Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN LAHAN MARGINAL

ACARA III
PEMBERIAN ARANG PADA TANAH PASIR UNTUK MENINGKATKAN
KETERSEDIAAN AIR BAGI TANAMAN

Oleh :
Dini Sundari
NIM A1L014112
Rombongan 5

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal yang memiliki potensi tinggi

untuk dikembangkan di Indonesia. Pasalnya, Indonesia merupakan negara

kepulauan yang memiliki garis pantai mencapai 106.000 km dengan potensi luas

lahan 1.060.000 ha termasuk lahan marginal. Berjuta-juta hektar lahan marjinal

tersebut tersebar di beberapa pulau, prospeknya baik untuk pengembangan

pertanian. Sebagian lahan pasir sudah diusahakan sebagai lahan pertanian oleh

petani namun masih sangat terbatas. Dalam upaya meningkatkan produktivitas

lahan pasir diperlukan usaha pengkajian yang mendalam khususnya untuk

meningkatkan produktivitas tanaman dan keanekaan tanaman yang dapat

diusahakan. Lahan pasir adalah suatu jenis tanah yang sangat porous, miskin

unsur hara, kemampuan memegang air yang rendah, kandungan bahan organiknya

rendah, infiltrasi dan evaporasinya tinggi sehingga penggunaan lahan jenis ini

untuk keperluan budidaya tanaman harus dilakukan penambahan pupuk kandang

atau bahan-bahan lain yang berfungsi sebagai pengikat air dan sebagai sumber

unsur hara bagi tanaman (Abdillah, 2008).

Pemberian bahan pembenah tanah merupakan salah satu alternatif teknologi

untuk meningkatkan produktivitas lahan. Bahan pembenah tanah adalah bahan-

bahan sintetis atau alami yang berpotensi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia

tanah. Bahan organik merupakan salah satu bahan pembenah tanah yang mudah

43
didapatkan. Bahan organik tanah berfungsi sebagai pemasok hara, serta dapat

menjaga kehidupan biologis di dalam tanah.

Teknologi yang akan diterapkan pada praktikum untuk membangun kembali

kesuburan tanah adalah dengan penambahan arang. Hal ini dimungkinkan karena

arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah

yang akan dilepaskan secara perlahan sesuai konsumsi dan kebutuhan tanaman

(slow release). Dari beberapa pengamatan ternyata penambahan arang dapat

meningkatkan aktivitas mikroba perombak bahan organik tanah, selain juga dapat

meningkatkan populasi bakteri pengikat N dalam tanah (Gusmailina, 2009).

B. Tujuan

Tujuan praktikum ini yaitu :

1. Mempelajari cara pemberian arang sebagai pembenah tanah pada lahan

marginal.

2. Mengetahui pengaruh pemberian arang pada tanah pasir pantai terhadap

pertumbuhan tanaman.

44
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah Pasir Pantai

Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal yang memiliki produktivitas

tanah rendah sebagai akibat dari struktur tanah lepas, kemampuan memegang air

rendah, infiltrasi dan evaporasi yang tingi, kesuburan rendah, bahan organik

rendah, temperatur yang tinggi dan angin kencang beragam, KTK rendah dan

infiltrasi tinggi. ketersediaan udara yang berlebihan dalam pori menyebabkan

pengeringan dan oksidasi bahan organik berjalan cepat (Rajiman et al, 2008).

Menurut Winarno (2008), dalam kaitannya dengan menyimpan air, tanah pasiran

mempunyai daya pengikatan terhadap lengas tanah relatif rendah karena

permukaan kontak antara tanah pasiran ini didominasi oleh pori-pori makro. Oleh

karena itu air yang jatuh ke tanah pasiran akan segera mengalami perkolasi dan air

kapiler akan mudah lepas karena evaporasi.

Menurut Prayitno (2015) tanah berpasir mempunyai lapisan solum yang

dangkal, yaitu antara 40 – 100 cm, berwarna coklat pucat atau keputih-putihan

hingga warna coklat kekuning-kuningan. Reaksi tanah berpasir umumnya (pH)

berkisar 3,5 (sangat masam) – 5,5 (masam) dengan Kapasitas Tukar Kation

(KTK) dan Kejenuhan Basa (KB) yang rendah. Tanah berpasir mempunyai

kandungan bahan organik yang rendah, peka terhadap erosi yang disebabkan

rendahnya kemampuan menahan air. Tanah berpasir merupakan tanah yang

mempunyai struktur yang porositasnya tinggi. pada tanah ini umumnya bila

ditanami, tanaman tidak dapat tumbuh subur, karena sifat tanah tersebut sangat

45
mudah merembeskan air yang mengangkut unsur hara jauh kedalam tanah.

Akibatnya unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak terjangkau oleh akar

(Lingga dan Marsono, 2008).

B. Arang Sekam

Sekam padi merupakan bahan organik yang berasal dari limbah pertanian

yang mengandung beberapa unsur penting seperti protein kasar, lemak, serat

kasar, karbon, hidrogen, oksigen dan silika (Nurbaity et al, 2011). Arang sekam

merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari sekam padi dengan warna

hitam. Arang sekam mengandung unsur N, P, K dan Ca masingmasing 0.18; 0.08;

0.30 dan 0.14% serta unsur Mg yang besarnya tidak terukur dan mempunyai pH

6-7. Komposisi arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2(52%), C (31%),

Fe2O3, K2O, MgO, Cao dan Cu (dalam jumlah kecil) sehingga arang sekam

memiliki sifat kimia menyerupai tanah.

Kusmarwiyah dan Erni (2011) menyatakan bahwa media tanah yang

ditambah arang sekam dapat memperbaiki porositas media sehingga baik untuk

respirasi akar, dapat mempertahankan kelembaban tanah, karena apabila arang

sekam ditambahkan ke dalam tanah akan dapat mengikat air, kemudian

dilepaskan ke pori mikro untuk diserap oleh tanaman dan mendorong

pertumbuhan mikroorganisme yang berguna bagi tanah dan tanaman. Sukaryorini

dan Arifin (2007) juga menyampaikan bahwa arang sekam mampu memberikan

respons yang lebih baik terhadap berat basah tanaman maupun berat kering

46
tanaman. Karakteristik arang sekam padi adalah memiliki sifat lebih remah

dibanding media tanam lainnya (Agustin et al. 2014).

C. Arang Kayu (Charcoal)

Arang merupakan jenis-jenis bahan organik yang berasal dari berbagai

sumber. Sumber dan komposisi bahan yang berbeda akan menyebabkan

kemampuan penyediaan fospor dan kalium pada tanah berbeda pula. Arang

mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai penyerap dan pelepas unsur

hara (pupuk) dalam bidang kesuburan tanah karena memiliki luas permukaan

dalam yang besar dan kurang lebih sama dengan koloid tanah. Arang aktif

mempunyai daya serap (adsorpsi) yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk

larutan atau uap. Sifat penting arang kayu adalah kerapatan totalnya antara 1,38-

1,46 g/cm3; porositasnya 70%; permukaan dalam 50 m3/g; berat bagian terbesar

antara 80-220 kg/m2; kandungan karbon 80-90%; kandungan abu -2%; dan zat

mudah menguap antara 10-18% (Soemeinaboedhy dan Tejowulan, 2009).

D. Rekayasa Teknologi untuk Meningkatkan daya Ikat Air

Menurut Winarno (2008), dalam kaitannya dengan menyimpan air, tanah

pasiran mempunyai daya pengikatan terhadap lengas tanah relatif rendah karena

permukaan kontak antara tanah pasiran ini didominasi oleh pori-pori makro.

Penggunaan pembenah tanah di lahan pasir pantai merupakan salah satu alternatif

tekologi peningkatan produktivitas lahan. Bahan pembenah tanah yang dapat

47
digunakan untuk memperbaiki struktur tanah pasir yaitu dengan penambahan

bahan organik, penambahan lempung, pupuk kandang.

Grumosol merupakan tanah yang didominasi oleh fraksi lempung dengan

kandungan lebih dari 40%. Fraksi lempung memiliki ukuran koloid rendah,

sehingga memiliki luas permukaan jenis yang besar, sehingga memiliki

kemampuan menyerap air yang tinggi, membantu membentuk agregat dan

menyediakan hara, kapilaritas sangat baik, melepaskan air lambat dan aerasi jelek.

Penggunaan lumpur dapat menjadi alternatif sebagai pembenah tanah, karena

lumpur merupakan hasil pengendapan bahan sedimen di sungai yang kaya akan

kandungan lempung sehingga dapat memperbaiki struktur dan pori mikro

(Kastono, 2007). Bahan organik befungsi untuk meningkatkan kesuburan fisika,

kimia dan kesuburan biologi. Pemberian bahan organik dapat menperbaiki

struktur tanah dan meningkatkan ketersediaan air. Dekomposisis bahan organik

dapat menghasilkan humus yang memiliki luas permukaan dan kemampuan

absorpsi lebih besar dari lempung (Rajiman et al, 2008). Selain itu, penambahan

biochar sebagai pembenah tanah dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah,

disamping itu juga dapat berfungsi sebagai sumber hara organik di dalam tanah

(Gani, 2009). Biochar merupakan bahan berbentuk arang yang mengandung

karbon tinggi, dibuat dari biomassa produk pertanian, perkebunan, kehutanan

yang dihasilkan melalui proses pembakaran (pirolisis) pada suhu kurang dari

700oC (Latuponu, 2009). penambahan biochar dapat meningkatkan lengas dan

kapasitas lapangan, tergantung dari bahan biochar dan temperatur pirolisis. Pada

tanah pasir, dapat meningkatkan KTK tanah.

48
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Rumah kaca dan Laboratorium Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Jawa Tengah. Praktikum ini berlangsung pada tanggal 11 Oktober 2016 sampai

dengan 10 November 2016.

B. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan pada praktikum meliputi polybag, penggaris,

timbangan, ember, screenhouse, sprayer dan alat tulis. Bahan yang digunakan

yaitu tanah pasir pantai, benih jagung, bahan organik (arang kayu dan arang

sekam), bahan pupuk (urea, KCl dan TSP)

C. Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan yang akan dipergunakan disiapkan.

2. Pasir ditimbang sebanyak 5 kg tiap masing-masing polybag

3. Arang sekam dan arang kayu yang telah dihaluskan disiapkan, kemudian

masing-masing ditimbang untuk perlakuan dengan taraf 0,625% sebanyak

1,25 gram dan untuk perlakuan dengan taraf 1,25% sebanyak 6,25 gram.

4. Arang dicampur hingga merata dengan tanah pasir yang sudah disiapkan.

5. Benih ditanam pada masing masing polybag sebelum ditanami, polybag yang

berisi tanah pasir disiram sampai kapasitas lapang.

49
6. Semua perlakuan diatur dengan RAKL 5 ulangan

7. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman sejumlah air yang dibutuhkan

8. Pengendalian OPT dilakukan secara rutin

9. Pengamatan dilakukan terhadap variabel pertumbuhan seminggu sekali

10. Destruksi dilakukan pada 5 HST dengan menyisakan satu tanaman terbaik.

11. Pemupukan dilakukan pada 10 HST dan 20 HST pada setiap polyba dengan

dosis sesuai dengan perlakuan.

Perhitungan :

1. Media (polybag)

VT = Luas permukaan x kedalaman akar BT = VT x BJI

= π x r2 x 15 cm = 7359, 375 cm2 x 1,6

= 3,14 x (12,5)2 x 15 cm = 11,77 kg

= 7359, 375 cm2

Dosis 0,625%

= 20 ton/ha = 10.000 m2 x 20 cm x 1,6 gr/cm3


y 5 kg

=2 x 107 gr = 20 x 108 x 1,6 gr/cm3


y 5000 gr

y = 1000 x 108
32 x 108

= 31,25 gr

50
Dosis 1,25%

= 40 x 106 = (20 x 108) x 1,6 gr/cm3


y 5000 gr

y = 2.000 x 108 cm3 x 1,6 gr/cm3


32 x 108

= 62,5 gr

D. Rancangan Percobaan

Praktikum ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan lima

perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan percobaan yaitu :

1. Perlakuan arang sekam dengan dosis 0,625% (AS1)

2. Perlakuan arang sekam dengan dosis 1,25% (AS2)

3. Perlakuan dengan penambahan arang kayu 0,625% (AK1)

4. Perlakuan dengan penambahan arang kayu 1,25% (AK2)

5. Tanpa penambahan arang

51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 6. Hasil sidik ragam perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman jagung


No Variabel Hasil
1 Tinggi tanaman tn
2 Jumlah daun tn
3 Bobot basah tajuk tn
4 Bobot akar tn
5 Panjang akar tn
keterangan : sn= sangat nyata, n= nyata dan tn= tidak nyata
Kesimpulan :
Pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot akar dan panjang akar.

Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman jagung


Variabel
Perlakuan
TT JD BBT BA PA
Kontrol 75,3 7,8 14,69 2,48 55,3
Ak1 72,2 7,6 15,36 2,87 44,18
Ak2 78,2 7,8 18,07 3,16 50,2
As1 69,3 7,8 14,67 2,32 43,8
As2 76,8 7,2 17,60 3,42 40,5
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil (a,b) yang berbeda pada kolom
yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata setelah diuji
menggunakan DMRT (α= 0,05). TT= Tinggi tanaman, JD= Jumlah daun,
BBT= Bobot basah tajuk, BA= Bobot akar dan PA= Panjang akar.

Kesimpulan:

Pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot akar dan panjang akar.

52
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman jagung yang

meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, bobot akar dan bobot tajuk,

dengan perlakuan pemberian arang dan dosis yang berbeda pada tanah pasir

menunjukan pengaruh yang tidak nyata. Hal ini disebabkan karena jagung mampu

tetap tumbuh pada berbagai kondisi lahan. Seperti penelitian dari Ekowati dan

Nasir (2011) tanaman jagung dapat tumbuh baik pada lahan pasir pantai. Menurut

Budiman (2012) hal ini dikarenakan tanaman jagung tidak memerlukan

persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai jenis tanah dapat diusahakan

untuk pertanaman jagung. Tetapi jagung yang ditanam pada tanah gembur, subur

dan kaya akan humus dapat memberi hasil dengan baik. Jenis tanah yang dapat

ditanami jagung antara lain andosol, latosol, grumosol, tanah berpasir.

Tinggi Tanaman

Salah satu parameter yang diukur pada penelitian ini adalah tinggi tanaman.

Tinggi tanaman dihitung dari pangkal batang hingga ruas batang terakhir sebelum

bunga. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai

indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter untuk mengukur pengaruh

lingkungan atau perlakuan yang diterapkan karena tinggi tanaman merupakan

ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Ekowati, 2011).

Hasil analisis (tabel 1.) menunjukan bahwa penambahan arang pada media

pasir tidak menunjukan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman.

Hal ini dikarenakan pada tanah pasir tanaman jagung masih dapat tumbuh

optimal. Pertumbuhan tinggi tanaman jagung yang tertinggi yaitu pada perlakuan

53
arang kayu dengan dosis 1,25% (78,6 cm) diikuti dengan perlakuan arang sekam

dosis 1,25% (76,8 cm). Taraf dosis penambahan arang terhadap tanah pasir

menunjukan bahwa semakin banyak arang yang dimasukan kedalam tanah maka

dapat mendukung perumbuhan tanaman. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan

arang kayu ataupun arang sekam dapat meningkatkan tinggi tanaman. menurut

Rolsatiana et al (2012) pemberian biochar berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan tanaman terutama pada tinggi tanamannya. Karena jenis biochar dari

sisa tanaman lebih cepat terdekomposisi, sehingga unsur hara lebih cepat tersedia

untuk tanaman dan berpengaruh terhadap tinggi tanaman.

Menurut penelitian dari Sumei et al (2016) penambahan arang kayu dan

arang sekam berpengaruh secara nyata. Hasil tinggi tanaman berdasarkan

penelitiannya tertinggi pada perlakuan arang tempurung kelapa. Hal ini berkaitan

dengan ketersediaan nitrogen yang berperan untuk meningkatkan pertumbuhan

tanaman. Biochar kayu berdasarkan kandungan N 0,71%, sekam padi 0,95% dan

tempurung kelapa 9,95% (Widowati et al, 2014). Rendahnya N yang dikandung

biochar kayu diduga menjadi penyebab rendahnya tinggi tanaman pada perlakuan

biochar kayu dibandingkan biochar sekam dan tempurung. Lebih lanjut

disampaikan Maftu’a (2015) bahwa kadar nitrogen yang terdapat pada biochar

tempurung kelapa dalam kategori status tinggi yaitu 1,28%, dari data tersebut

ditunjukan bahwa biochar tempurung kelapa mempunyai kandungan N lebih

tinggi dibandingkan biochar sekam padi dan kayu. Hal itu sangat mendukung

dalam memenuhi kebutuhan hara N terutama pada tanah yang mengalami

degradasi.

54
Jumlah Daun

Parameter pertumbuhan vegetatif kedua yang diamati ialah jumlah daun.

Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan karena selain sebagai indikator

pertumbuhan parameter jumlah daun juga diperlukan sebagai data penunjang

untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi. Hasil rerata jumlah daun

tanaman jagung pada akhir pengamatan (minggu ke-4 setelah tanam) disajikan

pada Tabel 1. Hasil analisis menunjukan bahwa jumlah daun pada tanaman jagung

dengan adanya penambahan arang sekam dan arang kayu menunjukan hasil yang

tidak berbeda nyata pula. Pertumbuhan jumlah daun dengan penambahan arang

baik arang kayu maupun arang sekam dengan dosis yang berbeda memiliki nilai

yang hampir sama dengan jumlah daun perlakuan kontrol. Hal ini dikarenakan

menurut Ekowati (2011) perbedaan kandungan N pada arang kayu yaitu 0,71%

dan arang sekam 0,95% yang perbedaan kandungannya sedikit menyebabkan

perbedaan respon terhadap pertumbuhan jagungnya pun tidak menunjukan

perbedaan yang signifikan. Menurut Sumei (2016) Kandungan yang terdapat pada

biochar tempurung kelapa N 9.95% P 0.10%, K 0.71%, biochar sekam padi N

0.71% ,P 0.06%,K 0.14%, biochar kayu N 0.81%, P0.01%, K0.36%. Kandungan

hara N yang rendah dapat menjadi faktor pembatas terhadap proses pertumbuhan

tanaman terutama pada bagian daun.

Panjang Akar

Parameter pertumbuhan yang diamati selanjutnya yaitu panjang akar.

Berdasarkan hasil analisis statistik bahwa panjang akar dengan perlakuan kontrol

maupun penambahan arang kayu dan arang sekam dengan dosis yang berbeda

55
tidak menunjukan perbedaan secara nyata. Pertumbuhan panjang akar yang

tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol. Menurut penelitian Supriyanto (2010)

bahwa penambahan arang kayu atau arang sekam tidak berpengaruh secara nyata

terhadap perpanjangan akar. Namun, dengan penambahan arang sekam panjang

akar dapat meningkat 10,76%- 20,37%. Panjang akar pada perlakuan kontrol ini

dapat disebabkan sebagai mekanisme ketahanan jagung terhadap kekeringan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tanah pasir memiliki laju

infiltrasi yang tinggi sehingga daya mengikat airnya rendah, tanpa adanya

penambahan arang maka daya ikat air pada perlakuan kontrol yang menyebabkan

tanaman jagung tersebut berada dalam kondisi tercekam. Mekanisme tanaman

tercekam kekeringan yaitu dengan melakukan pemanjangan akar. Terlebih lagi

tanah pasir memiliki porositas yang tinggi sehingga memberikan ruang untuk akar

bergerak memanjang. Menurut Prasetyo (2010) porositas dalam tanah erat

kaitannya dengan ruang pori tanah yang berperanguh juga terhadap panjang akar

dimana pertumbuhan panjang akar akan meningkat dengan adanya ruang pori

yang tinggi.

Penambahan arang tidak menyebabkan pemanjangan akar tetapi beberapa

penelitian menunjukan bahwa penambahan arang dapat menyebabkan

pertumbuhan akar yang banyak. Menurut Hanafiah (2007) arang aktif melalui

bentuk partikel-partikelnya merupakan penyusun sebagian ruang pori media

tumbuh yang tidak saja berfungsi sebagai gudang udara dan air, tetapi juga

sebagai ruang untuk akar berpenetrasi. Makin sedikit ruang pori tanah akan makin

tidak berkembang sistem perakaran. Menurut penelitian dari Lempang (2013)

56
penambahan arang aktif menyebabkan pertumbuhan akar menjadi lebih banyak

dibandingkan kontrol. Pembentukan rambut akar yang lebih banyak tersebut di

antaranya dapat disebabkan oleh pengaruh suhu tanah. Arang aktif dan arang

adalah bahan yang berwarna hitam, sehingga menyerap panas matahari. jika 1 m2

permukaan tanah ditaburi dengan 200 g arang, suhu permukaan tanah akan

meningkat sebesar 70C. Jumlah dan laju pembentukan rambut akar lebih tinggi

pada tanah yang bersuhu 26 0C daripada yang bersuhu 15 0C. Pertumbuhan suatu

tanaman tidak hanya tergantung pada kapasitas tanah untuk membebaskan

haranya tetapi juga tergantung pada kapasitas sitem perakaran untuk menyerap

hara-hara tersebut secara efisien.

Bobot Basah Tajuk

Pengukuran berat segar merupakan bagian dari pengukuran biomassa

tumbuhan. Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan

untuk mendiskripsikan dan mengetahui pertumbuhan suatu tanaman karena

biomassa tanaman relatif mudah diukur dan merupakan gabungan dari hampir

semua peristiwa yang dialami oleh suatu tanaman selama siklus hidupnya. Oleh

karena itu, parameter ini merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang paling

representatif. Terdapat dua macam pengukuran biomassa tanaman, yakni berat

segar dan berat kering. Berat segar tanaman dihitung dengan jalan menimbang

tanaman cepat-cepat sebelum kadar air dalam tanaman banyak berkurang. Berat

basah suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh status air. Status air suatu jaringan

atau keseluruhan tubuh tanaman dapat berubah seiring pertambahan umur

tanaman dan dipengaruhi oleh lingkungan yang jarang konstan (Ekowati, 2011).

57
Berdasarkan hasil analisis, bobot basah tajuk tanaman jagung dengan

perlakuan penambahan arang kayu ataupun arang sekam dan kontrol tidak

berbeda secara nyata. Bobot basah tajuk berdasarkan hasil pengamatan pada

tanaman jagung umur 4 MST tertinggi yaitu pada perlakuan penambahan arang

kayu dengan dosis 1,25% yaitu 18,07 gram diikuti dengan perlakuan penambahan

arang sekam dengan dosis 1,25% 17,60 gram. Besarnya bobot basah tajuk pada

tanaman jagung perlakuan penambahan arang kayu dengan dosis 1,25% ini

menunjukan bahwa arang kayu dapat meningkatkan daya ikat air pada tanah pasir

sehingga air tersedia untuk tanaman. Sedangkan tananam dengan penambahan

arang sekam juga mempunyai nilai bobot basah tajuk yang lebih besar

dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Besarnya bobot basah tajuk perlakuan

arang kayu dibandingkan dengan aran sekam, menurut Soemeinaboedhy (2009)

karena arang kayu mempunyai karakteristik mampu menyimpan air lebih baik

dibandingkan dengan jenis arang lainya. Berdasarkan perhitungan, arang kayu

mempunyai nilai kadar lengas yang lebih tinggi dibandingkan arang lainnya yaitu

12,5%, arang sekam padi 8,42%, arang serbuk gergaji 8,42% dan arang

tempurung kelapa 7,30%. Kandungan lengas juga erat kaitannya denan berat jenis

arang. Semakin tinggi berat jenis arang maka kandungan lengasnya semakin

rendah. Arang kayu memiliki berat jenis 1,11 g/cm2, tempurung kelapa 1,15

/cm2, arang sekam padi 1,23 /cm2 dan arang serbuk gergaji 1,53 /cm2.

Bobot Basah Akar

Berat basah akar erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan

akar di dalam tanah. Sifat – sifat fisika tanah yang mempengaruhi pertumbuhan

58
dan perkembangan akar yaitu struktur, tekstur, kepadatan tanah, porositas,

kandungan bahan organik dan kelembapan tanah. Pemberian biochar akan

menambah kandungan bahan organik tanah yang kemudiaan akan memperbaiki

sifat – sifat fisika tanah dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan akar

(Kurnia dkk, 2006). Berdasarkan hasil analisis statistik, berat akar memiliki

pengaruh yang tidak berbeda nyata antar perlakuan baik dengan arang sekam,

arang kayu ataupun dengan perlakuan kontrol. Berat akar tanaman jagung hasil

pengamatan selama 4 MST didapatkan nilai tertinggi yaitu pada perlakuan

pemberian arang sekam dengan dosis 1,25%. Besarnya bobot basah akar pada

perlakuan penambahan arang sekam ini menurut Irawan dan Kafiar (2015) karena

karakteristik arang sekam padi adalah memiliki sifat lebih remah dibanding media

tanam lainnya. Sifat inilah yang diduga memudahkan akar tanaman jagung yang

diuji dapat menembus media dan daerah pemanjangan akar akan semakin besar

serta dapat mempercepat perkembangan akar. Selain itu, Agustin et al (2014)

menambahkan bahwa arang sekam padi memiliki daya serap tinggi karena

memiliki pori yang lebih besar sehingga mampu menyerap unsur hara yang ada

disekitarnya untuk disimpan dalam pori tersebut.

59
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pemberian arang sekam maupun arang kayu dilakukan dengan tiga perlakuan

yaitu kontrol, pemberian arang dengan dosis 1,25% dan 0,625% pasir dengan

menggunakan Rancangan Acak Kelompok lima kali ulangan.

2. Pemberian arang kayu maupun arang sekam memberikan hasil yang tidak

berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk,

bobot basah akar dan panjang akar. Pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah

daun, bobot basah tajuk tertinggi ada pada perlakuan dengan penambahan

arang kayu dosis 0,625%, sedangakan panjang akar tertinggi pada perlakuan

kontrol, dan bobot basah akar tertinggi ada pada perlakuan arang sekam

dengan dosis 1,25%.

B. Saran

Untuk praktikum selanjutnya disarankan menggunakan berbagai jenis arang

misalnya arang tempurung kelapa dan arang serbuk gergaji sehingga dapat dilihat

perbedaan respon pertumbuhan tanaman tiap masing-masing arang.

60
DAFTAR PUSTAKA

Agustin DA, Riniarti M, Duryat. 2014. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji dan
arang sekam sebagai media sapih untuk cempaka kuning (Michelia
champaca). Jurnal Sylva Lestari 2 (3): 49-58.
Aurum, Mustika. 2005. Pengaruh jenis media tanam dan pupuk kandang terhadap
pertumbuhan setek sambang colo. Skripsi. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
Ekowati, Diah dan Mochamad Nasir. 2011. Perumbuhan tanaman jaguung (Zea
mays L.) pada pasir reject dan pasir asli di panta Trisik Kulon Progo, Jurnal
manusia dan lingkungan 18(3) : 220-231.
Hanafiah, K.A. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Irawan, Arif., Yeremias Kafiar. 2015. Pemanfaatan cocopeat dan arang sekam
padi sebagai media tanam bibit cempaka wasian (Elmerrilia ovalis).
Prosiding seminar nasional masyarakat biodiverstas indonesia 1(4) : 805-
808.

Kastono, D. 2007. Aplikasi model rekayasa lahan terpadu una meningkatkan


produksi hortikultura secara berkelanjutan di lahan pasir pantai. jurnal ilmu
ilmu pertanian 3(2) : 112-123.
Kurnia, U., Fahmuddin A., Abdurachman A. dan Ai D. 2006. Sifat Fisik Tanah
dan Metode Analisisnya. Balai Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
Bogor
Kusmarwiyah R, Erni S. 2011. Pengaruh media tumbuh dan pupuk organik cair
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman seledri (Apium graveolens
L.).Crop Agro 4 (2): 7-12.

Lempang, Mody., Hermin Tikupadang. 2013. aplikasi arang aktif tempurung


kemiri sebagai komponen media tumbuh semai melina. Jurnal penelitian
kehutanan wallacea 2(2) : 121-137
Maftu’ah, E. Dan D. Nursyamsi. 2015.Potensi Berbagai Bahan Organik Rawa
Sebagai Sumber Biochar. Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian
(BBSDLP). Bogor.

Nurbaity, Anne., Setiawan, Ade., Mulyani, Oviyanti. 2011. Efektivitas arang


sekam sebagai bahan pembawa pupuk hayati mikoriza abuskula pada
produksi sorgum. Jurnal agrinimal 1(1) : 1-6.

61
Prasetyo., Herru Djatmiko., Niken Sulistyningsih. 2010. Pengaruh kombinasi
bahan baku dan dosis biocharterhadap perubahan sifst fisika tanah pasiran
pada tanaman jagung. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri
Jember.
Prayitnno, Adi. 2015. Respon pemberian kapur dolomit dan pupuk organik
granule moderen terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium
ascalonicum L.) pada tanah berpasir. Skripsi. Fakultas pertanian dan
Kehutanan, Universitas Muhamadiyah Palangkaraya.
Rajiman, et al. 2008. Pengaruh pembenah tanah terhadap sifat fisika tanah dan
hasil bawang merah pada lahan pasir pantai Bugel Kabupaten Kulon Progo.
Agrin 12(1).
Rostaliana, Pevi., Priyono P., Edhi T. 2012. Pemanfaatan biochar untuk perbaikan
kualitas tanah dengan indikator tanaman jagung hibrida dan padi gogo pada
sistem lahan tebang dan bakar. Jurnal penelitian pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan 1(3) : 179-188.
Soemeinaboedhy, I.N., Sri Tejowulan. 2009. Pemanfaatan arang sebagai sumber
unsur hara P dan K serta pembenah tanah. Jurnal agroteksos 19 (3).
Sukaryorini P, Arifin. 2007. Kajian pembentukan caudex Adenium obesum pada
diversifikasi media tanam. Jurnal Pertanian Mapeta 10 (1): 31-41.
Sumei, Theresia., Widowati dan Sutoyo. 2016. respon tanaman jagung (Zea mays
L.) terhadap aplikasi biochar dan pupuk susulan N dan K pada tanah
terderadasi. Skripsi. Fakultas pertanian, Universitas Tribhuana Tunggadewi.
Supriyanto., Firdayaningsih Fiona. 2010. Pemanfaatan arang sekam untuk
memperbaiki pertumbuhan semai jabon (Anthocepalus cadamba) pada
Media Subsoil. Jurnal silvikultur tropika 1(1) : 24-28.
Widowati, Asnah, W H Utomo 2014. The Use Of Biochar To Reduce Nitrogen
And Potassium Leaching From Soil Cultivated With Maize. ISSN:2339-
076X,Vol 2 No 1

Winarno, C.G,P. 2008. Efisiensi pemupukan P pada lahan sawah pasir pantai
selatan yogyakarta yang diberi zeolit dengan indikator tanaman padi (Oryza
sativa L.). Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

62

Anda mungkin juga menyukai