Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BIOLOGI UMUM

TENTANG SPESIES KOMODO

Varanus Komodensis

DISUSUN OLEH

Nama : Wahyudin Islamsyah

Nim : 1811201003

Dosen : Wiwit Prabowowati,S.Si.,M.Biotech.

PRODI BIOTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut Nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Panyayang, Saya Panjatkan Puja Dan Puji Syukur Atas Kehadirat-Nya, Yang
Telah Melimpahkan Rahmat, Hidayah, Dan Inayahnya Kepada Saya, Sehingga
Saya Dapat Menyelesaikan Makalah Biologi Umum temtang “spesies Varanus
Komodensis”

Makalah Ini Saya Susun Dengan Maksimal Dan Mendapatkan


Bantuan Dari Berbagai Pihak Sehingga Dapat Memperlancar Pembuatan
Makalah Ini. Untuk Itu Saya Sampaikan Terima Kasih Kepada Semua Pihak
Yang Telah Berkontribusi Dalam Pembuatan Makalah Ini. Terlepas Dari
Semua Itu, Saya Menyadari Sepenuhnya Bahwa Masih Ada Kekurangan Baik
Dari Segi Susunan Kalimat Maupun Tata Bahasanya. Oleh Karena Itu Dengan
Tangan Terbuka Saya Menerima Segala Saran Dan Kritik Dari Pembaca Agar
Saya Dapat Memperbaiki Makalah Ini. Akhir Kata Saya Berharap Semoga
Makalah Tentang Ini Dapat Memberikan Manfaat Maupun Inpirasi Terhadap
Pembaca.

Yogyakarta, September 2018


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
BAB I DESKRIPSI SPESIES..............................................................................................................................4
1.1.Sejarah Komodo............................................................................................................................4
1.2.Deskripsi spesies komodo………………………..…………………………………………………………………………………

1.3. Ciri Ciri komodo………………………………………………………………………………………………………………………..

BAB II . HABITAT..................................................................................................................................4
2.1.Deskripsi Spesies............................................................................................................................4
2.2.Habitat ..........................................................................................................................................5
2.3.Keunikan........................................................................................................................................6
BAB III KEUNIKAN .......................................................................................................................................9
PENUTUPAN............................................................................................................................................9
Kesimpulan..........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................10
BAB I
DESKRIPSI SPESIES
1.1.Sejarah Komodo Varanus Komodensis
Sekitar 40 juta tahun silam di Asia, muncul spesies komodo yang dimulai denganmarga
veranus, yang kemudian bermigrasi ke Australia. Selanjutnya 15 juta tahun yanglalu parabiawak
raksasa ini kemungkinan bergerak menuju wilayah yang dikenal sebagai Indonesia sekarang,
karena pertemuan lempeng benua Australia dan Asia Tenggara. Komodo diyakini berevolusi
dari nenek moyang Australia sekitar 4 juta tahun yang lampau, dan meluas penyebarannya
sampai sejauh Timor.Tentang Komodo Indonesia
Ketika tahun 1910 armada kapal Belanda menemukan makhluk misterius yang diduga "Naga"
mendiami wilayah Kepulauan Sunda Lesser. Selanjutnya oleh Letnan Steyn Van Hensbroek,
seorang penjabat Administrasi Kolonial Belanda di kawasan Flores temuan ini ditindaklanjuti.
Pada tahun 1912, Peter A. Ouwens, direktur Museum Zoologi di Bogor Tentang Komodo
Indonesia | mempublikasikan komodo kepada dunia lewat papernya. Dalam pemberitaannya,
Ouwens memberi saran nama kadal raksasa " Varanus komodoensis" untuk komodo, sebagai
pengganti julukan Komodo Dragon (Naga Komodo). Dipercaya sebagai hewan unik dan langka,
pada tahun 1915 pemerintah Belanda akhirnya menetapkan Pulau Komodo sebagai wilayah
konservasi.

1.2.Deskripsi spesies Komodo Varanus Komodensis

Klasifikasi ilmiah Komodo :


Kerajaan : animalia
Filum : chordate
Kelas : reptilian
Ordo : squamata
Upaordo : autarchoglossa
Famili : varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus Komodensis
Komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan panjang tubuh dapat mencapai 3 m.
Dalam bahasa lokal, komodo disebut sebagai “ora”. Saat ini distribusi alami komodo, secara
endemik terbatas pada lima pulau di Nusa Tenggara, yaitu Komodo, Rinca, Gili Motang, Nusa
Kode, dan Flores. Keempat pulau pertama tersebut berada dalam kawasan Taman Nasional
Komodo. Penyebaran komodo di Flores yang merupakan pulau terbesar hanya terbatas pada
daerah barat pulau (Wae Wuul) dan sebelah utara pulau (Riung).
Komodo (Varanus komodoensis) merupakan satwa yang masuk dalam daftar Appendix I
Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) dan
dikategorikan sebagai “vulnerable” atau “rentan” oleh International Union for the Conservation
of Nature and Natural Resources (IUCN). Sejak tahun 1986, komodo ditetapkan sebagai satwa
“rare” atau “langka” oleh IUCN Conservation Monitoring Centre. Oleh pemerintah Indonesian,
komodo termasuk satwa nasional dan dilindungi oleh beberapa aturan perundangan seperti PP
Binatang Liar tahun 1931, SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991, and PP No. 7 tahun 1999.
Komodo jantan dewasa dapat tumbuh lebih besar daripada betina, sehingga pada usia dewasa
tersebut, komodo jantan dapat dibedakan secara visual. Namun akan cukup sulit membedakan
antara komodo jantan remaja dengan komodo betina dewasa, apalagi pada usia yang lebih muda.
Sampai saat ini belum ditemukan ciri fisik yang dapat memastikan perbedaan komodo jantan
dengan betina, terutama pada usia muda. Komodo jantan dewasa terpanjang yang pernah diukur
adalah 3.05 m, sedangkan komodo terberat yang pernah diukur seberat 100.5 kg. Komodo
terberat tersebut diukur setelah memangsa rusa. Komodo diketahui dapat makan sampai 80%
berat tubuhnya. Ukuran komodo jantan dewasa dalam keadaan normal (tidak habis makan)
sekitar 50 sampai 60 kg, sedangkan berat komodo betina jarang yang melebihi 30 kg

1.3.Ciri-ciri Komodo ( Varanus komodoensis)


Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga memiliki sekitar 50 jenis bakteri bakteri
mematikan; lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur
ini. Membuat gigitan mereka fatal karena infeksi bakterinya. Biasanya setelah mengigit komodo
akan membiarkan mangsanya dulu sebelum memakannya. Namun tidak seperti hewan lainnya
mereka tahan kepada infeksi bakteri dari gigitan mereka sendiri
Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena giginya hampir seluruhnya dilapisi
jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan. Kondisi ini menciptakan lingkungan
pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka
Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potongan besar daging dan lalu menelannya bulat-
bulat sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran kecil
hingga sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan
F. Prilaku Makan Komodo
Komodo adalah hewan karnivora. Walaupun mereka kebanyakan makan daging bangkai,
penelitian menunjukkan bahwa mereka juga berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-
endap diikuti dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Ketika mangsa itu tiba di dekat
tempat sembunyi komodo, hewan ini segera menyerangnya pada sisi bawah tubuh atau
tenggorokan Komodo dapat menemukan mangsanya dengan menggunakan penciumannya yang
tajam, yang dapat menemukan binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer.
Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potongan besar daging dan lalu menelannya
bulat-bulat sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran
kecil hingga sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan. Isi perut mangsa yang
berupa tumbuhan biasanya dibiarkan tak disentuh. Air liur yang kemerahan dan keluar dalam
jumlah banyak amat membantu komodo dalam menelan mangsanya. Meski demikian, proses
menelan tetap memakan waktu yang panjang; 15–20 menit diperlukan untuk menelan seekor
kambing. Komodo terkadang berusaha mempercepat proses menelan itu dengan menekankan
daging bangkai mangsanya ke sebatang pohon, agar karkas itu bisa masuk melewati
kerongkongannya. Dan kadang-kadang pula upaya menekan itu begitu keras sehingga pohon itu
menjadi rebah Untuk menghindari agar tak tercekik ketika menelan, komodo bernafas melalui
sebuah saluran kecil di bawah lidah, yang berhubungan langsung dengan paru-parunya
Rahangnya yang dapat dikembangkan dengan leluasa, tengkoraknya yang lentur, dan
lambungnya yang dapat melar luar biasa memungkinkan komodo menyantap mangsa yang besar,
hingga sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam satu kali makan. Setelah makan, komodo
menyeret tubuhnya yang kekenyangan mencari sinar matahari untuk berjemur dan mempercepat
proses pencernaan. Kalau tidak, makanan itu dapat membusuk dalam perutnya dan meracuni
tubuhnya sendiri. Dikarenakan metabolismenya yang lamban, komodo besar dapat bertahan
dengan hanya makan 12 kali setahun atau kira-kira sekali sebulan. Setelah daging mangsanya
tercerna, komodo memuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut dan gigi mangsanya, dalam gumpalan-
gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk, gumpalan mana dikenal sebagai gastric pellet.
Setelah itu komodo menyapukan wajahnya ke tanah atau ke semak-semak untuk membersihkan
sisa-sisa lendir yang masih menempel; perilaku yang menimbulkan dugaan bahwa komodo,
sebagaimana halnya manusia, tidak menyukai bau ludahnya sendiri. Dalam kumpulan, komodo
yang berukuran paling besar biasanya makan lebih dahulu, diikuti yang berukuran lebih kecil
menurut hirarki Jantan terbesar menunjukkan dominasinya melalui bahasa tubuh dan desisannya;
yang disambut dengan bahasa yang sama oleh jantan-jantan lain yang lebih kecil untuk
memperlihatkan pengakuannya atas kekuasaan itu. Komodo-komodo yang berukuran sama
mungkin akan berkelahi mengadu kekuatan, dengan cara semacam gulat biawak, hingga salah
satunya mengaku kalah dan mundur; meskipun adakalanya yang kalah dapat terbunuh dalam
perkelahian dan dimangsa oleh si pemenang. Mangsa biawak komodo amat bervariasi,
mencakup aneka avertebrata, reptil lain (termasuk pula komodo yang bertubuh lebih kecil
burung dan telurnya, mamalia kecil, monyet,babi, kambing,rusa,kuda dan kerbau. Komodo muda
memangsa serannnga, telur, cecak, dan mamalia kecil. Kadang-kadang komodo juga memangsa
manusia dan mayat yang digali dari lubang makam yang dangkal. Kebiasaan ini menyebabkan
penduduk pulau Komodo menghindari tanah berpasir dan memilih mengubur jenazah di tanah
liat, serta menutupi atasnya dengan batu-batu agar tak dapat digali komodo. Ada pula yang
menduga bahwa komodo berevolusi untuk memangsa gajah kerdil stegodon yang pernah hidup
di flores Komodo juga pernah teramati ketika mengejutkan dan menakuti rusa-rusa betina yang
tengah hamil, dengan harapan agar keguguran dan bangkai janinnya dapat dimangsa; suatu
perilaku yang juga didapati pada predator besar di Afrika.
G. Makanan Komodo
Mangsa utama bagi komodo besar adalah rusa Timor (Cervus timorensis), yang cukup sering
diselingi dengan memangsa kerbau liar (Buballus bubalis) dan babi hutan (Sus scrofa). Kadang-
kadang mereka juga memangsa penyu hijau (Chelonia mydas), kuda liar (Equus cabalus),
monyet ekor panjang (Macacca fascicularis), dll. Komodo dengan ukuran yang lebih kecil akan
turut makan hasil tangkapan komodo besar jika komodo besar telah selesai makan atau mereka
berusaha mencurinya meskipun sering diusir komodo besar. Demkian juga dengan anak komodo,
sehingga terlihat adanya semacam hirarki dalam perilaku makan tersebut. Anak komodo juga
memangsa tikus (Komodomys rintjanus), kadal, tokek (Gekko gecko), ular (termasuk cobra/Naja
naja), burung beserta telurnya, and serangga. Oleh karena jaring-jaring makanan yang kompleks
ini, agar dapat mengkonservasi komodo dengan sukses, maka kita perlu juga mengkonservasi
dan mengelola habitatnya, termasuk di dalamnya semua mangsa tersebut, baik bagi komodo
besar maupun bagi anak dan bayi komodo.
H. Reproduksi Komodo
Musim kawin terjadi antara bulan Mei dan Agustus, dan telur komodo diletakkan pada bulan
September. Selama periode ini, komodo jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan
teritorinya dengan cara "bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri di atas kaki belakangnya.
Komodo yang kalah akan terjatuh dan "terkunci" ke tanah. Kedua komodo jantan itu dapat
muntah atau buang air besar ketika bersiap untuk bertempur. Pemenang pertarungan akan
menjentikkan lidah panjangnya pada tubuh si betina untuk melihat penerimaan sang betina.
Komodo betina bersifat antagonis dan melawan dengan gigi dan cakar mereka selama awal fase
berpasangan. Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya mengendalikan betina selama bersetubuh
agar tidak terluka. Perilaku lain yang diperlihatkan selama proses ini adalah jantan
menggosokkan dagu mereka pada si betina, garukan keras di atas punggung dan menjilat.
Kopulasi terjadi ketika jantan memasukan salah satu hemipenisnya ke kloaka betina.
Komodo dapat bersifat monogamus dan membentuk "pasangan," suatu sifat yang langka untuk
kadal.
Betina akan meletakkan telurnya di lubang tanah, mengorek tebing bukit atau gundukan sarang
burung gosong berkaki-jingga yang telah ditinggalkan. Komodo lebih suka menyimpan telur-
telurnya di sarang yang telah ditinggalkan. Sebuah sarang komodo rata-rata berisi 20 telur yang
akan menetas setelah 7–8 bulan. Betina berbaring di atas telur-telur itu untuk mengerami dan
melindunginya sampai menetas di sekitar bulan April, pada akhir musim hujan ketika terdapat
sangat banyak serangga.
Proses penetasan adalah usaha melelahkan untuk anak komodo, yang keluar dari cangkang telur
setelah menyobeknya dengan gigi telur yang akan tanggal setelah pekerjaan berat ini selesai.
Setelah berhasil menyobek kulit telur, bayi komodo dapat berbaring di cangkang telur mereka
untuk beberapa jam sebelum memulai menggali keluar sarang mereka. Ketika menetas, bayi-bayi
ini tak seberapa berdaya dan dapat dimangsa oleh predator.
BAB II HABITAT
2.1.Habitat

Komodo (Varanus komodoensis) merupakan reptil endemik yang sangat cocok/nyaman


tinggal di savana yaitu padang rumput dengan pohon yang jarang. Hal tersebut membuat Taman
Nasional Komodo yang terdiri dari 70% savana sangat cocok menjadi habitat satwa liar
ini.Vegetasi yang sering dijumpai di kawasan savana adalah jenis Setaria adhaerens, Chloris
barbata, Heteropogon concortus, Borassus flabellifer, dan Zizyphus jujuba.Menurut Mochtar
(1992) dalam Fahruddin (1998), habitat komodo rata-rata memiliki suhu 23C – 40C dengan
kelembaban 45% – 75%. Habitat komodo juga biasanya terdapat pada tempat dengan ketinggian
0-600 mdpl dengan rata-rata sudut kemiringan topografi 10 – 40.Komodo sangat langka dan di
alam liar ditemukan hanya di lima pulau, yaitu: Kepulauan Komodo, Rinca, Gili Montang dan
Gili Dasami – semua berada dalam Taman Nasional Komodo dan pulau Flores, di mana Komodo
menjelajah dengan bebas.Habitat kadal bisa apa saja dari hutan tropis kering, sabana sampai
sebuah hutan musim gugur. Tidak peduli di mana mereka tinggal, Komodo menyukai panas yang
ekstrim.
BAB III
PENUTUPAN
 Kesimpulan.
Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yangme
nyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan sudah
dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam jaringan
lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala
dantanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk
menghasilkan antiboditerhadap mereka. Sel-sel memori yang menetap akan
mencegah infeksi ulang ketikamereka kembali lagi berhadapan dengan antigen
penyebab penyakit yang sama diwaktu-waktu yang akan datang. Dengan
demikian, melalui vaksinasi, anak-anak mengembangkan kekebalan tubuh
terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah. Namun perlu juga di
ingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudahdilemahkan, jika
daya tahan anak atau host  sedang lemah, mungkin bisa jugamenyebabkan
penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika
akandivaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu
untuk imunisasi/vaksinasi.

DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Agus Hery. 2011. DNA rekombinan.
http://biomol.wordpress.com/bahan-ajar/organisme-trans/ (Diakses 28
Desember 2011).
Suwandi, Usman. 1990. Perkembangan Pembuatan Vaksin. Jakarta: Pusat
Penelitian danPengembangan PT Kalbe Farma.

Anda mungkin juga menyukai