Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH

AGROGEOLOGI

KAPASITAS PERTUKARAN KATION AMELIORAN

Oleh :

Dimas Rizki Ananda (H1C015003)

Yesaya Auditio (H1F014053)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

PURBALINGGA

2017
BAB I
PENDAHULUAN

Amelioran adalah bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan
kondisi fisik dan kimia. Amelioran dapat berupa bahan organik maupun anorganik. Pemberian
bahan amelioran seperti pupuk organik, tanah mineral, zeolit, dolomit, fosfat alam, pupuk
kandang, kapur pertanian, abu sekam, purun tikus (Eleocharis dulcis) dapat meningkatkan pH
tanah dan basa-basa tanah (Subiksa et al., 1997; Mario, 2002; Salampak, 1999). Penambahan
bahan-bahan amelioran yang banyak mengandung kation polivalen juga dapat mengurangi
pengaruh buruk asam-asam organik beracun. Amelioran memiliki nilai kapasitas pertukaran
kationnya masing-masing.

Kapasitas pertukaran kation (KPK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya
dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KPK tinggi mampu menjerat dan menyediakan unsur
hara lebih baik daripada tanah dengan KPK rendah. Tanah dengan KPK tinggi bila didominasi
oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na (kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan kesuburan tanah,
tetapi bila didominasi oleh kation asam, Al, H (kejenuhan basa rendah) dapat mengurangi
kesuburan tanah. Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-
unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air. KPK pada jenis tanah yang ada berbeda-
beda, dipengaruhi oleh faktor lingkungan setempat. KPK tanah pada umumnya digunakan
sebagai indikator pembeda pada proses klasifikasi tanah.

Besarnya KPK tanah tergantung pada tekstur tanah, tipe mineral liat tanah, dan
kandungan bahan organik. Semakin tinggi kadar liat atau tekstur semakin halus maka KPK tanah
akan semakin besar. Demikian pula pada kandungan bahan organic tanah, semakin tinggi bahan
oerganik tanah maka KPK tanah akan semakin tinggi (Mukhlis, 2007).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kapasitas Pertukaran Kation


Kapasitas pertukaran kation tanah adalah kemampuan koloid tanah dalam menjerap
dan mempertukaran kation. Kapasitas pertukaran kation total adalah jumlah muatan negatif
tanah dari permukaan koloid tanah yang merupakan situs pertukaran kation-kation.
Kapasitas pertukaran kation dinyatakan dalam miliekuivalen per 100 gram tanah (Tan,
1991).
Koloid tanah terdiri dari koloid anorganik dan kolid organik. Koloid anorganik
adalah partikel liat yang berukuran 0,001 mm atau 1 m, sedangkan koloid organik berasal
dari dekomposisi bahan organik yang mulai stabil yaitu humus. Koloid liat bersifat mantap
sedangkan koloid humus bersifat dinamis dapat berubah (Hakim dkk., 1986). Petukaran
kation terjadi pada koloid liat dan koloid humus yang memiliki muatan negatif tersebut,
sehingga tekstur tanah (jumlah liat), jenis mineral liat, dan kandungan bahan organik akan
mempengaruhi kapasitas pertukaran kation suatu tanah.
Menurut Utomo (2012) dan Purwanto (2012), pengolahan tanah intensif seperti pada
lahan pertanaman ubi kayu, akan menyebabkan terbukanya lahan dan penurunan kandungan
bahan organik tanah. Penurunan kandungan bahan organik tanah ini akan berdampak pada
penurunan kandungan humus tanah yang pada akhirnya juga akan berdampak pada
penurunan nilai KPK tanah. Koloid humus mempunyai KPK paling besar dibandingkan
dengan koloid liat. Koloid humus selain berfungsi sebagai tempat jerapan kation-kation,
juga berperan sebagai sumber pembebasan unsur hara yang kemudian dapat dimanfaatkan
oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Tan, 1991)

2.2. Pengaruh Bahan Organik dalam Kapasitas Pertukaran Kation

Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah salah satunya terhadap
kapasitas pertukaran kation. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif
sehingga akan meningkatkan kapasitas perpertukaranan kation (KPK). Bahan organik
memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK tanah. Sekitar 20 70 % kapasitas
pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus (contoh: Molisol), sehingga
terdapat korelasi antara bahan organik dengan KPK tanah (Stevenson, 1982).

Kapasitas pertukaran kation (KPK) menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan


kation-kation dan mempertukakan kation-kation tersebut termasuk kation hara tanaman.
Kapasitas pertukaran kation penting untuk kesuburan tanah. Humus dalam tanah sebagai
hasil proses dekomposisi bahan organik merupakan sumber muatan negatif tanah, sehingga
humus dianggap mempunyai susunan koloid seperti lempung, namun humus tidak semantap
koloid lempung, dia bersifat dinamik, mudah dihancurkan dan dibentuk. Sumber utama
muatan negatif humus sebagian besar berasal dari gugus karboksil (-COOH) dan fenolik (-
OH)nya (Brady, 1990).

Muatan koloid humus bersifat berubah-ubah tergantung dari nilai pH larutan tanah.
Dalam suasana sangat masam (pH rendah), hidrogen akan terikat kuat pada gugus aktifnya
yang menyebabkan gugus aktif berubah menjadi bermuatan positif (-COOH2+ dan -OH2+),
sehingga koloid koloid yang bermuatan negatif menjadi rendah, akibatnya KPK turun.
Sebaliknya dalam suasana alkali (pH tinggi) larutan tanah banyak OH-, akibatnya terjadi
pelepasan H+ dari gugus organik dan terjadi peningkatan muatan negatif (-COO -, dan O-),
sehingga KPK meningkat (Parfit, 1980).

Fraksi organik dalam tanah berpotensi dapat berperan untuk menurunkan kandungan
pestisida secara nonbiologis, yaitu dengan cara mengadsorbsi pestisida dalam 10 tanah.
Mekanisme ikatan pestisida dengan bahan organik tanah dapat melalui: pertukaran ion,
protonisasi, ikatan hidrogen, gaya vander Waals dan ikatan koordinasi dengan ion logam
(pertukaran ligan).

Tiga faktor yang menentukan adsorbsi pestisida dengan bahan organik :

1. Karakteristik fisika-kimia adsorbenya (koloid humus)


2. Sifat pestisidanya
3. Sifat tanahnya, yang meliputi kandungan bahan organik, kandungan dan jenis
lempungnya, pH, kandungan kation, lengas, dan temperatur tanahnya
(Stevenson, 1982).

2.3. Nilai Kapasitas Pertukaran Kation Amelioran

Kapasitas pertukaran kation (KPK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau
kadar liat tinggi mempunyai KPK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowigeno 2003). Nilai KPK tanah
sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KPK
tanah dipengaruhi oleh :

1. Reaksi tanah
2. Tekstur atau jumlah liat
3. Jenis mineral liat
4. Bahan organik dan,
5. Pengapuran serta pemupukan.

Sedangkan Menurut Hakim,et al. (1986) besar KPK tanah dipengaruhi oleh sifat dan
ciri tanah yang antara lain: reaksi tanah atau pH; tekstur tanah atau jumlah liat; jenis mineral
liat; bahan organik; pengapuran dan pemupukan. Pada pH tanah yang rendah, KPK tanah
akan relatif rendah, karena misel liat dan bahan organik banyak menjerap ion-ion H + atau
Al3+. Kation-kation yang terjerap dalam tanah akan dapat dilepaskan dari tanah dan tukarkan
tempatnya oleh ion-ion H+ yang dilepaskan oleh akar tanaman. Kation-kation yang berupa
unsur hara itu kemudian larut dalam air tanah dan diisap oleh tanaman.

Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas pertukaran kation tanah sangat beragam,


karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda
pula. Nilai KPK tanah (me/100g) dikelompokkan dalam lima kategori berikut:

1. Sangat rendah untuk nilai KPK (me/100 g) < 5,


2. Rendah untuk nilai KPK (me/100 g) berkisar antara 5 s/d 16,
3. Sedang untuk nilai KPK (me/100 g) berkisar antara 17 s/d 24,
4. Tinggi untuk nilai KPK (me/100 g) berkisar antara 25 s/d 40, dan
5. Sangat tinggi untuk nilai KPK (me/100g) > 40.
6. C-Organik
BAB III
KESIMPULAN

Amelioran adalah bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan
kondisi fisik dan kimia seperti pupuk organik, tanah mineral, zeolit, dolomit, fosfat alam, pupuk
kandang, dan semacamnya yang memiliki nilai kapasitas pertukaran kation masing-masing.
Kapasitas pertukaran kation (KPK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. KPK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang antara lain: reaksi tanah
atau pH; tekstur tanah atau jumlah liat; jenis mineral liat; bahan organik; pengapuran dan
pemupukan.
DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya
Pengelolaannya. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press

Brady, James E. 1990. General Chemistry. New York : John Wiley and Sons.

Hakim, N., M. dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah Ultisol. Jakarta : Akademika Pressindo.

Kim H.Tan. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Jakarta : Gajah Mada University Press, cestakan
kedua.

Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Dan Tanaman. Medan : USU Press.

Parfitt RL, Henmi T. 1980. Clays and Clay Minerals. Structure of some allophane from New
Zealand. 28:285-294.

Soepardi G. 1983. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Bogor: IPB Press.

Stevenson, F.T.1982. Humus Chemistry. New York : John Wiley and Sons.

Susilawati, H.L. 2011. Agroinovasi. Bogor : Badan Litbang Pertanian

Utomo, M. 2012. Tanpa Olah Tanah: Teknologi Pengelolaan Pertanian Lahan Kering. Lampung
: Lembaga Penelitian Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai