Anda di halaman 1dari 71

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepata Tuhan yang Maha Esa karena telah
memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan laporan dasar-dasar agronomi
ini. Laporan ini kami buat dengan semaksimal mungkin agar dapat menghasilkan
laporan akhir yang maksimal berdasarkan data yang aktual, faktual, berdasarkan hasil
praktikum dan pengamatan kami di lapangan.
Praktikum dasar agronomi ini merupakan praktikum yang membantu
mahasiswa dalam memperoleh ilmu dasar teknik budidaya pertanian, baik secara
monokultur maupun tumpang sari. Kelompok kami diberi kesempatan untuk
mempraktekkan budidaya jagung secara monokultur di lahan Sitandu.
Alasan dibuatnya laporan ini adalah sebagai persyaratan dari mata kuliah
dasar agronomi dan juga sebagai bukti telah dilakukannya praktikum ini. Selain itu,
laporan ini juga berisi hasil analisis dan reproduksi hasil dari penelitian dan
pengamatan kelompok kami di lapangan.
Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tuhan yang Maha Esa
dan para dosen dan asisten yang memfasilitasi kami dengan bahan dan informasi.
Terakhir, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang saling
mendukung dan orang tua kami di rumah yang turut mendoakan kami agar semuanya
berlangsung dengan baik.

Serang, Juli 2015


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................5
2.1 Tinjauan Umum Tanaman....................................................................................5
2.2 Sistematika dan Botani Tanaman.......................................................................22
2.3 Syarat Tumbuh...................................................................................................25
2.4 Monokultur dan Tumpang Sari..........................................................................28
2.5 Pupuk dan Pemupukan.......................................................................................35
2.6 Hama dan Penyakit............................................................................................39
BAB III.......................................................................................................................53
METODOLOGI.........................................................................................................53
3.1 Waktu dan Tempat..............................................................................................53
3.2 Alat dan Bahan...................................................................................................53
3.3 Cara Kerja..........................................................................................................53
3.4 Parameter Pengamatan.......................................................................................54
BAB IV........................................................................................................................55
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................55
4.1 Hasil...................................................................................................................55
4.2 Pembahasan........................................................................................................57
BAB V.........................................................................................................................64
2

PENUTUP..................................................................................................................64
5.1 Simpulan............................................................................................................64
5.2 Saran..................................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................65
LAMPIRAN...............................................................................................................67

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung................................................................................55


Tabel 2. Lebar Daun Tanaman Jagung.......................................................................55
Tabel 3. Panjang Daun Tanaman Jagung....................................................................56
Tabel 4. Hasil Uji Laboratorium ...............................................................................57

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bobot Kering Sampel 8..........................................................................67


Gambar 2. Bobot Kering Sampel 5..........................................................................67
Gambar 3. Serangan Belalang.................................................................................67
Gambar 4. Serangan Belalang.................................................................................67
Gambar 5. 3MST Sampel 5.....................................................................................67
Gambar 6. 3 MST Sampel 10..................................................................................67

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata kuliah Dasar-dasar Agronomi adalah mata kuliah yang berisikan prinsipprinsip dasar pengusahaan tanaman, pengenalan faktor-faktor produksi dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Kegiatan praktikum diselenggarakan
sebagai sarana untuk melengkapi dan mendukung pemahaman terhadap teori yang
diberikan dalam perkuliahan.
Praktikum lapangan Dasar-dasar Agronomi merupakan serangkaian kegiatan
di kebun percobaan yang berisikan materi identifikasi dan praktik kegiatan budidaya
tanaman. Melalui praktikum ini mahasiswa akan memperoleh pengalaman empiris
melakukan kegiatan mulai dari pembukaan lahan, pengenalan tanaman, penggunaan
sarana produksi (benih, pupuk, pestisida), penanaman benih, pembibitan tanaman,
pemeiharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan
pemanenan.
Salah satu praktik budidaya tanaman yang sering dilakukan adalah budidaya
tanaman jagung ( Zea mays L. ). Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat
dilakukan

manipulasi

genetik

maupun

lingkungan.

Manipulasi

lingkungan

dimaksudkan agar tanaman memperoleh faktor-faktor pertumbuhan seperti hara air,


cahaya dan ruang tumbuh yang optimal. Manipulasi lingkungan tersebut diantaranya
adalah pengaturan populasi tanaman atau konfigurasi tanaman. Populasi tanaman
maupun konfigurasi tanaman akan mempengaruhi efisiensi tanaman dalam
memperoleh faktor-faktor tumbuh atau kondisi iklim mikronya.
Ada hubungan antara habitus suatu varietas dengan persyaratan pengaturan
tanaman yang akhirnya berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil. Hal ini berkaitan
dengan percabangan, ketegakan batang dan sudut daun yang berbeda-beda. Demikian
pula terbentuknya buku subur atau produktif, pengisian biji yang akhirnya
berpengaruh pada hasil panen.

Populasi tanaman ditentukan oleh jarak tanam atau jumlah tanaman per
rumput (hill). Peningkatan populasi tanaman sampai dengan tingkat tertentu dapat
meningkatkan

produktivitas

lahan.

Namun,

setelah

mencapai

produktivitas

maksimum, peningkatan populasi akan menurun, sedangkan produktivitas per


tanaman kemungkinan memiliki pola tetap sampai dengan tingkat populasi tertentu
kemudian menurun,. Terdapat hubungan antara populasi dengan Indeks Luas Daun
(ILD) atau Leaf Areal Index (LAI) dan produktivitas.
Didalam penilitian sangat erat kaitan nya dengan pengamatan, penting nya
penelitian disini sebagai suatu cara yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan
suatu penilitian, banyak define daripada pengamatan itu sendiri. Pengamatan dapat di
bagi menjadi 2 yaitu pengamatan kuantitatif dan pengamatan kualitatif.
Pengamatan kualitatif adalah pengamatan yang dilakukan alat indra tanpa mengacu
kepada satuan pengukuran baku tertentu, tidak menggunakan alat ukur. Contohnya
pengamatan warna daun, pengamatan rasa buah-buahan, pengamatan bentuk paruh
burung, pengamatan bentuk biji-bijian.
Pengamatan kuantitatif adalah pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur yang mengacu

pada satuan baku tertentu. Contohnya

pengamatan panjang daun, pengamatan lebar daun, pengamatan berat biji,pengamatan


jumlah daun, pengamatan tinggi batang dll.
Berdasarkan tipe data kualitatif maka terdapat 4 (empat) macam tipe
pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumen, alat-alat audiovisual. Atas
dasar hal tersebut penulis mengklasifikasi kan teknik pengumpulan informasi (data)
menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu observasi, wawancara, dokumen, sedangkan alat-alat
audiovisual penulis sebut sebagai alat bantu pengumpulan data. Selanjutnya masingmasing teknik pengumpulan data tersebut akan diuraikan pengertian dan ciri-cirinya.
Segala bentuk pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia dalam
pemanfaatanya untuk budidaya tanaman guna memdapat hasil yanng sebanyakbanyaknya secara berkelajutan. Pola tanam atau (cropping patten) iyalah suatu urutan
pertanaman pada sebidang tanah selama satu periode. Lahan yang dimaksut bisa

berupa lahan kosong atau lahan yang sudah terdapat tanaman yang mampu dilakukan
tumpang sirih.
Usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan
dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama
periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami
selama periode tertentu.
Produktivitas merupakan suatu hal yang sangat vital dalam usaha pertanian,
dimana akhir-akhir ini semakin ditantang untuk mengimbangi tuntutan sosial
ekonomi masyarakat suatu bangsa. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan
permintaan akan kebutuhan hasil-hasil pertanian baik jenis, jumlah maupun
kualitasnya.
Disisi lain lahan untuk pertanian semakin terbatas karena alih fungsi lahan menjadi
tempat pemukiman, industri, sarana jalan serta sarana fisik lainnya, Untuk itu,
bagaimana merancang suatu model penanaman, agar lahan yang semakin terbatas itu
dapat menghasilkan produksi yang tinggi secara berkelanjutan.
Jagung sebagai tanaman pangan, menduduki urutan kedua setelah padi.
Disamping itu juga mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi,
karena jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang banyak mengandung
karbohidrat sehingga dapat dijadikan sebagai pengganti beras. Di Indonesia sangat
mendukung dikembangkannya komoditi jagung, Sebab jagung memiliki potensi yang
cukup baik untuk dibudidayakan dan mudah diusahakan. Konsumsi jagung di
Indonesia terus meningkat, karena itu peluang pemasaran jagung masih terbuka lebar
(Arif Ardiawan, 2008).
Selain komoditi jagung sebagai bahan makanan, masih dibutuhkan komoditi
lain seperti kacang hijau. Kacang hijau merupakan salah satu jenis komoditi dari jenis
tanaman leguminosa yang mempunyai arti penting. Posisinya menduduki urutan
ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Manfaat kacang hijau sebagai penghasil
bahan makanan merupakan hal yang sangat penting, karena jenis kacang ini banyak
mengandung vitamin terutama vitamin B1 yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan gizi masyarakat yang relatif kurang vitamin.

Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan antara lain tumpang sari, tumpang
gilir, tanaman bersisispan, dan tanamana campuran. Tumpang sari (intercropping),
adalah melakukan penanaman lebih dari satu tanaman yang memiliki umur sama
atau berbeda contoh tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang
sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
Tumpang gilir (Multiple Cropping) yaitu penanaman yang dilakukan secara
beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk
mendapat keuntungan maksimum (Syaifuddin, 2008).

1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mampu membudidayakan tanaman jagung ( Zea mays L )
dan kacang panjang ( Vigna sinensis ) secara optimum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman


A. Jagung
Nama ilmiah Jagung adalah Zea mays L. Jagung adalah sumber karbohidrat
utama di Amerika Tengah dan Selatan. Selain itu, jagung juga menjadi sumber
pangan alternative di Amerika Serikat. Bahkan jagung menjadi pangan pokok di
Madura dan Nusa Tenggara. Banyak yang bisa dimanfaatkan dari buah jagung. Bulirbulir jagung bisa dijadikan sumbur pangan kaya karbohidrat dengan diolah menjadi
tepung (tepung maizena), diambil minyaknya, sebagai bahan baku untuk industri,
atau langsung dimakan dengan direbus atau dibakar. Kemudian tongkol jagung juga
bisa dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak, karena tongkol jagung kaya akan
pentosa yang banyak dipakai sebagai bahan baku membuat furtural.
Banyak pihak meyakini bahwa jagung berasal dari Amerika Latin, meski asal
tepatnya masih dalam perdebatan. Ada yang mengatakan bahwa asalnya dari Andean,
ada yang mengatakan asalnya dari Meksiko, dengan alasan yang keduanya
meyakinkan. Jagung diyakini baru menyebar ke Afrika dan Asia setelah era
Columbus. Para pelayar post Columbuslah yang membawa jagung dan tanaman
Amerika Latin lainnya ke belahan dunia lainnya.
Jagung yang kita kenal sekarang sebenarnya merupakan hasil evolusi dari
jagung liar. Banyak ahli yang meyakini bahwa jagung modern merupakan evolusi
dari jagung yang bernama teosinte (si gigi kuda) akibat dari domestikasi oleh
manusia. Jagung teosinte berbeda dari jagung modern. Biji teosinte terbungkus
kelobot satu persatu. Sementara jagung modern bijinya menempel pada tongkol yang
kemudian dibungkus oleh kelobot.
Bagaimana jagung bisa sampai ke Nusantara? Banyak yang berpendapat
bahwa jagung baru diperkenalkan oleh Bangsa Portugis ke Nusantara. Orang Belanda
menamainya mays, sedangkan orang Inggris menyebutnya corn.

Berbeda dengan tomat atau papaya, yang namanya kita pakai seperti nama asli
dimana tanaman tersebut berasal, jagung adalah istilah lokal Jawa. Menurut Danys
Lombard, kata jagung berasal dari kata Jawi dan Agung. Jawi adalah juwawut, yaitu
sejenis rumput yang menghasilkan sereal mirip padi yang biasanya dipakai untuk
pakan perkutut. Sedangkan agung berarti besar. Jadi jagung adalah juwawut besar.
Dari istilah ini kita bisa menduga bahwa juwawut sudah lebih dulu ada di Jawa, baru
kemudian jagung datang ke Jawa.
Pertama-tama harus dipertanyakan apakah benar bahwa jagung baru
menyebar ke Asia dan Afrika paska pelayaran Columbus ke Benua Amerika. Dengan
ditemukannya pertukaran/pelayaran masyarakat Afrika dan Asia dengan Amerika
Latin jauh sebelum Columbus tersasar ke Benua Amerika, maka teori ini haruslah
ditolak. Jika pelayaran antara Asia/Afrika dengan Amerika Latin sudah terjadi jauh
sebelum Columbus tersesat di Benua Amerika, maka harus diyakini bahwa
penyebaran jagung ke Asia dan Afrika juga terjadi jauh sebelum Portugis, Inggris,
Spanyol dan Belanda menjelajahi Afrika dan Asia. Nama jagung sendiri menyatakan
hal tersebut.
Bukti lain bahwa jagung sudah ada di Nusantara sebelum bangsa-bangsa
Eropa sampai ke Nusantara adalah banyaknya jenis jagung lokal di berbagai pulau.
Sebagai contoh saja, di Madura kita kenal jagung unyil (kecil, tahan panas, tahan
kering, tahan angin dan rasanya enak untuk dimakan). Di Tanah Toraja kita kenal
jagung pondan. Di Jawa kita kenal jagung putih. Bukti ketiga adalah banyak suku di
Nusantara yang makanan pokoknya adalah jagung, khususnya di NTT. Di Jawa
sendiri, jagung pernah berdampingan dengan beras sebagai makanan pokok.
Jadi jelaslah sudah bahwa kehadiran jagung di Nusantara jauh lebih dulu
daripada Portugis atau Belanda. Mari kita kembali makan jagung karena jagung
sudah menjadi bagian dari kultur Nusantara.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika

11

Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa


Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok.
Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak
(hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji
dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari
tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai
sebagai bahan baku pembuatan furfural.
Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai
penghasil bahan farmasi. Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi
diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian
selatan).
Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu
teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan
mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian
filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan
langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh
penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp.
mexicana.
Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies
dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung
merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam.
Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.
Jagung diketahui berasal dari Amerika Tengah (Mexico Selatan). Sejarah
jagung merujuk ke 10.000 tahun yang lalu. Teknologi penanaman jagung dibawa ke
Ekuador pada sekitar 7000 tahun yang lalu. Dan sampai ke Peru pada kurun waktu
4000 tahun yang lalu. Pemanfaatan secara luas dalam kurun waktu yang sangat lama,
mengakibatkan jagung menjadi satu-satunya species tumbuhan yang tidak dapat
hidup di alam liar. Ada sekitar 50.000-an kultivar jagung sampai saat ini, termasuk di

13

dalamnya beberapa species yang diciptakan melalui persilangan dan rekayasa


genetik.
Sementara itu dari asal-usulnya, jagung dibedakan menjadi:
1. Galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih
2. Komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang
diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul
3. Dintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki
keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam
4. Hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau
empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis.
Di kalangan awam, juga dikenal penyebutan jagung berdasarkan warnanya.
Varietas yang paling dikenal adalah Yellow Corn atau Jagung Kuning. Namun
belakangan ini mulai banyak membanjiri pasar Indonesia jagung-jagung berwarna
putih yang disebut White Corn. Jagung kuning banyak digunakan sebagai bahan baku
pembuatan tepung jagung atau dipakai sebagai pakan ternak. Sementara White Corn
biasanya adalah jenis jagung manis yang sangat cocok dikonsumsi langsung.
Jagung merupakan tanaman pangan yang banyak digunakan untuk bahan
makanan pokok. Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek
cerah untuk dikembangkan adalah jagung semi (baby corn), yaitu jagung yang
dipanen saat masih muda dan belum membentuk biji. Kendala yang umum timbul
dalam memproduksi jagung semi antara lain adalah belum tersedianya varietas
unggul jagung yang dirakit khusus sebagai jagung semi. Sebagian besar produksi
jagung semi menggunakan varietas jagung pipil yang sudah tersedia di pasar.
Yodpetch dan Bautista (1983) mengemukakan karakteristik varietas jagung yang
dapat digunakan untuk memproduksi jagung semi diantaranya yaitu umur panen
pendek, hasil panen tinggi, jumlah tongkol tiap tanaman banyak (prolifik), dan
tongkol berkualitas baik dalam hal rasa, ukuran, dan warnanya. Menurut Adisarwanto
dan Widyastuti (2002), varietas jagung yang banyak digunakan sebagai benih jagung
baby corn di Indonesia antara lain adalah jagung hinrida varietas C-1 dan C-2,
Pioneer-1, 2, 7, dan 8, CPI-1, Bisi-2 dan Bisi-3, IPB-4, serta Semar-1, 2, 4, 5, 6, 7, 8,
9.

15

Namun ternyata jagung tidak hanya kuning dan putih. Browsing di Internet
menunjukkan kepada saya ada jenis jenis jagung dengan warna-warna lain yang
sangat eksotik. Misalnya Black Corn (Jagung Hitam), Blue Corn (Jagung Biru), Red
Corn, bahkan Purple Corn.
Saya pernah penasaran dengan jagung biru dan hitam, karena jagung ini
warnanya cenderung gotic yang bagi saya keren sekali bila bisa saya tanam di
pekarangan rumah saya. Dan ternyata benar, benar-benar ada jagung hitam dan biru.
Penelusuran lebih jauh di internet, saya menemukan bahwa jagung biru dan hitam
sebenarnya cenderung sama. Hanya penyebutannya yang berbeda, karena biru yang
dihasilkan dari jagung ini memang cenderung gelap kehitaman. Lebih lanjut lagi
diuraikan bahwa jagung biru (atau hitam) mengandung protein, sekitar 30% lebih
banyak dari pada varietas kuning atau putih.
Jagung Merah, Masih dalam keluarga jagung pop corn yang bulirnya
mengkilat, relatif lebih kecil dan lebih keras. Sekilas seperti jagung mainan dari
plastic atau serat fiber. Daya pikat utama jagung ini adalah pad awarna bulirnya yang
merah atau sedikit coklat/ungu tua). Jagung merah dikenal sebagai sumber pangan
yang sangat kaya akan antioksidan. Kandungan mineralnya juga sangat tinggi,
bahkan kandungan vitamin C nya diketahui lebih tinggi dari jagung hibrida kuning
atau putih.
Aplikasi pupuk pada tanaman jagung terutama urea adalah dengan cara
ditugal di samping tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Cara ini diketahui lebih
efisien, namun kini perlu dikaji kembali karena banyak petani berdasarkan
pertimbangan sosial, tenaga kerja dan biaya, sehingga pupuk hanya disebarkan di atas
permukaan tanah (Akil et al. 2007). Di banyak tempat utamanya di Jawa Timur, cara
aplikasi pupuk dengan di itugal di samping tanaman telah ditinggalkan petani dengan
alasan kekurangan tenaga kerja. Sebagai penggantinya petani menempatkan pupuk di
atas permukaan tanah tanpa ditutup tanah, dan sehari kemudian diairi atau dibiarkan
saja.

17

pengamatan Ispandi dan Soepangat (1986) yang menyatakan bahwa petani di


Kabupaten Kediri menggunakan pupuk urea dengan takaran 500 700 kg/ha.
Pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan jagung antara lain :
1). Pentingnya kecepatan perkecambahan dikaitkan dengan jumlah\pupuk yang
digunakan.
2). Nilai jual jagung dengan pupuk urea lebih mahal dibandingkan dengan jagung
yang menggunakan pupuk micin.
3). Jagung yang diberi pupuk urea terlihat lebih menarik dibangingkan dengan jagung
yang menggunakan pupuk micin.
Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis dan subtropis.
Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik, dengan
kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang dari 40%
kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air.
Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran
tinggi di atas 1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi
oleh suhu, setiap kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen
jagung akan mundur satu hari (Hyene 1987).
Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran
rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan
bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim
basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap
kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian
komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu optimum untuk
pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-6,8 (Subandi et al.
1988). Produksi jagung berbeda antardaerah, terutama disebabkan oleh perbedaan
kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan
tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan lingkungan (Allard
and Brashaw 1964), yang berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang
spesifik untuk dapat memperoleh produktivitas optimal.

19

Produksi jagung di Indonesia selama 5 tahun terakhir terus meningkat, pada


tahun 2006 mencapai sekitar 12 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat
menjadi 13,6 juta ton. Pengguna jagung yang terbesar adalah industri pakan ternak,
kemudian menyusul untuk industri makanan dan untuk konsumsi langsung manusia.
Kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak berkisar 5 juta ton/tahun dengan laju
kenaikan sekitar 10% - 15% setiap tahunnya. Dengan demikian seharusnya produksi
jagung dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan pabrikan pakan ternak. Namun
demikian, produksi jagung di Indonesia umumnya bersifat musiman dan wilayahnya
tersebar di berbagai daerah/ wilayah. Kondisi ini menyebabkan pasokan (supply)
jagung dan proses pengumpulannya untuk keperluan pabrik pakan ternak tidak
terjamin kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Hal ini menyebabkan para
industri pakan ternak cenderung melakukan impor jagung. Ketergantungan pabrik
pakan ternak terhadap jagung impor sangat tinggi yaitu sekitar 40% atau lebih kurang
1 juta ton pertahun. Hal tersebut disebabkan karena para industri pakan ternak lebih
senang untuk melakukan impor karena terjaminnya pasokan yang kontinyu serta
terjaminnnya kualitas/mutu dengan harga yang relatif lebih rendah.
Pada saat ini pabrikan pakan ternak memiliki kapasitas penyimpanan jagung
dalam bentuk silo dan gudang-gudang penyimpanan yang sangat terbatas. Sementara
itu, para petani dan pedagang juga belum memiliki gudang penyimpanan atau silo
yang memadai, sehingga pada saat panen raya produksi jagung melimpah dan harga
menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan hilangnya kesempatan petani untuk
meningkatkan pendapatannya. Hal ini dikhawatirkan akan mendorong keengganan
petani untuk menanam jagung di masa depan.

Jenis-Jenis Jagung
Jenis jagung dapat diklasifikasikan berdasarkan: (i) sifat biji dan endosperm,

(ii) warna biji, (iii) lingkungan tempat tumbuh, (iv) umur panen, dan (v) kegunaan.
Jenis jagung berdasarkan lingkungan tempat tumbuh meliputi: (i) dataran rendah
tropik (<1.000 m dpl), (ii) dataran rendah subtropik dan mid-altitude (1.000-1.600 m
dpl), dan (iii) dataran tinggi tropik (>1.600 m dpl). Jenis jagung berdasarkan umur
panen dikelompokkan menjadi dua yaitu jagung umur genjah dan umur dalam.
21

Jagung umur genjah adalah jagung yang dipanen pada umur kurang dari 90 hari,
jagung umur dalam dipanen pada umur lebih dari 90 hari. Sejalan dengan
perkembangan pemuliaan tanaman jagung, jenis jagung dapat dibedakan berdasarkan
komposisi genetiknya, yaitu jagung hibrida dan jagung bersari bebas. Jagung hibrida
mempunyai komposisi genetik yang heterosigot homogenus, sedangkan jagung
bersari bebas memiliki komposisi genetik heterosigot heterogenus. Kelompok
genotipe dengan karakteristik yang spesifik (distinct), seragam (uniform), dan stabil
disebut sebagai varietas atau kultivar, yaitu kelompok genotipe dengan sifat-sifat
tertentu yang dirakit oleh pemulia jagung. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat
lebih dari 50.000 varietas jagung.

Manfaat Jagung
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dikonsumsi selain

gandum dan padi. Nama latin jagung adalah Zea mays L. Jagung banyak
mengandung karbohidrat, serat dan sejumlah zat gizi lainnya seperti vitamin B, dan
C, karoten, kalium, zat besi, magnesium, fosfor, omega 6, dan lemak tak jenuh yang
dapat membantu menurunkan kolesterol.
Dalam setiap 100 gram jagung, terkandung gizi 355 Kalori, 9,2 gr protein,
73,7 gr karbohidrat, 10 mg kalsium, 256 mg fosfor, 2,4 mg ferrum, 510 SI vitamin A,
0,38 mg vitamin B1 dan air sebanyak 12 gr.
Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak
(hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari
bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri
(dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang
dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Jagung bisa diolah menjadi berbagai masakan yang enak, seperti direbus,
dibakar maupun dijadikan sebagai pop corn. Dibalik rasanya yang lezat, jagung
ternyata mempunyai banyak sekali manfaat untuk kesehatan tubuh, di antaranya:
1. Melancarkan ASI

23

Untuk ibu-ibu sepertinya wajib mengonsumsi jagung rebus, karena jagung


rebus berguna untuk memperlancar air susu ibu.
2. Melancarkan pencernaan
Jagung mengandung serat sehingga bermanfaat besar bagi sistem pencernaan.
Selain itu, jagung bisa mencegah sembelit, wasir, dan menurunkan risiko kanker usus
besar.
3. Melancarkan air seni
Jagung kaya kalium yang bersifat diuretik (melancarkan air seni) sehingga
bisa mengatasi iritasi saluran kemih, menurunkan kadar asam urat, dan mencegah
batu ginjal.
4. Mencegah anemia
Anemia merupakan suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah berkurang
jauh karena kurangnya zat besi. Dengan demikian, jagung manis bermanfaat bagi
kesehatan karena kaya akan vitamin B dan asam folat yang mencegah anemia.
5. Merawat kulit
Jagung kaya akan antioksidan yang membantu menjaga kulit tetap muda lebih
lama. Terlepas dari konsumsi secara teratur, jagung dapat diaplikasikan sebagai
minyak jagung merupakan sumber yang kaya asam linoleat. Pati jagung juga berguna
menenangkan iritasi kulit dan ruam.
6. Mengontrol kolesterol
Vitamin C, karotenoid dan bioflavinoids yang terkandung dalam jagung manis
menjaga jantung tetap sehat dengan mengendalikan kadar kolesterol dan
meningkatkan aliran darah dalam tubuh.
7. Baik untuk ibu hamil
Jagung menyediakan sumber yang kaya asam folat sehingga baik dikonsumsi
oleh ibu hamil. Kekurangan asam folat pada wanita hamil mempengaruhi bayi.
Kurangnya asam folat dalam tubuh mempengaruhi berat badan bayi. Mengonsumsi
jagung dapat mencegah bayi kekurangan berat badan dan menghindari dari cacat
lainnya.
8. Melawan Kangker

25

Jagung kaya akan asam fenolik-senyawa ferulic- agen anti kanker yang telah
terbukti efektif memerangi tumor pada kanker payudara dan kanker hati.
9. Sebagai Sumber Asam Linoleat
Asam linoleat adalah asam lemak esensial yang bersifat tidak jenuh dan
sangat baik untuk kesehatan. Asam linoleat diperlukan untuk asupan dan transportasi
vitamin D.
10. Mencegah Anemia Dan Sebagai Kekebalan Tubuh
Vitamin B12 pada jagung mampu mencegah anemia yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin ini. Selain itu kandungan B2-nya berfungsi mempertahankan
keseimbangan sel tubuh.
11. Sumber Kalium
Kalium berperan penting sebagai elektrolit yang membantu mengatur tingkat
cairan dan menjaga keseimbangan air dalam tubuh sehingga organ tubuh dapat
berfungsi dengan tepat. Kalium bersifat diuretik yang bisa melancarkan pembuangan
air seni, sehingga bisa mengatasi infeksi saluran kemih, menurunkan kadar asam urat
dan mencegah batu ginjal.
12. Sumber Vitamin C
Konsumsi minyak kulit jagung dapat menurunkan kolesterol jahat dalam
tubuh. Vitamin C, karotenoid dan bioflavinoids yang terkandung dalam jagung manis
menjaga jantung tetap sehat dengan mengendalikan kadar kolesterol dan
meningkatkan aliran darah dalam tubuh.
13. Sumber Asam Pentotenat (vitamin B5)
Vitamin B5 berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak untuk diubah menjadi energi.
14. Sumber Asam Folat
Ibu hamil butuh sekali asam folat. Karena jika kekurangan asam folat, bisa
mempengaruhi pertumbuhan janin. Asam folat mencegah bayi kekurangan berat
badan dan cacat lahir. Selain itu konsumsi jagung pada ibu hamil juga dapat
memperlancar ASI.
15. Sumber Beta-Karoten,

27

Beta-Karoten diperlukan untuk membentuk vitamin A dalam tubuh, penting


untuk kesehatan mata dan kulit.
16. Sumber Serat
Jagung adalah sumber serat yang sangat baik sehingga sehat untuk sistem
pencernaan. Dalam satu cangkir jagung mengandung 18,4% serat dari jumlah harian
yang dibutuhkan oleh tubuh. Karena kaya serat, makan jagung dapat mencegah
sembelit, wasir dan risiko kanker usus besar. Selain itu, serat kasar pada jagung
memberi rasa kenyang yang lebih lama sehingga cocok untuk yang ingin menurunkan
berat badan.
17. Sumber Mineral
Mineral penting yang didapat dari jagung terutama fosfor yang sangat penting
bagi kesehatan tulang dan gigi. Selain itu sumber magnesium, besi, mangan, seng dan
tembaga. Magnesium membantu menjaga kesehatan jantung.
Sumber kalori tertinggi dalam kelompok sereal yang rendah gula dan kadar
Indeks Glikemiknya. Sehingga baik untuk dikonsumsi sebagai makanan pokok
pengganti nasi atau beras., terutama pada penderita diabetes dan hipertensi.
18. Anti-Aterogenik
Minyak jagung telah menunjukkan sifat anti-aterogenik yang berefek pada
kadar kolesterol, sehingga mencegah risiko penyakit kardiovaskular.
19. Sumber Protein
Dalam 100 ram jagung mengandung 9,2gram protein. Protein membantu
membentuk jaringan otot baru dan meningkatkan kerja sel dalam tubuh. Selain itu
protein juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan pelepasan
insulin.
20. Sumber Pigmen Fenolik Flavonoid
Pigmen ini tampak pada warnanya yang kuning. Konsumsi makanan alami
yang kaya flavonoid akan membantu mencegah kanker paru-paru dan kanker rongga
mulut.
B. Kacang Panjang

29

Masyarakat dunia menyebutkan dengan nama Yardlong Beans/Cow Peas.


Plasma nutfah tanaman kacang panjang berasal dari India dan Cina. Adapun yang
menduga berasal dari kawasan benua Afrika. Plasma nutfah kacang uci (Vigna
umbellata) diketemukan tumbuh liar di daerah Himalaya India, sedangkan plasma
nutfah kacang tunggak ( Vigna unguiculata) merupakan asli dari Afrika. Oleh karena
itu, tanaman kacang panjang tipe merambat berasal dari daerah tropis dan Afrika,
terutama Abbisinia dan Ethiopia. Perkembangan paling pesat di negara beriklim
panas tropis seperti Indonesia.
Tanaman kacang panjang atau yang memiliki nama ilmiah Vigna sinensis
adalah sejenis tanaman semak yang menjalar tinggi sekitar 2,5 m. Tanaman kacang
panjang membutuhkan penyangga ketika tumbuh, batangnya berwarna hijau lunak
serta memiliki permukaan yang licin. Tanaman ini memiliki daun yang majemuk
berwarna hijau tua dengan bentuk oval dan runcing pada ujungnya serta memiliki
permukaan daun yang kasar dan tak jarang terlihat bulu-bulu halus pada
permukaannya.
Tanaman kacang panjang adalah tanaman yang banyak dikosumsi
dimasyarakat indonesia selain rasanya yang enak dibuat campuran sayur atau ditumis
tanaman kacang panjang juga memiliki beberapa khasiat kandunagan dan khasiat
diantaranya adalah sebagai berikut: kacang panjang mengandung enam antosianin
(sianidin 3-O-galaktosida, sianidin 3-O-glukosida, delfinidin 3-O-glukosida, malvidin
3-O-glukosida, peonidin3-O-glukosida, dan petunidin 3-O-glukosida), flavonol atau
glikosida flavonol (kaempferol 3-O-glukosida, quersetin, quersetin 3-O-glukosida,
kuersetin 3-O-6-asetilglukosida) (Wong and Chang, 2004), aglikon flavonoid
(kuersetin, kaempferol, isorhamnetin) (Lattanzio et al., 2000). Daun dan akarnya
mengandung saponin dan polifenol (Hutapea, 1994). Selain itu juga mengandung
protein, karbohidrat, lemak, serat, kalsium, besi, fosfor, potasium, sodium, vitamin
B1, vitamin B2, vitamin C, dan niasin (Handri and Rafira, 2003). Kandungan
senyawa-senyawa di dalam kacang panjang ini berperan dalam proses proliferasi,
diferensiasi, dan sintesis protein di sel target yang berbeda-beda. (Aryati, 2001).

31

Kacang panjang merupakan tumbuhan yang dijadikan sayur atau lalapan. Ia


tumbuh dengan cara memanjat atau melilit. Bagian yang dijadikan sayur atau lalapan
adalah buah yang masih muda dan serat-seratnya masih lunak, kacang panjang ini
mudah didapati di kawasan panas di Asia. Daunnya disebut dengan lembayung dan
dapat dijadikan sayuran hijau.
Manfaat kacang panjang yang paling fenomenal dalam dunia kesehatan adalah
perannya dalam membentuk jantung yang sehat. Sayuran ini menjadi salah satu jenis
sayuran yang mudah kita temui dimana-mana, hampir tiap pedagang sayur
menjualnya. Banyak pula kuliner Indonesia yang menggunakan kacang panjang
sebagai salah satu bahan yang digunakan untuk pembuatannya.
Tanaman kacang panjang tumbuh subur di tanah yang mengandung banyak
humus yang subur pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Tanaman
kacang panjang ini dapat dengan mudah ditanam, sehingga disetiap pelosok negeri
dapat ditemui budidaya untuk sayuran ini. Harganya yang relatif terjangkau dan
mudah penanamannya ini menjadikannya sangat digemari, selain itu kandungan pada
kacang tanah pada zat gizinya tidak kalah penting jika dibandingkan dengan kacangkacangan seperti manfaat kacang tanah, manfaat kedelai atau pun manfaat kacang
merah.
Spesies kacang panjang yang umum dibudidayakan antara lain:
1. Kacang panjang tipe merambat (V. sinensis var. sesquipedalis) yang kita kenal
sebagai kacang panjang biasa. Varietas yang ditanam adalah varietas unggul
KP1 dan KP2, varitas lokal Purwokerto, no 1494 Cikole, Subang, Super
Subang , Usus hijau Subang dll.
2. Kacang panjang tipe tegak yaitu kacang tunggak/tolo/dadap/sapu (V.
unguiculata L.), dan kacang uci/ondel (V. umbellata ). Varitas unggul adalah
KT1, KT2, KT3.
3. Kacang panjang hibrida (V. sinensis ssp. Hybridus) seperti kacang bushitao.
Varitas yang dirilis adalah No. 10/a, 12/a, 13/a, 14/a, 17/a, 18/a dan EG BS/2.
Kandungan Gizi
Berbagai jenis kacang-kacangan merupakan sumber asupan gizi yang baik
bagi tubuh, termasuk dengan kacang panjang. Kandungan vitamin B1 dan B2, fosfor,
33

zat besi riboflavin, zat besi, pektin dan serat merupakan kombinasi yang mampu
menjaga kesehatan tubuh.
Pencegahan terhadap berbagai jenis berbahaya dan merangsang enzim-enzim
yang baik bagi tubuh dapat diperoleh manfaat kacang panjang. Pada kenyataannya,
sumber protein nabati seperti kacang panjang lebih ramah terhadap sistem pencernaan
ketimbang protein hewani. Sehingga kacang tanah dapat menjadi pilihan menu bagi
para vegetarian dan menjadi menu diet sehat.

Manfaat Kacang Panjang


Pada sumber makanan yang alami seperti kacang panjang, pasti terdapat efek

yang baik pula bagi kesehatan. Berbagai jenis kacang-kacangan kaya akan kandungan
memberikan nutrisi yang baik untuk tubuh, berikut adalah rincian manfaat kacang
panjang bagi kesehatan tubuh :
1. Mencegah Diabetes
Hampir seluruh jenis sayuran kacang-kacangan dapat mengontrol kadar gula
berlebih yang mencegah terjadinya penyakit diabetes. Selain itu, kacang panjang juga
rendah akan kalori dan gula sehingga sangat aman untuk anda yang bermasalah
dengan gula darah.
Cara Penggunaan :
Jus kacang panjang mentah 3-4 batang setiap pagi, dicampur sedikit air lalu
minum secara rutin setiap pagi. Jika anda tidak tahan dengan baunya, bisa
menambahkan dengan tomat atau buah.
2. Kesehatan Kardiovaskuler & Jantung
Terdapat pula kandungan pada kacang panjang yang menyehatkan jantung,
sehingga membuat terhindar dari masalah penyakit jantung, kandungan vitamin K
yang tinggi dalam nutrisi sayuran kacang panjang dapat mencegah pengerasan
pembuluh darah, yang merupakan faktor umum dalam penyakit arteri koroner dan
gagal jantung. Penelitian terbaru menunjukkan salah satu kategori vitamin K yakni
vitamin K2, yang dikombinasikan dengan vitamin D dapat mencegah pengapuran
pada arteri koroner sehingga mencegah penyakit kardiovaskular.
3. Sumber antioksidan
35

Manfaat antioksidan sangat penting bagi tubuh, yaitu mencegah dan


memerangi radikal bebas. Kacang panjang merupakan salah satu sumber penting
yang kaya akan antioksidan, Selain nutrisi antioksidan konvensional seperti vitamin C
dan beta-karoten, kacang panjang juga mengandung mineral mangan yang penting
untuk antioksidan. Kacang hijau mengandung berbagai macam karotenoid (termasuk
lutein, beta-karoten, violaxanthin, dan neoxanthin) dan flavonoid (termasuk
quercetin, kaemferol, catechin, epicatechins, dan procyanidins) yang semuanya telah
terbukti memiliki sifat sebagai antioksidan.
4. Mencegah Osteoporosis
Tingginya kandungan vitamin K dalam kacang panjang merupakan salah satu
faktor yang dapat membantu mencegah terjadinya osteoporosis. Kandungan vitamin
K yang ada pada sayuran ini setidaknya dapat memenuhi lebih 20 % kebutuhan
harian vitamin K yang dibutuhkan tubuh.
5. Baik Untuk Pencernaan
Fiber atau serat pada kacang panjang memberikan efek yang baik pada sistem
pencernaan yang dapat memperlancar sekresi yang Menghindarkan permasalahan
pencernaan seperti sembelit atau penyakit yang lebih berbahaya yaitu kanker usus
besar.
6. Kesehatan Tulang
Selain Osteoporosis, ada berbagai penyakit kelainan yang terjadi pada tulang
yang sangat penting untuk kita hindari. Vitamin k dan Mangan yang terdapat pada
kacang panjang sangat efektif untuk menjaga kesehatan tulang dan menjadikannya
kuat sampai tua.
Selain manfaat utama di atas, khasiat kacang panjang juga dapat kita kita
jabarkan berdasarkan kandungan gizi yang terdapat dalam kancang panjang tersebut.
Berikut manfaat kacang panjang sesuai dengan gizi yang terdapat di dalamnya.
Vitamin K :
Menjaga kesehatan jantung
Mencegah kanker

37

Mencegah osteoporosis
Mencegah Alzheimer
Mencegah diabetes
Mangan :

Produksi kesehatan tulang


Membantu menjaga kesehatan kulit
Mengontrol gula darah
Mencegah radikal bebas
Mencegah epilepsi

Serat :

Melancarkan pencernaan
Mencegah sembelit
Menjaga berat badan
Mencegah stroke
Kesehatan kulit

Vitamin C :

Mencegah katarak
Menjaga kesehatan kulit
Mencegah kesulitan bernafas
Mencegah serangan jantung dan stroke
Meningkatkan kelancaran sistem peredaran darah
Mencegah stress

Asam Folat :

Mencegah anemia
Nutrisi untuk otak
Meningkatkan produksi sel darah merah
Sintesis DNA dan RNA
Membantu pembelahan dan pembagian sel
Sangat penting untuk wanita hamil

Vitamin B2 :

Mencegah katarak
Mencegah migrain dan sakit kepala
Sumber Energi
Mencegah anemia
Sebagai antioksidan

Tembaga :

39

Mencegah osteoporosis
Mencegah anemia
Membantu kesehatan janin (ibu hamil)
Mencegah pigmentasi kulit
Mencegah kelainan tiroid

Vitamin B1 :

Mencegah gangguan metabolism


Mencegah kelainan pada otak
Mencegah osteoporosis
Menjaga sistem imun
Mencegah katarak
Mencegah gangguan ginjal

Magnesium :
Menjaga kesehatan tulang
Baik untuk diabetes
Menjaga kesehatan jantung
Sungguh beraneka ragam manfaat yang akan diperoleh dari mengkonsumsi
kacang panjang. Konsumsilah kacang panjang dengan beragam menu lezat dengan
bahan makanan kacang panjang ini. Tidak hanya lidah anda yang merasakan
nikmatnya, namun tubuh tetap sehat dengan manfaat kacang panjang.

2.2 Sistematika dan Botani Tanaman


A. Sistematika dan Botani Tanaman Jagung
Berdasarkan sistem taksanomi, tanaman jagung dikenal dengan nama ilmiah Zea
mays L. , familly poaceae. ( graminea ). Adapun klasifikasinya adalah sebagai
berikut:
Kingdom

: Plantae

Divi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Commelinidae

Ordo

: Poales

Famili

: Poaceae

41

Genus

: Zea

Spesies

: Zea mays L. ( Hardi Soenanto, 2009 )


Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yaitu

akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan
embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku paling
bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah. Semenatara akar udara adalah
akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah, dann
keadaan air tanah. Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri dari
beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang
menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman,
umumnya berkisar 60 300 cm. Daun jagung memanjang dan keluar dari buku
buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8 48 helaian, tergantung varietas. Daun terdiri
dari tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Kelopak daun
umumnya membungkus batang. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang
disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak. Fungsi ligula adalah mencegah air
masuk ke dalam kelopak daun dan batang. ( Rudi Hartono, 2005 )
Bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal sehingga disebut bunga tidak
lengkap. Bunga jagung juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan
betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terdapat di ujung batang.
Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan
menempel pada rambut tongkol. Pada jagung umumnya terjadi penyerbukan silang
( cross pollinated crop ). Penyerbukan terjadi dari serbuk sari tanaman lain. Sangat
jarang terjadi penyerbukan yang serbuk sarinya berasal dari tanaman sendiri. Biji
jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat 200 400 biji. Biji
jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut pericarp. Bagian atau
lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara
bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga.( Purwono, 2005 )
B. Sistematika dan Botani Tanaman Kacang Panjang

43

Dalam taksonomi (sistematika) tumbuh tumbuhan, kacang panjang di


klafikasikan sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermathophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Class

: Dycotyledoneae

Ordo

: Leguminales

Famili

: Papiolinaceae

Genus

: Vigna

Spesies

: Vigna sinensis
Tanaman kacang panjang (vigna sinensis L.) termasuk ke dalam jenis sayuran

buah semusim (berumur pendek) seperti hal nya terung, labu, tomat, buncis, pare,
kacang tunggak, cabai, mentimun, dan sebagainya.
Tanaman kacang panjang berbentuk semak atau perdu yang bersifat membelit
atau merambat . Tinggi tanaman kacang panjang dapat mencapai 2 meter atau lebih.
Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting tanaman kacang panjang
yaitu akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji.
1. Akar tanaman
Tanaman akar panjang berakar tunggang dan berakar serabut. Akar
tunggangnya tumbuh lurus ke dalam hingga mencapai kedalaman 30 cm, sedangakan
akar serabutnya tumbuh menyebar kea rah samping (horizontal) dan tidak dalam.
Panjang akar serabut mencapai 26 cm.
2. Batang
Batang tanaman kacang panjang memiliki cirri-ciri liat, tidak berambut,
berbentuk bulat, panjang, bersifat keras, dan berkuran kecil dengan diameter sekitar
0,6 cm-1 cm. Tanaman yang pertumbuhannya bagus, diameter batangnya dapat
mencapai 1,2 cm lebih.
3. Daun
Daun kacang panjang merupakan daun majemuk yang bersusun tiga helaian.
Daun berbentuk lonjong dengn ujung daun runcing (hampir segitiga). Tepi daun rata,

45

tidak berbentuk, dan memiliki tulang-tulang daun yang menyirip. Kedudukan daun
tegak agak mendatar dan memiliki tangkai utama.
Daun panjangnya antara 9 cm-13 cm dan panjang tangkai daun 0,6 cm.
permukaan daun kasar, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan
permukaan daun bagian bawah berwarna lebih muda. Ukuran daun kacang panjang
sangat bervariasi, yakni panjang daun antara 9 cm-15 cm dan lebar daun antara 5 cm8 cm.
4. Bunga
Bunga tanaman kacang panjang tergolong bunga sempurna, yakni dalam sau
bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari).
Bunga memiliki tipe zygomorphus (bilateral simetri) dan memiliki bentuk
menyerupai kupu-kupu (papilona cues).
Bunga terdiri atas tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga (daun
mahkota), benang sari, dan kepala putik. Bunga tanaman kacang panjang memiliki
dua tangkai,

yakni tangkai utama dan tangkai bunga. Tangkai utama berbentuk

panjang dan tidak bercabang, serta panjang antara 9 cm-13cm dengan diameter 2 mm.
sedangakan tangkai bunga sangat pendek, dan panjangnya sekitar 3 mm.
5. Buah atau polong
Buah tanaman kacang panjang berbentuk bulat panjang dan ramping. Buah
kacang panjang ini biasa disebut polong. Polong kacang panjang memiliki ukuran
panjang bervariasi antara 30 cm-100 cm, bergantung pada jenis dan varietasnya.
Demikian pula warna polongnya juga bervariasi,

antara putih dan putih

kekuning-kuningan (polong tua), hijau, hijau muda, dan hijau keputih-putihan


(polong muda), bergantung pada jenis dan varietasnya.
6. Biji
Biji kacang panjang berbentuk bulat panjang dan agak pipih, tetapi kadangkadang juga terdapat sedikit melengkung. Biji yang telah tua memiliki warna yang
beragam, yaitu kuning, cokelat, kuning kemerah-merahan, putih, hitam, merah, dan
putih, bebercak merah (merah putih), bergantung pada jenis dan varietasnya. Biji
memiliki ukuran besar (panjang x lebar), yaitu 8-9 mm x 5-6 mm.

47

Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak yang hidupnya menjalar


dan tanaman kacang panjang ini merupakan tanaman semusim yang dengan tinggi
kurang lebih 2,5 m pada bagian batang tanaman kacang panjang ini umumnya
tumbuhnya tegak, silindris, lunak dan berwarna hijau dengan permukaan licin
kemudian daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi
rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris,
panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau. Kemudian bunga tanaman kacang
panjang ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang
lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu,
berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm,
berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna kuning, panjang
kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu. Kemudian buah tanaman kacang panjang ini
berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15-25 cm. Bijinya lonjong, pipih,
berwarna coklat muda. Akarnya tunggang berwarna coklat muda.

2.3 Syarat Tumbuh


A. Syarat tumbuh tanaman jagung
Tanaman jagung adalah tanaman yang memiliki tingkat fotosintesis tinggi, jadi sangat
memerlukan cahaya matahari. Maka lokasi tanaman jagung adalah areal yang terbuka
berupa sawah atau ladang yang tidak terlindung dari cahaya matahari. Lokasi untuk
tanaman jagung sebaiknya tidak tergenang air, namun memiliki kadar air yang cukup.
Selain itu, dalam pemilihan lokasi untuk tanaman jagung. Sebaiknya harus sesuai
dengan syarat tumbuh tanama jagung atau yang dibutuhkan oleh tanaman jagung.
Sebenarnya semua jenis tanah dapat ditumbuhi jagung, namun sifat tanah yang
paling dikehendaki oleh tanaman jagung adalah yang drainasenya lancar, subur
dengan humus, dan pupuk yang mencukupi persediaan untuk tumbuh. ( Rochani Siti,
2000 )
Penanaman jagung di dunia tersebar luas di daerah subtropik ataupun
tropik.Tanaman jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh.Secara
umum,tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi kurang
49

lebih 1300 dapat,kisaran suhu udara antara 13c-30c,dan mendapatkan sinar penuh.Di
indonesia tanaman jagung tumbuh dan produksi optimum di dataran rendah sampai
ke tinggian 750 m dapat.Di pulau madura dan jawa sekitar 90% dari luas penanaman
jagung terletak ketinggian 750 m dpc.Suhu ideal untuk berkecambah benih adalah
30c-30c dengan kapasitas air tanah antara 25%-60% keadaan suhu yang rendah dan
tanah basah sering menyebabkan benih jagung busuk.Tanaman jagung membutuhkan
suhu optimum antara 23c-27c,curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah
100mm-200mm/bulan curah hujan paling optimum 100mm/125mm/bulan dengan
distribusi yang merata. (Rahmat Rukmana, 1993)
B. Syarat tumbuh tanaman kacang panjang
A. Tanah
Kacang panjang dapat tumbuh dengan baik ditanam di dataran tinggi, yaitu
sekitar 1.500-2000 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah yang cocok adalah
regosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanah regosol hanya terdapat di
daerah pegunungan yang mempunyai iklim sedang dengan curah hujan di atas 1500
mm/tahun. Tanah regosol biasanya berwarna kelabu, cokelat, dan kuning, bertekstur
pasir sampai berbutir tunggal dan permeabel. Derajat keasaman (pH) yang optimal
untuk pertumbuhan kacang panjang adalah 5,5 6.
B. Iklim
a.

Curah Hujan

Kacang panjang dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan
1.500 2.500 mm per tahun. Tanaman ini paling baik ditanam pada akhir musim
kemarau (menjelang musim hujan) atau akhir musim hujan (menjelang musim
kemarau). Pada saat peralihan, air hujan tidak begitu banyak sehingga sangat cocok
untuk fase pertumbuhan awal kacamg panjang, fase pengisian, dan pemasakan
polong. Pada fase tersebut dikhawatirkan terjadi serangan penyakit bercak bila curah
hujan terlalu tinggi. Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang,
tetapi yang paling baik adalah tanahLatosol/lempung berpasir, subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik dan drainasenya baik. Lahan terbuka di dataran rendah
sangat disukai tanaman kacang panjang. Apabila ada naungan maka produksi

51

buahnya kurang begitu banyak. Adaptasinya terhadap lahan masam cukup baik.
Dengan nilai kemasaman tanah (pH) yang cocok untuk kacang panjang sekitar 5,5
-6,5. Bila pH terlalu basa(diatas pH 6,5) menyebabkan pecahnya nodula-nodula akar.
b.

Suhu

Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan kacang panjang adalah 20
25C. Pada suhu kurang dari 20 C tanaman tidak dapat melakukan proses
fotosintesis dengan baik, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat .
c.

Cahaya

Cahaya matahari diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis.


Umumnya kacang panjang membutuhkan cahaya matahari yang besar .
d.

Kelembapan udara

Kelembapan yang diperlukan kacang panjang sekitar 45 50 % . Kelembapan


ini agak sulit diukur, tetapi dapat diperkirakan dari suburnya.
C. Ketinggian Tempat
Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah dan
dataran tinggi 1500 mdpl, tetapi yang paling baik di dataran rendah. Penanaman
didataran tinggi, umur panen relatif lama dari waktu tanam, tingkat produksi maupun
produktivitasnya lebih rendah bila disbanding dengan dataran rendah. Ketinggian
optimum adalah kurang dari 800 mdpl.

2.4 Monokultur dan Tumpang Sari


A. Monokultur
Monokultur berasal dari kata mono dan culture. Mono berarti satu. Culture
berarti pengelolaan / pengolahan. Jadi pola tanam monokultur merupakan suatu usaha
pengolahan tanah pada suatu lahan pertanian dengan tujuan membudidayakan satu
jenis tanaman dalam waktu satu tahun. Lebih ringkas, monokultur merupakan pola
tanam denan membudidayakan hanya satu jenis tanaman dalam satu lahan pertanian
selama satu tahun. Misalnya pada suatu lahan hanya ditanami padi, dan penanaman
tersebut dilakukan sampai tiga musim tanam (satu tahun).

53

Pemilihan pola tanam monokultur sangat dipengaruhi oleh tujuan suatu usaha
tani dan juga keberadaan akan faktor-faktor pertumbuhan khususnya air. Untuk suatu
usaha tani dengan tujuan komersial, terdaat kecenderungan untuk memilih pola tanam
monokultur. Pada usaha tani komersial, keuntungan secara ekonomi merupakan
tujuan akhir yang akan dicapai. Pada monokultur bisa mengintensifkan tanaman
yang paling memiliki nilai ekonomis sehingga hasil produksi pertanian bernilai
ekonomi tinggi akan tinggi pula. Selain itu, pada penanaman monokultur akan lebih
mudah dan murah dalam perawatan karena hanya ada satu tanaman. Kemudahan dan
kemurahan ini akan semakin mengefektif dan mengefisienkan proses produksi yang
pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan suatu usaha tani.
Pada suatu lahan dengan irigasi teknis yang memadai, hampir bisa dipastikan
kalau pola tanam yang digunakan adalah monokultur tanaman padi. Hingga saat ini,
padi merupakan makanan pokok bagi lebih dari tiga perempat penduduk di Indonesia.
Padi merupakan salah satu komoditas yang harganya tidak terlalu fluktuatif seperti
komoditas yang lainnya. Menanam padi secara monokultur pada lahan dengan irigasi
yang memadai seperti menjadi penjamin kehidupan petani karena harga padi yang
akan selalu memadai. Selain itu, padi merupakan salah satu tanaman yang tahan
terhadap genangan sehingga menjadi primadona pada lahan sawah yang irigasinya
baik (air tersedian sepanjang tahun).
Pola monokultur merupakan suatu pola tanam yang bertentangan dengan
aspek ekologis. Penanaman suatu komoditas seragam dalam suatu lahan dalam jangka
waktu yang lama telah membuat lingkungan pertanian yang tidak mantap. Ketidak
mantapan ekosistem pada pertanaman monokultur dapat dilihat dari masukanmasukan yang harus diberikan agar pertanian dapat terus berlangsung. Masukanmasukan yang dimaksud adalah pupuk ataupun obat-obatan kimia untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Ketidakmantapan ekosistem juga
dapat dilihat dari meledaknya poulasi suatu jenis hama yang sulit dikendalikan karena
musuh alami untuk setiap jenis hama yang menyerang terbatas jumlahnya.
Pada intinya, kelebihan usaha tani dengan pola monokultur adalah dapat
mengintensifkan suatu komoditas pertanian serta lebih efisien dalam pengelolaan

55

yang nantinya diharapkan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kelemahan dari
pola monokultur ini adalah perlunya mendapatkan input yang banyak agar didapatkan
hasil yang banyak. Selain itu, pola monokultur menyebabkan meledaknya populasi
hama yang membuat berkurangnya hasil pertanian. Kerugian lain adalah tidak adanya
nilai tambah komoditas lain karena tidak adanya komoditas lain yang ditanam
bersama dengan komoditas utama.
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan
pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini
meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri
pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan
efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan
bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena keseragaman
tanaman yang ditanam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar
mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan
penyakit tanaman).
Cara budidaya ini biasanya dipertentangkan dengan pertanaman campuran
atau polikultur. Dalam polikultur, berbagai jenis tanaman ditanam pada satu lahan,
baik secara temporal (pada waktu berbeda) maupun spasial (pada bagian lahan yang
berbeda).
Pertanaman padi, jagung, atau gandum sejak dulu bersifat monokultur karena
memudahkan perawatan. Dalam setahun, misalnya, satu lahan sawah ditanami hanya
padi, tanpa variasi apa pun. Akibatnya hama atau penyakit dapat bersintas dan
menyerang tanaman pada periode penanaman berikutnya. Pertanian pada masa kini
biasanya menerapkan monokultur spasial tetapi lahan ditanami oleh tanaman lain
untuk musim tanam berikutnya untuk memutus siklus hidup OPT sekaligus menjaga
kesehatan tanah.
Istilah "monokultur" sekarang juga dipinjam oleh bidang-bidang lainnya,
seperti peternakan, kebudayaan (mengenai dominasi jenis aliran musik tertentu), atau
ilmu komputer (mengenai sekelompok komputer yang menjalankan perangkat lunak
yang sama).

57

Monokultur

menghasilkan

sejumlah

besar

hasil

pertanian

dengan

memaksimalkan pertumbuhan dan tidak memberikan kesempatan terjadinya


persaingan dengan spesies tanaman lain. Monokultur memanfaatkan luas lahan lebih
baik dibandingkan polikultur, namun menghisap nutrisi lebih banyak dibandingkan
polikultur, sehingga dapat menyebabkan kesuburan lahan pertanian menurun secara
drastis.

Perkembangan

pertanian

monokultur

bergerak

bersamaan

dengan

berkembangnya industri pupuk anorganik demi mengkompensasi hilangnya


kesuburan tanah yang cepat.
Monokultur di pertanian menggunakan satu strain tanaman dengan sifat
genetika yang sangat mirip yang dikembangkan untuk menghasilkan hasil pertanian
dalam jumlah besar. Karena kemiripan secara genetika, jika satu tanaman terkena
hama dan penyakit, maka tanaman lain pun akan mudah terkena hama dan penyakit
tersebut. Hal ini jika tidak ditangani dengan baik, dapat menghancurkan seluruh
tanaman pada lahan tersebut.
Polikultur, di sisi lain, menanam berbagai jenis tanaman yang bervariasi baik
secara spesies dan subspesies sehingga terdapat keanekaragaman genetika di lahan
pertanian. Persebaran hama dan penyakit dapat dicegah karena biasanya hama dan
penyakit hanya menyerang satu spesies saja. Bahkan jika yang ditanam hanya satu
spesies, asalkan memiliki strain yang berbeda, persebaran hama dan penyakit dalam
satu lahan dapat dicegah.
Di China, penanaman padi dengan strain yang berbeda dalam kondisi
tersebarnya wabah hama dan penyakit mampu menghasilkan beras 89% lebih banyak
dibandingkan penanaman padi strain tunggal. Pada kondisi tersebarnya wabah, padi
strain tunggal mengalami kerusakan tanaman sebesar 94% lebih banyak dibandingkan
lahan padi strain jamak. Hal ini menjadikan penggunaan pestisida berpotensi untuk
dikurangi.
Saat ini terdapat kekhawatiran mengenai tersebarnya jamur penyebab karat
daun gandum yang telah menghancurkan usaha penanaman di Uganda dan Kenya,
dan telah tersebar secara perlahan ke Asia. Revolusi Hijau menjadikan genetika
tanaman pertanian menjadi sangat mirip karena pemuliaan tanaman dan bioteknologi

59

yang begitu intensif demi menghasilkan hasil pertanian dalam jumlah besar untuk
memberi makan populasi dunia.
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan
pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini
meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri
pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan
lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan
bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi
seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar

mempercepat

penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan

penyakit

tanaman).
Monokultur adalah menanam satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang
sama.
a. Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena
tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis.
b. Kelemahan sistem ini adalah tanaman relatif mudah terserang hama
maupun penyakit.
B. Tumpang sari
Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa
pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang
bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah
penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya
yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Dalam
kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping. Penanaman yang dilakukan
segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai atau jagung dan
kacang panjang) dikenal sebagai tumpang gilir.
Tumpang sari dapat pula dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur)
suatu tanaman perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok
masih kecil atau belum produktif. Hal ini dikenal sebagai tumpang sela
(intercropping). Jagung atau kedelai biasanya adalah tanaman sela yang dipilih.

61

Dalam kehutanan hal ini disebut sebagai wana tani. Suatu konsep serupa juga
diterapkan bagi budidaya padi dan ikan air tawar yang dikenal sebagai mina tani.
Pola penanaman tumpang sari dapat memaksimalkan lahan dibandingkan pola
monokultur karena: hasil panen pada lahan tidak luas bisa beberapa kali dengan usia
panen dan jenis tanaman berbeda, petani mendapat hasil jual yang saling
menguntungkan atau menggantikan dari tiap jenis tanaman berbeda dan, resiko
kerugian dapat ditekan karena terbagi pada setiap tanaman.
Penggunaan pupuk majemuk dalam tumpang sari lebih menguntungkan
karena lebih murah dibandingkan dengan pupuk tunggal dan, pemakaiannya sekali.
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada
beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola
tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang
mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari
dan hama penyakit. Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan dan saat
penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama
pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari persaingan (penyerapan hara
dan air) pada suatu petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari
sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran
yang relatif dalam dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal.
Polikultur (disebut Juga tumpangsari) adalah penanaman dua tanaman secara
bersama-sama atau dengan interval waktu yang singkat, pada sebidang lahan yang
sama. Tumpangsari merupakan sistem penanaman tanaman secara barisan di antara
tanaman semusim dengan tanaman tahunan. Tumpangsari ditujukan untuk
memanfaatkan lingkungan (hara, air dan sinar matahari) sebaik-baiknya agar
diperoleh produksi maksimum.
Sistem tumpangsari dapat diatur berdasarkan:
Sifat-sifat perakaran

63

Waktu penanaman
Tujuan dari pada tanaman tumpangsari adalah:
Memanfaatkan tempat-tempat yang kosong
Menghemat pengolahan tanah
Memanfaatkan kelebihan pupuk yang diberikan kepada tanaman utamanya
Menambah penghasilan tiap kesatuan luas tanah
Memberikan penghasilan sebelum tanaman utama menghasilkan.
Pengukuran sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghindarkan
persaingan unsur hara, air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yang
dalam ditumpangsarikan dengan tanaman yang berakal dangkal. Tanaman monokotil
yang pada umumnya mempunyai sistem perakaran yang dangkal, karena berasal dari
akar seminal dan akar buku. Sedangkan tanaman dikotil pada umumnya mempunyai
sistem perakaran dalam, karena memiliki akar tunggang. Dalam pengaturan tumpang
sari tanaman monokotil dengan tanaman dikotil dapat dilakukan kalau dipandang dari
sifat perakarannya, misalnya tumpang sari jagung dengan jeruk manis. Jeruk manis
dapat tumbuh dengan baik, sedangkan tanaman jagung tumbuh subur tanpa
mengganggu kehidupan jeruk manis.
Pengaturan tumpang sari harus diingat bahwa tanaman selalu mengadakan
kompetisi dengan tanaman semusim yang dapat saling menguntungkan, misalnya
antara kacang-kacangan dengan jagung. Jagung menghendaki nitrogen tinggi,
sementara kacang-kacangan, karena kacangan dapat memfiksasi nitrogen dari udara
bebas.
Tumpang sari adalah penanaman dua tanaman atau lebih secara bersamaan
atau dengan satu interval waktu yang singat, pada sebidang tanah yang sama.
Tumpang sari merupakan sistem penanaman tanaman secara barisan di antara
tanaman semusim dengan tanaman tahuanan. Tumpang sari ditunjukan untuk
memanfaatkan lingkungan sebaik-baiknya agar diperoleh produksi yang maksimum.
Sitem tumpang sari dapat dapat di atur berdasarkan
1.

Sifat-sifat perakaran

2.

Waktu penanaman

65

Pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghidarkan persaingan


unsur hara, air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yang dalam dapat di
tumpang sarikan dengan tanaman yang berakar dangkal. Tanaman monocotyl yang
bisanya memiliki perakaran yang dangkal karena berasal dari akar seminal dan akar
buku.sedangkan tanaman dikotil pada umumnya memiliki perakaran yang dalam
karena memiliki akar tunggang. Dalam

pengaturan penanaman sistem pertania

tumpang sari dilihat dari sifat-sifat perakarannya dapat di pandang dari perakarannya.
Contoh pada tanaman jagung di tumpang sarikan dengan jeruk manis, karena jagung
termasuk jenis tanaman yang memiliki perakaran dangkal sedangkan jeruk manis
termasuk tanaman jenis perakaran dalam maka keduanya tidak akan mengalami
gangguan dalam penyerapan unsur-unsur hara yang terdapat didalam tanah.
Perlu diingat bahwa sistem pertanian tumpang sari selalu terdapat persaingan
di atas (oksigen, CO2, suhu, kelembaban dan cahaya matahari) dan persaingan di
bawah (unsur hara dan air). Sehingga perlu di atur sedemikian rupa agar tidak terlalu
menggangu perkembangan tanaman yang di kukan tumpang sari.
Tumpang sari juga dapat di lakukan antara tanaman semusim dengan tanaman
semusim lainya, misalnya antara kacang-kacangan dengan jagung. Jagung
menghendaki nitrogen yang tinggi sedangkan kacang-kacangan tidak terlalu
terganggu pertumbuhanya karena sediki terlindung oleh jagung. Kekurangan nintogen
oleh jagung juga dapat terpenuhi oleh kacang-kacangan, karena kacang-kacangan
dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas.

2.5 Pupuk dan Pemupukan


Dalam budidaya pertanian, keberadaan pupuk merupakan faktor yang sangat
penting untuk menunjang optimalisasi produksi yang telah ditetapkan. Namun, upaya
memupuk yang dilakukan secara sembarangan dan tidak terukur justru dapat
merugikan tanaman itu sendiri, bahkan tidak sedikit tanaman yang mengalami
kematian akibat cara memupuk yang kurang tepat. Oleh karena itu, untuk mencapai
keberhasilan usaha budidaya pertanian secara intensif, diperlukan pemahaman yang
benar mengenai pupuk dan cara memupuk.
67

Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi unsur hara untuk
menggantikan unsur yang habis terserap tanaman. Pupuk adalah material yang
ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang
diperlukan sehingga tanaman mampu berproduksi dengan baik. Materialnya dapat
berupa bahan organik ataupun anorganik. Jadi memupuk adalah menambahkan
material dalam hal ini unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Berbeda dengan hormon
tumbuhan atau ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), pupuk mengandung bahan baku yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sedangkan ZPT
membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ZPT dapat
ditambahkan ke dalamnya terutama pupuk buatan.
Pemupukan dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Agar
pemberiannya tepat, perlu diperhatikan kebutuhan tanaman tersebut, sehingga tidak
terlalu banyak bahan makananang diberikan karena jika terlalu sedikit atau terlalu
banyak dapat membahayakan tanaman.
Jenis-jenis pupuk :
Berdasarkan kebutuhan tanaman, dikelompokkan menjadi:
1. Pupuk Makro
Adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, terdiri dari unsur
makro primer dan sekunder. Unsur makro primer meliputi Nitrogen (N), Pospat (P),
dan Kalium (K), sedangkan makro sekundernya meliputi Kalsium (Ca), Magnesium
(Mg), dan Sulfur (S).
2. Pupuk Mikro
Adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif kecil. Sekalipun
dibutuhkan dalam jumlah sedikit, namun mutlak diperlukan tanaman, meliputi Klor
(Cl), Besi(Fe), Mangan (Ma), Tembaga (Cu), Boron (B), Molibdenum (Mo), dan
Seng (Zn).
Berdasarkan asalnya, dikelompokkan menjadi:
1. Pupuk Organik
Adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik baik dari kotoran hewan
atau manusia maupun dari sisa-sisa pelapukan tanaman.

69

2. Pupuk Anorganik
Adalah pupuk buatan pabrik yang dibuat dari bahan-bahan kimia berkadar
hara tinggi. Contoh Pupuk Urea, SP36, KCl, dll.
Berdasarkan cara pemberiannya, dikelompokkan menjadi:
1. Pupuk Akar
Adalah pupuk yang diberikan ke dalam tanah agar terserap oleh akar tanaman,
baik dalam bentuk padat maupun cair (kocoran).
2. Pupuk Daun
Adalah pupuk yang diberikan langsung ke tanaman melalui mulut daun
(stomata) dengan cara disemprotkan.
PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK
1). Pupuk Organik
Fungsi :

Memperbaiki struktur tanah.


Meningkatkan daya serap tanah terhadap air.
Menciptakan kondisi yang baik untuk kehidupan di dalam tanah.
Sumber unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Jenis Pupuk Organik :


1. Pupuk Kandang
Adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan baik padat maupun cair.
Kandungan unsur hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing-masing ternak
mempunyai sifat khas tersendiri. Kandungan unsur haranya dipengaruhi oleh jenis
ternak, makanan dan usia ternak.
2. Kompos
Adalah pupuk yang berasal dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan,
jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dll. Proses pelapukan
kompos dapat dipercepat melalui bantuan manusia. Pengomposan berarti merangsang
perkembangan bakteri (jasad renik) untuk menguraikan bahan-bahan yang
dikomposkan agar terurai menjadi senyawa lain. Dalam proses penguraian tersebut
mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi
senyawa organik larut (tersedia) sehingga langsung bisa diserap tanaman.
71

Pengomposan juga bertujuan menurunkan rasio C/N. Jika bahan organik yang
memiliki rasio C/N tinggi tidak dikomposkan dan langsung diberikan ke dalam tanah
maka proses penguraiannya akan terjadi di tanah, mengakibatkan CO2 dalam tanah
meningkat sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman, bahkan pada tanah ringan
mengakibatkan daya ikat terhadap air rendah serta struktur tanahnya berserat dan
kasar.
3. Pupuk Hijau
Adalah pupuk yang berasal dari tanaman (hijauan) meliputi bagian daun,
tangkai dan batang muda tanaman tertentu yang banyak mengandung unsur Nitrogen.
Tanaman yang dikategorikan pupuk hijau mempunyai bakteri rhizobium yang
menempel pada akar, terutama pada tanaman famili Leguminosae. Perlu diperhatikan
cara aplikasinya untuk hasil yang lebih baik.
4. Humus
Adalah sisa tumbuhan berupa daun, akar, cabang dan batang yang sudah
membusuk secara alami lewat bantuan mikroorganisme dan cuaca. Sifat humus tidak
berbeda dari kompos yaitu mudah mengikat air dan gembur, sedangkan ciri khasnya
berwarna hitam sampai coklat tua. Salah satu cara menambahkan humus ke dalam
tanah adalah dengan membenamkan tanaman hijauan ke dalam tanah sehingga akan
terjadi pembusukan yang membentuk humus.
5. Pupuk Mikroba
Adalah pupuk yang memanfaatkan inokulum-inokulum mikroba yang
menguntungkan untuk sebagai dekomposer untuk mengurai bahan-bahan organik di
dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, serta melepaskan ikatan senyawa unsur
hara penting bagi tanaman menjadi tersedia. Adanya peran serta mikroba
menguntungkan ini menjadikan unsur tersedia dapat langsung diserap oleh akar
tanaman. Ada beberapa jenis berdasarkan fungsinya, yaitu miktoba penambat N
(nitrogen), Pelarut P (Phosphat), dan mikroba selulotik (kombinasi penambat N dan
pelarut P).
2). Pupuk Anorganik
Keuntungan pemupukan anorganik :

73

Pemberiannya terukur, karena komposisi haranya tepat.


Pemberiannya sedikit karena kandungan haranya tinggi sehingga dapat
menekan biaya pengangkutan.
Jenis Pupuk Anorganik :
1. Tunggal
Adalah pupuk yang kandungan haranya hanya satu hara utama. Misal Urea
mengandung unsur N (Nitrogen), SP36 mengandung unsur P (Pospat) dan KCl yang
mengandung unsur K (Kalium).
2. Majemuk
Adalah pupuk yang kandungan hara utamanya lebih dari satu unsur. Misal ZA
mengandung unsur N (Nitrogen) dan S (Sulfur), pupuk NPK mengandung unsur N
(Nitrogen), P(Pospat) dan K (Kalium), DAP (Diamonium-phospat) mengandung
unsur N (Nitrogen) dan P (Pospat). KNO3 mengandung unsur K (Kalium) dan N
(Nitrogen), MKP (Mono Kalium Phospat) mengandung unsur P (pospat) dan K
(Kalium).
CARA MEMUPUK
Cara memupuk sangat tergantung pada jenis tanaman dan kebiasaan teknik
budidaya yang diterapkan karena kita tidak bisa mengetahui kebutuhan tanaman
secara tepat dan kandungan unsur hara tersedia dalam tanah. Semua hanya
berdasarkan pengamatan fisik, kecuali jika kita menganalisa kandungan hara tanah ke
laboratorium.
1. Ditabur atau disebar
Diterapkan untuk jenis butiran (granule) atau serbuk. Memupuk cara ini
dilakukan pada tanaman yang jarak tanamnya rapat atau tidak teratur dan pada
tanaman yang sistem perakarannya dangkal seperti tanaman padi.
2. Larikan
Bikin larikan untuk memupuk, masukkan ke dalam larikan kemudian tutup
lagi dengan tanah agar tidak mudah menguap. Memupuk cara ini dilakukan pada
tanaman yang jarak tanamnya lebar dan teratur seperti jagung, kacang tanah, dll.
3. Dimasukkan ke lubang tanam

75

Digunakan untuk tanaman tahunan yang sebelumnya diawali dengan


pembuatan lubang tanam. Masukkan ke dalam lubang kemudian tutup lagi dengan
tanah.
4. Pengocoran
Diterapkan jenis cair atau padat yang pemberiannya dilarutkan dulu dalam air.
Keuntungan memupuk cara ini adalah pemupukan langsung diserap oleh akar
tanaman yang kemudian diolah oleh daun.

2.6 Hama dan Penyakit


A. Hama dan Penyakit Tanaman Jagung
Hama tanaman jagung :
1. Penggerek Batang Jagung (Ostrina furnacalis Guen)
Gejala serangan : Larva O. Furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan
pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan
pada batang, bunga jantan atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah,
tumpukan tassel yang rusak.
Pengendalian :
a). Kultur teknis
- Waktu tanam yang tepat.
- Tumpang sari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
- Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman).
b). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp. Parasitoid
tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis. Predator Euborellia annulata memangsa
larva dan pupa O. Furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan
larva O. Furnacalis, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana
dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1
larva/tanaman.
c). Pengendalian kimiawi

77

Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos,


diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan penggerek batang jagung.
2. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Pengendalian :
a). Kultur teknis
- Pembakaran tanaman
- Pengolahan tanah yang intensif.
b). Pengendalian fisik / mekanis
- Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang
kemudian memusnahkannya.
- Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah
per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah tanaman sejak tanaman
berumur 2 minggu.
c). Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen SI-NPV (Spodoptera lituraNuclear Polyhedrosis Virus), Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria
bassina, Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis,
nematoda Steinernema sp,. Predator Sycanus sp,. Andrallus spinideus, Selonepnis
geminada, parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan
Peribeae sp.
d). Pengendalian Kimiawi
Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos,
diazinon, khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril.
3. Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera Hbn. Noctuidae Leppidoptera)
Gejala Serangan : Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat
setelah menetas, larva kan menginvasi masuk kedalam tongkol dann akan memakan
biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan
kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
Pengendalian :

79

a). Kultur teknis


Pengolahan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah
dan dapat mengurangi populasi H. Armigera berikutnya.
b). Pengendalian Hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif
untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trchogramma spp yang
merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada
larva muda. Cendawan, Metarhizium anisopliae.menginfeksi larva. Bakteri, Bacillus
thuringensis

dan Virus

Helicoverpa

armigera

Nuclear

Polyhedrosis

Virus

(HaNPV).menginfeksi larva.
c). Kimiawi
Untuk mengendalikan larva H. Armigera pada jagung, penyemprotan
insektisida Decis dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan
diteruskan (1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.
4. Lalat Bibit (Atherigona sp, Ordo: Diptera)
Pengendalian :
a). Pengendalian hayati
Parasitoid yang memarasit telur adalah Trichogramma spp, dan parasit larva
adalah Opius sp. Dan Tetrastichus sp. Predator Clubiona japonicola yang merupakan
predator imago.
b). Kultur teknis dan pola tanam
Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama 1 2 bulan pada musim hujan,
maka dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan
padi, tanaman dengan tanaman bukan padi, dengan tanam serempak serangan dapat
dihindari.
c). Varietas Resisten
Galur-galur jagung QPM putih yang tahan terhadap lalat bibit adalah MSQ-P1
(S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C1-45, sementara galur-galur jagung
QPM kuning yang tahan terhadap serangan hama ini adalah MSQ-K1(S1)-C1-16,
MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.

81

d). Kimiawi
Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih
(seed dressing), yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15g b.a./kg benih atau karbofuran
dengan dosis 6g b.a./kg benih. Selanjutnya setelah tanaman berumur 5-7 hari,
tanaman disemprot dengan karbosulfan dengan dosis 0,2kg b.a./ha atau thiodikarb
0,75 kg b.a/ha. Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik.
5. Sitophilus zeamais (Motsch) , Coleoptera, Curculionidae
Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang
bubuk, dan merupakan serangga yang bersifat polifag, selain menyerang jagung, juga
beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan jambu mente,
S. zeamais lebih dominan terdapat pada jagung dan beras. S. zeamais merusak biji
jagung dalam penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih
berada dipertanaman
Cara pengendalian :
-Pengelolaan tanaman
Serangan selama tanaman di lapangan dapat terjadi jika tongkol terbuka,
sehingga. Tanaman yang kekeringan, dengan pemberian pupuk yang rendah
menyebabkan tanaman mudah terserang busuk tongkol sehingga dapat diinfeksi oleh
kumbang bubuk. Panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis,
Panen yang tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di
penyimpanan.
-Varietas tanaman
Penggunaan varietas dengan kandungan asam fenolat tinggi dan kandungan
asam aminonya rendah dapat menekan kumbang bubuk. Penggunaan varietas yang
mempunyai penutupan kelobot yang baik
-Kebersihan dan pengelolaan gudang
Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi
sesudah gudang tersebut kosong. Taktik yang digunakan termasuk membersihkan
semua struktur gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi dan membuang
dari area gudang. Selain itu karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus

83

dibuang. Semua struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak
dimana serangga dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida baik pada
dinding maupun plafon gudang.
-Persiapan biji jagung yang disimpan
Kadar air biji + 12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk.
Perkembangan populasi kumbang bubuk akan meningkat pada kadar air 15% atau
lebih.
-Pengendalian secara fisik dan mekanis
Pada suhu lebih rendah dari 50C dan di atas 350C perkembangan serangga
akan berhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk.
Sortasi dapat dilakukan dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga
dengan biji sehat (utuh).
-Bahan Tanaman
Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis spricigera,
Lantana camara, daun Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, akar dari Khaya
senegelensis, Acorus calamus, bunga dari Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan tepung
biji dari Annona sp. dan Melia sp.
-Pengendalian hayati
Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk seperti
Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat
mencapai mortalitas 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae
(Howard) mampu menekan kumbang bubuk.
-Fumigasi
Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan tertentu
berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernafasan. Fumigasi
dapat dilakukan pada tumpukan komoditas kemudian ditutup rapat dengan lembaran
plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan yang kedap udara seperti
penyimpanan dalam silo, dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau
pengemasan dengan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh
kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala

85

kecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3), dan
Methyl Bromida (CH3Br).
Penyakit tanaman jagung :
1. Bulai
Gejala : penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih
sampai kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya adalah pada
pagi hari disisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari
konidiofor dan konidium jamur.
Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang
meluas keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala
sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun
yang dibentuk terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih
muda biasanya tidak membentuk buah, tetapi bila infeksinya pada tanaman yang
lebih tua masih terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil.
Penyebab : Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora
maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan
Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera
Utara dan Batu Malang Jawa Timur.
Cara pengendalian :
-Menanam varietas tahan: Sukmaraga, Lagaligo, Srikandi, Lamuru dan
Gumarang
-Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu
sampai satu bulan
-Penanaman jagung secara serempak
-Eradikasi tanaman yang terinfeksi bulai
-Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih)
dengan dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih.
2. Bercak daun

87

Gejala : Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut
ras patogennya yaitu ras O, bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x
(1,2_1,9) Cm. Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6_1,2) x (0,6_2,7) Cm,
berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian
menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih virulen dibanding ras O dan
pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu
setelah tanam. Tongkol yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan
tongkol dapatgugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun,
pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi
ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil
yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan
hidup dalam sisa tanaman.
3. Hawar daun
Gejala : Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval
kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi
nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar
2,5_15 Cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang
menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau
mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini
dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa
tanaman di lapang.
Penyebab penyakit hawar daun adalah : Helminthosporium turcicum
Cara pengendalian :
-Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5
-Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun
-Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.
4. Karat
Gejala : Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat
pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan
uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber

89

inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui
angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya
berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.
Penyebab penyakit karat adalah Puccinia polysora
Cara pengendalian :
-Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10
-Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma
-Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil
5. Busuk pelepah
Gejala : penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada
pelepah daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu,
bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang
tidak beraturan mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat. Gejala
hawar dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah dan
menjalar kebagian atas, pada varietas yang rentan serangan jamur dapat mencapai
pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium
pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang basah,
lembab dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan
sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama.
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani
Cara pengendalian :
-Menggunakan varietas/galur yang tahan sampai agak tahan terhadap penyakit
hawar pelepah misalnya: Semar 2, Rama, Galur GM 27,
-Diusahakan agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak
terlalu tinggi
-Lahan mempunyai drainase yang baik
-Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di
lahan yang sama
-Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim

91

6. Busuk Batang
Gejala : Tanaman jagung tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya
gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal
batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam
busuk, sehingga mudah rebah, pada bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal batang
terinfeksi tersebut ada yang memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan
atau coklat. Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan
spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella
zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum,
Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi Selatan
penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil diisolasi adalah Diplodia sp.,
Fusarium sp. dan Macrophomina sp.
Penularan

Cendawan

patogen

penyebab

penyakit

busuk

batang

memproduksi konidia pada permukaan tanaman inangnya . Konidia dapat disebarkan


oleh angin, air hujan ataupun serangga.mPada waktu tidak ada tanaman, cendawan
dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia
dan peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk
perkembangannya, spora akan keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada
permukaan tanaman jagung akan tumbuh dan menginfeksi melalui akar ataupun
pangkal batang. Infeksi awal dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria
yang mampu penetrasi ke jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat
menginfeksi ke tongkol, dan biji yang terinfeksi bila ditanam dapat menyebabkan
penyakit busuk batang.
Cara pengendalian :
-Pengendalian penyakit busuk batang jagung dapat dilakukan dengan
menanam varietas tahan, hasil pengujian 54 varietas/galur jagung terhadap Fusarium
sp. Melalui inokulasi tusuk gigi di dapat 17 varietas/galur yang paling tinggi
ketahanannya yaitu BISI-1, BISI-4, BISI-5, Surya, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703,
CPI-2, FPC 9923, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar9, Palakka, dan J1-C3.

93

-Pergiliran tanaman, pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi


dan K rendah, dan drainase yang baik.
-Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat
dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.
7. Busuk tongkol
Penyakit busuk tongkol dapat disebabkan oleh beberapa jenis cendawan antara lain:
a.

Busuk tongkol Fusarium


Gejala : Permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat,

kadangkadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas yang berwarna merah
jambu. Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di dalam tanah, cendawan ini
dapat terbawa benih , dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah Penyakit
busuk tongkol fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme
b. Busuk tongkol Diplodia
Gejala : Kelobot yang terinfeksi pada umumnya berwarna coklat, infeksi pada
kelobot setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung, menyebabkan biji berubah
menjadi coklat, kisut dan busuk. Miselium berwarna putih, piknidia berwarna hitam
tersebar pada klobot infeksi dimulai pada dasar tongkol berkembang ke bongkol
kemudian merambat ke permukaan biji dan menutupi klobot. Cendawan dapat
bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia yang berdinding tebal pada sisa
tanaman di lapang. Gejala busuk tongkol Dilodia disebabkan oleh infeksi cendawan
Diplodia maydis
c.

Busuk tongkol Gibberella


Gejala : Tongkol yang terinfeksi dini oleh cendawan dapat menjadi busuk dan

klobotnya saling menempel erat pada tongkol, badan buah berwarna biru hitam
tumbuh di permukaan klobot dan bongkol.
Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan Gibberella
roseum
Cara pengendalian :
-Pemeliharaan tanaman yang sebaik-baiknya, antara lain dengan pemupukan
seimbang

95

-Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lapangan, jika musim


hujan bagian batang dibawah tongkol dipatahkan agar ujung tongkol tidak mengarah
keatas
-Mengadakan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk padi
padian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang
8. Virus mosaik kerdil jagung
Gejala : penyakit ini tanaman menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau
hijau dengan diselingi garis-garis kuning, dilihat secara keseluruhan tanaman tampak
berwarna agak kekuningan mirip dengan gejala bulai tetapi apabila permukaannya
daun bagian bawah dan atas dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Penularan
virus dapat terjadi secara mekanis atau melalui serangga Myzus percicae dan
Rhopalopsiphum maydis secara non persisten. Tanaman yang terinfeksi virus ini
umumnya terjadi penurunan hasilnya.
Cara pengendalian :
-Mencabut tanaman yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi
sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman yang akan datang
-Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di
lahan yang sama
-Penggunaan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi
-Tidak penggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus.
B. Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
1). Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)
Gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan tanaman
kacang panjang yang terserang lalat kacang pertumbuhannya akan terhambat dan
daun tanaman kacang panjang akan berwarna kekuningan dengan pangkal batang
terjadi perakaran sekunder dan membengkak.
Pengendalian lalat kacang dapat dilakukan dengan cara pergiliran tanaman yang
bukan dari famili kacang-kacangan dan penyemprotan dengan PESTONA.
2). Kutu daun (Aphis cracivora Koch)

97

Gejala: pertumbuhan tanaman kacang panjang dapat terlambat karena hama


kutu daun ini mengisap cairan sel tanaman kacang panjang dan penurunan hasil
pemanenan. Kutu daun ini biasanya hidup bergerombol di pucuk tanaman kacang
panjang dan berperan sebagai vektor virus.
Pengendalian kutu daun dapat dilakukan dengan cara rotasi tanaman kacang
panjang dengan tanaman yang bukan famili kacang-kacangan dan dengan
penyemprotan Natural BVR.
3). Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Gejala: daun tanaman kacang panjang yang terserang ulat gerayak akan
berlubang-lubang dengan ukuran yang tidak pasti, biasanya serangan berat ulat
gerayak ini terjadi pada musim kemarau selain itu ulat gerayak ini juga menyerang
polong buah tanaman kacang panjang.
Pengendalian ulat gerayak ini bisa dilakukan dengan cara kultur teknis, rotasi
tanaman kacang panjang dengan tanaman yang bukan famili kacang-kacangan dan
dapat juga dilakukan dengan penanaman serempak natural VITURA.
4). Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)
Gejala: biji tanaman kacang panjang yang terserang penggerek batang akan
rusak berlubang-lubang dan akan hancur sampai 90%.
Pengendalian penggerek biji ini dapat dilakukan dengan cara membersihkan
dan memusnahkan sisa-sisa tanaman kacang panjang karena sisa-sisa tanaman kacang
panjang dapat dijadikan tempat persembunyian hama penggerek biji ini atau dapat
juga dilakukan yaitu benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg
biji.
5). Ulat bunga ( Maruca testualis)
Gejala: bunga tanaman kacang panjang yang terserang ulat bunga biasanya
larva ulat bunga yang menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian larva ulat
bunga ini memakan polong.
Pengendalian ulat bunga ini dapat dilakukan dengan rotasi tanaman dan
menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman dan dengan disemprot larutan
PESTONA.

99

6). Penyakit Antraknose ( jamur Colletotricum lindemuthianum )


Gejala: serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah, semacam
kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji.
Pengendalian penyakit antraknose dapat dilakukan dengan rotasi tanaman,
perlakuan benih sebelum ditanam dengan Natural GLIO dan POC NASA dan
membuang rumput-rumput dari sekitar tanaman.
7). Penyakit mozaik ( virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV).
Gejala: pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaik yang warnanya tidak
beraturan. Penyakit ditularkan oleh vektor kutu daun.
Pengendalian penyakit mozaik dapat menggunakan benih sehat dan bebas
virus, semprot vector kutu daun dan tanaman yang tersersang dicabut dan dibakar.
8). Penyakit sapu ( virus Cowpea Witches-broom Virus/Cowpea Stunt Virus.)
Gejala: pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas (buku-buku) batang sangat
pendek, tunas ketiak memendek dan membentuk "sapu". Penyakit ditularkan kutu
daun. Pengendalian penyakit ini sama dengan pengendalian penyakit mosaik.
9). Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum )
Gejala: tanaman mendadak layu dan serangan berat menyeabkan tanaman
mati. Pengendalian layu bakteri ini dapat dilakukan dengan rotasi tanaman, perbaikan
drainase dan mencabut tanaman yang mati dan gunakan Natural GLIO pada awal
tanam.

101

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dasar dasar agronomi ini dilakukan pada 16 maret 2015 3 juni
2015 dan ketika mengamati berat kering dan berat basah pada tanggal 4 juni2015 dan
8 juni 2015. Bertempat di lahan perkebunan kawasan pertanian terpadu Dinas
Pertanian dan Peternakan provinsi Banten dan pengamatan lanjutan dilaksanakan di
Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Agng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul , arit golok ,
meteran , alat tulis, ember , timbangan analitik , oven, dan kamera.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih tanaman
jagung, furadan, pupuk, dan air.

3.3 Cara Kerja


1. Persiapan lahan
-Membersihkan lahan
-Mengukur luas lahan yang akan digunakan
2. Pengelolaan
-Membuat bedengan dengan luas 350 cm x 350 cm dan kedalaman 25 cm
-Menggemburkan lahan
-Mencampurkan tanah dengan pupu yang sudah gembur
-Mengukur jarak tanam . jarak tanam 70 cm x 50 cm
-Membuat lubang tanam
3. Penanaman
-Melalukan penyeleksian bibit dengan cara perendaman
-Memasukkan bibit kedalam lubang tanam sebanyak 2 benih
103

-Menutup lubang tanam dengan pupuk dan sedikit tanah


4. Pemeliharaan
-Menyiram tanaman setiap hari pada sore atau pagi hari
-Membersihkan lahan dari gulma yang mengganggu
5. Penyulaman
-Menanam bibit pada tempat yang berbeda dari lahan
-Menanam tanaman yang rusak menggunakan tanaman baru
6. Penyiraman
-Menyiram tanaman setiap hari sore atau pagi hari
-Menyiram seluruh area lahan
7. Panen
-Mencabut tanaman secara hati-hati agar akar tidak terputus
-Memisahkan bagian-bagian tanaman
8. Pasca Panen
-Menimbang berat basah dan berat kering tanaman

3.4 Parameter Pengamatan


-Tinggi Tanaman
-Jumlah Daun
-Panjang Daun
-Lebar Daun
-Berat Basah
-Berat Kering

105

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung
Samp

Minggu Pengamatan (cm)

el
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Juml

1
8
9,5
5
4,5
4
4,5
5
7
7
4,2
58,

ah
Rata-

7
5,8

rata

2
5
5
5
5
5,5
5
5
5
5
5

3
6
6
6
6
5,6
5,5
5,6
6
6
6

4
4
7
4
6,5
3,7
6
7
3
5
6,8

50,5

58,7

53

5,05

5,87

5,3

5
5
5
8,3
17,9
15,8
14
15
21
4,5
7
113,
5
11,3
5

6
7
6
14
27,5
26
18
27
45
18
7,5
196
19,6

7
14
17,7
21,6
38
31,6
27
33,2
68,4
24,1
11
286,

8
14,4
28,7
20,8
45
24,6
34,9
24,2
67,8
27
9,4
296,

9
14,1
19,3
20,3
Mati
21
Mati
Mati
29,4
19,7
Mati
123,

6
28,6

8
29,6

8
12,3

Juml

Rata-

ah

rata

77,5
104,2
105
150,4
137,8
114,9
122
252,6
116,3
56,9

8,61
11,58
11,67
16,71
15,31
12,77
13,56
28,07
12,9
6,32

Tabel 2. Lebar Daun Tanaman Jagung


Minggu Pengamatan (cm)

Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

2
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5

3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

4
3
2,3
2
2,5
1,5
1
4
2
3
3

5
0,2
0,7
2
3
2
0,7
1
1
4
1

6
1
1
3
4
2
1,8
1
2
3
0,5

7
0,8
1,6
1,4
2,7
2,1
2,1
1,8
3,9
1,8
0,8

8
1,6
2,1
1,5
2,4
1,9
1,9
2,1
3,6
1,7
0,9

9
1,9
1,2
1,8
Mati
2,3
Mati
Mati
3,2
1,1
Mati

Jumla

Rata

-rata

13
13,4
16,2
19,1
16,3
12
14,4
20,2
19,1
10,7

1,44
1,49
1,8
2,12
1,81
1,33
1,6
2,24
2,12
1,19
107

Jumla
h
Ratarata

10

15

20

24,3

15,6

19,3

19

19,7

11,5

1,5

2,43

1,56

1,93

1,9

1,97

1,15

Tabel 3. Panjang Daun Tanaman Jagung


Minggu Pengamatan (cm)

Sampel
1

1
5

11
4,

4
5
6
7
8
9
10
Jumla
h
Ratarata

2
13
15,

Jumla

Rata

-rata

3
12

4
13

5
4

6
5

7
7

8
12,1

9
12,5

83,6

9,29

5
18

10

13,2

24,1

16,3

110,1

12,23

19

10

16,3

13,7

115,7

12,85

15

12

22,3

29

23,2

16,7
Mat

122

13,5

10

16

29

11,7

116,5

12,94

13

14

10

14,3

21,3

28,3

109,2

12,13

16

15

16

13

25,3

20,5

118,3

13,14

16

17

15

32,5

43,2

50,5

12,5

196,2

21,8

16

18

10

17,5

22,2

27,1

16,5

144,8

16,09

18

20

12

6,5

7,3

5,6

81,4

9,04

56

156

93

85

145,

213,

216,

5,

15,

9,

8,

1
14,5

6
21,3

8
21,6

5
4,
5
3,
5
3,
5
4,
5
8,
5

15,
5

14
0
14

i
17,8
Mat
i
Mat
i

Mat
i
92,3
9,23

Tabel 4. Hasil Uji Laboratorium

109

Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tanaman Jagung
Berat Basah (gram)
Berat Kering (gram)
Akar
Batang
Daun
Akar
Batang
Daun
0,01
0,57
0,14
0,09
0,04
0,05
0,14
0,75
0,08
0,11
0,23
0,04
0,10
0,30
0,06
0,09
0,11
0,06
0,09
0,18
0,04
0,07
0,08
0,03
0,04
0,10
0,04
0,03
0,05
0,03
0,04
0,15
0,03
0,02
0,06
0,02
0,16
0,87
0,25
0,09
0,31
0,06
0,30
0,36
0,31
0,19
0,79
0,17
0,08
0,27
0,08
0,04
0,08
0,06
0,05
0,24
0,21
0,05
0,11
0,09

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini Kami melakukan penanaman tanaman Monocotyle yaitu
tanaman jagung (Zea mays) dengan sistem monokultur. Selama melakukan
pembudidayaan dari awal hingga panen kami melewati beberapa tahap :
1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan untuk tanaman jagung meliputi pengolahan tanah dan
pembuatan saluran drainase. Pengolahan tanah meliputi, kegiatan pembongkahan
tanah, meratakan, menghaluskan, membuat bedengan dengan ukuran 350cm x 350
cm serta membersihkan gulma dan sisa tanaman. Kemudian dibuat saluran (parit) di
sekeliling lokasi pertanaman dengan lebar 25 cm dan dalam 25 cm. Bedengan atau
tanah diolah pada lapisan topsoil (permukaan atas) dengan menggunakan cangkul.
Setelah lahan sudah terbentuk maka tanah harus digemburkan agar akar dapat dengan
mudah menyerap air dan unsur hara yang ada di tanah. Penggemburan ini dilakukan
berkali-kali menggunakan cangkul. Tanah diolah seminggu sebelum penanaman
dilakukan.
2. Penanaman
Proses penanaman dilakukan pada minggu ketiga praktikum. Kedalaman
tanam benih 4-5 cm. Jarak tanam yang dicoba 70 cm x 50 cm. Jarak terpinggir adalah
setengah jarak tanam. Bedeng yang telah ditugal diisi (ditanam) 2 butir benih jagung.
Bersamaan dengan menanam benih diberikan sedikit furadan atau carbofuran (0,17)
111

ke dalam lubang tanam. Tujuannya untuk serangan lalat bibit pada awal masa
pertumbuhan dan serangan hama semut yang memakan cadangan makanan di dalam
benih.
3. Pemupukan
Pemupukan merupakan langkah yang penting dilakukan, karena tanaman
tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika tidak diberi pupuk. Sebelum
melakukan penanaman lahan yang telah diolah dan digemburkan. Jika lahan yang
digunakan tandus, maka diberi pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Selain pupuk
kandang bisa juga diberi pupuk buatan, yaitu Urea dan NPK. Pemupukan bisa
dilakukan dengan membuat larikan pada pinggir

bedengan, atau dengan cara

penugalan di kiri dan kanan tanaman. Pemupukan yang kami lakukan mulai dari fase
awal pada saat sebelum memulai tahap penanaman. Setelah lahan digemburkan,
maka lahan kami diberi pupuk NPK. Kemudian, tahap selanjutnya ketika sudah
dimulai penanaman maka diberi pupuk NPK sesuai dengan kadar yang ditentukan.
Kadar yang tidak sesuai berupa kekurangan maupun kelebihan akan mengakibatkan
perubahan yang terjadi pada tanaman kami seperti tanaman layu meskipun dalam
proses pengairan dilakukan secara rutin.
5. Pemeliharaan
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam , jika ada tanaman
yang tidak hidup. Penyulaman tidak dilakukan dengan menggunakan bibit jagung
yang telah ditanam bersamaan pada media karena kami sudah mendapatkan benih
yang siap untuk ditanam. Setelah tanaman tumbuh perlu dilakukan penjarangan
dengan menyisakan 1 tanaman dalam 1 lubang sehingga pertumbuhannya baik dan
merata. Penjarangan dilakukan dengan tujuan agar populasi tanaman dalam petak
tetap dan tanaman tidak bersaing untuk merebutkan unsur hara.
b. Penyiangan dan pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan pada umur 3 minggu setelah tanam, kemudian
dilakukan juga pembumbunan. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan bersamaan

113

dengan tujuan untuk menghilangkan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dan
membuat tanah gembur sehingga memudahkan ginofor masuk ke dalam tanah.
c. Penyemprotan hama dan penyakit
Pada minggu ke 3 juga dilakukan penyemprotan fungisida yang dicampur
dengan insektisida. Pada umur 4 minggu taburkan furadan di pucuk tanaman. Pada
umur 5 minggu dilakukan penyemprotan, Penyiangan gulma serta pembumbunan.
6. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap sore kecuali jika hari hujan. Air merupakan
salah satu faktor keberhasilan dalam budidaya tanaman jagung manis. Terutama pada
fase awal pertumbuhannya. Mekanisme penyiraman diluar jadwal praktikum
dilakukan secara bergilir oleh praktikan. . Pada fase awal pertumbuhan benih hingga
tanaman muda, penyiraman dilakukan rutin meskipun pada awal penanaman masih
pada musim kemarau dan sulit mendapatkan air hujan. Kami tetap melakukan
penyiraman dengan mengambil air dan menyiramnya menggunakan ember. Pada fase
awal tersebut tanaman sangat membutuhkan air yang cukup, jika penyiraman jarang
dilakukan maka tanaman akan layu dan akhirnya mengalami kematian. Begitupun
jika tanaman kelebihan air dapat menyebabkan tanaman akan layu dan mengalami
kematian pula. Jadi takaran pemberian air harus sangat sesuai dengan yang
dibutuhkan tanaman , yang terpenting sekitar lahan dan tanaman harus terkena air
agar lahan tidak mengalami kekeringan. Peran air disini sangat vital karena
memberikan energi untuk para tanaman karena cuaca yang ada di serang ini cukup
panas sehingga bisa menyebabkan kekeringan bagi tanaman jika tidak diberikan air
atau tidak melakukan penyiraman sekiranya 2 hari sekali. Pengambilan air diambil di
sungai yang jaraknya lumayan jauh dari lahan.
Dari semua benih yang kami tanam tidak semuanya bias tumbuh.
Penyebabnya dapat berupa factor internal maupun factor eksternal. Factor internal
penyebabnya karena benih sudah rusak, hal itu dapat terjadi karena pada saat
pemilihan benih tidak teliti sehingga benih tidak dapat tumbuh. Seharusnya benih
tersebut direndam terlebih dahulu dengan air agar terlihat mana benih yang baik dan
layak ditanam dan mana benih yang sudah rusak dan tidak layak tanam. Apabila

115

benih tersebut terapung maka benih tersebut sudah tidak ada isinya atau sudah tidak
berisi cadangan makanan, maka benih seperti ini tidak layak untuk ditanam.
Sedangkan benih yang tenggelam adalah benih tersebut masih berisi cadangan
makanan untuk berkecambah, maka benih tersebut layak ditanam. Perlakuan tersebut
terlihat sangat sederhana tapi kami melewatkannya sehingga berakibat fatal, karena
dari banyaknya benih yang kami tanam sebagian besar tidak berkecambah. Factor
eksternal penyebabnya adalah benih yang dimakan oleh hama.
Dari beberapa benih yang kami tanam telah kami pilih 10 sampel yang akan
kami amati selama 9 minggu dimana menurut kami ke-10 tanaman tersebut dapat
tumbuh dengan baik dari yang lainnya.
Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada monokultur seperti yang terlihat
pada table 1 terlihat perbandingan tinggi yang tidak stabil yaitu pada tanaman sampel
1,2,6,8, dan 9 mengalami penurunan tinggi tanaman di minggu ke-2. Pada sampel 3
dan 5 menagalami penurunan tinggi tanaman di minggu ke-4. Pada sampel 7 dan 10
mengalami penurunan tanaman di minggu ke-8. Sedangkan terlihat hanya pada
sampel 4 yang mengalami kenaikan tinggi tanaman secara signifikan namun pada saat
minggu ke-9 tanaman tersebut mati.
Pada pengamatan lebar daun tanaman jagung pada monokultur seperti yang
terlihat pada table 2 terlihat perbandingan yang sangat tidak menentu yaitu pada
tanaman sampel 1,2,6,7,8, dan 10 mengalami penurunan pada lebar daun di minggu
ke-5. Pada sampel 3,9, dan 4 mengalami penurunan pada lebar daun di minggu ke-8.
Pada pengamatan panjang daun tanaman jagung pada monokultur seperti yang
terlihat pada table 3 terlihat perbandingan yang tidak signifikan yaitu tanaman sampel
1,2,4,5, dan 7 mengalami pengurangan panjang daun di minggi ke-3. Pada sampel
3,6,8,9, dan 10 menagalami pengurangan panjang daun di minggu ke-4.
Tanaman yang mati di minggu ke-9 terjadi pada tanaman sampel 4,6,7, dan
10. Pada sampel 8 merupakan tanaman yang paling seimbang bobotnya (baik basah
maupun kering) pada batang, akar, dan daun. Dan dari ke-10 sampel sampel 8 lah
yang tumbuh paling tinggi namun disayangkan pada minggu ke-9 sampel 8
mengalami penurunan tinggi dikarenakan beberapa factor.

117

Praktikum kami banyak terjadi kesalahan dan bisa dikatakan gagal


dikarenakan ke-10 sampel tersebut tidak ada tumbuh dan berkembang dengan baik
dan tidak ada sampel yang dapat dipanen. Ada saja hal-hal yang membuat tanaman
kami rusak dan mati.
Penyebab penurunan tinggi tanaman jagung dan pengurangan lebar daun serta
panjang daun disebabkan karena adanya hama dan penyakit., seperti hama semut
yang menyerang benih dan pucuk daun, hama belalang yang memakan daun tanaman
jagung, serangan penyakit mozaik kerdil atau penyakit bulai, dan yang paling
menyebabkan kegagalan yang signifikan adalah hama tikus lahan, yang bersarang di
semak-semak di sekitar lahan. Tanaman jagung mengeluarkan aroma manis sehingga
menarik tikus lahan untuk memakan tanaman jagung, tikus lahan memotong batang
tanaman jagung hingga rata dengan permukaan tanah dengan cara menggigitnya,
setelah tanaman jagung terpotong tikus lahan akan meningalkannya, hal ini terjadi
karena tikus lahan hanya sekedar menyicipi aroma dan rasa manis tanaman jagung
tersebut.
Benih ditanam secara bersamaan, namun pada saat tunas mulai muncul tinggi
tanaman-tanaman tersebut tidak sama. Ada pula tanaman yang tumbuh kerdil, salah
satunya tanaman sampel 5. Selain kerusakan disebabkan karena hama, tanaman juga
dapat terkena serangan penyakit tanaman. Tanaman sampel 5 diprediksi terkena
serangan penyakit mozaik kerdil atau penyakit bulai. Karena kedua penyakit tersebut
sama-sama mengakibatkan tanaman jagung menjadi kerdil.
Gejala penyakit ini adalah tanaman menjadi kerdil, daun menjadi warna hijau
dengan diselingi garis-garis kuning , dilihat dari keseluruhan tanaman tampak
berwarna agak kekuning-kuningan mirip dengan gejala bulai tapi apabila
permukaannya daun bagian bawah dan atas dipegang tidak terasa adanya serbuk
spora. (Bahri, S. 2007)
Tanaman yang terinfeksi bulai pada umur masih muda biasanya tidak
membentuk buah, tetapi apabila infeksinya pada tanaman yang lebih tua masih
terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kecil. (Bahri, S. 2007)

119

Daun jagung adalah daun sempurna dan berbentuk memanjang. Daun jagung
dapat pula gugur atau berkurang akibat adanya usia maupun factor-faktor lainnya.
(Bahri, S. 2007)
Penyebab kegagalan budidaya tanaman pada praktikum kali ini selain
disebabkan oleh hama dan penyakit, terdapat factor eksternal lain yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Factor pertama yaitu kondisi tanah atau lahan. Saat pembagian lahan
kelompok kami mendapatkan lahan yang kering dan banyak tanah yang sudah
mengeras menjadi batu yang sulit untuk dicangkul dan dihancurkan. Tanah yanag
keras dan mengandung hanya sedikit unsur hara menyebabkan tanaha menjadi tandus.
Sehingga saat kami membuat tanah dan saat menggemburkan tanah cukup mengalami
kesulitan. Masih terdapat tanah-tanah keras disekitar lahan sedangkan tanaman
jagung membutuhkan tahah yang gembur untuk tumbuh.
Keadaan tanah yang kaya hara dan humus sangat cocok untuk tanaman
jagung. Disamping itu tanaman jagung juga toleran terhadap berbagai jenis tanah.
Namun tanaman jagung akan tumbuh lebih baik pada tanah yang berstektur lempung
(lempung berdebu atau berpasir) dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainasenya
baik serta cukup air. (Rukmana, 1998)
Faktor kedua adalah intensitas cahaya. Kelompok kami mendapatkan lahan di
paling tepi. Disampin lahan kami terdapat pohon-pohon dan semak-semak yang
menjulang tinggi, akibatnya intensitas cahaa matahari yang mengenai tanaman jagung
berkurang karena terhalangi oleh pohon tersebut. Padahal tanaman jagung merupakan
tanaman yang harus mendapatkan sinar matahari penuh. Sehingga tanaman jagung
yang kurang terkena sinar matahari akan menguning.
Sinar matahari merupakan sumber energy dan sangat membantu dalam proses
asimilasi daun. Pada proses asimilasi tersebut sinar matahari berperan langsung pada
pemasakan makanan yang kemudian diedarkan ke seluruh bagian tubuh tanaman.
( Rukmana, 1998)
Tanaman jagung tergolong mempunyai peningkatan tinggi yang baik, yaitu
dengan rata-rata 3-4 cm per minggu. Namun tinggi tanaman jagung dapat berkurang

121

sesuai dengan keadaan umurnya, dimana ujung tanaman (daun) telah menguning.
Adapula pengurangan tinggi tanaman disebabkan oleh OPT. (Bahri, S. 2007)
Factor yang terakhir adalah ketersediaan air. Letak lahan praktikum yang
cukup jauh dari kampus menjadi kendala untuk proses penyiraman tanaman.
Tanaman yang masih muda seharusnya disiram sebanyak dua kali sehari yaitu pagi
dan sore, tapi kami hanya menyiramnya sekali sehari bahkan kadang jadwal
perkuliahan yang padat membuat kami tidak pergi kelahan untuk menyiram tanaman
kami. Iklim daerah serang serang yang panas dengan curah hujan yang rendah
membuat tanaman-tanaman menjadi kekeringan. Sehingga tanaman jagung kami
kekurangan unsur hara dan mineral.
Air dapat menyediakan atau menyiapkan zat hara mineral dan juga oksigen
dari dalam tanah ke daerah perakaran tanaman, sehingga memudahkan proses
penyerapan hara oleh akar-akar tanaman. (Rukmana, 1998)

123

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan
produktivitas yang maksimal dan menghindari gagal panen akibat serangan hama dan
penyakit, maka digunakanlah pupuk dan pestisida. Dari percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa dosis pemupukan sangat berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman. Semakin banyak pupuk yang diberikan semakin terpenuhilah kebutuhan
nutrisi tanaman. Namun, tanaman juga mempunyai batas maksimum penyerapan
unsur hara sehingga pemupukan yang terlalu banyak akan berakibat pada penurunan
produktivitas tanaman. Pembudidayaan tanaman meliputi kegiatan penanaman,
perawatan, pengamatan hingga pemanenan.

5.2 Saran
Saran yang diberikan untuk praktikum ini bahwa dalam pembudidayaan
tanaman jagung harus siap dalam mengatasi hama dan penyakit yang akan menyerang
tanaman jagung tersebut oleh karena penanganan demi penanganan terus
dilaksanakan dan dikembangkan agar tanaman-tanaman jagung dapat tumbuh dengan
baik selain itu dapat disarankan agar dalam penggunaan pestisida untuk menangani
hama harus menggunakan pestisida organik karena agar tidak membahayakan banyak
kehidupan baik manusia, hewan bahkan tumbuhan itu sendiri. Saran lainnya yaitu
agar disediakan penampungan air disekitar lahan sehingga praktikan tidak harus
mengambil air yang cukup jauh harus turun kebawah untuk mengambil air untuk
peniraman.

125

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. http://megantara-farm.blogspot.com/tanaman-tumpang-sari-kedelaidan-jagung/2011/07. html. Diakses 30 Juni 2015
Ariebowo. Moekti. 2003. Praktis Belajar Biologi. Visindo: Jakarta.
Bahri, S. 2007. Dasar-daras Agronomi. Jakarta: Gramedia
Hartmann, HT. et all. 1981. Plant Science, Growth Development andUtilization of
Cultivated Plants. Prentice Hall inc.
Hartono, Rudi. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Henry K. Indronada, Ir., 1985. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jakarta: PT. Bina
Aksara.
Ir. Edhi Turmudi, MS. 2008. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Agronomi.
Laboratorium Agronomi, Jurusan Pertanian. Fakultas PertanianUniversitas
Bengkulu (UNIB).
Karim, Saeful. 2008. Belajar IPA. Madju Offset: Jakarta.
Karma, Oman. 2006. BIOLOGI XI. Grafindo: Bandung
Lisdiana, Fachrudin. 2000. Budi Daya Kacang Kacangan. Penerbit Kanisius:
Yogyakarta.
Mashudi. 2001. Bertanam Kacang Tanah dan Manfaatnya. Azaka Press: Surabaya.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Mul Mulyani Sutedjo, Ir., 1985. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Bina
Cipta.
Pitojo, Setijo. 2005. Benih Kacang Tanah. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Priyandoko, Didik. 2007. BIOLOGI XI. Piranti Darma Kalokatam: Jakarta.
Purwono, 2005. Biologi Interaktif. Azka Press: Surabaya.
Purwono. 2007. Budi Daya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penerbit Penebar
Swadaya: Jakarta
R. Soeroto Sosrosodirdjo, dkk, 1990.Teknik Budidaya Kacang Tanah. Jakarta
Rukmana Rahmat. 1998. Kacang Panjang. Kanisius, Yogyakarta

127

Sri Setyadi Harjadi, MM, Dr., 1979. Pengantar Agronomi Budidaya Tanaman.
Jakarta
Surtkanti. 2011. Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya.
Balai Tanaman Serelia. Seminar Nasional Tanaman Serelia 2011.
Wikipedia. 2015. Tumpang sari. http://id.wikipedia.org/wiki/Tumpang_sari. Diakses
30 Juni 2015

129

LAMPIRAN

Gambar 1. Bobot Kering Smpel 8

Gambar 3. Serangan Belalang

Gambar 5. 3 MST Sampel 5

Gambar 2. Bobot Kering Sampel 5

Gambar 4. Serangan Belalang

Gambar 6. 3MST Sampel 10

131

Anda mungkin juga menyukai