Anda di halaman 1dari 33

I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ayam merupakan hewan yang dibudidayakan untuk tujuan produksi sebagai penghasil

pangan sumber protein hewani bagi masyarakat dan memiliki nilai ekonomis bagi manusia

yang memeliharanya. Di Indonesia ayam dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan produksinya

yaitu, ayam ras pedaging (broiler), ayam ras petelur (layer), dan ayam tipe dwiguna. Sedangkan

menurut bangsanya, ayam dibedakan menjadi ayam ras dan ayam bukan ras atau ayam lokal.

Bagian organ ayam yang tampak dari luar terdiri dari bagian kepala, leher, tubuh bagian

depan, dan tubuh bagian belakang. Di bagian kepala, terdapat paruh, jengger, cuping, dan pial.

Sementara tubuh bagian depan terdapat dada dan sayap serta di bagian belakang terletak

punggung, perut, ekor, paha, betis, dan cakar (Suprijatna, 2005).

Ayam jantan dan betina tentu memiliki perbedaan, baik dilihat dari bagian luar maupun

bagian dalam tubuhnya. Secara anatomi dan morphologi perbedaannya dapat dilihat dari

bentuk tubuh, bulu, jengger, dan kaki ayam.

Oleh karena itu, laporan ini dibuat agar dapat lebih memahami bagaimana perbedaan-

perbedaan yang terdapat dalam anatomi dan morphologi unggas jantan dan betina tersebut,

sehingga dapat dihubungkan dengan produksinya, serta dapat dijadikan sebagai alat

identifikasi produktifitas dari seekor ayam.

1.2. Identifikasi Masalah

(1) Bagaimana struktur anatomi dan morphologi pada ayam.

(2) Bagaimana struktur anatomi dan morphologi pada ayam broiler.

(3) Bagaimana struktur anatomi dan morphologi pada ayam layer.

(4) Bagaimana struktur anatomi dan morphologi ayam lokal.


1.3. Maksud dan Tujuan

(1) Memahami struktur anatomi dan morphologi pada ayam.

(2) Memahami struktur anatomi dan morphologi pada ayam broiler.

(3) Memahami struktur anatomi dan morphologi pada ayam layer.

(4) Memahami struktur anatomi dan morphologi pada ayam lokal.

1.4 Manfaat Praktikum

Dengan melakukan praktikum ini praktikan dapat memahami tentang anatomi dan

morfologi ayam diantaranya ayam broiler,ayam layer dan ayam lokal. Dengan memahami

struktur anatomi dan morfologi ayam praktikan mampu membedakan bangsa ayam dan

varietasnya.

1.5 Waktu dan Tempat

1.5.1 Hari/tanggal : Senin 18 Maret 2019

1.5.2 Waktu : Pukul 10.00 – 12.00 WIB.

1.5.3 Tempat : Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas

Peternakan Universitas Padjadjaran, Sumedang.


II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1. Anatomi

Istilah anatomi digunakan untuk menunjukkan ilmu yang mempelajari bentuk dan

struktur semua organisme (makhluk hidup). Secara harfiah kata itu berarti memotong dan

memisahkan menjadi bagian-bagian, dan digunakan oleh ahli-ahli anatomi pada jaman dahulu

untuk membahas dan menguraikan secara lengkap hasil pembedahan mayat (Frandson, 1992).

2.2. Morphologi

Morphologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar

dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari

organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh,

termasuk didalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar (Syamsuri, 2004).

2.3. Klasifikasi Ayam

Hirarki klasifikasi ayam menurut Rose (2001) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa
Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Divisi : Carina

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes

Family : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : Gallus gallus domestica sp

2.4. Ayam Pedaging


Ayam tipe pedaging yaitu jenis ayam yang sangat efisien menghasilkan daging.

Karakteristik tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu

merapat ke tubuh, kulit putih dan tidak mempunyai sifat mengeram (Blakely dan Bade, 1998 ;

Suprijatna dkk., 2005).

2.5. Ayam Petelur

Ayam tipe petelur yaitu jenis ayam yang sangat efisien menghasilkan telur.

Karakteristik tipe petelur adalah mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, warna kulit putih,

cuping telinga putih dan kerabang telur berwarna putih, produksi telur cukup tinggi yaitu 200

butir telur/ekor/tahun, efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak

memiliki sifat mengeram (Suprijatna dkk., 2005).

2.6. Ayam Lokal

Ayam Kampung merupakan salah satu ayam lokal di Indonesia dan duludikenal juga

sebagai ayam buras (bukan ras). Ayam Kampung banyak dipeliharakarena relatif mudah, tidak

memerlukan modal besar serta berperan dalammemanfaatkan sisa-sisa buangan dapur maupun

sisa-sisa hasil pertanian . Bobot badan padajantan lebih besar daripada betina (Sumanto dkk.,

1990 ; Mulyono dan Pangestu, 1996 ; Iskandar dkk., 2006).

Ayam Kampung memiliki warna bulu yang bervariasi. Moniharapon (1997)

menjelaskan mengenai warna bulu ayam Kampung jantan yaitu bulu leher dan sayap berwarna

lurik kuning, bulu punggung dan dada berwarna lurik hitam dan bulu ekor berwarna hitam

kehijauan, sedangkan pada betina yaitu bulu leher, punggung dan sayap berwarna lurik abu-

abu, bulu dada berwarna putih dan bulu ekor berwarna hitam keabuan. Moniharapon (1997)

menambahkan mengenai sifat kualitatif lainnya yaitu shank pada jantan berwarna putih,

sedangkan shank pada betina berwarna kuning, pial dan jengger berwarna merah dan bentuk

jengger tunggal (single). Rasyaf (1990) memberikan ciri yang lebih jelas dari segi bentuk tubuh

dan bulu, yaitu jantan memiliki bulu ekor sama panjang dengan panjang tubuh, berpenampilan
gagah, sedangkan betina bulu ekor lebih pendek dari panjang tubuh, memiliki ukuran badan

dan kepala yang lebih kecil.

Beberapa keunggulan lain dari ayam lokal yaitu mempunyai kemampuan bertahan dan

berkembang biak dengan baik, meskipun kondisi kualitas pakan yang rendah serta tahan

terhadap beberapa penyakit. Ayam lokal perlu dipertahankan melalui pemurnian dan

pemanfaatan secara optimal sebagai penyedia protein hewani (Sulandari dkk., 2007).

2.7. Kepala Ayam

Kepala ayam terdiri dari bagian jengger, mata, kelopak mata, bola mata, bulu mata,

telinga, daun telinga, pial, dan paruh. Ada beberapa tipe jengger, yaitu tunggal, rose, pea,

sushion, strawberry, walnut, dan v butter cup. dari beberapa tipe jengger tersebut, yang paling

umum yaitu tunggal, rose, dan pea. Tipe jengger sebagai akibat interaksi gena, tetapi besar

jengger berhubungan dengan perkembangan gonadal dan inensitas cahaya, yaitu natural aau

artifisial. Intensitas cahaya yang rendah mengakibatkan jengger besar (Suprijatna dkk., 2005).

Ilustrasi 1. Bagian-bagian Kepala ayam


Ilustrasi 2. Macam-Macam Jengger ayam

2.8. Kerangka Ayam

Ayam memiliki tulang yang kuat dengan susunan partikel yang padat dan timbangan

berat yang ringan. Timbangan yang ringan tetapi berat ini memungkinkan bangsa burung

memiliki kemampuan untuk terbang atau berenang bagi unggas air. Tulang punggung didaerah

leher dan otot dapat digerakkan. Tulang punggung tersebut membentuk suatu susunan kaku

yang memberikan kekuatan terhadap tubuh yang cukup kuat untuk menopang gerakan dan

aktifitas sayap (Akoso, 1993).

Ayam mempunyai banyak macam tulang yang berongga (tulang pneumatik) yang

berhubungan dengan fungsi dari sistem pernapasan. Beberapa tulang tersebut adalah tulang

tengkorak (skull), tulang lengan (humerus), tulang selangka (clavicle), tulang pinggang

(lumbal) dan tulang kemudi atau sacral vetebrae (Nesheim dkk., 1972).

Beberapa tulang pada unggas termasuk suatu tipe yang unik yang di dalam rongga

dalamnya terdapat sumsum tulang. Tulang sumsum merupakan suatu tulang sekunder

baru. Pada ayam petelur tulang sumsum terdiri atas kalsium tulang yang di dalamnya terdapat

ruang sumsum dengan anyaman tulang yang lembut dan porous yang berfungsi sebagai

sumber kalsium untuk membentuk kulit telur bila kalsium pada pakan rendah. Tulang sumsum

terdapat pada tulang kering (tibia), tulang paha (femur), tulang pinggul (pubic), tulang dada
(sternum), tulang iga (ribs), tulang hasta (ulna), tulang belikat (scapula) dan tulang kuku

atau toes (Nesheim dkk., 1978).

Sekitar 12 % dari jumlah keseluruhan tulang pada ayam betina dewasa tersusun atas

tulang sumsum. Ayam dara menjelang produksi telur pertama, 10 hari sebelumnya mulai

membentuk tulang sumsum. Ayam liar tulang sumsumnya menghasilan cukup kalsium untuk

membentuk kerabang, meskipun pada kondisi kalsium pada pakan rendah pada saat masa

bertelur. Penimbunan kalsium pada tulang ayam betina yang dipelihara hanya dapat mencukupi

kebutuhan pembentukan beberapa kerabang telur. Apabila kandungan kalsium pada pakan

rendah, maka ayam setelah bertelur sekitar 6 butir akan kehilangan sekitar 40% dari total

kalsium tulang (Nesheim dkk., 1978 ; Akoso, 1993).

Ilustrasi 3. Kerangka Ayam


2.9. Bulu Ayam

Sebagian besar bulu tersusun atas protein yang disebut keratin. Bulu berfungsi sebagai

pelindung tubuh dari luar, insulasi dari temperatur, identifikasi penyakit, defisiensi nutrien dan

produksi telur. Menurut Nesheim dkk. (1972) bahwa struktur dan bentuk bulu ukurannya

bervariasi pada bagian-bagian tubuh ayam, dan dapat digunakan untuk membedakan jenis

kelamin antara ayam jantan dan betina terutama pada bulu-bulu leher, sayap dan ekor. (North,

1978 ; Nesheim dkk. 1972)

Bulu-bulu besar pada sayap dan ekor pada waktu dan umur tertentu akan meluruh dan

tumbuh kembali, hal ini menunjukkan waktu tertentu ayam petelur saat keluar dari masa

produksi telur. Menurut North (1978) proses dari peluruhan bulu hingga tumbuhnya bulu baru

tersebut disebut molting dan proses ini dibawah kontrol kerja hormon. Penentuan jenis kelamin

ayam juga dapat ditentukan dengan adanya gen sex likage dengan melihat pertumbuhan bulu

dan warna bulu. Secara anatomis bulu dibagi menjadi plumae, plumulae dan phyloplumae.

Plumulae terdapat pada unggas yang masih muda dan kadang-kadang terdapat pada unggas

yang sedang mengerami telur. Plumulae terdiri dari calamus, rachis, barbae dan barbulae

tanpa adanya vexillum.Phyloplumae fungsinya belum jelas dan tumbuh jarang di seluruh tubuh.

Pada plumae terdapat calamus yang berupa tangkai dari bulu yang berbentuk memanjang

dengan rongga di dalamnya. Pada pangkal calamus terdapat lubang yang disebut umbilicus

inferior dan pada bagian distal disebut umbilicus superior. Pada umbilicus superior ke arah

rachis menjadi sulcus. Pada ayam muda kedua umbilicus tersebut dilalui oleh pembuluh

darah yang berguna untuk mengedarkan makanan kepada bulu-bulu muda. Vexillum terbentuk

oleh barbae (suatu cabang bulu ke arah lateral rachis) dan tiap barbae bercabang-cabang

menjadi barbulae. Barbulae ada dua macam, barbulae distal dan barbulae proximal. Barbulae

distal menuju ke arah ujung sayap dan mempunyai kait-kait yang disebut radioli. Barbulae

proximal adalah barbulae yang menuju ke arah pangkal sayap (North 1978 ; Nesheim dkk.,

1972 ; Radiopoetro, 1991).


Ilustrasi 4. Macam-Macam Bulu serta Bagian-Bagiannya

Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi Tectrices (bulu yang menutupi badan),

Rectrices (bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi sebagai

kemudi), Remiges (bulu pada sayap) yang dibagi lagi menjadi:remiges primarie yang

melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacarpalia; remiges

secundarien yang melekatnya secara cubital padaradial ulna; remiges tertier yang terletak

paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder daerah siku; Parapterum (bulu yang

menutupi daerah bahu), dan Ala spuria (bulu kecil yang menempel pada ibu jari). (Jasin, 1984)

2.10. Kulit Ayam

Kulit mempunyai fungsi sebagai penahan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh dan

sebagai insulasi panas tubuh. Kulit tidak mempunyai kelenjar minyak kecuali pada pangkal

ekor (uropygial). Kulit terdiri dari dua lapis yaitu bagian luar (epidermis) dan bagian dalam

(dermis). Epidermis biasanya menyusun pada bulu, paruh, sisik dan kuku. Dermis menyusun

pada comb, pial dan ear lobe. Warna kulit biasanya putih atau kuning. Warna kuning ini

biasanya disebabkan adanya xanthophylls dalam ransum (North, 1978).

Warna dan ukuran dari wattle dan comb dipengaruhi oleh fungsi dari hormon sex

terutama saat sekresi hormon pada saat pertumbuhan gonad. Pada shank dan kulit kombinasi
warna terjadi karena adanya pigmen pada bagian lapisan luar dan lapisan dalam pada kulit.

Warna kuning karena adanya pigmen karotenoid yang berasal dari pakan pada bagian

epidermis. Warna hitam karena adanya pigmen melanin pada epidermis begitu juga warna yang

gelap pada shank disebabkan pigmen melanin pada dermis dan epidermis. Warna biru karena

adanya pigmen melanin pada dermis dan warna hijau karena adanya pigmen lipokrom pada

epidermis dan melanin pada dermis. Pada ayam broiler moderen diseleksi warna kuning pada

shank dan kulit, hal ini disebabkan karena disukai oleh konsumen (Nesheim dkk., 1979).

Semua bangsa ayam mempunyai jengger walaupun beberapa jengger berukuran kecil.

Bagian subcuties jengger mengandung banyak pembuluh darah dan bagian corium merupakan

sebuah jaringan komplek yang terdiri atas kapiler darah . Warna merah pada jengger

dihubungkan pada darah di bawah sinus kapiler, sedangkan untuk beberapa ayam yang

mempunyai jengger berwarna hitam lebih berhubungan dan pigmen melanin (Nickel dkk.,

1977 ; Lucas dan Stettenheim, 1972).

Hutt (1949) menyatakan bahwa sejak domestikasi dari tetua unggas lokal modern,

secara jelas ditemukan sejumlah mutasi yang mempengaruhi jengger dan menghasilkan bentuk

jengger rose, pea, walnut, trifid, duplex, atau V dan side sprigs. Hal ini juga dinyatakan Lucas

dan Stettenheim (1972) yang mendukung bahwa terdapat beberapa modifikasi dari jengger

yang telah berkembang dalam proses domestikasi seperti buttercup, V-shaped, pea, rose, silkie,

strawberry dan cushion. Jengger tunggal (single comb) dibagi menjadi empat bagian yaitu

pangkal, tubuh, ujung dan bilah. Jengger pea adalah jengger dengan tampilan rangkap tiga atau

tiga jengger tunggal yang ukuran tingginya lebih rendah dibandingkan dengan single comb

atau buttercup comb. (Hutt 1949 ; Lucas dan Stettenheim 1972)

Hutt (1949) menyatakan bahwa P merupakan gen tipe jengger pea. Noor (2000)

menyatakan bahwa bentuk jengger tunggal (single comb) dikontrol oleh sepasang alel yang

resesif (rr). Jengger rose merupakan elaborasi lebih lanjut tipe pea comb dari pangkalnya.

Lebih lanjut Hutt (1949) menyatakan bahwa kondisi jengger ini disebabkan oleh gen dominan

R. (Hutt 1949 ; Lucas dan Stettenheim, 1972)

Jengger dimiliki oleh unggas jantan dan betina yang memiliki bentuk danukuran

beranekaragam pada setiap bangsa unggas. Semuabangsa ayam memiliki jengger dan beberapa
jengger berukuran kecil. Bagian subcuties di daerah jengger mengandung banyakpembuluh

darah dan yang di corium menjadi sebuah jaringan yang komplek dari kapiler. Pembuluh-

pembuluh tersebut akan semakin padatterutama selama periode kawin kemudian mengeras dan

berwarna merah cerahkarena darah yang dikandung yang dapat dilihat melalui epidermis.

Macam-macamdari bentuk jengger yaitu single, buttercup, V-shaped, pea, rose, silkie,

strawberry dan cushion (Nickel dkk., 1977 ; Lucas danStettenheim, 1972 ; Lucas dan

Stettenheim, 1972).

2.11. Kaki dan Shank Ayam

Cakar dan sebagian besar kaki tertutup sisik dengan berbagai warna. Warna kuning

disebabkan oleh pigmen karotenoid dari pakan pada epidermid bila pigmen melanin tidak ada.

Variasi warna hitam sebagai akibat pigmen melanin pada dermis dan epidermis. Apabila

terdapat warna hitam pada dermis dan warna kuning pada epidermis, cakar tampak berwarna

kehijauan. Dalam keadaan sepenuhnya tidak terdapat kedua pigmen tersebut, cakar berwarna

putih. Bagian kaki dan cakar ad jarialah hock, shank atau tulang kering atau cakar, dan toes

atau jari-jari kaki. Kebanyakan ayam memiliki empat jari di setiap kakinya, tetapi ada beberapa

bangsa ayam yang memiliki 5 jari kaki (Suprijatna dkk., 2005).

Ilustrasi 5. Bagian-Bagian Kaki Ayam


III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1. Alat
(1) Baki atau nampan
(2) Jangka sorong/pita ukur

3.2. Bahan
(1) Ayam Ras Petelur (Layer)
(2) Ayam Ras Pedaging (Broiler)
(3) Ayam Lokal Jantan dan Betina

3.3. ProsedurKerja

Setiap kelompok mengamati ketiga tipe ayam.


1. Seluruh tubuh 1. Tempatkan ayam di atas baki dan usahakan
dalam keadaan tenang.
2. Gambar dan sebutkan anatominya.
2. Kepala (1)Gambar kepala dan bagiannya.
(2)Amati bagian-bagian dari kepala seperti
jengger dan sebutkan jenis jenggernya.
(3)Amati juga bagian-bagian lainnya seperti
paruh, pial, lubang telinga, mata.
3. Bulu 1. Amati seluruh tubuh ayam yang berbulu,
bedakan di bagian mana terdapat bulu kontur,
plumulae, dan filoplumulae.
2. Pada bulu sayap perhatikan mana bulu
sekunder, primer dan bulu axial kemudian
gambar.
3. Cabut salah satu bagian bulu sayap kemudian
gambar dan tulis bagian-bagiannya.

4. Kaki 1. Gambar bagian kaki dan sebutkan bagiannya


2. Amati pigmentasi pada kaki.
3. Ukur panjang shank. Bandingkan shank dari
ketiga jenis ayam yang saudara amati.
IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 1. Ayam Ras Pedaging (Broiler)

No. Pengamatan Hasil Pengamatan

1. Seluruh Tubuh Ayam

2. Kepala
No. Pengamatan Hasil Pengamatan

3. Bulu

4. Kaki
Tabel 2. Ayam Ras Petelur (Layer)

No. Pengamatan Hasil Pengamatan

1. Seluruh Tubuh Ayam

2. Kepala
No. Pengamatan Hasil Pengamatan

3. Bulu

4. Keki
Tabel 3. Ayam Lokal Jantan

No. Pengamatan Hasil Pengamatan

1. Seluruh Tubuh Ayam

2. Kepala
No. Pengamatan Hasil Pengamatan

3. Bulu

4. Keki
Tabel 4. Ayam Lokal Betina

No. Pengamatan Hasil Pengamatan

1. Seluruh Tubuh Ayam

2. Kepala
No. Pengamatan Hasil Pengamatan

3. Bulu

4. Keki
4.2. Pembahasan

4.2.1 Anatomi dan Morfologi Ayam Jantan dan Betina

Fisik luar dari tubuh ayam terbagi menjadi empat bagian, yaitu :

a) Kepala,

b) Badan,

c) Ekor, dan

d) Kaki.

Di bagian kepala terdapat paruh, yang terdiri dari paruh atas (incisive) dan paruh bawah

(mandibula) yang bentuknya runcing melengkung, gunanya untuk mematuk makanan agar

masuk ke rongga mulut. Di antara kedua bagian paruh tersebut terdapat sendi

quadratum/quadratal yang mempertautkan keduanya agar paruh tersebut bisa bergerak untuk

mematuk makanan.

Di bawah paruh terdapat dagu. Pada dagu ini tergantung pial. Pada ayam jantan ada

pial yang bentuknya tunggal ada pula yang sepasang. Warna pial umumnya kemerah-merahan,

merah kehitaman atau hitam. Pada pipi terdapat telinga dan kuping telinga ada yang merah,

biru kehitaman, merah ungu atau putih.

Di atas kepala terdapat jengger alias balung. Jengger ayam jantan bentuknya lebih besar

dari ayam betina. Bentuk jengger untuk berbagai jenis ayam sangat berbeda-beda. Di bawah

kepala terdapat leher, pada leher terdapat bulu leher yang bentuknya panjang meruncing serta

mengkilap. Tapi ada juga jenis ayam tertentu yang lehernya tidak berbulu.

Di bawah leher terdapat bagian tubuh ayam. Terdiri dari punggung, pinggang (yang

bersambung dengan ekor), dada dan perut. Bagian badan di antara dada dan perut tertutup oleh

sayap. Seluruh badan tertutup oleh bulu. Diantaranya bulu sayap yang kecil dan besar dan

besar (bulu sayap yang kasar dan bulu tutup sayap), bulu bahu (bulu kasut dan bulu sayap

halus), bulu pinggang, bulu dada, bulu pinggang yang permai. Pada ekor terdapat bulu tutup

ekor, bulu ekor besar dan bulu ekor kecil yang sering kali bentuknya panjang melengkung ke

atas dan terjumbai ke bawah. Pada perut dan sekeliling dubur terdapat bulu halus.
Di bawah badan terdapat kaki. Bagian kaki yang terlihat adalah dari betis sampai ke

jari kaki. Sebab pada paha (betis ke atas) tertutup oleh bulu halus. Kaki pada ayam jantan dan

betina terdapat susuh (jalu) alias taji. Pada jenis ayam tertentu ada yang kakinya berbulu.

Kulit pada ayam banyak di tumbuhi bulu dan sisik. Kulit ini berfungsi untuk menjaga

kesehatan, yakni menahan bibit-bibit penyakit dari luar yang akan masuk kedalam tubuh. Kulit

bagian dalam di persambungkan dengan daging dengan selaput kulit tipis yang disebut jaringan

gemuk. Jengger dan pial yang terdapat pada kepala ayam sebenarnya jaringan kulit pula, tapi

banyak dialiri darah karena terdapat banyak jaringan pembuluh darah.

Kondisi bulu biasa dipakai sebagai petunjuk keadaan kesehatan ayam. Ayam sakit

keadaan bulunya kusut dan kusam. Setahun sekali ayam mengalami kerontokkan bulu,

terutama pada daerah sayap utama. Kerontokkan bulu ini pada ayam yang umurnya kurang

dari setahun, biasa dipakai untuk menentukan mutu ayam petelur tersebut.

Pada sehelai bulu terdapat batang bulu yang pangkalnya tertanam pada kantung bulu

didalam kulit. Yang tidak tertanam disebut bendera bulu. Batang bulu yang berbendera berisi

bahan sumsum. Bendera bulu terdiri dari cabang dan anak cabang bendera yang ujungnya

saling kait-mengkait.

Bentuk bulu ayam tiga macam, yakni bulu kasar (pada sayap untuk terbang, dan ekor

untuk kemudi), bulu pembalut (tumbuh di seluruh badan dengan batang pendek-pendek dan

lunak), serta bulu kapas (bentuk bulu sangat halus dan cabang-cabang benderanya tidak

terkait). Bulu kapas dan pembalut bertugas menjaga suhu tubuh agar tetap panas dan stabil.

4.2.2 Sistem Reproduksi Ayam Jantan dan Betina

a) Sistem Reproduksi Jantan

Sistem reproduksi jantan terdiri dari 2 testis. Testis tidak pernah turun ke dalam

skorotum eksternal seperti pada mamalia. Testis terdiei dari saluran tubulus seminiferus

yang menuju ke ductus deferent.

b) Sistem Reproduksi Betina

Sistem reproduksi betina terdiri dari ovarium dan oviduct

1. Ovarium
Ovarium bertanggung jawab atas pembentukan kuning telur

2. Oviduct

3. Infudibulum, berfungsi untuk menangkap kuning telur (15 menit), dan tempat

terjadinya fertilisasi

4. Magnum, memberi albumen, selama 3 jam

5. Isthmus, membentuk membran kerabangg bagian dalam dan bagian luar, selama1,5

jam

6. Uterus, terjadi klasifikasi kerabang telur, selama 18-20 jam

7. Vagina, penyimpanan kutikula di kerabang sehingga membentuk pori-pori, selama

beberapa menit saja.

Proses pembentukan telur memerlukan waktu 23-26 jam dari proses pembentukan

kuning telur hingga terbentuknya telur yang siap dikeluarkan.

c) Perkembangan Embrio

Perkembangan awal struktur pada ungggas berlangsung di dalam tubuh induk setelah

terjadi fertilisasi, saat telur dalam tubuh. Perkembangan berlanjut setelah telur di tetaskan atau

di eramiinduk. Ketika awal perkembangan terjadinya diferensi, terjadi tiga lapisan sel. Ketiga

lapisan sel tersebut akan di kembang kan menjadi berbagai organ dan sistem tubuh.

- Perkembangan telur sebelum keluar tubuh dan di luar tubuh

1. Setelah fertilisasi, terbentuk zygote, perkembangan embrional di mulai

2. Sekitar 5 jam setelah ovulasi pembelahan sel pertama berlangsung, pembelahan

selanjutnya 20 menit kemudian

3. Satu jam kemudian, saat telur meninggalkan isthmus pembelahan membentuk 16 sel

4. Sekitar 4 jam berada di dalam uterus terebentuk 256 sel sebagai blastoderm

- Blastoderm berdiferensiasi menjadi :

1. Lapisan pertama, ektodermis (membentuk kulit, bulu, paruh, kukuy, sistem syaraf,

lensa dan retina mata, serta lapisan mulut dan vent)

2. Lapisan kedua, entodermis (membentuk organ saluran pencernaan dan respirasi serta

sektori)
3. Lapisan ketiga akan terbentuk pada saat telur ditetaskan atau di erami induk. Lapisan

ketiga, mesodermis (membentuk tulang, darah, serta organ reproduksi dan organ

ekskretori)

Oleh karena pada unggas embrio tidak memiliki hubungan langsung dengan induknya

selama perkembangan embrinal maka zat-zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan

embrio berasal dari telur itu sendiri. Penyerapan zat-zat makanan dan metabolisme selama

perkembangan embrio dalam telur dapat berlangsung karena adanya membran

ekstraembrional. Terdapat 4 membran ekstraembrional yang memiliki peranan penting selama

perkembangan embrional yaitu amnion dan chorion, yolk sac, dan allantois.

4.2.3 Anatomi dan Morfologi Ayam Pedaging (Broiler)

Berdasarkan hasil pengamatan saat praktikum, secara fisik ayam broiler mempunyai

warna bulu dominan putih dan tidak terdapat bulu - bulu yang berwarna lain pada tubuhnya,

bagian dada yang lebar, ukuran badan relative besar dan padat. Secara garis besar bagian –

bagian luar tubuh ayam meliputi bagian kepala dan leher, badan, kaki dan ekor. Pada saat

dipegang secara mendadak ayam ini terlihat tenang dan tidak banyak bergerak, hal ini sesuai

dengan pernyataan Suprijatna, dkk, (2005) yang menyebutkan bahwa karakteristik ayam

ppedaging salah satunya adalah bersifat tenang. (Suprijatna, dkk., 2005)

Di bagian kepala ayam terdiri dari paruh, mata, kelopak mata, lubang telinga, lubang

hidung, jengger dan pial. Jengger ayam pedaging ini berbentuk single dan tidak terlalu besar.

Selain jengger, terdapat pula sepasang pial di bagian kedua sisi rahang bawah di bagian basal

paruh.

Kaki pada ayam broiler ukurannya lebih pendek dibandingkan dengan ukuran kaki pada

ayam lainnya karena disesuaikan dengan ukuran tubuhnya yang besar. Warna kulit ayam ini

putih, hal ini sesuai dengan pendapat North (1978) yang menyatakan bahwa warna kulit ayam

pedaging biasanya putih atau kuning. Shank pada ayam pedaging ini berwarna kuning. Hal ini

juga dijelaskan oleh Nesheim dkk. (1979) bahwa warna kuning pada shank ayam dikarenakan

adanya pigmen karotenoid yang berasal dari pakan pada bagian epidermis. (North 1978 ;

Nesheim dkk. 1979)


4.2.4. Anatomi dan Morfologi Ayam Petelur (Layer)

Berdasarkan hasil pengamatan saat praktikum, terlihat pada umumnya bagian tubuh

ayam terdiri dari kepala, badan, ekor dan kaki. Kepala ayam petelur lebih kecil, tubuhnya lebih

tinggi dan ramping dibandingkan dengan ayam broiler karena memang difokuskan hanya untuk

bertelur. Jarak antar tulang pubis dan jarak antara tulang pubis dengan tulang sternum pada

ayam petelur yang diamati yaitu 3 jari orang dewasa. Ini menunjukkan bahwa ayam tersebut

sedang dalam keadaan produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) yang

menyatakan bahwa ciri-ciri ayam petelur salah satunya adalah jarak antar tulang sternum dan

kloaka 4-5 jari dan jarak antara dua tulang pubis minimal 3-4 jari. (Yuwanta 2004)

Bulu yang menutupi seluruh bagian tubuhnya dominan berwarna cokelat muda. Dilihat

dari bulunya, ayam petelur ini sedang dalam keadaan produktif karena belum terjadi molting

atau proses perontokkan bulu. Selama ayam betina merontokan bulu, produksi telur berhenti.

Kepala ayam umumnya terdiri dari paruh, jengger, cuping dan pial. Jengger ayam petelur yang

diamati berbentuk single, ukurannya lebih besar dibandingkan dengan jengger ayam pedaging

dan warnanya merah pucat. Bagian kaki atau shank pada ayam petelur berwarna kuning pucat,

bentuknya ramping, sedikit kering dan lebih panjang dibandingkan ayam pedaging. Hal ini

menunjukkan bahwa ayam petelur yang diamati sedang dalam keadaan produktif.

4.2.5. Sistem Kerangka Pada Unggas

Unggas adalah hewan bipedal, yaitu berdiri pada kedua kakinya. Namun demikian,

struktur dasar kerangka unggas umumnya analog dengan mamalia. Beberapa perbedaan

terdapat pada bagian tertentu, yaitu sebagai berikut:

(1) Unggas memiliki Sepasang ekstra tulang pada daerah bahu, disebut

coracoid . Sepasang tulang ini mendukung pergerakan sayap dan mendukung melekatnya

saya pada tubuh.


(2) Tulang leher (vertebrae cervicalis) pada unggas membentuk suatu

bangun seperti huruf S yang menghubungkan bagian kepala dengan tubuh. Tulang leher

ini berbeda jumlahnya untuk setiap jenis nggak. Pada ayam berjumlah 13-14 ruas, itik 15

ruas, dan Angsa 17-18 ruas. Bentuk leher yang demikian ini berfungsi sebagai pegas yang

mampu mengurangi pengaruh tekanan balik dari tubuh terhadap kepala pada saat unggas

mendarat setelah terbang. Selain itu, susunan tulang leher yang demikian ini juga

memudahkan bagi unggas untuk menggerakkan leher secara bebas.

(3) Tulang belakang atau columna vertebralis (sepanjang punggung) Dan

pinggul pada unggas terdiri dari beberapa tulang yang menyatu. Konformasi punggung

yang kaku ini mendukung kuat bagi melekatnya otot sayap dan pergerakan sayap pada saat

terbang.

(4) Terdapat satu lunas yang besar, serta tulang Panggul yang kuat, dan

kokoh pada ileum. Tulang velvic tidak menyatu. Hal ini berfungsi untuk mempermudah

pengeluaran telur pada saat Opiposisi. Velvic cenderung akan meluas pada saat ayam akan

bertelur dan merapat saat telah selesai bertelur.

Sayap tersusun atas tulang seperti halnya pada organ Ekstremitas depan pada mamalia.

Demikian pula dengan kaki, terdiri dari tulang seperti pada mamalia. Akan tetapi, tulang pada

Mat top Tarsus umum dijumpai pada mamalia pada unggas telah bersatu dan memanjang untuk

membentuk Cakar.

Sistem kerangka pada unggas berkaitan dengan sistem respirasi, beberapa tulang

bersifat pneumatic, yaitu berlubang dan berhubungan dengan sistem respirasi. Tulang tulang

ini berfungsi sebagai tempat penampungan udara dan meringankan berat tubuh saat terbang.

Tulang tersebut adalah tulang Tengkorak. Sayap, luas, selangka, dan beberapa tulang belakang

( Lumbar vertebrae dan sacral vertebrae). Apabila terjadi penyumbatan pada trachea sehingga

udara tidak dapat masuk ke dalam tubuh, tetapi salah satu bagian dari tulang ini terbuka,

misalnya tulang sayap maka unggas akan tetap bernapas.

Produksi telur pada ayam memerlukan kecukupan kalsium karbonat untuk membentuk

Karabang. Untuk memenuhi kebutuhan ini terdapat suatu struktur tulang yang disebut
medullary bones (tulang pipa), yaitu tibia, femur, pubic bones, sternum, ribs, toes, ulna dan

scapula. Tulang ini mempunyai rongga Sumsum dengan tulang yang halus yang saling Terjalin

dengan baik. Fungsinya sebagai tempat penimbunan kalsium. Kalsium ini dapat dimobilisasi

saat pakan kekurangan kalsium, terutama pada saat produksi telur. Pada ayam dewasa, hampir

12% tulang merupakan tulang ini tulang ini mempunyai rongga Sumsum dengan tulang yang

halus yang saling Terjalin dengan baik. Fungsinya sebagai tempat penimbunan kalsium.

Kalsium ini dapat dimobilisasi saat pakan kekurangan kalsium, terutama pada saat produksi

telur. Pada ayam dewasa, hampir 12% tulang merupakan tulang ini. Pada tulang rusuk, 30%

nya merupakan tulang jenis ini. Struktur tulang demikian ia tidak ditemukan pada ayam jantan

atau betina yang sedang bertelur. Akan tetapi, tulang ini dapat dibentuk dengan menambahkan

hormon Estrogen. Ayam dara mulai membentuk tulang merdu uler ini sekitar 10 hari menjelang

pembentukan telur pertama. Namun, cadangan kalsium pada tulang ini hanya dapat

menyediakan untuk beberapa butir telur saja. Sekitar 40% kalsium tulang ini akan habis setelah

bertelur 6 butir, bila kondisi pakan kekurangan kalsium.

4.2.6. Ayam Lokal Jantan dan Betina

Dari hasil pengamatan saat praktikum, dapat dibedakan antara ayam lokal jantan dan

betina. Pada ayam jantan terdapat taji (spur), bulu ekor utama (main tail feathers), jengger dan

pial relatif lebih besar dibandingkan dengan ayam betina. Jengger atau pial dijadikan pembeda

antara ayam kampung jantan dan betina seperti jengger ayam kampong jantan sendiri adalah

single, sedangkan ayam betina memiliki jengger bentuk pea.

Pada dasarnya bagian tubuh ayam kampung tidak jauh berbeda dengan jenis unggas

lain, hanya saja perbedaan pada segi tubuh yang dipenuhi dengan bulu. Selain warna bulu ayam

kampung yang sangat bervariasi, ayam kampong jantan pun memiliki bulu yang sangat khas

di bagian lehernya yaitu bulu yang panjang. pada umumnya bulu leher ayam kampung sangat

menarik perhatian oleh kelebatanya, semakin lebat bulu leher ayam kampung jantan semakin

bagus kualitas ayam tersebut. Hal ini juga dijelaskan oleh Moniharapon (1997) bahwa warna

bulu ayam kampung jantan yaitu bulu leher dan sayap berwarna lurik kuning, bulu punggung dan

dada berwarna lurik hitam dan bulu ekor berwarna hitam kehijauan, sedangkan pada betina yaitu
bulu leher, punggung dan sayap berwarna lurik abu-abu, bulu dada berwarna putih dan bulu ekor

berwarna hitam keabuan. (Moniharapon 1997)

Pada ayam kampung jantan bulu penutup ekor berbeda dengan bulu pangkal ekor. Ini

juga dijadikan penandan antara ayam jantan dan betina karena bulu ekor ayam kampung jantan

lebih panjang dari bulu ekor ayam kampung betina. Ayam kampung jantan memiliki tungkai

kaki, kuku dan taji. Taji itu sendiri hanya dapat ditemukan di ayam kampung jantan saja, walau

pada dasarnya di ayam kampung betina pun memiliki taji namun tidak aktif dan tidak

berfungsi, lain halnya dengan taji yang dimiliki ayam kampung jantan, tajinya dapat dijadikan

sebagai pengukur umur ayam pejantan dan penjaga keseimbangan badan ayam tersebut.
V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

(1) Struktur anatomi dan morphologi pada ayam umumnya terdiri dari

kepala,badan,ekor,kaki.

(2) Anatomi dan morphologi ayam broiler yaitu badan yang besar,kaki pendek dan sifat

lebih tenang.

(3) Anatomi dan morphologi ayam layer yaitu badan lebih ramping,produksi telur tinggi

dan cepat dewasa.

(4) Anatomi dan morphologi ayam lokal yaitu tubuh relatif kecil,kekebalan tinggi dan

lambat berkembang biak.

5.2. Saran

Berdasarkan pelaksanaan praktikum Produksi Ternak Unggas kali ini mengenai

anatomi dan morphologi ayam, untuk semua materi yang diberikan sudah cukup baik.

Sebaiknya untuk pelaksanaan praktikum selanjutnya mengenai anatomi dan morphologi ayam

ini, bahan atau objek pengamatan disediakan untuk masing- masing kelompok, sehingga

pelaksaan praktikum lebih efektif serta penggunaan waktu praktikum dapat lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Akoso, Budi Tri. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Blakely, J & D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Edjeng suprijatna. 2005. Ilmu dasar ternak unggas. Penebar swadaya: jakarta

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak edisi keempat. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Hutt, F.B. 1949. Genetics of the Fowl. McGraw-Hill Book Company, Inc. New
York.

Jasin, M. 1984. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Sijaya.


Surabaya.

Lucas, A. M. & P.R. Stettenheim. 1972. Avian Anatomy Integument Part II. United
States Department Of Agriculture. Washington D. C.

Moniharapon, M. 1997. Studi Sifat - Sifat Biologis Ayam Kampung dan Ayam
Gembadi Maluku Sampai Dewasa Kelamin. Tesis. Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mulyono, R.H. & R.B. Pangestu. 1996. Analisis Statistic Ukuran - Ukuran Tubuh
dan Analisis Karakter – Karakter Genetic Eksternal pada Ayam Kampung,
Pelung, dan Kedu. Seminar Hasil – Hasil Penelitian Institut Pertanian Bogor.
Hal : 17-21.
Nesheim. 1972. Poultry Production. 13thed. Lea and Febiger. Philadelphia.

Nesheim, M. C., R. E. Austic& L. E. Card, 1972. Polutry Production. 12thed.


Lea and Febiger. Philadelphia.

Nickel, R., A. Schummer, E. Seiferle, W.G. Siller, & P.A.L. Wright. 1977. Anatomy
of The Domestic Birds. Verlag Paul Parey. Berlin-Hamburg.

Nishida, T., K. Nozawa, Y. Hayashi, T. Hashiguchi, & S.S. Mansjoer. 1982. Body
Measurement and Analysis of External Genetic Characters of Indonesian
Native Fowl. The Origin and Phylogeny of Indonesia Native Livestock. The
Research Group of Overseas Survey.

Noor, R.R. 2000. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.

North, M. O., 1978. Commercial Chicken Produkction Manual. 3thed. AVI Pub.
Co. Inc., Westport. Connecticut.
36

Radiopoetro. 1991. Zoology. Erlangga. Jakarta.

Rose, S.P. 2001. Principles of Poultry Science. CAB International.

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Sulandari S., M. S. S. Zein, S. Paryanti, T. Sartika, M. Astuti, T. Widjastuti, E.


Sujana, S. Darana, I. Setiawan, & Dani G. 2007. Sumberdaya Genetik Ayam
Lokal Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Sumanto, E., Juarini, S., Iskandar, B., Wibowo, Santoso, Ratnadi, & N. Rusmana.
1990. Pengruh Perbaikan Tatalaksana tehadap Penampilan Usaha Ternak
Ayam Buras di Desaa Pangradin: Suatu Analisa Ekonomi. Ilmu dan
Peternakan.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono, & R. Kartasujana. 2005. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Tim Praktikum Produksi Ternak Unggas. 2015. Penuntun Praktikum Produksi


Ternak Unggas. Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran. Sumedang.

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.


LAMPIRAN

Distribusi Tugas

No. Nama Tugas

1 Annisa Mustika (200110170079) Daftar Ilustrasi,Daftar Tabel, Kata

Pengantar dan Editor

2 Abi Widya (200110170080) Pendahuluan, Kajian kepustakaan, Alat

bahan dan prosedur kerja, kesimpulan


dan saran.

3 Alfi Hanafy (200110170097) Daftar Isi

4 Fenni Farida (200110170093) Pembahasan sistem kerangka unggas

5 Hidayat Fauni (200110170262) Hasil Pengamatan

6 Alvin Lienando (200110170198) Pembahasan anatomi dan morfologi

ayam jantan dan betina

Anda mungkin juga menyukai