Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TERNAK UNGGAS


TINGKAH LAKU AYAM

Disusun oleh :

Aditya Rendy Saputra


17/413005/PT/07393
Kelompok 4

Asisten : Rohma Dona Sari

LABORATORIUM ILMU TERNAK UNGGAS


DEPARTEMEN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
PENDAHULUAN
Tingkah laku atau perilaku secara umum dapat didefinisikan
sebagai gerak atau perubahan gerak makhluk hidup, termasuk
perubahan dari bergerak ke tidak bergerak sama sekali. Tingkah
laku adalah salah satu karakter paling penting dari unggas karena
merupakan jembatan antara aspek fisiologis terutama sistem
koordinasi atau syaraf dan endokrin unggas dan lingkungan
sekitarnya. Tingkah laku juga merupakan barisan pertama
pertahanan (first line of defence) dari unggas dalam merespon
ancaman dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya
(Prayitno dan Sugiharto, 2015).
Tingkah laku ayam adalah suatu bentuk aktivitas ayam yang
melibatkan fungsi fisiologis sebagai hasil dari perpaduan antara
aktivitas keturunan dengan pengaman individu dalam menanggapi
atau menghadapi suatu objek. Fungsinya untuk memungkinkan
seekor ayam menyesuaikan diri terhadap perubahan keadaan, baik
eksternal maupun internal. Sekelompok pola tingkah Iaku yang
dengan fungsi-fungsi umum yang sama membentu sistem tingkah
laku (Rahmadi, 2015).
Tujuan praktikum tingkah laku ayam adalah untuk
mengetahui pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku ayam.
Manfaat praktikum tingkah laku ayam adalah untuk mengetahui
cara pengaturan lingkungan yang tepat terhadap ayam. Manfaat
lainnya adalah dapat mengetahui tingkah laku ayam pada kandang
yang berbeda.
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum sistem behavior
ayam adalah stopwatch, jam, thermohygrometer, clip board, alat
tulis, dan lembar kerja.
Bahan. Bahan yang digunakan saat praktikum tingkah laku
ayam adalah ayam layer yang berada pada dua jenis kandang yang
berbeda yaitu kandang litter dan kandang wire.
Metode
Salah satu ayam dalam kandang tipe litter, dan wire diamati
tingkah lakunya yang berupa walking, feeding and drinking, resting,
foraging, dan preening serta suhu dan kelembaban selama satu
jam kemudian hasilnya dicatat dalam lembar kerja.
PEMBAHASAN
Tingkah laku ayam
Tingkah laku hewan adalah reaksi seluruh organisme pada
rangsangan tertentu atau cara bereaksi terhadap lingkungannya.
Tingkah laku adalah hal yang penting dalam proses domestikasi
hewan oleh manusia. Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 1. Data presentase tingkah laku ayam
Alas kandang
Tingkah laku Wire Litter
Pagi Siang Sore Total Pagi Siang Sore Total
Walking 105 121 141 4 885 515 258 17
Feeding and
368 409 433 13 0 110 378 5
Drinking
Resting 690 2100 1047 42 1552 470 2137 43
Foraging 5 11 24 1 252 2235 575 32
Preening 1445 650 1537 40 11 1,62 255 3

Terdapat lima tingkah laku yang diamati pada praktikum


tingkah laku ayam, yaitu preening, feeding and drinking, resting,
walking, dan foraging. Tingkah laku preening pada ayam berfungsi
sebagai ekspresi kenyamanan ayam dalam kandang. Perilaku
preening atau menilisik bulu pada umumnya dilakukan sambil
rebahan. Perilaku preening ini sering dilakukan secara individu
maupun berpasangan, biasanya preening diikuti oleh perilaku
menggaruk kepala oleh kakinya, preening yang dilakukan sendiri
pada umumnya mulai dari bulu punggung hingga ekor, bulu sayap
kemudian sampai bulu bawah kaki.
Walking adalah tingkah laku yang berupa ayam berjalan-jalan
dari tempat satu ketempat yang lain. Walking diperlukan ayam
untuk beradaptasi dengan lingkungan dan sekitarnya. Sinaga
(2016) menyatakan bahwa tingkah laku walking merupakan tingkah
laku ayam berjalan, berlari, melompat, dan terbang. Walking ayam
adalah tingkah laku berjalan terjadi apabila ayam merasa terganggu
dan dalam sikap waspada. Walking berfungsi untuk persiapan ayam
terhadap lingkungan. Hasil praktikum yang didapatkan pada
kandang wire yaitu pagi 105 detik, siang 121 detik, sore 141 detik.
Kandang litter didapatkan hasil pada pagi 885 detik, siang 515
detik, sore 258 detik. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkah laku
walking ayam lebih banyak terjadi di sore hari pada kandang wire
dan pagi hari di kandang litter. Presentase tingkah laku walking di
kandang litter lebih tinggi dibanding kandang wire. Utami (2015)
menyatakan bahwa ayam memiliki kecenderungan untuk berjalan di
pagi dan sore hari karena pada saat suhu lingkungan lebih sejuk
dibandingkan pada siang hari. Aktivitas walking di siang hari lebih
rendah karena suhu lingkungan yang lebih tinggi. Berdasarkan
praktikum yang dilakukan, aktivitas walking ayam pada kandang
litter adalah sebesar 17% dari total aktivitas ayam tersebut.
Aktivitas walking ayam pada kandang wire sebesar 4% dari total
aktivitas ayam tersebut. Aktivitas walking lebih banyak di kandang
litter dibanding kandang wire. Hasil yang didapat telahsesuai
dengan literatur. Sulistyoningsih (2004) menyatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi walking yaitu mengurung ayam akan
menyebabkan ayam menghabiskan waktunya untuk berjalan
sebelum bertelur, dimana kejadian ini sering terlihat pada kandang
litter tebal dan kandang bebas.
Feeding merupakan aktivitas mengambil dan memilah pakan
pada hewan ayam. Feeding merupakan tingkah laku alamiah ayam
untuk mencari makanan memenuhi kebutuhan nutriennya.Iskandar
et al.(2009) menyatakan bahwa feeding berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan akan energi, kegiatan feeding meliputi kegiatan mencari,
menemukan, memilih dan mengonsumsi pakan. Drinking
merupakan tingkah laku ayam berupa meminum air untuk
memenuhi kebutuhan air di dalam tubuhnya. Fungsi ayam
melakukan drinking adalah sebagai upaya mekanisme
penghilangan panas tubuh, karena air merupakan bahan yang baik
untuk menghilangkan panas. Rokhman (2013) menyatakan bahwa
drinking yang meningkat pada ayam dalam kondisi suhu lingkungan
tinggi bertujuan untuk menurunkan panas tubuh agar tidak
mengalami stres yang diakibatkan oleh suhu lingkungan yang
tinggi. Tandiabang (2014) menyatakan bahwa behaviour feeding
and drinking berfungsi untuk memenuhi kebutuhan energi dalam
tubuh dalam pertumbuhan ayam tersebut. Berdasarkan hasil
praktikum yang didapat adalah presentase tingkah laku feeding and
drinking di kandang wire pada pagi 368 detik, siang 409 detik, sore
433 detik. Hasil yang didapat pada kandang litter yaitu pagi 0,
siang 110 detik, sore 308 detik. Utami (2015) menyatakan bahwa
ayam akan makan pada jam-jam dingin seperti sore hari dan tidak
makan selama keadaan panas, karena kebutuhan energi yang lebih
tinggi. Proses homeostatis ditandai dengan perubahan sikap ayam
pada suhu tinggi yang cenderung menurunkan konsumsi pakan
namun dikompensasi dengan peningkatan konsumsi air minum.
Presentase tingkah laku feeding and drinking ayam pada kandang
wire yaitu 13% dan pada kandang litter yaitu 5%. Iskandar et al.
(2009) menyatakan bahwa presentase di kandang wire lebih tinggi
daripada ayam yang berada di kandang litter karena pada kandang
wire sirkulasi udara lebih lancar sehingga ayam lebih banyak
feeding dan drinking untuk meningkatkan suhu tubuh. Faktor yang
mempengaruhi feeding yaitu temperatur lingkungan, suhu yang
lebih rendah memicu untuk mengkonsumsi lebih banyak pakan
untuk meningkatkan suhu tubuh. Ayam yang berada pada kondisi
suhu kandang yang lebih tinggi akan menurunkan konsumsi pakan
sebagai respon terhadap mekanisme homeothermic untuk
mencegah peningkatan suhu tubuh.
Resting merupakan tingkah laku ayam yang menggambarkan
bahwa ayam beristirahat. Resting ayam dapat dilihat dari posisi
duduk ayam yaitu ayam meletakkan tubuhnya di tanah atau dengan
salah satu kaki ayam diangkat. Sulistyoningsih (2004) menyatakan
bahwa resting merupakan posisi istirahat ayam dalam kondisi diam
atau berbaring, mengantuk dengan leher yang dijulurkan, mata
tertutup atau membuka, sayap akan terkulai jatuh. Resting pada
ayam bertujuan untuk mengembalikan energi pada ayam. Andisuro
(2011) menyatakan bahwa fase aktif dan istirahat diatur ritme
circadian secara hormonal. Ayam melakukan aktivitas pada siang
hari dan beristirahat pada malam hari. Ayam termasuk hidup diurnal
yang beraktivitas bila adanya cahaya yang diterima oleh retina
mata. Ayam pada keadan lingkungan yang nyaman, lebih banyak
melakukan istirahat karena merasa aman dari ancaman.
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan pada pagi 690 detik, siang
2100 detik, sore 1047 detik. Kandang litter pada pagi 1552 detik,
470 detik, sore 2137 detik. Rokhman (2012) menyatakan bahwa
peternak biasanya mengurangi lama pencahayaan pada umur
tertentu di malam hari sehingga ayam broiler lebih banyak
melakukan istirahat. Presentase tingkah laku resting ayam pada
kandang wire yaitu 42% dan pada kandang litter yaitu 43%.
Presentase resting di kandang wire lebih tinggi daripada ayam yang
berada di kandang litter. Tandiabang (2014) menyatakan bahwa
perbedaan resting dapat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban,
sistem lantai kandang, manajemen kandang dan pencahayaan .
Sistem kandang wire dengan lantai berlubang menyebabkan
sirkulasi udara lebih baik sehingga menyebabkan suasana yang
lebih nyaman bagi ayam.
Foraging merupakan perilaku ayam yang menggambarkan ayam
mematuk benda-benda di sekitar kandang. Foraging diperlukan ayam
untuk mendapatkan makanan di sekitar kandang. Iskandar et al. (2009)
menyatakan bahwa foraging adalah aktifitas yang berhubungan erat
dengan pencaharian pakan dan mengisi waktu luang dalam upaya
pengalihan perilaku makan saat kebutuhan pakan sudah terpenuhi. Utami
(2015) menyatakan bahwa aktivitas mengais oleh ayam dilakukan dengan
mengais-ngais tanah dengan tujuan mencari makanan tambahan yang
tersedia ditanah, seperti serangga, cacing dan lain-lainnya. Berdasarkan
praktikum didapat hasil di kandang wire pada pagi 5 detik, siang 11 detik,
sore 24 detik. Kandang litter pada pagi 252 detik, siang 2235 detik, sore
575 detik. Hasil ini menunjukkan bahwa presentase tingkah laku foraging
ayam tertinggi di kandang wire yaitu 1% dan pada kandang litter yaitu
32%. Iskandar et al. (2009) menyatakan bahwa presentase foraging
ayam tertinggi pada waktu pagi hari dibandingkan siang atau sore hari.
Aktivitas mematuk pada pagi hari bagaimanapun juga relatif lebih tinggi
dalam upaya memenuhi jumlah pakan yang dapat ditelan. Perilaku
mematuk boleh dikatakan sebagai pra perilaku pengamatan terhadap
benda-benda yang akan dimakan atau diminum. Presentase tingkah laku
foraging ayam pada kandang wire lebih rendah daripada ayam yang
berada di kandang litter. Faktor yang mempengaruhi tingkah laku foraging
adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya yang tinggi dan suhu yang
sejuk akan mempertinggi presentase foraging ayam. Setianto (2009)
menyatakan bahwa pencahayaan merupakan faktor penting dalam
produksi ayam pedaging. Program pencahayaan dapat mengontrol
pertumbuhan, meningkatkan efisiensi pakan, meminimalkan mortalitas,
mengurangi mati mendadak, dan meningkatkan kemampuan hidup.
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting dalam
kehidupan ayam, karena cahaya mengontrol banyak proses fisiologi dan
tingkah laku ayam.
Preening adalah tingkah laku ayam yang ditunjukkan untuk
membasahi atau melumasi bulu dengan minyak yaitu untuk menjaga
bulunya tetap indah, dengan lemak dari kelenjar uropigeal, yang
bermanfaat membantu untuk bulunya dalam kondisi baik, dan juga unggas
mengkonsumsi parasit di bulunya. Setyaningrum (2007) menyatakan
bahwa preening merupakan tingkah laku yang bertujuan mengeluarkan
benda-benda asing yang menempel di antara bulu-bulu serta mengatur
kembali helai-helai bulu yang menyatu, biasanya digunakan sebagai
tempat berkembang biak beberapa jenis parasit. Berdasarkan hasil
praktikum yang didapat di kandang wire pada pagi hari 1445 detik, siang
650 detik, sore 1537 detik. Kandang litter pada pagi hari 11 detik, siang
1,62 detik, sore 255 detik. Iskandar et al. (2009) menyatakan bahwa
tingkah laku preening dilakukan pada sore hari yang dapat menunjukkan
tingkat kenyamanan ternak. Hasil ini menunjukkan bahwa presentase
tingkah laku preening pada kandang wire yaitu 40% dan pada kandang
litter yaitu 3%. Setyaningrum (2007) menyatakan bahwa presentase
tingkah laku preening ayam pada kandang wire lebih tinggi daripada ayam
yang berada di kandang litter. Faktor yang mempengaruhi tingkah laku
preening ayam adalah kepadatan ternak di dalam kandang, semakin
padat ternak maka ayam semakin kecil presentase melakukan preening.
Menelisik bulu merupakan perilaku yang menunjukkan tingkat
kenyamanan ternak. Kepadatan kandang yang rendah menunjukkan
tingkat kenyamanan yang tinggi bagi ternak. Kandang yang tidak padat
memudahkan ayam mencukupi kebutuhannya dan banyak mempunyai
waktu luang untuk merawat diri.
Gambar 1. Grafik persentase tingkah laku ayam di kandang litter

Gambar 2. Grafik persentase tingkah laku ayam di kandang wire


KESIMPULAN
Ayam melakukan beberapa tingkah laku bertujuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Beberapa tingkah laku
ayam adalah preening, feeding and drinking, resting, walking, dan
foraging. Kondisi lingkungan berpengaruh pada tingkah laku ayam.
Ayam pada kandang litter yang menggunakan alas sekam lebih
banyak melakukan aktivitas feeding and drinking daripada kandang
wire yang menggunakan alas kawat. Hal ini menyebabkan ayam
pada kandang wire lebih banyak melakukan preening dan resting di
tempat. Ayam pada kandang litter lebih bebas untuk
mengekspresikan aktivitasnya juga karena dapat melakukan
aktivitas foraging dengan bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Andisuro, R. 2011. Tingkah Laku Ayam Broiler di Kandang Tertutup
dengan Suhu dan Warna Cahaya Berbeda. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Iskandar, S., S.D. Setyaningrum, Y. Amanda dan R. S.Iman. 2009.
Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Pertumbuhan dan
Perilaku Ayam Wareng Tangerang Dara. JITV Vol. 14(1) : 19-
24.
Prayitno, D. S., dan Sugiharto. 2015. Kesejahteraan dan Metode
Penelitian Tingkah Laku Unggas. Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.
Rahmadi, R. 2015. Animal Behavior. Erlangga. Jakarta.
Rokhman, A. 2013. Respon Tingkah Laku Ayam Broiler Pada Suhu
Kandang Yang Berbeda. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setianto, J. 2009. Program pencahayaan untuk ayam pedaging. Jurnal
Sains Peternakan Indonesia. Vol 3 (1): 24-29.
Setyaningrum, S. R. 2007. Perilaku Ayam Wareng Betina Umur 13-18
Minggu pada Tingkat Kepadatan Kandang Berbeda. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sinaga, H. 2016. Karakteristik Feather Pecking pada Galur Murni Ayam
Arab Golden Red. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Sulistyoningsih, M. 2004. Respon Fisiologi dan Tingkah Laku Ayam
Broiler Periode Starter akibat Cekaman Temperatur dan Awal
Pemberian Pakan yang Berbeda. Thesis. Program Magister
Ilmu Ternak. Pasca Sarjana Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro.
Tandiabang, B. 2014. Tingkah Laku Ayam Petelur Fase Layer yang
Dipelihara dengan Sistem Free-Range pada Musim Kemarau.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makasar.
Utami, I. P. 2015. Tingkah Laku Ayam Ras Petelur yang Dipelihara secara
Free-Range dengan Waktu Pemberian Naungan Alami yang
Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.
Makasar.

Anda mungkin juga menyukai