Disusun Oleh:
Wafa Nizhom Muhammad
15/381126/PT/06978
Kelompok XIV
Latar Belakang
Peternakan merupakan salah satu sektor usaha yang melibatkan
berbagai unsur makhluk hidup yang dapat diambil manfaatnya oleh
manusia. Makhluk hidup yang dimaksud adalah hewan ternak yang
dipelihara dan diupayakan kesejahteraannya supaya dihasilkan produksi
yang maksimal untuk menghasilkan performa ternak yang baik dan
menguntungkan bagi peternak. Industri di bidang peternakan bermacam-
macam jenisnya, sebagian peternak memilih untuk mengembangkan
usaha dibidang penggemukan ternak dan sebagian lainnya memilih untuk
mengembangkan usaha dibidang pembibitan ternak. Salah satu jenis
ternak yang sedang banyak dikembangkan adalah ternak potong.
Ternak potong merupakan suatu komoditi ternak yang diarahkan
untuk tujuan produksi daging. Pengembangan terhadap ternak potong
harus memperhatikan karakteristik setiap individu atau komoditi ternak,
sehingga input teknologi yang diimplementasikan dalam setiap usaha
ternak potong dapat disesuaikan dengan sifat fisiologisnya.Ternak potong
dapat dibagi dua, yaitu ternak ruminansia dan ternak non ruminansia.
Fungsi ternak potong di Indonesia belum optimal terbukti dari konsumsi
daging tidak di ikuti dengan kenaikan dan ketersediaan ternak potong
dalam jumlah yang memadai. Untuk itu diperlukan berbagai cara
peningkatan produksi ternak potong, di antaranya dengan peningkatan
populasi ternak maupun diversifikasi ternak potong.
Tujuan Praktikum
Praktikum sistem usaha ternak potong bertujuan untuk mengetahui
cara pengadaan dan pemilihan bakalan ternak sapi potong yang baik.
Praktikum ini juga membantu praktikan dalam memahami mekanisme
penampungan ternak dengan manajemen yang tepat dan mengetahui
pemasaran ternak.
Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum sistem usaha ternak potong yaitu praktikan
dapat mengetahui cara pengadaan dan pemilihan bakalan ternak potong
yang baik. Mengetahui mekanisme penampungan ternak dengan
manajemen yang tepat. Menambah wawasan tentang manajemen
perawatan dan kesehatan ternak, manajemen pasca serta pemasaran.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Keterangan:
1. gudang pakan 4. Loading dock
2. Kandang tambat 5. Aliran sungai
3. Kandang tambat
Ngadiyono (2008) menjelaskan bahwa pembuatan layout kandang
harus mencakup fasilitas apa saja yang akan dimuat, kapasitas ternak,
ukuran, dan bentuknya. Tata letak dapat ditentukan setelah lokasi
kandang dapat diketahui. Widi (2007) menjelaskan bahwa idealnya letak
kandang agak jauh dari pemukiman atau rumah penduduk agar
kebersihan dan kesehatan ternak yang dipelihara terjamin. Letak kandang
harus mudah dijangkau, agar pemberian pakan, minum, dan perawatan
mudah dilakukan, letak kandang harus cukup memperoleh sinar matahari.
Sisi kandang yang memanjang hendaknya mengarah dari utara ke
selatan, agar lebih banyak permukaan bangunan yang terkena sinar
matahari. Bila bentuk kandang dibuat berderet dengan satu baris,
kandang hendaknya menghadap ke timur, sehingga ternak lebih banyak
mendapat sinar matahari. Sekitar kandang di tanami pohon-pohonan
untuk menambah kenyamanan bagi ternak, khususnya di daerah yang
beriklim panas. Berdasarkan hasil yang diperoleh, layout kandang di
Perusahaan Mulya Slamet sudah sesuai dengan literatur.
Karakteristik Kandang
Kandang sapi di Mulya Slamet terdiri dari enam jenis kandang,
yaitu kandang koloni, kandang isolasi, kandang jantan, kandang individu,
kandang umbaran dan kandang beranak. Cara memperoleh data
karakteristik kandang yaitu dengan mengukur panjang, lebar kandang.
Karakteristik kandang yang diamati selama praktikum meliputi jenis
kandang, atap, dinding, ukuran lokal kandang, isi ternak, ukuran
bangunan kandang, luas area kandang, ukuran tempat pakan (lokal),
ukuran tempat minum, ukuran selokan, kemiringan kandang, kemiringan
selokan, dan floorspace. Pengambilan data berupa jenis kandang, atap
dan dinding dilakukan dengan cara melihat kemudian dicatat.
Pengambilan data berupa isi ternak dilakukan dengan cara menghitung
banyaknya sapi pada setiap kandang. Pengambilan data berupa ukuran
lokal kandang, ukuran bangunan kandang, luas area kandang, ukuran
tempat pakan (lokal), ukuran tempat minum, ukuran selokan, kemiringan
kandang, kemiringan selokan, dan floorspace dilakukan dengan cara
mengukur panjang, lebar dan tinggi tempat menggunakan meteran.
Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui jenis dan luas kandang
Mulyo Slamet sebagai berikut :
Kandang
Pengamatan
1 2
Jenis Tambat
Tambat
kandang
Fungsi Menambat ternak Menambat ternak
Atap
- Bahan - seng - seng
- Bentuk - Gable - sheat
Dinding
- Tipe - Semi tertutup - Semi terbuka
- Bahan - Dinding - Batu bata
Alas
- Tipe - Non panggung Non panggung
- Bahan - Cor semen - Cor semen
Ukuran
P= 21,9 m P=51 m
bangunan
L= 19,1 m L= 7,7m
kandang
Ukuran flock P= 9,9 m P= m
kandang L= 3 m L= m
Jumlah flock 2 flock 2 flock
Lebar 4,90 m m
Gangway
Isi ternak 2 ekor 5 ekor
Luas area
kandang
Tinggi
dinding 2,4 m 3m
(flock)
Tinggi 2,9 m
2,5 m
bangunan
Tinggi atap 2,75 m 4,05 m
Ukuran p= 990 cm p= 6510 cm
tempat pakan l= 75 cm l= 75 cm
(flock) t= 60 cm t= 300 cm
Ukuran d= 44 cm
tempat t= 17 cm d= 44 cm
minum (flock) t= 17 cm
Ukuran p= 990 m -
selokan l= 32 cm
Kemiringan 4%
3%
kandang
Kemiringan -
7%
selokan
Kemiringan -
-
atap
Floor space m3/ekor m3/ekor
Secara umum terdapat dua tipe kandang yaitu kandang individual
dan kandang koloni. Kandang individu digunakan bagi satu ekor sapi
dengan ukuran 2,5 x 1,5 m (Abidin, 2002). Bentuk dan model atap
kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam
kandang, sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan
kenyamanan ternak. Berdasarkan bentuk atap kandang, beberapa model
atap yaitu atap monitor, semi monitor, gable dan shade. Model atap untuk
daerah dataran tinggi hendaknya menggunakan shade atau gable,
sedangkan untuk dataran rendah adalah monitor atau semi monitor.
Model atap monitor, semi monitor dan gable model kandang yang
mempunyai atap dua bidang, sedangkan shade mempunyai atap satu
bidang (Rasyid dan Hartatik, 2007)
Atap yang digunakan di Peternakan Mulya Slamet adalah atap jenis
gable dengan bahan asbes dan genting. Rianto (2004) menjelaskan
bahwa atap kandang berfungsi untuk menghindari ternak dari air hujan
dan terik matahari serta menjaga kekhangatan pada malam hari. Bahan
atap dapat berupa genting, ilalang, daun kelapa atau daun tebu. Atap
kandang hendaknya dibuat miring sekitar 30 derajat agar air hujan dapat
mengalir dengan lancar.
Luas kandang disesuaikan dengan umur bakalan dan jumlah ternak
yang dipelihara. Sebanyak 10 ekor bakalan umur 3-7 bulan, diperlukan
luas lantai 5 m2 karena kebutuhan luasan lantai rata-rata 0,5 m 2/ekor.
Ternak sejumlah 10 ekor bakalan umur 7-12 bulan, diperlukan luas lantai
7,5 m2 karena kebutuhan luasan lantai rata-rata 0,75 m 2/ekor. Ternak
dengan 10 ekor betina dewasa atau calon induk umur lebih dari 12 bulan,
diperlukan luas lantai 10 m 2 karena kebutuhan luasan lantai rata-rata 1
m2/ekor (Mulyono, 2005).
Aak (2008) menyatakan bahwa lantai kandang, baik lantai tanah,
adukan semen, aspal, batu-batu dan sebagainya, harus dibuat agak
sedikit miring. Kemiringan lantai kandang cukup dibuat 5°. Kemiringan
lantai ini bertujuan agar air kencing sapi tidak berhenti dan bercampur
dengan kotoran, sehingga kesehatan sapi tetap terjamin. Luas kandang
per ekor 1,5 m x 1,8 m = 2 m2. Membuat kandang untuk kapasitas 8
sampai 10 ekor di bawah satu atap lebih ekonomis daripada kapasitas 2
sampai 3 ekor di dalam satu atap. Djarijah (2010), menambahkan bahwa
ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m,
sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk
seekor anak sapi cukup 1,5 x 1 m. Ukuran tempat pakan dan tempat
minum tergantung dari ukuran ternak, yang terpenting adalah
memudahkan dan ternak leluasa untuk aktivitas makan dan minum.
Berdasarkan hal tersebut, hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan
literatur. Kesesuaian terdapat pada tipe atap yang digunakan yaitu gable
dan shade.
Fasilitas, perlengkapan, dan peralatan kandang
Fasilitas Kandang. Berdasarkan pengamatan dan pengukuran
yang dilakukan pada saat praktikum,didapatkan data mengenai fasilitas
kandang yang berada di Mulya Slamet yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5. Fasilitas Kandang
Fasilitas Jumlah Fungsi
Gudang Pakan 1 Tempat menyimpan pakan
Kandang 2 Melindungi ternak
Floading dock 1 Menurunkan dan menaikan ternak
Fasilitas pendukung peternakan yang terdapat di perusahaan
Mulya Slamet antara lain gudang pakan untuk menyimpan pakan,
kandang sebagai tempat berlindung ternak, dan floading dock untuk
menurunkan dan menaikan sapi. Fasilitas merupakan sarana dan
prasarana yang mendukung kelancaran pelaksanaan fungsi Panjaitan
(2010) menyatakan bahwa bangunan yang ada di lingkungan kandang
antara lain gudang pakan, silo, reservoirair, kamar obat, rumah karyawan,
kantor kepala, prasarana transportasi, padang gembala, rumah timbangan
ternak, tempat umbaran, kandang air, drainase, tempat pembuangan
kotoran. Fasiltas yang diperlu disediakan untuk mendukung perbaikan
produksi ternak adalah kandang kawin, kandang kambing dan dombah,
kandang pejantan, kandang jepit, dan rumah kompos. Khusus untuk
pembibitan perlu dilengkapi kandang kawin dan kandang kambing dan
domba untuk memperbaiki reproduktivitas ternak. Hasil praktikum bila
dibandingkan dengan literatur maka dapat diketahui bahwa fasililitas
pendukung di Perusahaan Mulya Slamet sudah memenuhi standar dan
layak karena perusahaan ini bergerak dalam sektor penggemukan dan
tidak memerlukan kandang breeding.
Perlengkapan kandang. Perlengkapan kandang adalah segala
sesuatu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan ternak tersebut.
Perlengkapan kandang harus ada dalam sebuah peternakan agar ternak
dapat melakukan aktifitas dengan mudah. Berdasarkan praktikum
perlengkapan kandang di Mulyo Slamet dapat dilihat pada tabel berikut.
Perlengkapan Jumlah Fungsi
.
kandang
Tempat untuk makan
1 Tempat pakan
ternak
Tempat untuk minum
2 Tempat minum
ternak
3 Dinding Melindungi ternak
4 Lampu Penerangan
Hartati (2007), menjelaskan bahwa perlengkapan yang harus ada
di kandang yaitu tempat pakan, tempat minum, saluran darinase, dan
tempat penampungan kotoran. Berdasarkan literatur diketahui
perlengkapan kandang yang ada di Mulyo Slamet dapat dikatakan
lengkap.
Peralatan kandang. Peralatan adalah suatu alat atau tempat
untuk mendukung berjalannya pekerjaan. Peralatan kandang adalah
peralatan yang digunakan di dalam kandang. Peralatan kandang yang
ada di perusahaan Budi Mulya dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Peralatan kandang
Peralatan Jumla Fungsi
h
Ember 6 Tempat komboran
Tali keluh 4 Memudahkan handling
Helter 2 Memudahkan handling
Tali 1 Untuk menali
Generator 1 Cadangan listrik
Peralatan kandang yang berada di Mulya Slamet antara lain
Ember, tali keluh, helter, tali, dan generator. Ember yang ada sebanyak 36
buah digunakan sebagai tempat komboran. Tali keluh yang ada sebanyak
buah digunakan untuk memudahkan handling. Helter yang ada sebanyak
2 buah digunakan untuk memudahkan handling. Tali yang ada sebanyak
2 buah digunakan untuk menali sesuatu. Generator yang ada sebanyak 1
buah digunakan sebagai sumber energi listrik. Hanafiah (2010)
menyatakan bahwa peralatan kandang meliputi peralatan pakan,
kebersihan, dan peralatan penanganan ternak. Berdasarkan hasil
praktikum dengan literatur didapat bahwa peralatan kandang sudah
sesuai.
Suhu dan Kelembapan kandang
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan data kondisi lingkungan
dan kondisi fisiologis ternak sebagai berikut.
Tabel suhu dan kelembabab
Waktu Suhu (0C) Kelembaban (%)
Pagi : - - -
Siang:11.45 35,7 57
Sore : 15.30 30,1 76
Kenyamanan ternak dapat dilihat dari kondisi fisiologis ternak.
Kondisi fisiologis ternak yang normal memperlihatkan ternak dalam
kondisi yang ideal, sedangkan apabila kondisi fisiologis ternak dibawah
atau diatas kisaran normal hal itu menunjukan ternak tidak berada pada
kondisi yang seharusnya. Salah satu Faktor yang mempengaruhi kondisi
fisiologis ternak adalah suhu dan kelembaban lingkungan. Pengukuran
suhu dan kelembaban kandang dilakukan siang dan sore hari.
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui suhu dan kelembaban
lingkungan menunjukan perbedaan di setiap pengukuran. Suhu terendah
ada di sore hari yaitu 30,10C sedangkan suhu tertinggi terjadi di siang hari
yaitu 35,70C dan untuk kelembaban, kelembaban tertinggi terjadi di sore
hari yaitu 76% sedangkan kelembaban terendah terjadi di siang hari yaitu
57%. Aak (2008) menyatakan bahwa suhu optimal untuk lingkungan
ternak sapi berkisar antara 13 sampai 25°C dan kritisnya pada suhu 32°C
atau lebih dan kelembaban untuk kambing dan domba berkisar antara 60
sampai 70%. Berdasarkan hasil praktikum suhu dan kelembaban
lingkungan di kandang Mulyo Slamet berada diatas kisaran normal pada
saat siang hari kecuali suhu dan kelembapan di sore hari berada di
kisaran normal.
Pakan
Bahan Pakan
Bahan pakan adalah sesuatu yang bisa dimakan oleh ternak yang
dapat bermanfaat bagi ternak dan tidak menimbulkan psenyawa pathogen
dalam tubuh. Tillman et al., (1998) menyatakan bahwa bahan pakan
adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat diabsorbsi dan
bermanfaat bagi ternak, oleh karena itu apa yang disebut dengan bahan
pakan adalah segala sesuatu yang memenuhi semua persyaratan
tersebut. Bahan pakan dapat dipisahkan menjadi dua yaitu, air dan bahan
kering. Bahan kering dibagi menjadi bahan organik dan bahan anorganik.
Bahan organik terdiri dari karbohidrat, lipida, protein, dan vitamin,
sedangkan bahan anorganik hanya terdiri mineral saja
Bahan pakan BK (%) PK (%) Harga/kg (Rp) Pengadaan
Ampas tahu - - 560/kg Sentolo
Jerami - - 400.000/truk Sleman
kolonjono - - 3000/kg Semarang/cilacap
Utomo et al., (2008) menyatakan pemberian pakan paling baik
memenuhi standar klasifaikasi pakan internasional, yaitu hijauan kering,
pastura, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber
vitamin dan additif. Berdasarkan hal tersebut, hasil yang diperoleh sudah
sesuai dengan literatur. Kesesuaian terrdapat pada ampas tahu dan
jerami sebagai sumber energi dan sumber protein dalam pakan.
Proses penyusunan pakan
Berdasarkan pengamatan penyusunan ketika praktikum, diketahui
pakan ternak terdiri dari pakan hijauan, dan pakan konsentrat. Hijauan
yang digunakan adalah jerami padi kering yang diberikan secara
adlibitum. Konsentrat yang diberikan adalah campuran antara pollard dan
ampas tahu yang diberikan secara komboran sehari dua kali. Rukmana
(2009) menjelaskan bahwa hijauan sebaiknya tidak diberikan dalam
bentuk segar, tetapi dilayukan terlebih dulu untuk mengurangi kadar air
dan menghilangkan getah serta racun pada tanaman.
Umiyasih dan Anggraeny (2007) menyatakan bahwa dalam
penyusunan ransum yang baik, harus terdiri dari beberapa langkah,
antara lain menyiapkan tabel kebutuhan zat nutrien, menyiapkan tabel
komposisi/kandungan nutrien bahan pakan, penyusunan formula ransum,
dan penyampuran bahan pakan, baik secara manual maupun
menggunakan mesin. Sudarmono dan Sugeng (2008) menyatakan
bahwa pakan penguat (konsentrat) merupakan bahan pakan atau
campuranpakan yang melengkapi kebutuhan zat pakan utama,
mengandung protein danenergi tinggi serta serat kasar kurang 18%.
Peranan pakankonsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrisi yang
rendah agarmemenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan
berkembang secara sehat. Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa
penyusunan bahan pakan yang ada sudah sesuai dengan literatur.
Metode pemberian
Pemberian pakan ternak diberikan secara rutin oleh peternak.
Ternak diberikan pakan berupa hijauan dan kosentrat. Metode pemberian
pakan secara manual. Jumlah kosentrat dan hijau diberikan sesuai
dengan ketentuan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan metode
pemberian pakan yang digunakan di Mulyo Slamet adalah sebagai
berikut:
Status B Jumlah pemberian (kg) Metode pemberian
ternak (kg) Hijauan Konsentrat Hijauan Konsentrat
Pg Sr ss Pg Sr Ss
Individu 2 sampai 3 kg 2sampai 3 kg adlibitum Komboran
Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan,
pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari
dan sore hari. Kartadisastra (1997) menjelakan bahwa hijauan yang
diberikan pada ternak lebih baik diberikan dalam keadaan segar daripada
hijauan kering. Hijauan yang dikeringakan akan menyebabkan
menurunnya palatabilitas dan kualitas hijauan tersebut.
Suparman (2007), menyatakan cara pemberian pakan yang baik
adalah dengan menggunakan tempat atau wadah pakan dengan maksud
untuk menghindarkan terbuangnya ransum, sehingga tidak terjadi
pemborosan dan semua pakan betul-betul habis dimakan ternak.
Minuman berupa air bersih diberikan secara adlibitum (tersedia terus-
menerus) dan kualitas air harus dijaga agar tidak terkontaminasi oleh bibit-
bibit penyakit. Jumlah kebutuhan pakan ternak rata-rata adalah 10% dari
berat bahan ternak per ekor per hari dan diberikan 2 sampai 3 kali dalam
sehari. Makanan umum bagi ternak yang digembalakan adalah rumput
lapangan (rumput liar), daun-daunan atau jerami. Bagi ternak yang
dikandang, sebaiknya diberikan makanan tambahan yang mempunyai
nilai nutrisi baik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan
hidupnya. Kartadisastra (1997) menyatakan bobot tubuh ternak
senantiasa berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya, makin
tinggi bobot tubuhnya, akan makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap
pakan. Metode pemberian pakan di Mulyo Slamet tidak sesuai dengan
literatur.
Reproduksi
Deteksi birahi
Birahi merupakan periode waktu dimana betina mau menerima
kehadiran pejantan untuk kopulasi. Blakely and Bade (1998) menyatakan
tanda-tanda ternak birahi yaitu sering mengembik-ngembik tanpa sebab,
menggosok-gosokkan badan pada dinding atau kayu, gelisah, nafsu
makan berkurang, ekor dikibas-kibaskan, sering berkemih, bibir kemaluan
agak membengkak, selaput bagian dalam agak kemerah-merahan, dan
keluar lendir yang jernih. Masa birahi pada sapi berlangsung sekitar 16
sampai 20 jam setiap kalinya dan terus berulang setiap 3 minggu (21
hari). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di peternakan Mulya
Slamet diketahui bahwa tidak dilakukan metode apapun untuk deteksi
birahi dikarenakan semua sapi dalam perusahaan adalah pejantan.
Umur pertama kali dikawinkan. Mulya Slamet tidak melakukan
pertama kali perkawinkan ternaknya. Hal tersebut dikarenakan fokus
perusahaan pada penggemukan dan trading sehingga tidak perlu
dikawinkan. Oleh karena itu, tidak dapat diperoleh kesimpulan umur
pertama kali praktikum.
Penentuan saat mengawinkan. Perusahaan Mulya Slamettidak
melakukan penentuan perkawinan pada ternaknya. Guntoro (2012)
menyatakan bahwa waktu yang tepat untuk mengawinkan ternak yaitu
setelah ternak betina mengalami estrus. Berdasarkan literatur yang ada,
penentuan waktu mengawinkan tidak sesuai karena didalam perusahaan
tidak melakukannya.
Metode Perkawinan. Perusahaan Mulya Slamet Farm
menggunakan metode perkawinan ternak dengan cara inseminasi
buatan. Hal ini dapat didapatkan karena dari hasil diskusi yang dilakukan
para pejantan pernah dikirim untuk dibawwa ke Balai Inseminasi. Akan
tetapi didalam perusahaan tidak dilakukan perkawinan. Berdasarkan hasil
praktikum dapat disimpulkan bahwa di Perusahaan Mulya Slamet tidak
diketahui metode perkawinannya.
Deteksi Kebuntingan
Deteksi kebuntingan merupakan salah satu tindakan yang penting
dilakukan untuk mengetahui bunting atau tidaknya seekor ternak atau
untuk mengetahui normal tidaknya saluran reproduksi ternak tersebut.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui tidak terdapat
beberapa sapi bunting di Perusahaan Mulya Slamet. Ilawati (2009)
menjelaskan bahwa kebuntingan merupakan keadaan di mana anak
sedang berkembang dalam uterus seekor hewan betina. Tanda-tanda
ternak bunting adalah ternak sudah tidak minta kawin lagi sejak
dikawinkan, lebih tenang dan perut sebelah kanan membesar, puting dan
ambing mulai membesar, makannya lebih banyak dan semakin bertambah
berat.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka telah diketahui
data mengenai ternak yang bunting. Penentuan ternak bunting dilakukan
dengan deteksi kebuntingan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan
bahwa tidak terdapat sapi bunting di perusahaan Mulya Slamet.
Penanganan kelahiran
Penanganan kelahiran pada ternak sangat dibutuhkan baik itu
sebelum, saat, dan setelah kelahiran agar ternak aman dan terhindar dari
kematian. Pemberian jerami pada kandang yang akan digunakan untuk
melahirkan dapat membantu untuk meningkatkan keselamatan ternak.
Kandang juga diusahakan steril dari semua mikrobia dan penyakit.
Penanganan ternak sebelum kelahiran. Penanganan ternak
sebelum kelahiran. bisa dilakukan dengan pemisahan ternak yang sedang
bunting dengan ternak lain dimasukkan ke dalam kandang beranak,
kandang dibersihkan dan diberi desinfektan serta dilakukan pemantauan
sampai proses kelahiran. Prihatman (2000) menjelaskan bahwa
menjelang kelahiran, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering
serta perlunya penyediaaan obat. Bahan untuk alas kandang dapat
berupa karung goni atau jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan
adalah iodine untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar.
Penanganan ternak pada saat kelahiran.
Pengananan ternak pada saat kelahiran dilakukan dengan
pemberian minum pada induk yang dicampur dengan air gula merah agar
ternak mendapat energi yang lebih, membantu ternak yang mengalami
kesulitan saat melahirkan, dan membantu menarik plasenta pada ternak
yang mengalami retensi plasenta. Rismayanti (2010) menjelaskan bahwa
pada waktu anak lahir dan telah menyentuh tanah, secara otomatis tali
pusar langsung putus dan oleskan iodine tincture pada bekas
potongannya untuk mencegah infeksi. Induk biasanya akan langsung
berdiri untuk membersihkan lendir yang menutup tubuh anaknya. Apabila
induk tidak mau menjilati anaknya, maka bersihkan cairan yang menempel
dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.
Penanganan ternak sesudah kelahiran. dilakukan dengan
membersihkan plasenta pada lubang hidung, memberi betadine pada tali
pusar, ambing induk dibersihkan, memaksa pedet untuk menyusui kepada
induknya dan diberi obat cacing serta vitamin A, D, E, K. Rismayanti
(2010), menyatakan bahwa setelah anak lahir beberapa saat kemudian
anak bisa langsung berdiri dan belajar menyusu untuk mendapatkan
kolostrum. Induk yang tidak mau menyusui anaknya, maka sebaiknya
induk dipaksa dengan cara memegangnya agar anak dapat menyusu.
Umur 3 minggu pertama, kehidupan anak secara keseluruhan tergantung
pada air susu induk atau air susu pengganti. Anak biasanya menyusu 1
sampai 2 kali setiap jam. Apabila dibandingkan dengan literatur maka
sudah tepat dan baik.
Perawatan ternak dan Kesehatan Ternak
Perawatan ternak
Perlakuan ternak masuk dilakukan dengan cara ternak masuk
kemudian dimandikan, disalon (pemotongan kuku) dan kemudian
dikombor. Pemeliharaan ternak dilakukan dengan memberikan pakan tiap
hari dan dengan sanitasi ternak maupun kandangnya. Ternak keluar
kandang dimandikan. Mulyono (2005) menyatakan bahwa tindakan
pencegahan agar ternak tidak sakit antara lain dengan menghindari
kontak dengan ternak yang sakit, menjaga agar kandang tetap bersih,
pemberian desinfektan pada kandang dan peralatan serta menjaga
kebersihan sanitasi dan ternak itu sendiri. Kebersihan ternak akan
berpengaruh terhadap konsumsi pakan, semakin bersih ternak tersebut
maka ternak akan mengkonsumsi pakan lebih banyak. Kebersihan ternak
tersebut juga akan berpengaruh terhadap kesehatan ternak itu sendiri
(Soetarno, 1999). Perawatan ternak yang dilakukan pada saat praktikum
di Mulyo Slamet sudah sesuai dengan literatur.
Perawatan sarana prasarana
Perawatan. Perawatan sarana dan prasarana yang dilakukan di
Mulyo Slamet yaitu dengan cara sanitasi kandang yang dulakukan setiap
hari dan dilakukan penyemprotan desinfektan ke kandang dan ternak.
Mulyono (2005) menyatakan bahwa tindakan pencegahan agar ternak
tidak sakit antara lain dengan menghindari kontak dengan ternak yang
sakit, menjaga agar kandang tetap bersih, pemberian desinfektan pada
kandang dan peralatan serta menjaga kebersihan sanitasi dan ternak itu
sendiri. Kebersihan ternak akan berpengaruh terhadap konsumsi pakan,
semakin bersih ternak tersebut maka ternak akan mengkonsumsi pakan
lebih banyak. Hasil dari praktikum di Mulyo Slamet sudah sesuai dengan
literatur.
Sanitasi. Sanitasi sarana dan prasarana yang dilakukan di Mulyo
Slamet yaitu dengan cara sanitasi kandang yang dilakukan setiap hari dan
dilakukan penyemprotan desinfektan ke kandang dan ternak. Mulyono
(2005) menyatakan bahwa tindakan pencegahan agar ternak tidak sakit
antara lain dengan menghindari kontak dengan ternak yang sakit,
menjaga agar kandang tetap bersih, pemberian desinfektan pada kandang
dan peralatan serta menjaga kebersihan sanitasi dan ternak itu sendiri.
Kebersihan ternak akan berpengaruh terhadap konsumsi pakan, semakin
bersih ternak tersebut maka ternak akan mengkonsumsi pakan lebih
banyak. Hasil dari praktikum di Mulyo Slamet sudah sesuai dengan
literatur.
Pencegahan dan pengendalian penyakit
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
bahwa pencegahan dan pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan
cara sanitasi kandang ternak, pemotongan kuku dan dilakukan
penyemprotan desinfektan. Peraturan Menteri Pertanian (2006)
menyatakan bahwa pencegahan atau vaksinasi dapat dilakukan dengan
cara melakukan vaksinasi dan pengujian atau tes laboratorium terhadap
penyakit hewan menular tertentu yang ditetapkan oleh instansi yang
berwenang, mencatat setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang
dipakai dalam kartu kesehatan ternak, melaporkan kepada Kepala Dinas
yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat
terhadap kemungkinan timbulnya kasus penyakit, terutama yang diduga
atau dianggap sebagai penyakit hewan menular. Penggunaan obat hewan
harus sesuai dengan ketentuan dan diperhitungkan secara ekonomis.
Pemotongan kuku dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sekali dan dilakukan
tindakan biosecurity. Cara pencegahan dan pengendalian penyakit yang
dilakukan telah sesuai dengan literatur yang ada.
Pemantauan ternak
Metode Pemantauan Ternak. Berdasarkan hasil praktikum yang
sudah dilakukan, pemantauan ternak di Perusahaan Mulyo Slamet
dilakukan dengan menggunakan proses visual ternak dipantau setiap hari
smbil dibersihkan. Ginting (2009), menyatakan bahwa pengelolaan
manajemen kesehatan ternak sapi dapat dilakukan dengan cara
mengamati ternak-ternak yang ada. Penyakit skabies adalah gangguan
pada permukaan kulit akibat infestasi parasit eksternal (kutu). Ciri-ciri
penyakit diare ternak mengeluarkan kotoran terus-menerus. Gejala
penyakit ini yaitu kambing tampak lesu, tidak mau menyusu pada
induknya, suhu tubuh meninggi, dan mengeluarkan kotoran cair yang
berbau busuk. Penyakit kembung, yaitu disebabkan gas didalam tubuh
tidak dapat keluar sehingga menganggu proses pencernaan. Gejala
penyakit ini yaitu lambung kambing membesar. Berdasarkan hasil
praktikum pemantauan ternak dilakukan dengan metode visual untuk
mengamati ternak yang sakit. Ini sudah sesuai dengan literatur.
Ciri ternak sakit dan sehat. Ciri-ciri ternak sehat adalah moncong
lembab, mata bersinar, aktif, respon tubuh baik, tidak ada luka dan dianus
tidak ada darah dan mukosa. Ciri-ciri ternak sakit adalah moncongnya
berlendir berlebihan, mata tidak bersinar, respon tubuh kurang baik,
terdapat luka, tidak aktif dan terkadang di anus ada darah atau luka.
Ngadiyono (2012) menyatakan bahwa tanda-tanda ternak sehat adalah
nafsu makan besar, minum teratur (kurang lebih delapan kali sehari), mata
jernih, hidung bersih, dan memamah biak apabila istirahat, kaki kuat, dan
mulut basah, temperatur tubuh normal, serta memiliki jarak/siklus birahi
ternak teratur. Tanda-tanda ternak sakit antara lain mata suram dan
cekung, telinga terkulai. Nafsu makan ternak juga berkurang dan
minumnya sedikit dan labat. Kotoran ternak sedikit kering, dan keras atau
mungkin diare. Badan ternak panas, detak jantung dan pernapasan tidak
normal. Berat badan meyusut hingga berjalan sempoyongan. Kulit elastis,
bulu kusut, mulut dan hidung kering, serta tempertaur tubuh naik turun.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa ciri-ciri ternak sakit dan
ternak sehat telah sesuai dengan literatur.
Penyakit yang sering muncul.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
sebagai berikut:
Nama penyakit gejala Penyebab
Alergi pada kulit Muncul bintik-bintik Alergi air
pada kaki
Mencret Feses lebih cair Stress,
mikroorganisme
Sariawan Luka dimulut, keluar Beda cuaca
mukosa berlebihan
Penyakit kulit Muncul bintik-bintik Stress pada
ternak
Gomen Nafsu makan Cuaca berbeda
berkurang
Peraturan Menteri Pertanian (2006) menyatakan bahwa pembibitan
kambing dan domba harus terletak di daerah yang tidak terdapat gejala
klinis atau bukti lain tentang penyakit radang limpa (anthrax), kluron
menular (brucellosis) dan kudis (scabies). Scabies adalah penyakit kulit
yang sering dijumpai pada ternak di Indonesia dan cenderung sulit
disembuhkan. Penyakit ini disebabkan oleh parasit tungau yaitu Sarcoptes
scabieiyang ditandai dengan gejala klinis gatal pada kulit. Parasit S.
scabiei adalah ektoparasit yang menyerang hewan terutama pada bagian
kulit yang dapat menurunkan produksi daging, kualitas kulit, dan
mengganggu kesehatan masyarakat. Secara umum, penyakit yang timbul
pada ternak sudah sesuai dengan literatur yang ada
Obat yang sering digunakan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
sebagai berikut
Nama obat kandungan fungsi Dosis
Tempe kedelai Diare 10 tempe
Sambal Vitamin c sariawan secukupnya
Desinfektan Pencegahan secukupnya
penularan
penyakit
Busane X Menghindari luka secukupnya
luar
Widi (2007) menyatakan bahwa penanganan ternak sakit adalah
dengan memberinya obat atau dengan disuntik. Obat yang diberikan
untuk diare adalah norit, diambung, aquaprim, dan neokaolana. Luka pada
kambing dan domba biasanya diberikan gusanex, untuk ternak yang
mengalami kelumpuhan diberikan infus yang menandung kalsium. Hasil
praktikum yang dilakukan tidak sesuai dengan literatur, karena beberapa
obat yang digunakan masih bersifat tradisional seperti tempe goreng dan
sambal.
Penanganan ternak sakit.
Penananganan ternak yang dilakukan adalah tergantung dari jenis
atau gejala dari penyakit tersebut. Gejala feses encer maka didiagnosa
terkena diare dan penanganannya adalah dengan memberikan tempe
goring sebagai campuran pakan ternak. Gejala yang ditunjukkan seperti
malas makan maka didiagnosa penyakit gomen dan penanganannya
adalah dengan pemberian bekicot. Widi (2007) menyatakan bahwa
penanganan ternak sakit adalah dengan memberinya obat atau dengan
disuntik. Langkah pertama yang harus dilakukan terhadap ternak yang
dicurigai sakit adalah memisahkannya dari ternak yang sehat
(dikarantina). Langkah selanjutnya, ternak tersebut diperiksa secara lebih
seksama sehingga diketahui jenis penyakit yang diderita dan penanganan
yang harus diterapkan. Penanganan ternak sakit yang telah dilakukan
berbeda dengan literatur, karena penanganan yang digunakan masih
bersifat tradisional dengan pemberian obat tradisional seperti tempe
goreng dan sambal.
Limbah Peternakan
Macam limbah
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan macam limbah yang
terdapat di kandang Mulyo Slamet yaitu feses, urin, gas amonia dan sisa
pakan. Kusumawardana (2010) menyatakan limbah khususnya di bidang
peternakan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah yang
berupa kotoran (feses dan urin) dan sisa pakan ternak merupakan media
penyebar luasan mikroorganisme patogen seperti jamur, bakteri, parasit
dan bibit tanaman liar yang dapat merugikan manusia maupun ternak itu
sendiri. Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh hasil bahwa limbah
peternakan yang dihasilkan telah sesuai dengan literatur yang ada.
Penanganan limbah
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, baik limbah cair
maupun padat dan limbah sisa pakan belum ada proses pengolahan lebih
lanjut dan hanya ditampung. Noorhidayati (2005) menyatakan limbah dari
ternak dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila dikelola
dengan baik. Limbah-limbah yang dihasilkan, baik limbah padat maupun
cair dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang. Kotoran cair
dan padat dari ternak pada umumnya digunakan sebagai pupuk organik
bagi tanaman pertanian ataupun lahan hijauan makanan ternak.Limbah
padat diproses menjadi pupuk organik (Fine Compost) yang dimanfaatkan
untuk tanaman di persawahan ataupun di lahan kering, sehingga lahan
juga menghasilkan jerami yang dimanfaatkan sebagai pakan sapi, dengan
demikian tidak ada limbah yang terbuang langsung ke lingkungan.
Berdasarkan praktikum, pengolahan limbah belum sesuai dengan literatur,
karena belum ada penanganan khusus terhadap limbah yang ada di
kandang Mulyo Slamet.
Pengolahan limbah
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, baik limbah cair
maupun padat belum ada proses pengolahan lebih lanjut. Limbah feses
ditampung yang selanjutnya dibeikan secara percuma kepada warga
apabila ada yang membutuhkan. Noorhidayati (2005) menyatakan limbah
dari ternak dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila
dikelola dengan baik. Limbah-limbah yang dihasilkan, baik limbah padat
maupun cair dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang.
Kotoran cair dan padat dari ternak pada umumnya digunakan sebagai
pupuk organik bagi tanaman pertanian ataupun lahan hijauan makanan
ternak.Limbah padat diproses menjadi pupuk organik (Fine Compost)
yang dimanfaatkan untuk tanaman di persawahan ataupun di lahan
kering, sehingga lahan juga menghasilkan jerami yang dimanfaatkan
sebagai pakan sapi, dengan demikian tidak ada limbah yang terbuang
langsung ke lingkungan. Berdasarkan praktikum, pengolahan limbah
belum sesuai dengan literatur, karena belum ada penanganan khusus
terhadap limbah yang ada di kandang Mulyo Slamet
Pasca panen dan Pemasaran
Panen ternak
Kriteria ternak yang siap dipanen. Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan kriteria ternak siap panen yaitu umur cukup, kualitas baik,
dan diminati pembeli. Arifin (2015) menyatakan bahwa kriteria ternak siap
panen adalah sudah cukup umur, bobot badan tubuh sesuai dan siap
potong apabila itu ternak potong. Berdasarkan hasil praktikum dan literatur
kurang sesuai dengan literatur.
Siklus pemanenan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
didapatkan hasil bahwa siklus pemanenan yang dilakukan di Mulyo
Slamet ini tidak menentu sesuai dengan permintaan pembeli. Arifin (2015)
menyatakan bahwa siklus pemanenan pada ternak tergantung dari waktu
pemeliharaan dan permintaan pasar. Hasil yang didapatkan sudah sesuai
dengan literatur.
Jumlah ternak yang dipanen setiap siklus pemanenan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
jumlah ternak yang dipanen setiap siklus pemanenan sekitar 2 sampai 10
ekor.
Pemasaran
Jumlah dan produk yang dihasilkan persiklus pemasaran
Berdasarkan hasil diskusi dan praktikum diperoleh jumlah dan
produk yang dihasilkan persiklus pemasaran berupa sapi PO dengan
jumlah 10 sampai 13 ekor.
Metode pemasaran
Berdasarkan praktikum metode pemasaran produk dilakukan
dengan pertemuan langsung di pasar hewan, lewat sebar brosur, dan beli
langsung di rumah. Rhodes (1983) dalam Puspita (2008) menyatakan
bahwa pemasaran adalah kolaborasi sistem mulai dari pengumpulan,
pengolahan untuk memproses raw material menjadi final produk,
pedangan pengumpul sampai pengecer melalui aliran komoditi pertanian
dari produsen ke konsumen, sedangkan pemasaran secara mikro adalah
aliran barang dan jasa secara langsung dari produsen ke konsumen
sehingga mendatangkan kepuasan dan manfaat baik kepada konsumen
akhir (final household costumer) maupun intermediate user.
Harga produk yang dipasarkan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data harga produk yang
dipasarkan sebagai berikut :
Jenis produk Harga
Bakalan sapi PO Rp.15.000.000,-
Anakan sapi PO Rp.12.000.000,-
Sapi PO dewasa Rp.50.000.000,-
Siklus pemanenan yang dilakukan oleh Mulyo Slamet adalah
tergantung pemesanan pelanggan. Setiap ada pelanggan yang beli, pada
saat itu pula ternak dikeluarkan dari kandang. Jumlah sapi yang bisa
dipanen sekitar 2 sampai 10 ekor sapi setiap minggunya. Harga sapi PO
beragam, untuk sapi PO bakalan dibandrol sebesar Rp.15.000.000,- ,
untuk anakan sapi PO sebesar Rp.12.000.000,- dan Sapi PO dewasa
sebesar Rp.50.000.000,-.
Area pemasaran
Berdasarkan hasil diskusi dan praktikum area pemasaran yang
dijangkau oleh Mulyo Slamet Farm adalah pasar hewan di daerah
jogjakarta dan sekitarnya. Pemasaran dilakukan dilakukan berbeda
tempat setiap minggunya menyesuaikan hari tanggal Jawa. Area
pemasaran Mulyo Slamet Farm antara lain pasar Prambanan di jalan
Solo, pasar Ambarketawang di jalan Wates, dan pasar Janhgkrang di
daerah Ngaglik, Sleman.
Sarana dan Prasarana pemasaran
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat
dalam mencapai maksud atau tujuan tertentu. Sarana biasanya ditujukan
pada benda-benda yang bergerak seperti mesin giling pakan, mobil, truck.
Prasarana adalah segala sesuatu yang menunjang terselenggaranya
suatu proses tersebut. Prasarana biasanya lebih ke benda-benda yang
tidak bergerak seperti kandang, gudang pakan, kantor (Safrial et al.,
2007). Berdasarkan hasil yang diperoleh saat praktikum, sarana dan
prasarana pemasaran di Mulyo Slamet antara lain 2 truck ,1 pick up, dan
2 kandang tambat. Truck dan pick up berfungsi sebagai alat transportasi
ternak dan kandang tambat sebagai tempat penambatan sapi potong.
Analisis Usaha
Analisa pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya
suatu kegiatan usaha, menemukan komponen utama pendapatan dan apa
kah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha
dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk
memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan
keteranganyang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka
waktu tertentu (Aritonang, 1997).
Analisis usaha ternak sapi sangat penting sebagai kegiatan rutin
suatu usaha ternak komersil. Dengan adanya analisis usaha dapat
dievaluasi dan mencari langka pemecahan berbagai kendala, baik usaha
untuk mengebangkan, rencana penjualan maupun mengurangi biaya-
biaya yang tidak perlu (Murtidjo, 1998).
Pendapatan atau keuntungan usaha peternakan sapi potong
digunakan rumus:
Dimana : Pd = TR-TC
Pd = Total Pendapatan yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)
TR = Total Revenue/Penerimaan yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)
TC = Total Cost/Biaya yang dikeluarkan petani peternak (Rp/Thn)
(Soekartawi, 2003).
Penerimaan usaha peternakan sapi potong merupakan total hasil
yang diperoleh peternak dari hasil pemeliharaan ternak sapi potong
selama satu bulan. Penerimaan total peternak sapi potong dapat diketahui
dengan cara melihat sumber-sumber penerimaannya dari usaha
peternakan Sapi potong. Pada usaha ternak sapi potong di Mulyo Slamet
Farm, sumber penerimaan peternak dapat dilihat dari hasil penjualan
ternak dan penjualan feses (pupuk kandang).
Biaya produksi pada usaha ternak sapi potong merupakan biaya-
biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha petani-peternak selama
satu tahun.Biaya produksi sangat menentukan dari kegiatan usaha petani
peternak yang dilakukan karena hal ini mempengaruhi hasil pendapatan
yang di peroleh oleh petani peternak.Bila biaya yang dikeluarkan terlalu
besar dan pendapatan yang kecil maka usahanya tidak menguntungkan.
Usaha sapi potong pada peternakan Mulyo Slamet memiliki beberapa
komponen dalam biaya produksinya antara lain biaya bibit sapi PO,
pakan, biaya transportasi, dan obat-obatan.
Berdasarkan hasil perhitungan saat praktikum, diperoleh data input
yang meliputi harga jual sapi dan harga feses dalam satu siklus
pemasaran (seminggu). Harga jual sapi 13 ekor adalah Rp.162.000.000,-
dan feses adalah Rp.250.000,-. Total input adalah Rp.162.250.000,-. Data
output (biaya produksi) meliputi harga bibit sapi, pakan, transportasi, gaji
karyawan dan obat-obatan. Harga bibit sapi untuk 13 ekor adalah
Rp.130.000.000,-. Harga pakan per hari Rp. 10.000,- dikali 7 hari menjadi
Rp.70.000,-. Biaya transportasi pulang pergi Rp.500.000,-. Gaji karyawan
untuk 6 orang yaitu Rp.1.500.000 Obat-obatan Rp. 25.000. Total biaya
produksi/biaya output adalah Rp. 132.095.000. Pendapatan adalah selisih
input-output yaitu Rp.162.250.000 - Rp.132.095.000 = Rp30.155.000.
Pendapatan tiap satu siklus pemasaran pak Olan adalah Rp.30.155.000.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut pendapatan yang diperoleh pak
Olan berada di atas UMR dan tergolong besar.
BAB IV
PERMASALAHAN DAN SOLUSI
Permasalahan
Permasalahan yang terjadi di peternakan Mulyo Slamet adalah
tidak adanya sistem recording sehingga pencatatan ternak belum
terstruktur. Solusi yang baik sebaiknya recording diadakan karena sistem
manajemen recording sangat diperlukan untuk manajemen pertenakan
yang baik. Semakin lengkap pencatatan ternak maka semakin baik
manajemennya.
Solusi
Solusi untuk peternakan di Mulyo Slamet adalah perlu adanya
pencatatan khusus (recording). Recording akan mempermudah dalam
pemilihan sapi yang siap untuk dijual.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum sistem usaha Mulyo Slamet yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kandang sapi PO yang digunakan
adalah kandang tambat. Pakan yang diberikan untuk ternak sapi PO ada
dua macam yaitu hijauan dan konsentrat. Penanganan limbah belum
dilakukan secara maksimal.
Saran
Saran yang mungkin bisa membangun yakni dalam sistem
recording harus dijalankan karena usaha peternakan yang maju diiringi
dengan manajemen recording yang baik pula.
Daftar Pustaka
Aak. 2008. Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Abdul, A. 2008. Ensiklopedi Umum. Kanisius Yogyakarta.
Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta
Arifin, Mistar. 2015. Mempercepat Penggemukan Domba. Agro Media
Pustaka. Jakarta Selatan.
Aritonang, D. 1997. Perencanaan dan pengelolaan Usaha.Penebar
Swadaya.
Blakely, James, dan Bade, D.H. 1998. Ilmu Peternakan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Brutu, Karina Mia. 2007. Dampak Lama Transportasi Terhadap
Penyusutan Bobot Badan, pH Daging Pasca Potong dan Analisis
Biaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan
Shorthorn. Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU.
Medan.
Darmono. 1996. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius.
Yogyakarta.
Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM. 2013. Pola
Pembiayaan Usaha Kecil menengah. Bank Indonesia. Jakarta
Pusat.
Deptan. 2014. Pedoman Pelaksanaan Pengawalan dan Koordinasi
Pembibitan. Direktorat Pembibitan. Jakarta.
Djarijah, A. B. 2010. Usaha Ternak Sapi. Kanisius. Yogyakarta.
Emhar, A. , J. M. M. Aji, dan T. Agustina. 2014. Analisis rantai pasokan
(supply chain) daging di kabupaten jember. Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian 1 (3) : 53 – 63.
Fachrulozi, Alfa. 2008. Pengaruh transportasi berdasarkan jarak dan
bobot badan awal terhadap persentase penyusutan bobot badan
kambing peranakan etawah. Universitas Brawijaya. Malang.
Fikar, S. dan D. Ruhyadi. 2010. Petunjuk Praktis Penggemukan Sapi 4
Bulan Panen. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Firman, A, Sri Bandiyati C. K. P dan Hermawan. 2010. Peran usaha
pembibitan dalam pengembangan ternak Sapi Perah di Indonesia.
Jurnal Ilmu Ternak. 10(1). Hal 7-13.
Guntoro, Suprio. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Kanisius. Jakarta.
Hakim, L. G., Ciptadi.V.M.A., dan Nurgiatiningsih. 2010. Model Rekording
Data Perfomans Sapi Potong Lokal Di Indonesia. Produksi Ternak
Fakultas Peternakan.Universitas Brawijaya. Malang.
Hanafiah, A. 2010. Petunjuk Teknis Pembibitan Sapi Potong. IPB. Bogor.
Illawati, R. W. 2009. Efektifitas penggunaan berbagai volume asam
sulfat pekat (H2SO4) untuk menguji kandungan estrogen dalam
urine sapi Brahman Cross bunting. Skripsi. Sekolah Tinggi
Peternakan. Sijunjung. Jakarta.
Kusumawardana, C. 2010. Manajemen Breeding Sapi Potong di Dinas
Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Sragen. Universitas Sebelas
maret. Surakarta.
Ma’sum, M. 2011. Pedoman Umum Pengembangan Integrasi Ternak
Sapi. Dinas Peternakan. Bogor.
Mulyono dan Sarwono. 2005. Penggemukkan Kambing Potong. Penebar
Swadaya. Depok.
Murtidjo. B. A. 1998. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan
Perah.Kanisius. Jakarta.
Ngadiyono, N. 2008. Beternak Sapi Potong. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Panjaitan, Tanda, Sahat. , Ahmad Muzani. 2010. Panduan Praktis
Perkandangan Sapi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Peranian. Departemen
Pertanian. NTB.
Peraturan Menteri Pertanian. 2006. Pedoman Pembibitan Kambing dan
Domba Yang Baik (Good Breeding Practice). Nomor
57/Permentan/OT. 140/10/2006.
Prabowo, A. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Kambing. BPTP
Sumatera Selatan. Palembang.
Prihatman, Kemal. 2000. Budidaya Ternak Sapi Potong. Proyek
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Bappenas.
Jakarta.
Rasyid, A., dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi
Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian,
Bogor.
Rianto. E. 2004. Kandang Kambing. Lembaga Pengabdian Masyarakat
Universitas Diponegoro. Semarang.
Sarwono, B. 2008. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekartawi, 1995.AnalisisUsaha Tani.Universitas Indonesia Press.
Jakarta
Soetarno N. S. 1999. Perpustakaan dan Masyarakat. CV. Sagung Seto.
Jakarta.
Sudarmono, A S dan Y. B. Sugeng. 2011. Beternak Domba. Penebar
Swadaya. Depok.
Suparman. 2014. Beternak Kambing. Azka Press. Jakarta.
Susilorini, TE., Maylinda, S. Surjowarjono., Suyadi. 2014. Importance of
body condition score for milk production traits in PE goats. Journal
of Biology, Agriculture and Healthcare vol 4(3) hala 151-157.
Syafrial, Endang Susilawati dan Bustami. 2007. Manajemen Pengelolaan
Penggemukan Sapi Potong. Balai Pengkajian Pertanian Jambi.
Utomo, R. 2012. Bahan Pakan Berserat untuk Sapi. PT. Citra Aji Parama,
Yogyakarta.
Widi, Tri S. M. 2007. Beternak Domba. PT. Intan Sejati. Klaten.
Yulianto, P dan Cahyo Saparinto. 2014. Beternak Sapi Limousin. Penebar
Swadaya. Jakarta