Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada masa sekarang ini, bangunan-bangunan yang dibangun baik gedung,
jembatan, maupun bangunan lainnya, mayoritas komponen bangunannya terbuat dari
beton. Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu alat
bantu yang biasanya dikenal dengan sebutuan acuan dan perancah atau bekisting yang
berupa cetakan, atau suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang berfungsi
untuk mendapatkan suatu konstruksi beton yang diinginkan sesuai dengan porsinya
sebagai bangunan pembantu.
Baik buruknya pekerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi mutu beton
yang dikerjakan. Pekerjaan acuan dan perancah yang kurang baik dapat menimbulkan
kerugian seperti kehilangan air semen, perubahan dimensi beton, perubahan struktur
bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan kerja.
Pekerjaan acuan dan perancah harus sederhana, mudah dibongkar tanpa
menimbulkan kerusakan pada beton itu sendiri. Walaupun harus bersifat sederhana dan
mudah dibongkar, acuan perancah harus kaku menerima beban beton dalam keadaan
basah dan beratnya sendiri sebelum beton mengeras dan berfungsi sebagai penahan
beban. Kaku dan kuat dengan maksud tidak terjadi perubahan-perubahan seperti yang
telah disebutkan diatas.
1.2 Maksud dan tujuan
1. Maksud
 Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada semester 3 di
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 Menyiapkan mahasiswa agar dapat menjadi sesorang yang bertanggung
jawab.
 Menyiapkan mahasiswa agar terampil, cerdas, dan tanggap dalam bekerja
di lapangan
2. Tujuan
 Memebri bekal terhadap mahsiswa agar dapat menerapkan ilmu yang
dimilikinya.
 Menambah wawasan mahasiswa tentang acuan dan perancah, prosedur
pekerjaan acuan dan peran
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Dasar Teori Acuan dan Perancah


2.1.1 Defenisi Acuan dan Perancah
Acuan dan perancah adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara
berupa cetakan pada kedua sisi bagian atas dan bagian bawah dan bentuk
beton yang diinginkan. Acuan berfungsi sebagai konstruksi sementara berupa
cetakan yang dibentuk untuk mendapatkan hasil cetakan yang diinginkan.
Sedangkan perancah adalah tiang-tiang atau gelagar yang difungsikan sebagai
penahan agar cetakan tidak berubah dan tidak berpindah posisi.
 Acuan dan perancah memiliki beberapa fungsi, yaitu:
- Memberikan bentuk pada konstruksi beton
- Untuk mendapatkan permulaan struktur yang diharapkan
- Menopang beton sebelum sampai pada konstruksi yang cukup keras
dan mampu menahan berat sendiri.
- Mencegah hilangnya air semen pada pengecoran.
- Sebagai isolasi panas pada beton.

2.1.2 Syarat-Syarat Umum Acuan dan Perancah


1. Cetakan harus kuat
Setelah mencapai umur, dipastikan bahwa berat beton basah disanggah oleh
acuan dan perancah termasuk berat sendiri. Untuk mendapatkan kekuatan
bangunan perancah tersebut harus diperhatiakn hal sebagai berikut:
- Beban sendiri bekisting
- Beban vertical dan horizontal serta pengaruh lendutan.
- Berat manusia
- Berat beton itu senditi
- Tiang-tiang acuan harus diletakkan di atas kayu yang kokoh agar tidak
mudah mengalami penurunan akibat beban berat, juga harus selesai semua
sisi rendahnya dengan menggunakan baji.
2. Cetakan harus kaku
Kaku/tidak bergerak sangatlah penting pada acuan perancah ini karena
apabila perancah tersebut tidak kaku, maka hasil akhir yang dicapai tidak akan
maksimal.
3. Mudah dibongkar
Pada suatu pembongkaran diusahakan acuan dan perancah mudah dibongkar
agar tidak merusak beton yang sudah jadi.
4. Bersih
Apabila suatu cetakan tidak bersih, maka dalam proses pengecoran, kotoran
mungkin akan masuk kedalam adukan beton sehingga dapat mengurangi mutu
beton

2.1.3 Bagian-bagian acuan perancah


a. Bagian-bagian pada acuan yaitu :
- Papan cetakan
- Penaku cetakan
b. Bagian-bagian pada perancah yaitu:
- Tiang acuan
- Pengaku/penyokong
- Gelagar
- Skoor
- Landasan

2.2 Metode yang digunakan dalam pengerjaan acuan dan perancah


1. Sistem Tradisional/Konvensional
Bahan yang dipakai adalah bahan local dan merupakan konstruksi yang turun
temurun (konvensional)
2. Semi system
Sistem yang memerlukan material dan konstruksi local dan buatan yang
dapat digunakan secara turun temurun, oleh sebab itu, penggunaan metode ini
hanya untuk pekerjaan yang mengalami beberapa kali pembuatan terus menerus.
3. Full system
Alat yang dipakai merupakan buatan pabrik yang digunakan pada pekerjaan
besar seperti bangunan pencakar langit, Gedung-gedung berlantai banyak, dll.

2.3 Material
1. Kayu
Pada umumnya, konstruksi bekisting menggunakan kayu cemara atau kayu
local.Kayu tersebut telah diolah sehingga menjadi sejumlah papan dan balok.
Kayu tersebut harus cukup baik dan jangan terlalu basah. Bila kayu tersebut
berkadar air tinggi dan mutu kayu sangat rendah maka cetakan akan mudah
mengalami perubahan bentuk dan akan mudah melengkung sehingga hasil
cetakan beton tidak memuaskan.
2. Material plat
Jenis-jenis material plat:
a. Papan-papan yang digabungkan
b. Mutipleks
c. Plat komposisi
d. Hard bean
e. Baja
3. Aluminium
Material yang lebih sesuai untuk bekisting karena adanya hal-hal tertentu
dalam aluminium yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan kayu yakni
beratnya yang lebih ringan.

2.4 Cara-cara menyambung


a. Paku
Untuk menggunakan paku
- Diameter paku < 1/1 x tebal kayu minimum
- Panjang kayu > 12 x ø (pada suatu kerataan yang bekerja)
- Lebar paku ≥ ø x ø (lebih banyak kekuatan pada pekerjanya)
b. Sekrup dan baut ulir kayu
Sekrup terbagi dalam :
- Berkepala rata dengan cara gergajian
- Berke[ala bulat dengan cara gergajian
- Berkepala timbul
c. Baut dan palt ikatan
Baut-baut dibagi atas :
- Baut-baut perdagangan, toleransi dan diameter lebih keras, untuk itu kita
perlu membuat lubang bor yang cukup besar.
- Baut-baut pas, toleransi dan diameter sangat kecil dan pemasangannya
lebih lama/mahal. Tipe-tipenya seperti berikut:
1. Baut persegi
2. Baut kunci
3. Ujung ulir
4. Baut ulir
5. Baut yang mengulir sendiri
6. Baut baja tahan karat
7. Baut yang terpasang lebih dahulu sebanyak 10x
d. Sambungan kayu pada kayu
Alat-alat penyambung:
- Angkur local
- Pencungkai balok
- Las-las rangkai
- Baut L

2.5 Kerugian-kerugian jika acuan dan perancah kurang baik


Dalam pelaksanaannya jika pekerjaan acuan dan perancah ini kurang baik, maka
akan mendatangkan kerugian-kerugian seperti:
1. Perubahan dimensi
Terjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan maka akan
mengakibatkan memperbesar atau memperkecil dimensi. Sedangkan untuk melakukan
perbaikan akan membutuhkan waktu dan biaya dan hal ini menghambat pekerjaan yang
lainnya
2. Perubahan Geometrik
Perubahan ini mengkibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai dengan
rencana awal. Misalkan: suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku,
akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau misalkan perlu ditambhakna
pekerjaan finishing lagi.
3. Penurunan mutu beton
Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan mengakibatkan
air yang diikuti semen yang tadi keluar sehingga mutu atau kekuatan beton
menjadi kurang.

2.6 Tipe dasar perancah


1. Supoorted scaffolding yaitu platfrom yang disanggah oleh tiang yang dilengkapi
dengan pendukung lain seperti sambungan-sambungan kaki- kaki kerangka atau
outring.
2. Suspended scaffolding yaitu platfroms tergantung dengan tali atau lainnya.
3. Aerral eifts, penopang untuk mengangkat.

2.7 Perencanaan Acuan dan Perancah


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan atau membuat acuan dan
perancah adalah:
• Kecepatan dan cara pengecoran beton
• Beban yang harus dipikul, termasuk beban horizontal dan beban kejut
• Selain kekuatan acuan, kestabilan juga perlu diperhitungkan dengan baik
• Tiang-tiang acuan dari kayu harus dipasang diatas papan kayu yang kokoh dan
mudah di stel dengan baji. Tiang-tiang acuan tersebut tidak boleh mempunyai
lebih dari satu sambungan yang tidak disokong ke arah sampingnya.
BAB III
JOB PRAKTIKUM

3.1. JOB I MEMBUAT BEKISTING KOLOM KONVENSIONAL


3.1.1. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Membuat cetakan kolom segiempat metode konvensional
2. Membuat dan mengontrol cetakan kolom berdiri tegak
3. Menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan
4. Mendesain perancah yang digunakan dalam pembuatan konstruksi
5. Merakit dan merangkai perancah

3.1.2. Petunjuk Umum dan Keselamatan Kerja


1. Menggunakan alat pelindung diri yang baik dan benar
2. Mengikuti arahan dari instruktur
3. Bekerja sesuai gambar kerja
4. Hati-hati dan pusatkan perhatian pada pekerjaan
5. Pergunakan peralatan sesuai dengan fungsinya

3.1.3. Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
1. Meteran
2. Palu
3. Mistar siku
4. Unting-unting
5. Gergaji
6. Kapur

b. Bahan
1. Multipleks 1,8/40 x 244 cm
2. Balok kayu 5/7 x 250 cm
3. Papan kayu 2/20 x 120 cm
4. Papan kayu 2/20 x 80 cm
5. Papan kayu 2/20 x 250 cm
6. Paku 5 cm
7. Benang tukang
8.
3.1.4. Langkah Kerja
1. Memahami gambar kerja yang diberikan instruktur
2. Menghitung jumlah kebutuhan bahan yang akan digunakan
3. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
4. Memotong multipleks dengan gergaji sesuai ukuran yang diinginkan

5. Merangkai cetakan kolom dengan ukuran 36,4 x 40 x 244 cm dengan


menggunakan multipleks yang telah dipotong

6. Memotong papan dan balok untuk digunakan sebagai perancah dari


cetakan kolom sesuai dengan ukuran pada gambar kerja
7. Merangkai tiang perancah dengan papan gelagar 2/20 x 120 cm
sebagai penghubung balok 5/7 x 250 cm satu sama lain
8. Mendirikan tiang cetakan kolom dengan jarak acuan dari luar dinding
kolom

9. Memotong papan skur


2/20 x 250 cm dengan arah
saling menyilang
10. Untuk menentukan ketepatan
kolom terhadap ketegakannya maka digunakan unting-unting

11. Setelah posisi kolom sudah tegak, selanjutnya pasang papan gelagar 2/20 x
120 cm pada tiang paling bawah kemudian memasang papan penjepit 2/20
x 80 cm di atas papan gelagar. Melakukan hal yang sama pada tiang paling
atas.
12. Melanjutkan memasang papan penjepit dan papan gelagar bagian tengah

13. Melakukan
pengecekan untuk memastikan dimensi pekerjaan telah selesai
14. Memeriksakan hasil kepada instruktur
15. Membersihkan lokasi kerja dan mengembalikan semua alat pada
tempatnya.
3.1.5. Analisa Kebutuhan Bahan
Tabel 3
.1 Kebutuhan bahan bekisting kolom konvensional.
Ukuran
No Bahan Jumlah Kebutuhan Sisa
(cm)
1,8/40 x 1,8/40 x 244 =
1 Multipleks 4 Potong 2 Lembar
244 2 Lembar
2/20 x 40 =
6 Lembar
2 Papan 2/20 x 120 20 Potong 7 Lembar
2/20 x 160 =
1 Lembar
3 Papan 2/20 x 80 10 Potong 2 Lembar -
2/20 x 150 =
4 Papan 2/20 x 250 2 Potong 2 Lembar
2 Lembar
5/7 x 150 =
5 Balok 5/7 x 250 4 Potong 4 Batang
4 Batang
6 Paku 5 cm Secukupnya Secukupya -

3.1.6. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum, kami telah mengetahui dan dapat
menyusun rangkaian perancah sesuai dengan gambar dan prosedur kerja,
dapat mengecek ketegakan kolom, serta mampu menghitung kebutuhan
bahan yang digunakan dan mengetahui fungsi dari bagian- bagian
rangkaian perancah kolom konvensional.
b. Saran
a. Membaca dan memahami gambar kerja sebelum melaksanakan
praktikum
b. Menggunakan alat pelindung diri selama praktikum berlangsung
c. Diusahakan agar peralatan yang digunakan dikembalikan dalam
keadaan bersih
d. Mengutamakan keselamatan kerja
3.1.7. Gambar Kerja

3.1.8. Dokumentasi
3.2. JOB II MEMBUAT BEKISTING KOLOM TIE ROD
3.2.1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Membuat cetakan kolom segiempat dengan metode tie rod
2. Menyetel dan mengontrol ketegakan cetakan kolom
3. Menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan
4. Merakit dan Menyusun rangkaian perancah

3.2.2. Petunjuk Umum dan Keselamatan Kerja


1. Menggunakan alat pelindung diri dengan baik dan benar
2. Berdoa sebelum memulai praktikum
3. Fokus dan teliti pada pekerjaan yang dilakukan
4. Menggunakan peralatan sesuai fungsinya
5. Mengikuti instruksi dari instruktur

3.2.3. Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
1. Meteran
2. Palu
3. Unting-unting
4. Gergaji
5. Mistar siku
b. Bahan
1. Multipleks 2/42 x 244 cm
2. Balok 8/12 x 244 cm
3. Balok 8/12 x 100 cm
4. Papan 2/20 x 120 cm
5. Paku 5 cm dan 7 cm
6. Tie rod
7. Wing nut
8. Counter plate
3.2.4. Langkah Kerja
1. Memperhatikan dan memahami gambar kerja yang diberikan
instruktur
2. Menghitung kebutuhan bahan
3. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
4. Setiap multipleks dipasangi balok 8/12 x 244 cm sebanyak 2 batang
dimana setiap sisinya dipasangi balok dengan jarak 3 cm dari bagian
luar dari multipleks

5. Multipleks yang telah dipasangi balok, kemudian memasang papan


ukuran 2/20 x 120 cm dikedua sisi kolom 42 x 42 cm dengan jarak antar
papan sejauh 60 cm

6. Multipleks yang telah dipasangi


papan, kemudian dirakit
menjadi Kolom 40 x 42 cm
7. Memasang 2 balok 5/7 x 105 cm sebagai balok pengunci tie rod. Pertama
tie rod dipasang paling bawah dan atas sambil mengecek ketegakan kolom
menggunakan unting-unting. Jika sudah tegak, kuatkan wing nut pada tie
rod
8. Untuk mempererat perancah, tie rod dipasangi lagi di atas tie rod
sebelumnya dengan posisi saling bersilang

9. Agar kolom tetap tegak, maka tie rod dipasangi penuh mulai dari
paling bawah kemudian menerus sampai ke atas

10. Melakukan pengecekan pada pekerjaan untuk memastikan semua


telah dikerjakan
11. Memeriksa hasil pekerjaan pada instruktur
12. Membersihkan lokasi kerja dan mengembalikan peralatan
3.2.5. Analisa Kebutuhan Bahan

Tabel 3.2 Kebutuhan bahan bekisting kolom tie rod


Ukuran
No Bahan Jumlah Kebutuhan Sisa
(cm)
2,38 x 244
Multiplek 2/42 x 4
1 2 Lembar =
s 244 Potong
2 Lembar
2/20 x 6 2/20 x 40 =
2 Papan 2 Lembar
120 Potong 2 Lembar
8/12 x 156
8/12 x 8
8 Batang =
244 Potong
8 Batang

3 Balok
8/12 x 85=
8/12 24
8 Batang 8 Batang
x105 Potong

Secukupny
4 Paku 5 cm - -
a
5 Benang - - 1 roll -
Unting-
6 - 2 Buah 2 Buah -
Unting-
Ø10 x 12
7 Tie Rod 12 Batang -
100 Batang
8 Wing nut - 24 Buah 24 Buah -
Counter
9 - 24 Buah 24 Buah -
Plate
3.2.6. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum pembuatan kolom dengan metode
ini, mahasiswa dapat merakit dan Menyusun rangkaian perancah dengan
baik dan benar, mampu mengecek ketegakan kolom serta dapat
menghitung kebutuhan bahan yang dipergunakan.
b. Saran
a. Mengupayakan kolom berdiri tegak lurus, kaku dan kuat
b. Menjaga kebersihan area kerja
c. Mengutamakan keselamatan kerja
3.2.7. Gambar Kerja
3.2.8. Dokumentasi
3.3. JOB III MEMBUAT BEKISTING BALOK KONVENSIONAL
3.3.1. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui macam dan kegunaan peralatan yang digunakan untuk
pembuatan Balok konvensional
2. Mengetahui dan mengenal ciri-ciri konvensional.

3.3.2. Petunjuk Umum dan Keselamatan Kerja


a. Menggunakan APD yang baik dan benar
b. Untuk kelancaran praktikum sebelum memulai
c. Berkonsentrasi pada pekerjaan
d. Menggunakan alat sebagai bahan fungsinya
e. Meletakkan alat dan bahan pada tempatnya
f. Mengikuti instruksi dari instruktur

3.3.3. Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
1. Meteran
2. Palu
3. Penggaris siku
4. Waterpass
5. Gergaji
b. Bahan
1. Multipleks 1,8/40 x 244 cm
2. Multipleks 1,8/30 x 244 cm
3. Balok perancang 5/7 x 270 cm
4. Papan gelagar 2/20 x 130 cm
5. Papan Penyangga 2/20 x 40 cm
6. Papan skor 2/20 x 300 cm

3.3.4. Langkah Kerja


1. Memahami gambar kerja yang tersedia dan mengikuti
mengikuti instruksi dari instruktur.
2. Menghitung jumlah kebutuhan bahan yang akan digunakan.
3. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
4. Mengukur kedua jarak antara kolom konvensional dengan kolom
modern sejauh 244 cm dan memasang unting-unting lalu memasang tali
pada kolom konvensional dan diikat pada kolom modern

5. Memasang balok 5/7 x 280 cm sejajar dengan kolom yang lainnya


dengan jarak yang telah ditentukan.

6. Memasang papan skor 2/20 x 300 cm yang agar saling mengikat dan dapat
tegak lurus
7. Memasang balok pada
bagian atas tiang perancang dengan jarak masing-masing 51 cm

8. Memasang benang
pada garis as ujung atas kolom
konvensional dan
kolom modern
9. Memasang papan gelagar pada atas tiang pancang sebagai alas multipleks
tepat dibawah benang dari kolom konvensional ke kolom modern.

10. Memasang multipleks 1,8/30 x244 cm yang ujung-ujungnya tepat berada


di ujung kolom
11. Memasang dinding cetakan balok dengan multiplek 1,8/40 x 244 cm pada
bagian kanan dan kiri.

12. Memasang papan


penyangga 2/20 x 50 cm yang menyentuh dinding cetakan, usahakan
dinding cetakan balok siku.

13. Setelah itu memasang papan penyangga di sisi yang satunya lagi
usahakan siku.
14. Mengecek semua pekerjaan dan memastikan semuanya sesuai
dengan gambar kerja.
15. Menyimpan peralatan yang telah digunakan dengan baik dan
benar.
16. Membersihkan peralatan dan lokasi kerja.

3.3.5. Analisa Kebutuhan Bahan


Tabel 3.3 Kebutuhan bahan bekisting balok konvensional
N Ukuran
Bahan Jumlah Kebutuhan Sisa
o (cm)
1,8/30 x 1,8/12 x
1 Potong
Multiplek 244 244 =
1 1 Lembar
s 1,8/40 x
2 Potong 1 Lembar
244
2/20 x 100
2/20 x =
5 Potong
130
1 Lembar
2/20 x 140
2 Papan 2/20 x 5 Lembar =
2 Potong
300
1 Lembar
2/20 x 10 =
2/20 x 50 10 Potong
1 Lembar
5/7 x 130 =
3 Balok 5/7 x 270 8 Potong 8 Batang
8 Batang
4 Benang - 1 Roll 1 Roll -
Secukupny secukupny
5 Paku - -
a a

3.3.6. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
1. Membuat cetakan balok konvensional membutuhkan ketelitian
sehingga dapat menghasilkan cetakan balok yang sesuai.
2. Cetakan balok harus kuat, siku, dan kaku sehingga dapat
menahan gaya geser beton.
b. Saran
1. Berkonsentrasi dan teliti pada saat bekerja.
2. Mengutamakan keselmatan kerja
3.3.7. Gambar Kerja
3.3.8. Dokumentasi
3.4. JOB IV MEMBUAT BEKISTING BALOK SCAFOLDING
3.4.1. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Membuat cetakan dan acuan balok dengan menggunakan
scaffolding
2. Mengetahui macam dan kegunaan peralatan yang digunakan
dalam pembuatan cetakan balok dengan benar
3. Menyetel cetakan balok horizontal

3.4.2 Petunjuk Umum dan Keselamatan Kerja


1. Menggunakan alat pelindung diri dengan baik dan benar
2. Mengikuti instrruksi dari instruktur
3. Mengutamakan keselamatan kerja
4. Berdoa sebelum memulai pekerjaan
5. Menggunakan alat sesuai fungsinya
3.4.3 Peralatan dan Bahan
a. Peralatan
1. Meteran
2. Waterpass tukang
3. Mistar siku
4. Gergaji
5. Palu
b. Bahan
1. Multipleks
2. Balok 8/12 x 250 cm
3. Balok 5/7 x 130 cm
4. Balok 5/7 x 244 cm
5. Balok 5/7 x 45 cm
6. Paku
7. Mainframe 170 cm
8. Cross brace
9. U head
10. Jack base
3.4.4 Langkah Kerja
1. Memperhatikan dan memahami gambar kerja dan langkah kerja yang
diberikan oleh instruktur
2. Menghitung jumlah kebutuhan bahan yang akan digunakan
3. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
4. Memasang dan menyetel scaffolding yang terdiri dari mainframe 170 cm,
cross brace, lalu memasang jack base yang diset 43 cm di bagian bawah
scaffolding, dan memasang U head di atas

5. Memasang balok 8/12 x 250 cm pada U head dengan posisi yang


menumpu pada U head
6. Memasang balok gelagar yaitu balok 5/7 x 120 cm melintang pada
balok 8/12 x 250 sebagai dudukan pada cetakan balok
7. Memasang lantai cetakan balok dengan posisi lurus dan tersambung dengan
kolom yang telah ada, lalu paku lantai cetakan pada kolom dan balok
kayu

8. Memasang balok 5/7 x 244 cm pada multipleks 42 x 244cm atau dinding


cetakan balok yang akan dipasang

9. Memasang dinding cetakan balok dan paku pada lantai cetakan agar
dapat berdiri sendiri
10. Memasang papan pengaku pada masing-masing ujung cetakan agar
cetakan bisa simetris, usahakan agar cetakan siku

11. Memasang balok pengaku 5/7 x 45 cm yang menumpu pada dinding


cetakan agar cetakan kaku dan tidak goyang serta siku
12. Memasang balok pijakan yang dapat memudahkan dalam pengecoran.
Selain itu juga berfungsi agar cetakan kaku

13. Memastikan semua pekerjaan telah selesai dikerjakan


14. Memeriksakan hasil pekerjaan pada instruktur
15. Merapikan alat dan mengembalikan pada tempatnya
16. Membersihkan lokasi kerja
3.4.5 Analisa Kebutuhan Bahan
Tabel 3.4 Kebutuhan bahan membuat bekisting balok scafolding
N Ukuran Kebutuha
Bahan Jumlah Sisa
o (cm) n
1,8/30 x 1,8/12 x 244
1 Potong
Multiplek 244 =
1 1 Lembar
s 1,8/42 x
2 Potong 1 Lembar
244
8/12 x 150
8/12 x =
2 Potong 2 Batang
250
2 Batang
5/7 x 10 =
5/7 x 130 7 Potong
2 Balok 2 Batang
5/7 x 40 =
5/7 x 244 1 Potong 5 Batang
1 Batang
5/7 x 156 =
5/7 x 45 14 Potong
1 Batang
Secukupny Secukuny
3 Paku 5 dan 7 -
a a
Mainfram
4 - - 2 -
e
Cross
5 - - 2 -
Brace
6 U head - - 4 -
7 Jack Base - - 4 -

3.4.1 Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Setelah melaksanakan job ini, mahasiswa sudah memahami dan
mengetahui cara membuat balok dengan scaffolding yang memebutuhkan
ketelitian yang tinggi sehingga dapat menghasilkan cetakan balok yang
sesuai standar, mengetahui cara menyetel dan tegak lurus terhadap kolom.

b. Saran
1. Mengutamakan keselamatan kerja
2. Menggunakan alat sesuai fungsinya
3. Merapikan alat setelah digunakan
3.4.7. Gambar Kerja
3.4.8. Dokumentasi
3.5. JOB V MEMBUAT BEKISTING PELAT LANTAI
3.5.1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mengetahui cara menghitung kebutuhan bahan
3. Menggunakan scaffolding untuk cetakan lantai
4. Mendesain perancah yang akan digunakan dalam pembuatan
konstruksi
5. Menyusun dan merangkai rangkaian perancah

3.5.2. Petunjuk Umum dan Keselamatan Kerja


1. Menggunakan alat pelindung diri dengan baik dan benar
2. Berdoa sebelum melaksanakan praktikum
3. Mengutamakan keselamatan kerja
4. Menggunakan alat sesuai fungsinya
5. Mengikuti instruksi dari instruktur

3.5.3. Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
1. Meteran
2. Palu
3. Waterpass tukang
4. Mistar siku
5. Kapur
b. Bahan
1. Multipleks 122 x 244 cm 7. Cat walk
2. Balok 8/12 x 250 cm 8. U head
3. Balok 4/6 x 240 cm 9. Jack Bare
4. Paku 10. Leader frame
5. Mainframe 11. Cross brace
6. Jointpin
3.5.4. Langkah Kerja
1. Memperhatikan dan memahami gambar kerja dan langkah kerja yang
diberikan instruktur
2. Menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan
3. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
4. Merangkai scaffolding yang terdiri main frame 170 cm, cat walk, cross
brace, joint pin, leader frame, dan U head

5. Memasang balok gelagar 8/12 x 250 cm di atas U head


6. Memasang balok 4/6 x 250 cm di atas balok gelagar 8/12 x 250 dengan
jarak antar balok 35 cm

7. Memasang multipleks 122 x 244 cm di atas balok 4/6 x 250 sebagai alas
cetakan pelat lantai, dan mengatur ketinggian pelat dengan memutar U head
hingga pelat lantai dan balok sama rata.

8. Memastikan semua pekerjaan telah selesai dikerjakan


9. Memeriksakan hasil pekerjaan pada instruktur
10. Merapikan alat dan membersihkan lokasi kerja
3.5.5. Analisa Kebutuhan Bahan
Tabel 3.5 Kebutuhan bahan membuat bekisting pelat lantai
N Ukuran
Bahan Jumlah Kebutuhan Sisa
o (cm)
1,8/122 x
1 Multipleks 2 Lembar 2 Lembar
244
8/12 x 150
8/12 x 250 2 Potong 2 Batang =
2 Balok 2 Batang
4/6 x 140 =
4/6 x 260 7 Potong 7 Batang
7 Batang
Secukupny Secukupny
3 Paku - -
a a
4 Mainframe - 2 Buah 2 Buah -
Cross
5 - 4 Buah 4 Buah -
Brace
6 U head - 4 Buah 4 Buah -
7 Joint pin - 4 Buah 4 Buah -
Leader
8 - 2 Buah 2 Buah -
Frame
9 Cat walk - 1 Buah 1 Buah -

3.5.6. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Pembuatan perancah pelat lantai berfungsi sebagai alat bantu sebuah cetakan
untuk pembuatan pelat lantai. Adapun bagian-bagian scaffolding terdiri dari U
head, leader frame, main frame, joint pin, cross brace dan jack bass. Dalam
merangkai perancah pelat lantai harus sama rata dengan balok.

b. Saran
1. Selalu mengutamakan keselamatan kerja
2. Fokus dan teliti pada pekerjaan
3. Selalu memakai alat pelindung diri yang lengkap
3.5.7 Gambar Kerja
3.5.8 Dokumentasi
3.6. JOB VI MEMBUAT BEKISTING TANGGA
3.6.1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini, mahasiswa diharapkam mampu :
1. Menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Memahami cara menghitung kebutuhan bahan
3. Merencanakan tangga yang ideal
4. Menghitung optrade dan antrade
5. Mendesain perancah yang akan digunakan dalam pembuatan konstruksi
tangga
6. Merangkai dan mengatur perancah dan acuan

3.6.2. Petunjuk Umum dan Keselamatan Kerja


1. Menggunakan alat pelindung diri dengan baik dan benar
2. Berdoa sebelum melaksanakan praktikum
3. Mengutamakan keselamatan kerja
4. Menggunakan alat sesuai fungsinya
5. Mengikuti instruksi dari instruktur

3.6.3. Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
1. Palu
2. Gergaji
3. Meteran
4. Waterpass tukang
5. Mistar siku
6. Kapur
b. Bahan
1. Multipleks
2. Papan 2/20
3. Balok 5/7
4. Paku
5. Benang
3.6.4. Langkah Kerja
1. Menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan
2. Menghitung optrade dan antrade tangga
3. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
4. Mengukur lebar plat, kemudian menentukan dari garis as lantai lalu
memasang unting-unting dan menandai titik tepat dibawah unting-
unting
5. Mengukur 40 cm dari garis as ke samping kiri dan kanan, kemudian
memasang paku dan ukur 25 cm dari garis as ke samping kiri dan
kanan

6. Memasang balok perancah 5/7 di bagian luar acuan tangga dan paku
pada balok lantai
7. Memasang benang dengan jarak 40 cm dan 25 cm masing-masing samping
kiri dan kanan dari as lalu tarik kebawah dengan jarak 488 cm (2 x 244).

8. Memasang balok 5/7 dengan ukuran lebih tinggi dari benang


diagonal dengan jarak 49,5 cm.
9. Memasang papan 2/20 sebagai pengaku dan penguat balok.

10. Memasang papan gelagar 3/20 x 130 cm tepat dibawah benang pada tiap
pasang balok.
11. Memasang multipleks 1,8/80 x 244 cm sebanyak 2 lembar diantara
papan yang berfungsi sebagai dasar cetakan.

12.
Memasang sebanyak 2 multipleks 1,8/40 x 244 cm di sisi kiri dan
kanan cetakan tangga

13. Memasang papan gelagar disetiap balok penahan, sebagai tumpuan


papan cetakan tetap lurus.

14. Menggambar optrade dan antrade tangga pada dinding cetakan


bagian dalam menggunakan waterpass tukang

15. Memasang bekisting tangga dengan menggunakan acuan yang telah


Digambar sebelumnya

16. Memeriksakan hasil kerja ke instruktur


17. Membersihakn alat dan lokasi kerja

3.6.5. Analisa Kebutuhan Bahan


Tabel 3.6 Kebutuhan bahan membuat bekisting tangga
Ukuran
No Bahan Jumlah Kebutuhan Sisa
(cm)
1,8/2 x 244 =
1,8/80 x 244 2 Potong
2 Lembar
1 Multipleks 3 Lembar
1,8/42 x 244 =
1,8/40 x 244 4 Potong
1 Lembar
5/7 x 400 2 Potong 5/7 x 20 =
5/7 x 380 2 Potong 2 Batang
5/7 x 236 2 Potong 5/7 x 6 =
5/7 x 196 2 Potong 2 Batang
2 Balok 9 Batang
5/7 x 158 2 Potong 5/7 x 32 =
5/7 x 147 2 Potong 2 Batang
5/7 x 109 2 Potong 5/7 x 106 =
5/7 x 63 2 Potong 1 Batang
2/20 x 400 2 Potong 2/20 x 20 =
2/20 x 130 2 Potong 1 Lembar
2/20 x 120 2 Potong 2/20 x 10 =
6 Lembar
2/20 x 80 3 Potong 2 Lembar
3 Papan
2/20 x 30 16 Potong 2/20 x 340 =
1 Lembar
3/20 x 10 =
3/20 x 130 9 Potong 3 Lembar
3 Lembar
4 Paku - Secukupnya Secukupnya -
5 Kapur/Spidol - Secukupnya Secukupnya -
6 Benang - Secukupnya Secukupnya -

3.6.6. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum pembuatan bekisting tangga, kami
telah mengetahui perhitungan optrade dan antrade, ukuran papan dan
balok yang dibutuhkan untuk membuat bekisting tangga, menghitung,
dapat mengatur tegak lurus bekisting.

b. Saran
a. Mahasiswa lebih memperhatikan instruksi dari instruktur
b. Mengutamakan keselamatan kerja
c. Tetap menggunakan alat pelindung diri yang lengkap selama
praktikum berlangsung
3.6.7. Gambar Kerja
3.6.8. Dokumentasi
3.7. JOB VII PEMBOGKARAN
3.7.1. Tujuan
1. Membongkar bekisting dengan benar dan rapi
2. Pembongkaran untuk dipergunakan kembali material yang ada
3. Untuk menjada usia material

3.7.2. Petunjuk Umum dan Keselamatan Kerja


1. Menggunakan alat pelindung diri dengan baik dan benar
2. Berdoa sebelum memulai pekerjaan
3. Mengutamakan keselamatan kerja
4. Menggunakan alat sesuai fungsinya
5. Mengikuti instruksi dari instruktur

3.7.3. Peralatan dan Bahan


1. Palu
2. Linggis

3.7.4. Langkah Kerja


1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan
2. Memulai pembongkaran dari job paling terakhir dikerja yakni bekisting
tangga
3. Melanjutkan pembongkaran job bekisting pelat lantai
4. Melanjutkan pembongkaran bekisting balok scaffolding
5. Melanjutkan pembongkaran bekisting balok konvensional
6. Melanjutkan pembongkaran bekisting kolom tie rod
7. Melanjutkan pembongkaran bekisting kolom konvensional
8. Merapikan peralatan dan bahan bekas praktikum
9. Merapikan lokasi kerja
3.7.5. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum dapat disimpulkan jika pada job
pembongkaran tidak dapat dilakukan secara langsung, harus berurut dari
job paling terakhir dikerjakan untuk mempermudah pembongkaran.

b. Saran
1. Memungut paku yang telah dipakai
2. Menyusun balok, papan sesuai ukuran di satu tempat
3. Menyusun scaffolding dengan rapi
3.7.6. Dokumentasi
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Acuan dan Perancah/Bekisting/Formwork adalah suatu konstruksi pendukung
yang merupakan mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari bentuk konstruksi
beton yang dikehendaki. Acuan Perancah bersifat sementara yang harus kuat dan
kokoh, namun mudah dibongkar agar tidak menimbulkan kerusakan pada beton.
Dalam praktikum kerja acuan dan perancah ada beberapa jenis pekerjaan
praktikum yang dilakukan antara lain, pembuatan perancah kolom konvensional,
perancah kolom tie rod, perancah balok konvensional, perancah balok modern,
perancah plat lantai, dan perancah tangga.
Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat memengaruhi hasil akhir
dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan
kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur
bangunan dan juga dapat memengaruhi keselamatan pekerja.
Dalam melaksanakan praktikum kerja perancah, penggunaan alat dan bahan
haruslah sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing. Penggunaan alat
dengan baik dan benar akan meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.

4.2. Saran
1. Mengutamakan keselamatan kerja dengan mengenakan APD yang lengkap.
2. Senantiasa selalu berkonsentrasi saat melakukan pekerjaan.
3. Sebaiknya selalu mengikuti instruksi yang diberikan oleh instruktur.
4. Selalu dibawah pengawasan instruktur Ketika melakukan praktikum.

Anda mungkin juga menyukai