Anda di halaman 1dari 11

TUGAS BIOLOGI TANAH

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP


POPULASI ORGANISME DI DALAM TANAH
“Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Di UB Forest Terhadap Karbon
Biomassa Mikroba dan Total Populasi Organisme Tanah”

Disusun Oleh:
Melinda Trisya Yulianto
21025010095

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2024
I. PENDAHULUAN

Tanah memiliki peran penting sebagai media tumbuh kembang tanaman.


Tanah menjadi lingkungan bagi tanaman untuk tumbuh, menampung dan
menyuplai air bagi tanaman, serta memberikan unsur hara penting bagi tanaman
untuk menunjang pertumbuhannya. Secara umum, tanah memiliki beberapa sifat,
diantaranya sifat kimia, fisik, dan biologi tanah. Biologi tanah merupakan sifat
tanah yang berkaitan dengan makhluk hidup di dalam tanah. Organisme tanah
terdiri atas kelompok mikroorganisme diantaranya bakteri, actynomicetes, fungi,
alga, dan protozoa; kelompok tumbuhan seperti makroflora; serta kelompok hewan
seperti mikrofauna, mesofauna, dan makrofauna.
Kondisi biologi tanah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Lingkungan abiotik yang memberikan pengaruh pada kondisi biologi tanah
diantaranya faktor fisik meliputi tekstur dan struktur tanah, serta faktor kimia
meliputi derajat keasaman, salinitas tanah, kandungan bahan organik, dan mineral
tanah, sedangkan lingkungan biotik diantaranya mikroflora dan tanaman. Kondisi
tanah yang terganggu akibat perubahan tata guna lahan akan mempengaruhi jenis
dan jumlah organisme di dalam tanah. Bahan organic dan biomasa hidup menjadi
factor utama yang mempengaruhi keberadaan organisme di dalam tanah karena
merupakan sumber energi atau makanan bagi organisme tanah.
Perubahan tata guna lahan telah terjadi UB Forest yang berlokasi di
Kabupaten Malang. Perubahan tata guna hutan UB Forest menjadi lahan
agroforestri dan pertanian berpengaruh terhadap produksi serasah. Serasah
merupakan sumber energi organisme tanah dalam proses dekomposisi sehingga
ketersediaannya dapat mempengaruhi peningkatan populasi organisme tanah.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian terkait dampak perubahan tata guna lahan
terhadap populasi organisme tanah perlu dilakukan mengingat peran penting
organisme tanah bagi kesuburan tanah.
II. BAHAN DAN METODE

Artikel ilmiah ini merujuk pada jurnal penelitian yang dilaksanakan di UB


Forest yang berlokasi di Dusun Sumbersari dan Bocek, Desa Tawang Argo,
Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Penelitian
dilaksanakan pada bulan November 2017 hingga Februari 2018, sedangkan analisa
laboratorium dilakukan di Laboratorium Biologi dan Laboratorium Kimia
Departemen Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penelitian dilakukan
dengan membuat kotak observasi berukuran 20 m x 20 m. Pengambilan sampel
tanah dilakukan pada kedalaman 0 sampai 20 cm dengan metode komposit zigzag
sebanyak 9 titik untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium.
Penelitian dilakukan pada beberapa penggunaan lahan, diantaranya PK1,
PK2, PK3, PK4, PM, PS, MK, MT. Pengumpulan serasah di lokasi dilakukan satu
kali dengan menggunakan frame (bingkai), sedangkan pemantauan serasah
dilakukan setiap dua minggu sekali dengan menggunakan paranet berukuran 1m x
3m. Kemudian sampah yang terkumpul akan dihitung berat basah dan berat kering
total dengan rumus sebagai berikut:
BK (g)
Total BK (g) = × Total BB (g)
BB (g)
Analisa C-organik tanah dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(ml blanko − ml contoh) x 3 100 + KA
%C = ×
(ml blanko x 0,5 gram) 100
Analisis biomassa C-mikroba, analisa C-organik, dan perhitungan C-
organik di laboratorium dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
V
S, C = C − Organik (S, C) ×
B
S−C
C − biomassa (µg g tanah) =
0,35

Keterangan:
S = kadar C-organik menggunakan kloroform
C = kadar C-organik tidak menggunakan kloroform
0,35 = faktor kEC
V = total volume ekstrak sampel (ml)
B = berat sampel tanah (gr)
Total populasi bakteri dihitung menggunakan metode pengenceran dan
pelat, kemudian dilakukan penghitungan jumlah bakteri yang tumbuh dengan
rumus sebagai berikut:
jumlah koloni x faktor pengencer
Total populasi (cfu/ml) =
berat kering tanah
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Gambar 3. 1 Rat-rata berat kering serasah

Gambar 3.2 Rata-rata kadar C-organik

Gambar 3.3 Rata-rata biomassa C mikroba


Gambar 3.4 Rata-rata total populasi bakteri
3.2 Pembahasan
Berdasarkan grafik di atas, serasah dan biomassa C mikroba termasuk dalam
bahan organik. Jumlah serasah yang tinggi di suatu lahan dapat mendukung
aktivitas organisme tanah sehingga dapat meningkatkan populasi organisme tanah
di lahan tersebut (1). Populasi mikroorganisme yang tinggi umumnya berada pada
tanah dengan kondisi sesuai yang mampu mendukung aktivitasnya tanah. Keadaan
tanah yang baik untuk aktivitas organisme tanah meliputi pH tanah, air tersedia,
bahan organik tersedia, ketersediaan serasah, serta kegiatan penggunaan lahan dan
pengolahan tanah.
Lahan PK3 menjadi lahan agroforestry dengan komponen tanaman yang
meliputi pinus, kopi dan semak belukar yang dilakukan tanpa olah tanah dengan
populasi mikroorganisme paling tinggi. Lahan yang tidak diolah umumnya tidak
mengganggu aktivitas organisme di dalam tanah sehingga menunjang
perkembangbiakannya (1). Pengelolaan lahan untuk peningkatan populasi
organisme tanah yaitu tanpa olah tanah, olah lahan minimum, serta lahan yang
memiliki tanaman yang mampu mengurangi kerusakan ekosistem organisme tanah.
Mikroorganisme tanah merupakan komponen utama ekosistem darat yang
menjadi elemen kunci dalam struktur dan fungsi ekosistem, khususnya di dalam hal
siklus nutrisi dan aliran energi (2). Ekosistem tersebut sensitif terhadap gangguan
seperti perubahan fungsi lahan dan tutupan lahan. Mikroorganisme tanah berperan
dalam menguraikan bahan organik sehingga menjadi hara yang tersedia bagi
tanaman. Organisme di dalam tanah dapat beraktivitas dengan baik jika terdapat
sumber makanan di dalam tanah, habitat yang sesuai, dan adanya interaksi dengan
organisme lain. Organisme tanah menjadi agen dekomposer bahan organik di dalam
tanah dengan menguraikannya ke dalam bentuk senyawa anorganik sederhana
sehingga dapat diserap oleh tanaman.
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi jumlah dan populasi
organisme dalam tanah, diantaranya struktur tanah, tekstur tanah, kelembaban
tanah, dan lingkungan tanah. Perbedaan jumlah dan aktivitas organisme dapat
terjadi pada kedalaman dan jenis tanah tertentu. Populasi organisme tanah
dipengaruhi oleh sifat tanah yang lain, baik sifat fisik maupun kimia. Perbedaan
karakteristik penggunaan lahan dan kerapatan kanopi tanaman menyebabkan
perbedaan sifat fisik tanah dan daya dukung air tanah, sehingga mempengaruhi
penyimpanan air tanah, drainase, limpasan dan erosi, serta hasil pertanian (3).
Perubahan penggunaan lahan (land-use) dapat mengakibatkan kehilangan
tegakan vegetasi yang berada di permukaan tanah (4). Hal ini menyebabkan
penurunan bahan organik dan kerusakan terhadap struktur tanah, serta penurunan
kualitas sifat biologi, kimia, dan fisik tanah. Penurunan kadar bahan organik ini
juga berpengaruh terhadap populasi mikroorganisme tanah. Hutan memiliki
populasi mikroorganisme yang tinggi dikarenakan keragaman vegetasi, bahan
organik, dan kelembaban yang tinggi pula. Hutan adalah ekosistem yang memiliki
berbagai komponen hayati sehingga baik untuk menunjang aktivitas organisme di
dalam tanah.
Banyak penelitian empiris yang melaporkan bahwa perubahan penggunaan
lahan mempunyai dampak yang signifikan terhadap komunitas mikroba tanah
sebagian dijelaskan oleh perubahan penggunaan lahan, ketersediaan unsur hara
tanah dan kandungan SOC (soil organic carbon) untuk penggunaan tanaman dan
secara tidak langsung menyebabkan perubahan pada spesies serasah tanaman dan
lingkungan mikro (5). Perubahan ini mempengaruhi struktur dan komposisi dan
fungsi komunitas mikroba tanah dan secara signifikan mempengaruhi fungsi
ekosistem. Perubahan tutupan tanah yang disebabkan oleh restorasi vegetasi
mendorong terjadinya hal tersebut distribusi nitrogen yang seragam di profil tanah.
Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa perubahan tipe vegetasi mengubah spesies
tanaman, yang mengakibatkan perubahan serasah dan mempengaruhi sifat-sifat
tanah (6).
Lahan hutan yang dikonversikan menjadi lahan pertanian dapat menyebabkan
penurunan tingkat kesuburan tanah. Biomassa mikroorganisme lebih cepat
mengalami penurunan setelah terjadi perubahan tata guna lahan. Kandungan bahan
organic dan biomasa C mikroba hutan alami yang dialihfungsikan menjadi lebih
rendah atau menurun (1). Perubahan pemanfaatan lahan hutan untuk agroforestri
dan pertanian di UB Forest dapat mempengaruhi kapasitas produksi serasah.
Melalui proses dekomposisi, serasah dimanfaatkan mikroorganisme tanah dan
makrofauna sebagai sumber makanan, sehingga ketersediaannya dapat
mempengaruhi peningkatan organisme di dalam tanah.
Konversi hutan berdampak negatif terhadap komunitas bakteri tanah yang
terlibat dalam transformasi P karena perubahan vegetasi dan dinamika P (7).
Mereka mempunyai persyaratan lingkungan khusus yang dapat mempengaruhi
populasinya (ukuran dan aktivitas) dan proses transformasi P. Mikroorganisme
tersebut juga sangat sensitif terhadap gangguan, terutama terhadap perubahan tanah
sifat fisikokimia. Dampak utama dari konversi ini adalah unsur hara tanah
diimobilisasi lebih cepat dan lebih sedikit unsur hara yang dikembalikan ke tanah
dibandingkan terjadi dengan hutan asli (8). Hal ini karena modifikasi struktur
vegetasi dapat mempengaruhi proses alami siklus unsur hara tanah, sehingga
mempunyai implikasi penting bagi pengelolaan hutan.
Organisme tanah umumnya tumbuh lebih cepat pada lapisan tanah bagian
atas, khususnya di daerah rhizosfer (Masulili, 2017). Pembukaan permukaan tanah
dan perubahan tata guna lahan menyebabkan perubahan sifat-sifat tanah. Hal ini
dapat mempengaruhi populasi dan aktivitas organisme tanah. Sisa tanaman pada
suatu lahan berupa serasah dan nekromassa menjadi sumber nutrisi bagi tanah dan
sumber makanan organisme tanah. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kualitas
tanah dalam menyerap unsur hara yang bermafaat bagi tanah, khususnya unsur C.
Tingginya kadar dan kualitas bahan organik di dalam tanah akan berperan dalam
membenahi sifat-sifat tanah.
Sifat biologi tanah menjadi penentu kualitas tanah, semakin tinggi
pengolahan suatu lahan maka semakin rendah populasi mikroorganisme pada lahan
tersebut. Organisme tanah bersifat sensitif terhadap berbagai bentuk pengolahan
lahan. Oleh karena itu, keberadaan organisme tanah sangat berhubungan dengan
fungsi ekologis tanah, khusunya dengan penggunaan lahan hingga produktivitas
(10). Biomassa mikroorganisme jauh lebih tinggi pada lapisan permukaan tanah
yang tidak diolah, yang terdapat sisa tanaman cukup banyak karena persediaan
bahan organik lebih banyak.
Vegetasi hutan merupakan ekosistem alami yang telah mencapai
keseimbangan puncak dimana jumlah jenis dan individu dari seluruh komponen
penyusun ekosistem itu ada dalam keseimbangan (ekosistem stabil) (Masulili,
2017). Terjadinya degradasi hutan akibat kegiatan manusia akan menghasilkan
lingkungan mikro tanah yang baru yang berdampak pada perubahan kondisi kimia,
fisik, dan biologi tanah, serta berpengaruh pada kehidupan organisme tanah.
Organisme tanah yang terganggu menyebabkan penurunan fungsi ekologis sistem
tanah, yaitu rantai makanan di dalam tanah, siklus unsur hara, aliran energi, dan
keanekaragaman. Berdasarkan hal tersebut, perubahan tata guna lahan dapat
menimbulkan dampak perubahan bahkan merusak keseimbangan ekosistem.
IV. KESIMPULAN

Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi jumlah dan populasi


organisme dalam tanah, diantaranya struktur tanah, tekstur tanah, kelembaban
tanah, dan lingkungan tanah. Perubahan penggunaan lahan (land-use) dapat
mengakibatkan kehilangan tegakan vegetasi yang berada di permukaan tanah. Hal
ini menyebabkan penurunan bahan organik dan kerusakan terhadap struktur tanah,
serta penurunan sifat-sifat biologi, kimia, dan fisik tanah. Kadar bahan organik yang
rendah akan mempengaruhi populasi organisme di dalam tanah. Terjadinya
degradasi hutan akibat kegiatan manusia akan menghasilkan lingkungan mikro
tanah yang baru sehingga berdampak pada sifat-sifat tanah. Hal ini akan
mempengaruhi jumlah atau populasi dan aktivitas organisme di dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ardi Kusumawati I, Prayogo C. Impact of Land Use Change at UB Forest


on Microbial Biomass Carbon and Total Bacterial Population. Jurnal Tanah
dan Sumberdaya Lahan [Internet]. 2019 Jan 7;06(01):1165–72. Available
from: http://jtsl.ub.ac.id/index.php/jtsl/article/view/252
2. Zhang X, Feng Q, Adamowski JF, Biswas A, Cao J, Liu W, et al. Conversion
of grassland to abandoned land and afforested land alters soil bacterial and
fungal communities on the Loess Plateau. Applied Soil Ecology. 2023 Mar
1;183.
3. Hidayat R, Korelasi H, Antara Potensi D, Biomassa C, Kualitas I, Pada T, et
al. INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK. 2023;4:1725–30.
4. SURNI S. Dinamika perubahan penggunaan lahan, penutupan lahan
terhadap hilangnya biodiversitas di DAS Tallo, Sulawesi Selatan. In
Masyarakat Biodiversitas Indonesia; 2015.
5. Guo J, Wu Y, Wu X, Ren Z, Wang G. Soil bacterial community composition
and diversity response to land conversion is depth-dependent. Glob Ecol
Conserv. 2021 Dec 1;32.
6. Kang J, Deng Z, Zhang Z, Chen S, Huang J, Ding X. Relative importance of
soil properties and functional diversity to the spatial pattern of the forest soil
nitrogen. Ecol Indic. 2023 Feb 1;146.
7. Pedrinho A, Mendes LW, do Rêgo Barros FM, Merloti LF, Martins e Martins
M, Cotta SR, et al. Impacts of deforestation and forest regeneration on soil
bacterial communities associated with phosphorus transformation processes
in the Brazilian Amazon region. Ecol Indic. 2023 Feb 1;146.
8. Carrión-Paladines V, Benítez Á, García-Ruíz R. Conversion of Andean
montane forest to exotic forest plantation modifies soil physicochemical
properties in the buffer zone of Ecuador’s Podocarpus National Park. For
Ecosyst. 2022 Jan 1;9.
9. Masulili A. PRAKTEK PEMBUKAAN LAHAN DENGAN SISTEM
TEBANG BAKAR DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN.
JURNAL AGROSAINS. 14:2017.
10. Murni SD, Nusantara RW, Manurung R, Umran I, Studi P, Tanah I.
KARAKTERISTIK BIOLOGI TANAH PADA DUA TIPE
PENGGUNAAN LAHAN DI PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP
KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT
CHARACTERISTICS OF SOIL BIOLOGY IN TWO TYPES OF LAND
USE IN PAL IX, SUNGAI KAKAP DISTRICT, KUBU RAYA REGENCY
WEST KALIMANTAN. Jurnal Pertanian Agros. 2023;25(3).

Anda mungkin juga menyukai