Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan praktik kerja lapangan berjudul
manajemen pakan pada burung unta (Struthio camelus) di Taman Satwa Cikembulan
adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir laporan
praktik kerja lapangan ini. Dengan ini saya melimpahkkan hak cipta dari karya tulis
saya kepada Institut Pertanian Bogor
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa taala atas segala
karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan sehingga laporan praktik kerja
lapangan 1 ini berhasil diselesaikan tepat pada waktunya. Praktik kerja lapangan ini
dilakukan dari tanggal 18 juli hingga 18 agustus 2017 di Taman Satwa Cikembulan.
Penulis mengambil judul Manajemen Pakan pada Burung Unta (Struthio camelus) di
Taman Satwa Cikembulan. Penulisan laporan ini bisa di selesaikan tepat pada
waktunya tidak lepas dari bantuan pihak yang terlibat dalam pengambilan data. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Drh Heryudianto Vibowo selaku dosen
pembimbing, Drh Dian Tresno Wikanti selaku pembimbing lapangan, Willy Ariesta
selaku Official Manager, selaku Keeper Kanguru Tanah. Saeful Albar selaku
administrasi,beserta Karyawan, dan Rekan-rekan PKL di Taman Satwa Cikembulan
yang membantu penulis dalam pengerjaan laporan praktik kerja lapangan 1. Penulis
menyadari bahwa laporan praktik kerja lapangan ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga penulis sangat terbuka jika adanya kritik dan saran yang diberikan oleh
pemba. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca.
1 PENDAHULUAN
Tujuan pada pembuatan laporan praktek kerja lapangan (PKL 1) adalah menjelaskan
manajemen pakan dan melakukan perhitungan alometri pakan dengan metode
Allometri Scaling terhadap evaluasi pada pakan burung unta (Struthio camelus) di
Taman Satwa Cikembulan.
2 METODE KAJIAN
Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 ini dilaksanakan selama empat minggu mulai dari
tanggal 18 Juli sampai dengan 18 Agustus 2017. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
dilaksanakan setiap hari Senin sampai Minggu dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul
17.00. Lokasi PKL 1 yang beralamat di Kampung Jati, Desa Cikembulan, Kabupaten
Garut kode pos 44153
2.3.4 Tingkah Laku Makan dan Jenis Pakan pada Burung Unta
Pada habitat aslinya burung unta memakan rerumputan, biji-bijian, daun-
daunan, bunga, dan juga buah-buahan yang jatuh. Burung unta juga memakan cukup
banyak kerikil dan pasir untuk membantu burung unta dalam membantu
menghancurkan makanan di dalam alat pencernaan makanannya. Bagian dalam pada
perut burung unta juga biasa ditemukan benda-benda tidak biasa karena mereka biasa
mematuk dan memakan benda-benda keras. Makanan yang burung unta makan terlebih
dahulu ditumpuknya kedalam kerongkongan sebelum ditelan melalui leher, dan
dicerna di dalam organ pencernaan lainnya. Burung unta dapat bertahan hidup dalam
jangka waktu yang relatif lama asalkan makanannya tumbuhan muda dan mengandung
banyak air (Adi 1996).
Dilihat dari habitat hidupnya di daerah yang tandus atau kering, burung unta
memiliki saluran pencernaan yang relatif besar yang menciptakan lingkungan yang
ideal untuk proses fermentasi pada pakannya (Brand & Gous, 2006). Hal itulah yang
membedakan saluran pencernaan pada burung unta dengan hewan monogastric lainnya
seperti babi dan unggas lainnya. Pada dasarnya saluran pencernaan pada burung unta
masih serupa dengan saluran pencernaan pada unggas lainnya, namun yang
membedakan hanya pada ukuran saluran pencernaannya saja. Ini terdiri dari paruh dan
mulut, kerongkongan, proventriculus (kelenjar perut dimana sekresi enzim
berlangsung), gizzard (perut otot polos), usus halus, usus besar dan kloaka (Gussekloo,
2006).
Gambar 2. Sistem Pencernaan pada Burung Unta
Sumber : http://stephanieb-ansc3180.weebly.com/anatomy-and-physiology.html
3 Keadaan Umum
Taman Satwa Cikembulan memiliki sarana dan prasarana untuk satwa dan pengunjung.
Taman satwa memiliki sekitar 85 kandang koleksi yang ditempatkan untuk hampir
semua jenis burung, sekitar 70 kandang peraga yang ditempatkan untuk satwa seperti
harimau, macan tutul, macan kumbang, siamang, beruang, dsb. Taman Satwa
Cikembulan juga memiliki dapur pakan, klinik, tempat penjualan karcis, dan kantor.
Area parkir untuk pengunjung dibuat jauh dari taman satwa untuk meminimalisir satwa
mengalami stres.
Sarana untuk pengunjung dapat berupa area bermain anak-anak seperti taman bermain
sebanyak tujuh area, ATV, naik kuda, tempat pemancingan, rakit, kereta mobil dan lain
sebagainya.
Selain untuk tujuan edukasi ketika liburan, tujuan pengunjung yang datang juga untuk
piknik di tempat ini. Tidak heran ketika pengunjung memasuki kawasan bagian timur
banyak ditemukan penginapan, saung dan jenis tempat istirahat lainnya dengan
perincian sepuluh saung penginapan, 44 saung&gazebo dan tempat istirahat lainnya
yang biasa digunakan untuk makan dan berkumpul oleh pengunjung setelah berjalan
mengitari taman satwa untuk melihat keberagaman satwa. Taman satwa juga memiliki
mushola diberbagai sudut tempat sebanyak empat mushola untuk memudahkan
pengunjung yang beragama Islam dalam menjalankan kewajibannya.
Kegiatan taman satwa cikembulan secara harian yakni dengan dimulai dari
sanitasi kandang satwa yang dilanjutkan kepada pembuatan pakan dan pemberian
pakan pada satwa yang dimulai dari jam 7 pagi hingga jam 10 pagi. Sebagian satwa
diberikan pakan sebanyak satu kali dalam sehari namun ada juga yang diberikan pakan
sebanyak 2 kali sehari. Untuk jenis satwa kucing besar seperti macan tutul, macan
kumbang, harimau sumatera, dan singa afrika diberikan pakan sebanyak satu kali
dalam dua hari.
Kegiatan kesehatan pada Taman Satwa Cikembulan yakni dengan inspeksi
kesehatan yang dilakukan oleh dokter hewan instansi dengan minimal seminggu sekali.
Dokter hewan juga melakukan pemberian obat kepada hewan yang diduga sakit apabila
ada laporan dari keeper dan mengonfirmasi dengan terjun langsung ke tempat untuk
menangani satwa yang diduga sakit.
Kegiatan pengunjung pada Taman Satwa Cikembulan yakni dengan adanya
permainan seperti Permainan seperti ATV, naik kuda, rakit-rakitan dan motor elektrik
biasanya dioperasikan pada hari minggu dan hari libur karena pada hari tersebut
pengunjung datang dengan kuantitas yang tidak seperti hari-hari biasa.
Taman Satwa Cikembulan juga memberikan tiket gratis kepada warga setempat
dengan catatan warga setempat yang masuk memperlihatkan KTP warga setempat. Hal
ini sebagai bentuk penghargaan kepada warga karena warga ikut berkontribusi dalam
menjaga dan membangun taman satwa Cikembulan. Tempat ini juga lebih memilih
karyawan warga setempat agar memberikan lapangan pekerjaan untuk warga setempat.
Kegiatan tahunan di Taman Satwa Cikembulan berupa rehabilitasi pada bulan
ramadhan sehingga pada bulan tersebut Taman Satwa Cikembulan tidak menerima
pengunjung. Rehabilitasi di Taman Satwa Cikembulan berupa renovasi kandang satwa,
perbaikan sarana pengunjung dan sebagainya yang bersifat jangka panjang.
Manager
Tenaga
Administrasi
3.5.1 Visi
Menjadikan cikembulan sebagai salah satu wahana konservasi satwa liar exsitu di
daerah /kabupaten, yang dapat mendukung program pemerintahan dalam bidang
konservasi.
3.5.2 Misi
Dengan adanya kehadiran satwa liar di tengah kehidupan masyarakat, para pelajar dan
pengunjung yang hadir dapat mempelajari dan mengamati prilaku dan fungsi dari satwa
liar tersebut bagi kehidupan kita di alam ini. Sehingga muncul regenerasi dari kalangan
pelajar yang cinta dan peduli terhadap satwa.
4.1.2 Kangkung
Kangkung merupakan salah satu anggota famili Convolvulaceae. Tanaman
kangkung dapat digolongkan sebagai tanaman sayur. Kangkung terdiri dari beberapa
jenis, diantaranya kangkung air (Ipomoea aquatic Forsk), kangkung darat (Ipomoea
reptans Poir), dan kangkung hutan (Ipomoea crassiculatus Rob.) (Suratman et al.,
2000). Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) merupakan sayuran yang bernilai
ekonomi dan persebarannya meluas cukup pesat di daerah Asia Tenggara. Kangkung
darat merupakan tanaman yang relatif tahan kekeringan dan memiliki daya adaptasi
luas terhadap berbagai keadaan lingkungan tumbuhan, mudah pemeliharaannya, dan
memiliki masa panen yang pendek (Suratman et al., 2000). Umumnya tanaman
kangkung darat hanya ditanam dilahan pekarangan dan sebagian kecil yang ditanam
secara intensif dilahan kering, sehingga optimalisasi produksi kangkung masih kurang.
Kangkung memiliki kandungan gizi yang lengkap, diantaranya protein, lemak,
karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, zat besi, natrium, kalium, vitamin A, B, C, dan
karoten (Polii, 2009). Selain itu, tanaman kangkung berfungsi sebagai tanaman obat
untuk menyembuhkan sembelit, menenangkan syaraf, dan obat penyakit wasir
(Sawasemariai, 2012).
Proses pembuatan pakan pada burung unta dimulai dengan persiapan bahan
pakan yakni campuran dari tauge dan pellet unggas. Pellet unggas yang digunakan
untuk campuran pakan burung unta diberi air agar bentuk dan teksturnya menjadi
lembut yang berfungsi untuk mempermudah burung unta dalam proses mencerna
pakan. Selain tauge dan pellet unggas sebagai ransum pada pakan burung unta,
kangkung juga dapat dijadikan pengganti tauge untuk variasi pakan yang dicampur
dengan pellet unggas. Kangkung yang digunakan untuk campuran pakan burung unta
dicuci dan dipotong kecil yang berfungsi untuk mempermudah burung unta dalam
proses mencerna pakan.
Sumber : Dokumen Pribadi
Pemberian pakan burung unta dilakukan sebanyak dua kali sehari pada pagi
hari pukul 9.00 dan sore hari pada pukul 16.00 WIB. Pemberian pakan dilakukan
dengan cara memberikan pakan yang telah disediakan pada tempat pakan dan
diletakkan di bagian sisi dalam kandang.
Burung unta berasal dari benua afrika, tepatnya daerah bagian gurun Afrika di
utara dan selatan zona hutan khatulistiwa. Burung unta juga dapat beradaptasi di
berbagai habitat yaitu daerah padang rumput semi kering, padang rumput kering, dan
di dalam hutan lebat (IUCN 2016). Burung unta memiliki habitat asli di hutan savanna
di afrika,hutan sabana adalah jenis hutan yang ditumbuhi pepohonan dengan jarak
berjauhan dan diselingi dengan rerumputan (Fitriana 2008). Menurut IUCN 2016,
Populasi pada burung unta masih dalam kategori Least concern atau beresiko rendah
untuk punah namun jumlah populasinya terus menurun secara drastis sejak 200 tahun
terakhir. Dalam alam liar, burung unta mencari pakan pada lingkungan yang tandus dan
jenis makanannya adalah berbagai tanaman, buah, dan sayuran (Earle 1994). Burung
Unta adalah pemakan segala (omnivora), meskipun sebagian besar pakannya dari
bahan nabati. Burung unta menggunakan paruhnya yang tidak bergigi dan berbentuk
lancip dalam proses mengambil makanan. Saluran pencernaan pada burung unta masih
serupa dengan saluran pencernaan pada unggas lainnya, namun yang membedakan
hanya pada ukuran saluran pencernaannya saja. Ini terdiri dari paruh dan mulut,
kerongkongan, proventriculus (kelenjar perut dimana sekresi enzim berlangsung),
gizzard (perut otot polos), usus halus, usus besar dan kloaka (Gussekloo 2006).
Monitoring atau pengamatan aktifitas makan berfungsi untuk mengetahui banyaknya
jumlah pakan yang dikonsumsi oleh burung unta. Pada Taman Satwa Cikembulan
monitoring pakan burung unta dilakukan dua kali dalam satu hari yaitu pada pukul
09.00 dan 16.00. Berdasarkan pengamatan selama tiga hari diperoleh hasil seperti yang
ditunjukan pada Tabel 1.
Tabel 1. Monitoring pakan burung unta
Jenis Pakan Jumlah yang Sisa Jumlah yang
diberikan % gram dikonsumsi
(gram) (gram)
Tauge 7500 0,2 150 7350
Pellet Unggas 3000 0,5 150 2850
Kangkung 7000 0,3 210 6790
Sumber: Dokumen Pribadi
Pellet merupakan pakan yang selalu ada sebagai bahan campuran pakan baik
untuk campuran pada kangkung maupun tauge. Pada kandungan pellet sendiri energi
yang terdapat hanya 0,03 Kkal/gram dan hal itu pemicu sangat rendahnya total energy
burung unta di taman satwa cikembulan dibanding dengan konsumsi standar energi
menurut Aganga (2003) yang sebesar 9 Kkal/gram. Pada kandungan protein pada
burung di taman satwa cikembulan pun rendah hanya sebanyak 2,472% dibandingkan
dengan standar proteinnya yang seharusnya sebanyak 12%. Asupan energy dan protein
yang rendah dapat memicu lemah dan mudahnya burung unta untuk terkena penyakit.
Sebaiknya burung unta diberikan pakan tambahan seperti pakan buah-buahan dan
serangga kecil guna memperbesar asupan energy dan jumlah protein pada burung unta.
Lemak berfungsi sebagai sumber energy dan juga alat pengangkut vitamin yang larut
dalam lemak. Kandungan lemak pada burung unta di taman satwa cikembulan
sebanyak 0,28% dan kandungan lemak terbanyak hanya terdapat pada pakan kangkung
dengan jumlah 20,37 gram, menurut Aganga (2003) kandungan lemak yang seharusnya
terdapat pada burung unta sebanyak 2,5%. Sebaiknya, diberikan penambahan jenis
pakan dengan memberikan pakan yang memiliki kandungan lemak yang sesuai dengan
kebutuhan burung unta. Kalsium dan fosfor merupakan mineral penting bagi tubuh
yang mengatur pembekuan darah, kontraksi otot dan aktifitas metabolisme lainnya.
Menurut Aganga (2003) yaitu kalsium memiliki total standart sebanyak 1,2% dan
fosfor sebanyak 0,7%. Sedangkan kandungan kalsium dan fosfor pada burung unta di
taman satwa cikembulan dalam keadaan yang rendah yakni kalsium sebanyak 0,056%
dan fosfor sebanyak 0,053%. Hal ini diakibatkan jenis pakan seperti tauge dan
kangkung yang diberikan mengandung jumlah kalsium dan fosfor yang terlalu rendah,
pada tauge kandungan kalsium sebanyak 0,029% dan fosfor sebanyak 0,073%, lalu
pada kangkung kandungan kalsium sebanyak 0,073% dan fosfor sebanyak 0,05%.
Sebaiknya agar memperbanyak kandungan jumlah kalsium dan fosfor diberikan
supplement pakan seperti pemberian monocalcium phosphate.
DAFTAR PUSTAKA