Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
“Fisiologi Sistem Respirasi”

Disusun Oleh:
Tiara Adelia Kurniawan (3415160688)
Pendidikan Biologi A 2016

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018
Fisiologi Sistem Respirasi

A. Tujuan percobaan

1. Mengetahui organ – organ pernapasan pada beberapa jenis ikan.


2. Mengetahui organ – organ yang termasuk alat bantu pernapasan pada beberapa
jenis ikan.
3. Menganalisis perbedaan organ pernapasan pada beberapa jenis ikan dengan
lingkungan tempat hidupnya.
4. Mengamati terjadinya oksidasi pada jaringan.
5. Mengetahui permeabilitas paru – paru terhadap gas.

B. Landasan Teori

1. Respirasi
Respirasi dapat diartikan :
- bernapas yaitu proses inspirasi dan ekspirasi, menghirup O2 dan melepaskan
CO2
- pertukaran gas yaitu pertukaran O2 dan CO2 baik antara alveolus dan kapiler
paru-paru, maupun antara kapiler jaringan dan sel di jaringan.

Respirasi dapat diartikan sebagai proses peningkatan oksigen dan


pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan
organisme dengan lingkungannya atau merupakan proses yang dilakukan oleh
organisme untuk menghasilkan energi dari hasil metabolisme (Triastuti et.al,
2009). Ada dua macam respirasi yaitu, respirasi eksternal (luar) dan respirasi
internal (dalam). Respirasi luar meliputi proses pengambilan O2 dan pengeluaran
CO2 dan uap air antara organisme dengan lingkungannya. Respirasi internal
disebut juga pernapasan seluler karena pernapasan ini terjadi di dalam sel, yaitu
di dalam sitoplasma dan mitokondria. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen,
respirasi internal dibagi menjadi respirasi aerob dan anaerob. Menurut Imam
Abror (2010), respirasi dapat digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan
persediaan O2 di udara, yaitu respirasi aerob dan anaerob. Respirasi aerob
merupakan proses respirasi yang membutuhkan O2, sebaliknya respirasi anaerob
merupakan respirasi yang berlangsung tanpa membutuhkan O2. Perbedaan
antara keduanya akan terlihat pada proses tahapan reaksi dalam respirasi. Proses
transpor gas-gas secara keseluruhan berlangsung secara difusi.
Respirasi sel berlangsung dalam 4 tahap yaitu: glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, siklus rebs, dan transport elektron. Dari ke-4 tahap respirasi teresebut,
hanya glikolisis yaitu pemecahan glukosa menjadi asam piruvat yang
berlangsung secara anaerob. Pada tahap dekarboksilasi oksidatif dan siklus
krebs, oksigen diperlukan untuk membentuk CO2. Sedangkan pada tahap
transport elektron, oksigen diperlukan sebagai penerima elektron terakhir
membentuk radikal oksigen dan bereaksi dengan H+ membentuk air.
Pada tahap pertukaran gas, oksigen dari alveolus masuk ke kapiler paru-paru
dan diikat oleh haemoglobin di dalam sel darah merah membentuk Hb(O2)4 dan
terdapat sejumlah oksigen yang terlarut dalam plasma darah yang tidak diikat
oleh Hb. Oksigen inilah yang menentukan tekanan parsial oksigen dalam darah.
Setelah sampai di kapiler jaringan, O2 dilepas oleh Hb dan berdifusi ke dalam
sel. Mengapa O2 selalu dilepas oleh Hb setelah sampai di kapiler jaringan? Hal
ini terjadi karena ada peningkatan kadar H+ (penurunan pH). Hal inilah yang
disebut dengan efek Bohr. Oksigen yang berdifusi ke dalam otot akan diikat oleh
mioglobin. Pengikatan oksigen oleh haemoglobin dikatalis oleh 2,3 DPG (2,3
difosfogliserat) dalam sel darah merah.
Hasil respirasi di dalam sel adalah CO2, H20 dan energi dalam bentuk ATP
dan panas yang hilang ke lingkungan. CO2 akan diangkut oleh vena menuju
jantung dan dibuang melalui organ respirasi yaitu insang, kulit, atau paru-paru.
Energi dalam tubuh berasal dari oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein.
Karbohidrat, lemak, dan protein dapat disimpan dalam tubuh sebagai sumber
energi cadangan. Karbohidrat disimpan dalam bentuk glikogen di hati, di otot,
dan di jaringan lain (common metabolic pool). Bila tubuh kekurangan suplai
makanan sumber energi, maka sumber energi cadangan di dalam tubuh akan
segera dibongkar. Pertama adalah glikogenolisis (penguraian glikogen menjadi
glukosa 1 fosfat), kedua lipolisis (penguraian lemak dari jaringan dan ditransfer
ke hati, tempat berlangsungnya glukoneogenesis yaitu pembentukan glukosa
dari bahan non karbohidarat), ketiga adalah proteolisis (penguraian protein
menjadi asam amino ditransfer ke hati, seperti langkah kedua).
Glukoneogenesis sangat penting karena sumber energi untuk sel saraf, sel
darah, dan sel ginjal yang tidak memiliki cadangan energi. Glikogen dalam
tubuh hanya bertahan sebagai sumber energi selama 1,5 hari. Oleh karena itu
bila dalam waktu 36 jam tubuh kekurangan kerbohidrat, maka lemak dan protein
akan diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis) agar sel saraf, sel ginjal, sel
darah, dan sel lainnya tidak mati karena kekurangan energi.
Glukosa, asam lemak, dan asam amino yang diasorbsi oleh usus halus akan
dibawa oleh darah ke jaringan. Glukosa akan mengalami glikolisis menjadi asam
piruvat. Asam piruvat akan mangalami dekarboksilasi menjadi asetil koenzim A.
Sedangkan asam amino dapat langsung diubah menjadi asetil koenzim A.
Koenzim A selanjutnya masuk ke matriks mitokondria tempat berlangsungnya
siklus Krebs. Hasil oksidasi seluler dalam mitokondria ini adalah:
1. Energi yang ditangkap oleh ADP menjadi ATP dan ada yang hilang ke
lingkungan dalam bentuk panas. ATP dapat disimpan dalam bentuk
keratin fosfat (fosfokeratin)
2. Karbondioksida (CO2)
3. Air (H2O)
Karbon dioksida (CO2) yang terbentuk di mitokondria selanjutnya ditransfer
ke sitosol dan berdifusi ke cairan ekstra sel, dan selanjutnya masuk ke pembuluh
darah kapiler. Dari kapiler, CO2 dibawa ke paru-paru oleh darah dalam bentuk
CO2 terlarut, HbCO2, dan H2CO3. Pengangkutan CO2 paling banyak dalam
bentuk H2CO3 di eritrosit. Hal ini disebabkan pembentukan H2CO3 dikatalis oleh
karbonat anhidrase yang ada di dalam eritrosit. Setelah sampai di kapiler paru-
paru, CO2 berdifusi ke alveoli.
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai
oleh tubuh per satuan waktu (Seeley, 2002). Laju metabolisme berkaitan erat
dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul
makanan yang bergantung pada adanya oksigen (Tobin, 2005). Secara
sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai
berikut:
C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O + ATP (Tobin, 2005)
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya
oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini
memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen
(dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui
jumlahnya juga. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan
dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain
temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas (Tobin, 2005). Laju
konsumsi oksigen dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
menggunakan mikrorespirometer, metode Winkler, maupun respirometer
Scholander. Penggunaan masing-masing cara didasarkan pada jenis hewan yang
akan diukur laju konsumsi oksigennya.
Mikrorespirometer dipakai untuk mengukur konsumsi oksigen hewan yang
berukuran kecil seperti serangga atau laba-laba. Alat ini terdiri atas syringe, kran
3 arah, tabung spesimen, dan tabung kapiler berskala. Metode Winkler
merupakan suatu cara untuk menentukan banyaknya oksigen yang terlarut di
dalam air. Dalam metode ini, kadar oksigen dalam air ditentukan dengan cara
titrasi. Titrasi merupakan penambahan suatu larutan yang telah diketahui
konsentrasinya (larutan standar) ke dalam larutan lain yang tidak diketahui
konsentrasinya secara bertahap sampai terjadi kesetimbangan (Chang, 1996).
Dengan metode Wingkler, kita dapat mengetahui banyaknya oksigen yang
dikonsumsi oleh hewan air seperti ikan. Respirometer Scholander digunakan
untuk mengukur laju konsumsi oksigen hewan-hewan seperti katak atau mencit.
Alat ini terdiri atas syringe, manometer, tabung spesimen, dan tabung kontrol.
Terdapat 2 mekanisme Respirasi yaitu:
- mekanisme inspirasi: yaitu pembesaran rongga torax yang di ikuti
mengembangnya paru-paru sehingga tekanan dalam paru-paru lebih rendah
dari tekanan udara luar, akibatnya udara akan mengalir masuk ke dalam
paru-paru.
- mekanisme ekspirasi: yaitu pengecilan dari rongga thorax dan paru-paru
yang diikuti oleh pengeluaran udara dari paru-paru.
1. Organ Respirasi pada Ikan
a. Organ Utama
Pernapasan merupakan proses pengambilan oksigen dan pelepasan
karbon dioksida oleh suatu organisme hidup. Untuk dapat bernapas maka
diperlukan organ pernapasan. Pada ikan, proses pernapasan umumnya dilakukan
dengan menggunakan insang (branchia). Insang berbentuk lembaran-lembaran
tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang
berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-
kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap
filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang ikan juga mengalami
perkembangan sebagaimana organ-organ lainnya. Pada stadium larva, insang
belum sempurna dan belum dapat berfungsi. Untuk dapat bernafas, larva ikan
biasanya menggunakan kantung telur (yolk sac) atau pada beberapa ikan tertentu
menggunakan insang luar.

Gambar1. Anatomi organ perapasan pada ikan (fishes)

Insang ikan terdiri dari beberapa bagian, yaitu:


- Filamen insang (hemibranchia = gill filament), berwarna merah, terdiri dari
jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang.
Banyak mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri
branchialis dan merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut
dari dalam air.
- Tulang lengkung insang (arcus branchialis = gill arch), merupakan tempat
melekatnya filamen dan tapis insang, berwarna putih, dan memiliki saluran
darah (arteri afferent dan arteri efferent) yang memungkinkan darah dapat
keluar dan masuk ke dalam insang.
- Tapis insang (gill rakers), berupa sepasang deretan batang tulang rawan
yang pendek dan sedikit bergerigi, melekat pada bagian depan dari lengkung
insang, berfungsi untuk menyaring air pernapasan. Pada ikan-ikan herbivora
pemakan plankton, tapis insangnya rapat dan ukurannya panjang. Hal ini
sesuai dengan fungsinya sebagai alat penyaring makanan. Sedangkan pada
ikan-ikan karnivora, tapis insang tersebut jarang-jarang dan berukuran
pendek
Ikan-ikan bertulang sejati memiliki insang yang ditutup oleh penutup insang
(apparatus opercularis). Tutup insang ini terdapat di sebelah kanan dan kiri
bagian belakang dari kepala, berbentuk seperti setengah membundar. Tutup
insang terdiri atas:
- Operculum, yang tersusun atas empat potong tulang, yaitu:
 os operculare, merupakan tulang yang paling besar dan letaknya paling
dorsal
 os preoperculare, merupakan tulang kecil yang melengkung seperti sabit
dan terletak paling cranial
 os interoperculare, merupakan tulang kecil yang terletak di antara os
operculare dan os preoperculare
 os suboperculare, merupakan bagian tulang yang terletak paling caudal

- Membrana branchiostega, merupakan selaput tipis yang melekat pada


operculum dan berakhir bebas di tepi belakang dari operculum. Berfungsi
sebagai klep untuk menahan agar supaya air tidak masuk ke dalam rongga
insang dari arah belakang.
- Radii branchiostega, merupakan tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian
ventral pharynx, dan berfungsi untuk menyokong membrana branchiostega.
Ikan-ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) tidak memiliki tulang-tulang
penutup insang. Insang ikan tersebut berada di dalam rongga dan berhubungan
keluar melalui celah-celah insang yang berjumlah sekitar 5 – 7 buah.

b. Organ Pernapasan Tambahan


Ada beberapa jenis ikan tertentu yang selain bernapas dengan insang juga
menggunakan paru-paru sebagai organ pernapasannya. Ikan-ikan yang
mempunyai organ paru-paru adalah ikan paru-paru Australia (Neoceratodus
forsteri (Krefft, 1870)), ikan paru-paru Afrika Timur (Protopterus annectens
annectens (Owen, 1839)), dan ikan paru-paru Amerika Selatan (Lepidosiren
paradoxa Fitzinger, 1837).

Gambar 2. Anatomi organ bantu tambahan pada pernapasan ikan

Selain insang dan paru-paru, beberapa jenis ikan tertentu memiliki alat
pernapasan tambahan yang berupa:
a. Labyrinth, lipatan membran seperti bunga mawar yang merupakan
derivat dari lengkung insang. Pada ikan betok (Anabas testudineus
(Bloch, 1792)), organ labyrinth terletak di bagian atas insang dan
terdapat saluran yang menghubungkan labyrinth dan insang
b. Arborescent organ, berbentuk seperti bunga karang. Pada ikan lele
(Clarias batrachus (Linnaeus, 1758)) alat pernapasan tambahan ini
terletak di bagian atas depan insang.
c. Diverticula, lipatan kulit pada bagian mulut dan ruang pharynx,
misalnya pada ikan gabus (Channa striata (Bloch, 1793))
d. Alat pernapasan tambahan berupa tabung, misalnya pada ikan
Heteropneustes microps (Günther, 1864) dan jenis catfish lainnya.
e. Dinding bagian dalam dari operculum yang banyak mengandung
pembuluh darah, misalnya pada ikan glodok (Periophthalmus kalalo
Lesson, 1831).

C. Alat dan Bahan


- Ikan sapu-sapu
- Ikan lele
- Ikan gurame
- Alat bedah
- Papan bedah
- Katak
- Metylen blue
- NaCl 0,7%
- Air kapur
- Alat suntik
- Tali
- Gelas kimia 100ml
D. Cara Kerja
- Kegiatan 1: Pengamatan Alat pernapasan ikan

1. Bedah ikan dengan hati-hati


2. Apakah terdapat alat bantu pernafasan atau tidak
3. amati gelembung renangnya (ductus pneumaticus). Bagaimana bentuk gelembung
renang ikan tersebut? Termasuk tipe fisostomus atau fisoklistus?

- Kegiatan 2: Pengamatan Oksidasi Jaringan

1. Katak dibius terlebih dahulu agar mudah untuk diberi perlakuan


2. Suntikan metylen blue ke dalam saccus lymphaticus dorsalis katak.
3. Amati apakah terdapat perbedaan morfologi pada katak yang tidak diberi perlakuan
suntikan metilen blue (control)
4. Setelah 30menit bedah katak yang telah diberikan metylen blue dan lihat bagaimana
keadaan anatomi jaringan dalamnya (organ: saraf, darah, otot, pankreas, hati, jantung
dan ginjal.

- Kegiatan 3: Pengamatan Permeabilitas Paru-Paru Terhadap Gas

1. Katak control yang tadi digunakan pada kegiatan 2, dibedah dan diambil paru-parunya
2. Lalu tekan paru-parunya hingga kempis
3. Kemudian ikat pada daerah bronkus dengan benang
4. Setelah itu potong paru-paru dari trakea
5. Masukan paru-paru yang telah diikat tadi kedalan air kapur
6. Perhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada paru-paru tersebut. Uraikan dan
jelaskan perubahan yang terjadi.
E. Hasil pengamatan
- Kegiatan 1: Pengamatan Alat pernapasan ikan

Tabel 1. Anatomi organ pernapasan pada ikan

Ikan Gabus Ikan Mas Ikan Gurame Ikan Lele Ikan Sapu- Belut
Sapu
Organ Insang Insang Insang Insang Insang Insang
Respirasi berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna
primer merah merah, terdiri merah, merah merah, terdiri merah, ,
terdiri dari dari 4 lembar/ terdiri dari 4 ,terdiri dari dari 6 terdiri
4 lembar/ lapis (kanan lembar/ lapis 4 lembar/ lembar/ lapis dari 3
lapis & kiri) (kanan & lapis (kanan & lembar/
kiri) (kanan & kiri) lapis
kiri)
Organ Menurut Memiliki Labirin tipe Arborescent Gelembung Tidak ada
Respirasi literatur, gelembung rose atau organ, renang tipe
tambaha terdapat renang yang seperti berbentuk fisotomus,
n Diverticula, tidak kelopak- seperti memiliki
namun mengalami kelopak bunga banyak
tidak banyak bunga karang. pembulu
terlihat vasokonstrik- mawar darah pada
jelas pada si gelembung
pengamatan renangnya,
memiliki
banyak
vasokonstrik-
si
- Gambar Hasil Pengamatan

a. Ikan Gabus

Menurut literatur,
insang terdapat
berwarna Diverticula,
merah terdiri namun tidak
dari 3 lembar/ terlihat jelas pada
lapis pengamatan

b. Ikan mas

Insang berwarna Memiliki


merah, terdiri gelembung
dari 4 lembar/ renang yang
lapis (kanan & tidak mengalami
kiri) banyak
vasokonstriksi

c. Ikan gurame

Labirin tipe rose


Insang berwarna, atau seperti
terdiri dari 4 kelopak-kelopak
lembar/ lapis
bunga mawar
(kanan & kiri)
d. Ikan lele

Insang berwarna Arborescent


merah, terdiri organ, berbentuk
dari 4 lembar/ seperti bunga
lapis (kanan & karang.
kiri)

e. Ikan sapu-sapu

Gelembung
Insang renang tipe
berwarna fisotomus,
merah terdiri memiliki banyak
dari 6 pembulu darah
lembar/ lapis pada gelembung
(kanan & renangnya,
kiri) memiliki banyak
vasokonstriksi

f. Belut

Insang berwarna
merah, , terdiri
dari 3 lembar/
lapis
- Kegiatan 2 : Pengamatan Oksidasi Jaringan
Tabel 2. Perbedaan pada organ
Organ Kontrol Disuntik metylen blue
Jantung Merah keunguan berwarna hitam
Saraf Merah berwarna hitam
Hati merah maroon berwarna hitam
Paru-paru Putih kemerahan berwarna hitam
Jantung Keunguan berwarna hitam
Usus besar Kuning berwarna hitam

Kontrol (tidak disuntik Di suntik metylen blue


metylen blue) Semua organ berwarna hitam

- Kegiatan 3 : Pengamatan Permeabilitas Paru-Paru Terhadap Gas


F. Pembahasan

1. Alat pernapsan ikan


Ikan mas, gurame, dan lele mempunyai alat respirasi primer yang sama, yaitu
insang yang terdiri dari 4 filamen, ikan gabus dan belut memiliki insang yang
terdiri dari 3 filamen dan ikan sapu – sapu yang memiliki 6 lembar filamen.
Insang pada ikan merupakan komponen penting dalam pertukaran gas. Insang
terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan beberapa filamen
insang di dalamnya. Setiap filamen insang terdiri atas banyak lamela yang
merupakan tempat pertukaran gas (Dwidjo,1980).
a. Ikan Gabus

b. Ikan Mas
Ikan mas bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan
kanan kepala. Masing-masing mempunyai empat lembar insang yang
ditutup oleh tutup insang (operkulum). Lembaran-lembaran insang
berwarna merah tua karena banyak mengandung kapiler-kapiler darah
sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Proses pernapasan
pada ikan berlangsung dengan 2 tahap, yaitu tahap inspirasi dan tahap
ekspirasi. Pada proses inspirasi, operkulum menutup, rongga mulut
membesar, tekanan rongga mulut mengecil, mulut membuka, dan air
masuk ke dalam rongga mulut. Oksigen yang terlarut dalam air masuk
berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam lembaran
insang. Sedangkan ekspirasi yaitu dengan mulut menutup, tutup insang
membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui insang. Bersamaan
dengan keluarnya air melalui insang, karbon dioksida dikeluarkan.
Ikan mas tidak mempunyai labirin, tetapi mempunyai gelembung
renang yang terletak di dekat punggung. Gelembung berenang berfungsi
sebagai alat hidrostatik, untuk menentukan tekanan air sehubungan dengan
kedalaman perairan. Pneumatocyst terdapat di bagian dorsal rongga badan,
yaitu di sebelah ventral dari ren, aorta abdominalis, dan columna
vertebralis. Umumnya berbentuk oval dengan warna keputih-putihan,
terdiri atas dua bagian yang tidak sama besar. Dari bagian anterior, tepat di
perbatasan antara bagian anterior dan bagian posterior, keluar sebuah
saluran yang menghubungkan pneumatocyst dengan esophagus. Saluran
ini disebut ductus pneumaticus dan berfungsi sebagai jalan keluar
masuknya udara ke dalam pneumatocyst. Pada ikan mas, ductus
pneumaticus ini menghubungkan gelembung renang dengan saluran
pencernaan, sehingga termasuk tipe fisostomus.
Anatomi insang ikan dapat digunakan sebagai penunjuk kondisi
lingkungan ikan. Ikan mas tidak mempunyai labirin karena ikan mas hidup
di perairan luas yang terbuka, yang masih tersedia cukup oksigen. Ikan
mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan yang airnya tidak terlalu
dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau
danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600
meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C.
Bagian-bagian Insang :
1. Tulang Lengkung Insang sebagai tempat melakeatnya tulang
tapis insang dan daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran
darah dan saluran syaraf.
2. Tutup Insang (Operkulum), hanya terdapat pada ikan bertulang
sejati, sedangkan pada ikan bertulang rawan, tidak terdapat tutup
insang. Operkulum berfungsi melindungi bagian kepala dan mengatur
mekanisme aliran air sewaktu bernapas.
3. Membran Brankiostega (selaput tipis di tepi operkulum),
berfungsi sebagai katup pada waktu air masuk ke dalam rongga mulut.
4. Lengkung Insang (Arkus Brankialis).
5. Lembaran (Filamen) Insang (Holobrankialis), bewarna
kemerahan.
6. Saringan Insang (Tapis Insang/gills rakers), tulang yang
muncul dari lengkung branchial yang berfungsi untuk menyaring
makanan dan menjaga agar tak ada benda asing yang masuk ke dalam
rongga insang. Jarak, bentuk dan struktur dari gill rakers ini bervariasi,
biasanya digunakan dalam klasifikasi dan identifikasi spesies ikan dan
menentukan ukuran makanan yang bisa dimakan oleh ikan.
7. Mulut Ikan.
8. Labirin (jika ada).
9. Gelembung renang/swim bladder dan ductus pneumaticus (jika
ada)

Hal-hal yang berkaitan dengan sistem pernapasan :


1. Perairan harus mengandung O2 cukup banyak
2. Bila perairan kurang O2, ikan akan antara lain :
a. menuju permukaan
b. menuju tempat pemasukkan air
c. menuju tempat air yg berarus
3. Daun insang harus dalam keadaan lembab

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan ikan akan O2:


1. Ukuran dan umur (stadia hidup): ikan-ikan kecil membutuhkan O2
lebih besar
2. Aktivitas ikan: yang aktif berenang membutuhkan O2 lebih besar
3. Jenis kelamin: ikan betina membutuhkan O2 lebih besar
4. Stadia reproduksi: ikan yang bereproduksi membutuhkan O2 lebih
besar
c. Ikan Gurame
Pada kegiatan ini,kami mengamati insang ikan gurame dan pada insang
ikan gurame terdiri dari 4 filamen yang berwarna merah muda. Alat
respirasi tambahan (sekunder) pada ikan gurame berupa labirin.
Ikan gurame memiliki empat lembar insang serta organ pernapasan
tambahan berupa labirin pada lembaran insang keempat yang berbentuk
seperti bunga mawar. Labirin merupakan perluasan ke dalam rongga
insang, membentuk lipatan-lipatan dan merupakan rongga-rongga tidak
teratur. Labirin merupakan suatu bentuk adaptasi ikan gurame terhadap
ketersediaan oksigen. Dengan organ tambahan ini memungkinkan ikan ini
mengambil langsung oksigen langsung dari udara sehingga ia mampu
bertahan di lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah (Susanto,1999).
Bentuknya yang berlipat-lipat berfungsi memperluas permukaan
respirasi pada kondisi daerah yang kurang oksigen. Labirin kaya akan
darah yang memungkinkan transfer oksigen dari air yang dihirup ke sistem
peredaran darah gurame. Dengan memiliki organ ini, gurame dapat
bertahan hidup di air yang rendah oksigen. sehingga keberadaan bagian
tubuh tersebut sangat menguntungkan bagi ikan gurame (Tucker, 1989).
Labirin juga membantu ikan untuk membentuk buih/gelembung yang
biasa digunakan sebagai sarang telur mereka. Labirin akan menahan udara
yang mereka hirup dan kemudian dikeluarkan lagi setelah dilapisi zat
berminyak sehingga terciptalah buih/gelembung di permukaan air. Ciri
khas ikan labirin lainnya adalah kemampuan yang mengagumkan untuk
hidup pada kondisi air yang menggenang, misalnya di rawa, genangan
sungai yang mengalir pelan, waduk, danau, genangan sawah yang
berhubungan dengan sungai, dll. Jenis ikan yang memiliki labirin
mempunyai ketahanan hidup di air yang keruh.
d. Ikan Lele
Ikan lele merupakan ikan yang hidup pada kondisi oksigen rendah
(berlumpur). Pada ikan lele insangnya berwarna merah pekat dan filamen
pendek. Warna merah pada insang ini disebabkan karena adanya pembuluh
darah yang membawa darah kaya akan oksigen sehingga menyebabkan
viskositas darah yang rendah. Hal tersebut dikarenakan, ikan lele hidup di
air yang miskin O2. Pada ikan lele, terdapat organ tambahan yang disebut
arboresent organ. Organ tersebut berupa struktur dengan kenampakan
mirip bunga karang yang berwarna merah (Kholis, 2011).
Struktur yang berlipat-lipat berfungsi memperluas permukaan
respirasi. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan lele
tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Arboresent kaya dengan kapiler
darah. Alat ini terletak di dalam ruangan sebelah atas insang. Organ
tersebut berfungsi untuk membantu mengikat oksigen pada kondisi
oksigen rendah dan organ ini sangat efektif untuk pengambilan oksigen di
udara (Asyari, 2007). Pada ikan lele tidak terdapat gelembung renang.
e. Ikan sapu – sapu
Alat pernafasan primer pada ikan sapu-sapu adalah insang. Tiap
lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen terdiri dari
lamella. Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak
kapiler yang memungkinkan O2 dan CO2 berdifusi masuk dan keluar dari
insang. Insang berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah.
Ikan sapu-sapu memiliki alat pernapasan tambahan yang berupa
gelembung renang. Gerakannya memutar searah pembuluh darah.
Gelembung renangnya bisa kembang kempis. Gelembung renang berwarna
putih bening dengan tipe physostomus, yaitu gelembung renang yang
berhubungan dengan saluran pencernaan (esophagus).
Gelembung renang merupakan organ internal yang dipenuhi oleh gas
yang berfungsi memberi kemampuan ikan untuk mengendalikan daya
apung sehingga mampu menghemat energi untuk berenang. Fungsi lain
gelembung renang adalah digunakan sebagai ruang beresonansi untuk
memproduksi atau menerima suara. Selain itu gelembung renang juga
berfungsi sebagai organ respiratori khusus untuk jenis physostomus. Udara
yang merupakan isi dari gelembung renang terdiri dari campuran nitrogen,
oksigen, dan karbondioksida.
f. Belut

2. Oksidasi Jaringan
Praktikum oksidasi jaringan pada katak menggunakan metilen biru sebagai
indikator bahwa telah terjadi oksidasi jaringan pada katak. Penginjeksian metilen
biru dilakukan pada bagian saccus lymphaticus dorsalis, karena saccus
lymphaticus katak mempunyai ukuran yang lebih besar bila dibandingkan dengan
bagian lain sehingga memudahkan praktikkan menginjeksikan metilen biru untuk
masuk ke dalam jaringan tubuh katak. Selain itu, tujuan penginjeksian dilakukan
di saccus lymphaticus adalah untuk mengurangi resiko kematian pada katak
karena percobaan ini dilakukan saat katak dalam keadaan setengah sadar sehingga
metilen biru dapat dialirkan ke seluruh jaringan tubuh melalui pembuluh darah.
Pada kantung limfa ada banyak jalan (saluran) sehingga ketika cairan
disuntikkan pada kantung limfa maka cairan tersebut akan menyebar dengan cepat
dan memudahkan proses oksidasi jaringan didalamnya. Kantung limfa ini
memiliki afinitas lebih tinggi sehingga oksigen diikat oleh hemoglobin lalu
oksigen masuk di sepanjang pembuluh darah. Ketika metilen biru disuntikkan,
menyebabkan metilen biru yang diikat oleh hemoglobin bukan oksigen. Maka
metilen biru masuk ke pembuluh darah kemudian masuk ke eritrosit dan diikat
oleh hemoglobin membentuk metilen hemoglobin. Setelah 30 menit, diketahui
bahwa metilen biru yang beredar ke seluruh jaringan berada di saccus lymphaticus
akan beredar ke jantung dan masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar ke
seluruh organ dan jaringan melalui pembedahan.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah pembedahan, katak yang diinjeksi
metilen biru hampir semua jaringan-jaringannya mengalami perubahan warna
menjadi putih, merah pucat, hingga hitam kebiruan. Pemeriksaan juga dilakukan
15 menit setelah pos mortal dan didapatkan hasil bahwa seluruh jaringan yang
diamati mengalami perubahan warna menjadi lebih pucat atau lebih gelap.
Perubahan warna terjadi karena tekanan O2 dalam darah menurun sehingga
ikatan HbO2 terurai. Selain itu pada kantung limfe memiliki afinitas lebih tinggi
sehingga oksigen diikat oleh hemoglobin lalu oksigen masuk ke sepanjang
pembuluh darah. Metilen biru memiliki afinitas lebih tinggi daripada gas oksigen
terhadap hemoglobin. Sehingga ketika disuntikkan metilen biru, yang diikat oleh
hemoglobin bukan oksigen tetapi metilen biru. Hemoglobin adalah suatu pigmen
(berwarna merah) karena berikatan dengan oksigen dan berwarna biru apabila
mengalami deoksigenasi.
Dengan demikian, darah arteri yang teroksigenasi sempurna tampak merah,
dan darah vena yang telah kehilangan sebagian oksigennya di jaringan
memperlihatkan rona kebiruan. Di pembuluh darah, metilen biru yang memiliki
afinitas (daya ikat) yang lebih tinggi dibandingkan oksigen menyebabkan
terbentuknya ikatan metHb (methemoglobin) sehingga warna organ menjadi
kebiruan. Itulah tandanya bahwa telah terjadi deoksidasi jaringan, karena suplai
oksigen di jaringan berkurang drastis akibat penambahan metilen biru. Metilen
biru yang telah masuk pembuluh darah akan masuk ke eritrosit dan diikat oleh
hemoglobin dan membentuk metilenhemoglobin (MetHb) dengan persamaan
reaksi sebagai berikut:
HbO2 Hb + O2
Hb + Met MetHb
Metilen biru yang diikat oleh hemoglobin akan diserap ke jaringan, sehingga
akan terjadi kematian jaringan (hipoksia) karena jaringan kekurangan oksigen
sehingga tidak dapat memproduksi energi, maka kemampuan sel eritrosit semakin
lama semakin tidak dapat mempertahankan ikatan Hb dengan metilen biru
menyebabkan organ menjadi warna biru. Hipoksia adalah kekurangan O2 di
tingkat jaringan. Ketika campuran metilen biru dan hemoglobin pecah maka
hemoglobin akan masuk ke pembuluh darah sehingga peredaran darah tidak dapat
bekerja secara maksimal dan melepaskan metilen biru ke pembuluh darah dan
proses oksidasi jaringan pun terhenti, 15 menit kemudian setelah pos mortal,
terlihat warna jaringan semakin pucat karena proses oksidasi jaringan terhenti.
3. Permeabilitas Paru – Paru
Paru yang digunakan pada praktikum adalah paru-paru katak yang terdiri dari
dua paru (di sebelah kanan dan di sebelah kiri tubuh katak). Paru katak berwarna
merah sesaat setelah dilakukan pembedahan.
Paru-paru katak tersusun atas jaringan epitel pipih selapis, sehingga bisa
terjadi pertukaran gas melalui membran paru-paru yang tersusun dari jaringan
tersebut. Setelah ditekan, paru-paru katak diikat dengan benang halus di daerah
bronkus yang bertujuan agar aliran darah dari pembuluh darah tidak mengalir ke
dalam paru-paru dan tercipta tekanan udara antara lingkungan dengan bagian
dalam paru – paru. Paru – paru yang sudah diikatkan dipotong pada bagian
trakhea untuk dimasukkan ke dalam air kapur (larutan CaCO3).
Paru-paru katak dimasukkan ke dalam air kapur yang memiliki banyak gas
CO2, namun hal ini tidak membuat paru-paru katak menjadi kolaps. Hal ini
disebabkan karena sel-sel alveolus tipe II mengeluarkan suatu campuran kompleks
lemk dan protein yang disebut surfaktan paru. Peran surfaktan paru dalam
mengurangi kecenderungan alveolus mengalami recoil sehingga mencegah
alveolus kolaps, penting untuk membantu mempertahankan stabilitas paru. Selain
itu, dengan menurunkan tegangan permukaan alveolus, surfaktan paru memberi
manfaat penting lainnya, yaitu bahan ini meningkatkan compliance paru,
mengurangi kerja untuk mengembangkan paru (Sherwood, 2011). Menurut Sloane
(2004), surfaktan mengurangi tegangan permukaan cairan yang menurunkan
kecenderungan pengempisan alveoli dan memungkinkan alveoli untuk berinflasi
dalam tekanan yang lebih rendah.
Setelah direndam larutan CaCO3, paru-paru katak menjadi mengembang dan
warnanya berubah menjadi merah muda pucat karena adanya akumulasi CO2 ke
dalam paru. Surfaktan paru juga membantu menstabilkan ukuran alveolus serta
membantu alveolus tetap terbuka dan ikut serta dalam pertukaran gas (Sherwood,
2011). Larutan CaCO3 menjadi bening karena gas CO2 didalam air kapur telah
masuk ke dalam alveolus secara difusi. Sehingga CO2 yang tertinggal hanya
sedikit di dalam air kapur serta ada sedikit endapan Ca(OH)2. Berikut ini
persamaan reaksi yang terjadi:
CaCO3 (s) + H2O (l) → H2CO3 (l) + Ca(OH)2 (l)
H2CO3 (l) → H2O (l) + CO2 (g)

Tekanan CO2 pada larutan CaCO3 (air kapur) lebih besar dibandingkan dengan
tekanan CO2 di dalam alveolus, sehingga CO2 berdifusi dari dalam larutan CaCO3
ke dalam alveolus sesuai dengan selisih tekanan sehingga paru-paru terlihat
menggembung karena terisi oleh CO2 yang terdapat dalam larutan air kapur. Paru-
paru katak menjadi mengembang setelah dicelupkan ke dalam larutan CaCO3
disebabkan karena adanya perbedaan tekanan parsial gas CO2 antara di dalam air
kapur dengan di dalam paru. Tekanan parsial ini tidak terlalu beda jauh, karena
gas yang terdapat di dalam air kapur ada yang menguap ke udara, tetapi masih
tersisa gas yang terlarut didalam air kapur, sehingga tekanan tetap terjadi walau
tidak begitu besar.
KESIMPULAN
1.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Sifat Biologi Ikan Gurame. http://hobiikan.blogspot.com/2009/08/sifat-


biologi-ikan-gurame.html, 7 Oktober 2009, pkl 22.00 WIB.
Anonim. 2005. Thermoregulation and Buoyancy. Telah diakses dari http://www.faculty.
sfasu.edu/collyerml/courses/user/ich/f2009/lec6-7.pdf pada tanggal 14 November 2018
pukul 22.31 WIB.
Anonim. 2009. Fisiologi Pernapasan. Telah diakses dari http://www.scribd.com/doc/
8343651/FISIOLOGI-PERNAPASAN pada tanggal 14 November 2018 pukul 23.00
WIB.
Anonim. 2009. Methemobglobin. Telah diakses dari http://en.wikipedia.org/
wiki/Methemoglobinemia pada tanggal 14 November 2018 pkl 20:45 WIB
Campbell,M.R. 2002.Biologi.Jakarta: Erlangga
Dwidjo,S.D. 1980. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Gramedia.
Ramel, Gordon. 2009. Fish Anatomy : The Swim Bladder. Telah diakses dari
www.earthlife.net/fish/bladder.html pada tanggal 14 November 2018 pukul 05.00 WIB.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
Slamet,P. 2005.Sains Biologi.Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai