Menurut Yuliarti dan Isroi (2009), kompos merupakan hasil penguraian tidak
lengkap (parsial) dari campuran bahan-bahan organik. Kompos yang digunakan
sebagai pupuk disebut pula pupuk organik karena penyusunannya terdiri dari bahan-
bahan organik. Penambahan bahan organik merupakan suatu tindakan perbaikan
lingkungan tumbuh tanaman yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi pupuk
(Yuwono, 2009).
Menurut Djuarnani, dkk (2005) Kualitas kompos sangat ditentukan oleh
tingkat kematangan kompos, di samping kandungan logam beratnya. Bahan organik
yang tidak terdekomposisi secara sempurna akan menimbulkan efek yang
merugikan pertumbuhan tanaman. Penambahan kompos yang belum matang ke
dalam tanah dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu. Secara umum
kompos yang sudah matang dapat dicirikan dengan sifat sebagai berikut:
1, Berwarna cokelat tua hingga hitam dan remah
2, Tidak larut dalam air, meskipun sebagian dari kompos bisa membentuk suspensi.
3, Jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan bagi
tanah dan pertumbuhan tanaman.
4, Tidak menimbulkan bau.
http://belajar-di-rumah.blogspot.com/2012/10/kompos-dan-pengomposan.html
KOmpos
Kompos merupakan dekomposisi parsial atau tidak lengkap, dipercepat secara artifisial dari
campuran bahan-bahan organik oleh pupulasi berbagai macam mikroba dalam konsisi lingkungan
yang hangat, lembab, dan aerobik (Crawford, 2003). Menurut Haung (1980), pengomposan dapat
dilakukan pada kondisi aerobik dan anaerobik. Pengomposan aerobik adalah dekomposisi bahan
organik dengan kehadiran oksigen (udara), dengan produk utamanya adalah karbondioksida, air dan
panas. Pengomposan anaerobik adalah dekomposisi bahan organik dalam kondisi ketidakhadiran
oksigen bebas.
Proses pengomposan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut dapat
berupa faktor fisis, kimia, maupun biologi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan
antara lain: (Murbandono, 2002)
a) Bahan baku, yaitu bahan yang digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan kompos. Pada
bahan baku yang lebih lunak akan lebih cepat terurai menjadi kompos daripada yang agak keras.
b) Temperatur/suhu: suhu yang kurang atau berlebih akan menyebabkan bakteri pengurai tidak bisa
berkembang dengan baik sehingga proses pengomposan juga akan semakin lama.
c) pH: semakin tinggi kadar pH maka akan semakin cepat proses pengomposan
d) Air dan udara: kalau air kurang maka bahan akan bercendawan, dan kalau kelebiahan air akan
menyebabkan keadaan menjadi anaerob.
e) Kelembapan: Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan volume udara menjadi berkurang,
timbunan yang semakin basah maka harus sering diaduk.
f) Rasio C/N: semakin mendekati rasio C/N tanah maka bahan tersebut akan lebih cepat menjadi
kompos.
g) Ukuran Partikel: Semakin besar ukuran partikel maka akan semakin lama proses pengomposan atau
sebaliknya.
h) Kandungan Nitrogen: Semakin banyak kandungan N, bahan baku akan semakin cepat terurai.
Dalam pengomposan digunakan berbagai bahan. Bahan baku yang digunakan adalah limbah
organik pertanian atau peternakan 83 % misalnya dari kotoran ternak dan sampah kota; serbuk
gergaji (kayu yang lunak) 5%; abu (bekas pembakaran bahan organic) 10%; kalsit atau dolomit 2%;
dan stardec 0,25%.
Limbah organic, serbuk gergaji, abu, kalsit/dolomite dn stardec dicampur hingga homogen
pada tempat yang ternaungi dengan ketinggian minimum 1,5 meter. Pada tumpukan tersebut
kemudian dilakukan aerasi dengan cara pembalikan / penyisiran yang dilakukan 7 hari sekali
sebanyak 4 kali. Pada proses pembalikan harus benar-benar dibalik dimana bahan yang di bagian
dalam harus terangkat menjadi yang paling atas sehingga proses pengomposan berjalan dengan
baik. Selama proses, kadar air dijaga ±60%. Suhu juga perlu dijaga dan diharapkan sampai suhu 700C
selama minimal 2 minggu. Proses penguraian atau dekomposisi akan berhenti secara alami, ditandai
dengan adanya penurunan suhu menjadi ±300C dan kadar air ±40%. Jika keadaan ini tercapai maka
akan dihasilkan pupuk organic berkualitas dan berdaya guna seperti biasanya yang disebut Fine
compost.
Setelah proses pembalikan pertama kemudian didiamkan lagi selama satu minggu,
selanjutnya dilakukan pembalikan kedua. Didiamkan lagi selama 7 hari lalu dilakukan pembalikan
ketiga. Proses tersebut diulang lagi yaitu didiamkan selama 7 hari kemudian dilakukan pembalikan
keempat. Total pembalikan yang dilakukan adalah adalah 4 kali. Jika ditambahkan dengan pada
pembalikan pertama maka dibutuhkan waktu selama 35 hari.
Jika proses tersebut telah dilakukan dengan baik dan benar, maka selanjutnya sudah
diperoleh kompos yang masih terdiri dari yang berukuran besar dan kecil. Kompos yang sudah jadi
akan terlihat berwarna coklat kehitaman, suhunya turun sampai suhu ±300C atau mendekati suh
ruang, bau kotoran ternak hilang dan berbau tanah, teksturnya remah, dan kadar airnya sekitar 40%.
Pada kompos yang sudah jadi tersebut, disaring dengan menggunakan penyaring sehingga terpisah
antara yang besar dan kecil. Bahan yang kecil digunakan sebagai kompos sedangkan yang besar akan
diproses lagi pada suatu mesin Granulator sehingga menjadi granul. Kompos dan granul ini akan
dijual ke masyarakat dan juga dibagikan ke petani. Sedangkan petani tersebut akan memberikan
jerami ke LHM sehingga keduanya saling menguntungkan.
Proses pengomposan yang diterapkan di Lembah Hijau Multifarm sesuai dengan proses
remidiasi pada umumnya. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan pemisahan sampah, memperkecil
ukuran sampah agar meningkatkan luas permukaan untu proses penguraian oleh mikroorganisme
yang berperan dan adanya pengaturan aerasi dengan cara membolak-balik kompos setiap hari
(pengomposan berlangsung secara anaerob). Pada awal pengomposan juga terjadi peningkatan suhu
kompos yang menandakan adanya peningkatan aktivitas mikroorganisme di dalam kompos dalam
mendegradasi sampah. Jadi, dapat dikatakan hal tersebut telah sesuai dengan teori pengomposan
yang ada.
Keragaan analisis ekonomi dari masing-masing usahatani yang dilakukan dalam sistem
usahatani terpadu di CV. LHM tersaji dalam Tabel 1. Analisis ekonomi tersebut memberikan
keuntungan yang cukup signifikan, karena mempunyai B/C ratio yang lebih besar dari satu. B/C
Ratio terkecil diperoleh pada usaha budidaya padi sawah yang berarti keuntungan yang
diperoleh dari usaha ini relatif kecil, jika dibandingkan dengan usaha lainnya.
Tetapi hal ini dapat ditutupi dari keuntungan yang diperoleh dari usaha
lainnya, yang keuntungannya relatif lebih besar. Sedangkan B/C ratio terbesar diperoleh pada
usaha pembuatan starbio yang berarti keuntungan
yang diperoleh dari usaha ini relatif besar, jika dibandingkan dengan usaha lainnya, ini dapat
digunakan untuk menambah keuntungan usaha lainnya yang relatif kecil. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Sudaryanto dan Jamal (2000) yang menyebutkan bahwa penggunaan sumber
daya pertanian yang optimum lebih mudah dicapai melalui diversifikasi cabang-cabang usahatani
yang dilaksanakan secara terpadu.
http://olemoses.blogspot.com/p/kompos.html
http://alfianaadha.blogspot.com/2013/05/faktor-yang-memengaruhi-proses.html
Secara umum dapat diartikan sebagai proses perombakan atau penguraian bahan organik
secara biologis (dengan bantuan mikroflora/mikrofauna) menjadi pupuk yang lebih sederhana
dan menyerupai humus, dengan karateristik yang relatif berbeda dari aslinya. Produk ini
yang kemudian dikenal sebagai kompos. Kompos umumnya dihasilkan dari sampah organik
yang berasal dari sisa makanan, sampah dapur, sayuran, daun-daunan dan sampah organik
lainnya.
1. Ukuran dan jenis bahan organik adalah salah satu komponen penting untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan dari pengomposan. Ukuran bahan organik yang relatif
lebih kecil akan mempermudah percepatan proses pengomposan, disamping ukuran, jenis dan
karakter dari bahan organik juga sangat menentukan, misalkan gabah, partikel kayu/ranting,
sabut kelapa, yang semuanya relatif mempunyai unsur karbon yang tinggi. Pencacahan bahan
organik jelas akan sangat membantu kecepatan pengomposan, perlakuan awal dan
proporsional campuran jenis bahan organik yg digunakan juga sangat membantu
percepatan dan kualitas hasil pengomposan. Ukuran partikel juga sangat mempengaruhi
proses percepatan pengomposan. Ukuran partikel bahan yang optimal untuk dikomposkan
berkisar dari 1/8 inci hingga 1/2 inci, ukuran ini sangat relatif.
3. Suhu atau Temperatur yang ditimbulkan selama proses pengomposan adalah merupakan
hasil pelepasan energi reaksi eksotermik dalam tumpukan. Kenaikan suhu selama proses
pengomposan sangat menguntungkan bagi beberapa jenis mikroorganisme thermofilik, akan
tetapi proses pengomposan yg tidak terkontrol, misalkan suhu di atas 65-70 °C akan
menyebabkan aktivitas populasi mikroorganisme menjadi menurun drastis. Untuk menjaga
kondisi suhu yang optimum sedianya suhu dalam tumpukan dipertahankan antara 50-60 °C,
selama kurun waktu 9-11 hari pertama sejak awal pengomposan atau cukup 7-9 hari pertama
dengan menjaga suhu berkisar antara 60-65 °C. Kondisi ini (kurva suhu tumpukan kompos)
juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti karakter bahan organik yang dikomposkan, nisbah
volume tumpukan atau timbunan yang berbanding dengan permukaan tumpukan. Makin
tinggi volume tumpukan maka makin besar isolasi panas yang terjadi dalam tumpukan bahan
yang dikomposkan.
4. Kelembaban atau Kadar Air. Dalam proses pengomposan adalah penting. Air
merupakan media reaksi kimia atau pelarut media membawa nutrisi dan bahan utama bagi
kehidupan mikroorganisme. Jika kondisi kadar air (kelembaban) dalam tumpukan bahan
yang dikomposkan sangat rendah, maka proses pengomposan akan berjalan sangat lambat,
sebaliknya apabila kadar air terlalu tinggi proses pengomposan juga akan kurang baik,
dimana ruang oksigen dalam tumpukan akan berkurang serta akan menimbulkan bau
yang kurang sedap, proses pengomposan akan cenderung pada anaerob. Kondisi kelembaban
yang optimal berkisar antara 45%-60%. Untuk memperkirakan kadar air dapat dilakukan
dengan cara menggenggam/meremas bahan organik, bila tidak menetes cairan dan apabila
genggaman dibuka bahan organik akan mengembang namun tidak berhambur, maka
diperkirakan kadar airnya telah cukup untuk proses pengomposan tsb. Untuk lebih mudahnya
dapat diukur dengan alat pengukur kelembaban ( Gauge Moisture Content).
5. Aerasi atau Oksigen diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan respirasi. Selama
itu berlangsung kandungan oksigen tumpukan akan berkurang dan kandungan
karbondioksida akan meningkat. Ketika kandungan oksigen dalam tumpukan kurang dari
10% akan menimbulkan bau yang kurang sedap dan proses pengomposan akan mengarah
pada kondisi anaerob. Untuk menjaga kondisi udara baik yang jumlahnya besar, dapat
dilakukan dengan menyuntikkan udara ke dalam tumpukan atau bila jumlahnya sedikit dapat
juga tumpukan dibalik/ diaduk. Pembalikan tumpukan sebaiknya setiap minggu sekali
gunanya untuk menghomogenkan bahan-bahan yg dikomposkan dan memberikan proses
pengomposan yg stabil antara tumpukan kompos bagian bawah, tengah dan atas.
http://www.masagri.com/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-pengomposan/
Pembuatan Kompos
10
Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau mendekati C/N tanah, dapat langsung
digunakan sebagai pupuk, tetapi bila C/N nya tinggi harus didekomposisikan dulu sehingga
melapuk dengan C/N rendah yakni 10-12 (Rinsemo, 1993).
Dalam pembuatan kompos ini dapat dikemukakan cara-cara Krantz, Indore, dan Macdonald.
Cara Krantz yaitu dengan menggunakan bahan-bahan mentah (serasah, sampah organic, dll)
ditumpuk sampai setinggi 50 cm atau lebih. Kemudian diberi pupuk kandang sebagai
aktifator, setelah beberapa hari temperature mencapai 50oC-60oC, temperatur ini bisa
mematikan kuman-kuman serta biji-biji tanaman pengganggu. Tumpukan diinjak-injak
sehingga keadaan menjadi anaerob, selanjutnya ditambahkan bahan-bahan mentah sehingga
tumpukan mencapai sekitar 80 cm, demikian seterusnya perlakuan penamabahan dilakukan
sampai tumpukan menjadi tinggi sekitar 1,5 m. kemudian tumpukan harus ditutup dengan
lapisan tanah bagian atasnya, perlakuan demikian untuk mencegah kehilangan N lebih lanjut
dan juga melindungi kompos dari pengaruh teriknya sinar matahari. Setelah 3 bulan biasanya
kompos telah matang dan dapat dipergunakan (Sutejo, 2002).
Cara Indore yaitu dengan menggunakan bahan-bahan mentah (serasah, sampah, bahan
organik, dll) ditumpuk berlapis-lapis setinggi ± 60 cm dengan ukuran panjang, Lebar 2,5 x
2,5 cm. Setiap lapis tingginya sekitar 15 cm, jadi bagi ketinggian 60 cm harus dibuat 4 lapis.
Diantara lapisan-lapisan diberikan pupuk kandang sebagai lapis yang tipis, atau disiram
dengan cairan pupuk kandang. Lakukan perlakuan pembalikan, lapisan-lapisan kompos itu
secara teratur, yaitu pada hari ke15, 30 dan 60. Pembalikan ini dimaksud untuk meratakan
penguraian. Pada pembalikan ini lapisan 1 dan ke 4 disatukan dan jua lapisan ke 2 dan ke 3
disatukan dan tumpukan ke 1 diletakkan dibawah dan tumpukan ke 2 diatasnya setelah umur
kompos 60 hari kedua tumpukan disatukan dan dilakukan pembalikan secara merata. Agar
kompos tetap dalam keadaan anaerob perlu ditempatkan dibawah atap agar tidak terkena air
hujan (Sutejo, 2002).
Sutanto (2002) menyatakan bahwa dalam proses pengomposan yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
Suriawiria (2003) menyatakan bahwa adapun kunci membuat kompos yang bagus meliputi:
rasio karbon/nitrogen, adanya bahan mikroorganisme, tingkat kelembapan, tingkat oksigen
dan ukuran partikel. Dari ketiga pendapat tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi
pengomposan adalah hampir sama.
Mikroorganisme Sellulotik (MOS)
Rao (1994) menyimpulkan bahwa dalam kondisi anaerob, dekomposisi sampah organik
terjadi sebagai akibat kegiatan mikroorganisme yang mesofil dan termofil. Di dalam
timbunan kompos, mikroorganisme mesofil dan termofil (bakteri dan actinomycetes) penting
dalam memecahkan substrat selulosa. Mikrobia ini memecahkan karbohidrat dan protein
kompleks menjadi asam organik dan alkohol.
EM4 pertanian akan aktif memfermentasi bahan organik (sisa-sisa tanaman, pupuk hijau,
pupuk kandang, dan lain-lain) yang terdapat dalam tanah. Hasil fermentasi bahan organik
tersebut adalah berupa senyawa organik yang mudah diserap langsung oleh perakaran
tanaman misalnya gula, alkohol, asam amino, protein, karbohidrat, vitamin dan senyawa
organik lainnya (Anonim, 2007).
Disamping itu, menurut Indriani (2007) kompos mempunyai beberapa sifat yang
menguntungkan antara lain: (1) memperbaiki struktur tanah, (2) memperbesar
daya ikat tanah berpasir, (3) menambah daya ikat air pada tanah, (4) memperbaiki drainase
dan tata udara dalam tanah, (5) mengandung hara yang lengkap, (6) memberi ketersediaan
bahan makanan bagi mikrobia, dan (7) menurunkan aktivitas mikroorganisme
yang merugikan.
Kambing atau domba mempunyai kuantitas dan komposisi kotoran segar yang dikeluarkan ;
(Foth, 1995).
Kambing dan domba 0,5 kg/hari, apabila kotoran tersebut dikomposkan maka akan terjadi
penyusutan sekitar 50%. Apabila kmpos tersebut dimanfaatkan sebagai sumber pupuk
organik untuk tanaman pangan. Takaran pupuk organik sekitar 2 ha, maka luas lahan yang
dapat dipupuk mencapai 7,25 juta ha (Stevenson, 1981).
Kotoran kambing dan biri-biri mempunyai banyak persamaan dan banyak mengandung N.
kadar airnya lebih rendah dari kotoran sapi dan kerbau. Oleh karena itu perubahan yang
terjadi berlangsung cepat dan hampir sama dengan kotoran kuda, sehingga
digolongkan sebagai pupuk panas (Sosrosoedirdjo, dkk, 1992).
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) sifat baik dari kompos yang merupakan pupuk
organik terhadap kesuburan tanah yaitu dapat menyediakan unsur hara seperti N, P, K, Ca,
Mg, S serta hara mikro dalam jumlah relatif kecil, dapat mempermudah pengolahan tanah-
tanah yang berat, membuat permeabilitas tanah menjadi lebih baik dan juga dapat dijadikan
sebagai pupuk bagi tanaman.
Pemberian pupuk organik akan menambah unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
tanaman. Memang persentase unsur hara yang bertambah dari pupuk organik masih lebih
kecil disbanding pupuk organik secara umum, fungsi pupuk organik adalah sebagai berikut:
1. kebutuhan tanah bertambah. Adanya penambahan unsur hara, humus, dan bahan
organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh dalam jangka
panjang
2. sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki. Pemberian pupuk organik menyebabkan
terjadinya perbaikan struktur tanah
3. sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada menjadi
hidup (Indriani, 2001).
Disamping itu, menurut Indriani (2007) kompos mempunyai beberapa sifat yang
menguntungkan antara lain:
https://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/pembuatan-kompos/
Pupuk organik, Pupuk adalah zat hara yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang
dengan baik sesuai genetis dan potensi produksinya. pupuk dapat dibuat dari bahan organik
ataupun. Sebuah perjalanan hidup: makalah pupuk kompos, Tanaman yang menggunakan
pupuk organik lebih tahan terhadap penyakit. proses pembuatan kompos berlangsung dengan
menjaga keseimbangan kandungan nutrien.
.:: biotanikan ::., Pupuk cair organik. pupuk cair adalah hasil pengolahan limbah organik yang
dicairkan, fungsinya sama dengan kompos,namun karena berupa cairan proses penyerapan
ke. Manfaat em-4 perikanan membuat sendiri ~ lam, Meningkatkan daya tahan tubuh
ikan/udang sehingga mengurangi pengunaan antibiotik. §.
Download
Cara Membuat Pupuk Kompos Dengan Alat Komposter
Viidwmv
Pupuk kebun ( memadu organik anorganik), Pupuk organik dan anorganik sering
dipersepsikan untuk dipilih salah satunya bagi pemupukan kebun. padahal, kedua jenis pupuk
itu saling melengkapi satu sama lain.. Teknologi tepat guna (ttg) pengelolaan sampah, Sarana
dan prasarana pengelolaan sampah berbasis 3r. pada dasarnya teknologi tepat guna adalah
teknologi yang memberikan tingkat pelayanan yang paling. Pupuk kebun ( memadu organik
anorganik): upaya memacu, Pupuk organik dan anorganik sering dipersepsikan untuk dipilih
salah satunya bagi pemupukan kebun. padahal, kedua jenis pupuk itu saling melengkapi satu
sama lain.. Pengolahan penanganan limbah | utamisubardo' blog, Pengolahan dan penanganan
limbah penanganan limbah yang baik akan menjamin kenyamanan bagi semua orang.
dipandang dari sudut sanitasi, penanganan limbah.
Related article Cara Membuat Pupuk Kompos Dengan Alat Komposter Viidwmv :
Pupuk organik
Pupuk adalah zat hara yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan baik
sesuai genetis dan potensi produksinya. pupuk dapat dibuat dari bahan organik ataupun.
Tanaman yang menggunakan pupuk organik lebih tahan terhadap penyakit. proses
pembuatan kompos berlangsung dengan menjaga keseimbangan kandungan nutrien.
Pupuk cair organik. pupuk cair adalah hasil pengolahan limbah organik yang dicairkan,
fungsinya sama dengan kompos,namun karena berupa cairan proses penyerapan ke.
Badan hukum pt. cipta visi sinar kencana ( cvsk) merupakan perobahan dari cv yang pada
tahun 2005 menjadi perseroan terbatas ( pt) - dengan akta notaris ano muhammad.
http://dudukui.net/cara/cara-membuat-pupuk-kompos-dengan-alat-komposter-viidwmv-.html
Penghijauan
Yusticia
Arif
IQRO'
TERVERIFIKASI
Jadikan Teman | Kirim Pesan
0inShare
Gagasan untuk membuat komposter di rumah sebenarnya sudah lama. Namun baru beberapa bulan
ini bisa saya wujudkan. Komposter adalah sebuah metode pengolahan sampah organik menjadi
kompos yang kemudian bisa digunakan sebagai pupuk. Sebenarnya, konsep komposter ini sederhana
saja, yaitu memanfaatkan kerja bakteri untuk menguraikan sampah.
Setelah beberapa bulan ini saya lakukan, volume sampah dari rumah berkurang mencapai 50%
karena pemakaian komposter ini. Ini adalah angka yang cukup siginifikan, dan apabila tiap-tiap
rumah tangga bersedia dan berkehendak melakukannya, maka volume sampah di tingkat lingkungan
otomatis juga akan berkurang. Ini menjadi kabar baik untuk masalah persampahan, yang selama ini
menjadi isu rumit terutama di lingkungan perkotaan yang padat hunian dan keterbatasan kapasitas
dan metode pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
1. Tempat penampungan sampah organik beserta tutupnya, perkirakan ukuran sesuai volume
sampah organik yang dihasilkan pada rumah kita. Contoh : ember atau tong plastik (barang-
barang ini mudah kita dapat). Tutup kita perlukan, agar sampah yang ditampung dalam
wadah tersebut tidak didatangi lalat. Buat lubang kecil-kecil pada wadah yang kita pilih, agar
oksigen bisa masuk, dan pastikan juga lubang-lubang kecil di bagian bawah wadah untuk
mengeluarkan lindi (cairan sisa pembusukan).
2. Cairan EM4, sebagai makanan bakteri untuk mempercepat proses penguraian sampah (bisa
dibeli di toko-toko pertanian)
4. Gunting atau pisau untuk merajang sampah, disini ukuran sampah organik sengaja saya
potong-potong agar proses pembusukan berlangsung cepat
5. Tentu saja sampah an organik dari rumah, dan pengaduk sampah (bisa batang kayu atau
lainnya)
Siapkan sampah an organik, tips saya adalah, potong sampah menjadi kecil-kecil sehingga
proses pembusukan cepat berlangsung
Siapkan cairan EM4, dan botol bekas air mineral untuk mengencerkan cairan EM4. Saya
biasa mengencerkan dengan perbandingan 1:10, jadi setiap 1 tutup botol EM4, saya cairkan
dengan 10 tutup air.
Pastikan komposter ditutup sehingga tidak didatangi lalat, serta bau busuk dari proses
penguraian sampah tidak mengganggu.
Taruh komposter sedikit lebih tinggi dari tanah, bisa diganjal dengan batu bata atau material
lainnya, sehingga cairan lindi tidak tertinggal dan mengendap di dalam komposter.
Setelah beberapa waktu, proses pembusukan mulai menampakkan hasilnya. Pastikan kita
selalu mengaduk timbunan sampah di dalam komposter ini.
Setelah kurang lebih 2 bulan (ini bisa berbeda-beda), akhirnya kompos pun dihasilkan dan
siap digunakan untuk pupuk.
Sebenarnya proses dan bahan yang digunakan untuk membuat komposter sangatlah
sederhana dan mudah didapat di sekitar rumah tangga kita. Hanya dibutuhkan keinginan kuat
dan komitmen untuk tetap berkelanjutan mengolahnya. Saya merasakan sendiri manfaatnya
dari pengolahan sampah organik rumah tangga ini. Selain volume sampah dari rumah
berkurang, saya mendapatkan manfaat dari kompos yang dihasilkan, karena kebetulan saya
juga memiliki kebun kecil di rumah. Saat ini, saya tidak perlu membeli pupuk lagi.
Semoga sedikit pengalaman saya di atas bermanfaat bagi rekan-rekan di forum Kompasiana
ini. Sudah saatnya bagi kita untuk melakukan tindakan nyata meski sederhana, untuk
pengolahan sampah dan penghijauan.
Selamat mencoba.
http://green.kompasiana.com/penghijauan/2013/09/08/membuat-komposter-rumahan-sederhana-
587880.html
Pada dasarnya Teknologi Tepat Guna adalah teknologi yang memberikan tingkat pelayanan
yang paling dapat diterima secara teknis, sosial dan lingkungan dengan tingkat biaya yang
paling murah. Namun mengingat kondisi setempat, adakalanya diperlukan teknologi yang
tidak murah bila memang sesuai dengan kondisi setempat.
Pengomposan sampah organik dapur (sampah basah) dengan komposter rumah tangga
secara individual atau komunal,yang tertanam maupun tidak tertanam, dengan komposter
pot, komposter karung
Pengomposan Sampah organik rumah tangga dengan pengembangbiakan cacing tanah
Pengomposan skala lingkungan
Daurulang sampah plastik lembaran(kresek)- peletasi
Komposter rumah tangga adalah prasarana yang digunakan untuk mengolah sampah dapur
menjadi kompos. Sampah organik dapur adalah sampah organik yang dihasilkan dari dapur
antara lain sisa makanan dan sisa sayuran. Prinsip kerja pembusukan sampah organik dengan
bantuan mikroorganisme dari sampah itu sendiri.
Tipe komposter : komposter tanam dan komposter yang tidak ditanam (Tipe Ayun)
Komposter Tanam
Keterangan:
Siapkan lahan untuk penanaman komposter pada lokasi yang memungkinkan yaitu lokasi
yang tersedia untuk pemasangan 2 buah komposter yang akan dioperasikan secara
bergantian, terhindar dari curahan hujan yang secara langsung dapat masuk ke dalam
komposter dan jarak komposter ke sumber air tanah dangkal minimal 10 m untuk
menghindari pencemaran.
Gali tanah, dengan ukuran dan kedalaman galian sesuai dengan model dalam Petunjuk
Teknis Spesifikasi Komposter Rumah Tangga Individual dan Komunal. Dasar komposter
berada minimal 30 cm di atas muka air tanah. Muka air tanah dapat ditentukan berdasarkan
muka air sumur di daerah sekitarnya pada musim kemarau.
Letakkan komposter di tengah galian tanah. Di dasar galian di pinggir dan di dalam
komposter diisi dengan kerikil ukuran 1-2 cm setebal 10 cm.
Selimuti pipa gas dengan kerikil setebal 5 cm baru ditimbun dengan tanah asal.
Timbun komposter dengan tanah setebal 5 cm di bawah lubang pemasukan sampah.
Ketentuan pemasangan komposter ini sama, baik untuk komposter rumah tangga individual
maupun komunal.
Cara Pengoperasian
Siapkan sampah organik/ sampah basah yang sudah dipilah dalam wadah sampah organik
atau pada kantong plastik yang telah dilubangi kedua ujungnya di dalam ember, tiriskan air
yang terkandung pada sampah.
Pemasukan Sampah
Masukkan sampah yang sudah ditiriskan ke dalam komposter pertama (tanpa kantong
plastik) dan ratakan.
Lakukan pemasukan sampah secara rutin setiap hari sampai komposter penuh
Hentikan pemasukan sampah dapur pada komposter pertama yang telah penuh, ganti
pemasukan sampah ke komposter kedua.
Pematangan Kompos
Setelah komposter pertama terisi penuh oleh sampah, biarkan sampah selama 4-6 bulan agar
terjadi proses pengomposan. Bila sampah telah berubah menjadi kompos yang ditandai
dengan perubahan warna menjadi hitam seperti tanah, keluarkan kompos tersebut dengan
menggunakan garu, sisakan kompos setebal 2 cm yang akan berfungsi sebagai starter untuk
mempercepat pengomposan selanjutnya. Kompos dianginkan selama 1 minggu untuk
pendinginan di lokasi yang terhindar dari curah hujan. Kompos tersebut dapat digunakan
sebagai penggembur tanah.Selanjutnya komposter pertama dapat menampung kembali
sampah dapur. Ketentuan pengoperasian komposter ini sama, baik untuk komposter
individual maupun komunal.
Gambar Komposter Individual dan Cara Pemasangan
Gambar Model-model Komposter Tanam Individual
Komposter Ayun
Komposter ayun ini merupakan komposter yang tidak ditanam mengolah sampah organik
rumah tangga yang berupa sisa-sisa makanan melalui pengomposan dengan memanfaatkan
tong bekas dengan pengoperasian secara diayun. Kapasitas: 30 liter untuk 2- 3 bulan dan 60
liter untuk 4-6 bulan. Satu rumah tangga membutuhkan 2 komposter putar, digunakan secara
bergantian.Wadah penampungan air sampah diletakkan dibawah komposter ayun.
Pengoperasian
Komposter Gentong
Gentong dari tanah liat ini dapat dijadikan komposter karena sirkulasi udara yang cukup dan
juga kelembabannya. Pembalikan dan pengadukan juga tetap perlu dilakukan.
Gambar Komposter dari Gentong
Menggunakan tong plastik berukuran 120 Liter yang dilengkapi pipa vertikal dan horisontal
agar proses berlangsung secara aerob (dengan udara). Salah satu pengguna komposter jenis
ini adalah masyarakat di Jambangan, Surabaya.
TAKAKURA
Metoda ini menggunakan keranjang berlubang dan kemudian dilapisi dengan gelangsing.
Caranya: sampah organic dicampurkan dengan mikroorganisme padat dari campuran bekatul,
sekam padi, pupuk kompos, dan air. Kemudian dimasukkan kedalam keranjang dan ditutup
dengan keset dari sabut kelapa. Cara ini diterapkan oleh Pusdakota – Universitas Surabaya.
Penemu metoda Pengelolaan sampah skala RT sistem aerob, membutuhkan aliran udara
untuk memaksimalkan fungsi bakteri, metoda ini ditemukan oleh Prof Koji Takakura dari
JPEC Jepang.
Agar proses aerob berlangsung dengan baik, pilihlah keranjang yang berlubang, dan lapisi
dengan kardus. Fungsi kardus adalah:
o membatasi gangguan serangga,
o mengatur kelembaban, dan
o berpori-pori, sehingga dapat menyerap serta membuang udara & air.
Letakkan bantal sekam di bawah dan di atas keranjang. Fungsi bantal sekam adalah:
o sebagai tempat mikrobakteri yang akan mempercepat pembusukan sampah organik,
o karena berrongga besar, maka bantal sekam dapat segera menyerap air dan bau
sampah,dan
o sifat sekam yang kering akan memudahkan pengontrolan kelembaban sampah yang
akan menjadi kompos.
Media kompos jadi yang berasal dari sampah rumah tangga diisikan
1 / 2 sampai 2/3 bagian keranjang. Kompos yang ada dalam keranjang berfungsi sebagai
aktivator/ragi bagi sampah baru.
Pilih kain penutup yang serat atau berpori besar. Tutupkan kain di atas bantal sekam, agar
lalat tidak dapat bertelur dalam keranjang, serta mencegah metamorfosis (perubahan) dari
belatung menjadi lalat, karena lalat tidak dapat keluar dan mati di dalam keranjang.
Tutup keranjang bagian atas sebagai pemberat agar tidak diganggu oleh predator
(kucing/anjing). Pilih tutup yang berlubang agar udara dapat keluar masuk.
Cara perawatan
Cuci kain penutup satu minggu sekali
Bila kompos kering, cipratkan air bersih, sambil diaduk
Bila sudah lapuk, kardus harus diganti agar tidak robek dan menyebabkan lalat/serangga
masuk
Bila keranjang penuh, diamkan selama 2-4 minggu agar kompos benar benar matang.
Sementara itu, gunakan keranjang lain untuk memulai proses pembuatan kompos yang
baru.
Setelah matang, kompos dikeluarkan dari keranjang, diangin-anginkan dan kemudian diayak.
Bagian yang halus dapat dijual/ diberikan ke tanaman, sedangkan bagian yang kasar dapat
digunakan sebagai ’starter’ awal proses komposting berikutnya.
Gambar Langkah langkah membuat kompos dengan keranjang Takakura (USAID-
Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat)
Pengembangan Takakura dengan berbagai bahan antara lain Bambu disebut Bambookura,
dan Kardus (Doskura) dan Ember.
Doskura menggunakan kardus sebagai pengganti keranjang. Cukup kardus yang dilapisi
dengan gelangsing dan diberi aktivator (kompos), doskura dapat juga mengubah sampah
menjadi kompos. Hanya saja, karena kardus mudah lapuk maka kardus harus diganti secara
kontinyu setiap 6-8 minggu sekali. Untuk memperpanjang umur kardus, sebaiknya kardus
tidak diletakkan langsung di lantai namun diberi alas berupa kayu atau triple.
Ember bekas cat seperti ini dapat dijadikan komposter sederhana dengan memberi lubang
yang cukup untuk aerasi. Mirip dengan Takakura, digunakan bantal sekam dan kardus untuk
mengontrol kelembaban dan mengurangi bau. Komposter model ini digunakan di
Penjaringan, Jakarta Utara.
Gambar Ember berlubang sebagai Takakura
Komposter Komunal
Komposter dan Takakura dapat dibuat komunal dari bahan plastic, kayu, pasangan bata
sebagaimana dilihat pada gambar berikut. Metoda ini menggunakan konstruksi sederhana
pasangan bata yang dikombinasikan dengan bilik kayu sebagai pintu untuk ruang
pengomposan. Cara ini digunakan di Kebun Karinda Lebak Bulus, Jakarta.
Gambar Komposter Tanam komunal (10 KK)
Sumber: Lya m Taufik Kamil, Pengelolaan Sampah Terpadu 3R dan Berbasis Masyarakat
(Reduce, Reuse, Recycle), PU
http://sriwahyono.blogspot.com/2010/04/tata-cara-membuat-komposter.html
BAB I
Pendahuluan
Tanaman adalah salah satu unsur terpenting untuk menunjang kehidupan manusia, tanpa
tanaman sulit rasanya kita sebagai manusia bertahan untuk hidup lebih lama di permukaan
bumi ini. Alasannya sederhana tanpa tumbuhan sama artinya tak ada oksigen, dan itu berarti
manusia tidak bisa melakukan proses respirasi (pernafasan). Sebenarnya bukan hanya
manusia, hewan pun demikian halnya sangat membutuhkan tumbuhan untuk proses respirasi
dan sumber makanan untuk mempertahankan kehidupannya.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh manusia saat ini untuk terus mempertahankan
keberadaan tumbuhan, sebagai penunjang kehidupan, adalah menanam tumbuhan. Dengan
upaya tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata untuk menyelamatkan
tumbuhan.
Saat ini untuk memberikan kualitas yang baik terhadap tumbuhan, manusia senantiasa
membuat formula-formula baru guna perbaikan kualitas dari hari ke hari. Salah satu formula
yang di temukan adalah pembuatan komposter. Sebanarnya komposter ini bukanlah sesuatu
yang baru karena nenek moyang kita dahulu telah menggunakannya, bedanya mereka hanya
menggunakannya secara sederhana.
Dikesampatan ini penulis akan menjelaskan proses pembuatan komposter yang diharapkan
dapat memberikan sumbangsih yang besar terhadap praktisi agrokultur dalam
mengembangkan proses pertumbuhan tanaman yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Sampah Organik
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari
alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan
mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan
organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit
buah, dan daun.
Sampah organik hijau dipisahkan dari sampah organik hewan agar kedua bahan ini bisa
diproses tersendiri untuk dijadikan kompos.
B. Sampah Anorganik
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak
bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik
dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam,
sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis
ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, kertas, karton,
kardus, styrofoam, kaleng dan lain-lain.
Sampah yang bersih dapat dijual/diberikan pada pemulung. Misalnya karton, kardus, besek,
botol, plastik-plastik kemasan makanan, kantong-kantong plastik, koran, majalah, kertas-
kertas, dan sebagainya. Jenis-jenis yang bersih ini pisahkan dalam satu kantong, langsung
saja diberikan pada pemulung tanpa dibuang ke bak sampah terlebih dahulu, atau bisa dijual
sendiri.
Sampah yang benar-benar kotor dan kita tidak bisa mendaur ulang, tidak layak diberikan
pada pemulung. Inilah yang dibuang dalam bak sampah. Dengan demikian kita dapat
membantu mengurangi volume sampah yang dibuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat melihat bahwa yang dapat dibuat kompos adalah
sampah organik. Sampah organik ini misalnya:
Buat dua lubang udara di sisi kanan dan kiri tong sampah dengan menggunakan bor.
Diameter lubang harus sama dengan diameter pipa paralon.
Buat catu lubang lagi di sisi lain tong, posisi lubang ketiga ini harus lebih rendah dari pada
lubang sebelumnya atau sekitar 10 cm dari dasar tong.
Setelah itu buat lubang-lubang kecil di badan pipa paralon 13 cm dan pipa pralon 10 cm lalu
bungkus badan pipa yang berlubang tersebut dengan kasa plastik hingga tertutup rapi.
Selanjutnya instalasi udara untuk komposter dapat dirangkai dimulai dari memasang kedua
pipa paralon 13 cm, masing-masing pada lubang kanan dan kiri. Kedua pipa dimasukkan dari
arah dalam ke luar, pipa didorong dari dalam hingga keluar 3 cm dari lubang dan sisanya
sekitar 10 cm berada di dalam tong.
Kedua ujung pipa yang mencuat keluar 3 cm tersebut kemudian ditutup dengan kasa plastik.
Potong kasa plastik berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 1 cm lebih panjang dari
diameter pipa. Beri lem PVC di sekitar ujung pipa lalu tempelkan kasa atur hingga tertutup
rapi.
Selanjutnya kedua pipa 13 cm tadi disambung dengan sambungan pipa berbentuk T.
Dari kaki sambungan T tersebut dirangkaikan dengan pipa paralon 10 cm.
Kemudian pasang sambungan pipa L pada bagian ujung bawah pipa paralon 10 cm.
Sambungan pipa L dipasang dengan arah kakinya mangarah ke lubang yang akan di pasangi
kran (lubang ketiga).
Pasang kran plastik pada lubang ketiga tersebut.
Terakhir masukkan pipa paralon 9 cm untuk menyambung antara lubang kran plastik dengan
pipa L.
Prinsip Kerja
Mengolah sampah dapur (45% s/d 53%) dari sampah rumah tangga.
Mengalami proses pembusukan dengan bantuan mikroorganisme dari sampah dan yang
berada di dalam tanah.
Kapasitas : 60 – 100 Lt (200 kg sampah) dan dapat dioperasikan untuk penampungan
sampah antara 7 – 12 bulan per KK (5 – 6) org.
Lama proses pengomposan (4 – 6) bulan setelah terisi penuh.
Menghasilkan kompos (30% – c/n = 16 – 20, N=1, 79, Ca = 23, 27).
Bahan lain yang bisa digunakan untuk membuat tong sampah komposter dan cara kerjanya:
1. a. Gentong
Kalau mau pakai gentong, cari gentong yang ukuran paling tidak 1/2 meter kubik dengan
dinding gentong agak tebal, agar tidak mudah pecah bila tersenggol orang. Jangan lupa, cari
tutup gentong yang pas dan rapat, bisa memakai cowet tanah (yang untuk membuat sambel)
yang ukurannya pas mulut gentong. Kalau gentong diberi lubang-lubang kecil di pantatnya,
risikonya ada air lindi yang menetes keluar, nanti bisa menjijikkan. Ada dua solusi. Pertama
tidak perlu dilubangi, tetapi pada awal sebelum bahan kompos pertama masuk, maka gentong
perlu di isi tanah dulu, sekitar 1/5 isi gentong, seperti dijelaskan di atas. Kedua, bila gentong
ingin dilubangi di bagian pantatnya, maka sebaiknya pantat gentong di tanam dalam tanah,
hanya pantatnya saja, supaya air lindi yang keluar mengalir keluar berproses langsung dengan
tanah. Bisa saja proses kompos ini menjadi ‘becek’, tergantung dari bahan yang masuk
banyak kandungan cairan atau tidak. Tidak apa-apa. Solusinya bisa dicampurkan dedak beras
yang halus (bukan sekam), diaduk saja sampai tidak becek.
Kalau gentong tertutup baik dan tidak retak, maka bau tidak akan keluar. Bau akan keluar
saat tutup dibuka. Bisa terjadi dinding luar gentong menjadi lembab, tetapi tetap tidak akan
bau. Wadah diletakkan di mana saja, taruh dihalaman atau di pojok luar rumah. Gentong bisa
dicat warna-warni, ditulisi apa saja, bisa sebagai bagian hiasan di luar rumah. Tetangga sama
sekali tidak akan terganggu. wadah Boleh saja kena hujan, atau kena matahari langsung,
tetapi sebaiknya di bawah pohon agar teduh.
1. Tong
Pertama: Pipa PVC diameter 1,5 inchi, ukuran 1 meter, dibagi 4 @ 25 cm. Pipa ini fungsinya
sebagai “pernafasan” melalui tanah, karena proses kompsonya tak perlu udara (an-aerob).
Pipa dibolongin pakai bor atau solder. Lalu salah satu ujungnya ditutup dop. Pipa dibungkus
kawat nyamuk (plastik) dan di lem.
Kedua: Tong plastik ukuran sedang (sesuai keinginan). Harganya sekitar Rp 30 ribu. badan
tong dan pantat (dasar) dilobangi pakai bor ukuran 10. Lebih banyak semakin bagus.
Ketiga: Setelah dirakit, tong ditimbun ditanah. Sebelumnya masukan dulu kerikil
secukupnya, diikuti pasir, dan ijuk.
Keempat: Timbun sampai penuh, hanya bagian tutupnya yang nampak. Ratakan dan tanami
rumput di sekitarnya. Komposter siap digunakan.
Sebelum lupa, bila berniat menggunakan komposter jenis ini, Anda harus siap lahir
batin.Pertama, ada ratusan belatung di dalamnya selama proses pembusukan.
Kedua, bau? Tentu saja, karena prosesnya khan mirip dengan septic tank rumah kita. Coba
kalau septic tank dibuka bagaimana baunya? jangan khawatir baunya masih “normal” kok,
tidak sebusuk septic tank. Ya agak-agak mirip comberan gitulah.
1. c. Lubang di tanah
Ukuran 60Cm x 60Cm x 100Cm . Galian tidak disemen, kecuali sekitar 1 bata atau 10 cm di
bagian permukaan, yaitu untuk menjaga supaya tidak runtuh. Lubang tanah ini kemudian
ditutup dengan beton tipis.
sampah tidak perlu dipotong-potong kecil-kecil, jadi apa adanya saja. Kemudian dikocorkan
MOL pekat, lalu di atasnya diberi lapisan tanah setebal kurang lebih 5 cm. Maksudnya agar
bila ada proses berbau, tidak menyebar keluar. Setelah itu tutup beton tipis ditutupkan Dalam
tempo 1 (satu) bulan kompos bisa dipanen
Ini tidak disarankan dibuat pada lokasi yang air tanahnya dangkal misal permukaan air
tanahnya – 1 m sampai -5 m, kalau lebih dari -5 m tidak apa-apa. Hal ini karena
dikhawatirkan air tanahnya akan tercemari oleh lindi yang mungkin terjadi, apalagi bila
prosedurnya tidak benar.
Kekurangan lainnya, kalau musim hujan air akan mengenang pada lubang, sehingga proses
pengomposan akan terhambat.
Bila tempatnya memadai sebaiknya di buat 1 seri komposter yang terdiri dari 3 lubang,
ukuran masing-masing lubang sama, dengan jarak antara tiap lubang sekitar 50 cm kemudian
dibuat 1 seri komposter yang terdiri dari 3 lubang, ukuran masing-masing lubang sama,
dengan jarak antara tiap lubang sekitar 50 cm. Lubang A untuk sampah baru, baik daun segar,
sayur busuk, kotoran hewan, bahkan bangkai tikus. Lubang B untuk kompos setengah matang
(berasal dari lubang A bagian lapisan bawah yang telah mulai terurai). Lubang C untuk
kompos hampir jadi (berasal dari lubang B bagian lubang bawah yang sudah banyak
mengalami penguraian).
Dari bahan yang terdapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahan yang baik untuk digunakan
untuk membuat tong sampah komposter yaitu plastik. Selain karena bahannya yang mudah
di dapatkan juga harga bahannya murah serta jika digunakan dapat bertahan lebih lama.
1. Keuntungan ekonomis:
Dalam pembuatannya lebih mudah dibuat karena hanya memodifikasi bahan jadi yang
harganya lebih murah di pasaran dan dapatdigunakan berkali-kali. Karena terbuat dari plastik
yang tahan lama.
1. Keuntungan komersial:
Pupuk yang dihasilkan oleh tong sampah komposter dapat dijual kepada petani maupun
masyarakat umum.
https://imhaweblogs.wordpress.com/2012/07/06/cara-pembuatan-tong-sampah-komposter/