Pemilihan bibit bakalan ternak disesuaikan dengan tujuan usaha pemeliharaan, misalnya :
- Untuk tujuan penghasil daging maka dipilih tipe pedaging
- Untuk tujuan penghasil susu, maka dipilih tipe perah
1. Tipe Pedaging
Ternak ruminansia tipe pedaging pada umumnya mempunyai ciri-ciri:
- Cepat mencapai dewasa.
- Laju pertumbuhan cepat.
- Efisiensi pakannya tinggi.
- Kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
- Tubuh dalam besar, mencirikan tipe pedaging berbentuk persegi empat atau balok.
- Perut tidak menggantung
- Tidak cacat
2. Tipe Perah
- Tubuhnya luas ke belakang seperti baji atau gergaji.
- Sistem dan bentuk ambingnya baik dan putingnya simetris.
- Efisiensi pakan untuk produksi susu tinggi.
- Sifatnya baik dan jinak
- Punggung lurus
- Perut tidak menggantung
- Kapasitas perut besar
3. Tipe Pekerja
- Bertubuh besar dan kuat dengan perototan yang kuat.
- Gerakan anggota tubuhnya bebas.
- Sifatnya tenang dan patuh.
- Kakinya panjang dan kuat.
Ternak pedet yang akan dipelihara dengan tujuan untuk penggemukan ataupun untuk ternak bibit
maka perlu dilakukan seleksi terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar ternak bakalan yang digemukan
benarbenar memberikan keuntungan yang diharapkan. Umur bakalan pedet yang akan dipakai
adalah bakalan yang telah lepas kolostrum.
Dalam memperbaiki kualitas ternak melalui perbaikan mutu genetik, diperlukan yang cukup
lama. Hal ini berbeda dengan program perbaikan mutu pakan atau pengobatan, dimana hasil yang
diperoleh dapat dilihat dalam waktu yang cukup singkat. Perbaikan mutu genetik ternak sangat
dipengaruhi oleh faktorfaktor yang akan mengontrol atau mengendalikan peningkatan atau
perbaikan mutu genetik dari suatu perilaku atau karakter.
Faktor-faktor tersebut adalah kekuatan sifat menurun, seleksi deferensial dan interval generasi.
Kekuatan sifat menurun (Heritabilitas) dapat pula diukur dengan beberapa cara, diantaranya:
Dari hubungan antara penurun dan turunannya atau perbandingan antara performan dara dengan
induknya. Cara ini dapat dipergunakan untuk mengukur heritabilitas ternak sapi, biri-biri, kuda dll.
Namun demikian pengukuran dengan cara ini mempunyai Kelemahan dimana efek sifat keindukan
(maternal effects) akan membuat keadaan menjadi membingungkan.
Dari respons yang nyata akibat seleksi Heritabilitas dapat dihitung dari jumlah penyimpangan
(perbedaan) diantara garisgaris seleksi. Cara ini tidak umum digunakan dalam dunia peternakan
2. Seleksi Differensial
Seleksi untuk satu sifat, semakin sedikit ternak yang dipilih semakin besar diferensial seleksinya.
Lebih lanjut dikatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi differensial seleksi adalah besarnya
kelompok ternak. Semakin besar suatu kelompok ternak maka differensial seleksi semakin besar.
Oleh sebab itu pada populasi yang besar maka akan semakin besar pula kemungkinan dijumpai
ternak-ternak yang performannya di atas atau di bawah rataan. Differensial seleksi pada ternak
jantan lebih tinggi dari ternak betina.
Seleksi diferensial adalah satu ukuran atau pengukuran untuk dapat mengetahui sampai mana
baiknya penurunan pilihan menghasilkan keturunan.
Dilapangan, seleksi diferensial dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor.
Seleksi diferensial dapat berkurang atau menjadi terbatas, jika populasi ternak menjadi seragam dan
terdapat terlalu sedikit ternak yang berada di atas atau dibawah nilai rata-rata.
Seleksi diferensial dapat dihitung dari kedua penurunannya baik dari induk ataupun dari pejantan.
Seleksi differensial pada ternak jantan lebih tinggi daripada ternak betina. Ternak jantan mempunyai
potensi untuk menghasilkan lebih banyak keturunan jika dibandingkan dengan ternak betina.
Intensitas Seleksi mempengaruhi differensial semakin besar pula menghasilkan keturunan.
Standar deviasi fenotip (P) adalah suatu penggambaran variasi yang terjadi untuk suatu sifat atau
karakter dari sekelompok ternak tertentu.
Intensitas seleksinya juga akan semakin tinggi pada ternak jantan sehingga rataan sifat-sifat
produksinya dapat lebih tinggi. Sebagai contoh pada program inseminasi buatan dimana pejantan
akan memilki kemampuan untuk menghasilkan anak yang lebih besar lagi dan memungkin kan
peningkatan jumlah anak per pejantan. Sedangkan pada ternak betina dengan menggunakan teknik
ovulasi berganda dan embrio transfer akan memperlihatkan proporsi ternak pengganti dapat
mengubah seleksi deferensial.
Interval generasi akan berbedabeda diantara species. Interval generasi pada sapi adalah antara 6-7
tahun, unggas 1 tahun, babi 2-3 tahun, dan pada manusia 30-35 tahun.
Penilaian Sapi
Penilaian bentuk luar dan kesehatan sapi potong/perah perlu pengamatan dari jarak jauh,
dengan jarak sekitar 6 meter agar dapat diperoleh sapi pilihan. Penilaian jarak dekat dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui kondisi ternak agar diperoleh suatu penilaian serta pengukuran
yang baik. Yang terakhir, peternak mengusahakan agar sapi yang telah diamati secara seksama dari
dekat tadi bangkit/bergerak. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kelincahan/kesehatan sapi.
Bagian muka, bentuk kepala Muka pendek, dahi lebar, Kecil, panjang
lubang hidung lebar
Bahu Hidung bulat dan serasi Sempit, kecil dan ringan
Keterangan :
1. Bahu
2. Kaki depan atas
3. Kaki depan bawah
4. Dada
Gambar 1.
Pengamatan keadaan tubuh ideal sapi potong dari depan dan penimbunan daging terjadi
pada bahu, kaki depan atas dan bawah, serta dada.
Gambar 2.
Pengamatan dari atas dan ketebalan daging sapi potong seragam antara bagian badan
depan dan belakang.
Khusus pada sapi perah, penilaian juga dilakukan terhadap alat penghasil susu (ambing).
Tanda-tanda ambing yang baik adalah :
Bentuk dan ukuran : simetris, dan cukup besar. Ambing yang besar menjamin produksi susu
yang banyak
Penilaian Kambing/Domba
Untuk dapat memilih calon bibit yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Jenis domba
Karakteristik produksi jenis-jenis domba sangat variatif. Contohnya domba ekor tipis (local)
pertumbuhannya lambat, tetapi bersifat prolific (beranak 2 atau lebih dalam sekali bunting).
Sehingga jenis domba perlu diperhatikan untuk mendapatkan calon bibit yang baik.
2. Kesehatan.
Domba yang akan dipilih menjadi bibit harus sehat, yang dapat diketahui melalui tanda-tanda
fisiknya yang berupa : nafsu makan baik, mata bersinar, penampilan lincah tidak loyo atau
sempoyongan dan kulit halus, mengkilat, tidak mengidap penyakit kulit.
3. Tanda eksterior atau penampilan fisik.
Kriteria pemilihan domba sebagai bibit berbeda dengan domba yang akan digemukkan.
Pemilihan domba untuk digemukkan lebih fleksibel dibandingkan pemilihan domba untuk bibit.
Secara umum tanda eksterior domba dapat dilihat dari : ukuran kepala, leher, badan dan kaki
seimbang; tidak cacat; alat reproduksi : jantan memiliki 2 testes yang sama besar, betina
ambingnya besar dan simetris, puting lengkap 2 buah; mulut dan hidung besih serta punggung
lurus.
4. Usia atau umur ternak
3. Di bawah ini merupakan ciri calon induk sapi perah yang baik, kecuali...
5. Kegiatan memilih ternak yang memilki produktifitas baik untuk dipelihara dan
dikembangbiakkan disebut dengan ...
A. Pembibitan
B. Seleksi
C. Perkawinan
D. Inseminasi
E. Culling
6. Kegiatan mengeluarkan dari kandang pada ternak yang memiliki performa jelek, disebut
dengan ...
A. Pembibitan
B. Seleksi
C. Perkawinan
D. Inseminasi
E. Culling
7. Heretabilitas adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan
mengenai ...
A. Penilaian produksi sapi yang akan dijadikan bibit
B. Seleksi ternak yang didasarkan pada pengamatan secara fisik
C. Pengujian kualitas semen pejantan yang akan dijadikan bibit
8. Penilaian produksi sapi potong didsarkan pada keadaan utama berupa ...
A. Produksi susu
B. Produksi daging
C. Konsumsi pakan
D. Jumlah keturunan
E. Kemampuan mengawini