MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Pembuatan preparat dengan metode Imprint, Whole Mount, Squash,
Maserasi, dan Non – Embedding
Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat – Nya sehingga laporan
hasil praktikum ini dapat tersususn hingga selesai. Terima kasih kepada Dra. Ratna Dewi, M.Si
selaku dosen mata kuliah Mikroteknik Tumbuhan yang telah membimbing, juga para pihak
yang mendukung pembuatan laporan ini. Laporan ini dibuat bertujuan untuk melengkapi
rangkaian pembelajaran di mata kuliah Mikroteknik Tumbuhan.
Dengan laporan ini saya berharap dapat berguna bagi pembaca, menambah wawasan
mengenai Mikroteknik Tumbuhan. Di harapkan pula bagi penulis dapat memperbaiki lagi
kesalahan dalam laporan ini.
Saya sadari masih banyaknya kesalahan dalam laporan ini. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca. Kritik dan saran ini akan sangat berguna
bagi penulis untuk memperbaiki tulisan saya kedepannya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 27
3.2 Saran ............................................................................................................................. 27
3
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
untuk mengurangi kadar alkohol dalam sel/jaringan, membersihkan sisa-sisa pewarnaan,
menghilangkan warna asli preparat agar ketika pemberian warna baru menjadi lebih
sempurna dari warna aslinya dan menjernihkan sel.
Larutan: Alkohol : Xilol (1:1 ; 1:3 ; 3:1).
- Embedding/Pengeblokan
untuk menanam spesimen pada media parafin murni agar mempermudah pengirisan
bahan/spesimen pada metode section.
Larutan: Parafin murni.
- Diseksi/Pembedahan
untuk menyayat atau membedah bagian tubuh hewan, sehingga mempermudah
pengambilan organ atau jaringan dalam tubuh hewan.
- Mounting/penempelan,
untuk merekatkan spesimen di kaca benda dan kaca penutup.
Larutan: Entellen.
- Staining/pewarnaan.
mewarnai sel atau jaringan sehingga memperjelas dan mempermudah pengamatan objek
bagian yang akan diamati. Prinsip pewarnaan bergantung pada objek bagian yang akan
diamati.
Larutan: Pewarna Giemza, Eosin, Haematoxilin, Minyak cengkeh, Safranin, Metilen blue
dan lain lain.
Dalam pembuatan preparat, terdapat metode-metode didalam Mikroteknik yang umum
digunakan :
1. Sediaan utuh (Whole mounts)
2. Sediaan irisan (sectioning)
3. Sediaan uraian (teasing)
4. Sediaan ulasan (smearing)
Selain itu masih ada pula dikenal beberapa metoda lain seperti :
1. Sediaan rentang (spreading preparation)
2. Sediaan gosok – sediaan remasan (squash)
3. Sediaan supravital
Whole mount merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati
dengan mikroskop dengan tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode
ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ
maupun individu .Image yang dihasilkan oleh preparat whole mount ini terlihat dalam
7
wujud utuhnya seperti ketika organism tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang
dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja.
Proses pengamatan terhadap suatu morfologi tanaman dapat dilakuakan dengan
beragai cara. Salah satu diantaranya adalah dengan membuat preparat awetan dari tanaman
yang akan diamati. Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan secara
menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetative dan reproduktifnya tanpa melakukan
penyayatan terhadap tanaman tersebut karena metode ini menggunakan semua bagian
tanaman sebagai preparatnya.
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
9
7. Beri kuteks bening di pinggitan cover glass, tunggu hingga kering dan tidk lepas,
kemudian beri label pada glass object
Cara Kerja:
1. Pemotongan ujung akar Allium sp.
2. Akar yang telah di potong – potong di fiksasi dengan HCL selama 15
menit
3. Akar dipindahkan ke gelas arloji kemudian di tetesi acetocarmin 2%
sebanyak 2 tetes kemudian diamkan 10-15menit
4. Letakkan di glass object kemudian tutup dengan cover glass
5. Kemudian di ketuk pelan dan ditekan dengan ibu jari
6. Dilewatkan diatas api bunsen sebanyak 3-4 kali, kemudian diamati dengan
mikroskop
7. Beri kuteks bening di pinggitan cover glass, tunggu hingga kering dan tidk
lepas, kemudian beri label pada glass object
Cara Kerja:
1. Pemotongan preparat batang dan fiksasi selama 24jam dengan FAA di
dalam toples kaca (10ml)
2. Pencucian preparat dengan alkohol 70% selama 1 menit
3. Pewarnaan dengan safranin 1% dalam alkohol 70% selama 15menit
4. Pencucian preparat dengan alkohol 70% selama 1 menit
5. Dehidrasi dengan menggunakan alkohol 70%, 80%, 95%, dan 100%
masing – masing selama 15 menit
11
6. Dealkoholisasi dengan 100% alkohol xilol (3:1), 100% alkohol xilol (1:1),
100% alkohol xilol (1:3), xilol masing – masing selama 15 menit,
kemudian diamati
7. Penempelan dengan menggunakan entelan, diamkan selama kurang lebih
seminggu
8. Amati kembali, beri label pada object glass
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Preparat Imprint
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Order : Urticales
Family : Moraceae
Genus : Ficus
Species : Ficus elastica (Roxb. ex Hornem)
Foto Preparat Imprint
13
stomata suatu daun tanaman. Kekurangan metode ini yaitu tidak dapat mengetahui tipe
stomata berdasarkan susunan letak sel penjaga dan sel tetangga dan karena tidak di
gunakan teknik pewanaan maka dalam mengamati preparat ini cukup sulit karena warna
yang transparan.
Foto Preparat
14
Sel Penjaga
Stomata
Dinding sel
15
dilakukan pada tanaman dengan ukuran yang kecil saja tidak bias tanaman yang besar
sehingga metode ini perlu terus dikembangkan dengan melakukan bebagai percobaan.
Epidermis
Jaringan Dasar
Berkas Pembuluh
16
epidermis, sedangkan glycerin digunakan sebagai perekat antara sel yang satu dengan
yang lain.
Preparat yang dihasilkan baik, karena terwarnai dengan baik dan kontras tiap bagian
terlihat jelas Pada preparat terlihat jelas epidermis,berkas pembuluh dan jaringan.
4.3 Preparat Squash
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Equisetopsida
Order : Asparagales
Family : Amaryllidaceae
Genus : Allium
Species : Allium cepa L.
Foto Preparat
17
Dinding sel
Nukleus
Interfase
Sitoplasma
Telofase
18
terjadi kerusakan komponen sel sedangkan bila di bawah 50 C maka reaksi berjalan
lambat.
Preparat yang dihasilkan cukup baik, dikarenakan terlihat jelas kontras tiap
bagiannya. Preparat juga sudah lumayan terwarnai dengan baik. Dapat dilihat
perbedaan warna antara dinding sel dan inti sel yang berwarna lebih gelap jika
dibandingkan sitoplasma.
Namun, belum terlihat jelas fase – fase yang terjadi pada selnya. Hanya fase
interfase dan telofase yang terlihat jelas. Dimana interfase didalam inti selnya hanya
lingkarang berwarna merah dan tidak terlihat sedang mengalami pembelahan.
Sedangkan pada tahap telofase terjadi peristiwa kariokinesis (pembagian inti menjadi
dua bagian) dan sitokinesis (pembagian sitoplasma menjadi dua bagian). Pada tahan
telofase ini pembelahan telah selesai,terbentuk lagi dinding inti, dan hal ini terlihat
dalam praktikum. Sel telah terbagi menjadi dua sel anakan, masing – masing memiliki
inti yang mengandung 4 kromosom dengan bahan genetik yang sama dengan induknya.
Tahapan telofase pada tiap kutub terbentuk stel kromosom yang identik. Serabut
gelondong inti menghilang dan membran inti terbentuk kembali. Setelah terbentuk dua
inti pada kutub yang berlawanan aster menghlang dan terjadi penebalan sitoplasma
yang diikuti pembagian sitoplasma (Sitokinesis). Sitokinesis ini di tandai dengan
terbentuknya dinding pemisah ditengah – tengah sel.
Ciri – ciri tahap telofase :
o Benang – benang gelondong hilang
o Selaput inti dan nukleus terbentuk kembali
o Sekat sel terbentuk kembali dan sel membelah menjadi dua sel anakan
o Terjadi sitokinesis
Pada praktikum kali ini, praktikan menyadari bahwa adanya kekurangan dalam
pelaksanaan prosedur, sehingga hasil pengamatan yang praktikan lakukan kurang
maksimal diantaranya : kesalahan pada proses pengerjaan dan keterbatasan alat serta
bahan yang digunakan.
Kelebihan dari metode squash ini yaitu dapat melihat tahap interfase dan telofase
pada tumbuhan, tapi dibalik kelebihan terdapat pula kekurangan menggunakan metode
squash yaitu alat serta bahan yang kurang lengkap sehingga tidak dapat membuat
preparat secara maksimal.
20
Trakea
Trakea
21
bermanfaat. Banyak penelitian melakukan teknik ini untuk mengekstraksi suatu zat atau
bagian tertentu dari sel tumbuhan.
Dalam prosedur kerja pembuatan preparat, langkah awal setelah batang dipotong
adalah perendaman kayu dengan KOH 10 % selama 3 menit. Hal ini bertujuan untuk
mengeluarkan udara yang terdapat di dalam sel atau jaringan, agar pada tahap selanjutnya
kayu dapat tenggelam. Campuran asam kromat 10% dan asam nitrat 10% digunakan untuk
melunakkan kayu. Perendaman kayu dalam asam kromat dan asam nitrat pada selama 3
menit dimaksudkan untuk mempercepat hidrolisa dan pelarutan lamela tengah agar sel-sel
penyusun kayu dapat terurai dan dipisah-dipisahkan. Sel-sel penyusun kayu tersebut
diwarnai dengan safranin 1% dalam air agar lebih mudah diamati. Larutan alcohol
bertingkat (30%,50%,70%,80%,100%) fungsinya sebagai zat untuk mendehidrasi atau
menghilangkan kadar air yang terkandung dalam sel atau jaringan pada batang.
Penggunaan alcohol secara bertingkat bertujuan agar penyerapan kadar air pada batang
tidak secara drastis namun secara bertahap, mengingat tumbuhan memiliki dinding sel yang
sangat kuat.Larutan alcohol : xylol fungsinya sebagai zat untuk dealkoholisasi atau
menghilangkan kadar alcohol yang masih tersisa/terserap didalam sel/jaringan pada
batang.Xylol murni fungsinya sebagai zat untuk menjernihkan atau clearing suatu
specimen atau preparat sehingga memudahkan dalam pengamatan. Enthelen fungsinya
sebagai cairan untuk merekatkan kaca penutup dengan kaca benda yang suda diberi
preparat jadi.
Berdasarkan dari hasil pengamatan kami yang melalui proses yang panjang, maka
ditemukan gambar serat-serat kayu Bougainvillea spectabillis dimana sangat jelas terlihat
trakea nya. Trakea dapat dikatakan pembuluh yang sebenarnya. Ia adalah sekumpulan sel-
sel yang dinding sel lateralnya mengalami penebalan oleh lignin (zat kayu) sedangkan
bagian ujung atas dan bawahnya mengalami perforasi (pelubangan) sehingga berhubungan
dengan sel-sel sejenis di atas dan bawahnya membentuk pipa kapiler memanjang.
Trakeida berukuran lebih kecil daripada trakea, bentuknya juga memanjang dan
juga mengalami penebalan pada dinding lateralnya. Ujung-ujungnya tidak berperforasi
sehingga pergerakan air seakan-akan melalui katup-katup. Dinding selnya banyak memiliki
noktah-noktah.
22
Serabut trakeida mirip dengan trakeida namun memiliki dinding sel yang lebih tebal
sehingga lumennya (ruang dalam dinding sel) sempit; selnya lebih memanjang. Xylem
membawa air dari dalam tanah ke seluruh ke organ tumbuhan dan di jadikan sebagai energi
untuk berfotosintesis. Pustakers batang merupakan organ tumbuhan yang berfungsi
menegakkan tubuh tumbuhan. Batang berfungsi pula menghubungkan bagian akar dan
daun. Pada batang, terdapat tempat munculnya daun yang disebut buku (nodus). pada setiap
buku, terspat daun yang berjumlah satu, dua atau lebih. Jarak antara buku yang satu dengan
buku yang lain disebut internodus.
Pada praktikum kali ini, praktikan menyadari bahwa adanya kekurangan dalam
pelaksanaan prosedur, sehingga hasil pengamatan yang praktikan lakukan kurang
maksimal diantaranya : kesalahan pada proses pengerjaan dan keterbatasan alat serta bahan
yang digunakan.
23
Epidermis Atas
Hipodermis
Palisade
Spons
Jaringan Pembuluh
Epidermis Bawah
Epidermis
Korteks
24
Floem
Xilem
Silinder pusat
25
Pada proses pembuatan preparat digunakan FAA, Safranin, Alkohol, Xilol, dan
Entella. Dilakukan fiksasi dengan menggunakan larutan FAA (Formalin, Asam asetat
glasial, dan alkohol 70%), tujuan dari fiksasi adalah menjaga atau mengawetkan seluruh
stuktur sel sehingga sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau hamper sama
dengan keadaan aslinya pada waktu masih hidup. Penggunaan FAA tersebut karena
penetrasi alkohol dan asam asetat kedalam jaringan dapat berlangsung dengan cepat
sehingga pematian dan fiksasi dapat berjalan dengan cepat, juga merupakan larutan
yang stabil dan pengawet yang baik. Kemudian langkah selanjutnya yaitu dehidrasi
dengan menggunakan alkohol bertingkat dengan konsentrasi mulai dari 70%, 80%,
95%, dan 100%, fungsi dari dehidrasi adalah untuk menghilangkan kandungan air dari
jaringan Ficus elastica tersebut sehingga dapat dikenakan larutan yang dapat
bercampur atau larut dalam paraffin dimana bahan akan ditanam. Digunakan alcohol
bertingkat tersebut agar jaringan kandungan airnya dapat keluar sedikit demi sedikit
hingga pada konsentrasi 100% pengeluaran airnya pun maksimal.
Kemudian langkah berikutnya adalah dealkoholosasi yang menggunkan xylol :
alkohol 100% secara bertingkat pula yaitu dengan perbandingan 1:3, 1:1, dan 3:1, hal
ini dilakukan agar pengeluaran alkoholnya juga maksimal sehingga larutan xylol inilah
yang nantinya dapat terikat langsung dengan paraffin dan agar jaringan tersebut dapat
beradaptasi, dan dengan menggunakan xylol I dan xylol II langkah ini dilakukan agar
jaringan betul-betul bebas dari alkohol dan hanya ada xylol, , serta menggunakan xylol
: paraffin yaitu 1 : 9 hal ini dilakuka nuntuk menghilangkan xylol dari jaringan.
Kemudian langkah selanjutnya adalah infiltrasi/penjernihan, yaitu campuran paraffin
dan xylol diganti dengan paraffin murni yang bertujuan untuk menghilangkan
kandungan xylolnya secara maksimum serta untuk merekat kan jaringan. Pada tahap
akhir dilakukan penempelan dengan menggunakan entellan untuk menempelkan cover
glass pada object glass.
Setelah dilakukan pengamatan dibawah mikroskop didapatkan hasil, pada preparat
sebelum di teteskan dengan entelen, preparat masih terlihat sangat baik, bagian – bagian
dari daun dan batang dari Ficus elastica, terlihat dengan jelas.
Dari preparat tersebut pada batang,terlihat bagian seperti Epidermis (Epidermis
terdiri dari selapis sel parenkim yang tersusun rapat dan seringkali dilapisi kutikula
pada dinding luar selnya. Sel penyusun epidermis dapat mengalami modifikasi menjadi
trikoma dan stoma pada batang yang melakukan fotosintesis), kambium vasikuler yang
merupakan garis berwarna gelap melingkar, dan xylem floem yang letaknya
26
berdekatan. Dan terlihat pula dari preparat daun Ficus elastica bagian epidermis atas,
palisade, jaringan bunga karang (spons), jaringan pembuluh dan epidermis bawah.
Kelebihan dari metode ini adalah pengawetan lebih terlihat awet, walaupun sudah
lebih dari 2 minggu, preparat basah masih dalam keadaan baik, tidak terjadi perubahan
warna yang membuatnya terlihat hitam atau bagian dari preparat yang rusak. Warna
dari jaringannya masih terlihat dengan jelas dan tidak menghitam, kecuali saat sebelum
digunakan entelen preparat tidak dalam keadaan basah akan cepat terlihat hitam karena
kering (kekurangan air).
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam penulisan laporan ini adalah pada praktikum pembuatan preparat
digunakan metode imprint, whole mount (Ficus elastica) dan batang monokotil yaang
bertujuan untuk membuat preparat yang utuh, baik sel, jaringan, organ, maupun
indivudnya. Melalui metode whole mount dapat terlihat jelas tiap bagian dari preparat yaitu
jaringan epidermis, jaringan spons, jarinagn palisade, xylem, floem dan stomatanya.
Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian tanaman dengan jelas tiap
bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini hanya bias dilakukan pada
tanaman dengan ukuran yang kecil saja tidak bias tanaman yang besar sehingga metode ini
perlu terus dikembangkan dengan melakukan bebagai percobaan.
Pada praktikum pembuatan preparat digunakan metode Squash untuk mengamati
pembelahan mitosis pada akar bawang Allium cepa. Hasil sudah baik dapat dilihat
perbedaan warna antara dinding sel dan inti sel yang berwarna lebih gelap jika
dibandingkan sitoplasma walaupun hanya tahap interfase dan telofase saja yang dapat
dilihat.
Pada praktikum pembuatan preparat maserasi kayu, tumbuhan yang digunakan adalah
Bougainvillea spectabillis. Tujuan dari praktikum Preparat Maserasi adalah untuk melihat
kenampakan sel secara utuh.
Pada praktikum pembuatan preparat dengan metode Non – Embedding. Tumbuhan
yang digunakan adalahn Ficus elastica untuk mendapatkan preparat mikroskopis yang
dapat memperlihatkan struktur bagian yang diiris secara lengkap seperti keadaan
sebenarnya. Namun, ada bagian yang tidak jelas dikarenakan pemotongan preparat yang
terlalu tebal dan miring sehingga ada bagian preparat yang rusak.
5.2 Saran
Pada saat pengirisan preparat harus setipis mungkin, agar preparat mudah diamati.
Pada saat pengirisian preparat harus sejajar agar tidak ada bagian dari preparat yang
rusak karena saat terpotong miring.
Pada saat pewarnaan dengan safranin harus sedikit lebih lama agar safranin benar –
benar terserap pada preparat.
Lebih serius dalam saat melakukan praktikum untuk mengurangi kesalahan dalam
prosedur.
28
Daftar Pustaka
Campbell, NA., J.b. Reece, L.G Mitchell.2008. Biologi Edisi kedelapan Jilid 2. Jakarta :
Erlangga
Farra. 2013. Pembuatan Preparat Mitosis Akar Bawang Merah dan Bawang Putih.
http://ketemukata.wordpress.com. Diakses pada hari senin 10 November 2018 pukul
10.08 WIB
Hidayah. 2012. Pembuatan Preparat Squash Akar Bawang. www.Uruzukuyo.blogspot.com .
Diakses pada hari senin 10 November 2018 pukul 09.20 WIB
Rudyatmi, Ely. 2015. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang : Jurusan Biologi FMIPA Unnes
29