Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

FISIOLOGI KERJA JANTUNG

Disusun Oleh:

Riska Fitriyanti

3415160657

Pendidikan Biologi A 2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian tetesan air dingin 5o pada denyut jantung
katak.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian tetesan air panas 30o pada denyut jantung
katak.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian tetesan air panas 40o pada denyut jantung
katak.
4. Untuk mengetahui funsgi dari larutan Ringer
5. Untuk mengetahui fungsi dari larutan NaCl 0,7%
6. Untuk mengetahui fungsi dari KCl 0,7%
7. Untuk mengetahui fungsi dari CaCl2 0,7%

B. Kajian Pustaka

Denyut jantung Pisces, Amphibia dan Reptilia di mulai dari sinus venosus,
sedang pada Aves dan Mammalia denyut jantung di mulai dari nodus SA (nodus
sinoatrial). Sinus venosus dan nodus SA inilah yang berfungsi sebagai pace maker
(jaringan pemacu denyut jantung).

Percobaan denyut jantung katak akan menunjukkan bahwa walaupun jantung


sudah terpisah tubuh, namun masih dapat berdenyut terus secara ritmis untuk beberapa
waktu lamanya (automasi jantung). Denyut jantung terdiri dari sistol (kontraksi diawali
dari antrium ke ventrikel) dan diastol (secara bersama relaksasi dari atrium ke
ventrikel).

Bagian-bagian yang nampak berdenyut adalah sinus venosus, atrium kanan dan
kiri serta ventrikel. Setelah diastol, jantung akan beristrirahat sesaat (refrakter) sebelum
melakukan sistol berikutnya.

Jika rangsang diberikan pada saat jantung mengalami refakter dan sistol, maka
ritme jantung tak tertanggu. Tetapi bila rangsang diberikan pada saat diastol akan
menghasilkan ekstra sistole yang disusul dengan waktu refrakter sebelum melakukan
sistole berikutnya yang lama atau compensatory pause.

Kegiatan listrik jantung terjadi di 2 bagian yaitu pada susunan hantar khusus
miokardium (otot jantung). Susunan hantar khusus (specialized conducting fibers)
merupakan sel otot yang mengalami modifikasi sifat (seperti sel saraf) yaitu: 1. sinus
venosus (pada vertebrata rendah), 2. nodus SA (pada vertebrata tinggi), 3. nodus
atrioventrikularis (AV node), 4. berkas His dan 5. serabut Purkinje.

Pace maker selalu mengirimkan potensial aksi (impuls) secara ritmis, kegiatan
listrik miokardium dibagi menjadi: fase 0 - depolarisasi, fase 1 - repolarisasi lambat,
fase 2 - plateu, fase 3 - repolarisasi cepat, dan fase 4 - potensial membran istirahat
(restring membran potensial). Sedang kegiatan di susunan hantar khusus di bagi
menjadi 3 yaitu: fase 0 - prepotensial, 1 - depolarisasi lambat, dan 2 - depolarisasi cepat.

C. Metodologi

Alat dan Bahan :

 Katak
 Benang
 Alat bedah
 Papan bedah
 Thermometer
 Timbangan
 Gelas kimia
 Es batu
 Ringer
 NaCl 0,7%
 KCl 0,7%
 CaCl2 0,7%
 Air panas

Cara Kerja

Kegiatan 1. Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak

1. Ikatlah kaki katak hingga tidak dapat meloncat, kemudian ditimbang.


2. Bedahlah rongga dada katak. Hitung denyut jantungnya per menit pada suhu
ruangan selama 3 menit, dan hitung rata-rata denyut per menit.
3. Kumpulkan data dari semua kelompok, data dikorelasikan antara berat badan katak
dan frekuensi denyut jantung. Simpulkan koefisen kolerasi tersebut.
Kegiatan 2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung

1. Catat data denyut jantung per menit pada suhu ruangan.


2. Jantung katak yang masih ada dalam tubuh diberi tetesan air dengan suhu 5o C.
Hitung denyut jantung per menit. Normalkan suhunya, dengan meneteskan air kran.
Selanjutnya teteskan air bersuhu 30o C. Hitung denyut jantung per menit.
Normalkan suhunya, dengan meneteskan air kran. Selanjutnya teteskan air bersuhu
40o C. Hitung denyut jantung per menit.
3. Kumpulkan data dari semua kelompok, dan hitung koefisian korelasinya.

Kegiatan 3. Percobaan Stanius

1. Ikatlah dengan tali bagian antara sinus venosus dengan atrium. Ikatan ini di sebut
ikatan Stanius I. Amati tempat timbulnya denyutan jantung.
2. Ikatan stanius I dibuka lakukan Stanius II yaitu ikatan antara atrium dan ventrikel.
Amati tempat timbulnya denyut jantung

Kegiatan 4. Automasi Jantung

1. Buka rongga dada katak. Bila bagian belakang jantung di balik ke atas, maka
tampaklah bahwa gerakan jantung di mulai dari sinus venosus, terus ke atrium dan
ventrikel.
2. Pelajarilah bahwa bila jantung terletak mendatar, pada waktu diastol ventrikel akan
memanjang dan menipis serta waktu sintol akan memendek.
3. Bila ujung jantung di angkat hingga jantung terletak tegak, maka waktu diastol
ventrikel akan memendek dan jatuh tertumpuk, serta waktu diastol akan
memanjang.
4. Sisihkan organ-organ di sekeliling jantung hingga jantung terlihat jelas. Buka
selaput perikardiumnya.
5. Ikatlah pembuluh yang menujuh ke dalam dan keluar jantung. Potong pembuluh-
pembuluh yang diikat pada bagian sebelah distalnya. Keluarkan jantung dari rongga
tubuh. Kemudian tempatkan di larutan Ringer dalam cawan petri. Amati apa yang
terjadi.

Kegiatan 5. Pengaruh Garam Anogranik Terhadap Denyut Jantung Katak

1. Jantung dari kegiatan 4 yang telah diikat dimasukan ke dalam larutan Ringer pada
suhu kamar.
2. Kemudian masukan ke larutan NaCI 0.7%. Buatlah pencatatan hingga terlihat
kekuatan denyut jantung mulai menurun.
3. Masukan kembali ke larutan Ringer untuk beberapa saat (sampai denyut normal),
kemudian masukan ke larutan KCI 0.7%. Catatlah denyut jantung dalam larutan ini
hingga berhenti berdenyut (potasium inhibition).
4. Pindahkan jantung ke larutan CaCI2 0.7%. Perhatikan dan catat hingga kontraksi
kembali lagi. Bila jantung tidak berdenyut lagi, gantilah dengan jantung yang baru,
dimulai dengan pencatatan dalam larutan ringer yang kemudian diganti dengan
larutan 1% CaCI2.
D. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8
Berat(x) 40,65 46,55 20,3 35 44,3 38,25 43,8 41,25
gram
Frekuensi 66,4 55,2 71,8 63,6 12,8 54 47,4 21
(y)

Perhitungan
Y
Katak X (gram) X2 Y2 XY
(detak/menit)
1 40,65 66,4 1652,423 4408,96 2699,16
2 46,55 55,2 2166,903 3047,04 2569,56
3 20,3 71,8 412,09 5155,24 1457,54
4 35 63,6 1225 4044,96 2226
5 44,3 12,8 1962,49 163,84 567,04
6 38,25 54 1463,063 2916 2065,5
7 43,8 47,4 1918,44 2246,76 2076,12
8 41,25 21 1701,563 441 866,25
Jumlah 310,1 392,2 12502 22423,8 14527,17
𝑛∑𝑥𝑦 − ∑𝑥∑𝑦
𝑟𝑥𝑦 =
√[𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥)2 ] − [𝑛∑𝑦 2 − (∑𝑦)2 ]

−5403,86
=
9926,74

= −0,54438

𝑟𝑥𝑦 √𝑛 − 2
𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√1 − 𝑟 2

−1,3334
= = −1,5896
0,8388

t tabel = 1,94 dan α = 0,05


2. Tabel Pengamatan Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung

Suhu (x) 5° 30 40
Denyut (y) 10 9 9

3. Percobaan Stanius
Tempat timbul denyut :
 Stanius 1: muncul pada bagian sinus venosus sedangkan pada bagian bilik berhenti
berdenyut,
 Stanius 2 : muncul pada bagian sinus atrium venosus dan ventricle

4. Tabel pengamatan

Jumlah denyut jantung ketika diteteskan larutan


Kelompok
Ringer NaCl 0,7 % KCl CaCl2
8 19 13 11 7

No. 1 2 3 ∑
W (Ringer) 19 34 62 115
W2 361 1156 3844 5361
W2/n 120,3 385,3 1281,3 1786.9
X (NaCl) 13 23 63 99
X2 169 529 3969 4667
X2/n 28,16 176,33 1323 1527,49
Y (KCl) 11 20 57 88
Y2 121 400 3249 3770
Y2/n 40,33 133,33 1083 1256,66
Z (CaCl) 7 2 52 61
Z2 49 4 2704 2757
Z2/n 16,33 1,33 901,33 918,99
∑𝑥𝑤 + ∑𝑥𝑥 + ∑𝑥𝑦 + ∑𝑥𝑧
𝐽𝐾(𝑇) = (∑𝑥 2 𝑤 + ∑𝑥 2 𝑥 + ∑𝑥 2 𝑦 + ∑𝑥 2 𝑧) − ( )
𝑁

363
𝐽𝐾 (𝑇) = (16555) − ( ) = 16524,75
12
2
𝑥𝑤 𝑥𝑥2 𝑥𝑦2 𝑥𝑧2 2
∑𝑥𝑤 + ∑𝑥𝑥2 + ∑𝑥𝑦2 + ∑𝑥𝑧2
𝐽𝐾 (𝐴𝐾) = (∑ +∑ +∑ +∑ )−( )
𝑁𝑤 𝑁𝑥 𝑁𝑦 𝑁𝑧 𝑁

16555
𝐽𝐾 (𝐴𝐾) = (5487,04) − ( ) = 4107,46
12

𝐽𝐾(𝐷𝐾) = 𝐽𝐾(𝑇) − 𝐽𝐾(𝐴𝐾) = 12417,29

𝑑𝑘(𝑇) = 𝑁 − 1 = 12 − 1 = 11
𝑑𝑘(𝐴𝐾) = 𝐾 − 1 = 4 − 1 = 3
𝑑𝑘(𝐷𝐾) = 𝐾(𝑛 − 1) = 4(3 − 1) = 8
𝐽𝐾(𝐴𝐾)
𝑅𝐽𝐾(𝐴𝐾) = 𝑑𝑘(𝐴𝐾) = 1369,153

𝐽𝐾(𝐷𝐾)
𝑅𝐽𝐾(𝐷𝐾) = 𝑑𝑘(𝐷𝐾) = 1552,161

𝑅𝐽𝐾(𝐴𝐾)
𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = = 0,88
𝑅𝐽𝐾(𝐷𝐾)

𝐹 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑓(𝑎)(𝑑𝑘(𝐴𝐾))(𝑑𝑘(𝐷𝐾)) = F(0,05)(3)(8) = 5,42


Fhit < Ftabel
0,88 < 5,42
Terima Ho pada α = 0,05
Maka, tidak terdapat perbedaan yang signifikan denyut jantung katak bila empat larutan yang
berbeda diperlakukan terhadap ketiga kelompok tersebut
E. Pembahasan
1. Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak

Berdasarkan data yang didapat, dilakukan uji korelasi untuk membuktikan apakah
terdapat pengaruh antara berat badan dengan frekuensi denyut jantung. Berdasarkan
perhitungan didapatkan t tabel 1,94 dan t hitung 1,5896. Karena t hitung < dari t tabel, maka
terima Ho pada α = 0,05. Hal ini berarti korelasi berat tubuh dan frekuensi denyut jantung
tidak signifikan. Namun berdasarkan literatur, berat badan yang berlebihan dapat
memberikan tegangan atau beban yang berlebih pada jantung dan pembuluh darah.
Tegangan atau beban inilah yang akan menyebabkan frekuensi pada denyut jantung
menurun. Jumlah energi yang diambil hewan untuk mempertahankan berat badan tubuhnya
berbanding terbalik dengan ukuran tubuhnya. Semakin tinggi laju metabolisme, jaringan
tubuh hewan yang lebih kecil memerlukan laju pengiriman oksigen ke jaringan yang lebih
tinggi. Dengan demikian berat badan dengan frekuensi denyut jantung berbanding terbalik
artinya, semakin besar berat badan tubuh makhluk hidup maka akan semakin kecil
frekuensi denyut jantung. Perbedaan ini bisa terjadi karena kesalahan praktikan dalam
menghitung jumlah denyut jantung permenitnya.

2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung

Pada hasil pengamatan terlihat denyut jantung saat suhu dingin lebih cepat
dibandingkan denyut jantung saat suhu dinaikan. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa
Saat jantung katak ditetes dengan air dingin, pembuluh darah jantung menyempit sehingga
jantung harus bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh dan otomatis, pasokaan
darah yang beredar dan kembali ke jantung akan mengalir lebih lambat dan menyebabkan
jantung berdenyut lebih lambat. kondisi sebaliknya terjadi pada penetesan air bersuhu
tinggi pada jantung katak. Dengan meningkatnya suhu jantung, maka otot pembuluh akan
berelaksasi dan pembuluh darah akan bervasodilatasi(melebar sehingga aliran darah ke
seluruh tubuh semakin lancar dan denyut jantung akan menjadi semakin cepat.
Ketidaksesuaian ini terjadi karena ketidaktelitian praktikan saat melakukan pengamatan.

3. Percobaan Stanius

Jantung merupakan peranan yang sangat penting dalam menentukan berapa banyak
darah yang akan dipompa dalam satu periode tertentu. Pada waktu istirahat, jantung
berdenyut 70 kali setiap menit. tertanam dalam dinding atrium kanan, terdapat suatu massa
jaringan khusus jantung, yang disebut sino-atriol (SA) Simpul SA sering disebut pemacu
jantung, karena simpul jantung tersebut menentukan irama dasar denyut jantung. kerusakan
pada pemacu tidak mengaiibatkan gangguan jantung,meskipun tanpa pemacu, ventrikel
dapat memelihara denyut, meskipun sangat lambat akan tetapi berbahaya, karena impuls
yang timbul dalam ventrikel dapat tak terorganisasi dan acak-acakan. Dalam percobaan ini,
kami membuat ikatan stanius 1 dengan cara mengikat longgar dengan menggunakan
benang antara sinus venosus dan atrium kemudian memperhatikan kontraksinya. Setelah
itu kita membuat ikatan stanius 2 dengan ikatan longgar antara atrium dan ventrikel lalu
memperhatikan kontraksinya. Selanjutnya membuat kembali ikatan seperti tadi dengan
ikatan keras. Percobaan stanius dibagi menjadi dua bagian. bagian Stanius 1 untuk
mengetahui denyut jantung katak antara sinus venosus dan atrium denyut jantung pertama
kali muncul pada bagian sinus venosus sedangkan pada bagian bilik berhenti berdenyut,
sedangkan pada bagian percobaan stanius 2 yaitu jantung antara atrium dan batas ventrikel
denyut muncul pada bagian sinus atrium venosus dan ventricle dengan frekuensi masing-
masing. Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan kami sesuai dengan percobaan yang
di lakukan .

4. Automasi Jantung

Pada praktikum ini, didapatkan bahwa jantung katak masih bersifat automasi, artinya
jantung masih berdenyut meskipun sudah tidak memiliki hubungan persarafan dan tidak
memompa darah lagi. Jantung katak masih berdenyut walau katak sudah dalam keadaan mati.
Hal ini terjadi karena adanya alat pacu jantung (pace maker) yang selalu melutupkan potensial
aksi secara otomatis.

Saat jantung katak terletak mendatar, maka pada keadaan sistole (berkontraksi) darah akan
dipompa ke keluar, ventrikel akan memendek dan berwarna merah muda. Namun dalam
keadaan diastole, ventrikel akan memanjang dan menipis serta berwarna merah tua, sebab
terdapat darah di dalam ventrikel.

Sedangkan saat jantung katak terletak tegak, dalam keadaan sistole, ventrikel akan memendek
dan jatuh bertumpuk dan berwarna merah muda. Dalam keadaan diastole, ventrikel akan
memanjang dan berwarna merah tua.

5. Pengaruh Garam Anorganik


Hasil pengamatan menunjukkan hasil bahwa ketika jantung diberikan larutan Ringer
maka frekuensi denyut jantung adalah 19 denyutan. Kemudian ditambahkan larutan NaCl 0,7%
dan diperoleh denyut jantung sebesar 13 denyutan. Larutan NaCl berfungsi untuk memacu
jantung untuk melakukan potensial aksi. Lalu ditambahkan larutan KCl dan denyut jantungnya
semakin melemah, bahkan yang berdetak hanya bagian atriumnya saja. Dan kemudian
diberikan larutan CaCl2 denyut jantung menjadi sangat lemah, dan hanya bagian atrium yang
berdetak. Karena saat diberikan larutan KCl dan CaCl2, jantung sedang mengalami potensi
istirahat. Menurut Faustine (2009), Pada pembuatan sediaan, katak dimatikan terlebih dahulu
dengan cara merusak susunan saraf pusatnya. Walaupun secara klinis katak sudah mati, fungsi
metabolik normalnya masih berlangsung hingga beberapa jam. Jaringan tubuh juga masih
dapat hidup selama beberapa menit hingga jam. Viabilitas jaringan tersebut bergantung pada
perlakuan yang diberikan. Oleh karena itu, segera setelah dibuka, jaringan tubuh tersebut harus
terus dibasahi dengan larutan ringer yang memiliki konsentrasi ion menyerupai cairan
ekstraselular katak. Hal ini disebabkan kekeringan akan menurunkan fungsi jaringan tersebut.

Larutan Ringer merupakan salah satu larutan laboratorium dari garam dalam air yang
digunakan untuk memperpanjang waktu kelangsungan hidup jaringan yang dipotong. Larutan
ini akan menetralkan atau mengembalikan denyut jantung ke denyut awal. Larutannya
mengandung natrium klorida, kalium klorida, kalsium klorida, dan sodium bikarbonat dengan
konsentrasi tertentu di mana mereka terdapat dalam cairan tubuh. Jika natrium laktat digunakan
sebagai pengganti natrium bikarbonat, campuran ini disebut solusi laktat Ringer (Spealman,
1940). Larutan ini diberikan secara intravena untuk cepat memulihkan volume sirkulasi darah
pada korban luka bakar dan trauma. Hal ini juga digunakan selama operasi dan pada orang
dengan berbagai kondisi medis. Larutan ringer pada mamalia berbeda karena mengandung
glukosa dan natrium klorida lebih dari pada aslinya (Spealman, 1940).

Pada cara kerja pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung ini larutan NaCl
berfungsi sebagai penetralisir. Hal ini karena Semua larutan garam sementara menghapuskan
aktivitas ritmis jantung (Buridge, 1912). NaCl 0,9% (normal saline) dapat dipakai sebagai
cairan resusitasi (replacement therapy), terutama pada kasus seperti kadar Na+ yang rendah,
dimana RL tidak cocok untuk digunakan (seperti pada alkalosis, retensi kalium). NaCl 0,9%
merupakan cairan pilihan untuk kasus trauma kepala, sebagai pengencer sel darah merah
sebelum transfusi. Cairan ini memiliki beberapa kekurangan, yaitu tidak mengandung HCO3-
, tidak mengandung K+, dapat menimbulkan asidosis hiperkloremik, asidosis dilusional, dan
hipernatremi (Rudi, 2006).
Selanjutnya, ketika jantung diteteskan larutan KCl menghasilkan frekuensi denyut
jantung adalah 11 kali. Denyut jantung menjadi melemah karena pengaruh K+ terhadap kerja
otot jantung. Menurut Sherwood (2001), peningkatan mendadak permeabilitas K+
menyebabkan difusi cepat K+ yang positif ke luar sel. Dengan demikian, repolarisasi cepat
terjadi akibat efluks K+, yang membuat bagian dalam sel lebih negatif daripada bagian luar
dan memulihkan potensial membran ke tingkat istirahat sehingga K+ menyebabkan relaksasi
pada potensial aksi di sel otot jantung.

Sedangkan ketika jantung diteteskan larutan CaCl2 setelah sebelumnya dimasukan


dalam larutan Ringer, dihasilkan frekuensi denyut jantung sebanyak 7 kali. Menurut Sherwood
(2001), pemberian Ca++ semakin memicu pengeluaran Ca++ dari retikulum sarkoplasma.
Pasokan tambahan dari Ca++ ini tidak saja merupakan faktor utama memanjangnya potensial
aksi jantung, tetapi juga menyebabkan pemanjangnya periode kontraksi jantung, sehingga
jantung mampu berdenyut dengan kuat kembali.
F. Kesimpulan

1. Pengaruh pemberian tetesan air dingin 5o pada denyut jantung katak seharusnya
semakin lambat karena Saat jantung katak ditetes dengan air dingin, pembuluh
darah jantung menyempit sehingga jantung harus bekerja lebih keras memompa
darah ke seluruh tubuh dan otomatis, pasokaan darah yang beredar dan kembali ke
jantung akan mengalir lebih lambat dan menyebabkan jantung berdenyut lebih
lambat.
2. Pengaruh pemberian tetesan air panas 30o pada denyut jantung katak seharusya
semakin cepat karena penetesan air bersuhu tinggi pada jantung katak. Dengan
meningkatnya suhu jantung, maka otot pembuluh akan berelaksasi dan pembuluh
darah akan bervasodilatasi(melebar sehingga aliran darah ke seluruh tubuh semakin
lancar dan denyut jantung akan menjadi semakin cepat.
3. Pengaruh pemberian tetesan air panas 40o pada denyut jantung katak seharusya
semakin cepat karena penetesan air bersuhu tinggi pada jantung katak. Dengan
meningkatnya suhu jantung, maka otot pembuluh akan berelaksasi dan pembuluh
darah akan bervasodilatasi(melebar sehingga aliran darah ke seluruh tubuh semakin
lancar dan denyut jantung akan menjadi semakin cepat.
4. Larutan Ringer digunakan untuk memperpanjang waktu kelangsungan hidup
jaringan yang dipotong. Larutan ini akan menetralkan atau mengembalikan denyut
jantung ke denyut awal. Larutannya mengandung natrium klorida, kalium klorida,
kalsium klorida, dan sodium bikarbonat dengan konsentrasi tertentu di mana
mereka terdapat dalam cairan tubuh.
5. Larutan NaCl 0,7% berfungsi sebagai penetralisir. Hal ini karena Semua larutan
garam sementara menghapuskan aktivitas ritmis jantung
6. Fungsi dari KCl 0,7% mebuat jantung katak berada dalam potensial istirahat
7. Fungsi dari CaCl2 0,7% mebuat jantung katak berada dalam potensial istirahat
DAFTAR PUSTAKA

Adoe, Desmiyanti Natalia. 2006. Perbedaan Fragilitas Eritrosit antara Subjek yang Jarang
dan yang sering terpapar Sinar Matahari. Semarang.

Buridge. 1912. Researches on the perfused Heart: The effect of Inorganic Salt. Experimental
Physiology (5) 347-371.

Faustin. 2009. Efek Neuroterapi ekstrak Acalypha indica dosis 10 mg dan 20 mg secara eks-
vivo pada persambungan saraf otot gastrocnemius Bufo melanotictus. Tesis magister
Dokter Umum Universitas Indonesia

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran

Guyton, Arthur C. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 9.. Alih bahasa: Dr. Petrus
Andrianto. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG (529–39)

Hill, R. Wyse, G. 1989. Animal Physiology. New York.: Harper Collins Publisher Inc

Murray, R.K. 2003. Sel darah merah dan putih. Dalam: Murray RK, Granner DK, Mayes PA,
Rodwell VW, editor. Biokimia harper. Ed25. Jakarta: EGC (727-34)

Rudi, Muchlis. 2006. Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat dibandingkan NaCl 0,9%
terhadap Keseimbangan Asam-Basa pada pasien Sectio Caesaria dengan Anesteri
Regional. Tesis Magister Biomedis, bidang Anestesiologi: Universitas Diponegoro

Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia. Alih bahasa: Santoso BI. Ed. ke-2.Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Spealman, C.R. 1940. The effect of NaCl, KCl, CaCl2, and osmotic pressure on the Frog
Heart-Rate. American Journal of Physiology Legacy Content. 1940 vol. 130 no. 4 729-738

Anda mungkin juga menyukai