Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Pembuatan preparat dengan metode Imprint, Whole Mount, Squash,
Maserasi, dan Non – Embedding

Oleh:

Tiara Adelia Kurniawan (3415160688)

Dosen Pengampu: Dra. Ratna Dewi, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JAKARTA
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat – Nya sehingga laporan
hasil praktikum ini dapat tersususn hingga selesai. Terima kasih kepada Dra. Ratna Dewi, M.Si
selaku dosen mata kuliah Mikroteknik Tumbuhan yang telah membimbing, juga para pihak
yang mendukung pembuatan laporan ini. Laporan ini dibuat bertujuan untuk melengkapi
rangkaian pembelajaran di mata kuliah Mikroteknik Tumbuhan.
Dengan laporan ini saya berharap dapat berguna bagi pembaca, menambah wawasan
mengenai Mikroteknik Tumbuhan. Di harapkan pula bagi penulis dapat memperbaiki lagi
kesalahan dalam laporan ini.
Saya sadari masih banyaknya kesalahan dalam laporan ini. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca. Kritik dan saran ini akan sangat berguna
bagi penulis untuk memperbaiki tulisan saya kedepannya.

Jakarta, 10 November 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 2


Daftar Isi ............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Preparat imprint..............................................................................................................9
3.2 Preparat whole mount ................................................................................................... 9
3.3 Preparat Squash.............................................................................................................10
3.4 Preparat Maserasi........................................................................................................ 10
3.5 Preparat Non – Embedding......................................................................................... 11

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN


4.1 Preparat Imprint..............................................................................................................13
4.2 Preparat Whole mount................................................................................................... 14
4.3 Preparat Squash.............................................................................................................. 17
4.4 Preparat Maserasi .......................................................................................................... 20
4.5 Preparat Non - Embedding............................................................................................ 23

BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 27
3.2 Saran ............................................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................28

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroteknik adalah ilmu yang mempelajari mengenai cara atau proses pembuatan suatu
preparat mikroskopis. Mempelajari cara pembuatan sediaan histologis yang kemudian akan
diamati melalui mikroskop.
Terdapat dua macam sediaan, yaitu sediaan segar dan sediaan permanen. Sediaan segar
yaitu sediaan yang masih “hidup” dan langsung diamati dengan mikroskop. Sedangkan
sediaan permanen yaitu sediaan yang sudah di sayat dan diawetkan.
Tahapan pembuatan sediaan histologis yaitu, Pengambilan contoh jaringan, fiksasi,
dehidrasi, penjernihan, embedding, pemotongan, penempelan, pewarnaan. Pembuatan
preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu bahan.
Metode Whole Mount merupakan metode dimana objek yang akan dibuat sebagai
preparat berada dalam keadaan utuh, yaitu tanpa sectioning. Sehingga dengan kondisi
tersebut dapat diamati struktur utuh dari suatu organisme dan tentu saja objek akan terlihat
dengan jelas ketika diamati menggunakan mikroskop.
Preparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan preparat
yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau kaca preparat
dengan menggunakan karet pensil. Preparat pejetan biasanya digunakan untuk melihat
proses mitosis pada akar bawang. Mitosis merupakan pembelahan sel yang mana sel
anakannya memiliki sifat yang sama dengan induk selnya. Tahapan dalam pembelahan
mitosis ialah profase, metafase, anafase dan telofase (Hidayah,2012).
Preparat irisan adalah preparat yang objeknya merupakan irisan dari bagian objek yang
diamati. Tujuan pembuatan preparat ini adalah untuk dapat menyediakan preparat
mikroskopis yang dapat memperlihatkan struktur bagian yang diiris secara lengkap seperti
keadaan yang sebenarnya. Jika bahan yang bersangkutan diiris secara langsung
menggunakan silet tajam dengan bantuan gabus atau hand mikrotom sebagai penahan
bahan pada waktu proses pengirisan, maka preparat tersebut juga disebut dengan preparat
irisan bebas atau non embedding (Rudyatmi, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja metode yang ada pada mikroteknik?
2. Bagaimana cara pembuatan preparat dengan metode imprint?
4
3. Bagaimana cara pembuatan preparat dengan metode Whole Mount?
4. Bagaimana cara pembuatan preparat dengan metode preparat squah?
5. Bagaimana cara pembuatan preparat dengan metode non embedding?
6. Bagaimana cara pembuatan preparat dengan metode maserasi?

1.3 Tujuan Penulisan


Menurut dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai
berikut:
1. Mengetahui metode – metode yang ada pada mikroteknik.
2. Mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode imprint.
3. Mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode Whole Mount.
4. Mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode preparat squash.
5. Mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode non embedding.
6. Mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode maserasi.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Mengetahui metode – metode yang ada pada mikroteknik.
2. Mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode imprint.
3. Mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode Whole Mount.
4. Mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode preparat squash.
5. Mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode non embedding.
6. Mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode maserasi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mikroteknik merupakan ilmu yang mempelajari cara mempersiapkan organ,


jaringan atau bagian jaringan untuk dapat diamati. Pengamatan ini umumnya dilakukan
dengan bantuan mikroskop, karena struktur jaringan secara terperinci pada kenyataan
terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroteknik merupakan teknik
pembuatan sediaan atau preparat secara mikroskopis.
Terdapat dua macam sediaan, yaitu sediaan segar dan sediaan permanen. Sediaan
segar yaitu sediaan yang masih “hidup” dan langsung diamati dengan mikroskop. Tujuan
dari penggunaan seidaan segar adalah untuk mengamati keadaan asli sedaan tersebut, baik
warna, komponen, bentuk, dll. Kekuranagn dari penggunaan sediaan segar adalah mudah
rusak, kontras antara tiap bagian tidak begitu jelas, dan tidak tahan lama. Sedangkan
sediaan permanen yaitu sediaan yang sudah di sayat dan diawetkan. Tujuan dari
penggunaan preparat permanen adalah untuk mendapatkan irisan yang sangat tipis dan rata,
sehingga saat di amati dengan mikroskop kontras antar bagian terlihat jelas.
Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu bahan.
Tahapan pembuatan sediaan histologis yaitu,
- Fiksasi
proses yang bertujuan untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan sehingga
tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran, mematikan sel, memberhentikan
aktivitas seluler dan mengawetkan proses yang terjadi pada saat itu, mensterilisasi,
menghindari pembusukan organ bahan, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan
komponen-komponen sitologis dan histologis.
Larutan: FAA (Formalin, Alkohol, Asam asetat), KOH, Formalin dan lain lain.
- Dehidrasi
Untuk mengurangi dan menghilangkan kadar air dalam sel/jaringan.
Larutan: Alkohol , alkohol bertingkat.
- Clearing/penjernihan
untuk menjernihkan preparat agar mudah dilihat bagian sel-selnya dan jaringannya.
Larutan: Xilol.
- Dealkoholisasi

6
untuk mengurangi kadar alkohol dalam sel/jaringan, membersihkan sisa-sisa pewarnaan,
menghilangkan warna asli preparat agar ketika pemberian warna baru menjadi lebih
sempurna dari warna aslinya dan menjernihkan sel.
Larutan: Alkohol : Xilol (1:1 ; 1:3 ; 3:1).
- Embedding/Pengeblokan
untuk menanam spesimen pada media parafin murni agar mempermudah pengirisan
bahan/spesimen pada metode section.
Larutan: Parafin murni.
- Diseksi/Pembedahan
untuk menyayat atau membedah bagian tubuh hewan, sehingga mempermudah
pengambilan organ atau jaringan dalam tubuh hewan.
- Mounting/penempelan,
untuk merekatkan spesimen di kaca benda dan kaca penutup.
Larutan: Entellen.
- Staining/pewarnaan.
mewarnai sel atau jaringan sehingga memperjelas dan mempermudah pengamatan objek
bagian yang akan diamati. Prinsip pewarnaan bergantung pada objek bagian yang akan
diamati.
Larutan: Pewarna Giemza, Eosin, Haematoxilin, Minyak cengkeh, Safranin, Metilen blue
dan lain lain.
Dalam pembuatan preparat, terdapat metode-metode didalam Mikroteknik yang umum
digunakan :
1. Sediaan utuh (Whole mounts)
2. Sediaan irisan (sectioning)
3. Sediaan uraian (teasing)
4. Sediaan ulasan (smearing)
Selain itu masih ada pula dikenal beberapa metoda lain seperti :
1. Sediaan rentang (spreading preparation)
2. Sediaan gosok – sediaan remasan (squash)
3. Sediaan supravital
Whole mount merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati
dengan mikroskop dengan tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode
ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ
maupun individu .Image yang dihasilkan oleh preparat whole mount ini terlihat dalam
7
wujud utuhnya seperti ketika organism tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang
dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja.
Proses pengamatan terhadap suatu morfologi tanaman dapat dilakuakan dengan
beragai cara. Salah satu diantaranya adalah dengan membuat preparat awetan dari tanaman
yang akan diamati. Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan secara
menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetative dan reproduktifnya tanpa melakukan
penyayatan terhadap tanaman tersebut karena metode ini menggunakan semua bagian
tanaman sebagai preparatnya.

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Preparat Imprint


- Daun tumbuhan
- Kuteks bening
- Selotip
- Glass Object
- Cover glass
- Mikroskop
Cara Kerja :
1. Oleskan kuteks bening pada daun tumbuhan yang mengandung stomata
2. Diamkan selama 5 menit
3. Ambil selotip dan ditempelkan pada kuteks bening
4. Tempelkan pada kaca objek dan diamati di bawah mikroskop
3.2 Preparat Whole Mount
Alat dan Bahan:
- Daun tumbuhan - Silet
- Aquades - Glass Object
- Bayclin - Cover glass
- Glycerin - Mikroskop
- Alkohol 70%
- Safranin 1%
- Kuteks bening
Cara Kerja:
1. Buat sayatan tipis sejajar daun tumbuhan yang terdapat stomata
2. Letakkan di glass object yang sudah di tetes air
3. Amati dengan mikroskop dengan perbesaran maksimal 10 x 10, sampai jelas
4. Ganti tetesan air pada glass object dengan bayclin, sampai sayatan menjadi pucat,
bilas dengan air kemudian buang air dan tetesi dengan sayatan dengan alkohol 70%
5. Beri safranin 1% ( sudah disaring) dalam alkohol sampai terwarna dengan baik
6. Ganti alkohol + safranin dengan glycerin, tutup sayatan dengan cover glass

9
7. Beri kuteks bening di pinggitan cover glass, tunggu hingga kering dan tidk lepas,
kemudian beri label pada glass object

3.2 Preparat Squash


Alat dan Bahan:
- Silet - Ujung akar Allium sp.
- Glass Object - Acetocarmin
- Cover glass - HCL
- Mikroskop
- Gelas arloji
- Bunsen

Cara Kerja:
1. Pemotongan ujung akar Allium sp.
2. Akar yang telah di potong – potong di fiksasi dengan HCL selama 15
menit
3. Akar dipindahkan ke gelas arloji kemudian di tetesi acetocarmin 2%
sebanyak 2 tetes kemudian diamkan 10-15menit
4. Letakkan di glass object kemudian tutup dengan cover glass
5. Kemudian di ketuk pelan dan ditekan dengan ibu jari
6. Dilewatkan diatas api bunsen sebanyak 3-4 kali, kemudian diamati dengan
mikroskop
7. Beri kuteks bening di pinggitan cover glass, tunggu hingga kering dan tidk
lepas, kemudian beri label pada glass object

3.3 Preparat Maserasi


Alat dan Bahan:
- Glass object - batang pohon (kayu) ukuran 5mm x 5mm
- Cover glass - campuran as.kromat 10% + as.nitrat 10%
- Mikroskop - aquades
- Bunsen - safranin
- Beker glass - alkohonl (30%,50%,70%,95%,100%)
- - - xylol
- - - entelan
10
Cara Kerja:
1. potong batang kayu menjadi ukuran 5x5mm, kemudian rebus dengan air
hingga mengendap didasar, menandakan sudah tidak ada lagi udara
2. pindahkan potongan kayu kedalam beker glass berisi larutan campuran
as.kromat 10% + as.nitrat 10% dengan perbandingan 1:1. Kemudian
panaskan kembali hingga lunak
3. Cuci dengan aquades untuk menghilangkan asam. Kemudian lakukan
pewarnaan dengan safranin selama 3jam. Kemudian cuci lagi hingga warna
tidak luntur
4. Lakukan dehidrasi bertingkat dengan merendam di alkohol
(30%,50%,70%,95%,100%). Masing – masing 2-5 menit
5. Masukkan kedalam larutan xylol-alkohol dengan perbandingan 3:1 , 1:1,
dan 1:3. Masing – masing 2-5 menit
6. Masukkan kedalam xylol murni. Kemudian letakkan pada glass object, beri
entelan dan tutup dengan cover glass.

3.4 Preparat Non-Embedding


Alat dan Bahan:
- Batang Tumbuhan - Toples kaca
- FAA - Glass object
- Safranin 1% - Cover glass
- Alkohol 70%, 80%, 95%, 100% - Mikroskop
- Xilol - Stopwatch
- Entelan

Cara Kerja:
1. Pemotongan preparat batang dan fiksasi selama 24jam dengan FAA di
dalam toples kaca (10ml)
2. Pencucian preparat dengan alkohol 70% selama 1 menit
3. Pewarnaan dengan safranin 1% dalam alkohol 70% selama 15menit
4. Pencucian preparat dengan alkohol 70% selama 1 menit
5. Dehidrasi dengan menggunakan alkohol 70%, 80%, 95%, dan 100%
masing – masing selama 15 menit

11
6. Dealkoholisasi dengan 100% alkohol xilol (3:1), 100% alkohol xilol (1:1),
100% alkohol xilol (1:3), xilol masing – masing selama 15 menit,
kemudian diamati
7. Penempelan dengan menggunakan entelan, diamkan selama kurang lebih
seminggu
8. Amati kembali, beri label pada object glass

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Preparat Imprint
 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Order : Urticales
Family : Moraceae
Genus : Ficus
Species : Ficus elastica (Roxb. ex Hornem)
 Foto Preparat Imprint

Fig. 1 Preparat Imprint Ficus elastica (Perbesaran 10 x 10)


 Pembahasan
Pada metode imprint digunakan kuteks bening yang kemudian dioleskan pada
permukaan daun Ficus elastica. Setelah ditunggu selama 5 menit. Ditempelkan selotip
di atas kuteks bening lalu di tempelkan pada object glass. Dan kemudian diamati di
bawah mikroskop. Setelah diamati dibawah mikroskop, terlihat banyak sekali stomata
baik stomata yang terbuka maupun yang tertutup. Kelebihan metode ini yaitu cara yang
digunakan sangat mudah dan sangat baik digunakan jika ingin mengetahui jumlah

13
stomata suatu daun tanaman. Kekurangan metode ini yaitu tidak dapat mengetahui tipe
stomata berdasarkan susunan letak sel penjaga dan sel tetangga dan karena tidak di
gunakan teknik pewanaan maka dalam mengamati preparat ini cukup sulit karena warna
yang transparan.

4.2 Preparat Whole Mount


4.2.1 Preparat Whole Mount daun Ficus elastica
 Klasifiaksi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Order : Urticales
Family : Moraceae
Genus : Ficus
Species : Ficus elastica (Roxb. ex Hornem)

 Foto Preparat

Fig.2 Stomata daun Ficus elastica (Perbesaran 10 x 4)

14
Sel Penjaga

Stomata

Dinding sel

Fig 3. Bagian – bagian sel daun Ficus elastica


 Pembahasan :
Pembuatan preparat dengan metode whole mount bertujuan untuk membuat
preparat yang akan diamati. Pada metode ini preparat yang diamati adalah preparat yang
utuh, berupa sayatan dari daun Ficus elastica. Pada proses pembuatan preparat
digunakan bayclin, alkohol, perwarna safranin, dan glycerin. Fungsi dari bayclin adalah
untuk melarutkan klorofil di daun, sehingga preparat akan lebih mudah diamati.
Alkohol adalah sebagai larutan untuk fiksasi, yaitu mempertahankan elemen-elemen
sel atau jaringan sehingga tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran,
mematikan sel, memberhentikan aktivitas seluler dan mengawetkan proses yang terjadi
pada saat itu, mensterilisasi, menghindari pembusukan organ bahan, mencegah
kerusakan jaringan, mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis.
Pewarna safranin untuk mewarnai sayatan epidermis, sedangkan glycerin digunakan
sebagai perekat antara sel yang satu dengan yang lain.
Preparat yang dihasilkan baik, karena terwarnai dengan baik dan kontras tiap bagian
terlihat jelas. Pada preparat terlihat jelas tiap – tiap bagiannya, yaitu dinding sel, sel
penjaga dan stomatanya.
Pada praktikum kali ini, praktikan menyadari bahwa adanya kekurangan dalam
pelaksanaan prosedur, sehingga hasil pengamatan yang praktikan lakukan kurang
maksimal diantaranya : kesalahan pada proses pengerjaan dan keterbatasan alat serta
bahan yang digunakan.
Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian tanaman dengan
jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini hanya bias

15
dilakukan pada tanaman dengan ukuran yang kecil saja tidak bias tanaman yang besar
sehingga metode ini perlu terus dikembangkan dengan melakukan bebagai percobaan.

4.2.2 Preparat Whole Mount batang monokotil


 Foto Preparat

Epidermis

Jaringan Dasar

Berkas Pembuluh

Fig 4. Preparat Whole Mount batang monokotil (Perbesaran 10 x 4)


 Pembahasan :
Pembuatan preparat dengan metode whole mount bertujuan untuk membuat preprat
yang akan diamati tanpa pemotongan. Pada metode ini preparat yang diamati adalah
preparat yang utuh, baik sel, jaringan, organ, maupun indivudnya. Pada praktikum kali
ini menggunakan batang dari tumbuan monokotil.
Pada proses pembuatan preparat digunakan bayclin, alkohol, perwarna safranin, dan
glycerin. Fungsi dari bayclin adalah untuk melarutkan klorofil di daun, sehingga
preparat akan lebih mudah diamati. Alkohol adalah sebagai larutan untuk fiksasi, yaitu
mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan sehingga tidak mengalami
perubahan bentuk maupun ukuran, mematikan sel, memberhentikan aktivitas seluler
dan mengawetkan proses yang terjadi pada saat itu, mensterilisasi, menghindari
pembusukan organ bahan, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan komponen-
komponen sitologis dan histologis. Pewarna safranin untuk mewarnai sayatan

16
epidermis, sedangkan glycerin digunakan sebagai perekat antara sel yang satu dengan
yang lain.
Preparat yang dihasilkan baik, karena terwarnai dengan baik dan kontras tiap bagian
terlihat jelas Pada preparat terlihat jelas epidermis,berkas pembuluh dan jaringan.
4.3 Preparat Squash
 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Equisetopsida
Order : Asparagales
Family : Amaryllidaceae
Genus : Allium
Species : Allium cepa L.

 Foto Preparat

Fig 5. Preparat Squash Allium cepa (Perbesaran 10 x 10)

17
Dinding sel
Nukleus

Interfase

Sitoplasma
Telofase

Fig.6 Preparat Squash Allium cepa (Perbesaran 10 x 40)


 Pembahasan :
Pembuatan preparat dengan metode squash bertujuan untuk mengamati pembelahan
mitosis pada akar bawang Allium cepa. Menggunakan akar tanaman Allium cepa karena
akar bawang merupakan salah satu tanaman yang sangat mudah diamati tahapan
mitosisnya karena bisa langsung diamati dengan bantuan mikroskop dan tahapan
pembelahan selnya dapat terlihat jelas.
Bagian yang akan diamati adalah ujung akar karena pada ujung akar merupakan
bagian meristem yang masih berkembang dengan baik sehingga masih mudah untuk
diamati.
Pada saat proses pembuatan preparat digunakan HCL, perwana acetocarmin, dan
pembakaran dengan bunsen. Fungsi HCl yaitu untuk melunakkan sel agar mudah
disquash saat pembuatan preparat nantinya. HCl akan melarutkan pectin maupun
selulose yang ada pada dinding sel sehingga sel menjadi lunak. Pewarnaan
dimaksudkan agar sel-sel yang akan diamati terlihat karena jika tidak diwarnai maka
akan transparan sehingga sulit diamati di bawah mikroskop.Bagian ujung akar yang
aktif membelah akan berwarna lebih tua dibandingkan sel-sel yang telah
terdiferensiasi.Sedangkan fungsi pemanasan yaitu untuk mempercepat reaksi
pelunakan sel dimana suhu yang digunakan selama pemanasan yakni berkisar antara
50-60 C yang merupakan suhu optimal terjadinya reaksi. Jika lebih dari 60 C maka akan

18
terjadi kerusakan komponen sel sedangkan bila di bawah 50 C maka reaksi berjalan
lambat.
Preparat yang dihasilkan cukup baik, dikarenakan terlihat jelas kontras tiap
bagiannya. Preparat juga sudah lumayan terwarnai dengan baik. Dapat dilihat
perbedaan warna antara dinding sel dan inti sel yang berwarna lebih gelap jika
dibandingkan sitoplasma.
Namun, belum terlihat jelas fase – fase yang terjadi pada selnya. Hanya fase
interfase dan telofase yang terlihat jelas. Dimana interfase didalam inti selnya hanya
lingkarang berwarna merah dan tidak terlihat sedang mengalami pembelahan.
Sedangkan pada tahap telofase terjadi peristiwa kariokinesis (pembagian inti menjadi
dua bagian) dan sitokinesis (pembagian sitoplasma menjadi dua bagian). Pada tahan
telofase ini pembelahan telah selesai,terbentuk lagi dinding inti, dan hal ini terlihat
dalam praktikum. Sel telah terbagi menjadi dua sel anakan, masing – masing memiliki
inti yang mengandung 4 kromosom dengan bahan genetik yang sama dengan induknya.
Tahapan telofase pada tiap kutub terbentuk stel kromosom yang identik. Serabut
gelondong inti menghilang dan membran inti terbentuk kembali. Setelah terbentuk dua
inti pada kutub yang berlawanan aster menghlang dan terjadi penebalan sitoplasma
yang diikuti pembagian sitoplasma (Sitokinesis). Sitokinesis ini di tandai dengan
terbentuknya dinding pemisah ditengah – tengah sel.
Ciri – ciri tahap telofase :
o Benang – benang gelondong hilang
o Selaput inti dan nukleus terbentuk kembali
o Sekat sel terbentuk kembali dan sel membelah menjadi dua sel anakan
o Terjadi sitokinesis
Pada praktikum kali ini, praktikan menyadari bahwa adanya kekurangan dalam
pelaksanaan prosedur, sehingga hasil pengamatan yang praktikan lakukan kurang
maksimal diantaranya : kesalahan pada proses pengerjaan dan keterbatasan alat serta
bahan yang digunakan.
Kelebihan dari metode squash ini yaitu dapat melihat tahap interfase dan telofase
pada tumbuhan, tapi dibalik kelebihan terdapat pula kekurangan menggunakan metode
squash yaitu alat serta bahan yang kurang lengkap sehingga tidak dapat membuat
preparat secara maksimal.

4.4 Preparat Maserasi kayu


19
 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Caryophyllales
Family : Nyctaginaceae
Genus : Bougainvillea
Species : Bougainvillea spectabillis L.
 Foto Preparat

Fig.7 Preparat Maserasi Bougainvillea spectabillis (Perbesaran 10 x 10)

20
Trakea

. Fig.8 Preparat Maserasi Bougainvillea spectabillis (Perbesaran 10 x 10)

Trakea

Fig.9 Preparat Maserasi Bougainvillea spectabillis (Perbesaran 10 x 40)


 Pembahasan
Pada praktikum ini kelompok kami membuat preparat maserasi tumbuhan.
Tumbuhan yang digunakan pada praktikum ini adalah batang pohon Bougainvillea
spectabillis. Tujuan dari praktikum Preparat Maserasi adalah untuk melihat kenampakan
sel secara utuh. Prinsip kerja dari teknik pembuatan ini adalah dengan cara memutuskan
lamella tengah dari sel tumbuhan. Pemutusan lamella tengah bertujuan memisahkan bagian
sel dengan sel lainnya sehingga sel bisa dilihat secara satuan utuh. Teknik ini sangat

21
bermanfaat. Banyak penelitian melakukan teknik ini untuk mengekstraksi suatu zat atau
bagian tertentu dari sel tumbuhan.

Dalam prosedur kerja pembuatan preparat, langkah awal setelah batang dipotong
adalah perendaman kayu dengan KOH 10 % selama 3 menit. Hal ini bertujuan untuk
mengeluarkan udara yang terdapat di dalam sel atau jaringan, agar pada tahap selanjutnya
kayu dapat tenggelam. Campuran asam kromat 10% dan asam nitrat 10% digunakan untuk
melunakkan kayu. Perendaman kayu dalam asam kromat dan asam nitrat pada selama 3
menit dimaksudkan untuk mempercepat hidrolisa dan pelarutan lamela tengah agar sel-sel
penyusun kayu dapat terurai dan dipisah-dipisahkan. Sel-sel penyusun kayu tersebut
diwarnai dengan safranin 1% dalam air agar lebih mudah diamati. Larutan alcohol
bertingkat (30%,50%,70%,80%,100%) fungsinya sebagai zat untuk mendehidrasi atau
menghilangkan kadar air yang terkandung dalam sel atau jaringan pada batang.
Penggunaan alcohol secara bertingkat bertujuan agar penyerapan kadar air pada batang
tidak secara drastis namun secara bertahap, mengingat tumbuhan memiliki dinding sel yang
sangat kuat.Larutan alcohol : xylol fungsinya sebagai zat untuk dealkoholisasi atau
menghilangkan kadar alcohol yang masih tersisa/terserap didalam sel/jaringan pada
batang.Xylol murni fungsinya sebagai zat untuk menjernihkan atau clearing suatu
specimen atau preparat sehingga memudahkan dalam pengamatan. Enthelen fungsinya
sebagai cairan untuk merekatkan kaca penutup dengan kaca benda yang suda diberi
preparat jadi.

Berdasarkan dari hasil pengamatan kami yang melalui proses yang panjang, maka
ditemukan gambar serat-serat kayu Bougainvillea spectabillis dimana sangat jelas terlihat
trakea nya. Trakea dapat dikatakan pembuluh yang sebenarnya. Ia adalah sekumpulan sel-
sel yang dinding sel lateralnya mengalami penebalan oleh lignin (zat kayu) sedangkan
bagian ujung atas dan bawahnya mengalami perforasi (pelubangan) sehingga berhubungan
dengan sel-sel sejenis di atas dan bawahnya membentuk pipa kapiler memanjang.

Trakeida berukuran lebih kecil daripada trakea, bentuknya juga memanjang dan
juga mengalami penebalan pada dinding lateralnya. Ujung-ujungnya tidak berperforasi
sehingga pergerakan air seakan-akan melalui katup-katup. Dinding selnya banyak memiliki
noktah-noktah.

22
Serabut trakeida mirip dengan trakeida namun memiliki dinding sel yang lebih tebal
sehingga lumennya (ruang dalam dinding sel) sempit; selnya lebih memanjang. Xylem
membawa air dari dalam tanah ke seluruh ke organ tumbuhan dan di jadikan sebagai energi
untuk berfotosintesis. Pustakers batang merupakan organ tumbuhan yang berfungsi
menegakkan tubuh tumbuhan. Batang berfungsi pula menghubungkan bagian akar dan
daun. Pada batang, terdapat tempat munculnya daun yang disebut buku (nodus). pada setiap
buku, terspat daun yang berjumlah satu, dua atau lebih. Jarak antara buku yang satu dengan
buku yang lain disebut internodus.

Pada praktikum kali ini, praktikan menyadari bahwa adanya kekurangan dalam
pelaksanaan prosedur, sehingga hasil pengamatan yang praktikan lakukan kurang
maksimal diantaranya : kesalahan pada proses pengerjaan dan keterbatasan alat serta bahan
yang digunakan.

4.5 Preparat Non-Embedding


 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Order : Urticales
Family : Moraceae
Genus : Ficus
Species : Ficus elastica (Roxb. ex Hornem)
 Foto Preparat

23
Epidermis Atas
Hipodermis
Palisade

Spons

Jaringan Pembuluh

Epidermis Bawah

Fig. 9 Preparat Non-Embedding daun Ficus elastica (Perbesaran 10 x 10)

Epidermis

Korteks

Fig. 10 Preparat Non-Embedding batang Ficus elastica (Perbesaran 10 x 10)

24
Floem
Xilem

Silinder pusat

Fig. 11 Preparat Non-Embedding batang Ficus elastica (Perbesaran 10 x 10)

Fig. 12 Preparat Non-Embedding batang Ficus elastica (Perbesaran 10 x 40)


 Pembahasan :
Preparat irisan adalah preparat yang objeknye merupakan irisan dari bagian yang
diamati. Tujuan digunakannya metode ini adalah untuk mendapatkan preparat
mikorskopis yang dapat memperlihatkan struktur bagian yang diiris secara lengkap
seperti keadaan sebenarnya.

25
Pada proses pembuatan preparat digunakan FAA, Safranin, Alkohol, Xilol, dan
Entella. Dilakukan fiksasi dengan menggunakan larutan FAA (Formalin, Asam asetat
glasial, dan alkohol 70%), tujuan dari fiksasi adalah menjaga atau mengawetkan seluruh
stuktur sel sehingga sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau hamper sama
dengan keadaan aslinya pada waktu masih hidup. Penggunaan FAA tersebut karena
penetrasi alkohol dan asam asetat kedalam jaringan dapat berlangsung dengan cepat
sehingga pematian dan fiksasi dapat berjalan dengan cepat, juga merupakan larutan
yang stabil dan pengawet yang baik. Kemudian langkah selanjutnya yaitu dehidrasi
dengan menggunakan alkohol bertingkat dengan konsentrasi mulai dari 70%, 80%,
95%, dan 100%, fungsi dari dehidrasi adalah untuk menghilangkan kandungan air dari
jaringan Ficus elastica tersebut sehingga dapat dikenakan larutan yang dapat
bercampur atau larut dalam paraffin dimana bahan akan ditanam. Digunakan alcohol
bertingkat tersebut agar jaringan kandungan airnya dapat keluar sedikit demi sedikit
hingga pada konsentrasi 100% pengeluaran airnya pun maksimal.
Kemudian langkah berikutnya adalah dealkoholosasi yang menggunkan xylol :
alkohol 100% secara bertingkat pula yaitu dengan perbandingan 1:3, 1:1, dan 3:1, hal
ini dilakukan agar pengeluaran alkoholnya juga maksimal sehingga larutan xylol inilah
yang nantinya dapat terikat langsung dengan paraffin dan agar jaringan tersebut dapat
beradaptasi, dan dengan menggunakan xylol I dan xylol II langkah ini dilakukan agar
jaringan betul-betul bebas dari alkohol dan hanya ada xylol, , serta menggunakan xylol
: paraffin yaitu 1 : 9 hal ini dilakuka nuntuk menghilangkan xylol dari jaringan.
Kemudian langkah selanjutnya adalah infiltrasi/penjernihan, yaitu campuran paraffin
dan xylol diganti dengan paraffin murni yang bertujuan untuk menghilangkan
kandungan xylolnya secara maksimum serta untuk merekat kan jaringan. Pada tahap
akhir dilakukan penempelan dengan menggunakan entellan untuk menempelkan cover
glass pada object glass.
Setelah dilakukan pengamatan dibawah mikroskop didapatkan hasil, pada preparat
sebelum di teteskan dengan entelen, preparat masih terlihat sangat baik, bagian – bagian
dari daun dan batang dari Ficus elastica, terlihat dengan jelas.
Dari preparat tersebut pada batang,terlihat bagian seperti Epidermis (Epidermis
terdiri dari selapis sel parenkim yang tersusun rapat dan seringkali dilapisi kutikula
pada dinding luar selnya. Sel penyusun epidermis dapat mengalami modifikasi menjadi
trikoma dan stoma pada batang yang melakukan fotosintesis), kambium vasikuler yang
merupakan garis berwarna gelap melingkar, dan xylem floem yang letaknya
26
berdekatan. Dan terlihat pula dari preparat daun Ficus elastica bagian epidermis atas,
palisade, jaringan bunga karang (spons), jaringan pembuluh dan epidermis bawah.
Kelebihan dari metode ini adalah pengawetan lebih terlihat awet, walaupun sudah
lebih dari 2 minggu, preparat basah masih dalam keadaan baik, tidak terjadi perubahan
warna yang membuatnya terlihat hitam atau bagian dari preparat yang rusak. Warna
dari jaringannya masih terlihat dengan jelas dan tidak menghitam, kecuali saat sebelum
digunakan entelen preparat tidak dalam keadaan basah akan cepat terlihat hitam karena
kering (kekurangan air).

27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam penulisan laporan ini adalah pada praktikum pembuatan preparat
digunakan metode imprint, whole mount (Ficus elastica) dan batang monokotil yaang
bertujuan untuk membuat preparat yang utuh, baik sel, jaringan, organ, maupun
indivudnya. Melalui metode whole mount dapat terlihat jelas tiap bagian dari preparat yaitu
jaringan epidermis, jaringan spons, jarinagn palisade, xylem, floem dan stomatanya.
Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian tanaman dengan jelas tiap
bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini hanya bias dilakukan pada
tanaman dengan ukuran yang kecil saja tidak bias tanaman yang besar sehingga metode ini
perlu terus dikembangkan dengan melakukan bebagai percobaan.
Pada praktikum pembuatan preparat digunakan metode Squash untuk mengamati
pembelahan mitosis pada akar bawang Allium cepa. Hasil sudah baik dapat dilihat
perbedaan warna antara dinding sel dan inti sel yang berwarna lebih gelap jika
dibandingkan sitoplasma walaupun hanya tahap interfase dan telofase saja yang dapat
dilihat.
Pada praktikum pembuatan preparat maserasi kayu, tumbuhan yang digunakan adalah
Bougainvillea spectabillis. Tujuan dari praktikum Preparat Maserasi adalah untuk melihat
kenampakan sel secara utuh.
Pada praktikum pembuatan preparat dengan metode Non – Embedding. Tumbuhan
yang digunakan adalahn Ficus elastica untuk mendapatkan preparat mikroskopis yang
dapat memperlihatkan struktur bagian yang diiris secara lengkap seperti keadaan
sebenarnya. Namun, ada bagian yang tidak jelas dikarenakan pemotongan preparat yang
terlalu tebal dan miring sehingga ada bagian preparat yang rusak.
5.2 Saran
 Pada saat pengirisan preparat harus setipis mungkin, agar preparat mudah diamati.
 Pada saat pengirisian preparat harus sejajar agar tidak ada bagian dari preparat yang
rusak karena saat terpotong miring.
 Pada saat pewarnaan dengan safranin harus sedikit lebih lama agar safranin benar –
benar terserap pada preparat.
 Lebih serius dalam saat melakukan praktikum untuk mengurangi kesalahan dalam
prosedur.

28
Daftar Pustaka

Campbell, NA., J.b. Reece, L.G Mitchell.2008. Biologi Edisi kedelapan Jilid 2. Jakarta :
Erlangga
Farra. 2013. Pembuatan Preparat Mitosis Akar Bawang Merah dan Bawang Putih.
http://ketemukata.wordpress.com. Diakses pada hari senin 10 November 2018 pukul
10.08 WIB
Hidayah. 2012. Pembuatan Preparat Squash Akar Bawang. www.Uruzukuyo.blogspot.com .
Diakses pada hari senin 10 November 2018 pukul 09.20 WIB
Rudyatmi, Ely. 2015. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang : Jurusan Biologi FMIPA Unnes

29

Anda mungkin juga menyukai