FISIOLOGI HEWAN
“Fisiologi Sistem Respirasi”
Disusun Oleh:
Tiara Adelia Kurniawan (3415160688)
Pendidikan Biologi A 2016
2018
Fisiologi Sistem Respirasi
A. Tujuan percobaan
B. Landasan Teori
1. Respirasi
Respirasi dapat diartikan :
- bernapas yaitu proses inspirasi dan ekspirasi, menghirup O2 dan melepaskan
CO2
- pertukaran gas yaitu pertukaran O2 dan CO2 baik antara alveolus dan kapiler
paru-paru, maupun antara kapiler jaringan dan sel di jaringan.
Selain insang dan paru-paru, beberapa jenis ikan tertentu memiliki alat
pernapasan tambahan yang berupa:
a. Labyrinth, lipatan membran seperti bunga mawar yang merupakan
derivat dari lengkung insang. Pada ikan betok (Anabas testudineus
(Bloch, 1792)), organ labyrinth terletak di bagian atas insang dan
terdapat saluran yang menghubungkan labyrinth dan insang
b. Arborescent organ, berbentuk seperti bunga karang. Pada ikan lele
(Clarias batrachus (Linnaeus, 1758)) alat pernapasan tambahan ini
terletak di bagian atas depan insang.
c. Diverticula, lipatan kulit pada bagian mulut dan ruang pharynx,
misalnya pada ikan gabus (Channa striata (Bloch, 1793))
d. Alat pernapasan tambahan berupa tabung, misalnya pada ikan
Heteropneustes microps (Günther, 1864) dan jenis catfish lainnya.
e. Dinding bagian dalam dari operculum yang banyak mengandung
pembuluh darah, misalnya pada ikan glodok (Periophthalmus kalalo
Lesson, 1831).
1. Katak control yang tadi digunakan pada kegiatan 2, dibedah dan diambil paru-parunya
2. Lalu tekan paru-parunya hingga kempis
3. Kemudian ikat pada daerah bronkus dengan benang
4. Setelah itu potong paru-paru dari trakea
5. Masukan paru-paru yang telah diikat tadi kedalan air kapur
6. Perhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada paru-paru tersebut. Uraikan dan
jelaskan perubahan yang terjadi.
E. Hasil pengamatan
- Kegiatan 1: Pengamatan Alat pernapasan ikan
Ikan Gabus Ikan Mas Ikan Gurame Ikan Lele Ikan Sapu- Belut
Sapu
Organ Insang Insang Insang Insang Insang Insang
Respirasi berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna
primer merah merah, terdiri merah, merah merah, terdiri merah, ,
terdiri dari dari 4 lembar/ terdiri dari 4 ,terdiri dari dari 6 terdiri
4 lembar/ lapis (kanan lembar/ lapis 4 lembar/ lembar/ lapis dari 3
lapis & kiri) (kanan & lapis (kanan & lembar/
kiri) (kanan & kiri) lapis
kiri)
Organ Menurut Memiliki Labirin tipe Arborescent Gelembung Tidak ada
Respirasi literatur, gelembung rose atau organ, renang tipe
tambaha terdapat renang yang seperti berbentuk fisotomus,
n Diverticula, tidak kelopak- seperti memiliki
namun mengalami kelopak bunga banyak
tidak banyak bunga karang. pembulu
terlihat vasokonstrik- mawar darah pada
jelas pada si gelembung
pengamatan renangnya,
memiliki
banyak
vasokonstrik-
si
- Gambar Hasil Pengamatan
a. Ikan Gabus
Menurut literatur,
insang terdapat
berwarna Diverticula,
merah terdiri namun tidak
dari 3 lembar/ terlihat jelas pada
lapis pengamatan
b. Ikan mas
c. Ikan gurame
e. Ikan sapu-sapu
Gelembung
Insang renang tipe
berwarna fisotomus,
merah terdiri memiliki banyak
dari 6 pembulu darah
lembar/ lapis pada gelembung
(kanan & renangnya,
kiri) memiliki banyak
vasokonstriksi
f. Belut
Insang berwarna
merah, , terdiri
dari 3 lembar/
lapis
- Kegiatan 2 : Pengamatan Oksidasi Jaringan
Tabel 2. Perbedaan pada organ
Organ Kontrol Disuntik metylen blue
Jantung Merah keunguan berwarna hitam
Saraf Merah berwarna hitam
Hati merah maroon berwarna hitam
Paru-paru Putih kemerahan berwarna hitam
Jantung Keunguan berwarna hitam
Usus besar Kuning berwarna hitam
b. Ikan Mas
Ikan mas bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan
kanan kepala. Masing-masing mempunyai empat lembar insang yang
ditutup oleh tutup insang (operkulum). Lembaran-lembaran insang
berwarna merah tua karena banyak mengandung kapiler-kapiler darah
sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Proses pernapasan
pada ikan berlangsung dengan 2 tahap, yaitu tahap inspirasi dan tahap
ekspirasi. Pada proses inspirasi, operkulum menutup, rongga mulut
membesar, tekanan rongga mulut mengecil, mulut membuka, dan air
masuk ke dalam rongga mulut. Oksigen yang terlarut dalam air masuk
berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam lembaran
insang. Sedangkan ekspirasi yaitu dengan mulut menutup, tutup insang
membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui insang. Bersamaan
dengan keluarnya air melalui insang, karbon dioksida dikeluarkan.
Ikan mas tidak mempunyai labirin, tetapi mempunyai gelembung
renang yang terletak di dekat punggung. Gelembung berenang berfungsi
sebagai alat hidrostatik, untuk menentukan tekanan air sehubungan dengan
kedalaman perairan. Pneumatocyst terdapat di bagian dorsal rongga badan,
yaitu di sebelah ventral dari ren, aorta abdominalis, dan columna
vertebralis. Umumnya berbentuk oval dengan warna keputih-putihan,
terdiri atas dua bagian yang tidak sama besar. Dari bagian anterior, tepat di
perbatasan antara bagian anterior dan bagian posterior, keluar sebuah
saluran yang menghubungkan pneumatocyst dengan esophagus. Saluran
ini disebut ductus pneumaticus dan berfungsi sebagai jalan keluar
masuknya udara ke dalam pneumatocyst. Pada ikan mas, ductus
pneumaticus ini menghubungkan gelembung renang dengan saluran
pencernaan, sehingga termasuk tipe fisostomus.
Anatomi insang ikan dapat digunakan sebagai penunjuk kondisi
lingkungan ikan. Ikan mas tidak mempunyai labirin karena ikan mas hidup
di perairan luas yang terbuka, yang masih tersedia cukup oksigen. Ikan
mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan yang airnya tidak terlalu
dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau
danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600
meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C.
Bagian-bagian Insang :
1. Tulang Lengkung Insang sebagai tempat melakeatnya tulang
tapis insang dan daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran
darah dan saluran syaraf.
2. Tutup Insang (Operkulum), hanya terdapat pada ikan bertulang
sejati, sedangkan pada ikan bertulang rawan, tidak terdapat tutup
insang. Operkulum berfungsi melindungi bagian kepala dan mengatur
mekanisme aliran air sewaktu bernapas.
3. Membran Brankiostega (selaput tipis di tepi operkulum),
berfungsi sebagai katup pada waktu air masuk ke dalam rongga mulut.
4. Lengkung Insang (Arkus Brankialis).
5. Lembaran (Filamen) Insang (Holobrankialis), bewarna
kemerahan.
6. Saringan Insang (Tapis Insang/gills rakers), tulang yang
muncul dari lengkung branchial yang berfungsi untuk menyaring
makanan dan menjaga agar tak ada benda asing yang masuk ke dalam
rongga insang. Jarak, bentuk dan struktur dari gill rakers ini bervariasi,
biasanya digunakan dalam klasifikasi dan identifikasi spesies ikan dan
menentukan ukuran makanan yang bisa dimakan oleh ikan.
7. Mulut Ikan.
8. Labirin (jika ada).
9. Gelembung renang/swim bladder dan ductus pneumaticus (jika
ada)
2. Oksidasi Jaringan
Praktikum oksidasi jaringan pada katak menggunakan metilen biru sebagai
indikator bahwa telah terjadi oksidasi jaringan pada katak. Penginjeksian metilen
biru dilakukan pada bagian saccus lymphaticus dorsalis, karena saccus
lymphaticus katak mempunyai ukuran yang lebih besar bila dibandingkan dengan
bagian lain sehingga memudahkan praktikkan menginjeksikan metilen biru untuk
masuk ke dalam jaringan tubuh katak. Selain itu, tujuan penginjeksian dilakukan
di saccus lymphaticus adalah untuk mengurangi resiko kematian pada katak
karena percobaan ini dilakukan saat katak dalam keadaan setengah sadar sehingga
metilen biru dapat dialirkan ke seluruh jaringan tubuh melalui pembuluh darah.
Pada kantung limfa ada banyak jalan (saluran) sehingga ketika cairan
disuntikkan pada kantung limfa maka cairan tersebut akan menyebar dengan cepat
dan memudahkan proses oksidasi jaringan didalamnya. Kantung limfa ini
memiliki afinitas lebih tinggi sehingga oksigen diikat oleh hemoglobin lalu
oksigen masuk di sepanjang pembuluh darah. Ketika metilen biru disuntikkan,
menyebabkan metilen biru yang diikat oleh hemoglobin bukan oksigen. Maka
metilen biru masuk ke pembuluh darah kemudian masuk ke eritrosit dan diikat
oleh hemoglobin membentuk metilen hemoglobin. Setelah 30 menit, diketahui
bahwa metilen biru yang beredar ke seluruh jaringan berada di saccus lymphaticus
akan beredar ke jantung dan masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar ke
seluruh organ dan jaringan melalui pembedahan.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah pembedahan, katak yang diinjeksi
metilen biru hampir semua jaringan-jaringannya mengalami perubahan warna
menjadi putih, merah pucat, hingga hitam kebiruan. Pemeriksaan juga dilakukan
15 menit setelah pos mortal dan didapatkan hasil bahwa seluruh jaringan yang
diamati mengalami perubahan warna menjadi lebih pucat atau lebih gelap.
Perubahan warna terjadi karena tekanan O2 dalam darah menurun sehingga
ikatan HbO2 terurai. Selain itu pada kantung limfe memiliki afinitas lebih tinggi
sehingga oksigen diikat oleh hemoglobin lalu oksigen masuk ke sepanjang
pembuluh darah. Metilen biru memiliki afinitas lebih tinggi daripada gas oksigen
terhadap hemoglobin. Sehingga ketika disuntikkan metilen biru, yang diikat oleh
hemoglobin bukan oksigen tetapi metilen biru. Hemoglobin adalah suatu pigmen
(berwarna merah) karena berikatan dengan oksigen dan berwarna biru apabila
mengalami deoksigenasi.
Dengan demikian, darah arteri yang teroksigenasi sempurna tampak merah,
dan darah vena yang telah kehilangan sebagian oksigennya di jaringan
memperlihatkan rona kebiruan. Di pembuluh darah, metilen biru yang memiliki
afinitas (daya ikat) yang lebih tinggi dibandingkan oksigen menyebabkan
terbentuknya ikatan metHb (methemoglobin) sehingga warna organ menjadi
kebiruan. Itulah tandanya bahwa telah terjadi deoksidasi jaringan, karena suplai
oksigen di jaringan berkurang drastis akibat penambahan metilen biru. Metilen
biru yang telah masuk pembuluh darah akan masuk ke eritrosit dan diikat oleh
hemoglobin dan membentuk metilenhemoglobin (MetHb) dengan persamaan
reaksi sebagai berikut:
HbO2 Hb + O2
Hb + Met MetHb
Metilen biru yang diikat oleh hemoglobin akan diserap ke jaringan, sehingga
akan terjadi kematian jaringan (hipoksia) karena jaringan kekurangan oksigen
sehingga tidak dapat memproduksi energi, maka kemampuan sel eritrosit semakin
lama semakin tidak dapat mempertahankan ikatan Hb dengan metilen biru
menyebabkan organ menjadi warna biru. Hipoksia adalah kekurangan O2 di
tingkat jaringan. Ketika campuran metilen biru dan hemoglobin pecah maka
hemoglobin akan masuk ke pembuluh darah sehingga peredaran darah tidak dapat
bekerja secara maksimal dan melepaskan metilen biru ke pembuluh darah dan
proses oksidasi jaringan pun terhenti, 15 menit kemudian setelah pos mortal,
terlihat warna jaringan semakin pucat karena proses oksidasi jaringan terhenti.
3. Permeabilitas Paru – Paru
Paru yang digunakan pada praktikum adalah paru-paru katak yang terdiri dari
dua paru (di sebelah kanan dan di sebelah kiri tubuh katak). Paru katak berwarna
merah sesaat setelah dilakukan pembedahan.
Paru-paru katak tersusun atas jaringan epitel pipih selapis, sehingga bisa
terjadi pertukaran gas melalui membran paru-paru yang tersusun dari jaringan
tersebut. Setelah ditekan, paru-paru katak diikat dengan benang halus di daerah
bronkus yang bertujuan agar aliran darah dari pembuluh darah tidak mengalir ke
dalam paru-paru dan tercipta tekanan udara antara lingkungan dengan bagian
dalam paru – paru. Paru – paru yang sudah diikatkan dipotong pada bagian
trakhea untuk dimasukkan ke dalam air kapur (larutan CaCO3).
Paru-paru katak dimasukkan ke dalam air kapur yang memiliki banyak gas
CO2, namun hal ini tidak membuat paru-paru katak menjadi kolaps. Hal ini
disebabkan karena sel-sel alveolus tipe II mengeluarkan suatu campuran kompleks
lemk dan protein yang disebut surfaktan paru. Peran surfaktan paru dalam
mengurangi kecenderungan alveolus mengalami recoil sehingga mencegah
alveolus kolaps, penting untuk membantu mempertahankan stabilitas paru. Selain
itu, dengan menurunkan tegangan permukaan alveolus, surfaktan paru memberi
manfaat penting lainnya, yaitu bahan ini meningkatkan compliance paru,
mengurangi kerja untuk mengembangkan paru (Sherwood, 2011). Menurut Sloane
(2004), surfaktan mengurangi tegangan permukaan cairan yang menurunkan
kecenderungan pengempisan alveoli dan memungkinkan alveoli untuk berinflasi
dalam tekanan yang lebih rendah.
Setelah direndam larutan CaCO3, paru-paru katak menjadi mengembang dan
warnanya berubah menjadi merah muda pucat karena adanya akumulasi CO2 ke
dalam paru. Surfaktan paru juga membantu menstabilkan ukuran alveolus serta
membantu alveolus tetap terbuka dan ikut serta dalam pertukaran gas (Sherwood,
2011). Larutan CaCO3 menjadi bening karena gas CO2 didalam air kapur telah
masuk ke dalam alveolus secara difusi. Sehingga CO2 yang tertinggal hanya
sedikit di dalam air kapur serta ada sedikit endapan Ca(OH)2. Berikut ini
persamaan reaksi yang terjadi:
CaCO3 (s) + H2O (l) → H2CO3 (l) + Ca(OH)2 (l)
H2CO3 (l) → H2O (l) + CO2 (g)
Tekanan CO2 pada larutan CaCO3 (air kapur) lebih besar dibandingkan dengan
tekanan CO2 di dalam alveolus, sehingga CO2 berdifusi dari dalam larutan CaCO3
ke dalam alveolus sesuai dengan selisih tekanan sehingga paru-paru terlihat
menggembung karena terisi oleh CO2 yang terdapat dalam larutan air kapur. Paru-
paru katak menjadi mengembang setelah dicelupkan ke dalam larutan CaCO3
disebabkan karena adanya perbedaan tekanan parsial gas CO2 antara di dalam air
kapur dengan di dalam paru. Tekanan parsial ini tidak terlalu beda jauh, karena
gas yang terdapat di dalam air kapur ada yang menguap ke udara, tetapi masih
tersisa gas yang terlarut didalam air kapur, sehingga tekanan tetap terjadi walau
tidak begitu besar.
KESIMPULAN
1.
DAFTAR PUSTAKA