Sistem reproduksi
Fertilisasi pada kelinci terjadi secara internal. Testis terkandung dalam saku
krotal.perkembangan embrio terjadi di dalam uterus. Plasenta kelinci terbentuk dari persatuan
antara korion dan allantois. Lama kandungan (gestasi) 30 hari. Mungkin sampai ada 10 buah
yang terjadi simultan. Kelinci dewasa secara seksual berumur 3 bulan (Brotowidjoyo, 1994).
Kelinci terkenal karena sistem reproduksinya yang betina berevolusi segera setelah
senggama sehingga pembuahan terjamin. Selain itu kelinci betina mempunyai sistem reproduksi
yang istimewa yaitu mampu mengandung 2 rumpun anak sekaligus karena memiliki rahim
ganda. Pembuahan pada rahim yang 1 tidak menghalangi ovulasi pada rahim yang satunya lagi.
Gejala ini di sebut superfetasi dan meskipun langka dianggap cukup sering terjadi (Oliver, 1984).
A.2 Klasifikasi
Menurut Oliver ( 1984), kelinci dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom Animalia
Phylum Chordata
Sub phylum Vertebrata
Kelas Mammalia
Ordo Logomorphia
Famili Leporidae
Genus Lepus
Spesies Lepus nigricollis
C. Habitat
Kelinci (Lepus nigricollis) merupakan mamalia yang biasa hidup didarat. Makan dan
berkembang biak didaerah yang banyak tersedia makanan yang cukup, seperti bioma padang
rumput, hutan dan sebagainya (Brotowidjoyo, 1994).
Sedangkan menurut Oliver (1984), kelinci (Lepus nigricollis) hidup dilingkungan alam bebas
dan merupakan herbivora murni. Selama musim panas makanannya adalah rumput, daun
semanggi, serta tumbuhan-tumbuhan lainnya. Pada musim dingin kelinci makan kulit pohon,
ranting, perdu kering dan biji-bijian.
berbeda-beda . Untuk berhasilnya budidaya, kits harus memaharni potensi dan pola reproduksi
tersebut sehingga dapat melakukan budidaya kelinci secara efisien. Tulisan ini memuat beberapa
aspek reproduksi yang dirangkum dari berbagai sumber yang berkaitan dengan fisiologi
PENDAHULUAN
hewan herbivora non niminacia, memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi, cepat
berkembangbiak, interval kelahiran yang pendek, prolifikasi yang tinggi, juga kelinci
mudah dipelihara dan tidak membutuhkan lahan yang luas pada pemeliharaan yang
banyak (Templeton,1968) .
Kelinci memdiki banyak "breed" dan jenis yang kecil, jenis yang sedang
maupun yang besar dan masing-masing "breed" mempunyai potensi dan pola reproduksi
yang berbeda . Di Indonesia selam kelinci lokal yang umumr dipelihara juga dipelihara
kelinci ras seperti Flemish Giant, New Zealand White, Californian, Blouwender, Rex.
satin, dan lain-lain. Yang berkembang saat ini adalah kelinci hasil persilangan dcngan
terhadap pola reproduksi ternak kelinci tenrtama yang berhubungan dengan fisiologi
reproduksi .
temak kelinci yang kepada pemerbati petemakan khususnya bagi yang beternak kelinci
saluan reproduksi betina terbagi dua kornua yang terpisah dan masingmasing mempunyai serviks
yang terpisah setelah vagina . Pada sistim reproduksi kelnci
tidak ada kemungkinan terjadi " cross over " telur di dalam uterus. Vagina pada kelinci
henna dewasa dapat ditemukan sejajar dengan anus ,sedangkan penis dan scrotum pada
jantan dewasa dapat ditemukan di bawah perut diantara lipatan paha belakang. Pada
kelinci jantan muda bentuk testes belum terlihat sehingga kesalahan identifikasi
SEKSING
"Sexing" adalah untuk membedakan kelamin jantan dan betina pada kelinci
yang baru disapih (umur 4-8 minggu) . Anak kelinci jantan yang baru disapih, testis
masih berada di dalam rongga perut, sedangkan penisnya belum terlhat dari luar. Untuk
membedakan jenis kelamin pada kelinci muda, perlu dilakukan pemeriksaan dari dekat
kanan sehingga
kepalanya menghadap ke atas dan tangan kiri memegang kedua kaki depan. Selanjutnya
ibu jari dan telunjuk tangan kanan di letakkan di depan dan di belakang alat kelamin, dan
dilakukan penekanan sehingga alat kelamin yang di dalam tubuh akan menonjol keluar.
(lihat gambar 3) . Dengan melihat perbedaan bentuk tonjolan alat kelamin, maka dapat
ditentukan jenis kelamin. Jika berkelamin jantan , tonjolan tadi bentuknya lebih panjang,
runcing dan ada lekukan di tengahnya . Jika berkelamin betina, maka tonjolan tadi
mempunyai celah yang melintang dan jugsa alat kelamin betina (vulva) lebih dekat ke
KELENJAR MAMAE
secara cepat pada minggu terakhir masa kebuntingan Jumlah produksi susu rata-rata
150-200 mg/hari pada anak varietas pertama dan meningkat pada varietas berikutrnya.
Pada kelinci besar jumlahnya akan lebih banyak dan maksimum pengeluaran air susu
terjadi pada minggu kedua dan ketiga masa laktasi . Untuk mendapatkan air susu yang
optimal, sebaiknya pengasuhan anak dibatasi 7 - 8 ekor. Jika jumlah anak yang
dilahirkan perkelahiran (litter size) melebihi 8 ekor, maka kelebihan anak dapat
dilakukan tindakan fostering yaitu dengan menitipkan anak ke induk lain yang jumlah
Pubertas pads kelinci bervariasi dan sangat tergantung pada breed" . Kelinci
jenis kecil mempunyai masa pubertas lebih dini dibandingkan kelinci jenis besar. Kelinci
betina lebih dulu mengalami pubertas dibandingkan kelinci jantan. Maraci dan Machado
(1978) mengemukakan bahwa, dewasa kelamin pada kelinci jantan NZW dicapai pada
umur 6 bulan. Cheeke dkk (1982) mengatakan bahwa, kelinci jantan mencapai dewasa
kelamin pada umur 4-8 bulan, tergantung pada bangsa dan tingkat makanan . Menurut
Hafez (1970), meskipun spermatozoa motil terlihat pada ejakulat pertama Umur 4 bulan
tetapi spermatozoa yang mempunyai fertilitas baik diperoleh pada umur 7-8 bulan.
Sastrodihardjo, 1985 melaporkan hasil survey pada peternakan rakyat di Jawa bahwa
sebagian besar peternak mengawinkan pertama kali kelinci jantan pada Umur 8 bulan,
ejakulat kelinci jantan dewasa antara 0,4-1,5 ml dengan konsentrasi sperma rata-rata 150
juta per ml . Konsentrasi sperma secara umum dipengaruhi oleh bangsa den tingkat
rangsangan. Hafez (1980) melaporkan bahwa, bangs kelinci ukuran sedang rata-rata
(Mc Donald, 1976), warna putih susu, bau akasia den mempunyai tekanan osmotik
hampir sama dengan darah yang ekuivalen dengan larurtan NaCl 0,90%.
sperma 219,4 juta/ml . Sedangkan pada kelinci New Zealand White volume yang terukur
pada 2 kali ejakulasi adalah 1,92 ml dengan konsentrasi sperma 248,8 juta/ml .
BIRAHI (ESTRUS)
umumnya terjadi setiap 4-6 hari den berhubungan erat dengan periode estrogen dalam
dash serta dapat dilihat pada keadaan sitologi vagina (Colby, 1986). Tanda-tanda birahi
Sedangkan secara tingkah laku jika dipegang punggungnya maka induk akan terangkat
PERKAWINAN
Perkawinan dapat di lakukan secara alami atau melalui inseminasi buatan Jika
dilakukan di kandang pejantan dan jika dilakukan sebaliknya pejantan tidak mau
berkopulasi. Induk yang di kawinkan sebaiknya yang sedang estrus dengan tanda vagina
berkopulasi . Bila kopulasi terjadi ditandai dengan jatuhnya pejantan ke samping dan
berlangsung sangat cepat .Adanya cairan dalam vagina belum menjamin terjadinya
perkawinan yang fertil, kadang-kadang saat ejakulasi hanya berisi plasma semen tanpa
sperma. Untuk itu perkawinan perlu diulang agar fertilisasi terjadi. Jika pejantan kesulitan
untuk berkopulasi, maka dapat dibantu sehingga kopulasi terjadi . Owen dkk (1977)
menyatakan bahwa, panas merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh
pada kelinci di negara tropis, suhu di lingkungan diatas 30° C dapat menghambat fertilisasi
pada pejantan sedangkan pada betina bunting mengakibatkan kematian embrio . Untuk
itu waktu mengawinkankan kelinci sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari pada
Pada daerah bersuhu sejuk, perkawinan pada siang hari pada hakekatnya tidak
bermasalah. Kebiasaan petenak mengawinkan kelinci pada pagi hari lebih banyak
disebabkan oleh tersedianya waktu luang yaitu sebelum peternak bercocok tanam
(Diwyanto dkk, 1985).
perkawinan sedarah atau silang dalam (in breeding) . Oleh karena itu setiap perkawinan
harus dicatat dan dibuatkan selisih jika anak-anaknya akan di jadikan bibit.
Ovulasi adalah proses pelepasan sel telur dari folikel de graaf, dan pada ternak
kelinci tidak terjadi secara spontan (Induce Ovulator) . Ovulasi akan terjadi bila induk
mendapat rangsangan dari luar (Hafez, 1970 ; Sandford, 1979 ; Cheeke dkk, 1982.
rangsangan listrik, rangsangan oleh tangan dan cumbu rayu dengan kelinci betina. Colby
(1986) menyatakan bahwa, kelinci bersifat Poscoital Ovulator, yaitu ovulasi terjadi
hanya jika adanya kopulasi. Proses kopulasi dapat menyebabkan peningkatan ukuran
folikel secara cepat pada masing- musing ovarium. Ovulasi biasanya terjadi 6-10 jam
setelah kopulasi atau perangsangan (Colby, 1986), 10-12 jam (Miller dkk, 1969). Ovum
mempunyai umur fertil selama 6 jam setelah ovulasi. Folikel yang matang memiliki
diameter 1,5 mm serta poly ovular folikel umun terjadi. Serum LH (Luteinazing
Hormone) akan mencapai puncak 1-2 jam setelah kopulasi . Hafez (1980) morgatakan
KEBUNTINGAN
Kebuntingan dimulai dari pertemuan sel telur dan sperma. Setelah dibuahi sel
telur membagi diri menjadi sel baru dan pada saat yang bersamaan sel telur menuju tuba
fallopii . Setelah membelah, akan berimplantasi kemudian menjadi embrio dan tetap
diuterus sampai lahir . Pada 4 hari pertama uterus siap menerima embrio clan setelah 8
hari , sel bagian luar dan embrio bertaut pada dinding-dinding uterus kemudian plasenta
dibentuk oleh bagian dari embno dan uterus. Lama kebuntingan adalah waktu dari mulai
perkawinan sampai beranak Lamanya dipengaruhi oleh bangsa Jelinci, umur induk,
besar dan jumlah anak dan lingkungan (Sandford, 1979) . Lama kebuntingan yang
panjang terlihat bila jumlah anak yang dilahirkan sedikit dan mempunyai berat lebih dan
100 gram, sebaliknya jumlah anak yang banyak menJadikan lama kebuntingan lebih
pendek (Cheeke dkk, 1982). Lama kebuntingan umumnya rata-rata 31-32 hari (Hafez,
1980 ; Cheeke dkk, 1982) tetapi ada yang 29 hari dan paling lama 35 hari . Hafez (1970)
melaporkan, kelinci yang lahir antara 30-32 hari setelah perkawinan sebanyak 98 persen dan
kebuntingan diperpanjang apabila litter size sedikit, terdapat anak yang terlalu besar
(abnormal) atau karena terjadi kematian . Lama kebuntingan induk kelinci pada
ventro caudal pada hari ke 10 setelah kawin, yaitu dengan cara meraba bagian bawah
perut induk Bila terasa benjolan bulat yang mengambang sebesar kelereng dan terasa
kenyal maka dapat dipastikan bunting, bila benjolan terasa keras dan lebih kecil maka
kelinci tersebut tidak bunting karena yang teraba adalah feses dan kelinci dapat
kebuntingan. Kesuburan induk diukur oleh jumlah sel telur yang diovulasikan dan
Bunting semu sering terjadi pada kelinci akibat adanya handling yang kasar,
dinaiki oleh betina lain dan sebagainya. Hal ini terjadi akibat adanya corpus luteum
persisten yang terdapat selama 2 minggu. Hari ke ke 16 - 19, betina akan bersikap
seperti akan melahirkan yang normal, tetapi jika dikawinkan biasanya induknya akan
bunting
PROSES MELAHIRKAN
Kelinci melahirkan pada pagi hari, yang sebelumnya ditandai dengan kegiatan
mencabuti bulu untuk sarang. Bagian anak yang akan keluar lebih dahulu adalah bagian
anteriornya. Anak pada umur 35 hari tidak lahir akan mati, untuk itu harus segera
dengan hormon Oxytocin (0,1 cc/ 1,5 kg BB induk) . Beberapa menit setelah
penyuntikan biasanya induk akan beranak, oleh sebab itu harus ditunggu karena sering
beranak tidak pada tempatnya dan interval kelahiran berlangsmg sangat cepat dengan
plasenta yang masih utuh. Untuk menyelamatkan anak, operator harus membantu
membuka plasenta agar anak segera mendapatkan oksigen don proses pengerasan tulang
cepat terjadi.
tergantung bangsa, jenis dan lingkungan . Umumnya litter size lebih besar pada bangsa
besar dan persilangan daripada bangsa lainnya (Hafez, 1970). Choke dkk (1982)
menyatakan bahwa, litter size tergantung pada bangsa, makanan, umur dan lingkungan
induk. Jumlah sel telur yang dilepas oleh masing-masing ovarium merupakan salah satu
faktor yang menentukan litter size . FaCtor lain yang berpengaruh adalah jumlah sel telurr
yang dibuahi sperma kemudian menuju uterus dan bakembang sampai lahir (Choke
4-12 ekor (Anonim, 1982). Litter size yang diperoleh dari hasil IB adalah 8,8 ekor
(Komov, 1966), 6,93 (Lahiri dkk, 1982), 7,8 ekor (Chiang dkk, 1968). Hafez (1970)
Sedangkan menunut Arifn dkk, (1977), litter size meningkat dengan meningkatnya
bobot induk. Temperatur sangat berpengaruh terhadap kebuntingan dan litter size, di
mana kebuntingan terkecil dan litter size yang paling sedikit jika perkawinan di lakukan
pada saat temperature lingkungan tmggi . Sedangkan di Indonesia pada surve peternakan
di Jawa jumlah anak kelinci sepelahiran sebagian besar adalah 7 ekor (4-9 ekor)
sepelahiran kelinci Rex rata-rata 7 ekor. Sedangkan Sartika (1986) melaporkan jumlah
kelamin jantan dan betna pada suatu kelahiran (Nalbandov, 1975) . Secara teoritis
artinya perbandingan yang dilahirkan antara jantan dan betina seimbang Hafez (1970)
mengatakan bahwa, jantan lebih sedikit dilahirkan dari pada betina . Sandford (1979)
menjelaskan bahwa, hal ini terjadi akibat kematian embrio jantan sebelum dilahirkan
lebih tinggi. Robert (1956) melaporkan bahwa, persentase jantan lebih tinggi pada waktu
bunting dibandingkan saat lahir . Embrio jantan yang mati akan diserap kembali atau
dapat juga abortus. Sastrodihardjo 1985, melaporkan bahwa nisbah kelamin pada
dengan induk secara terus-menerus, ketika induk beranak akan langsung dikawinni
kembali oleh pejantan. Pada saat beranak, induk kelinci dalam posisi berahi dan bila
terjadi perkawinan biasanya induk akan bunting. Yang menjadi persoalan adalah terjadi
tarik-menarik hormonal antara hormon untuk memproduksi air susu dengan hormon
air susu . Untuk itu sebaiknya jarak - kawin setelah beranak diberikan waktu antara seperti
yang dilakukan di Balitnak pada reproduksi kelinca Rex Hasil: penelitian menunjukan
jarak kawin setelah beranak yang ideal adalah 14 hari karna selain efisien juga
memberikan performans yang baik pada jumlah anak yang dilahirkan (Raharjo, dkk.
1993)
PENYAPIHAN
Untuk budidaya kelinci yang efisien, penyapihan dapat dilakukan pada -umur
35 hari sampai 45 hari. Jika jarak kawin setelah beranak dilakukan 14 hari, maka
dengan penyapihan umur 35 hari akan memberikan waktu kering kandang selama 7
hari untuk mempersiapkan kelenjar mamae pada kelahiran berikutnya . Bobot sapih pads
anak kelnci yang sehat berkisar antara 400-500 gr tergantung jumlah anak yang diasuh