Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENELITIAN

PERTUMBUHAN SEMAI TREMBESI (Samanea saman) PADA


MEDIA BEKAS TAMBANG EMAS PT ANTAM PONGKOR
DENGAN PENAMBAHAN PUPUK KOMPOS DAN ARANG
SEKAM

AMRILIADI BINTANG SOPANDI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PROPOSAL PENELITIAN
PERTUMBUHAN SEMAI TREMBESI (Samanea saman) PADA
MEDIA BEKAS TAMBANG EMAS PT ANTAM PONGKOR
DENGAN PENAMBAHAN PUPUK KOMPOS DAN ARANG
SEKAM

AMRILIADI BINTANG SOPANDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

Nama Mahasiswa
NIM

: Pertumbuhan Semai Trembesi (Samanea Saman) Pada


Media Bekas Tambang Emas PT ANTAM Pongkor Dengan
Penambahan Pupuk Kompos Dan Arang Sekam
: Amriliadi Bintang Sopandi
: E44120096

Disetujui oleh

Dr. Ir. Basuki Wasis, MS


Pembimbing 1
Diketahui oleh

Prof.Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS


Ketua Departemen

Tanggal

PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah
dianugerahkannya kepada saya dan tidak lupa shalawat serta salam saya panjatkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kita selaku umatnya
hingga akhir zaman.
Proposal penelitian ini disusun dan diajukan dalam rangka melaksanakan
penelitian skripsi sebagai salah satu prasyarat kelulusan dan memperoleh gelar
sarjana. Proposal penelitian ini berjudul Pertumbuhan Semai Trembesi (Samanea
Saman) Pada Media Bekas Tambang Emas PT ANTAM Pongkor Dengan
Penambahan Pupuk Kompos Dan Arang Kayu. Proposal penelitian ini dibuat
berdasarkan berbagai aspek yang menjadi suatu dasar dalam penelitian ini.
Penyusunan proposal penelitian dapat berjalan baik karena dukungan dari
berbagai pihak. Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Basuki Wasis, M.S
selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan saran yang telah diberikan kepada
saya. Selain itu saya mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya yaitu
bapak Adang dan ibu Lela yang telah memberikan motivasi dan saran untuk
menyusun proposal Penelitian ini serta semua pihak yang membantu penyusunan
proposal penelitian ini,
Saya berharap agar proposal ini dapat diterima dan dapat bekerlanjutan
menjadi penelitian yang dapat bermanfaat bagi semua orang serta mendukung
kelestarian hutan dan lingkungan,

Bogor, Mei 2015

Amriliadi Bintang Sopandi

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan dan tidak memperhatikan
aspek lingkungan akan berdampak pada kerusakan alam serta penurunan kualitas
lahan. Kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang mempunyai dampak terhadap
penurunan kualitas lahan yaitu kegiatan penambangan bahan galian seperti
penambangan emas. Kegiatan penambangan ini dilakukan oleh perusahaan
tambang yang mempunyai izin dari pemerintah serta masyarakat lokal dengan
cara tradisional.
Tindakan mengurangi degradasi dan pembukaan lahan yang disebabkan
oleh lahan tambang dapat dilakukan dengan melakukan reklamasi lahan.
Reklamasi adalah kegiatan penataan untuk memperbaiki dan memulihkan kembali
lahan serta vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
peruntukannya (UU No. 41 Tahun 1991 Pasal 44). Salah satu kegiatan pokok
dalam reklamasi hutan dan lahan, yaitu revegetasi. Revegetasi merupakan
kegiatan pemulihan dan pengembalian vegetasi di atas hamparan lahan. Setiadi
(2006) menyatakan bahwa revegetasi adalah usaha penanaman kembali di lahan
bekas tambang untuk perbaikan biodiversitas dan pemulihan estetika lanskap serta
komunitas tumbuhan asli secara berkelanjutan untuk mengendalikan erosi dan
aliran permukaan. Tingkat keberhasilan kegiatan revegetasi dipengaruhi oleh
kondisi tanah (edafis), iklim (klimatis), pemilihan jenis, dan penanganannya.
Pemilihan jenis diutamakan menggunakan jenis pionir, katalitik, dan jenis cepat
tumbuh (fast growing species). Salah satu jenis tanaman yang sesuai dengan
karakteristik tersebut adalah tanaman trembesi (Samanea saman).
PT Antam Tbk UBPE Pongkor merupakan perusahaan penambangan emas
milik negara. Kegiatan dalam usaha pertambangan PT Antam Tbk UBPE Pongkor
mencakup penambangan dan pengolahahan, termasuk didalamnya adalah
pengelolaan limbah. Limbah dari penambangan ini adalah tailing yang merupakan
tanah sisa dari penambangan yang telah diambil kandungan emasnya. Media
tailing memiliki kemampuan mengikat air yang rendah dan miskin unsur hara.
Penambahan pupuk kompos dan arang kayu dapat mengatasi masalah tersebut.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan mencari
pengaruh penambahan pupuk kompos dan arang kayu terhadap pertumbuhan
semai Trembesi yang ditanam pada media bekas tambang emas (tailing) PT
Antam Tbk UPBE Pongkor.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan pupuk
kompos dan arang kayu terhadap pertumbuhan dan perkembangan semai
Trembesi (Samanea saman) pada media bekas tambang emas (tailing) dan
mengetahui dosis pemberian pupuk kompos dan arang kayu yang sesuai dengan
kondisi media lahan bekas tambang secara efektif dan efisien.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi
mengenai pengaruh penambahan pupuk kompos dan arang kayu terhadap
pertumbuhan semai Trembesi (Samanea saman) pada media bekas tambang emas
PT Antam Pongkor, sehingga dapat bermanfaat sebagai rekomendasi kegiatan
revegetasi lahan bekas tambang emas di PT ANTAM Pongkor.

TINJAUAN PUSTAKA
Tailing
Penambangan adalah kegaiatan terencana untuk menghasilkan bahan
galian yang dilakukan secara manual atau mekanis yang terdiri dari pemberian,
pemuatan, pengangkutan, penimbunan (stock filling), dan reklamasi (Tim
Puslitbang Tekmira 2004 dalam Utami 2009). Pada dasarnya, penambangan
merupakan kegiatan atau usaha terencana mengekstraksi bahan tambang dengan
metode atau cara tertentu yang disesuaikan dengan karakteristik bahan tambang
(Mulyanto 2008). Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
tambang dan kehadirannya dalam dunia pertambangan tidak bisa dihindari.
Batuan tambang tersebut diproses sehingga menjadi partikel yang halus dan
kemudian dipisahkan antara mineral yang berharga dan sisanya merupakan
limbah. Limbah padatan tersebut mau tidak mau akan mempengaruhi kondisi
lingkungan baik lingkungan fisik maupun biotanya. Pada umumnya tailing
bersifat porositas tinggi sehingga kapasitas memegang air (holding capacity)
rendah, struktur tidak stabil, sangat miskin bahan organik, bahkan dapat dikatakan
tidak ada bahan organik, miskin unsur hara mikro dan makro, aktivitas mikroba
juga tidak ada sama sekali (Purwantari 2007). Sehingga memerlukan waktu yang
relatif lama dan strategi tertentu untuk mengelolanya menjadi area atau lahan yang
lebih produktif.
Trembesi (Samanea saman)
Trembesi merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang berasal dari Amerika
tropis seperti Meksiko, Peru dan Brazil namun terbukti dapat tumbuh di berbagai
daerah tropis dan subtropis. Trembesi dapat beradaptasi dalam kisaran tipe tanah
dan pH yang tinggi. Tumbuh di berbagai jenis tanah dengan pH tanah 6,0-7,4
meskipun disebutkan toleran hingga pH 8,5 dan minimal pH 4,7. Jenis ini
memerlukan drainase yang baik namun masih toleran terhadap tanah tergenang air
dalam waktu pendek (Nuroniah dan Kosasih, 2010). Salah satu kegunaan dari
tanaman trembesi adalah sebagai pohon peneduh di taman, padang rumput dan
pinggir jalan. Trembesi juga merupakan jenis pepohonan yang memiliki

kemampuan tinggi dalam menyerap gas CO2. Trembesi selain mempunyai daya
serap gas CO2 yang tinggi, juga mampu hidup di daerah yang miskin hara, karena
akarnya bersimbiosis dengan bakteri Rhizobum yang dapat menangkap Nitrogen
dari udara (Nuroniah dan Kosasih 2010).
Pupuk Kompos
Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik
maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara
dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam
keaadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik (Sutedjo 2008). Berdasarkan
bahan bakunya, pupuk dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pupuk oganik dan
anorganik.
Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik alami yang banyak
dikenal oleh petani. Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang
telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antar mikroorganisme
(bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik tersebut
seperti dedaunan, rumput, jerami, sisa-sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, dan
rontokan bunga. Kelangsungan hidup mikroorganisme tersebut didukung oleh
keadaan lingkungan yang basah dan lembab. Kompos yang baik adalah kompos
yang sudah mengalami pelapukan dengan ciri-ciri warna berbeda dengan warna
bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah, dan mempunyai suhu ruang
(Samekto 2006).
Kompos tidak menimbulkan efek yang buruk bagi kesehatan karena bahan
dasarnya alamiah, sehingga mudah diserap secara menyeluruh oleh tanah, tidak
seperti pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia ternyata berpengaruh buruk karena
hanya akan meracuni tanah dan air saja, tetapi juga meracuni produk yang
dihasilkan (Samekto 2006). Kompos mempunyai pengaruh terhadap sifat fisika
dan kimia tanah, diantaranya KTK (kapasitas tukar kation) tanah akan meningkat,
kemungkinan tanah akan menyerap air meningkat, tanah akan tersedia dengan
sumber hara C dan N yang penting (Samekto 2006). Penambahan kompos ke
dalam tanah dapat memperbaiki struktur, tekstur, dan lapisan tanah, sehingga akan
memperbaiki keadaan aerasi, drainase, absorbsi panas, kemampuan daya serap
tanah terhadap air, serta mengendalikan erosi tanah (Samekto 2006).
Arang Kayu
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan
dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau
tumbuhan. Arang umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu, gula, tulang,
dan benda lain. Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan meyerupai batu bara
ini terdiri dari 85% sampai 98% karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia
lainnya. Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan

pada suhu tinggi. Gani (2009) menyatakan bahwa biochar merupakan arang hayati
yang bersifat porous yang terbuat dari sisa makhluk hidup. Arang tersebut terbuat
dari residu bagian tanaman yang dibakar dalam kondisi oksigen terbatas bahkan
tidak ada oksigen.
Arang dapat berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Bahkan Arang dapat menyediakan habitat yang disukai mikroba (bukan
sebagai bahan makanan) (Santi et.al. 2010). Gani (2009) menyatakan bahwa
dalam jangka waktu yang lama, arang mampu menjaga keseimbangan beberapa
unsur hara tanah seperti Karbon (C) dan Nitrogen (N). Selain itu, arang juga
memiliki kemampuan mengadsorbsi kation lebih besar dari pada bahan organik
biasa, mampu meningkatkan jerapan unsur P, meningkatkan kapasitas tukar kation
(KTK), dan memperbaiki pH tanah. Bahkan, arang tanah juga memiliki
kemampuan menyerap air. penambahan arang ke tanah dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman, daya simpan, dan ketersediaan hara yang lebih tinggi. Hal
ini berhubungan dengan meningkatnya kapasitas tukar kation, luasan permukaan
serta penambahan unsur hara secara langsung oleh arang (Glaser et. al., 2002).
Selain itu, arang juga dilaporkan mampu meningkatkan kandungan bahan organik
tanah dan kesuburan tanah (Siregar, 2002).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan mei hingga Juli 2015, bertempat di
rumah kaca bagian silvikultur Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB,
Laboratorium Pengaruh Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB,
dan analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan Fakultas Pertanian IPB. Lokasi pengambilan sampel tanah bekas
penambangan emas dilakukan di PT ANTAM Pongkor, Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, salay
penyiraman, sekop kecil, timbangan (neraca analitik), timbangan digital,
penggaris, polybag dengan ukuran 20 cm x 20 cm, kaliper, Tallysheet, kalkulator
(alat hitung), alat tulis, kamera digital, software microsoft excel 2013, dan
software SAS 9.1.3.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media tanah
bekas tambang emas, pupuk kompos, arang kayu, dan semai (bibit) Trembesi
(Samanea saman) berumur 3 bulan.
Prosedur Penelitian

Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pengambilan


media tailing di lahan bekas tambang di ANTAM Pongkor, Kabupaten Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu persiapan media
tanam, penyapihan bibit, pemeliharaan bibit, pengamatan dan pengambilan data,
serta rancangan percobaan dan analisis data.
Persiapan Media Tanam
Tahap persiapan meliputi persiapan media dan persiapan semai trembesi.
Media yang dipersiapkan terdiri atas komposisi yang disusun dari tanah bekas
tambang, pupuk kompos, dan arang kayu. Semua bahan tersebut dalam keadaan
kering udara. Dengan menggunakan timbangan (neraca analitik), komposisi bahan
untuk media ditimbang sesuai takaran, setelah mendapatkan kombinasi takaran
masing-masing bahan lalu dimasukkan ke dalam polybag. Komposisi takaran
untuk kontrol adalah tanah dengan takaran 1 kg. Setelah itu ditentukan komposisi
takaran pemberian pupuk kompos adalah 25 g / polybag, 50 g / polybag, 75 g /
polybag, dan 100 g / polybag, Sedangkan untuk bahan arang kayu komposisi
takarannya, masing-masing adalah 0 g / polybag (sebagai kontrol), 20 g / polybag,
40 g / polybag, dan 60 g / polybag.
Persiapan semai Trembesi dilakukan meliputi pemilihan semai yang sehat,
memiliki tinggi dan diameter yang seragam, segar, serta bebas hama dan penyakit
Penyapihan Bibit
Penyapihan merupakan tahap pemindahan bibit Trembesi dengan bola
akarnya (root ball) ke media yang telah dipersiapkan pada tahap sebelumnya.
Penyapihan dilakukan pada sore hari, untuk mengurangi tingkat stress dan
mengurangi penguapan pada bibit yang dilakukan proses penyapihan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyapihan bibit Trembesi
adalah menekan polybag untuk memadatkan media tanah. Kemudian lepaskan
polybag dan buatlah lubang tanam. Semai ditanam kedalam polybag beserta
dengan media tanahnya untuk tetap mempertahankan kondisi bibit agar akar tidak
mengalami stres saat dilakukan penyapihan ke media tanah silika bekas tambang.
Pemeliharaan Bibit
Semai Trembesi yang telah disapih, kemudian ditempatkan di dalam
rumah kaca selama 3 bulan dan diatur sedemikian rupa sesuai dengan layout pada
lampiran 1. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore serta dilakukan penyiangan
seperlunya dengan memperhatikan kondisi media tanam di dalam polybag.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Pengambilan data didasarkan pada pengamatan terhadap beberapa
parameter, yaitu tinggi, diameter, berat basah total, berat kering total, nisbah
pucuk akar, dan analisis unsur hara.

Tinggi Semai
Pengukuran tinggi Semai dilakukan setelah tahap penyapihan sampai tiga
bulan pengamatan, pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali.Pengamatan
dilakukan dengan melakukan pengukuran menggunakan mistar atau penggaris 60
cm dari pangkal batang yang telah diberi tanda satu centimeter dari permukaan
tanah hingga ujung pucuk.
Diameter Semai
Pengukuran diameter Semai dilakukan setelah tahap penyapihan sampai
tiga bulan pengamatan, pengamatan dilakukam satu minggu sekali. Pengamatan
dilakukan dengan melakukan pegukuran menggunakan kaliper yang telah ditandai
lima centimeter diatas permukaan tanah untuk mempermudah dalam polybag.
Berat Basah Total
Pengukuran berat basah total dilakukan pada akhir pengamatan, yaitu
minggu ke-12. Setelah itu, semai dipanen dan dipisahkan antara bagian daun,
batang, dan akar. Daun dan batang disatukan menjadi bagian pucuk sementara
akar dipisahkan, kemudian masing-masing ditimbang dengan menggunakan
timbangan digital. Berat basah total merupakan penjumlahan antara berat basah
akar dan berat basah pucuk.
Berat Kering Total
Berat kering total diukur setelah bagian tanaman (semai Trembesi) yang
terdiri dari bagian akar dan pucuk (daun dan batang) dioven pada suhu 80 oC
selama 24 jam. Selanjutnya, kedua bagian tersebut ditimbang dengan timbangan
digital. Berat kering total diperoleh dari penjumlahan berat kering akar dengan
berat kering pucuk.
Nisbah Pucuk Akar (NPA)
NPA merupakan perbandingan nilai berat kering total pucuk dengan nilai
kering total akar.
Analisis Unsur Hara
Analisis unsur hara yang terkandung di dalam media dilakukan pada awal
sebelum media diberi perlakukan dan setelah pengamatan dengan mengambil
empat sampel dari setiap perlakuan dengan hasil pertumbuhan paling baik.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama, yaitu
pupuk kompos yang terdiri dari lima taraf. Faktor kedua, yaitu arang sekam yang
terdiri dari empat taraf. Adapun masing-masing faktor dirinci sebagai berikut:
Faktor pemberian pupuk kompos (A), terdiri dari:
A0 = 0 g
A1 = 25 g
A2 = 50 g
A3 = 75 g
A4= 100 g

Faktor pemberian arang sekam (B), terdiri dari:


B0 = 0 g
B1 = 20 g
B2 = 40 g
B3 = 60 g
Kombinasi perlakuan yang diuji cobakan:
A0B0 = Media tambang silika (kontrol)
A0B1 = Media tambang + arang sekam 20 gram
A0B2 = Media tambang + arang sekam 40 gram
A0B3 = Media tambang + arang sekam 60 gram
A1B0 = Media tambang + pupuk kompos 25 gram
A1B1 = Media tambang + pupuk kompos 25 gram + arang sekam 20 gram
A1B2 = Media tambang + pupuk kompos 25 gram + arang sekam 40 gram
A1B3 = Media tambang + pupuk kompos 25 gram + arang sekam 60 gram
A2B0 = Media tambang + pupuk kompos 50 gram
A2B1 =Media tambang + pupuk kompos 50 gram + arang sekam 20 gram
A2B2 = Media tambang + pupuk kompos 50 gram + arang sekam 40 gram
A2B3 = Media tambang + pupuk kompos 50 gram + arang sekam 60 gram
A3B0 = Media tambang + pupuk kompos 75 gram
A3B1 = Media tambang + pupuk kompos 75 gram + arang sekam 20 gram
A3B2 = Media tambang + pupuk kompos 75 gram + arang sekam 40 gram
A3B3 = Media tambang + pupuk kompos 75 gram + arang sekam 60 gram
A4B0 = Media tambang + pupuk kompos 100 gram
A4B1 =Media tambang + pupuk kompos 100 gram + arang sekam 20 gram
A4B2 = Media tambang + pupuk kompos 100 gram + arang sekam 40 gram
A4B3 = Media tambang + pupuk kompos 100 gram + arang sekam 60 gram
Adapun komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Rancangan pengamatan
Pupuk
Kompo Ulangan
B0
s
1
A0B0-1
A0
2
A0B0-2
3
A0B0-3
4
A0B0-4
1
A1B0-1
A1
2
A1B0-2
3
A1B0-3
4
A1B0-4
A2
1
A2B0-1
2
A2B0-2

Arang Sekam
B1

B2

B3

A0B1-1
A1B1-2
A1B1-3
A1B1-4
A1B1-1
A1B1-2
A1B1-3
A1B1-4
A2B1-1
A2B1-2

A0B2-1
A0B2-2
A0B2-3
A0B2-4
A1B3-1
A1B3-2
A1B3-3
A1B3-4
A2B2-1
A2B2-2

A0B3-1
A0B3-2
A0B3-3
A0B3-4
A1B1-3
A1B1-4
A1B1-5
A1B1-6
A2B3-1
A2B3-2

A3

A4

3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

A2B0-3
A2B0-4
A3B0-1
A3B0-2
A3B0-3
A3B0-4
A4B0-1
A4B0-2
A4B0-3
A4B0-4

A2B1-3
A2B1-4
A3B1-1
A3B1-2
A3B1-3
A3B1-4
A4B1-1
A4B1-2
A4B1-3
A4B1-4

A2B2-3
A2B2-4
A3B2-1
A3B2-2
A3B2-3
A3B2-4
A4B2-1
A4B2-2
A4B2-3
A4B2-4

A2B3-3
A2B3-4
A3B3-1
A3B3-2
A3B3-3
A3B3-4
A4B3-1
A4B3-2
A4B3-3
A4B3-4

Data yang diperoleh berdasarakan pengamagtan dan pengukuran,


kemudian dianalisis dengan menggunakan model linier:
Yijk = + i + j + ()ij+ ijk
dimana :
Yijk: Nilai / respon dari pengamatan pada faktor A (pupuk kompos) tarafke-i,
faktor B (arang sekam ) taraf ke-j dan ulangan ke-k.

: Nilai rataan umum.


i
: Pengaruh perlakuan pemberian pupuk Kompos ke-i.
j
: Pengaruh perlakuan pemeberian arang sekam ke-j.
()ij : Pengaruh interaksi faktor pupuk kompos pada taraf ke-i dengan faktor
arang tempurung kelapa pada taraf ke-j.
ijk :Pengaruh acak faktor pupuk kompos pada taraf ke-i dengan faktor arang
tempurung kelapa pada taraf ke-j dan ulangan ke-k.
i
: Campuran Pupuk kompos (0 g, 25 g, 50 g, 75 g, 100 g)
j
: Arang Sekam dengan dosis (0 g, 20 g, 40 g, dan 60 g).s
k
: Ulangan 1, 2, 3 dan 4
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dalam penelitian ini, dilakukan
sidik ragam dengan uji F. Data diolah menggunakan software SAS 9.1.3, jika:
a) Nilai P-value > (0,05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap parameter tinggi, diameter, nisbah akar pucuk, dan
biomassa.
b) Nilai P-value < (0,05), maka perlakuan memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter tinggi, diameter, nisbah akar pucuk, dan biomassa,
kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Duncans Multiple Range Test.
DAFTAR PUSTAKA
Gani A. 2009. Arang Hayati Biochar sebagai Komponen Perbaikan
Produktivitas Lahan. Iptek TanamanPangan 4(3).
Mulyanto, B. 2008. Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Pasca Tambang. Makalah
Seminar dan Workshop Reklamasi dan Pengelolaan Kawasan Pasca
Penutupan Tambang. Pusdi Reklatam, Bogor. 22 Mei 2008.

Nuroniah H.S., A.S. Kosasih. 2010. Mengenal Jenis Trembesi (Samanea saman
(Jacquin). Merrill) sebagai Pohon Peneduh. Jurnal Mitra Hutan Tanaman.
5(1): 1-5
Samekto R. 2006. Pupuk Kompos. Yogyakarta(ID): Citra Aji Parama.
Santi, Prima L, Goenadi, Hadjar D. 2010. Pemanfaatan Bio-char sebagai
Pembawa Mikroba untuk Pemantap Agregat Tanah Ultisol dari Taman BogoLampung. Bogor(ID): Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan.
Setiadi Y. 2006. Teknik Revegetasi untuk Merehabilitasi Lahan Pasca Tambang.
Seminar Nasional PKRLT Fakultas Pertanian UGM. 11 Febuari 2006.
Yogyakarta.
Siregar C A. 2002. Application of mycorrhizal fungi, organik fertilizer and
charcoal to improve the growth of indicator plant in tailing soils contaminated
with Pb and Fe in gold mining of PT Aneka Tambang, Pongkor. Proceeding:
Rehabilitation and Forest Conservation. Forest Research and Development
Agency. Bogor
Utami N H. 2009. Kajian sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah paska
tambang galian c pada tiga penutupan lahan (studi kasus pertambangan pasir
(galian c) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten
Cirebon, Provinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai