FISIOLOGI PENCERNAAN
Disusun Oleh:
Tiara Adelia Kurniawan (3415160688)
Pendidikan Biologi A 2016
B. Kajian Pustaka
1. Fisiologi Saluran Pencernaan (Tractus Digestivus)
Sistem pencernaan (sistema digestoria) tersusun atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Berikut sistem yang ikut menopang fungsi sistem cerna.
a) Sistem sirkulasi sphlanknik yaitu peredaran darah dari jantung menuju ke sistem
pencernaan. Sistem sirkulasi sphlanknik diaktifkan oleh saraf parasimpatis. Darah
dalam sirkulasi sphlanknik merupakan cadangan yang akan dipompa bila terjadi
haemoragi (pendarahan), terutama yang menuju limpa.
Saraf intrinsik dan ekstrinsik. Saraf intrinsik memungkinkan gerak autonom (short
reflex) yaitu plexus myentericus (Auerbach) dan plexus sub mucosa (Meissner).
Contoh short reflex adalah gerak peristaltik dan gerak segmentasi.
2. Fisiologi Enzim Pencernaan
Pencernaan makanan berlangsung secara mekanik dan enzimtis. Pencernaan
mekanik yaitu penghalusan makanan dengan gerakan misal gerakan mengunyah
sampai berbentuk seperti bubur. Namun hasil pencernaan mekanik belum dapat
diserap oleh epitel usus sebab masih merupakan makromolekul. Agar makanan dapat
diserap oleh epitel usus, maka makanan harus diurai secara enzimatis menjadi
mikromolekul. Contoh makromolekul adalah: glikogen, amilum, lemak, protein dan
selulosa yang semua hanya dapat diserap setelah dalam bentuk mikromolekul. Contoh
mikromolekul adalah: glukosa, asam lemak, gliserol dan asam amino. Sedangkan
vitamin, mineral dan air merupakan mikromolekul yang dapat langsung diserap oleh
usus tanpa melalui proses pencernaan.
Untuk memecah makromolekul menjadi mikromolekul diperlukan enzim.
Pencernaan enzimatis dimulai di rongga mulut karena di mulut terdapat enzim ptialin
(amilase) dan lipase lingual (yang kerjanya belum efektif). Pencernaan berikutnya
berlangsung di lambung karena terdapat enzim pepsinogen menjadi pepsin oleh HCl
dilambung, renin, dan lipase gastrik (yang kerjanya belum efektif).
Pencernaan enzimatis berikutnya berlangsung di duodenum, sebab terdapat enzim
tripsinogen dari pankreas dan erepsinogen dari duodenum yang diaktifkan oleh
enterokinase menjadi tripsin dan erepsin; enzim lipase pankreas (steapsin) dan lipase
duodenum, amilase, maltase dan lain-lain.
Kerja enzim dipengaruhi oleh suhu dan pH. Enzim di rongga mulut bekerja
efektif dalam suasana netral atau sedikit basa. Enzim di lambung bekerja efektif
dalam kondisi asam; dan enzim di duodenum bekerja efektif dalam suasana netral
atau sedikit basa. Kondisi asam di lambung karena adanya HCl, dan suasana agak
basa di mulut dan suasana basa di duodenum karena adanya NaHCO3. Hati
merupakan kelenjar pencernaan, namun hati tidak menghasilkan enzim pencernaan.
Hati menghasilkan garam empedu yang penting untuk mengemulsikan lemak.
Dinding saluran pencernaan dilindungi oleh lendir (musin) yang mengandung protein
dan juga NaHCO3, terutama di lambung untuk melindungi dinding lambung dari
HCI.
D. Metodologi
Alat dan Bahan :
1. Tabung reaksi
2. Air liur
3. Jeroan ayam
4. Mortar
5. Penjepit
6. Lampu Bunsen
7. Minyak kelapa
8. Es
9. Air panas
10. Papan bedah
11. Gelas ukur
12. Pipet
13. Kertas saring
14. Corong
Cara Kerja
E. Hasil Percobaan
Percobaan terhadap musin
F. Pembahasan
Percobaan Terhadap Musin
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan musin pada saliva. Musin
sebagian besar dihasilkan oleh kelenjar parotis yang merupakan hasil dari sekresi mucus
dan memiliki fungsi untuk membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan
untuk menelan makanan. Musin merupakan kompleks dari karbohidrat atau protein yang
disebut dengan glikoprotein, Musin yang dihasilkan oleh jaringan epitel pada dinding
rongga mulut kemungkinan besar akan bercampur dengan saliva, saliva memiliki enzim
amilase yang berfungsi untuk mengubah polisakarida menjadi disakarida. Didalam
musin mengandung protein dan NaHCO3. Dalam saliva terdiri dari 99,5% H2O serta
0,5% protein dan elektrolit. Protein yang terkandung dalam saliva terdiri dari ikatan
peptida yang dapat bereaksi jika ditambahkan reagen biuret. Ikatan peptida merupakan
ikatan yang menggabungkan asam- asam amino. Gugus karboksil suatu asam amino
berikatan dengan gugus amino dari molekul asam amino lain menghasilkan suatu
dipeptida dengan melepaskan air. Pembentukan ikatan memerlukan banyak energi,
sedang untuk hidrolisis praktis tidak memerlukan energi.
Reagen biuret adalah larutan berwarna biru terang yang akan berubah menjadi biru
dongker sampai keunguan ketika berikatan dengan bahan yang mengandung protein.
Tidak dilakukan pemanasan karena pereaksi dari uji biuret ini mengandung CuSO4 yang
apabila dipanaskan akan membentuk kristal dan ikatan peptida dari sampel akan rusak
dan tidak dapat dideteksi. Reaksi biuret merupakan reaksi warna untuk protein dan dan
peptida. Suatu peptida yang mempunyai dua buah ikatan peptida atau lebih dapat bereaksi
dengan ion (Cu2+) dalam suasana basa dan membentuk suatu senyawa kompleks yang
berwarna biru ungu.
Warna saliva yang berwarna putih keruh ketika ditambahkan biuret berubah menjadi
berwarna hitam kecoklatan dan terbentuk endapan berwarna hitam kecoklatan.
Dari semua sampel didapatkan terjadi perubahan warna, namun pada sampel
dengan bahan gerusan empedu warna yang terjadi tidak menjadi warna merah, melainkan
hijau kehitaman. Keempat sampel lainnya yakni lambung, duodenum, air liur dan
pancreas dipastikan mengandung enzim lipase, karena perubahan warna menunjukkan
warna merah yang berarti positif enzim lipase, ditambah pada keempat sampel ini
dijumpai emulsi. Pada sampel berbahan gerusan empedu tidak menunjukkan perubahan
warna yang seharusnya, hal ini menandakan bahwa sampel ini tidak negative enzim
empedu. Pada sampel ini pun tidak terlihat adanya emulsi.
Empedu tidak menghasilkan enzim lipase, namun menghasilkan garam empedi
yang terbentuk dari asam empedu yang berikatan dengan kolesterol dan asam amino.
Fungsinya adalah untuk membantu kerja enzim lipase dalam memecah lemak, membantu
penyerapan lemak yang telah dipecah menjadi asam lemak dan gliserol.
Pada percobaan ini bermaksud untuk mengetahu peran garam empedu pada empedu
tersebut. Pertama-tama kantung empedu ayam yang sidah dipotong, dimasukkan isinya
kedalam tabung reaksi. Lalu dimasukkan aquades hingga volume mencapai 2 ml.
selanjutnya ditambahkan 2 tetes minyak kedalam campuran tersebut, lalu dihomogenkan.
Didapatkan hasil yakni perubahan warna yang tidak terlalu signifikan. Namun yang
mencolok ialah terbentuknya 2 lapisan yang berbeda, yakni lapisan berwarna hijau dan
bening. Lapisan hijau tersebut diduga adalah campuran dari empedu dengan minyak, dan
hal ini sekaligus membuktikan bahwa empedu memang dapat melarutkan lemak atau
memecahkan lemak dengan cara membuat stabil emulsi lemak yang berasal dari minyak
sehingga tidak terpisah dengan larutan lainnya.
G. Kesimpulan
1. Uji Protein menggunakan biuret dapat membuktikan bahwa air liur mengandung
musin, yakni protein yang terglikolisis.
2. Air liur terbukti mengandung ion CNS, yakni unsur anorganik yang akan bereaksi
dengan FeCl3. Reaksi dengan FeCl3 akan membentuk Fe(CNS)3 dan berwarna oranye
kemerahan.
3. Suhu mempengaruhi proses hidrolisis amilum. Hidrolisis amilum dibantu oleh enzim
lipase yang bekerja optimal pada rentang suhu 30-40oC dengan kecepatan reaksi
bertambah setiap kenaikan suhu.
4. Enzim lipase terbukti terdapat pada seluruh organ pencernaan, namun memiliki
perbedaan pada proses optimalisasinya. Pada organ duodenum, pancreas, lambung
dan air liur ditemukan enzim lipase, namun pada empedu tidak ditemukan enzim
lipase melainkan garam empedu yang berfungsi mempercepat kerja enzim lipase.
5. Duodenum memiliki enzim lipase yang akan mengubah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol. Begitu juga pada pancreas yang menunjukkan hasil postitif karena
terdapat enzim lipase. Hal yang mempengaruhi kerja enzim lipase salah satunya
adalah pH. pH optimal untuk enzim lipase adalah 7-8 (basa).
6. Lemak dihidrolisis dalam tubuh oleh bantuan garam empedu. Garam empedu berasal
dari secret empedu. Uji hidrolisis lemak membuktikan bahwa empedu menghasilkan
garam-garam empedu yang bereaksi dengan lemak dalam minyak sehingga terjadi
proses emulsifikasi ditandai dengan munculnya emulsi (micel).
Daftar Pustaka
Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta : Rineka Cipta
Malekian, F., Ramu, R., dan Marshall, W., 2000. Lipase and Lipoxygenase Activity,
Functionality, And Nutrient Lossesin Rice Bran During Storage, LSU Bulletin
870
Pahoja, V.M., Sethar, M.A., 2002. A review of enzymatic properties of lipase in plants, animals
Rusdi, dkk. 2014. Praktikum Fisiologi Hewan. Jakarta: Jurusan Biologi, FMIPA, UNJ.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.