Anda di halaman 1dari 3

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk :

1. Dapat merangkai kandang metabolic dengan benar


2. Mengetahui cara penggunaan kandang metabolic
3. Mengetahui cara koleksi sampel pakan, minum, urine, dan feses mencit

Alat dan Bahan

Alat

1. Kandang metabolik
2. Neraca digital
3. Gelas ukur
4. Pinset

Bahan

1. Mencit
2. Pellet susu A
3. Air mineral
4. Alcohol 70%
5. Tissue

Pembahasan

Air minum mencit

Kebutuhan air minum mencit adalah 15 ml/100 gram/hari (sekitar 5-8 ml/ekor/hari)
sedangkan kebutuhan berat pakan kering sekitar 15 gram/100 gram/hari (sekitar 48
gram/ekor/hari). Pakan dan asupan air minum dipengaruhi oleh kondisi suhu lingkungan, misal
kenaikan suhu udara 29-33 °C dimana membuat asupan pakan mencit berkurang. Mencit harus
mendapatkan akses air minum ad libitum, dan air minum tidak boleh tercemar mikroorganisme.
Mencit mengkonsumsi makanan dan air minum pada mencit terjadi dalam beberapa jam pada
fase gelap, meskipun makanan kecil dapat dimakan sepanjang hari (Zhutpen, 1993).
Semakin aktif suatu mencit, dimana semakin banyak bergerak maka cairan didalam
tubuhnya akan berkurang pula. Oleh karena itu, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
tersebut, maka mencit banyak mengkonsumsi air minum sehingga mengurangi konsumsi pakan.
Secara umum, konsumsi air minum mencit meningkat seiring dengan bertambahnya umur,
namun penurunan konsumsi air minum dapat terjadi. Seperti halnya dengan mencit yang diuji
cobakan pada percobaan kali ini, air minum dari mencit berkurang sekitar 5 ml, dalam waktu 24
jam/sehari, sehingga untuk minum dari mencit tersebut normal, berdasarkan teori yang ada.
Namun ada faktor yang mempengaruhi suatu penurunan jumlah minum dari mencit.
Dimana hal tersebut dapat disebabkan karena suhu dan kelembaban kandang yang tinggi. Suhu
lingkungan yang tinggi dimana meningkatkan konsumsi air minum, namun kelembaban
kandang pada waktu yang sama sangat tinggi juga, sehingga mencit mengurangi konsumsi air
minum. Amrullah (2003) menyatakan bahwa kelembaban yang tinggi menyebabkan uap air
tubuh tidak dapat diserap oleh udara sekitar. Air dalam tubuh memiliki fungsi sebagai pengatur
suhu tubuh, karena air dapat menyerap panas yang dihasilkan dari metabolisme tubuh. Untuk
mengeluarkan panas tubuh tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah
pembuangan air melalui saluran pencernaan, melalui kulit serta melalui pernapasan. Untuk
mengatasi hal ini maka mencit mengurangi konsumsi air minum dan mengkonsumsi pakan
dalam jumlah yang cukup (sedikit naik, tetapi masih termasuk kedalam konsumsi pakan yang
normal) sehingga pembuangan air dapat dilakukan melalui saluran pencernaan. Sejumlah air
yang hilang tersebut harus diganti dengan cara mengkonsumsi air minum (Tillman et al., 1989;
Piliang dan Djojosoebagio, 2006). Faktor yang mempengaruhi konsumsi air minum adalah suhu
dan kelembaban kandang, (NRC, 1995), lingkungan dan aktivitasnya (Inglis, 1980).

Feses

Pada percobaan yang dilakukan, diketahui berat feses dari mencit sekitar 1 gr, hal ini
menandakan bahwa feses yang dihasilkan sedikit. Namun berdasarkan jumlah pakan yang
dimakan, yaitu sebesar 0,5 gr, maka berat fesesnya melebihi dari makanan yang dimakan, hal ini
terjadi mungkin karena sebelum dimasukkan ke dalam kandang metabolik, mencit sudah dalam
keadaan kenyang/sudah memakan makanan selain dari pellet yang disediakan di kandang
metabolik. Urin dan feses mencit yang dihasilkan sedikit banyaknya dapat dipengaruhi oleh
metabolisme tubuh mencit. Rendahnya metabolisme tubuh mencit karena disebabkan oleh
konsumsi pakan dan air minum mencit yang rendah, sehingga feses yang dihasilkan sedikit (
Oktaviana, 2007).
Daftar Pustaka

Inglis, J. K. 1980. Introduction to Laboratory Animal Science and Technology. Pergamon Press,
Oxford, British.

Piliang, W. G. dan S. Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi. Volume I. IPB Press, Bogor.

Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan Kedua. Lembaga Satu Gunung Budi,
Bogor.

National Research Council. 1995. Nutrient Requirement of Laboratory Animals. Fourth Ed.
National Academy Press, Washington.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1989.


Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Zutphen LFM, Baumans V and Beynen AC (Eds). 1993. Principles of laboratory animal
science. Elsevier Science pp 17, 34, 35, 40 – 44

Oktaviana, U. D. 2007. Pengaruh taraf penambahan zeolit dalam ransum terhadap performa
mencit (Musmusculus) hasil induk litter size kedua. Skripsi. Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor, Bogor

Anda mungkin juga menyukai