Uraian Materi :
Dalam usaha ternak potong baik sapi, kambing maupun domba untuk
tujuan pembibitan (Breeding) maupun penggemukan (Fattening), faktor
bibit atau bakalan sangat menentukan keberhasilan usaha. Bibit atau
bakalan yang memenuhi kriteria yang ditentukan sesuai tujuan usaha akan
memberikan hasil yang optimal. Salah upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan seleksi.
Breeding
Breeding adalah suatu cara manipulasi genetik individu untuk
mendapatkan mutu genetik yang baik melalui perkawinan, baik secara
inbreeding maupun out breeding (cross breeding, back cross, grading up dan
pure breeding).
PEMILIHAN BIBIT
A. Pengertian Bibit dan Benih
Dalam suatu usaha peternakan, pemilihan bibit unggul merupakan suatu
keharusan yang harus dilakukan karena bibit merupakan salah satu kunci
keberhasilan dari usaha peternakan. Bibit yng baik didukung pakan yang
baik dan tatalaksana yang baik akan mendapatkan produksi yang optimal .
Ternak yang dipilih untuk digunakan sebagai bibit harus didasarkan pada
sifat –sifat produksi tinggi guna memperoleh produksi yang maksimal.
Untuk menjamin mutu produksi yang sesuai dengan permintaan konsumen
diperlukan bibit ternak yng bermutu, oleh ka rena itu diperlukan pengaturan
mengenai standar mutu atau kualitas bibit ternak dan produksinya.
Tujuan utama standarisasi adalah untuk meningkatkan daya saing has il
peternakan di pasaran dalam dan luar negeri yang diharapkan dapat
meningkatkan penerimaan devisa negara dan pendapatan petani.
65
Bagi ternak-ternak tertentu, standar mutu bibit diatur dalam Standar
Pertanian Indonesia Bidang Peternakan (SPINAK) No. 01/43/1988 yang
dituangkan dalam SK Meteri Pertanian No. 3568/Kpts/TN.410/5/1988.
sedangkan bagi ternak yang belum diatur dalam Standarisasi Mutu diatur
dalam
Kesepakatan Teknis.
Bibit Ternak : semua ternak hasil proses penelitian dan pengkajian dan atau
ternak yang memenuhi persyaratan tert entu untuk dikembangkan
dan atau produksi
Benih : calon bibit ternak yang mempunyai kemampuan persyaratan tertentu
untuk dikembangbiakan seperti : mani (semen), sel telur (oocyt), telur
tetas dan embrio
Sumber : Pedoman Pembibitan Ternak Nasional , Hardjosubroto (1994):
Bibit Sapi : pedet / sapi muda yang dipelihara untuk menjadi sapi potong
baik
jantan maupun betina
Sapi Bibit : Sapi yang memenuhi persyaratan tententu dan dibudidayakan
untuk
reproduksi dengan tujuan utama produksi daging dan atau tena ga
kerja. Mani dan embrio termasuk didalam artian sapi bibit
Di Indonesia, semen beku berasal dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) :
- Ungaran
- Lembang
- Singosari (Jawa Timur)
Prinsip IB :
Ada pejantan unggul menghasilkan banyak semen ; b isa mengawini
banyak
betina
Jadi, IB adalah untuk memanfaatkan pejantan unggul semaksimal mungkin
Misal : untuk kawin alam ; satu ekor sapi jantan bisa mengawini 75 -100
betina
Tetapi dengan IB, satu ekor sapi bisa untuk 7.500 – 10.000 betina (100x)
66
Prinsip Embrio Transfer :
Untuk memberdayakan betina unggul
Misal : secara alami, betina bisa menghasilkan anak setiap tahun satu ekor ,
tetapi dengan embrio transfer bisa menghasilkan anak lebih banyak .
Caranya betina disuntik dengan hormon agar terjadi super ovulasi, sehingga
bisa
mengahasilkan ovum lebih dari satu (bisa sampai 10)
Ovum tersebut diambil, di IB, sehingga menghasilkan banyak embrio.
Embrio diambil dititipkan pada betina lain (resipien) yang sudah siap
bunting
(caranya : disuntik dengan hormon penyerentakan berahi)
Penentuan Umur sapi :
Pedet : < 1 tahun : gigi belum ada yang berganti
Sapi Muda : 1 – 3 tahun : 1-2 pasang gigi berganti (poel)
Sapi Dewasa : > 3 tahun : 3-4 pasang gigi berganti
Dasar Pemilihan Bibit
A. Berdasarkan Silsilah (pedigree)
Silsilah : catatan prestasi produksi tetua (induk dan pejantan)
Catatan dilakukan oleh perusahaan besar (di Indonesia biasa dilakukan pada
ternak perah; ternak potong masih jarang)
Catatan pada ternak potong :
- Berat lahir - Berat dewasa - PBBH
- Berat sapih - Bobot potong
(kalau tidak ada timbangan untuk mengukur BB penaksiran
menggunakan LD
Rumus yang sangat terkenal untuk menaksir BB adalah Rumus Schrool,
yaitu :
BB = (LD + 22) 2
100
67
untuk sapi-sapi Bos Taurus (sapi-sapi di Eropa)
Kalau digunakan untuk sapi -sapi di Indonesia (sapi tropis) Bos Indicus
biasanya
terlalu berat;
Misal : LD = 100 cm
BB = (100+22)2 = (122)2
100 100
= 148,86 kg
Kalau ditimbang kurang dari 148,86 kg
yang cocok :
BB = (LD+5)2
100
BB = (100+5)2
100
= 110,25 kg
Selisih : 38 kg untuk sapi-sapi gemuk; untuk sapi-sapi kurus lebih kecil
lagi;
lebih-lebih untuk pedet
Hasil dari seleksi berdasarkan silsilah :
a. Sapi potong :
- Bobot pada umur tertentu (bobot lahir, bobot sapih, bobot dewasa)
- Kecepatan pertumbuhan (pbbh)
- Ukuran tubuh tertentu (tinggi gumba, lingkar dada, panjang badan)
b. Kambing & Domba :
- Bobot pada umur tertentu
- Kecepatan pertumbuhan
- Produksi dan karakteristik wool
- Indeks fertilitas induk
68
c. Babi :
- Seleksi Indeks
Indeks Induk = 100 + 6,5 ( L – L ) + 1.0 (W – W)
L : Jumlah anak hidup
L : Rata-rata jumlah anak hidup
W : Bobot anak (21 hari)
W : Rata-rata bobot 21 hari
Pemilihan bibit berdasarkan Pedigree masih jarang dilakukan;
Yang banyak dilakukan adalah seleksi berdasarkan Eksterior.
B. Berdasarkan Eksterior (bentuk luar)
Berdasarkan pengamatan, yaitu dengan :
- melihat
- memegang / meraba
Ciri-ciri umum bibit yang baik :
1. Sesuai dengan bangsanya
- Sapi Ongole : putih abu-abu
- Sapi Bali : merah bata
- Sapi Bos Indicus : mempunyai punuk
Misal : Sapi Bali
- Warna pedet : merah bata
- Menjelang dewasa : betina : merah bata; jantan : kehitaman
- Dilihat dari belakang, bokongnya ada lingkaran putih
Bos Indicus (sapi-sapi Asia) : tinggi, ramping, berpunuk, bergelambir
- tinggi agar jauh dari tanah, sehingga tidak panas
- berpunuk & bergelambir untuk memperluas permukaan tubuh; agar
tempat untuk membuang panas lebih luas
Bos Taurus (sapi-sapi Eropa) :
- pendek agar dekat dengan tanah, sehingga tidak kedinginan
- permukaan tubuh sempit agar kontak dengan udara luar sesedikit
mungkin
2. Sesuai dengan tujuan pemeliharaan , misalnya :
- Penghasil daging :
- Penghasil wool :
Pejantan : gagah, scrotum kenyal
Induk : ambing simetris
3. Sehat; dengan ciri-ciri :
- mata bersinar
- bulu halus dan mengkilap
- kulit elastis
- sikap berdiri tegak
- lincah, riang, kuat
- nafsu makan baik
4. Sesuai dengan standar (bila ada)
Contoh standar
Standar Umum Bibit Sapi (SPINAK 01/43/1988)
* Sapi Madura
1. Sifat Kualitatif
a. Warna : merah bata / merah coklat bercampur putih dengan batas yang
tidak jelas pada bagian paha
70
b. Tanduk : kecil, pendek serta memngarah ke bagian luar
c. Bentuk badan : tubuh kecil, kaki pendek ; betina tidak berpunuk, jantan
punuk berkembang baik dan jelas
2. Sifat Kuantitatif
a. Tinggi gumba :
Betina : minimal 105 cm, maksimal 108 cm
Jantan : minimal 115 cm, maksimal 125 cm
b. Umur ternak :
Betina : 18 – 24 bulan (maksimal punya 1 pasang gigi seri tetap)
Jantan : 24 – 36 bulan (min. punya 1 ps. gigi tetap, max punya 2 ps.)
Standar untuk Babi Parent Stock
Standar Umum
a. Babi bibit Parent Stock harus mempunyai surat keterangan atau jaminan
dari
perusahaan Babi Bibit Grand Parent Stocknya; mengenai : warna, bentuk
badan dan kualitasnya sebagai babi b ibit.
b. Babi bibit Parent Stock harus sehat dan bebas dari cacat fisik seperti :
cacat
mata (kebutaan), pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal serta tidak
terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya .
c. Semua bibit Parent Stock betina ha rus bebas dari cacat alat reproduksi.
abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kema ndulan.
d. Babi bibit Parent stock jantan harus siap sebagai pejantan serta tid ak
menderita cacat pada alat kelaminnya, terutama testis harus satu pasang .
Standar Khusus :
a. Umur Dewasa kelamin :
- Betina : 5 bulan
71
- Jantan : 5 bulan
b. Babi bibit Parent Stock dapat mencapai BB dewasa kelamin :
- Betina : 80 – 90 kg
- Jantan : 80 – 90 kg
c. Berasal dari tetua Induk dengan jumlah anak lahir hidup per kelahiran :
- Dari jalur jantan : + 7 ekor
- Dari jalur betina : 8 – 9 ekor
d. Bobot Lahir Anak :
- Dari jalur jantan : + 1,3 kg
- Dari jalur betina : 1,2 – 1,4 kg
e. Rataan pbbh :
- Dari jalur jantan : + 685 gr
- Dari jalur betina : 740 – 70 gr
5. Calon Pejantan
- Dada dalam dan lebar
- Testis normal
- Nafsu berahi tinggi
6. Calon induk
- Tidak terlalu gemuk
- Letak vulva normal
- Ambing normal
- Puting normal (jumlah dana bentuk), missal : sapi 4, babi 12
- Sifat mengasuh anak (mothering ability) b aik
72
Ciri khusus Ternak Bibit
Sapi Potong
Standar Mutu Bibit (SK Mentan 358/TN410/88)
- Sapi Madura
- Sapi Bali
- Sapi Ongole
- Sapi Peranakan Ongole (PO)
- Sapi Brahman Lokal
- Kerbau
Sifat kualitatif :
- Warna
- Tanduk
- Bentuk Badan
Sifat Kuantitatif :
- tinggi Gumba
- Umur
Warna sapi Brahman tidak Uniform , karena terbentuk dari empat (4) bangsa,
yaitu :
- Sapi Gir
- Sapi Krishna Valley
- Sapi Nellore
- Sapi Gujarat
Sapi PO
- Sekarang sudah tidak begitu disukai, karena penggunaan sebagai tenaga
kerja
sudah berkuarang (diganti dengan traktor)
73
- Yang lebih disukai adalah Simmental, karena hasil daging baik ; tetapi
pakan
harus lebih baik
Sapi Jantan:
- Testis Simetrsa kanan dan kiri
- Testis kenyal dan elastis
Sapi Betina :
- Puting : empat buah dan simetris
- Ambing : besar dan simetris
- Vulva : tidak terlalu ke atas
Kambing dan Domba :
- Sama dengan sapi, hanya ditambah : Jantan dan betina dari keturunan
kembar !
Babi :
Standar Mutu Bibit Impor
1. Standar Mutu Bibit babi Grand Parent Stock (GPS)
2. Standar Mutu Bibit babi Parent Stock (PS)
3. Standar Mutu Bibit babi Lokal (babi Jawa, babi Sumatra, babi Bali)
Standar Umum :
- SK dari perusahaan di atasnya
- Bebas dari cacat fisik dan reproduksi
Standar Khusus
- Bobot ternak
- Dari induk dengan litter size tertentu
- Ambing baik; putting 6 pasang dan simetris
74
Klasifikasi Bibit
1. Secara Umum
a. Bibit Dasar (Foundation Stock) bibit hasil pemuliaan
- Spesifikasi tertentu
- Mempunyai silsilah
- Untuk menghasilkan bibit induk
b. Bibit Induk (Breeding Stock)
- Spesifikasi tertentu
- Mempunyai silsilah
- Untuk menghasilkan bibit sebar
c. Bibit Sebar (bibit niaga = Commercial Stock)
- Spesifikasi ternentu
- Untuk digunakan dalam proses produksi
yang komplit pada ternak ayam dan babi !
2. Secara Khusus (pada unggas dan babi)
a. Bibit Galur Murni (pure line / PL)
- Spesifikasi tertentu
- Menghasilkan bibit nenek Grand Parent Stock = GPS)
b. Grand Parent Stock (GPS) = Bibit Nenek
- Sesifikasi tertentu
- Menghasilkan bibit induk (Parent Stock = PS)
c. Parent Stock (PS) = Bibit Induk
- Spesifikasi tertentu
- Menghasilkan bibit sebar (bibit niaga) = Final Stock (FS)
75
d. Final Stock (FS) = Bibit sebar (bibit Niaga)
- Spesifikasi tertentu
- Untuk dipelihara hingga menghasilkan daging / telur
yang dipelihara langsung oleh peternak
Perusahaan di Indonesia baru sampai dengan : GPS
Untuk galur Murni biasanya masih impor
Betina PO >< Pejantan Simmental
F1
- Jantan : untuk digemukkan; dipotong
- Betina >< Simmental
F2
- Jantan : digemukkan; dipotong
- Betina >< Simmental
F3
Keturunan persilangan sapi Simmental jantan harus digemukkan untuk
dipotong;
jangan smpai untuk mengawini betina; karena akan mennurunkan mutu
genetic;
karena gen Simmental sudah turun !
Betina hasil persilangan sebaiknya dibeli oleh pemerintah; digunakan untuk
bibit;
jangan sampai keluar dari kawasan tes ebut
A. Pemilihan Bibit sapi dan Kerbau
Secara umum pada pemilihan bibit ternak, harus diperhatikan sehat tidaknya
ternak calon bibit. Adapun tanda -tanda ternak sehat adalah :
a. Mata bersinar, tidak terdapat kondisi patologik
b. Bulu halus dan mengkilap
76
c. Kulit tampak elastis
d. Sikap berdiri tegak, kuat dan semua bagian tubuh diduku ng oleh keempat
kaki dengan teracak yang rata
e. Gerak lincah dan kuat
f. Nafsu makan cukup baik, bila diberi ransum lain cepat menyesuaikan
Standar Umum Mutu Bibit Sapi
a. Sapi harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti : cacat mata
(kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan bulu abnormal
b. Sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing
serta tidak menunjukkan gejala kemandulan
c. Sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat
pada
alat kelaminnya
Contoh standar mutu bibit sapi berdasarkan SPINAK/01/43/1988 adalah :
Standar Mutu Bibit Sapi Peranakan Ongole (PO)
Sifat Kualitatif :
a. Warna : putih kelabu atau kehitam-hitaman
b. Tanduk : relatif pendek, pada yang betina lebih pendek dibanding jantan
c. Bentuk badan : kepala relatif pendek dengan profil melengkung. Punuk
besar
mengarah ke leher, lipatan-lipatan kulit yang terdapat di bawah perut dan
leher
menuju ke arah leher, kaki panjang dan kokoh
Sifat Kuantitatif :
a. Tinggi gumba : betina 112 - 118 cm.
jantan 118 - 125 cm
b. Umur : betina 18 - 24 bulan ( maksimal ganti gigi 1 pasang )
Jantan 24 – 36 bulan (ganti gigi 1 – 2 pasang )
77
Standar Umum Mutu Bibit Kerbau (berdasarkan Kesepakatan Teknis)
a. Kerbau bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat
mata
(kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal serta
tidak terdapat kelainan tulang
b. Semua Kerbau bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi,
abnormal
ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan
c. Kerbau bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita
cacat
pada alat kelaminnya
Contoh standar mutu bibit kerbau berdasar Kesepakatan Teknis
Standar Mutu Bibit Kerbau Lumpur (Swamp buffalo)
Sifat Kualitatif :
a. Warna : kulit berwarna abu-abu, hitam serta bulu berwarna abu -abu
sampai
hitam
b. Tanduk : mengarah ke belakang horizontal, bentuk bulat panjang dengan
bagian ujung yang meruncing serta membentuk setengah lingkaran
c. Bentuk badan : kondisi badan baik, bagian belakang penuh dengan otot
yang
berkembang, leher kompak dan kuat serta mempunyai proporsi yang
sebanding dengan badan dana kepala, ambing berkembang dan simetr is
Sifat Kuantitatif :
a. Tinggi gumba : betina 120 – 125 cm, jantan 125 – 130 cm
b. Umur : betina 24 – 36 bulan (maksimal ganti gigi 1 pasang),
jantan 30 – 40 bulan ( ganti gigi 1 – 2 pasang )
c. Berat badan : betina 250 – 300 kg, jantan 300 – 350 kg
B. Pemilihan Bibit Domba dan Kambing
Produktivitas induk domba dan kambing sangat ditentuka oleh kelahiran
anaknya. Induk muda yang mampu melahirkan anak kembar pada kelahiran
pertama
78
ada kecenderungan melahirkan kembar pula pada waktu selanjutnya. Induk-
induk
inilah yang dikehendaki dalam memilih bibit karena dapat menurunkan
kembar ,
walaupun kemungkinan peluang hanya 15%.
Kriteria pemilihan bibit yang biasa digunakan sebagai pedoman dalam
rangka
melakukan seleksi terhadap ternak domb a dan kambing adalah :
a. Sehat; tanda-tanda domba dan kambing yang sehat antara lain : mata
bersinar dan bersih, bulu mengkilat dan bersih, selaput lendir mata dan
kulit tidak pucat, gerakannya aktif, hi dung dan mulut tidak mengeluarkan
cairan, dan anus tampak bersih
b. Bangsa; menurut kesukaan peternak d an konsumen, dengan memilih
bangsa domba/kambing yang biasa diternakkan di daerah sekitar.
c. Kesuburan; induk yang subur adalah yang memliki banyak anak setiap
melahrikan
d. Temperamen; induk yang mempunyai temperamen yang baik yaitu induk
yang mau merawat anaknya dengan rajin dan selalu menyusui anaknya
e. Produksi susu tinggi; untuk memberikan jaminan hidup dan pertumbuhan
anak yang baik sampai disapih, diharapkan induk mampu mensuplai susu
yang cukup.
1. Pemilihan Bibit Berdasarkan Silsilah (Pedigree)
Silsilah adalah suatu catatan tertulis dari keadaa n yang lampau, serta suatu
estimasi akan penampilan seekor ternak. Sebagai contoh seekor pejantan
yang telah
menurunkan anak-anak dengan bobot sapih tinggi serta mempu nyai anak
yang
kualitas wool atau karkas yang bagus, maka dapat diharapkan pejantan itu
memang
mampu meneruskan sifat-sifat baik tersebut kepada keturunannya.
Pemilihan bibit dengan menggunakan silsilah merup akan cara yang terbaik,
karena dari silsilah ini akan dapat diketahui prestasi produksi dari induk dan
pejantannya.
79
2. Pemilihan Bibit dengan cara Melihat Bagian Tubuh Luar (Eksterior)
Penilaian penampilan atau performance domba dan kambing diamati pada
keadaan tubuh luar, yaitu dengan memegang/meraba ataupun melakukan
pengamatan. Penilaian terhadap domba dengan pengamatan lebih sulit
diband ing
dengan kambing, karena pada umumnya domba memiliki bulu yang tebal.
Agar diperoleh hasil yang baik pada penilaian dengan pengamatan, maka
perlu dilakukan pengamatan dari samping, muka dan belakang.
a. Pengamatan dari samping
Secara umum tubuh tampak besar, bagian atas dan bawah tubuh rata, k aki
pendek, lurus dan kuat
b. Pengamatan dari depan
Moncong besar berbentuk segi empat dengan lubang hidung cukup lebar ,
mata
besar, dada dalam dan jarak kedua kaki depan relatif lebar
c. Pengamatan dari belakang
Mulai dari bahu sampai ke ujung pantat cukup lebar, padat dan berisi
d. Menilai dengan memegang/meraba
Perabaan dimulai dari leher, punggung, pinggang sampai p antat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam biologi yang evolusiner, tekanan penyimpangan hasil pemuliaan
mengacu pada kasus-kasus ketika keturunan dari persilangan antara individu dari
populasi-populasi yang berbeda mempunyai produktivitas lebih rendah dibanding
keturunan dari persilangan antara individu dari populasi yang sama. Peristiwa ini
dapat terjadi di dalam dua arah. Pertama-tama, pemilihan dalam satu populasi akan
menghasilkan suatu ukuran tubuh yang besar, sedangkan di dalam ukuran tubuh
populasi kecil yang lain boleh jadi lebih menguntungkan. Aliran gen antara populasi-
populasi ini boleh menjurus kepada individu dengan ukuran-ukuran tubuh
intermediate/antara, yang tidak akan adaptif dalam populasi.
Di dalam istilah yang genetik, perkawinan tertutup (Biak-dalam/Inbreeding)
adalah pembiakan dari dua Ternak yang berhubungan dengan satu sama lain. Dalam
kebalikannya, silang luar, kedua orang tua secara total tidak bertalian. Karena semua
keturunan yang murni dari binatang menyusur-galurkan sampai kembali kepada
suatu nomor terbatas secara relatif sebagai dasar semua pembiakan murni adalah oleh
perkawinan tertutup (inbreeding), meski istilah itu tidak secara umum digunakan
untuk mengacu pada persilangan-persilangan di mana nenek moyang pada umumnya
tidak terjadi dan membendung suatu empat atau lima silsilah generasi. Kasip (1988)
menambahkan bahwa faktor pendukukung pembentukan bangsa baru ini adalah
dengan mengutip penjelasan dari Warwick (1983) yang menyatakan bahwa
Keberhasilan usaha untuk menghasilkan bangsa baru ternak sangat tergantung pada
dua faktor, yaitu pemanfaatan heterosis dan jumlah total ternak-ternak dalam
populasi. Kemudian beliaupun menambahkan penjelasan dari Weatley (1979) yang
menyatakan Adanya heterosis pada keturunan karena adanya pengaruh gen-gen
dominan dan besarnya keunggulan dari type crossbred yang digunakan sebagai dasar
dari suatu bangsa baru disebaabkan oleh kombinasi gen dengan pengaruh aditif
lawan heterosis yang disebabkan oleh pengaruh gen non-aditilasi manapun.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang di bahas dalam makalah ini yaitu :
1. Definisi dari Sistem Perkawinan Ternak
2. Sistem perkawinan Ternak
3. Kelebihan dan kelemahan dari Inbreeding dan outbreeding
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Definisi Sistem Perkawinan
Sistem perkawinan hewan adalah cabang ilmu hewan yang membahas evaluasi
dari nilai genetik ternak dalam negeri. Bangsa (breeds) adalah kelompok hewan
domestik dengan penampilan homogen, perilaku, dan karakteristik lain yang
membedakannya dari hewan lain. Pengaturan perkawinan pada ternak sangat penting
untuk tujuan mendapatkan keturunan yang unggul.Sistem perkawinan yang paling
banyak digunakan dalam penerapan pemuliaan ternak adalah perkawinan silang.
Alasan menggunakan sistem ini ialah karena dapat digunakan untuk menghasilkan
efek heterosis. Kalau efek ini muncul maka produksi rata-rata anak akan melebihi
produksi rata-rata tetuanya. Heterosis dapat menyebabkan ternak silangan memiliki
produksi 1 - 17% di atas produksi rata-rata tetuanya (Lasley, 1972). Heterosis adalah
perbedaan di dalam kinerja dari keturunan dari rerata jenis-jenis yang berkenaan
dengan orangtua yang sering mengamati menternakkan silang luar, mengawinkan
yang bentuk sejenis, atau sejenis. Basis fisiologis dan genetik dari heterosis tidak
jelas dipaham.Sistem ini sudah lama di gunakan di Indonesia sehingga sekarang kita
memiliki sapi P0, domba Sufeg, kambing PE, Jawa Randu, Kelinci Rexlok, dan
hasil lain yang belum berhasil diteliti. Apabila perbaikan genetik telah diperoleh,
masalah yang dihadapi adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan hasil
perbaikan tersebut. Mereka yang telah meyakini peranan dan kemanfaatan pemuliaan
ternak akan meneruskan usaha perbaikan genetik karena akhirnya waktu tenaga dan
dana yang telah dikeluarkan akan diganti dengan keuntungan hasil penjualan
produksi yang makin meningkat. Dalam penyediaan bibit bisa dilakukan dengan dua
macam perkawinan, diantaranya adalah perkawinan alami dan perkawinan buatan
dengan bantuan manusia.
Perkawinan buatan yang sering dilakukan adalah dengan Inseminasi Buatan.
Inseminasi Buatan (IB) adalah pemasukan atau penyampaian sperma ke dalam
saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia jadi bukan
secara alami. Tujuan Inseminasi buatan yaitu Memperbaiki mutu genetika
ternak,tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan
sehingga mengurangi biaya ,mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul
secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama,meningkatkan angka kelahiran
dengan cepat dan teratur dan mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin
II.2. Sistem Perkawinan Ternak
Dalam Perkwinan ternak terdiri dari 2 cara yaitu perkawinan ternak secara
inbreeding dan secara outbreeding.
1. Inbreeding
Silang dalam adalah perkawinan antara dua individu yang masih mempunyai
hubungan keluarga. Dua individu dikatakan masih mempunyai kaitan kekeluargaan,
bila kedua individu tadi mempunyai satu atau lebih moyang bersama (common
ancertor), 6 sampai 8 generasi ke atas. Anak dari hasil perkawinansilang dalam
disebut individu yang tersilang dalam. Inbreeding adalah sistem perkawinan sedarah.
Hal ini termasuk pejantan dengan anak betina, anak ke induk, dan saudara saudara.
Konsekuensi genetik utama perkawinan sedarah adalah untuk meningkatkan
frekuensi pasangan gen serupa. Sistem inbreeding disarankan hanya untuk
menstabilkan sifat – sifat unggul dalam suatu bangsa.
Secara umum, hasil perkawinan inbreeding akan menurunkan produktifitas
kinerja: kekuatan, ketahanan penyakit, efisiensi reproduksi, dan bertahan hidup. Hal
ini juga akan meningkatkan frekuensi kelainan. Misalnya, penyebaran penyakit laba-
laba di domba-domba hitam yang diyakini sebagai akibat dari perkawinan sedarah.
Keuntungan silang dalam :
1. Membuat individu mirip
Inbreeding dapat menyebabkan ternak-ternak mirip satu sama lain, karena
inbreeding dapat menurunkan tingkat heterozygotsitas didalam populasi.
2. Melestarikan sifat-sifat yang diinginkan
Apabila kita menyukai suatu sifat pada sekelompok ternak, sifat-sifat
tersebut dapat dipertahankan dengan inbreeding.
3. Seleksi pada gen-gen yang tidak diinginkan
Inbreeding membuat individu-individu homozygot. Apabila terdapat letal
gena dalam keadaan homozygot, maka akan tampak. Dengan demikian
kita bisa melakukan seleksi terhadap ternak-ternak pembawa sifat tidak
baik.
Kerugian inbreeding :
Secara umum, hasil perkawinan inbreeding akan menurunkan produktifitas
kinerja: kekuatan, ketahanan penyakit, efisiensi reproduksi, dan bertahan hidup. Hal
ini juga akan meningkatkan frekuensi kelainan. Inbreeding juga mempunyai dampak
yang tidak diinginkan terhadap sifat-sifat seperti : Pertumbuhan, reproduksi, produksi
susu pada sapi perah. Pada saat tertentu, para peternak perlu mempertahankan suatu
tetua yang unggul. Cara yang biasa digunakan adalah dengan biak sisi ( line breeding
).
Contoh : Apabila kita ingin mempunyai seekor pejantan unggul, kita ingin
anaknya mirip pejantan tersebut, maka dilakukan biak sisi sebagai berikut :
Pejantan A dikawinkan dengan seekor betina, kemudiaan anaknya yang
betina dikawinkan lagi dengan pejantan A. Cucunya (F2) dikawinkan lagi
dengan pejantan A, dan seterusnya. Pada generasi ke 3 (F3) kita
memperoleh anaknya 87,5% mirip pejantan A.
2.Outbreeding
Silang luar adalah sisitem yang paling banyak digunakan dalam kelompok ternak
bibit dari ternak besar di banyak negara di dunia. Juga digunakan pada hampir semua
kelompok ternak niaga bila telah diputuskan untuk menggunakan satu bangsa
tunggal dari pada suatu program perkawinan silang.
Outbreeding adalah system perkawinan hewan dari jenis yang sama tetapi yang
tidak memiliki hubungan yang lebih dekat dari sedikitnya 4-6 generasi.
Silang luar (biak-luar) yang dikombinasikan dengan pemilihan adalah suatu
teknik sangat bermanfaat dalam perbaikan keturunan yang mencakup kepada ciri-ciri
yang turun temurun yang sangat bermanfaat (Warwick, 1984). Dari penjelasan di
atas, dapat dilihat kesimpulannya di kemukakan oleh Pane (1980) yang mengatakan
bahwa Istilah biak-luar sebenarnya kebalikan dari biak-dalam. Membiak-luar adalah
perkawinan ternak yang hubungan keluarganya kurang dari hubungan kekeluargaan
rata-rata ternak dari mana mereka berasal, Atau untuk mudahnya dari ternak yang
tidak mempunyai leluhur bersama selama paling sedikit empat generasi. perkawinan
mempunyai keuntungan yang berikut.
(1) metoda ini adalah sangat efektif karena karakter-karakter yang sebagian besar di
bawah
kendali dari gen-gen dengan pengaruh penambahan seperti; produksi susu, laju
pertumbuhan di dalam ternak, seperti pada daging sapi, dll.
(2) sistim yang efektif untuk perbaikan genetika jika dikombinasikan dengan seleksi.
(3) merupakan cara terbaik untuk kebanyakan perkawinan.
Istilah biak-luar sebenarnya kebalikan dari biak-dalam. Membiak-luar adalah
perkawinan ternak yang hubungan keluarganya kurang dari hubungan kekeluargaan
rata-rata ternak dari mana mereka berasal, Atau untuk mudahnya dari ternak yang
tidak mempunyai leluhur bersama selama paling sedikit empat generasi. Sehingga
dalam Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk (1997) memberikan contoh bahwa
pada sapi-sapi yang Secara genetic seperti sapi Simmental, Limosin dan Brahman
mempunyai mutu lebih baik dibandingkan sapi Bali akibatnya keturunan pejantan
sapi Simental, Brahman dan Limosin juga mempunyai mutu genetik yang lebih baik
diabandingkan keturunan pejantan sapi Bali.
Membiak-luar adalah suatu metode standar untuk memperbesar variasi populasi,
biak secara fenotip atau genotip. Keadaan heterozigot dari populasi akan meningkat
dan sebagai akibatnya kesegaran/ketahanan dan daya adaptasi ternak terhadap
lingkungan juga akan meningkat. Mastur dan M. Dohi (1996) memberikan contoh
Untuk meningkatkan populasi dan produktivitas kambing pada usaha tani lahan
kering guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Petani maka perlu diambil
langkah-langkah upaya pengembagan salah satunya penyediaan bibit unggul.
Menurut mereka, bila dipandang perlu dapat pula mendatangkan bibit kambing yang
berasal dari daerah-daerah kering seperti Afrika yang cukup banyak terdapat, bangsa-
bangsa kambing dengan pertumbuhan yang baik seperti kambing Mudian. Pejantan
kambing ini dapat mencapai bobot badan 50 – 60 Kg..
Out breeding adalah perkawinan antara ternak yang tidak mempunyai hubungan
kekerabatan. Perkawinan ini bisa satu bangsa ternak, atau beda bangsa ternak,
tergantung dari tujuan perkawinannya. Secara garis besar out breeding dapat
dibedakan menjadi :
1. Biak silang (cross breeding)
2. Biak silang luar (out breeding)
3. Biak tingkat (grading up)
Biak silang ( Cross-breeding )
Cross breeding adalah persilangan antar ternak yang tidak sebangsa. Misal
antara sapi Brahman dengan sapi Angus.
Jenis persilangan ini memegang peranan penting dalam pemuliaan ternak,dengan
kegunaan-kegunaan :
1. Saling substitusi sifat yang diinginkan.
2. Memanfaatkan keunggulan ternak dalam keadaan hetrozygot.
Biak silang hingga saat ini tetap memegang peranan penting dalam perbaikan
mutu ternak. Banyak ternak yang disebut sekarang Murni (Pure Bred) sebenarnya
adalah hasil biak silang beberapa waktu yang lalu dan masalah penentuan istilah
antara hasil biak silang dan peranakan atau blasteran tetap ada. Sehingga Warwick
(1990) mengemukakan bahwa beberapa bangsa diketahui menjadi Inbreed atau
mengalami perkawinan galur secara intensif selama tahap-tahap pembentukannya.
Pola dan efek crossbreeding
Secara genetis, crossbreed dan inbreed berlawanan. Dalam perkawinan sistem
crossbreed, gen tetap bersifat hehetrozigot. Sementara itu, pada sistem inbreed,
komposisi gen menjadi semakin homozigot sesuai dengan tingkat inbreednya, dan
efek negatif yang berhubungan dengan stamina, cacat bawaan, dan tingkat produksi
mungkin muncul dalam sistem ini. Peternakan modern saat ini sudah banyak yang
berhasil menggunakan crossbreeding untuk mendapatkan ternak unggul sesuai
dengan yang diharapkan.
Keberhasilan untuk mendapatkan bibit unggul hasil crossbreeding tergantung
pada kemampuan si peternak dalam menyeleksi indukan, memilih pasangan indukan,
menilai hasil ternakan, dan menyimpulkan pola yang tepat. Mendapatkan pola yang
tepat dalam crossbreeding haruslah berdasarkan pada uji coba, pengalaman, dan
pengamatan yang berdasarkan pada jenis dan sifat ternak.
Contoh bangsa sapi baru yang terbentuk dari crossbreding :
Sapi Santa Gertrudis
Hasil perkawinan antara sapi Brahman dengan sapi Shorthorn.
Sapi Brangus
Hasil perkawinan antara sapi Brahman dengan sapi Aberdin Angus. Komposisi
darahnya adalah 3/8 Brahman, 5/8 Angus.
Sapi Beef Master
Hasil persilangan antara sapi Brahman, Shorthorn dan sapi Hereford, dengan
komposisi darah : 25% Hereford, 25% Shorthorn, 50% Brahman.
Sapi Charbray
Hasil kawin silang sapi Brahman dengan sapi Charolais. Komposisi darahnya adalah
3/16 Brahman, dan 13/16 Charolais.
Crisscrossing
Mukherjee (1980) menyatakan Criss-Crossing adalah persilangan ternak yang
terpisah dari Crosbreeding. Di mana keduanya sebagai silang alternatif, cara ini
dikenal sebagai criss-crossing. Metoda itu diusulkan karena memanfaatkan heterosis
di dalam kedua induk dan keturunan. Pane, (1980) menambahkan, Biak silang
hingga saat in tetap memegang peranan penting dalam perbaikan mutu ternak.
Banyak ternak yang disebut sekarang Murni (Pure Bred) sebenarnya adalah hasil
biak silang beberapa waktu yang lalu dan masalah penentuan istilah antara hasil biak
silang dan peranakan atau blasteran tetap ada.3-breed Rotational Cross :
crossbreeding berkelanjutan antara tiga bangsa ternak.
Out Crossing
Out crossing adalah persilangan antara ternak dalam yang satu bangsa tetapi
tidak mempunyai hubungan kekerabatan. Tujuan utama out crossing adalah untuk
menjaga kemurnian bangsa ternak tertentu tanpa silang dalam.
Grading Up
Grading Up adalah perkawinan pejantan murni dari satu bangsa dengan betina
yang belum didiskripsikan atau belum diperbaiki dan dengan keturunannya betina
dari generasi ke genrasi.
Grading up adalah persilangan balik yang dilakukan terus menerus dan
diarahkan terhadap saru bangsa ternak tertentu. Contoh Grading up di Indonesia
yaitu proses Ongolisasi (Sejak pemerintah Hindia Belanda). Sapi-sapi betina lokal
Indonesia dikawinkan dengan pejantan Ongol terus menerus, sehingga terbentuk sapi
yang disebut peranakan ongol (PO). Tujuan Grading Up adalah untuk memperbaiki
ternak-ternak lokal. Kelemahan Grading up adalah dapat menyebabkan ternak-ternak
lokal punah. Grading up adalah perkawinan yang digunakan untuk meningkatkan
mutu genetik ternak yang diskrib (tidak jelas asal usulnya). Ternak dan kemudian
keturunannya tersebut dikawinkan secara terus menerus dengan ternak yang
memeiliki galur murni dan sifat yang jelas diharapkan. Semakin sering dilakukan
perkawinan maka keturunannya akan semakin mendekati sifat yang diinginkan.
Persilangan galur (Linecrosing). Persilangan galur adalah perkawinan ternak-
ternak dari dua galur inbreed dari bangsa yang sama. Persilangan galur inbreed dari
dua jenis yang berbeda kadang-kadang disebut perkawinan silang galur (Line Cross
Breeding) (Warwick et al., 1990).
Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk
memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses
terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina
dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'.
Tujuan Inseminasi Buatan
Estrus
Pada tahap ini sapi betina siap untuk dikawinkan (baik secara alam maupun IB).
Ovulasi terjadi 15 jam setelah estrus selesai. Lama periode ini pada sapi adalah 12 -
24 jam.
Proestrus
Waktu sebelum estrus. Tahap ini dapat terlihat, karena ditandai dengan sapi
terlihat gelisah dan kadang-kadang sapi betina tersebut menaiki sapi betina yang lain.
Lamanya 3 hari.
Metaestrus
Waktu setelah estrus berakhir, folikelnya masak, kemudian terjadi ovulasi diikuti
dengan pertumbuhan / pembentukan corpus luteum (badan kuning). Lama periode ini
3 - 5 hari.
Diestrus
Waktu setelah metaestrus, corpus luteum meningkat dan memproduksi hormon
progesteron.Periode ini paling lama berlangsungnya karena berhubungan dengan
perkembangan dan pematangan badan kuning, yaitu 13 hari.
Pada saat keadaan dewasa kelamin tercapai, aktivitas dalam indung telur
(ovarium) dimulai.Waktu estrus, ovum dibebaskan oleh ovarium. Setelah ovulasi
terjadi, bekas tempat ovarium tersebut itu dipenuhi dengan sel khusus dan
membentuk apa yang disebut corpus luteum (badan kuning) Corpus luteum ini
dibentuk selama 7 hari, dan bertahan selama 17 hari dan setelah waktu itu mengecil
lagi karena ada satu hormon (prostaglandin) yang merusak corpus luteum dan
mencegah pertumbuhannya untuk jangka waktu yang relatif lama (sepanjang
kebuntingan).
Selain membentuk sel telur , indung telur / ovarium juga memproduksi hormon,
yaitu:
1. ternak gelisah
2. sering berteriak
3. suka menaiki dan dinaiki sesamanya
4. vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam
bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum,
Bareuh, Baseuh)
5. dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna
6. nafsu makan berkurang
Gejala - gejala birahi ini memang harus diperhatikan minimal 2 kali sehari oleh
pemilik ternak.Jika tanda-tanda birahi sudah muncul maka pemilik ternak tersebut
tidak boleh menunda laporan kepada petugas inseminator agar sapinya masih dapat
memperoleh pelayanan Inseminasi Buatan (IB) tepat pada waktunya.Sapi dara
umumnya lebih menunjukkan gejala yang jelas dibandingkan dengan sapi yang telah
beranak.
Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB)
Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi,
karena pada saat itu liang leher rahim (servix) pada posisi yang terbuka.
Kemungkinan terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-
periode tertentu dari birahi telah dihitung oleh para ahli, perkiraannya adalah :