Puji syukur kami panjatkan kepata Tuhan yang Maha Esa karena telah
memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan laporan dasar-dasar agronomi
ini. Laporan ini kami buat dengan semaksimal mungkin agar dapat menghasilkan
laporan akhir yang maksimal berdasarkan data yang aktual, faktual, berdasarkan hasil
praktikum dan pengamatan kami di lapangan.
Praktikum dasar agronomi ini merupakan praktikum yang membantu
mahasiswa dalam memperoleh ilmu dasar teknik budidaya pertanian, baik secara
monokultur maupun tumpang sari. Kelompok kami diberi kesempatan untuk
mempraktekkan budidaya jagung secara monokultur di lahan Sitandu.
Alasan dibuatnya laporan ini adalah sebagai persyaratan dari mata kuliah
dasar agronomi dan juga sebagai bukti telah dilakukannya praktikum ini. Selain itu,
laporan ini juga berisi hasil analisis dan reproduksi hasil dari penelitian dan
pengamatan kelompok kami di lapangan.
Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tuhan yang Maha Esa
dan para dosen dan asisten yang memfasilitasi kami dengan bahan dan informasi.
Terakhir, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang saling
mendukung dan orang tua kami di rumah yang turut mendoakan kami agar semuanya
berlangsung dengan baik.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................5
2.1 Tinjauan Umum Tanaman....................................................................................5
2.2 Sistematika dan Botani Tanaman.......................................................................22
2.3 Syarat Tumbuh...................................................................................................25
2.4 Monokultur dan Tumpang Sari..........................................................................28
2.5 Pupuk dan Pemupukan.......................................................................................35
2.6 Hama dan Penyakit............................................................................................39
BAB III.......................................................................................................................53
METODOLOGI.........................................................................................................53
3.1 Waktu dan Tempat..............................................................................................53
3.2 Alat dan Bahan...................................................................................................53
3.3 Cara Kerja..........................................................................................................53
3.4 Parameter Pengamatan.......................................................................................54
BAB IV........................................................................................................................55
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................55
4.1 Hasil...................................................................................................................55
4.2 Pembahasan........................................................................................................57
BAB V.........................................................................................................................64
2
PENUTUP..................................................................................................................64
5.1 Simpulan............................................................................................................64
5.2 Saran..................................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................65
LAMPIRAN...............................................................................................................67
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
manipulasi
genetik
maupun
lingkungan.
Manipulasi
lingkungan
Populasi tanaman ditentukan oleh jarak tanam atau jumlah tanaman per
rumput (hill). Peningkatan populasi tanaman sampai dengan tingkat tertentu dapat
meningkatkan
produktivitas
lahan.
Namun,
setelah
mencapai
produktivitas
berupa lahan kosong atau lahan yang sudah terdapat tanaman yang mampu dilakukan
tumpang sirih.
Usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan
dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama
periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami
selama periode tertentu.
Produktivitas merupakan suatu hal yang sangat vital dalam usaha pertanian,
dimana akhir-akhir ini semakin ditantang untuk mengimbangi tuntutan sosial
ekonomi masyarakat suatu bangsa. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan
permintaan akan kebutuhan hasil-hasil pertanian baik jenis, jumlah maupun
kualitasnya.
Disisi lain lahan untuk pertanian semakin terbatas karena alih fungsi lahan menjadi
tempat pemukiman, industri, sarana jalan serta sarana fisik lainnya, Untuk itu,
bagaimana merancang suatu model penanaman, agar lahan yang semakin terbatas itu
dapat menghasilkan produksi yang tinggi secara berkelanjutan.
Jagung sebagai tanaman pangan, menduduki urutan kedua setelah padi.
Disamping itu juga mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi,
karena jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang banyak mengandung
karbohidrat sehingga dapat dijadikan sebagai pengganti beras. Di Indonesia sangat
mendukung dikembangkannya komoditi jagung, Sebab jagung memiliki potensi yang
cukup baik untuk dibudidayakan dan mudah diusahakan. Konsumsi jagung di
Indonesia terus meningkat, karena itu peluang pemasaran jagung masih terbuka lebar
(Arif Ardiawan, 2008).
Selain komoditi jagung sebagai bahan makanan, masih dibutuhkan komoditi
lain seperti kacang hijau. Kacang hijau merupakan salah satu jenis komoditi dari jenis
tanaman leguminosa yang mempunyai arti penting. Posisinya menduduki urutan
ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Manfaat kacang hijau sebagai penghasil
bahan makanan merupakan hal yang sangat penting, karena jenis kacang ini banyak
mengandung vitamin terutama vitamin B1 yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan gizi masyarakat yang relatif kurang vitamin.
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan antara lain tumpang sari, tumpang
gilir, tanaman bersisispan, dan tanamana campuran. Tumpang sari (intercropping),
adalah melakukan penanaman lebih dari satu tanaman yang memiliki umur sama
atau berbeda contoh tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang
sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
Tumpang gilir (Multiple Cropping) yaitu penanaman yang dilakukan secara
beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk
mendapat keuntungan maksimum (Syaifuddin, 2008).
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mampu membudidayakan tanaman jagung ( Zea mays L )
dan kacang panjang ( Vigna sinensis ) secara optimum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berbeda dengan tomat atau papaya, yang namanya kita pakai seperti nama asli
dimana tanaman tersebut berasal, jagung adalah istilah lokal Jawa. Menurut Danys
Lombard, kata jagung berasal dari kata Jawi dan Agung. Jawi adalah juwawut, yaitu
sejenis rumput yang menghasilkan sereal mirip padi yang biasanya dipakai untuk
pakan perkutut. Sedangkan agung berarti besar. Jadi jagung adalah juwawut besar.
Dari istilah ini kita bisa menduga bahwa juwawut sudah lebih dulu ada di Jawa, baru
kemudian jagung datang ke Jawa.
Pertama-tama harus dipertanyakan apakah benar bahwa jagung baru
menyebar ke Asia dan Afrika paska pelayaran Columbus ke Benua Amerika. Dengan
ditemukannya pertukaran/pelayaran masyarakat Afrika dan Asia dengan Amerika
Latin jauh sebelum Columbus tersasar ke Benua Amerika, maka teori ini haruslah
ditolak. Jika pelayaran antara Asia/Afrika dengan Amerika Latin sudah terjadi jauh
sebelum Columbus tersesat di Benua Amerika, maka harus diyakini bahwa
penyebaran jagung ke Asia dan Afrika juga terjadi jauh sebelum Portugis, Inggris,
Spanyol dan Belanda menjelajahi Afrika dan Asia. Nama jagung sendiri menyatakan
hal tersebut.
Bukti lain bahwa jagung sudah ada di Nusantara sebelum bangsa-bangsa
Eropa sampai ke Nusantara adalah banyaknya jenis jagung lokal di berbagai pulau.
Sebagai contoh saja, di Madura kita kenal jagung unyil (kecil, tahan panas, tahan
kering, tahan angin dan rasanya enak untuk dimakan). Di Tanah Toraja kita kenal
jagung pondan. Di Jawa kita kenal jagung putih. Bukti ketiga adalah banyak suku di
Nusantara yang makanan pokoknya adalah jagung, khususnya di NTT. Di Jawa
sendiri, jagung pernah berdampingan dengan beras sebagai makanan pokok.
Jadi jelaslah sudah bahwa kehadiran jagung di Nusantara jauh lebih dulu
daripada Portugis atau Belanda. Mari kita kembali makan jagung karena jagung
sudah menjadi bagian dari kultur Nusantara.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika
11
13
15
Namun ternyata jagung tidak hanya kuning dan putih. Browsing di Internet
menunjukkan kepada saya ada jenis jenis jagung dengan warna-warna lain yang
sangat eksotik. Misalnya Black Corn (Jagung Hitam), Blue Corn (Jagung Biru), Red
Corn, bahkan Purple Corn.
Saya pernah penasaran dengan jagung biru dan hitam, karena jagung ini
warnanya cenderung gotic yang bagi saya keren sekali bila bisa saya tanam di
pekarangan rumah saya. Dan ternyata benar, benar-benar ada jagung hitam dan biru.
Penelusuran lebih jauh di internet, saya menemukan bahwa jagung biru dan hitam
sebenarnya cenderung sama. Hanya penyebutannya yang berbeda, karena biru yang
dihasilkan dari jagung ini memang cenderung gelap kehitaman. Lebih lanjut lagi
diuraikan bahwa jagung biru (atau hitam) mengandung protein, sekitar 30% lebih
banyak dari pada varietas kuning atau putih.
Jagung Merah, Masih dalam keluarga jagung pop corn yang bulirnya
mengkilat, relatif lebih kecil dan lebih keras. Sekilas seperti jagung mainan dari
plastic atau serat fiber. Daya pikat utama jagung ini adalah pad awarna bulirnya yang
merah atau sedikit coklat/ungu tua). Jagung merah dikenal sebagai sumber pangan
yang sangat kaya akan antioksidan. Kandungan mineralnya juga sangat tinggi,
bahkan kandungan vitamin C nya diketahui lebih tinggi dari jagung hibrida kuning
atau putih.
Aplikasi pupuk pada tanaman jagung terutama urea adalah dengan cara
ditugal di samping tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Cara ini diketahui lebih
efisien, namun kini perlu dikaji kembali karena banyak petani berdasarkan
pertimbangan sosial, tenaga kerja dan biaya, sehingga pupuk hanya disebarkan di atas
permukaan tanah (Akil et al. 2007). Di banyak tempat utamanya di Jawa Timur, cara
aplikasi pupuk dengan di itugal di samping tanaman telah ditinggalkan petani dengan
alasan kekurangan tenaga kerja. Sebagai penggantinya petani menempatkan pupuk di
atas permukaan tanah tanpa ditutup tanah, dan sehari kemudian diairi atau dibiarkan
saja.
17
19
Jenis-Jenis Jagung
Jenis jagung dapat diklasifikasikan berdasarkan: (i) sifat biji dan endosperm,
(ii) warna biji, (iii) lingkungan tempat tumbuh, (iv) umur panen, dan (v) kegunaan.
Jenis jagung berdasarkan lingkungan tempat tumbuh meliputi: (i) dataran rendah
tropik (<1.000 m dpl), (ii) dataran rendah subtropik dan mid-altitude (1.000-1.600 m
dpl), dan (iii) dataran tinggi tropik (>1.600 m dpl). Jenis jagung berdasarkan umur
panen dikelompokkan menjadi dua yaitu jagung umur genjah dan umur dalam.
21
Jagung umur genjah adalah jagung yang dipanen pada umur kurang dari 90 hari,
jagung umur dalam dipanen pada umur lebih dari 90 hari. Sejalan dengan
perkembangan pemuliaan tanaman jagung, jenis jagung dapat dibedakan berdasarkan
komposisi genetiknya, yaitu jagung hibrida dan jagung bersari bebas. Jagung hibrida
mempunyai komposisi genetik yang heterosigot homogenus, sedangkan jagung
bersari bebas memiliki komposisi genetik heterosigot heterogenus. Kelompok
genotipe dengan karakteristik yang spesifik (distinct), seragam (uniform), dan stabil
disebut sebagai varietas atau kultivar, yaitu kelompok genotipe dengan sifat-sifat
tertentu yang dirakit oleh pemulia jagung. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat
lebih dari 50.000 varietas jagung.
Manfaat Jagung
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dikonsumsi selain
gandum dan padi. Nama latin jagung adalah Zea mays L. Jagung banyak
mengandung karbohidrat, serat dan sejumlah zat gizi lainnya seperti vitamin B, dan
C, karoten, kalium, zat besi, magnesium, fosfor, omega 6, dan lemak tak jenuh yang
dapat membantu menurunkan kolesterol.
Dalam setiap 100 gram jagung, terkandung gizi 355 Kalori, 9,2 gr protein,
73,7 gr karbohidrat, 10 mg kalsium, 256 mg fosfor, 2,4 mg ferrum, 510 SI vitamin A,
0,38 mg vitamin B1 dan air sebanyak 12 gr.
Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak
(hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari
bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri
(dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang
dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Jagung bisa diolah menjadi berbagai masakan yang enak, seperti direbus,
dibakar maupun dijadikan sebagai pop corn. Dibalik rasanya yang lezat, jagung
ternyata mempunyai banyak sekali manfaat untuk kesehatan tubuh, di antaranya:
1. Melancarkan ASI
23
25
Jagung kaya akan asam fenolik-senyawa ferulic- agen anti kanker yang telah
terbukti efektif memerangi tumor pada kanker payudara dan kanker hati.
9. Sebagai Sumber Asam Linoleat
Asam linoleat adalah asam lemak esensial yang bersifat tidak jenuh dan
sangat baik untuk kesehatan. Asam linoleat diperlukan untuk asupan dan transportasi
vitamin D.
10. Mencegah Anemia Dan Sebagai Kekebalan Tubuh
Vitamin B12 pada jagung mampu mencegah anemia yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin ini. Selain itu kandungan B2-nya berfungsi mempertahankan
keseimbangan sel tubuh.
11. Sumber Kalium
Kalium berperan penting sebagai elektrolit yang membantu mengatur tingkat
cairan dan menjaga keseimbangan air dalam tubuh sehingga organ tubuh dapat
berfungsi dengan tepat. Kalium bersifat diuretik yang bisa melancarkan pembuangan
air seni, sehingga bisa mengatasi infeksi saluran kemih, menurunkan kadar asam urat
dan mencegah batu ginjal.
12. Sumber Vitamin C
Konsumsi minyak kulit jagung dapat menurunkan kolesterol jahat dalam
tubuh. Vitamin C, karotenoid dan bioflavinoids yang terkandung dalam jagung manis
menjaga jantung tetap sehat dengan mengendalikan kadar kolesterol dan
meningkatkan aliran darah dalam tubuh.
13. Sumber Asam Pentotenat (vitamin B5)
Vitamin B5 berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak untuk diubah menjadi energi.
14. Sumber Asam Folat
Ibu hamil butuh sekali asam folat. Karena jika kekurangan asam folat, bisa
mempengaruhi pertumbuhan janin. Asam folat mencegah bayi kekurangan berat
badan dan cacat lahir. Selain itu konsumsi jagung pada ibu hamil juga dapat
memperlancar ASI.
15. Sumber Beta-Karoten,
27
29
31
zat besi riboflavin, zat besi, pektin dan serat merupakan kombinasi yang mampu
menjaga kesehatan tubuh.
Pencegahan terhadap berbagai jenis berbahaya dan merangsang enzim-enzim
yang baik bagi tubuh dapat diperoleh manfaat kacang panjang. Pada kenyataannya,
sumber protein nabati seperti kacang panjang lebih ramah terhadap sistem pencernaan
ketimbang protein hewani. Sehingga kacang tanah dapat menjadi pilihan menu bagi
para vegetarian dan menjadi menu diet sehat.
yang baik pula bagi kesehatan. Berbagai jenis kacang-kacangan kaya akan kandungan
memberikan nutrisi yang baik untuk tubuh, berikut adalah rincian manfaat kacang
panjang bagi kesehatan tubuh :
1. Mencegah Diabetes
Hampir seluruh jenis sayuran kacang-kacangan dapat mengontrol kadar gula
berlebih yang mencegah terjadinya penyakit diabetes. Selain itu, kacang panjang juga
rendah akan kalori dan gula sehingga sangat aman untuk anda yang bermasalah
dengan gula darah.
Cara Penggunaan :
Jus kacang panjang mentah 3-4 batang setiap pagi, dicampur sedikit air lalu
minum secara rutin setiap pagi. Jika anda tidak tahan dengan baunya, bisa
menambahkan dengan tomat atau buah.
2. Kesehatan Kardiovaskuler & Jantung
Terdapat pula kandungan pada kacang panjang yang menyehatkan jantung,
sehingga membuat terhindar dari masalah penyakit jantung, kandungan vitamin K
yang tinggi dalam nutrisi sayuran kacang panjang dapat mencegah pengerasan
pembuluh darah, yang merupakan faktor umum dalam penyakit arteri koroner dan
gagal jantung. Penelitian terbaru menunjukkan salah satu kategori vitamin K yakni
vitamin K2, yang dikombinasikan dengan vitamin D dapat mencegah pengapuran
pada arteri koroner sehingga mencegah penyakit kardiovaskular.
3. Sumber antioksidan
35
37
Mencegah osteoporosis
Mencegah Alzheimer
Mencegah diabetes
Mangan :
Serat :
Melancarkan pencernaan
Mencegah sembelit
Menjaga berat badan
Mencegah stroke
Kesehatan kulit
Vitamin C :
Mencegah katarak
Menjaga kesehatan kulit
Mencegah kesulitan bernafas
Mencegah serangan jantung dan stroke
Meningkatkan kelancaran sistem peredaran darah
Mencegah stress
Asam Folat :
Mencegah anemia
Nutrisi untuk otak
Meningkatkan produksi sel darah merah
Sintesis DNA dan RNA
Membantu pembelahan dan pembagian sel
Sangat penting untuk wanita hamil
Vitamin B2 :
Mencegah katarak
Mencegah migrain dan sakit kepala
Sumber Energi
Mencegah anemia
Sebagai antioksidan
Tembaga :
39
Mencegah osteoporosis
Mencegah anemia
Membantu kesehatan janin (ibu hamil)
Mencegah pigmentasi kulit
Mencegah kelainan tiroid
Vitamin B1 :
Magnesium :
Menjaga kesehatan tulang
Baik untuk diabetes
Menjaga kesehatan jantung
Sungguh beraneka ragam manfaat yang akan diperoleh dari mengkonsumsi
kacang panjang. Konsumsilah kacang panjang dengan beragam menu lezat dengan
bahan makanan kacang panjang ini. Tidak hanya lidah anda yang merasakan
nikmatnya, namun tubuh tetap sehat dengan manfaat kacang panjang.
: Plantae
Divi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
41
Genus
: Zea
Spesies
akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan
embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku paling
bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah. Semenatara akar udara adalah
akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah, dann
keadaan air tanah. Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri dari
beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang
menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman,
umumnya berkisar 60 300 cm. Daun jagung memanjang dan keluar dari buku
buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8 48 helaian, tergantung varietas. Daun terdiri
dari tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Kelopak daun
umumnya membungkus batang. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang
disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak. Fungsi ligula adalah mencegah air
masuk ke dalam kelopak daun dan batang. ( Rudi Hartono, 2005 )
Bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal sehingga disebut bunga tidak
lengkap. Bunga jagung juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan
betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terdapat di ujung batang.
Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan
menempel pada rambut tongkol. Pada jagung umumnya terjadi penyerbukan silang
( cross pollinated crop ). Penyerbukan terjadi dari serbuk sari tanaman lain. Sangat
jarang terjadi penyerbukan yang serbuk sarinya berasal dari tanaman sendiri. Biji
jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat 200 400 biji. Biji
jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut pericarp. Bagian atau
lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara
bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga.( Purwono, 2005 )
B. Sistematika dan Botani Tanaman Kacang Panjang
43
: Plantae
Divisi
: Spermathophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Class
: Dycotyledoneae
Ordo
: Leguminales
Famili
: Papiolinaceae
Genus
: Vigna
Spesies
: Vigna sinensis
Tanaman kacang panjang (vigna sinensis L.) termasuk ke dalam jenis sayuran
buah semusim (berumur pendek) seperti hal nya terung, labu, tomat, buncis, pare,
kacang tunggak, cabai, mentimun, dan sebagainya.
Tanaman kacang panjang berbentuk semak atau perdu yang bersifat membelit
atau merambat . Tinggi tanaman kacang panjang dapat mencapai 2 meter atau lebih.
Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting tanaman kacang panjang
yaitu akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji.
1. Akar tanaman
Tanaman akar panjang berakar tunggang dan berakar serabut. Akar
tunggangnya tumbuh lurus ke dalam hingga mencapai kedalaman 30 cm, sedangakan
akar serabutnya tumbuh menyebar kea rah samping (horizontal) dan tidak dalam.
Panjang akar serabut mencapai 26 cm.
2. Batang
Batang tanaman kacang panjang memiliki cirri-ciri liat, tidak berambut,
berbentuk bulat, panjang, bersifat keras, dan berkuran kecil dengan diameter sekitar
0,6 cm-1 cm. Tanaman yang pertumbuhannya bagus, diameter batangnya dapat
mencapai 1,2 cm lebih.
3. Daun
Daun kacang panjang merupakan daun majemuk yang bersusun tiga helaian.
Daun berbentuk lonjong dengn ujung daun runcing (hampir segitiga). Tepi daun rata,
45
tidak berbentuk, dan memiliki tulang-tulang daun yang menyirip. Kedudukan daun
tegak agak mendatar dan memiliki tangkai utama.
Daun panjangnya antara 9 cm-13 cm dan panjang tangkai daun 0,6 cm.
permukaan daun kasar, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan
permukaan daun bagian bawah berwarna lebih muda. Ukuran daun kacang panjang
sangat bervariasi, yakni panjang daun antara 9 cm-15 cm dan lebar daun antara 5 cm8 cm.
4. Bunga
Bunga tanaman kacang panjang tergolong bunga sempurna, yakni dalam sau
bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari).
Bunga memiliki tipe zygomorphus (bilateral simetri) dan memiliki bentuk
menyerupai kupu-kupu (papilona cues).
Bunga terdiri atas tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga (daun
mahkota), benang sari, dan kepala putik. Bunga tanaman kacang panjang memiliki
dua tangkai,
panjang dan tidak bercabang, serta panjang antara 9 cm-13cm dengan diameter 2 mm.
sedangakan tangkai bunga sangat pendek, dan panjangnya sekitar 3 mm.
5. Buah atau polong
Buah tanaman kacang panjang berbentuk bulat panjang dan ramping. Buah
kacang panjang ini biasa disebut polong. Polong kacang panjang memiliki ukuran
panjang bervariasi antara 30 cm-100 cm, bergantung pada jenis dan varietasnya.
Demikian pula warna polongnya juga bervariasi,
47
lebih 1300 dapat,kisaran suhu udara antara 13c-30c,dan mendapatkan sinar penuh.Di
indonesia tanaman jagung tumbuh dan produksi optimum di dataran rendah sampai
ke tinggian 750 m dapat.Di pulau madura dan jawa sekitar 90% dari luas penanaman
jagung terletak ketinggian 750 m dpc.Suhu ideal untuk berkecambah benih adalah
30c-30c dengan kapasitas air tanah antara 25%-60% keadaan suhu yang rendah dan
tanah basah sering menyebabkan benih jagung busuk.Tanaman jagung membutuhkan
suhu optimum antara 23c-27c,curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah
100mm-200mm/bulan curah hujan paling optimum 100mm/125mm/bulan dengan
distribusi yang merata. (Rahmat Rukmana, 1993)
B. Syarat tumbuh tanaman kacang panjang
A. Tanah
Kacang panjang dapat tumbuh dengan baik ditanam di dataran tinggi, yaitu
sekitar 1.500-2000 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah yang cocok adalah
regosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanah regosol hanya terdapat di
daerah pegunungan yang mempunyai iklim sedang dengan curah hujan di atas 1500
mm/tahun. Tanah regosol biasanya berwarna kelabu, cokelat, dan kuning, bertekstur
pasir sampai berbutir tunggal dan permeabel. Derajat keasaman (pH) yang optimal
untuk pertumbuhan kacang panjang adalah 5,5 6.
B. Iklim
a.
Curah Hujan
Kacang panjang dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan
1.500 2.500 mm per tahun. Tanaman ini paling baik ditanam pada akhir musim
kemarau (menjelang musim hujan) atau akhir musim hujan (menjelang musim
kemarau). Pada saat peralihan, air hujan tidak begitu banyak sehingga sangat cocok
untuk fase pertumbuhan awal kacamg panjang, fase pengisian, dan pemasakan
polong. Pada fase tersebut dikhawatirkan terjadi serangan penyakit bercak bila curah
hujan terlalu tinggi. Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang,
tetapi yang paling baik adalah tanahLatosol/lempung berpasir, subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik dan drainasenya baik. Lahan terbuka di dataran rendah
sangat disukai tanaman kacang panjang. Apabila ada naungan maka produksi
51
buahnya kurang begitu banyak. Adaptasinya terhadap lahan masam cukup baik.
Dengan nilai kemasaman tanah (pH) yang cocok untuk kacang panjang sekitar 5,5
-6,5. Bila pH terlalu basa(diatas pH 6,5) menyebabkan pecahnya nodula-nodula akar.
b.
Suhu
Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan kacang panjang adalah 20
25C. Pada suhu kurang dari 20 C tanaman tidak dapat melakukan proses
fotosintesis dengan baik, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat .
c.
Cahaya
Kelembapan udara
53
Pemilihan pola tanam monokultur sangat dipengaruhi oleh tujuan suatu usaha
tani dan juga keberadaan akan faktor-faktor pertumbuhan khususnya air. Untuk suatu
usaha tani dengan tujuan komersial, terdaat kecenderungan untuk memilih pola tanam
monokultur. Pada usaha tani komersial, keuntungan secara ekonomi merupakan
tujuan akhir yang akan dicapai. Pada monokultur bisa mengintensifkan tanaman
yang paling memiliki nilai ekonomis sehingga hasil produksi pertanian bernilai
ekonomi tinggi akan tinggi pula. Selain itu, pada penanaman monokultur akan lebih
mudah dan murah dalam perawatan karena hanya ada satu tanaman. Kemudahan dan
kemurahan ini akan semakin mengefektif dan mengefisienkan proses produksi yang
pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan suatu usaha tani.
Pada suatu lahan dengan irigasi teknis yang memadai, hampir bisa dipastikan
kalau pola tanam yang digunakan adalah monokultur tanaman padi. Hingga saat ini,
padi merupakan makanan pokok bagi lebih dari tiga perempat penduduk di Indonesia.
Padi merupakan salah satu komoditas yang harganya tidak terlalu fluktuatif seperti
komoditas yang lainnya. Menanam padi secara monokultur pada lahan dengan irigasi
yang memadai seperti menjadi penjamin kehidupan petani karena harga padi yang
akan selalu memadai. Selain itu, padi merupakan salah satu tanaman yang tahan
terhadap genangan sehingga menjadi primadona pada lahan sawah yang irigasinya
baik (air tersedian sepanjang tahun).
Pola monokultur merupakan suatu pola tanam yang bertentangan dengan
aspek ekologis. Penanaman suatu komoditas seragam dalam suatu lahan dalam jangka
waktu yang lama telah membuat lingkungan pertanian yang tidak mantap. Ketidak
mantapan ekosistem pada pertanaman monokultur dapat dilihat dari masukanmasukan yang harus diberikan agar pertanian dapat terus berlangsung. Masukanmasukan yang dimaksud adalah pupuk ataupun obat-obatan kimia untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Ketidakmantapan ekosistem juga
dapat dilihat dari meledaknya poulasi suatu jenis hama yang sulit dikendalikan karena
musuh alami untuk setiap jenis hama yang menyerang terbatas jumlahnya.
Pada intinya, kelebihan usaha tani dengan pola monokultur adalah dapat
mengintensifkan suatu komoditas pertanian serta lebih efisien dalam pengelolaan
55
yang nantinya diharapkan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kelemahan dari
pola monokultur ini adalah perlunya mendapatkan input yang banyak agar didapatkan
hasil yang banyak. Selain itu, pola monokultur menyebabkan meledaknya populasi
hama yang membuat berkurangnya hasil pertanian. Kerugian lain adalah tidak adanya
nilai tambah komoditas lain karena tidak adanya komoditas lain yang ditanam
bersama dengan komoditas utama.
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan
pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini
meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri
pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan
efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan
bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena keseragaman
tanaman yang ditanam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar
mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan
penyakit tanaman).
Cara budidaya ini biasanya dipertentangkan dengan pertanaman campuran
atau polikultur. Dalam polikultur, berbagai jenis tanaman ditanam pada satu lahan,
baik secara temporal (pada waktu berbeda) maupun spasial (pada bagian lahan yang
berbeda).
Pertanaman padi, jagung, atau gandum sejak dulu bersifat monokultur karena
memudahkan perawatan. Dalam setahun, misalnya, satu lahan sawah ditanami hanya
padi, tanpa variasi apa pun. Akibatnya hama atau penyakit dapat bersintas dan
menyerang tanaman pada periode penanaman berikutnya. Pertanian pada masa kini
biasanya menerapkan monokultur spasial tetapi lahan ditanami oleh tanaman lain
untuk musim tanam berikutnya untuk memutus siklus hidup OPT sekaligus menjaga
kesehatan tanah.
Istilah "monokultur" sekarang juga dipinjam oleh bidang-bidang lainnya,
seperti peternakan, kebudayaan (mengenai dominasi jenis aliran musik tertentu), atau
ilmu komputer (mengenai sekelompok komputer yang menjalankan perangkat lunak
yang sama).
57
Monokultur
menghasilkan
sejumlah
besar
hasil
pertanian
dengan
Perkembangan
pertanian
monokultur
bergerak
bersamaan
dengan
59
yang begitu intensif demi menghasilkan hasil pertanian dalam jumlah besar untuk
memberi makan populasi dunia.
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan
pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini
meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri
pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan
lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan
bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi
seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar
mempercepat
penyakit
tanaman).
Monokultur adalah menanam satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang
sama.
a. Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena
tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis.
b. Kelemahan sistem ini adalah tanaman relatif mudah terserang hama
maupun penyakit.
B. Tumpang sari
Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa
pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang
bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah
penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya
yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Dalam
kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping. Penanaman yang dilakukan
segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai atau jagung dan
kacang panjang) dikenal sebagai tumpang gilir.
Tumpang sari dapat pula dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur)
suatu tanaman perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok
masih kecil atau belum produktif. Hal ini dikenal sebagai tumpang sela
(intercropping). Jagung atau kedelai biasanya adalah tanaman sela yang dipilih.
61
Dalam kehutanan hal ini disebut sebagai wana tani. Suatu konsep serupa juga
diterapkan bagi budidaya padi dan ikan air tawar yang dikenal sebagai mina tani.
Pola penanaman tumpang sari dapat memaksimalkan lahan dibandingkan pola
monokultur karena: hasil panen pada lahan tidak luas bisa beberapa kali dengan usia
panen dan jenis tanaman berbeda, petani mendapat hasil jual yang saling
menguntungkan atau menggantikan dari tiap jenis tanaman berbeda dan, resiko
kerugian dapat ditekan karena terbagi pada setiap tanaman.
Penggunaan pupuk majemuk dalam tumpang sari lebih menguntungkan
karena lebih murah dibandingkan dengan pupuk tunggal dan, pemakaiannya sekali.
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada
beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola
tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang
mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari
dan hama penyakit. Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan dan saat
penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama
pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari persaingan (penyerapan hara
dan air) pada suatu petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari
sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran
yang relatif dalam dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal.
Polikultur (disebut Juga tumpangsari) adalah penanaman dua tanaman secara
bersama-sama atau dengan interval waktu yang singkat, pada sebidang lahan yang
sama. Tumpangsari merupakan sistem penanaman tanaman secara barisan di antara
tanaman semusim dengan tanaman tahunan. Tumpangsari ditujukan untuk
memanfaatkan lingkungan (hara, air dan sinar matahari) sebaik-baiknya agar
diperoleh produksi maksimum.
Sistem tumpangsari dapat diatur berdasarkan:
Sifat-sifat perakaran
63
Waktu penanaman
Tujuan dari pada tanaman tumpangsari adalah:
Memanfaatkan tempat-tempat yang kosong
Menghemat pengolahan tanah
Memanfaatkan kelebihan pupuk yang diberikan kepada tanaman utamanya
Menambah penghasilan tiap kesatuan luas tanah
Memberikan penghasilan sebelum tanaman utama menghasilkan.
Pengukuran sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghindarkan
persaingan unsur hara, air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yang
dalam ditumpangsarikan dengan tanaman yang berakal dangkal. Tanaman monokotil
yang pada umumnya mempunyai sistem perakaran yang dangkal, karena berasal dari
akar seminal dan akar buku. Sedangkan tanaman dikotil pada umumnya mempunyai
sistem perakaran dalam, karena memiliki akar tunggang. Dalam pengaturan tumpang
sari tanaman monokotil dengan tanaman dikotil dapat dilakukan kalau dipandang dari
sifat perakarannya, misalnya tumpang sari jagung dengan jeruk manis. Jeruk manis
dapat tumbuh dengan baik, sedangkan tanaman jagung tumbuh subur tanpa
mengganggu kehidupan jeruk manis.
Pengaturan tumpang sari harus diingat bahwa tanaman selalu mengadakan
kompetisi dengan tanaman semusim yang dapat saling menguntungkan, misalnya
antara kacang-kacangan dengan jagung. Jagung menghendaki nitrogen tinggi,
sementara kacang-kacangan, karena kacangan dapat memfiksasi nitrogen dari udara
bebas.
Tumpang sari adalah penanaman dua tanaman atau lebih secara bersamaan
atau dengan satu interval waktu yang singat, pada sebidang tanah yang sama.
Tumpang sari merupakan sistem penanaman tanaman secara barisan di antara
tanaman semusim dengan tanaman tahuanan. Tumpang sari ditunjukan untuk
memanfaatkan lingkungan sebaik-baiknya agar diperoleh produksi yang maksimum.
Sitem tumpang sari dapat dapat di atur berdasarkan
1.
Sifat-sifat perakaran
2.
Waktu penanaman
65
tumpang sari dilihat dari sifat-sifat perakarannya dapat di pandang dari perakarannya.
Contoh pada tanaman jagung di tumpang sarikan dengan jeruk manis, karena jagung
termasuk jenis tanaman yang memiliki perakaran dangkal sedangkan jeruk manis
termasuk tanaman jenis perakaran dalam maka keduanya tidak akan mengalami
gangguan dalam penyerapan unsur-unsur hara yang terdapat didalam tanah.
Perlu diingat bahwa sistem pertanian tumpang sari selalu terdapat persaingan
di atas (oksigen, CO2, suhu, kelembaban dan cahaya matahari) dan persaingan di
bawah (unsur hara dan air). Sehingga perlu di atur sedemikian rupa agar tidak terlalu
menggangu perkembangan tanaman yang di kukan tumpang sari.
Tumpang sari juga dapat di lakukan antara tanaman semusim dengan tanaman
semusim lainya, misalnya antara kacang-kacangan dengan jagung. Jagung
menghendaki nitrogen yang tinggi sedangkan kacang-kacangan tidak terlalu
terganggu pertumbuhanya karena sediki terlindung oleh jagung. Kekurangan nintogen
oleh jagung juga dapat terpenuhi oleh kacang-kacangan, karena kacang-kacangan
dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas.
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi unsur hara untuk
menggantikan unsur yang habis terserap tanaman. Pupuk adalah material yang
ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang
diperlukan sehingga tanaman mampu berproduksi dengan baik. Materialnya dapat
berupa bahan organik ataupun anorganik. Jadi memupuk adalah menambahkan
material dalam hal ini unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Berbeda dengan hormon
tumbuhan atau ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), pupuk mengandung bahan baku yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sedangkan ZPT
membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ZPT dapat
ditambahkan ke dalamnya terutama pupuk buatan.
Pemupukan dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Agar
pemberiannya tepat, perlu diperhatikan kebutuhan tanaman tersebut, sehingga tidak
terlalu banyak bahan makananang diberikan karena jika terlalu sedikit atau terlalu
banyak dapat membahayakan tanaman.
Jenis-jenis pupuk :
Berdasarkan kebutuhan tanaman, dikelompokkan menjadi:
1. Pupuk Makro
Adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, terdiri dari unsur
makro primer dan sekunder. Unsur makro primer meliputi Nitrogen (N), Pospat (P),
dan Kalium (K), sedangkan makro sekundernya meliputi Kalsium (Ca), Magnesium
(Mg), dan Sulfur (S).
2. Pupuk Mikro
Adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif kecil. Sekalipun
dibutuhkan dalam jumlah sedikit, namun mutlak diperlukan tanaman, meliputi Klor
(Cl), Besi(Fe), Mangan (Ma), Tembaga (Cu), Boron (B), Molibdenum (Mo), dan
Seng (Zn).
Berdasarkan asalnya, dikelompokkan menjadi:
1. Pupuk Organik
Adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik baik dari kotoran hewan
atau manusia maupun dari sisa-sisa pelapukan tanaman.
69
2. Pupuk Anorganik
Adalah pupuk buatan pabrik yang dibuat dari bahan-bahan kimia berkadar
hara tinggi. Contoh Pupuk Urea, SP36, KCl, dll.
Berdasarkan cara pemberiannya, dikelompokkan menjadi:
1. Pupuk Akar
Adalah pupuk yang diberikan ke dalam tanah agar terserap oleh akar tanaman,
baik dalam bentuk padat maupun cair (kocoran).
2. Pupuk Daun
Adalah pupuk yang diberikan langsung ke tanaman melalui mulut daun
(stomata) dengan cara disemprotkan.
PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK
1). Pupuk Organik
Fungsi :
Pengomposan juga bertujuan menurunkan rasio C/N. Jika bahan organik yang
memiliki rasio C/N tinggi tidak dikomposkan dan langsung diberikan ke dalam tanah
maka proses penguraiannya akan terjadi di tanah, mengakibatkan CO2 dalam tanah
meningkat sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman, bahkan pada tanah ringan
mengakibatkan daya ikat terhadap air rendah serta struktur tanahnya berserat dan
kasar.
3. Pupuk Hijau
Adalah pupuk yang berasal dari tanaman (hijauan) meliputi bagian daun,
tangkai dan batang muda tanaman tertentu yang banyak mengandung unsur Nitrogen.
Tanaman yang dikategorikan pupuk hijau mempunyai bakteri rhizobium yang
menempel pada akar, terutama pada tanaman famili Leguminosae. Perlu diperhatikan
cara aplikasinya untuk hasil yang lebih baik.
4. Humus
Adalah sisa tumbuhan berupa daun, akar, cabang dan batang yang sudah
membusuk secara alami lewat bantuan mikroorganisme dan cuaca. Sifat humus tidak
berbeda dari kompos yaitu mudah mengikat air dan gembur, sedangkan ciri khasnya
berwarna hitam sampai coklat tua. Salah satu cara menambahkan humus ke dalam
tanah adalah dengan membenamkan tanaman hijauan ke dalam tanah sehingga akan
terjadi pembusukan yang membentuk humus.
5. Pupuk Mikroba
Adalah pupuk yang memanfaatkan inokulum-inokulum mikroba yang
menguntungkan untuk sebagai dekomposer untuk mengurai bahan-bahan organik di
dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, serta melepaskan ikatan senyawa unsur
hara penting bagi tanaman menjadi tersedia. Adanya peran serta mikroba
menguntungkan ini menjadikan unsur tersedia dapat langsung diserap oleh akar
tanaman. Ada beberapa jenis berdasarkan fungsinya, yaitu miktoba penambat N
(nitrogen), Pelarut P (Phosphat), dan mikroba selulotik (kombinasi penambat N dan
pelarut P).
2). Pupuk Anorganik
Keuntungan pemupukan anorganik :
73
75
77
79
dan Virus
Helicoverpa
armigera
Nuclear
Polyhedrosis
Virus
(HaNPV).menginfeksi larva.
c). Kimiawi
Untuk mengendalikan larva H. Armigera pada jagung, penyemprotan
insektisida Decis dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan
diteruskan (1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.
4. Lalat Bibit (Atherigona sp, Ordo: Diptera)
Pengendalian :
a). Pengendalian hayati
Parasitoid yang memarasit telur adalah Trichogramma spp, dan parasit larva
adalah Opius sp. Dan Tetrastichus sp. Predator Clubiona japonicola yang merupakan
predator imago.
b). Kultur teknis dan pola tanam
Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama 1 2 bulan pada musim hujan,
maka dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan
padi, tanaman dengan tanaman bukan padi, dengan tanam serempak serangan dapat
dihindari.
c). Varietas Resisten
Galur-galur jagung QPM putih yang tahan terhadap lalat bibit adalah MSQ-P1
(S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C1-45, sementara galur-galur jagung
QPM kuning yang tahan terhadap serangan hama ini adalah MSQ-K1(S1)-C1-16,
MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.
81
d). Kimiawi
Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih
(seed dressing), yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15g b.a./kg benih atau karbofuran
dengan dosis 6g b.a./kg benih. Selanjutnya setelah tanaman berumur 5-7 hari,
tanaman disemprot dengan karbosulfan dengan dosis 0,2kg b.a./ha atau thiodikarb
0,75 kg b.a/ha. Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik.
5. Sitophilus zeamais (Motsch) , Coleoptera, Curculionidae
Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang
bubuk, dan merupakan serangga yang bersifat polifag, selain menyerang jagung, juga
beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan jambu mente,
S. zeamais lebih dominan terdapat pada jagung dan beras. S. zeamais merusak biji
jagung dalam penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih
berada dipertanaman
Cara pengendalian :
-Pengelolaan tanaman
Serangan selama tanaman di lapangan dapat terjadi jika tongkol terbuka,
sehingga. Tanaman yang kekeringan, dengan pemberian pupuk yang rendah
menyebabkan tanaman mudah terserang busuk tongkol sehingga dapat diinfeksi oleh
kumbang bubuk. Panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis,
Panen yang tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di
penyimpanan.
-Varietas tanaman
Penggunaan varietas dengan kandungan asam fenolat tinggi dan kandungan
asam aminonya rendah dapat menekan kumbang bubuk. Penggunaan varietas yang
mempunyai penutupan kelobot yang baik
-Kebersihan dan pengelolaan gudang
Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi
sesudah gudang tersebut kosong. Taktik yang digunakan termasuk membersihkan
semua struktur gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi dan membuang
dari area gudang. Selain itu karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus
83
dibuang. Semua struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak
dimana serangga dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida baik pada
dinding maupun plafon gudang.
-Persiapan biji jagung yang disimpan
Kadar air biji + 12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk.
Perkembangan populasi kumbang bubuk akan meningkat pada kadar air 15% atau
lebih.
-Pengendalian secara fisik dan mekanis
Pada suhu lebih rendah dari 50C dan di atas 350C perkembangan serangga
akan berhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk.
Sortasi dapat dilakukan dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga
dengan biji sehat (utuh).
-Bahan Tanaman
Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis spricigera,
Lantana camara, daun Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, akar dari Khaya
senegelensis, Acorus calamus, bunga dari Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan tepung
biji dari Annona sp. dan Melia sp.
-Pengendalian hayati
Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk seperti
Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat
mencapai mortalitas 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae
(Howard) mampu menekan kumbang bubuk.
-Fumigasi
Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan tertentu
berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernafasan. Fumigasi
dapat dilakukan pada tumpukan komoditas kemudian ditutup rapat dengan lembaran
plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan yang kedap udara seperti
penyimpanan dalam silo, dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau
pengemasan dengan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh
kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala
85
kecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3), dan
Methyl Bromida (CH3Br).
Penyakit tanaman jagung :
1. Bulai
Gejala : penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih
sampai kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya adalah pada
pagi hari disisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari
konidiofor dan konidium jamur.
Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang
meluas keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala
sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun
yang dibentuk terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih
muda biasanya tidak membentuk buah, tetapi bila infeksinya pada tanaman yang
lebih tua masih terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil.
Penyebab : Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora
maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan
Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera
Utara dan Batu Malang Jawa Timur.
Cara pengendalian :
-Menanam varietas tahan: Sukmaraga, Lagaligo, Srikandi, Lamuru dan
Gumarang
-Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu
sampai satu bulan
-Penanaman jagung secara serempak
-Eradikasi tanaman yang terinfeksi bulai
-Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih)
dengan dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih.
2. Bercak daun
87
Gejala : Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut
ras patogennya yaitu ras O, bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x
(1,2_1,9) Cm. Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6_1,2) x (0,6_2,7) Cm,
berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian
menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih virulen dibanding ras O dan
pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu
setelah tanam. Tongkol yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan
tongkol dapatgugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun,
pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi
ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil
yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan
hidup dalam sisa tanaman.
3. Hawar daun
Gejala : Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval
kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi
nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar
2,5_15 Cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang
menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau
mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini
dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa
tanaman di lapang.
Penyebab penyakit hawar daun adalah : Helminthosporium turcicum
Cara pengendalian :
-Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5
-Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun
-Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.
4. Karat
Gejala : Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat
pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan
uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber
89
inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui
angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya
berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.
Penyebab penyakit karat adalah Puccinia polysora
Cara pengendalian :
-Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10
-Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma
-Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil
5. Busuk pelepah
Gejala : penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada
pelepah daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu,
bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang
tidak beraturan mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat. Gejala
hawar dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah dan
menjalar kebagian atas, pada varietas yang rentan serangan jamur dapat mencapai
pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium
pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang basah,
lembab dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan
sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama.
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani
Cara pengendalian :
-Menggunakan varietas/galur yang tahan sampai agak tahan terhadap penyakit
hawar pelepah misalnya: Semar 2, Rama, Galur GM 27,
-Diusahakan agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak
terlalu tinggi
-Lahan mempunyai drainase yang baik
-Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di
lahan yang sama
-Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim
91
6. Busuk Batang
Gejala : Tanaman jagung tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya
gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal
batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam
busuk, sehingga mudah rebah, pada bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal batang
terinfeksi tersebut ada yang memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan
atau coklat. Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan
spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella
zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum,
Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi Selatan
penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil diisolasi adalah Diplodia sp.,
Fusarium sp. dan Macrophomina sp.
Penularan
Cendawan
patogen
penyebab
penyakit
busuk
batang
93
kadangkadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas yang berwarna merah
jambu. Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di dalam tanah, cendawan ini
dapat terbawa benih , dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah Penyakit
busuk tongkol fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme
b. Busuk tongkol Diplodia
Gejala : Kelobot yang terinfeksi pada umumnya berwarna coklat, infeksi pada
kelobot setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung, menyebabkan biji berubah
menjadi coklat, kisut dan busuk. Miselium berwarna putih, piknidia berwarna hitam
tersebar pada klobot infeksi dimulai pada dasar tongkol berkembang ke bongkol
kemudian merambat ke permukaan biji dan menutupi klobot. Cendawan dapat
bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia yang berdinding tebal pada sisa
tanaman di lapang. Gejala busuk tongkol Dilodia disebabkan oleh infeksi cendawan
Diplodia maydis
c.
klobotnya saling menempel erat pada tongkol, badan buah berwarna biru hitam
tumbuh di permukaan klobot dan bongkol.
Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan Gibberella
roseum
Cara pengendalian :
-Pemeliharaan tanaman yang sebaik-baiknya, antara lain dengan pemupukan
seimbang
95
97
99
101
BAB III
METODOLOGI
105
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung
Samp
el
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Juml
1
8
9,5
5
4,5
4
4,5
5
7
7
4,2
58,
ah
Rata-
7
5,8
rata
2
5
5
5
5
5,5
5
5
5
5
5
3
6
6
6
6
5,6
5,5
5,6
6
6
6
4
4
7
4
6,5
3,7
6
7
3
5
6,8
50,5
58,7
53
5,05
5,87
5,3
5
5
5
8,3
17,9
15,8
14
15
21
4,5
7
113,
5
11,3
5
6
7
6
14
27,5
26
18
27
45
18
7,5
196
19,6
7
14
17,7
21,6
38
31,6
27
33,2
68,4
24,1
11
286,
8
14,4
28,7
20,8
45
24,6
34,9
24,2
67,8
27
9,4
296,
9
14,1
19,3
20,3
Mati
21
Mati
Mati
29,4
19,7
Mati
123,
6
28,6
8
29,6
8
12,3
Juml
Rata-
ah
rata
77,5
104,2
105
150,4
137,8
114,9
122
252,6
116,3
56,9
8,61
11,58
11,67
16,71
15,31
12,77
13,56
28,07
12,9
6,32
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
3
2,3
2
2,5
1,5
1
4
2
3
3
5
0,2
0,7
2
3
2
0,7
1
1
4
1
6
1
1
3
4
2
1,8
1
2
3
0,5
7
0,8
1,6
1,4
2,7
2,1
2,1
1,8
3,9
1,8
0,8
8
1,6
2,1
1,5
2,4
1,9
1,9
2,1
3,6
1,7
0,9
9
1,9
1,2
1,8
Mati
2,3
Mati
Mati
3,2
1,1
Mati
Jumla
Rata
-rata
13
13,4
16,2
19,1
16,3
12
14,4
20,2
19,1
10,7
1,44
1,49
1,8
2,12
1,81
1,33
1,6
2,24
2,12
1,19
107
Jumla
h
Ratarata
10
15
20
24,3
15,6
19,3
19
19,7
11,5
1,5
2,43
1,56
1,93
1,9
1,97
1,15
Sampel
1
1
5
11
4,
4
5
6
7
8
9
10
Jumla
h
Ratarata
2
13
15,
Jumla
Rata
-rata
3
12
4
13
5
4
6
5
7
7
8
12,1
9
12,5
83,6
9,29
5
18
10
13,2
24,1
16,3
110,1
12,23
19
10
16,3
13,7
115,7
12,85
15
12
22,3
29
23,2
16,7
Mat
122
13,5
10
16
29
11,7
116,5
12,94
13
14
10
14,3
21,3
28,3
109,2
12,13
16
15
16
13
25,3
20,5
118,3
13,14
16
17
15
32,5
43,2
50,5
12,5
196,2
21,8
16
18
10
17,5
22,2
27,1
16,5
144,8
16,09
18
20
12
6,5
7,3
5,6
81,4
9,04
56
156
93
85
145,
213,
216,
5,
15,
9,
8,
1
14,5
6
21,3
8
21,6
5
4,
5
3,
5
3,
5
4,
5
8,
5
15,
5
14
0
14
i
17,8
Mat
i
Mat
i
Mat
i
92,3
9,23
109
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tanaman Jagung
Berat Basah (gram)
Berat Kering (gram)
Akar
Batang
Daun
Akar
Batang
Daun
0,01
0,57
0,14
0,09
0,04
0,05
0,14
0,75
0,08
0,11
0,23
0,04
0,10
0,30
0,06
0,09
0,11
0,06
0,09
0,18
0,04
0,07
0,08
0,03
0,04
0,10
0,04
0,03
0,05
0,03
0,04
0,15
0,03
0,02
0,06
0,02
0,16
0,87
0,25
0,09
0,31
0,06
0,30
0,36
0,31
0,19
0,79
0,17
0,08
0,27
0,08
0,04
0,08
0,06
0,05
0,24
0,21
0,05
0,11
0,09
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini Kami melakukan penanaman tanaman Monocotyle yaitu
tanaman jagung (Zea mays) dengan sistem monokultur. Selama melakukan
pembudidayaan dari awal hingga panen kami melewati beberapa tahap :
1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan untuk tanaman jagung meliputi pengolahan tanah dan
pembuatan saluran drainase. Pengolahan tanah meliputi, kegiatan pembongkahan
tanah, meratakan, menghaluskan, membuat bedengan dengan ukuran 350cm x 350
cm serta membersihkan gulma dan sisa tanaman. Kemudian dibuat saluran (parit) di
sekeliling lokasi pertanaman dengan lebar 25 cm dan dalam 25 cm. Bedengan atau
tanah diolah pada lapisan topsoil (permukaan atas) dengan menggunakan cangkul.
Setelah lahan sudah terbentuk maka tanah harus digemburkan agar akar dapat dengan
mudah menyerap air dan unsur hara yang ada di tanah. Penggemburan ini dilakukan
berkali-kali menggunakan cangkul. Tanah diolah seminggu sebelum penanaman
dilakukan.
2. Penanaman
Proses penanaman dilakukan pada minggu ketiga praktikum. Kedalaman
tanam benih 4-5 cm. Jarak tanam yang dicoba 70 cm x 50 cm. Jarak terpinggir adalah
setengah jarak tanam. Bedeng yang telah ditugal diisi (ditanam) 2 butir benih jagung.
Bersamaan dengan menanam benih diberikan sedikit furadan atau carbofuran (0,17)
111
ke dalam lubang tanam. Tujuannya untuk serangan lalat bibit pada awal masa
pertumbuhan dan serangan hama semut yang memakan cadangan makanan di dalam
benih.
3. Pemupukan
Pemupukan merupakan langkah yang penting dilakukan, karena tanaman
tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika tidak diberi pupuk. Sebelum
melakukan penanaman lahan yang telah diolah dan digemburkan. Jika lahan yang
digunakan tandus, maka diberi pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Selain pupuk
kandang bisa juga diberi pupuk buatan, yaitu Urea dan NPK. Pemupukan bisa
dilakukan dengan membuat larikan pada pinggir
penugalan di kiri dan kanan tanaman. Pemupukan yang kami lakukan mulai dari fase
awal pada saat sebelum memulai tahap penanaman. Setelah lahan digemburkan,
maka lahan kami diberi pupuk NPK. Kemudian, tahap selanjutnya ketika sudah
dimulai penanaman maka diberi pupuk NPK sesuai dengan kadar yang ditentukan.
Kadar yang tidak sesuai berupa kekurangan maupun kelebihan akan mengakibatkan
perubahan yang terjadi pada tanaman kami seperti tanaman layu meskipun dalam
proses pengairan dilakukan secara rutin.
5. Pemeliharaan
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam , jika ada tanaman
yang tidak hidup. Penyulaman tidak dilakukan dengan menggunakan bibit jagung
yang telah ditanam bersamaan pada media karena kami sudah mendapatkan benih
yang siap untuk ditanam. Setelah tanaman tumbuh perlu dilakukan penjarangan
dengan menyisakan 1 tanaman dalam 1 lubang sehingga pertumbuhannya baik dan
merata. Penjarangan dilakukan dengan tujuan agar populasi tanaman dalam petak
tetap dan tanaman tidak bersaing untuk merebutkan unsur hara.
b. Penyiangan dan pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan pada umur 3 minggu setelah tanam, kemudian
dilakukan juga pembumbunan. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan bersamaan
113
dengan tujuan untuk menghilangkan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dan
membuat tanah gembur sehingga memudahkan ginofor masuk ke dalam tanah.
c. Penyemprotan hama dan penyakit
Pada minggu ke 3 juga dilakukan penyemprotan fungisida yang dicampur
dengan insektisida. Pada umur 4 minggu taburkan furadan di pucuk tanaman. Pada
umur 5 minggu dilakukan penyemprotan, Penyiangan gulma serta pembumbunan.
6. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap sore kecuali jika hari hujan. Air merupakan
salah satu faktor keberhasilan dalam budidaya tanaman jagung manis. Terutama pada
fase awal pertumbuhannya. Mekanisme penyiraman diluar jadwal praktikum
dilakukan secara bergilir oleh praktikan. . Pada fase awal pertumbuhan benih hingga
tanaman muda, penyiraman dilakukan rutin meskipun pada awal penanaman masih
pada musim kemarau dan sulit mendapatkan air hujan. Kami tetap melakukan
penyiraman dengan mengambil air dan menyiramnya menggunakan ember. Pada fase
awal tersebut tanaman sangat membutuhkan air yang cukup, jika penyiraman jarang
dilakukan maka tanaman akan layu dan akhirnya mengalami kematian. Begitupun
jika tanaman kelebihan air dapat menyebabkan tanaman akan layu dan mengalami
kematian pula. Jadi takaran pemberian air harus sangat sesuai dengan yang
dibutuhkan tanaman , yang terpenting sekitar lahan dan tanaman harus terkena air
agar lahan tidak mengalami kekeringan. Peran air disini sangat vital karena
memberikan energi untuk para tanaman karena cuaca yang ada di serang ini cukup
panas sehingga bisa menyebabkan kekeringan bagi tanaman jika tidak diberikan air
atau tidak melakukan penyiraman sekiranya 2 hari sekali. Pengambilan air diambil di
sungai yang jaraknya lumayan jauh dari lahan.
Dari semua benih yang kami tanam tidak semuanya bias tumbuh.
Penyebabnya dapat berupa factor internal maupun factor eksternal. Factor internal
penyebabnya karena benih sudah rusak, hal itu dapat terjadi karena pada saat
pemilihan benih tidak teliti sehingga benih tidak dapat tumbuh. Seharusnya benih
tersebut direndam terlebih dahulu dengan air agar terlihat mana benih yang baik dan
layak ditanam dan mana benih yang sudah rusak dan tidak layak tanam. Apabila
115
benih tersebut terapung maka benih tersebut sudah tidak ada isinya atau sudah tidak
berisi cadangan makanan, maka benih seperti ini tidak layak untuk ditanam.
Sedangkan benih yang tenggelam adalah benih tersebut masih berisi cadangan
makanan untuk berkecambah, maka benih tersebut layak ditanam. Perlakuan tersebut
terlihat sangat sederhana tapi kami melewatkannya sehingga berakibat fatal, karena
dari banyaknya benih yang kami tanam sebagian besar tidak berkecambah. Factor
eksternal penyebabnya adalah benih yang dimakan oleh hama.
Dari beberapa benih yang kami tanam telah kami pilih 10 sampel yang akan
kami amati selama 9 minggu dimana menurut kami ke-10 tanaman tersebut dapat
tumbuh dengan baik dari yang lainnya.
Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada monokultur seperti yang terlihat
pada table 1 terlihat perbandingan tinggi yang tidak stabil yaitu pada tanaman sampel
1,2,6,8, dan 9 mengalami penurunan tinggi tanaman di minggu ke-2. Pada sampel 3
dan 5 menagalami penurunan tinggi tanaman di minggu ke-4. Pada sampel 7 dan 10
mengalami penurunan tanaman di minggu ke-8. Sedangkan terlihat hanya pada
sampel 4 yang mengalami kenaikan tinggi tanaman secara signifikan namun pada saat
minggu ke-9 tanaman tersebut mati.
Pada pengamatan lebar daun tanaman jagung pada monokultur seperti yang
terlihat pada table 2 terlihat perbandingan yang sangat tidak menentu yaitu pada
tanaman sampel 1,2,6,7,8, dan 10 mengalami penurunan pada lebar daun di minggu
ke-5. Pada sampel 3,9, dan 4 mengalami penurunan pada lebar daun di minggu ke-8.
Pada pengamatan panjang daun tanaman jagung pada monokultur seperti yang
terlihat pada table 3 terlihat perbandingan yang tidak signifikan yaitu tanaman sampel
1,2,4,5, dan 7 mengalami pengurangan panjang daun di minggi ke-3. Pada sampel
3,6,8,9, dan 10 menagalami pengurangan panjang daun di minggu ke-4.
Tanaman yang mati di minggu ke-9 terjadi pada tanaman sampel 4,6,7, dan
10. Pada sampel 8 merupakan tanaman yang paling seimbang bobotnya (baik basah
maupun kering) pada batang, akar, dan daun. Dan dari ke-10 sampel sampel 8 lah
yang tumbuh paling tinggi namun disayangkan pada minggu ke-9 sampel 8
mengalami penurunan tinggi dikarenakan beberapa factor.
117
119
Daun jagung adalah daun sempurna dan berbentuk memanjang. Daun jagung
dapat pula gugur atau berkurang akibat adanya usia maupun factor-faktor lainnya.
(Bahri, S. 2007)
Penyebab kegagalan budidaya tanaman pada praktikum kali ini selain
disebabkan oleh hama dan penyakit, terdapat factor eksternal lain yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Factor pertama yaitu kondisi tanah atau lahan. Saat pembagian lahan
kelompok kami mendapatkan lahan yang kering dan banyak tanah yang sudah
mengeras menjadi batu yang sulit untuk dicangkul dan dihancurkan. Tanah yanag
keras dan mengandung hanya sedikit unsur hara menyebabkan tanaha menjadi tandus.
Sehingga saat kami membuat tanah dan saat menggemburkan tanah cukup mengalami
kesulitan. Masih terdapat tanah-tanah keras disekitar lahan sedangkan tanaman
jagung membutuhkan tahah yang gembur untuk tumbuh.
Keadaan tanah yang kaya hara dan humus sangat cocok untuk tanaman
jagung. Disamping itu tanaman jagung juga toleran terhadap berbagai jenis tanah.
Namun tanaman jagung akan tumbuh lebih baik pada tanah yang berstektur lempung
(lempung berdebu atau berpasir) dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainasenya
baik serta cukup air. (Rukmana, 1998)
Faktor kedua adalah intensitas cahaya. Kelompok kami mendapatkan lahan di
paling tepi. Disampin lahan kami terdapat pohon-pohon dan semak-semak yang
menjulang tinggi, akibatnya intensitas cahaa matahari yang mengenai tanaman jagung
berkurang karena terhalangi oleh pohon tersebut. Padahal tanaman jagung merupakan
tanaman yang harus mendapatkan sinar matahari penuh. Sehingga tanaman jagung
yang kurang terkena sinar matahari akan menguning.
Sinar matahari merupakan sumber energy dan sangat membantu dalam proses
asimilasi daun. Pada proses asimilasi tersebut sinar matahari berperan langsung pada
pemasakan makanan yang kemudian diedarkan ke seluruh bagian tubuh tanaman.
( Rukmana, 1998)
Tanaman jagung tergolong mempunyai peningkatan tinggi yang baik, yaitu
dengan rata-rata 3-4 cm per minggu. Namun tinggi tanaman jagung dapat berkurang
121
sesuai dengan keadaan umurnya, dimana ujung tanaman (daun) telah menguning.
Adapula pengurangan tinggi tanaman disebabkan oleh OPT. (Bahri, S. 2007)
Factor yang terakhir adalah ketersediaan air. Letak lahan praktikum yang
cukup jauh dari kampus menjadi kendala untuk proses penyiraman tanaman.
Tanaman yang masih muda seharusnya disiram sebanyak dua kali sehari yaitu pagi
dan sore, tapi kami hanya menyiramnya sekali sehari bahkan kadang jadwal
perkuliahan yang padat membuat kami tidak pergi kelahan untuk menyiram tanaman
kami. Iklim daerah serang serang yang panas dengan curah hujan yang rendah
membuat tanaman-tanaman menjadi kekeringan. Sehingga tanaman jagung kami
kekurangan unsur hara dan mineral.
Air dapat menyediakan atau menyiapkan zat hara mineral dan juga oksigen
dari dalam tanah ke daerah perakaran tanaman, sehingga memudahkan proses
penyerapan hara oleh akar-akar tanaman. (Rukmana, 1998)
123
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan
produktivitas yang maksimal dan menghindari gagal panen akibat serangan hama dan
penyakit, maka digunakanlah pupuk dan pestisida. Dari percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa dosis pemupukan sangat berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman. Semakin banyak pupuk yang diberikan semakin terpenuhilah kebutuhan
nutrisi tanaman. Namun, tanaman juga mempunyai batas maksimum penyerapan
unsur hara sehingga pemupukan yang terlalu banyak akan berakibat pada penurunan
produktivitas tanaman. Pembudidayaan tanaman meliputi kegiatan penanaman,
perawatan, pengamatan hingga pemanenan.
5.2 Saran
Saran yang diberikan untuk praktikum ini bahwa dalam pembudidayaan
tanaman jagung harus siap dalam mengatasi hama dan penyakit yang akan menyerang
tanaman jagung tersebut oleh karena penanganan demi penanganan terus
dilaksanakan dan dikembangkan agar tanaman-tanaman jagung dapat tumbuh dengan
baik selain itu dapat disarankan agar dalam penggunaan pestisida untuk menangani
hama harus menggunakan pestisida organik karena agar tidak membahayakan banyak
kehidupan baik manusia, hewan bahkan tumbuhan itu sendiri. Saran lainnya yaitu
agar disediakan penampungan air disekitar lahan sehingga praktikan tidak harus
mengambil air yang cukup jauh harus turun kebawah untuk mengambil air untuk
peniraman.
125
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. http://megantara-farm.blogspot.com/tanaman-tumpang-sari-kedelaidan-jagung/2011/07. html. Diakses 30 Juni 2015
Ariebowo. Moekti. 2003. Praktis Belajar Biologi. Visindo: Jakarta.
Bahri, S. 2007. Dasar-daras Agronomi. Jakarta: Gramedia
Hartmann, HT. et all. 1981. Plant Science, Growth Development andUtilization of
Cultivated Plants. Prentice Hall inc.
Hartono, Rudi. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Henry K. Indronada, Ir., 1985. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jakarta: PT. Bina
Aksara.
Ir. Edhi Turmudi, MS. 2008. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Agronomi.
Laboratorium Agronomi, Jurusan Pertanian. Fakultas PertanianUniversitas
Bengkulu (UNIB).
Karim, Saeful. 2008. Belajar IPA. Madju Offset: Jakarta.
Karma, Oman. 2006. BIOLOGI XI. Grafindo: Bandung
Lisdiana, Fachrudin. 2000. Budi Daya Kacang Kacangan. Penerbit Kanisius:
Yogyakarta.
Mashudi. 2001. Bertanam Kacang Tanah dan Manfaatnya. Azaka Press: Surabaya.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Mul Mulyani Sutedjo, Ir., 1985. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Bina
Cipta.
Pitojo, Setijo. 2005. Benih Kacang Tanah. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Priyandoko, Didik. 2007. BIOLOGI XI. Piranti Darma Kalokatam: Jakarta.
Purwono, 2005. Biologi Interaktif. Azka Press: Surabaya.
Purwono. 2007. Budi Daya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penerbit Penebar
Swadaya: Jakarta
R. Soeroto Sosrosodirdjo, dkk, 1990.Teknik Budidaya Kacang Tanah. Jakarta
Rukmana Rahmat. 1998. Kacang Panjang. Kanisius, Yogyakarta
127
Sri Setyadi Harjadi, MM, Dr., 1979. Pengantar Agronomi Budidaya Tanaman.
Jakarta
Surtkanti. 2011. Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya.
Balai Tanaman Serelia. Seminar Nasional Tanaman Serelia 2011.
Wikipedia. 2015. Tumpang sari. http://id.wikipedia.org/wiki/Tumpang_sari. Diakses
30 Juni 2015
129
LAMPIRAN
131