara lain
ukuran badan normal, tubuh panjang, bentuk perut normal, kaki kokoh
berotot, terlihat tonjolan tulang yang besar pada kaki, mata sehat dan
bersih, gerakan lincah, aktif, dan terlihat ganas. Alat kelamin normal dan
bentuk testis simetris, umurnya antara 1,5 tahun sampai 5 tahun
(Kusumawardana, 2010). Berdasarkan hal tersebut, hasil diskusi saat
praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Kriteria bakalan untuk penggemukan. Bakalan untuk
penggemukan adalah ternak yang sengaja dipilih dengan tujuan untuk
penggemukan. Hasil dari praktikum yang telah dilakukan bahwa kriteria
bakalan untuk penggemukan antara lain kepala besar, jidad nonong,
gumba tidak miring, pangkal ekor besar atau bulat, kaki proporsional,
rambut lurus pendek, gelambir tebal, testis simetris, tulang atau sendi kaki
pendek, dan punggung lurus. Sarwono (2008) menyatakan bahwa ternak
bakalan adalah calon yang sengaja dipilih oleh peternak guna tujuan
pemeliharaan dan produksi. Ternak potong yang akan dihasilkan sangat
ditentukan oleh calon bakalan yang tersedia. ternak bakalan sebagai
ternak potong dapat berasal dari anakan lepas sapih yaitu berumur sekitar
8 bulan. Ternak jantan lebih cocok digemukkan menjadi ternak potong bila
dibandingkan ternak betina karena memiliki pertambahan bobot badan
lebih cepat. Karakteristik ternak bakalan yang cocok untuk tujuan
penggemukan antara lain ternak lepas sapih yang berbulu pendek atau
sedikit, tangguh, sehat, nafsu makan baik, tersedia sepanjang tahun
sehingga dagingnya dapat diproduksi sepanjang tahun dan persentase
karkasnya relatif tinggi yaitu dapat mencapai 50 sampai 51% dari bobot
tubuh. Hasil praktikum apabila dibandingkan sudah sesuai dengan
literatur. Kesesuaian tersebut terletak pada kaki yang proporsional dan
rambut yang lurus pendek.
Metode seleksi ternak
Hasil yang didapatkan selama praktikum berlangsung adalah
metode seleksi ternak yang dilaksanakan di Mulyo Slamet yakni secara
visual tergantung dari selera pembeli. Cara yang dilakukan oleh peternak
untuk menyeleksi ternaknya sehingga didapatkan ternak dengan kualitas
unggul. Metode seleksi ternak bisa dilakukan secara visual artinya
pengamatan langsung oleh peternak kepada ternak yang akan dipilih
untuk mendapatkan bibit unggul. Seleksi ternak yang dilakukan sesuai
dengan tujuan pemeliharaan.
Seleksi berarti memilih. Seleksi ternak berarti memilih ternak jantan
maupun betina guna mendapatkan bibit unggul. Seleksi ternak dilakukan
berdasarkan tujuan pemeliharaan. Seleksi ternak potong dilakukan
dengan dua cara yakni pengamatan dan perabaan. Seleksi ternak untuk
bibit dilakukan dengan tujuh cara antara lain kesehatan, ukuran tubuh,
temperamen, kemampuan menghasilkan susu, bobot lahir dan bobot
sapih, kemampuan merumput dan silsilah (Sudarmono dan Bambang,
2011).
Tujuan dilakukannya seleksi adalah untuk mendapatkan ternak
yang berkualitas dan hasil yang memuaskan. Tujuan lain dari pemilihan
bibit sebagai calon induk dan pejantan dimaksudkan untuk memperoleh
keturunan yang memiliki sifat yang baik seperti kesuburan dan persentase
kelahiran yang tinggi, kecepatan tubuh yang baik dan produksi susu yang
cukup (Sudarmono dan Bambang, 2011). Hasil yang didapatkan sudah
sesuai dengan literatur. Kesesuaian tersebut terletak pada seleksi ternak
yang dilakukan secara visual atau pengamatan langsung.
Replacement ternak
Replacement ternak adalah bentuk perlakuan yang dilakukan oleh
peternak dengan tujuan untuk menggantikan ternak yang mati, ataupun
terjual. Abdul (2008) menyatakan bahwa replacement ternak adalah
proses penggantian ternak yang dilakukan pada saat stock dalam
perusahaan telah habis dan perlu adanya penggantian. Replacement
ternak dilakukan dengan cara pada saat ternak datang kemudian
dimandikan, dikombor, setelah itu dibawa kepasar hewan dan dijual.
Ternak yang terjual digantikan dengan ternak yang didatangkan dari luar
seperti Kebumen, tergantung dari stock ternak yang ada. Ternak yang
telah dibeli kemudian diangkut dengan truk yang dibantu dengan floading
dock. Firman et al.,(2010) menyatakan bahwa fungsi dari replacement
ternak adalah untuk menggantikan ternak yang mati, terjual, yang telah
diafkir ataupun ternak yang digunakan untuk pembibitan. Hasil praktikum
yang didapatkan ketika praktikum sudah sesuai dengan literatur yang ada.
Penilaian ternak
Penilaian ternak adalah cara yang digunakan peternak untuk
menilai atau mengelompokkan ternak sesuai dengan kondisi tubuhnya.
Mansyur (2010) menyatakan bahwa penilaian ternak atau judging adalah
suatu usaha memperoleh ternak yang diinginkan berdasarkan penilaian
(scoring) terhadap penampilan eksterior ternak atau keunggulannya.
Sutarto (2007) menyatakan bahwa penilaian ternak dapat dilakukan
dengan cara mengamati dan memegang ternak yang bersangkutan.
Pengamatan dilakukan lewat samping, belakang dan depan. Penilaian
dengan cara memegang dilakukan mulai dari leher, punggung, pinggang
sampai ke pantat. Penilaian dengan cara memegang tersiri dari menguji
kepadatan daging leher, bahu, punggung sampai ke tungging, menguji
pertumbuhan tulang iga, lebar kemudi, daging di tungging dan pangkal
ekor serta mengukur kedalaman paha dimulai dari puncak tungging
sampai ke sendi kaki. Penilaian ternak berfungsi untuk menilai persentase
karkas yang diahasilkan ternak.
Skor tubuh ternak adalah kondisi yang menggambarkan kondisi
tubuh dari ternak tersebut. Susilorini et al., (2014) menyatakan bahwa
Body Condition Score atau BCS adalah penilaian kondisi tubuh yang
didasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah kulit,
sekitar pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul menggunakan skor.
Hasil yang didapatkan berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
sebagai berikut:
Tabel 1. Skor Kondisi Tubuh
Bangsa No. ID Nilai Ciri-ciri
PO1 - 4 Tulang duduk tidak terlihat, tulang rusuk
tidak terlihat, segita lapar tidak terlalu
terlihat dan tulang punggung tidak
menonjol.
PO2 - 3 Tulang duduk terlihat sedikit, tulang
rusuk sedikit berbayang, segitiga lapar
terlihat, tulang punggung terlihat sedikit
dan leher berwarna kecoklatan.
PO3 - 4 Tulang duduk tidak terlihat, tulang rusuk
tidak terlihat, segita lapar tidak terlalu
terlihat dan tulang punggung tidak
menonjol.
Berdasarkan hasil praktikum, sapi PO1 memiliki nilai BCS 4, sapi
PO2 memiliki nilai BCS 3, dan sapi PO3 memiliki nilai BCS 4. Prabowo
(2010) menyatakan bahwa BCS 1 memiliki ciri-ciri tulang rusuk sangat
terasa melalui kulit, tidak ada lapisan lemak, loin sangat tipis, dan terlihat
sangat kurus. BCS 2 memiliki ciri-ciri kurus, rusuk masih terlihat namun
tidak terlalu jelas, bagian loin eye cukup berotot, bagian pinggul
terlihat bundar dari samping. BCS 3 memiliki ciri-ciri terlihat sedang, rusuk
mulai tidak terlihat dan tertutup kulit dengan rapih, perototan loin penuh
dan mulai tertutup lemak, bagian pinggul semakin bundar. BCS 4 terlihat
gemuk, terlihat akumulasi lemak di pangkal ekor, rusuk tertutup daging
dan membutuhkan tekanan lebih bila ingin meraba rusuk, loin eye tebal.
BCS 5 terlihat sangat gemuk, tulang rusuk sulit diraba, loin eye tebal dan
tertutup lemak, lemak mulai teras di seluruh tubuh. Berdasarkan hal
tersebut, penilaiaan ternak melalui skor kondisi tubuh yang dilakukan saat
praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Penanganan ternak sebelum program pemeliharaan
Berdasarkan hasil yang diperoleh saat diskusi diketahui bahwa
penanganan ternak sebelum program pemeliharaan pada perusahaan
peternakan Mulya Slamet adalah dengan memandikan dan dikeringkan
setelah penurunan dari kendaraan. Mekanismenya adalah Kendaraan
datang ke samping kandang kemudian ternak diturunkan satu persatu,
kemudian dimandikan oleh para karyawan. Setelah dimandikan maka
tahap selanjutnya adalah dikeringkan dengan cara dijemur di luar.
Proses transaksi
Cara penawaran
Penawaran dilakukan dengan cara tawar menawar langsung atar
penjual dan pembeli apabila cocok maka transaksi dilakukan saat itu pula.
Cara kedua yang dilakukan dengan menggunakan koin. Koin diberikan
pembeli kepada penjual dengan tujuan kesepakatan. Kesepakatan
tersebut ditujukan agar penjual tidak menjual ternaknya ke orang lain.
Cara yang ketiga yaitu penjual membuka lapak secara langsung. Cara
pembayaran dilakukan secara tunai.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada saat diskusi, diketahui
bahwa proses transaksi yang dilakukan oleh perusaahan peternakan
Mulya Slamet adalah dengan cara penawaran langsung via koin. Pemilik
peternakan memberikan kriteria ternak yang diinginkan melalui koin
kemudian setelah adanya kesepakatan harga antara penjual dan pembeli
ternak langsung dibawa pembeli. Emhar et al. (2014) menyatakan bahwa
penawaran ternak oleh pembeli, didampingi oleh seseorang yang
mengerti tentang kondisi ternak, karena harga ternak yang hidup
cenderung lebih mahal. Berdasarkan literatur yang ada, cara penawaran
yang dilakukan Mulya Slamet telah sesuai.
Penaafsiran umur bobot dan harga ternak
Hasil yang didapatkan setelah praktikum sebagai berikut:
Jenis Umur Berat Harga Keterangan
Bangsa kriteria kelami badan
n
Betina 7-8 500 30 juta Bunting
PO Indukan
tahun
Calon Betina 4-5 275 10,5 -
PO
indukan tahun juta
Calon Jantan 3,5 80 7 juta -
PO
pejantan bulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh saat diskusi diketahui bahwa
Penafsiran umur bobot dilakukan dengan pengamatan langsung di
lapangan. Harga ternak mengikuti harga pasar dengan dilakukan
negosiasi antara penjual dan pembeli. Apabila telah terjadi kesesuaian
harga maka ternak dapat dikatakan terjual.
Penanganan ternak terbeli
Ternak yang telah terbeli kemudian dilakukan pemberian tanda,
penimbangan dan retribusi. Pemberian tanda dilakukan dengan
menggunakan spidol, jika belum dikeluh maka dikeluh sendiri dari
penjualnya. Penimbangan dilakukan ditempat penimbangan. Retribusi
dilakukan jika ternak laku terjual maka wajib membayar retribusi sebesar
7000 rupiah sedangkan apabila tidak laku membayar retribusi sebesar
4000 rupiah. Pengantaran atau pengangkutan sapi terbeli tergantung dari
kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Transportasi
Alat transportasi yang digunakan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada saat diskusi, proses
transportasi ternak di Mulya Slamet adalah menggunakan Truck dan mobil
pick up. Brutu (2007) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pengangkutan ternak potong agar dapat
mengurangi dampak stres dan penyusutan bobot badan, yaitu apabila
pengangkutan dilakukan pada musim kemarau, diusahakan transportasi
dilakukan pada waktu dini hari, subuh, atau sore hari. Pengangkutan
ternak apabila pada musim hujan, usahakan tubuh ternak tidak basah.
Proses pengangkutan jangan mencampurkan dengan ternak asing dalam
satu alat angkut (truk), dan jangan mengangkut ternak yang baru saja
kenyang diberi pakan hijauan. Berdasarkan literatur yang ada, alat
transportasi telah sesuai.
Kapasitas
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dapat diketahui bahwa
alat transportasi ternak di Mulya Slametmenggunakan mobil jenis pick up.
Mobil yang digunakan dapat mengangkut ternak dengan kapasitas sekitar
3 sampai 4 ekor ternak. Pengangkutan ternak dengan kapasitas mencapai
13 sampai 15 ekor ternak apabila menggunakan Truck. Pengangkutan
didapat dengan cara membuat bak transportasi diberikan pembatas agar
ternak tidak dapat berbaring.
Proses penaikan ternak
Berdasarkan hasil praktikum yang didapat, diketahui proses
penaikan dan penurunan ternak dibantu dengan fasilitas pendukung
berupa loading dock. Sutama dan Budiarsana (2010) menyatakan bahwa
proses penaikkan ternak kedalam pick up atau truck dengan cara digiring
melalui loading unit. Berdasarkan hasil praktikum, maka proses penaikan
ternak telah sesuai.
Penanganan ternak selama pengangkutan
Penanganan ternak selama pengangkutan yaitu dengan ternak
dipress agar tidak berbaring, ternak ditali agar lebih tenang, dikasih
jerami/karpet buat alas, dan ternak diberi pakan serta minum air gula agar
mempunyai energi yang cukup. Fachrulozi (2008), menyatakan cara
pengangkutan sangat mempengaruhi keseimbangan dan stabilitas ternak
di dalam kendaraan pengangkut. Ternak akan gelisah dan stress apabila
di dalam angkutan mengalami gangguan tetutama disebabkan oleh
kondisi alas dalam kendaraan angkut yang kurang baik. Agar ternak tidak
mengalami kegelisahan selama transportasi perlu diperhatikan beberapa
hal meliputi tubuh ternak dalam kondisi kering tidak basah. Kendaraan
harus dilengkapi atap untuk melindungi dari panas, hujan dan
menurunkan temperatur lingkungan. Kapasitas kendaraan harus
diperhatikan agar ternak tidak berdesak-desakan dan terluka saat
pengangkutan. Berdasarkan perbandingan dengan literatur penanganan
ternak selama pengangkutan di Mulyo Slamet sudah baik dan sesuai.
Proses penurunan ternak
Berdasarkan hasil diskusi yang didapat, dapat diketahui bahwa
proses penurunan ternak menggunakan bidang miring. Penurunan
menggunakan bidang miring merupakan cara yang dilakukan dengan
tujuan untuk mempermudah pemindahan ternak dari alat transportasi
menuju ke tempat tujuan. Manfaat lain dari penggunaan bidang miring
yaitu untuk meminimalisir ternak luka. Lawrie (2003) menyatakan bahwa
loading unit dilakukan dengan cara hanya memberi 1 jalan untuk ternak
berjalan menuju kandang. Ternak membutuhkan istirahat setelah proses
penurunan menggunakan loading unit untuk mengembalikan kondisi tubuh
agar lebih baik. Sutama dan Budiarsana (2010) menyatakan bahwa jika
ternak bakalan berasal dari peternakan lain yang lokasinya cukup jauh
dan memerlukan transportasi yang cukup lama, sebaiknya ternak diberi
obat antistress seperti biosalamin. Ternak langsung diistirahatkan setelah
tiba beberapa jam dan diberi Berdasarkan hal tersebut, perlakuan
terhadap ternak yang baru datang sudah sesuai.
Pendataan (Recording)
Tahapan recording
Recording ternak merupakan proses pencatatan semua kegiatan
dan kejadian yang dilakukan pada suatu usaha peternakan. Recording
perlu dilakukan karena sangat mendukung upaya perbaikan
produktifitasnya. Kegiatan recording meliputi semua aspek, mulai dari
peternak, organisasi peternak, dan performa dari ternak itu sendiri (Hakim,
2010). Manfaat recording adalah memudahkan pengenalan terhadap
ternak, memudahkan dalam melakukan penanganan, perawatan maupun
pengobatan pada ternak, berdasarkan catatan yang dimiliki, memudahkan
manajemen pemeliharaan, menghindari dan mengurangi kesalahan
manajemen pemeliharaan, pengobatan, pemberian pakan ataupun
reproduksi, menghindari terjadinya inbreeding, pekerjaan menjadi lebih
efektif dan efisien (Dinas Pertanian, 2014).
Tahapan recording bagi Pak Olan hanyalah pencatatan penjualan,
pembelian, dan rugi untung. Hasil yang didapatkan pada saat praktikum
tidak sesuai dengan literatur. Ketidaksesuaian tersebut terletak pada
recording yang dilakukan di Mulyo Slamet.
Macam Recording
Hasil yang didapatkan dari praktikum sebagai berikut
Jenis recording Data yang diambil Prosedur pendataan
Pencatatan Harga jual/beli Untung rugi
transaksi pendapatan
- - -
- - -
Pelaksanaan recording yang dilakukan di Mulyo Slamet ini belum
ada karena mengingat jumlah pekerja yang terbatas pula. Jenis catatan
atau recording yang biasa digunakan adalah identitas, dokumentasi,
catatan khusus dan sertifikat ternak. Identifikasi meliputi identifikasi fisik,
penandaan fisik dan penandaan tambahan. Identifikasi fisik meliputi warna
bulu, konformasi tubuh, bulu sekitar mata, tanduk, kaki, bentuk telinga dan
punuk. Penandaan fisik ternak dibedakan menjadi permanen atau tetap
dan semi permanen yang sifatnya sementara dan mudah untuk
dihilangkan. Penandaan tambahan adalah penandaan yang diberikan
pada ternak untuk memudahkan sapi tersebut dipantau dari kejauhan
apabila sedang dipadang penggembalaan. Jenis catatan yang kedua yaitu
dokumentasi meliputi pembuatan sketsa atau gambar individu, profil, foto,
maupun rekaman video. Recording yang ketiga yaitu catatan khusus
meliputi tanggal lahir, nomor kode ternak, berat badannya, berat lahir,
berat sapih, bangsa dan kesehatannya. Recording yang keempat adalah
sertifikat ternak meliputi breeding, asal usul tetua pejantan dan betinanya
serta tanggal lahir (Yulianto dan Cahyo, 2014). Hasil praktikum apabila
dibandingkan dengan literatur tidak sesuai.
Pemeliharaan
Penanganan ternak sebelum program pemeliharaan
Penanganan bibit atau bakalan
Penanganan bibit atau bakalan awalnya saat ternak masuk
kemudian dimandikan, dikeringkan dibawah sinar matahari, dikombor
kemudian disalon seperti pemotongan kuku. Wiyono dan Prayogi (2007)
menyatakan bahwa sebelum ternak mengalami proses pembibitan
sebaiknya ternak diberikan perlakuan cek kesehatan, seleksi induk dan
pejantan, pemberian pakan yang baik, manajemen perkandangan yang
baik, saat bunting dipisahkan dari kandang koloni, dan breeding alami.
Sebelum program pembibitan ternak jantan dan betina sebaiknya diseleksi
kembali. Ternak yang terpilih diamati dan dicatat pertimbangan tampilan
yang menjadi dasar criteria seleksi dan data pendukung lainnya,
sedangkan yang tidak terpilih akan digemukkan. Tahapan seleksi, yaitu
pembentukan kelompok dasar, penjaringan, dan pembentukan kelompok
pengembang. Hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan literatur.
Penanganan calon induk/pejantan
Berdasarkan praktikum penanganan calon induk/pejantan tidak
ada.
Penanganan induk/pejantan
Berdasarkan praktikum dan diskusi yang dilakukan diketahui bahwa
ternak yang baru datang ke Mulyo Slamet diberikan penangan
dimandikan, dikeringkan dibawah sinar matahari, dikombor kemudian
disalon seperti pemotongan kuku. Sudarmono dan Sugeng (2008)
menjelaskan bahwa pencegahan penyakit ternak dari luar peternakan
dapat dilakukan dengan karantina. Selama karantina berlangsung ternak
diberikan perlakuan khusus untuk mencegah penyebaran penyakit.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa penanganan bibit
penyakit di tidak sesuai dengan literatur. Ketidaksesuaian terdapat pada
penanganan awal induk/pejantan.
Komposisi dan struktur ternak
Komposisi dan struktur ternak dapat diketahui dengan cara
pengamatan di kandang sapi yang berada pada kandang Mulyo Slamet
ini. Komposisi ternak terdiri dari jenis komoditas atau jenis bangsa yang
ada pada kandang. Struktur ternak terdiri dari macam ternak yang ada
pada kandang berdasarkan umurnya. Terdiri dari ternak anak jantan atau
betina, ternak muda jantan atau betina, dan ternak dewasa jantan atau
betina. Jumlah seluruh ternak yang ada pada di kandang ditotal untuk
mengetahui jumlah seluruh sapi yang ada pada kandang. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut
Tabel 3. Komposisi dan Struktur Ternak Sapi
Muda Dewasa T
Anak
total
Bangsa
Betina Janta Betina Janta Betina
Jantan
n n
PO 2 5 7
1
1
Jumlah
2 5 7
Komposisi dan struktur ternak terbanyak di UD. Mulyo Slamet
ditempati oleh bangsa PO dengan total ternak 7 ekor. Fikar dan Ruhyadi
(2012) menyatakan bahwa komposisi ternak tiap bangsa, jenis kelamin,
dan umur di kandang berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu tujuan pemeliharaan, iklim, kelembaban, biaya
pemeliharaan, pakan yang tersedia, dan penyebaran penyakit.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, hasil yang diperoleh telah sesuai
dengan literatur.
Perkandangan
Lokasi
Lokasi usaha UD. Mulyo Slamet ini berlokasi di Desa Mblimbing
RT28 RW 12 Kelurahan Sukarana Kecamatan Sentolo Kab Kulonprogo
DIY. Usaha ini dekat dengan aliran sungai, dekat dengan jalan raya
sehingga distribusi ternak mudah, dekat dengan lahan hijauan dan
pemuiman penduduk. Krista dan bagus (2013) menyatakan bahwa syarat
utama lokasi peternakan adalah jauh dari pemukiman. Hasil dari kegiatan
praktikum tidak sesuai dengan literatur. Ketidaksesuaian tersebut terletak
pada lokasi peternakan Mulyo Slamet yang dekat dengan pemukiman
penduduk.
Layout kandang
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, layout kandang
peternakan Mulya Slamet adalah sebagai berikut.

Keterangan:
1. gudang pakan 4. Loading dock
2. Kandang tambat 5. Aliran sungai
3. Kandang tambat
Ngadiyono (2008) menjelaskan bahwa pembuatan layout kandang
harus mencakup fasilitas apa saja yang akan dimuat, kapasitas ternak,
ukuran, dan bentuknya. Tata letak dapat ditentukan setelah lokasi
kandang dapat diketahui. Widi (2007) menjelaskan bahwa idealnya letak
kandang agak jauh dari pemukiman atau rumah penduduk agar
kebersihan dan kesehatan ternak yang dipelihara terjamin. Letak kandang
harus mudah dijangkau, agar pemberian pakan, minum, dan perawatan
mudah dilakukan, letak kandang harus cukup memperoleh sinar matahari.
Sisi kandang yang memanjang hendaknya mengarah dari utara ke
selatan, agar lebih banyak permukaan bangunan yang terkena sinar
matahari. Bila bentuk kandang dibuat berderet dengan satu baris,
kandang hendaknya menghadap ke timur, sehingga ternak lebih banyak
mendapat sinar matahari. Sekitar kandang di tanami pohon-pohonan
untuk menambah kenyamanan bagi ternak, khususnya di daerah yang
beriklim panas. Berdasarkan hasil yang diperoleh, layout kandang di
Perusahaan Mulya Slamet sudah sesuai dengan literatur.
Karakteristik Kandang
Kandang sapi di Mulya Slamet terdiri dari enam jenis kandang,
yaitu kandang koloni, kandang isolasi, kandang jantan, kandang individu,
kandang umbaran dan kandang beranak. Cara memperoleh data
karakteristik kandang yaitu dengan mengukur panjang, lebar kandang.
Karakteristik kandang yang diamati selama praktikum meliputi jenis
kandang, atap, dinding, ukuran lokal kandang, isi ternak, ukuran
bangunan kandang, luas area kandang, ukuran tempat pakan (lokal),
ukuran tempat minum, ukuran selokan, kemiringan kandang, kemiringan
selokan, dan floorspace. Pengambilan data berupa jenis kandang, atap
dan dinding dilakukan dengan cara melihat kemudian dicatat.
Pengambilan data berupa isi ternak dilakukan dengan cara menghitung
banyaknya sapi pada setiap kandang. Pengambilan data berupa ukuran
lokal kandang, ukuran bangunan kandang, luas area kandang, ukuran
tempat pakan (lokal), ukuran tempat minum, ukuran selokan, kemiringan
kandang, kemiringan selokan, dan floorspace dilakukan dengan cara
mengukur panjang, lebar dan tinggi tempat menggunakan meteran.
Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui jenis dan luas kandang
Mulyo Slamet sebagai berikut :
Kandang
Pengamatan
1 2
Jenis Tambat
Tambat
kandang
Fungsi Menambat ternak Menambat ternak
Atap
- Bahan - seng - seng
- Bentuk - Gable - sheat
Dinding
- Tipe - Semi tertutup - Semi terbuka
- Bahan - Dinding - Batu bata
Alas
- Tipe - Non panggung Non panggung
- Bahan - Cor semen - Cor semen
Ukuran
P= 21,9 m P=51 m
bangunan
L= 19,1 m L= 7,7m
kandang
Ukuran flock P= 9,9 m P= m
kandang L= 3 m L= m
Jumlah flock 2 flock 2 flock
Lebar 4,90 m m
Gangway
Isi ternak 2 ekor 5 ekor
Luas area
kandang
Tinggi
dinding 2,4 m 3m
(flock)
Tinggi 2,9 m
2,5 m
bangunan
Tinggi atap 2,75 m 4,05 m
Ukuran p= 990 cm p= 6510 cm
tempat pakan l= 75 cm l= 75 cm
(flock) t= 60 cm t= 300 cm
Ukuran d= 44 cm
tempat t= 17 cm d= 44 cm
minum (flock) t= 17 cm
Ukuran p= 990 m -
selokan l= 32 cm
Kemiringan 4%
3%
kandang
Kemiringan -
7%
selokan
Kemiringan -
-
atap
Floor space m3/ekor m3/ekor
Secara umum terdapat dua tipe kandang yaitu kandang individual
dan kandang koloni. Kandang individu digunakan bagi satu ekor sapi
dengan ukuran 2,5 x 1,5 m (Abidin, 2002). Bentuk dan model atap
kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam
kandang, sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan
kenyamanan ternak. Berdasarkan bentuk atap kandang, beberapa model
atap yaitu atap monitor, semi monitor, gable dan shade. Model atap untuk
daerah dataran tinggi hendaknya menggunakan shade atau gable,
sedangkan untuk dataran rendah adalah monitor atau semi monitor.
Model atap monitor, semi monitor dan gable model kandang yang
mempunyai atap dua bidang, sedangkan shade mempunyai atap satu
bidang (Rasyid dan Hartatik, 2007)
Atap yang digunakan di Peternakan Mulya Slamet adalah atap jenis
gable dengan bahan asbes dan genting. Rianto (2004) menjelaskan
bahwa atap kandang berfungsi untuk menghindari ternak dari air hujan
dan terik matahari serta menjaga kekhangatan pada malam hari. Bahan
atap dapat berupa genting, ilalang, daun kelapa atau daun tebu. Atap
kandang hendaknya dibuat miring sekitar 30 derajat agar air hujan dapat
mengalir dengan lancar.
Luas kandang disesuaikan dengan umur bakalan dan jumlah ternak
yang dipelihara. Sebanyak 10 ekor bakalan umur 3-7 bulan, diperlukan
luas lantai 5 m2 karena kebutuhan luasan lantai rata-rata 0,5 m 2/ekor.
Ternak sejumlah 10 ekor bakalan umur 7-12 bulan, diperlukan luas lantai
7,5 m2 karena kebutuhan luasan lantai rata-rata 0,75 m 2/ekor. Ternak
dengan 10 ekor betina dewasa atau calon induk umur lebih dari 12 bulan,
diperlukan luas lantai 10 m 2 karena kebutuhan luasan lantai rata-rata 1
m2/ekor (Mulyono, 2005).
Aak (2008) menyatakan bahwa lantai kandang, baik lantai tanah,
adukan semen, aspal, batu-batu dan sebagainya, harus dibuat agak
sedikit miring. Kemiringan lantai kandang cukup dibuat 5°. Kemiringan
lantai ini bertujuan agar air kencing sapi tidak berhenti dan bercampur
dengan kotoran, sehingga kesehatan sapi tetap terjamin. Luas kandang
per ekor 1,5 m x 1,8 m = 2 m2. Membuat kandang untuk kapasitas 8
sampai 10 ekor di bawah satu atap lebih ekonomis daripada kapasitas 2
sampai 3 ekor di dalam satu atap. Djarijah (2010), menambahkan bahwa
ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m,
sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk
seekor anak sapi cukup 1,5 x 1 m. Ukuran tempat pakan dan tempat
minum tergantung dari ukuran ternak, yang terpenting adalah
memudahkan dan ternak leluasa untuk aktivitas makan dan minum.
Berdasarkan hal tersebut, hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan
literatur. Kesesuaian terdapat pada tipe atap yang digunakan yaitu gable
dan shade.
Fasilitas, perlengkapan, dan peralatan kandang
Fasilitas Kandang. Berdasarkan pengamatan dan pengukuran
yang dilakukan pada saat praktikum,didapatkan data mengenai fasilitas
kandang yang berada di Mulya Slamet yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5. Fasilitas Kandang
Fasilitas Jumlah Fungsi
Gudang Pakan 1 Tempat menyimpan pakan
Kandang 2 Melindungi ternak
Floading dock 1 Menurunkan dan menaikan ternak
Fasilitas pendukung peternakan yang terdapat di perusahaan
Mulya Slamet antara lain gudang pakan untuk menyimpan pakan,
kandang sebagai tempat berlindung ternak, dan floading dock untuk
menurunkan dan menaikan sapi. Fasilitas merupakan sarana dan
prasarana yang mendukung kelancaran pelaksanaan fungsi Panjaitan
(2010) menyatakan bahwa bangunan yang ada di lingkungan kandang
antara lain gudang pakan, silo, reservoirair, kamar obat, rumah karyawan,
kantor kepala, prasarana transportasi, padang gembala, rumah timbangan
ternak, tempat umbaran, kandang air, drainase, tempat pembuangan
kotoran. Fasiltas yang diperlu disediakan untuk mendukung perbaikan
produksi ternak adalah kandang kawin, kandang kambing dan dombah,
kandang pejantan, kandang jepit, dan rumah kompos. Khusus untuk
pembibitan perlu dilengkapi kandang kawin dan kandang kambing dan
domba untuk memperbaiki reproduktivitas ternak. Hasil praktikum bila
dibandingkan dengan literatur maka dapat diketahui bahwa fasililitas
pendukung di Perusahaan Mulya Slamet sudah memenuhi standar dan
layak karena perusahaan ini bergerak dalam sektor penggemukan dan
tidak memerlukan kandang breeding.
Perlengkapan kandang. Perlengkapan kandang adalah segala
sesuatu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan ternak tersebut.
Perlengkapan kandang harus ada dalam sebuah peternakan agar ternak
dapat melakukan aktifitas dengan mudah. Berdasarkan praktikum
perlengkapan kandang di Mulyo Slamet dapat dilihat pada tabel berikut.
Perlengkapan Jumlah Fungsi
.
kandang
Tempat untuk makan
1 Tempat pakan
ternak
Tempat untuk minum
2 Tempat minum
ternak
3 Dinding Melindungi ternak
4 Lampu Penerangan
Hartati (2007), menjelaskan bahwa perlengkapan yang harus ada
di kandang yaitu tempat pakan, tempat minum, saluran darinase, dan
tempat penampungan kotoran. Berdasarkan literatur diketahui
perlengkapan kandang yang ada di Mulyo Slamet dapat dikatakan
lengkap.
Peralatan kandang. Peralatan adalah suatu alat atau tempat
untuk mendukung berjalannya pekerjaan. Peralatan kandang adalah
peralatan yang digunakan di dalam kandang. Peralatan kandang yang
ada di perusahaan Budi Mulya dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Peralatan kandang
Peralatan Jumla Fungsi
h
Ember 6 Tempat komboran
Tali keluh 4 Memudahkan handling
Helter 2 Memudahkan handling
Tali 1 Untuk menali
Generator 1 Cadangan listrik
Peralatan kandang yang berada di Mulya Slamet antara lain
Ember, tali keluh, helter, tali, dan generator. Ember yang ada sebanyak 36
buah digunakan sebagai tempat komboran. Tali keluh yang ada sebanyak
buah digunakan untuk memudahkan handling. Helter yang ada sebanyak
2 buah digunakan untuk memudahkan handling. Tali yang ada sebanyak
2 buah digunakan untuk menali sesuatu. Generator yang ada sebanyak 1
buah digunakan sebagai sumber energi listrik. Hanafiah (2010)
menyatakan bahwa peralatan kandang meliputi peralatan pakan,
kebersihan, dan peralatan penanganan ternak. Berdasarkan hasil
praktikum dengan literatur didapat bahwa peralatan kandang sudah
sesuai.
Suhu dan Kelembapan kandang
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan data kondisi lingkungan
dan kondisi fisiologis ternak sebagai berikut.
Tabel suhu dan kelembabab
Waktu Suhu (0C) Kelembaban (%)
Pagi : - - -
Siang:11.45 35,7 57
Sore : 15.30 30,1 76
Kenyamanan ternak dapat dilihat dari kondisi fisiologis ternak.
Kondisi fisiologis ternak yang normal memperlihatkan ternak dalam
kondisi yang ideal, sedangkan apabila kondisi fisiologis ternak dibawah
atau diatas kisaran normal hal itu menunjukan ternak tidak berada pada
kondisi yang seharusnya. Salah satu Faktor yang mempengaruhi kondisi
fisiologis ternak adalah suhu dan kelembaban lingkungan. Pengukuran
suhu dan kelembaban kandang dilakukan siang dan sore hari.
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui suhu dan kelembaban
lingkungan menunjukan perbedaan di setiap pengukuran. Suhu terendah
ada di sore hari yaitu 30,10C sedangkan suhu tertinggi terjadi di siang hari
yaitu 35,70C dan untuk kelembaban, kelembaban tertinggi terjadi di sore
hari yaitu 76% sedangkan kelembaban terendah terjadi di siang hari yaitu
57%. Aak (2008) menyatakan bahwa suhu optimal untuk lingkungan
ternak sapi berkisar antara 13 sampai 25°C dan kritisnya pada suhu 32°C
atau lebih dan kelembaban untuk kambing dan domba berkisar antara 60
sampai 70%. Berdasarkan hasil praktikum suhu dan kelembaban
lingkungan di kandang Mulyo Slamet berada diatas kisaran normal pada
saat siang hari kecuali suhu dan kelembapan di sore hari berada di
kisaran normal.
Pakan
Bahan Pakan
Bahan pakan adalah sesuatu yang bisa dimakan oleh ternak yang
dapat bermanfaat bagi ternak dan tidak menimbulkan psenyawa pathogen
dalam tubuh. Tillman et al., (1998) menyatakan bahwa bahan pakan
adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat diabsorbsi dan
bermanfaat bagi ternak, oleh karena itu apa yang disebut dengan bahan
pakan adalah segala sesuatu yang memenuhi semua persyaratan
tersebut. Bahan pakan dapat dipisahkan menjadi dua yaitu, air dan bahan
kering. Bahan kering dibagi menjadi bahan organik dan bahan anorganik.
Bahan organik terdiri dari karbohidrat, lipida, protein, dan vitamin,
sedangkan bahan anorganik hanya terdiri mineral saja
Bahan pakan BK (%) PK (%) Harga/kg (Rp) Pengadaan
Ampas tahu - - 560/kg Sentolo
Jerami - - 400.000/truk Sleman
kolonjono - - 3000/kg Semarang/cilacap
Utomo et al., (2008) menyatakan pemberian pakan paling baik
memenuhi standar klasifaikasi pakan internasional, yaitu hijauan kering,
pastura, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber
vitamin dan additif. Berdasarkan hal tersebut, hasil yang diperoleh sudah
sesuai dengan literatur. Kesesuaian terrdapat pada ampas tahu dan
jerami sebagai sumber energi dan sumber protein dalam pakan.
Proses penyusunan pakan
Berdasarkan pengamatan penyusunan ketika praktikum, diketahui
pakan ternak terdiri dari pakan hijauan, dan pakan konsentrat. Hijauan
yang digunakan adalah jerami padi kering yang diberikan secara
adlibitum. Konsentrat yang diberikan adalah campuran antara pollard dan
ampas tahu yang diberikan secara komboran sehari dua kali. Rukmana
(2009) menjelaskan bahwa hijauan sebaiknya tidak diberikan dalam
bentuk segar, tetapi dilayukan terlebih dulu untuk mengurangi kadar air
dan menghilangkan getah serta racun pada tanaman.
Umiyasih dan Anggraeny (2007) menyatakan bahwa dalam
penyusunan ransum yang baik, harus terdiri dari beberapa langkah,
antara lain menyiapkan tabel kebutuhan zat nutrien, menyiapkan tabel
komposisi/kandungan nutrien bahan pakan, penyusunan formula ransum,
dan penyampuran bahan pakan, baik secara manual maupun
menggunakan mesin. Sudarmono dan Sugeng (2008) menyatakan
bahwa pakan penguat (konsentrat) merupakan bahan pakan atau
campuranpakan yang melengkapi kebutuhan zat pakan utama,
mengandung protein danenergi tinggi serta serat kasar kurang 18%.
Peranan pakankonsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrisi yang
rendah agarmemenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan
berkembang secara sehat. Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa
penyusunan bahan pakan yang ada sudah sesuai dengan literatur.
Metode pemberian
Pemberian pakan ternak diberikan secara rutin oleh peternak.
Ternak diberikan pakan berupa hijauan dan kosentrat. Metode pemberian
pakan secara manual. Jumlah kosentrat dan hijau diberikan sesuai
dengan ketentuan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan metode
pemberian pakan yang digunakan di Mulyo Slamet adalah sebagai
berikut:
Status B Jumlah pemberian (kg) Metode pemberian
ternak (kg) Hijauan Konsentrat Hijauan Konsentrat
Pg Sr ss Pg Sr Ss
Individu 2 sampai 3 kg 2sampai 3 kg adlibitum Komboran
Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan,
pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari
dan sore hari. Kartadisastra (1997) menjelakan bahwa hijauan yang
diberikan pada ternak lebih baik diberikan dalam keadaan segar daripada
hijauan kering. Hijauan yang dikeringakan akan menyebabkan
menurunnya palatabilitas dan kualitas hijauan tersebut.
Suparman (2007), menyatakan cara pemberian pakan yang baik
adalah dengan menggunakan tempat atau wadah pakan dengan maksud
untuk menghindarkan terbuangnya ransum, sehingga tidak terjadi
pemborosan dan semua pakan betul-betul habis dimakan ternak.
Minuman berupa air bersih diberikan secara adlibitum (tersedia terus-
menerus) dan kualitas air harus dijaga agar tidak terkontaminasi oleh bibit-
bibit penyakit. Jumlah kebutuhan pakan ternak rata-rata adalah 10% dari
berat bahan ternak per ekor per hari dan diberikan 2 sampai 3 kali dalam
sehari. Makanan umum bagi ternak yang digembalakan adalah rumput
lapangan (rumput liar), daun-daunan atau jerami. Bagi ternak yang
dikandang, sebaiknya diberikan makanan tambahan yang mempunyai
nilai nutrisi baik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan
hidupnya. Kartadisastra (1997) menyatakan bobot tubuh ternak
senantiasa berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya, makin
tinggi bobot tubuhnya, akan makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap
pakan. Metode pemberian pakan di Mulyo Slamet tidak sesuai dengan
literatur.
Reproduksi
Deteksi birahi
Birahi merupakan periode waktu dimana betina mau menerima
kehadiran pejantan untuk kopulasi. Blakely and Bade (1998) menyatakan
tanda-tanda ternak birahi yaitu sering mengembik-ngembik tanpa sebab,
menggosok-gosokkan badan pada dinding atau kayu, gelisah, nafsu
makan berkurang, ekor dikibas-kibaskan, sering berkemih, bibir kemaluan
agak membengkak, selaput bagian dalam agak kemerah-merahan, dan
keluar lendir yang jernih. Masa birahi pada sapi berlangsung sekitar 16
sampai 20 jam setiap kalinya dan terus berulang setiap 3 minggu (21
hari). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di peternakan Mulya
Slamet diketahui bahwa tidak dilakukan metode apapun untuk deteksi
birahi dikarenakan semua sapi dalam perusahaan adalah pejantan.
Umur pertama kali dikawinkan. Mulya Slamet tidak melakukan
pertama kali perkawinkan ternaknya. Hal tersebut dikarenakan fokus
perusahaan pada penggemukan dan trading sehingga tidak perlu
dikawinkan. Oleh karena itu, tidak dapat diperoleh kesimpulan umur
pertama kali praktikum.
Penentuan saat mengawinkan. Perusahaan Mulya Slamettidak
melakukan penentuan perkawinan pada ternaknya. Guntoro (2012)
menyatakan bahwa waktu yang tepat untuk mengawinkan ternak yaitu
setelah ternak betina mengalami estrus. Berdasarkan literatur yang ada,
penentuan waktu mengawinkan tidak sesuai karena didalam perusahaan
tidak melakukannya.
Metode Perkawinan. Perusahaan Mulya Slamet Farm
menggunakan metode perkawinan ternak dengan cara inseminasi
buatan. Hal ini dapat didapatkan karena dari hasil diskusi yang dilakukan
para pejantan pernah dikirim untuk dibawwa ke Balai Inseminasi. Akan
tetapi didalam perusahaan tidak dilakukan perkawinan. Berdasarkan hasil
praktikum dapat disimpulkan bahwa di Perusahaan Mulya Slamet tidak
diketahui metode perkawinannya.
Deteksi Kebuntingan
Deteksi kebuntingan merupakan salah satu tindakan yang penting
dilakukan untuk mengetahui bunting atau tidaknya seekor ternak atau
untuk mengetahui normal tidaknya saluran reproduksi ternak tersebut.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui tidak terdapat
beberapa sapi bunting di Perusahaan Mulya Slamet. Ilawati (2009)
menjelaskan bahwa kebuntingan merupakan keadaan di mana anak
sedang berkembang dalam uterus seekor hewan betina. Tanda-tanda
ternak bunting adalah ternak sudah tidak minta kawin lagi sejak
dikawinkan, lebih tenang dan perut sebelah kanan membesar, puting dan
ambing mulai membesar, makannya lebih banyak dan semakin bertambah
berat.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka telah diketahui
data mengenai ternak yang bunting. Penentuan ternak bunting dilakukan
dengan deteksi kebuntingan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan
bahwa tidak terdapat sapi bunting di perusahaan Mulya Slamet.
Penanganan kelahiran
Penanganan kelahiran pada ternak sangat dibutuhkan baik itu
sebelum, saat, dan setelah kelahiran agar ternak aman dan terhindar dari
kematian. Pemberian jerami pada kandang yang akan digunakan untuk
melahirkan dapat membantu untuk meningkatkan keselamatan ternak.
Kandang juga diusahakan steril dari semua mikrobia dan penyakit.
Penanganan ternak sebelum kelahiran. Penanganan ternak
sebelum kelahiran. bisa dilakukan dengan pemisahan ternak yang sedang
bunting dengan ternak lain dimasukkan ke dalam kandang beranak,
kandang dibersihkan dan diberi desinfektan serta dilakukan pemantauan
sampai proses kelahiran. Prihatman (2000) menjelaskan bahwa
menjelang kelahiran, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering
serta perlunya penyediaaan obat. Bahan untuk alas kandang dapat
berupa karung goni atau jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan
adalah iodine untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar.
Penanganan ternak pada saat kelahiran.
Pengananan ternak pada saat kelahiran dilakukan dengan
pemberian minum pada induk yang dicampur dengan air gula merah agar
ternak mendapat energi yang lebih, membantu ternak yang mengalami
kesulitan saat melahirkan, dan membantu menarik plasenta pada ternak
yang mengalami retensi plasenta. Rismayanti (2010) menjelaskan bahwa
pada waktu anak lahir dan telah menyentuh tanah, secara otomatis tali
pusar langsung putus dan oleskan iodine tincture pada bekas
potongannya untuk mencegah infeksi. Induk biasanya akan langsung
berdiri untuk membersihkan lendir yang menutup tubuh anaknya. Apabila
induk tidak mau menjilati anaknya, maka bersihkan cairan yang menempel
dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.
Penanganan ternak sesudah kelahiran. dilakukan dengan
membersihkan plasenta pada lubang hidung, memberi betadine pada tali
pusar, ambing induk dibersihkan, memaksa pedet untuk menyusui kepada
induknya dan diberi obat cacing serta vitamin A, D, E, K. Rismayanti
(2010), menyatakan bahwa setelah anak lahir beberapa saat kemudian
anak bisa langsung berdiri dan belajar menyusu untuk mendapatkan
kolostrum. Induk yang tidak mau menyusui anaknya, maka sebaiknya
induk dipaksa dengan cara memegangnya agar anak dapat menyusu.
Umur 3 minggu pertama, kehidupan anak secara keseluruhan tergantung
pada air susu induk atau air susu pengganti. Anak biasanya menyusu 1
sampai 2 kali setiap jam. Apabila dibandingkan dengan literatur maka
sudah tepat dan baik.
Perawatan ternak dan Kesehatan Ternak
Perawatan ternak
Perlakuan ternak masuk dilakukan dengan cara ternak masuk
kemudian dimandikan, disalon (pemotongan kuku) dan kemudian
dikombor. Pemeliharaan ternak dilakukan dengan memberikan pakan tiap
hari dan dengan sanitasi ternak maupun kandangnya. Ternak keluar
kandang dimandikan. Mulyono (2005) menyatakan bahwa tindakan
pencegahan agar ternak tidak sakit antara lain dengan menghindari
kontak dengan ternak yang sakit, menjaga agar kandang tetap bersih,
pemberian desinfektan pada kandang dan peralatan serta menjaga
kebersihan sanitasi dan ternak itu sendiri. Kebersihan ternak akan
berpengaruh terhadap konsumsi pakan, semakin bersih ternak tersebut
maka ternak akan mengkonsumsi pakan lebih banyak. Kebersihan ternak
tersebut juga akan berpengaruh terhadap kesehatan ternak itu sendiri
(Soetarno, 1999). Perawatan ternak yang dilakukan pada saat praktikum
di Mulyo Slamet sudah sesuai dengan literatur.
Perawatan sarana prasarana
Perawatan. Perawatan sarana dan prasarana yang dilakukan di
Mulyo Slamet yaitu dengan cara sanitasi kandang yang dulakukan setiap
hari dan dilakukan penyemprotan desinfektan ke kandang dan ternak.
Mulyono (2005) menyatakan bahwa tindakan pencegahan agar ternak
tidak sakit antara lain dengan menghindari kontak dengan ternak yang
sakit, menjaga agar kandang tetap bersih, pemberian desinfektan pada
kandang dan peralatan serta menjaga kebersihan sanitasi dan ternak itu
sendiri. Kebersihan ternak akan berpengaruh terhadap konsumsi pakan,
semakin bersih ternak tersebut maka ternak akan mengkonsumsi pakan
lebih banyak. Hasil dari praktikum di Mulyo Slamet sudah sesuai dengan
literatur.
Sanitasi. Sanitasi sarana dan prasarana yang dilakukan di Mulyo
Slamet yaitu dengan cara sanitasi kandang yang dilakukan setiap hari dan
dilakukan penyemprotan desinfektan ke kandang dan ternak. Mulyono
(2005) menyatakan bahwa tindakan pencegahan agar ternak tidak sakit
antara lain dengan menghindari kontak dengan ternak yang sakit,
menjaga agar kandang tetap bersih, pemberian desinfektan pada kandang
dan peralatan serta menjaga kebersihan sanitasi dan ternak itu sendiri.
Kebersihan ternak akan berpengaruh terhadap konsumsi pakan, semakin
bersih ternak tersebut maka ternak akan mengkonsumsi pakan lebih
banyak. Hasil dari praktikum di Mulyo Slamet sudah sesuai dengan
literatur.
Pencegahan dan pengendalian penyakit
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
bahwa pencegahan dan pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan
cara sanitasi kandang ternak, pemotongan kuku dan dilakukan
penyemprotan desinfektan. Peraturan Menteri Pertanian (2006)
menyatakan bahwa pencegahan atau vaksinasi dapat dilakukan dengan
cara melakukan vaksinasi dan pengujian atau tes laboratorium terhadap
penyakit hewan menular tertentu yang ditetapkan oleh instansi yang
berwenang, mencatat setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang
dipakai dalam kartu kesehatan ternak, melaporkan kepada Kepala Dinas
yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat
terhadap kemungkinan timbulnya kasus penyakit, terutama yang diduga
atau dianggap sebagai penyakit hewan menular. Penggunaan obat hewan
harus sesuai dengan ketentuan dan diperhitungkan secara ekonomis.
Pemotongan kuku dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sekali dan dilakukan
tindakan biosecurity. Cara pencegahan dan pengendalian penyakit yang
dilakukan telah sesuai dengan literatur yang ada.
Pemantauan ternak
Metode Pemantauan Ternak. Berdasarkan hasil praktikum yang
sudah dilakukan, pemantauan ternak di Perusahaan Mulyo Slamet
dilakukan dengan menggunakan proses visual ternak dipantau setiap hari
smbil dibersihkan. Ginting (2009), menyatakan bahwa pengelolaan
manajemen kesehatan ternak sapi dapat dilakukan dengan cara
mengamati ternak-ternak yang ada. Penyakit skabies adalah gangguan
pada permukaan kulit akibat infestasi parasit eksternal (kutu). Ciri-ciri
penyakit diare ternak mengeluarkan kotoran terus-menerus. Gejala
penyakit ini yaitu kambing tampak lesu, tidak mau menyusu pada
induknya, suhu tubuh meninggi, dan mengeluarkan kotoran cair yang
berbau busuk. Penyakit kembung, yaitu disebabkan gas didalam tubuh
tidak dapat keluar sehingga menganggu proses pencernaan. Gejala
penyakit ini yaitu lambung kambing membesar. Berdasarkan hasil
praktikum pemantauan ternak dilakukan dengan metode visual untuk
mengamati ternak yang sakit. Ini sudah sesuai dengan literatur.
Ciri ternak sakit dan sehat. Ciri-ciri ternak sehat adalah moncong
lembab, mata bersinar, aktif, respon tubuh baik, tidak ada luka dan dianus
tidak ada darah dan mukosa. Ciri-ciri ternak sakit adalah moncongnya
berlendir berlebihan, mata tidak bersinar, respon tubuh kurang baik,
terdapat luka, tidak aktif dan terkadang di anus ada darah atau luka.
Ngadiyono (2012) menyatakan bahwa tanda-tanda ternak sehat adalah
nafsu makan besar, minum teratur (kurang lebih delapan kali sehari), mata
jernih, hidung bersih, dan memamah biak apabila istirahat, kaki kuat, dan
mulut basah, temperatur tubuh normal, serta memiliki jarak/siklus birahi
ternak teratur. Tanda-tanda ternak sakit antara lain mata suram dan
cekung, telinga terkulai. Nafsu makan ternak juga berkurang dan
minumnya sedikit dan labat. Kotoran ternak sedikit kering, dan keras atau
mungkin diare. Badan ternak panas, detak jantung dan pernapasan tidak
normal. Berat badan meyusut hingga berjalan sempoyongan. Kulit elastis,
bulu kusut, mulut dan hidung kering, serta tempertaur tubuh naik turun.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa ciri-ciri ternak sakit dan
ternak sehat telah sesuai dengan literatur.
Penyakit yang sering muncul.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
sebagai berikut:
Nama penyakit gejala Penyebab
Alergi pada kulit Muncul bintik-bintik Alergi air
pada kaki
Mencret Feses lebih cair Stress,
mikroorganisme
Sariawan Luka dimulut, keluar Beda cuaca
mukosa berlebihan
Penyakit kulit Muncul bintik-bintik Stress pada
ternak
Gomen Nafsu makan Cuaca berbeda
berkurang
Peraturan Menteri Pertanian (2006) menyatakan bahwa pembibitan
kambing dan domba harus terletak di daerah yang tidak terdapat gejala
klinis atau bukti lain tentang penyakit radang limpa (anthrax), kluron
menular (brucellosis) dan kudis (scabies). Scabies adalah penyakit kulit
yang sering dijumpai pada ternak di Indonesia dan cenderung sulit
disembuhkan. Penyakit ini disebabkan oleh parasit tungau yaitu Sarcoptes
scabieiyang ditandai dengan gejala klinis gatal pada kulit. Parasit S.
scabiei adalah ektoparasit yang menyerang hewan terutama pada bagian
kulit yang dapat menurunkan produksi daging, kualitas kulit, dan
mengganggu kesehatan masyarakat. Secara umum, penyakit yang timbul
pada ternak sudah sesuai dengan literatur yang ada
Obat yang sering digunakan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
sebagai berikut
Nama obat kandungan fungsi Dosis
Tempe kedelai Diare 10 tempe
Sambal Vitamin c sariawan secukupnya
Desinfektan Pencegahan secukupnya
penularan
penyakit
Busane X Menghindari luka secukupnya
luar
Widi (2007) menyatakan bahwa penanganan ternak sakit adalah
dengan memberinya obat atau dengan disuntik. Obat yang diberikan
untuk diare adalah norit, diambung, aquaprim, dan neokaolana. Luka pada
kambing dan domba biasanya diberikan gusanex, untuk ternak yang
mengalami kelumpuhan diberikan infus yang menandung kalsium. Hasil
praktikum yang dilakukan tidak sesuai dengan literatur, karena beberapa
obat yang digunakan masih bersifat tradisional seperti tempe goreng dan
sambal.
Penanganan ternak sakit.
Penananganan ternak yang dilakukan adalah tergantung dari jenis
atau gejala dari penyakit tersebut. Gejala feses encer maka didiagnosa
terkena diare dan penanganannya adalah dengan memberikan tempe
goring sebagai campuran pakan ternak. Gejala yang ditunjukkan seperti
malas makan maka didiagnosa penyakit gomen dan penanganannya
adalah dengan pemberian bekicot. Widi (2007) menyatakan bahwa
penanganan ternak sakit adalah dengan memberinya obat atau dengan
disuntik. Langkah pertama yang harus dilakukan terhadap ternak yang
dicurigai sakit adalah memisahkannya dari ternak yang sehat
(dikarantina). Langkah selanjutnya, ternak tersebut diperiksa secara lebih
seksama sehingga diketahui jenis penyakit yang diderita dan penanganan
yang harus diterapkan. Penanganan ternak sakit yang telah dilakukan
berbeda dengan literatur, karena penanganan yang digunakan masih
bersifat tradisional dengan pemberian obat tradisional seperti tempe
goreng dan sambal.
Limbah Peternakan
Macam limbah
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan macam limbah yang
terdapat di kandang Mulyo Slamet yaitu feses, urin, gas amonia dan sisa
pakan. Kusumawardana (2010) menyatakan limbah khususnya di bidang
peternakan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah yang
berupa kotoran (feses dan urin) dan sisa pakan ternak merupakan media
penyebar luasan mikroorganisme patogen seperti jamur, bakteri, parasit
dan bibit tanaman liar yang dapat merugikan manusia maupun ternak itu
sendiri. Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh hasil bahwa limbah
peternakan yang dihasilkan telah sesuai dengan literatur yang ada.
Penanganan limbah
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, baik limbah cair
maupun padat dan limbah sisa pakan belum ada proses pengolahan lebih
lanjut dan hanya ditampung. Noorhidayati (2005) menyatakan limbah dari
ternak dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila dikelola
dengan baik. Limbah-limbah yang dihasilkan, baik limbah padat maupun
cair dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang. Kotoran cair
dan padat dari ternak pada umumnya digunakan sebagai pupuk organik
bagi tanaman pertanian ataupun lahan hijauan makanan ternak.Limbah
padat diproses menjadi pupuk organik (Fine Compost) yang dimanfaatkan
untuk tanaman di persawahan ataupun di lahan kering, sehingga lahan
juga menghasilkan jerami yang dimanfaatkan sebagai pakan sapi, dengan
demikian tidak ada limbah yang terbuang langsung ke lingkungan.
Berdasarkan praktikum, pengolahan limbah belum sesuai dengan literatur,
karena belum ada penanganan khusus terhadap limbah yang ada di
kandang Mulyo Slamet.
Pengolahan limbah
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, baik limbah cair
maupun padat belum ada proses pengolahan lebih lanjut. Limbah feses
ditampung yang selanjutnya dibeikan secara percuma kepada warga
apabila ada yang membutuhkan. Noorhidayati (2005) menyatakan limbah
dari ternak dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila
dikelola dengan baik. Limbah-limbah yang dihasilkan, baik limbah padat
maupun cair dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang.
Kotoran cair dan padat dari ternak pada umumnya digunakan sebagai
pupuk organik bagi tanaman pertanian ataupun lahan hijauan makanan
ternak.Limbah padat diproses menjadi pupuk organik (Fine Compost)
yang dimanfaatkan untuk tanaman di persawahan ataupun di lahan
kering, sehingga lahan juga menghasilkan jerami yang dimanfaatkan
sebagai pakan sapi, dengan demikian tidak ada limbah yang terbuang
langsung ke lingkungan. Berdasarkan praktikum, pengolahan limbah
belum sesuai dengan literatur, karena belum ada penanganan khusus
terhadap limbah yang ada di kandang Mulyo Slamet
Pasca panen dan Pemasaran
Panen ternak
Kriteria ternak yang siap dipanen. Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan kriteria ternak siap panen yaitu umur cukup, kualitas baik,
dan diminati pembeli. Arifin (2015) menyatakan bahwa kriteria ternak siap
panen adalah sudah cukup umur, bobot badan tubuh sesuai dan siap
potong apabila itu ternak potong. Berdasarkan hasil praktikum dan literatur
kurang sesuai dengan literatur.
Siklus pemanenan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
didapatkan hasil bahwa siklus pemanenan yang dilakukan di Mulyo
Slamet ini tidak menentu sesuai dengan permintaan pembeli. Arifin (2015)
menyatakan bahwa siklus pemanenan pada ternak tergantung dari waktu
pemeliharaan dan permintaan pasar. Hasil yang didapatkan sudah sesuai
dengan literatur.
Jumlah ternak yang dipanen setiap siklus pemanenan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
jumlah ternak yang dipanen setiap siklus pemanenan sekitar 2 sampai 10
ekor.
Pemasaran
Jumlah dan produk yang dihasilkan persiklus pemasaran
Berdasarkan hasil diskusi dan praktikum diperoleh jumlah dan
produk yang dihasilkan persiklus pemasaran berupa sapi PO dengan
jumlah 10 sampai 13 ekor.
Metode pemasaran
Berdasarkan praktikum metode pemasaran produk dilakukan
dengan pertemuan langsung di pasar hewan, lewat sebar brosur, dan beli
langsung di rumah. Rhodes (1983) dalam Puspita (2008) menyatakan
bahwa pemasaran adalah kolaborasi sistem mulai dari pengumpulan,
pengolahan untuk memproses raw material menjadi final produk,
pedangan pengumpul sampai pengecer melalui aliran komoditi pertanian
dari produsen ke konsumen, sedangkan pemasaran secara mikro adalah
aliran barang dan jasa secara langsung dari produsen ke konsumen
sehingga mendatangkan kepuasan dan manfaat baik kepada konsumen
akhir (final household costumer) maupun intermediate user.
Harga produk yang dipasarkan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data harga produk yang
dipasarkan sebagai berikut :
Jenis produk Harga
Bakalan sapi PO Rp.15.000.000,-
Anakan sapi PO Rp.12.000.000,-
Sapi PO dewasa Rp.50.000.000,-
Siklus pemanenan yang dilakukan oleh Mulyo Slamet adalah
tergantung pemesanan pelanggan. Setiap ada pelanggan yang beli, pada
saat itu pula ternak dikeluarkan dari kandang. Jumlah sapi yang bisa
dipanen sekitar 2 sampai 10 ekor sapi setiap minggunya. Harga sapi PO
beragam, untuk sapi PO bakalan dibandrol sebesar Rp.15.000.000,- ,
untuk anakan sapi PO sebesar Rp.12.000.000,- dan Sapi PO dewasa
sebesar Rp.50.000.000,-.
Area pemasaran
Berdasarkan hasil diskusi dan praktikum area pemasaran yang
dijangkau oleh Mulyo Slamet Farm adalah pasar hewan di daerah
jogjakarta dan sekitarnya. Pemasaran dilakukan dilakukan berbeda
tempat setiap minggunya menyesuaikan hari tanggal Jawa. Area
pemasaran Mulyo Slamet Farm antara lain pasar Prambanan di jalan
Solo, pasar Ambarketawang di jalan Wates, dan pasar Janhgkrang di
daerah Ngaglik, Sleman.
Sarana dan Prasarana pemasaran
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat
dalam mencapai maksud atau tujuan tertentu. Sarana biasanya ditujukan
pada benda-benda yang bergerak seperti mesin giling pakan, mobil, truck.
Prasarana adalah segala sesuatu yang menunjang terselenggaranya
suatu proses tersebut. Prasarana biasanya lebih ke benda-benda yang
tidak bergerak seperti kandang, gudang pakan, kantor (Safrial et al.,
2007). Berdasarkan hasil yang diperoleh saat praktikum, sarana dan
prasarana pemasaran di Mulyo Slamet antara lain 2 truck ,1 pick up, dan
2 kandang tambat. Truck dan pick up berfungsi sebagai alat transportasi
ternak dan kandang tambat sebagai tempat penambatan sapi potong.
Analisis Usaha
Analisa pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya
suatu kegiatan usaha, menemukan komponen utama pendapatan dan apa
kah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha
dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk
memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan
keteranganyang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka
waktu tertentu (Aritonang, 1997).
Analisis usaha ternak sapi sangat penting sebagai kegiatan rutin
suatu usaha ternak komersil. Dengan adanya analisis usaha dapat
dievaluasi dan mencari langka pemecahan berbagai kendala, baik usaha
untuk mengebangkan, rencana penjualan maupun mengurangi biaya-
biaya yang tidak perlu (Murtidjo, 1998).
Pendapatan atau keuntungan usaha peternakan sapi potong
digunakan rumus:
Dimana : Pd = TR-TC
Pd = Total Pendapatan yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)
TR = Total Revenue/Penerimaan yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)
TC = Total Cost/Biaya yang dikeluarkan petani peternak (Rp/Thn)
(Soekartawi, 2003).
Penerimaan usaha peternakan sapi potong merupakan total hasil
yang diperoleh peternak dari hasil pemeliharaan ternak sapi potong
selama satu bulan. Penerimaan total peternak sapi potong dapat diketahui
dengan cara melihat sumber-sumber penerimaannya dari usaha
peternakan Sapi potong. Pada usaha ternak sapi potong di Mulyo Slamet
Farm, sumber penerimaan peternak dapat dilihat dari hasil penjualan
ternak dan penjualan feses (pupuk kandang).
Biaya produksi pada usaha ternak sapi potong merupakan biaya-
biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha petani-peternak selama
satu tahun.Biaya produksi sangat menentukan dari kegiatan usaha petani
peternak yang dilakukan karena hal ini mempengaruhi hasil pendapatan
yang di peroleh oleh petani peternak.Bila biaya yang dikeluarkan terlalu
besar dan pendapatan yang kecil maka usahanya tidak menguntungkan.
Usaha sapi potong pada peternakan Mulyo Slamet memiliki beberapa
komponen dalam biaya produksinya antara lain biaya bibit sapi PO,
pakan, biaya transportasi, dan obat-obatan.
Berdasarkan hasil perhitungan saat praktikum, diperoleh data input
yang meliputi harga jual sapi dan harga feses dalam satu siklus
pemasaran (seminggu). Harga jual sapi 13 ekor adalah Rp.162.000.000,-
dan feses adalah Rp.250.000,-. Total input adalah Rp.162.250.000,-. Data
output (biaya produksi) meliputi harga bibit sapi, pakan, transportasi, gaji
karyawan dan obat-obatan. Harga bibit sapi untuk 13 ekor adalah
Rp.130.000.000,-. Harga pakan per hari Rp. 10.000,- dikali 7 hari menjadi
Rp.70.000,-. Biaya transportasi pulang pergi Rp.500.000,-. Gaji karyawan
untuk 6 orang yaitu Rp.1.500.000 Obat-obatan Rp. 25.000. Total biaya
produksi/biaya output adalah Rp. 132.095.000. Pendapatan adalah selisih
input-output yaitu Rp.162.250.000 - Rp.132.095.000 = Rp30.155.000.
Pendapatan tiap satu siklus pemasaran pak Olan adalah Rp.30.155.000.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut pendapatan yang diperoleh pak
Olan berada di atas UMR dan tergolong besar.
BAB IV
PERMASALAHAN DAN SOLUSI

Permasalahan
Permasalahan yang terjadi di peternakan Mulyo Slamet adalah
tidak adanya sistem recording sehingga pencatatan ternak belum
terstruktur. Solusi yang baik sebaiknya recording diadakan karena sistem
manajemen recording sangat diperlukan untuk manajemen pertenakan
yang baik. Semakin lengkap pencatatan ternak maka semakin baik
manajemennya.
Solusi
Solusi untuk peternakan di Mulyo Slamet adalah perlu adanya
pencatatan khusus (recording). Recording akan mempermudah dalam
pemilihan sapi yang siap untuk dijual.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum sistem usaha Mulyo Slamet yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kandang sapi PO yang digunakan
adalah kandang tambat. Pakan yang diberikan untuk ternak sapi PO ada
dua macam yaitu hijauan dan konsentrat. Penanganan limbah belum
dilakukan secara maksimal.
Saran
Saran yang mungkin bisa membangun yakni dalam sistem
recording harus dijalankan karena usaha peternakan yang maju diiringi
dengan manajemen recording yang baik pula.
Daftar Pustaka
Aak. 2008. Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Abdul, A. 2008. Ensiklopedi Umum. Kanisius Yogyakarta.
Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta
Arifin, Mistar. 2015. Mempercepat Penggemukan Domba. Agro Media
Pustaka. Jakarta Selatan.
Aritonang, D. 1997. Perencanaan dan pengelolaan Usaha.Penebar
Swadaya.
Blakely, James, dan Bade, D.H. 1998. Ilmu Peternakan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Brutu, Karina Mia. 2007. Dampak Lama Transportasi Terhadap
Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong dan Analisis
Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan
Shorthorn. Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU.
Medan.
Darmono. 1996. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius.
Yogyakarta.
Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM. 2013. Pola
Pembiayaan Usaha Kecil menengah. Bank Indonesia. Jakarta
Pusat.
Deptan. 2014. Pedoman Pelaksanaan Pengawalan dan Koordinasi
Pembibitan. Direktorat Pembibitan. Jakarta.
Djarijah, A. B. 2010. Usaha Ternak Sapi. Kanisius. Yogyakarta.
Emhar, A. , J. M. M. Aji, dan T. Agustina. 2014. Analisis rantai pasokan
(supply chain) daging di kabupaten jember. Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian 1 (3) : 53 – 63.
Fachrulozi, Alfa. 2008. Pengaruh transportasi berdasarkan jarak dan
bobot badan awal terhadap persentase penyusutan bobot badan
kambing peranakan etawah. Universitas Brawijaya. Malang.
Fikar, S. dan D. Ruhyadi. 2010. Petunjuk Praktis Penggemukan Sapi 4
Bulan Panen. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Firman, A, Sri Bandiyati C. K. P dan Hermawan. 2010. Peran usaha
pembibitan dalam pengembangan ternak Sapi Perah di Indonesia.
Jurnal Ilmu Ternak. 10(1). Hal 7-13.
Guntoro, Suprio. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Kanisius. Jakarta.
Hakim, L. G., Ciptadi.V.M.A., dan Nurgiatiningsih. 2010. Model Rekording
Data Perfomans Sapi Potong Lokal Di Indonesia. Produksi Ternak
Fakultas Peternakan.Universitas Brawijaya. Malang.
Hanafiah, A. 2010. Petunjuk Teknis Pembibitan Sapi Potong. IPB. Bogor.
Illawati, R. W. 2009. Efektifitas penggunaan berbagai volume asam
sulfat pekat (H2SO4) untuk menguji kandungan estrogen dalam
urine sapi Brahman Cross bunting. Skripsi. Sekolah Tinggi
Peternakan. Sijunjung. Jakarta.
Kusumawardana, C. 2010. Manajemen Breeding Sapi Potong di Dinas
Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Sragen. Universitas Sebelas
maret. Surakarta.
Ma’sum, M. 2011. Pedoman Umum Pengembangan Integrasi Ternak
Sapi. Dinas Peternakan. Bogor.
Mulyono dan Sarwono. 2005. Penggemukkan Kambing Potong. Penebar
Swadaya. Depok.
Murtidjo. B. A. 1998. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan
Perah.Kanisius. Jakarta.
Ngadiyono, N. 2008. Beternak Sapi Potong. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Panjaitan, Tanda, Sahat. , Ahmad Muzani. 2010. Panduan Praktis
Perkandangan Sapi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Peranian. Departemen
Pertanian. NTB.
Peraturan Menteri Pertanian. 2006. Pedoman Pembibitan Kambing dan
Domba Yang Baik (Good Breeding Practice). Nomor
57/Permentan/OT. 140/10/2006.
Prabowo, A. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Kambing. BPTP
Sumatera Selatan. Palembang.
Prihatman, Kemal. 2000. Budidaya Ternak Sapi Potong. Proyek
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Bappenas.
Jakarta.
Rasyid, A., dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi
Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian,
Bogor.
Rianto. E. 2004. Kandang Kambing. Lembaga Pengabdian Masyarakat
Universitas Diponegoro. Semarang.
Sarwono, B. 2008. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekartawi, 1995.AnalisisUsaha Tani.Universitas Indonesia Press.
Jakarta
Soetarno N. S. 1999. Perpustakaan dan Masyarakat. CV. Sagung Seto.
Jakarta.
Sudarmono, A S dan Y. B. Sugeng. 2011. Beternak Domba. Penebar
Swadaya. Depok.
Suparman. 2014. Beternak Kambing. Azka Press. Jakarta.
Susilorini, TE., Maylinda, S. Surjowarjono., Suyadi. 2014. Importance of
body condition score for milk production traits in PE goats. Journal
of Biology, Agriculture and Healthcare vol 4(3) hala 151-157.
Syafrial, Endang Susilawati dan Bustami. 2007. Manajemen Pengelolaan
Penggemukan Sapi Potong. Balai Pengkajian Pertanian Jambi.
Utomo, R. 2012. Bahan Pakan Berserat untuk Sapi. PT. Citra Aji Parama,
Yogyakarta.
Widi, Tri S. M. 2007. Beternak Domba. PT. Intan Sejati. Klaten.
Yulianto, P dan Cahyo Saparinto. 2014. Beternak Sapi Limousin. Penebar
Swadaya. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai