id
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun oleh :
ESTI LEGSTYANA
I 1109010
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
hidayah , serta karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Komparasi Biaya Pelaksanaan Penggunaan Bekisting Konvensional dan
Bekisting PERI .
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan
wacana dan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi orang lain pada
umumnya.
Atas bantuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak hingga selesainya skripsi
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Segenap Pimpinan Fakultas Teknik Univeritas Sebelas Maret Surakarta.
2. Segenap Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Ir. Suyatno K, MT selaku pembimbing Akademik.
4. Ir. Sugiyarto, MT dan Ir. Delan Soeharto, MT selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberikan arahan dalam menyusun laporan ini.
5. Ir. Suyatno K, MT dan Widi Hartono, ST, MT selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan saran dan masukan dalam menyusun laporan ini.
6. Rekan-rekan mahasiswa program transfer teknik sipil atas kerjasama dan
bantuannya.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pembaca, karena banyak kekurangan yang masih harus diperbaiki.
Kritik dan saran akan penulis terima untuk kesempurnaan tulisan ini.
commit to user
Penulis
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
MOTTO ..................................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
ABSTRACT .............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3. Batasan Masalah ...................................................................................... 4
1.4. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Pada pembangunan RED DOT hotel Yogyakarta salah satu aplikasi teknologi yang
digunakan adalah pada pelaksanaan cetakan beton atau bekisting. Perencanaan sebuah
metode bekisting menjadi sepenuhnya tanggung jawab dari pihak kontraktor sehingga resiko
dalam pekerjaan tersebut sudah pasti harus ditekan serendah mungkin. Pada awalnya, proses
pengecoran beton dilakukan secara konvensional dengan memanfaatkan peralatan dan bahan
yang sederhana dan mudah didapat. Bekisting konvensional adalah suatu sistem bekisting
yang bagian-bagian bekistingnya dibuat dan dipasang in-situ (pada lokasi proyek). Sejalan
dengan semakin berkembangnya dunia konstruksi di indonesia, para pelaku konstruksi
dituntut untuk mencari metode yang lebih baik. Saat ini, proyek-proyek gedung yang berskala
besar semakin populer dengan penggunaan bekisting prafabrikasi yang diproduksi oleh
beberapa produsen tertentu dengan merek yang berbeda. Yang dimaksud dengan bekisting
prafabrikasi adalah suatu sistem bekisting yang bagian-bagian bekistingnya telah dibuat di
tempat fabrikasi dalam jumlah yang banyak sehingga di lapangan hanya tinggal
menggabungkan bagian-bagian tersebut. Salah satu produk bekisting prafabrikasi yang akan
ditinjau adalah metode bekisting sistem PERI
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas dari segi biaya dari dua jenis
bekisting yaitu bekisting konvensional dan bekisting sistem PERI, dan untuk mengetahui
alasan memilih bekisting konvensional atau bekisting sistem PERI untuk konstruksi gedung .
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan perhitungan analisa estimasi biaya pelaksanaan
bekisting konvensional pada proyek pembangunan RED DOT hotel, kemudian hasil
perhitugan dibandingkan dengan estimasi biaya pelaksanaan bekisting sistem PERI yang
digunakan pada pelaksanaan pembangunan proyek RED DOT hotel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proyek RED DOT hotel dikerjakan menggunakan
bekisting sistem PERI biaya pelat permeter persegi sebesar Rp 90.000,00 dengan selisih
biaya Rp 20.471,66 atau sekitar 18,5% lebih murah dari perhitungan menggunakan
perancah kayu yaitu sebesar Rp 110.471,66. Selain dari segi biaya adapun alasan lain, yaitu
hasil pekerjaan lebih rapi, mengurangi limbah konstruksi, dan lebih kuat dan aman. Adapun
pilihan menggunakan bekisting konvensional antara lain : Pelaksanana atau kontraktor
mempunyai ide memanfaatkan limbah bekisting, proyek berada di lokasi yang memiliki
banyak kayu / kayu mudah didapat dan murah.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Skripsi
Komparasi Biaya Pelaksanaan
Penggunaan Bekisting konvensional dan Bekisting Sistem PERI
BAB 1
PENDAHULUAN
pelaku konstruksi dituntut untuk mencari metode yang lebih baik termasuk dalam
memilih jenis cetakan beton. Saat ini, proyek-proyek gedung yang berskala besar
semakin populer dengan penggunaan bekisting prafabrikasi yang diproduksi oleh
beberapa produsen tertentu dengan merek yang berbeda. Yang dimaksud dengan
bekisting prafabrikasi adalah suatu sistem bekisting yang bagian-bagian
bekistingnya telah dibuat di tempat fabrikasi dalam jumlah yang banyak sehingga
di lapangan hanya tinggal menggabungkan bagian-bagian tersebut. Salah satu
produk bekisting prafabrikasi yang akan ditinjau adalah metode bekisting sistem
PERI
Dalam hal penggunaan biaya, Bekisting merupakan komponen biaya yang paling
besar dalam pekerjaan beton pada proyek gedung bertingkat dengan lantai tipikal.
Biaya untuk bekisting berkisar antara 40%-60% dari biaya pekerjaan beton atau
sekitar 10% dari biaya total konstruksi gedung (Sumber: Concrete Bekisting
System, Award S. Hanna). Sebagai dasar pertimbangan pemilihan metode
bekisting harus mengetahui dahulu keunggulan dari masing-masing metode yang
ditawarkan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisa yang dapat dijadikan sebagai
dasar pertimbangan bagi kontraktor dalam menentukan keputusan untuk
pemilihan metode bekisting yang akan digunakan. Hal ini perlu dilakukan agar
pihak kontraktor tidak salah mengambil keputusan, sehingga dapat diambil
kepastian yang efisien dalam pelaksanaan pekerjaaan bangunan.
Kayu bekisting semakin lama semakin sulit untuk didapat. Penyebab utamanya
adalah bahwa sumber bahan baku kayu bekisting yakni hutan semakin terbatas
dan berkurang disamping kebutuhan akan kayu itu sendiri semakin hari semakin
meningkat. Maraknya penebangan liar dan perubahan fungsi lahan menyebabkan
luas hutan berkurang dengan cepat. Dampak lebih serius akibat berkurang dengan
cepatnya hutan adalah pada pemanasan global (Global Warming).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah ini
adalah:
a. Manakah yang lebih hemat biaya, penggunaan bekisting konvensional atau
bekisting sistem PERI?
b. Faktor faktor apa sajakah yang bisa menjadi pertimbangan pelaksana
didalam memilih bekisting konvensional atau bekisting sistem PERI untuk
konstruksi gedung?
Dalam penulisan laporan ini penulis mengidentifikasi masalah yang akan dibahas
yaitu:
a. Gedung yang ditinjau Hotel Red Dot Jl. Laksamana Adi Sucipto, Yogyakarta.
b. Perhitungan yang ditinjau hanya pada struktur plat.
c. Luasan bekisting yang ditinjau per-m2.
d. Perancah bekisting konvensional menggunakan bambu ori.
commit to user
commit to user
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
Yang dimaksud dengan acuan dan perancah adalah konstruksi sementara yang
berfungsi sebagai cetakan atau mal untuk beton cair hingga akhirnya mengeras
menjadi struktur bangunan, sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah
direncanakan. Kemudian acuan dan perancah ini akan dibongkar setelah beton
mencapai cukup umur.
merupakan beban bekisting yang ditahan oleh konstruksi penopang, sedang beban
horisontal merupakan beban yang terjadi akibat beban angin dan pelaksanaan
yang tidak sesuai rencana.
Mengingatkan kepada para perancang dan pihak lain yang erat hubungannya
dengan kegiatan itu agar selalu terus-menerus memperhatikan aspek biaya
bila hendak merancang suatu sistem;
Menghindari adanya rancangan yang berlebihan (overdesign), baik dari segi
kualitas maupun kuantitas;
Memakai pendekatan berdasarkan prinsip optimasi desain.
a. Kuat, dalam hal ini mampu menopang dan mendukung beban-beban yang
terjadi baik sebelum ataupun setelah masa pengecoran beton.
b. Stabil (kokoh), dalam hal ini maksudnya adalah tidak terjadi goyangan dan
geseran yang mampu mengubah bentukan struktur ataupun membahayakan
system bekisting itu sendiri (ambruk).
c. Kaku, terutama pada bekisting kontak sehingga dapat mencegah terjadinya
perubahan dimensi, bunting atau keropos pada struktur beton.
Yang dimaksud dengan bekisting tradisional adalah bekisting yang setiap kali
setelah dilepas dan dibongkar menjadi bagian-bagian dasar, dapat disusun
kembali menjadi sebuah bentuk lain. Penggunaannya masih banyak
ditemukan di bangunan, dimana kayu papan dan kayu balok dikerjakan di
tempat oleh orang-orang ahli. Digunakan hanya beberapa kali saja, untuk
bentuk-bentuk yang rumit harus banyak diadakan penggergajian.
2. Bekisting setengah sistem
Yang dimaksud dengan bekisting setengah sistem adalah satuan-satuan
bekistingyang lebih besar, yang direncanakan untuk sebuah obyek tertentu.
Untuk ini mereka pada prinsipnya digunakan untuk berulang kali dalam
bentuk tidak diubah. Penggunaanya dirancang untuk satu proyek, yang
ukuran-ukurannya disesuaikan pada bentuk beton bersangkutan. Biasanya
bekisting setengah sistem terdiri dari elemen-elemen yang lebih besar, yang
dibuat oleh pihak pemborong atau dilever oleh pengusaha pabrik. Persyaratan
untuk digunakannya bekisting setengah sistem adalah adanya kemungkinan
yang cukup bagi pengulangan dalam pekerjaan.
3. Bekisting sistem
Yang dimaksud dengan bekisting sistem adalah elemen-elemen bekisting
yang dibuat dipabrik, sebagian besar komponen-komponen yang terbuat dari
baja. Bekisting sistem dimaksudkan untuk penggunaan berulang kali. Ini
berarti bahwa tipe bekisting ini dapat digunakan untuk sejumlah pekerjaan.
Bekisting sistem dapat pula disewa dari penyalur alat-alat bekisting. Contoh :
bekisting untuk panel terowongan, bekisting untuk beton pre-cast.
James M Antil, Paul W.S Ryan (1982 : 213) penggunaan yang berulang dari
bekisting ditujukan untuk mencapai nilai ekonomis maksimum dari material.
Panel-panel bekisting sebaiknya dirancang agar mudah dipasang, dibongkar dan
diperkuat sehingga keuntungan maksimum dapat diperoleh tanpa mengeluarkan
banyak biaya perbaikan.
commit to user
Sebuah bekisting konvensional dengan balok-balok, yang disusun dari kayu balok
dan kayu papan, ditopang oleh stempel-stempel baja, mempunyai sekitar 80 mm
ketebalan kayu, berikut penjepit, pengokoh, dan sekur. Dalam hal ini semua
bagian dihitung balik dalam ketebalan mm per m2. Sekitar 35 mm adalah kayu
papan dan 45 mm kayu balok.
Dari grafik perbandingan dapat dilihat perbandingan yang besar dalam biaya
material untuk berbagai bekisting tergantung dari metode dan jumlah kali
pemakaian yang harus diberlakukan pada suatu pekerjaan yang dilakukan
berulang kali. Untuk pekerjaan struktur yang sederhana, dengan bentuk struktur
relatif sama (tipikal), maka dapat diambil acuan sebagai berikut :
a. Jika banyaknya kurang dari 6000 m2, yang paling ekonomis adalah metode
konvensional.
b. Jika banyaknya lebih besar dari 6000 m2, metode yang paling ekonomis
adalah metode setengah sistem
c. Bekisting sistem akan selalu merupakan metode yang paling mahal.
commit to user
2.3.1. Kayu
Penggunaan kayu sebagai material bekisting diatur ketentuan dan ketentuan dan
persyaratanya dalam Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI). Dalam
peraturan PPKI ini jenis-jenis kayu diklasifikasikan berdasarkan berat jenis,
kekuatan tekan mutlaknya menjadi 5 ( lima) kelas.
Tabel 2.1 Klasifikasi kayu di Indonesia
No Kelas kuat Berat jenis Kuat lentur Kuat tekan
kering udara mutlak mutlak
(gr/cm3) (kg/cm2) (kg/cm2)
1 I > 0,9 > 1100 > 650
2 II 0,90 0,60 1100 725 650 425
3 III 0,60 0,40 725 500 425 300
4 IV 0,40 0,30 500 - 360 300 - 215
5 V < 0,30 < 360 < 215
Sumber : PPKI Tahun 1961
Sebagai dasar perhitungan kekuatan kayu dalam analisa perencanaan bekisting ini
yang ditinjau adalah properti tegangan-teganagan ijin serta modulus elastisitas
dari material kayu yang akan digunakan tersebut.
commit to user
2.3.2. Multiplek
Triplek terdiri sejumlah lapisan kayu finer yang direkatkan bersilang satu di atas
yang lain. Pada umumnya lapisan-lapisan finer dikupas dari sebatang kayu bulat;
finer yang ditusuk akan memperhatikan retakan-retakan kecil di permukaannya.
Ketebalan satu lapisan finer berkisar antara 1,5 2,5 hingga 3 mm. setiap lapis
finer dari satu plat tidak harus sama tebal dan dari jenis kayu yang sama.
Dalam penggunaannya sebagai material kontak, lapisan terluar daripada triplek ini
harus terbuat dari kualitas kayu yang lebih baik daripada lapisan yang ada
didalamnya dan yang paling utama adalah tahan lama serta tahan aus.
Penopang dapat dibagi dalam beberapa kelompok utama, antara lain yaitu :
1) Stempel kayu (penopang dari kayu)
Stempel dari kayu gergajian, kayu bulat dan kayu yang diberi kekuatan,
sudah digunakan sejak dahulu sebagai alat penopang pada bekisting. Tetapi
dalam tahun-tahun terakhir ini penggunaannya semakin berkirang. Karena
muncul bebagai macam material yang tidak memerlukan terlampau banyak
penanganan namun dengan kemungkinan penyetelan yang sangat luas.
2) Stempel baja
Pada beban-beban yang lebih besar, stempel baja tetap menarik untuk
dijadikan pilihan sebagai penompang. Sekalipun harganya relatif mahal.
Sebaliknya material untuk stempel ini digunakan dalam bentuk profil.
Dikombinasikan dengan penyangga dan balok-balok atas dari baja maka
terbentuklah pemikul.
3) Steger pipa dari baja
Komponen-komponen untuk membuat sebuah steger pipa baja terdiri dari
bagian yang ringan dengan bantuan perangkai-perangkai dapat dihubungkan
satu sama lain dengan cara sederhana. Profil baja yang diperlukan adalah
pipa yang dilas tumpul dengan garis tengah sebesar 48,3 mm, ketebalanya
3,6 kg/m. pipa steger dapat diperoleh dalam ukuran panjang 1-1.5,2,3,4, dan
6 m. dengan beban yang diijinkan untuk satu tiang bervariasi antara 5
sampai 40 kN. Meskipun pendirian sebuah penopang dari steger pipa
mememrlukan banyak pengerjaan, namun material ini bisa sangat menarik
untuk sebuah bekisting. Karena dengan steger pipa dapat disususn
konstruksi-konstruksi yang paling rumit sekalipun.
4) Steger sistem dari baja
Dibandingkan dengan steger pipa dari baja, steger sistem ini mempunyai
kelebihan sebagai berikut:
Tidak begitu banyak memerlukan pengerjaaan.
Tidak memerlukan tenaga ahli.
Komponennya lebih sedikit.
commit tosudah
Menara-menara yang dibangun user mempunyai stabilitas sendiri.
Beban yang diijinkan untuk setiap kuda-kuda adalah 50-100 kN. Tergantung
dari sistem yag digunakan dan pemendekan tekukan. Sedangkan beban yang
diijinkan untuk menara adalah 160-200 kN. Menara-menara dirangkai
membentuk penampang segitiga, segiempat, atau persegi panjang. Untuk
sambungan kuda-kuda dan menara digunakan alat-alat sambung sistem
khusus sehingga dapat menghemat waktu pemasangannya.
5) Stempel sekrup
Digunakan untuk beban-beban yang agak ringan, daya dukungnya adalah 5-
20 kN. Sisi bawah dari stempel sekrup ini dilengkapi dengan sebuah pelat
kaki beserta lubang-lubangcommit
untuk topaku.
user Bagian atasnya dilengkapi oleh
sebuah garpu yang dapat menyangga satu atau dua buah balok. Adapula
stempel-stempel khusus yang dilengkapi dengan pelat-pelat kaki dan pelat
puncak yang dapat berputar, dan dapat menahan gaya tarik maupun tekan.
6) Stempel konstruksi
Digunakan pada beban-beban yang sangat berat. Stempel konstruksi terdiri
dari beberapa elemen standar yang panjangnya berbeda-beda, yang
dirangkaikan satu sama lain dengan pasak atau baut. Pengaturan ketinggian
dilakukan oleh kepala dan kaki yang dapat diatur. Daya dukung yang
dimiliki oleh jenis stempel ini bervariasi, yaitu antara 140-350 kN.
Material pemikul digunakan untuk menahan beban horisontal seperti lantai dan
balok, dan untuk bidang vertikal seperti dinding. Dimana pemikul-pemikul ini
terbentuk dari komponen yang ringan dan dapat dirangkai, dipasang, dan dilepas
dengan mudah. Berdasarkan konstruksinya, pemikul bekisting dibagi menjadi 2
(dua) yaitu :
a. Pemikul yang dapat digeser terdiri dari satuan-satuan yang berukuran
pendek dan ringan, terbuat dari bahan baja atau kayu, biasanya berbentuk
kisi atau rangka. Pemikul kayu dengan bentuk 4,35 m, dengan bantuan
pengikat-pengikat dari baja dan pasak-pasak kayu. Bobot dari satu pemikul
adalah 7 (tujuh) sampai 9 (sembilan) kg/m.
b. Pemikul tersusun
Dengan menambahkan batang-batang tarik pada bentuk kuda-kuda yang
dipilih, pemikul-pemikul ini dapat menyerap beban yang cukup besar,
dengan momen yang diijinkan adalah antara 60-1500 kNm. Jenis pemikul
ini terdiri dari beberapa elemen standar yang berbentuk rangka yang dapat
disusun dengan berbagai kepanjangan dan daya pikul.
Untuk menghitung jarak antar balok anak, jarak antar balok melintang, dan jarak
antar perancah menggunakan rumus :
s
M
(2.1)
W lt
Dimana : M = momen akibat beban bekisting kontak (kgm)
W = momen perlawanan (m3)
__
Diperoleh dari tabel PKKI 1961 halaman 6. Menurut PKKI 1961, harga tegangan
ijin dalam daftar PKKI 1961 adalah untuk pembebanan pada konstruksi yang
bersifat tetap dan permanen serta untuk konstruksi yang terlindung, sehingga
harga tegangan ijin tersebut masih harus dikalikan dengan faktor reduksi :
- Untuk konstruksi tidak terlindung = 5/6
- Untuk pembebanan yang bersifat sementara =5/4
Dari pertidaksamaan (2.1) dan persamaan (2.2), akan didapatkan jarak antar balok
anak yaitu dengan pertidaksamaan :
1 2
qL __
8 s (2.4)
W lt
__
8s W
L lt (2.5)
q
Dimana : W = momen perlawanan (m3)
L = jarak antar balok anak (m)
q = beban total dari bekisting kontak tiap meter (kg/m)
__
R mak s = s A (2.9)
tk
dimana : Rmaks = reaksi perletakan pada tumpuan yang diijinkan
__
tegangan tekan diatas harus diperiksa terhadap tegangan ijin tekan (tekuk)
panjang perancah yang digunakan Lk
kontrol arah sumbu
x = 3.5 x Lk/h (2.12)
y = 3.5 x Lk/b (2.13)
syarat jika < 150 maka dipakai penahan lateral tekuk
dimana : Lk = panjang tekuk (m)
h,b = dimensi perancah (m)
(R.Segel, dkk, 1994 : 58)
commit to user
BAB 3
METODE PENELITIAN
Data yang diperoleh dari penelitian yang menggambarkan suatu kondisi proyek
tertentu disusun rapi dan dianalisis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis dan deskriptif. Analisis berarti data yang sudah ada diolah
sedemikian rupa sehingga menghasilkan hasil akhir yang dapat disimpulkan.
Deskriptif maksudnya memaparkan masalah-masalah yang sudah ada atau
tampak.
Tahapan dalam analisis data merupakan urutan langkah yang dilaksanakan secara
sistematis dan logis sesuai dasar teori permasalahan sehingga didapat analisis
yang akurat untuk mencapai tujuan penulisan. Adapun tahap dan prosedur
penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
commit to user
commit to user
Mulai
Persiapan :
Merumuskan masalah
Menentukan tujuan penelitian Tahap I
Survey Pustaka :
Laporan progres dan gambar proyek
Studi literatur
Tahap II
Tahap IV
Pembahasan
Tahap V
Kesimpulan
Selesai
commit
Gambar 3.1. to user
Diagram Alir Penelitian
BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN
2. Data sekunder
Tabel 4.1 Data struktur pelat
No Uraian Keterangan
1 Pelat Beton bertulang
2 Tebal pelat 12 cm = 0,12 m
3 Tinggi antar lantai 3,4 m
4 Jumlah lantai 7
5 Volume pekerjaan pelat 1 lantai 461,96m3
6 Berat jenis beton bertulang 2400 kg/m3
7 Beban kerja 150 kg/m2
commit to user
Dalam penelitian ini kayu yang digunakan adalah kayu mahoni sebagai lapisan
inti multiplex disamping kayu jati dan bambu petung. Uji karakteristik meliputi
berat jenis, kuat tekan, kuat tarik dan kuat lentur balok utuh dimensi 5/5 dengan
panjang 20cm untuk kuat tekan, 2,5/3 dengan panjang 50cm untuk kuat tarik dan
2,5/2,5 panjang 40cm untuk kuat lentur. Pengujian kuat lentur dan modulus elastis
pada multiplex dengan dimensi 5/7 panjang 100cm. Dari hasil pengujian
karakteristik bahan diperoleh sebagai berikut, berat jenis bambu 0,135 gr/cm,
kayu jati 0,705 gr/cm dan kayu mahoni 0,631 gr/cm, untuk kuat tekan bambu
diperoleh sebesar131,69 kg/cm2, kayu jati 423,85 kg/cm2, kayu mahoni 329,48
kg/cm2. Sementara untuk kuat tarik bambu sebesar 903,4 kg/cm2, kayu jati
442,18 kg/cm2, kayu mahoni 177,73 kg/cm2 dan untuk kuat lentur masing-
masing didapatkan untuk bambu 414,54 kg/cm2, kayu jati 512,18 kg/cm2 dan
kayu mahoni 329,49 kg/cm2. Kuat lentur rata-rata untuk multiplex sebesar
728,735 kg/cm2 dan untuk modulus elasti multiplex sebesar 602105,37 MPa.
materi referensi: http://sipilums.ac.id/index.php?option=c
dari kutipan hasil penelitian diatas yang menyebutkan kuat lentur rata-rata
multiplex sebesar 728,735 kg/cm2 bisa disimpulkan multiplex termasuk kuat kelas
III pada Tabel 2.1 halaman 15.
commit to user
Bekisting harus dianalisa agar mampu menahan beban yang diinginkan, serta
untuk mengetahui jarak masing masing bagian yang berguna untuk mencari
kebutuhan akan bekisting tersebut.
Beban beton = Bjbeton x tbeton x bmultiplex = 2400 x 0,12 x 1,2 = 345,6 kg/m
Beban kerja = Beban kerja x bmultiplex = 150 x 1,2 = 180 kg/m
Beban multiplex= Bjmultiplex x tmultiplex x bmultiplex = 500 x 0,016 x 1,2 = 9,6 kg/m
Jumlah beban merata pada multiplex tiap 1,2 m (q) = 535,2 kg/m
__
s
M
W lt
M = 1/8 qL2
= 1/8 x 535,2 x L2
= 66,9 L2
W = 1/6 b h2
= 1/6 x 1,2 x 0,0162
= 5,12 x 10-5 m3
Untuk semua tegangan-tegangan yang dipakai adalah tegangan ijin yang telah
dikalikan dengan faktor-faktor pengaruh keadaan konstruksi () dan sifat muatan
().
__
s lt =s
lt
xb xg
L 0,773245 m
2.5 qL4
f =
384 EI
Dan disyaratkan untuk defleksi maksimal adalah :
L
f maks =
400
Jadi,
2.5 qL4 L
384 EI 400
384EI
L3
400 X 2,5Xq
Dari perhitungan diatas jarak antara balok anak dapat digunakan sebesar 0,6 m.
untuk memastikan perhitungan yang dilakukan benar maka dilakukan kontrol
reaksi perletakan dan kontrol gaya lintang.
Reaksi perletakan yang timbul dari papan bekisting (lebar 1,2 m) diatas bagian
balok anak (lebar 0,05) adalah :
__
s tk ^
=
s tk ^ xx
= 15 x 104 x 5/6 x 5/4
= 156250 kg/m2
Rmaks =s ^
tk x Abid ltk
= 156250 x 0,06
= 9375 kg commit to user
Reaksi tumpuan terbesar yang terjadi dari tiga tumpuan atau lebih terletak pada
tumpuan kedua dari pinggir yaitu sebesar :
R = 9/8 x q x L
= 9/8 x 535,2 x 0,6
= 361,26 kg
3 Vmak s
t=
2 A
=xx
= 8 x 104 x 5/6 x 5/4
= 83333.33 kg/m2
Amultiplex = b x h
= 1,2 x 0,016
= 2,88 m2
3 Vmaks
83333.33 =
2 2,88
Vmaks = 160000 kg
Gaya lintang terbesar pada perletakan atau lebih terletak pada tumpuan kedua dari
ujung sebesar :
V = 5/8 x q x L
= 5/8 x 535,2 x 0,6
= 200,7 kg
L=?
Beban terbagi rata diatas balok anak per 0,6 m jarak balok anak adalah :
Beban beton = Bjbeton x tbeton x jarak = 2400 x 0,12 x 0,6 = 172,8 kg/m
Beban kerja = Beban kerja x jarak = 150 x 0,6 = 90 kg/m
Beban multiplex= Bjmultiplex x tmultiplex x jarak = 500 x 0,016 x 0,6 = 4,8 kg/m
Berat sendiri = Bjbalok ank x tbalok ank x bbalok ank= 790 x 0,07 x 0,05 = 2,765 kg/m
Jumlah beban merata tiap 0,6 m jarak balok anak (q) = 270,365 kg/m
__
s
M
W lt
M = 1/8 qL2
= 1/8 x 270,365 x L2
= 33,796 L2
W = 1/6 b h2
= 1/6 x 0,05 x 0,072
= 4,083 x 10-5 m3
__
s lt = s lt xb xg
L 1,122 m
384x10 9 x1,429x10 -6
L3
400 x2,5x 270,365
L 1,2705 m
Dari perhitungan diatas jarak antara balok melintang dapat digunakan sebesar 1
m. untuk memastikan perhitungan yang dilakukan benar maka dilakukan kontrol
reaksi perletakan dan kontrol gaya lintang.
Reaksi perletakan yang timbul dari balok anak (lebar 0,05 m) diatas bagian balok
melintang (lebar 0,05) adalah :
__
s tk ^
=
s tk ^ xx
= 25 x 104 x 5/6 x 5/4
= 260416,67 kg/m2
= 0,05 x 0,05
= 0,0025 m2
3 Vmak s
t=
2 A
=xx
= 12 x 104 x 5/6 x 5/4
= 125000 kg/m2
Abalok anak = b x h
= 0,05 x 0,07
= 0,0035 m2
3 Vmaks
125000 =
2 0,0035
Vmaks = 291,67 kg
Gaya lintang terbesar pada perletakan atau lebih terletak pada tumpuan kedua dari
ujung sebesar :
V = 5/8 x q x L
= 5/8 x 270,365 x 1
= 168,978 kg
commit to user
L= ?
Gambar 4.3 Penempatan Perancah
Beban terbagi rata diatas balok melintang per 1 m jarak balok melintang adalah :
Beban beton = Bjbeton x tbeton x jarak = 2400 x 0,12 x 1 = 288 kg/m
Beban kerja = Beban kerja x jarak = 150 x 1 = 150 kg/m
Beban multiplex= Bjmultiplex x tmultiplex x jarak = 500 x 0,016 x 1 =8 kg/m
Berat balok anak= Bj balok ank x tbalok ank x jarak = 790 x 0,07 x 1 = 55,3 kg/m
Berat sendiri = Bjb mlintang x tb mlintang x bb mlintang = 790 x 0,07 x 0,05 = 2,765 kg/m
Jumlah beban merata tiap 0,6 m jarak balok anak (q) = 504,065 kg/m
commit to user
__
s
M
W lt
M = 1/8 qL2
= 1/8 x 504,065 x L2
= 63,008 L2
W = 1/6 b h2
= 1/6 x 0,05 x 0,072
= 4,083 x 10-5 m3
__
s lt =s
lt
xb xg
384x109 x1,429x10 -6
L3
400x 2,5x504,065 commit to user
L 1,0287 m
Dari perhitungan diatas jarak antara perancah dapat digunakan sebesar 0,8 m.
untuk memastikan perhitungan yang dilakukan benar maka dilakukan kontrol
reaksi perletakan dan kontrol gaya lintang.
Reaksi perletakan yang timbul dari balok melintang (lebar 0,05 m) diatas bagian
perancah bambu (diameter 0,08) adalah :
__
s tk ^
=
s tk ^ xx
= 25 x 104 x 5/6 x 5/4
= 260416,67 kg/m2
Rmaks =s ^
tk x Abid ltk
= 260416,67 x 0,004
= 1041,67 kg
Reaksi tumpuan terbesar yang terjadi dari tiga tumpuan atau lebih terletak pada
tumpuan kedua dari pinggir yaitu sebesar :
R = 9/8 x q x L
= 9/8 x 504,065 x 0,8
= 453,6585 kg
3 Vmak s
t=
2 A
commit to user
=xx
Abalok =bxh
= 0,05 x 0,07
= 0,0035 m2
3 Vmaks
125000 =
2 0,0035
Vmaks = 291,67 kg
Gaya lintang terbesar pada perletakan atau lebih terletak pada tumpuan kedua dari
ujung sebesar :
V = 5/8 x q x L
= 5/8 x 504,065 x 0,8
= 252,0325 kg
f. Kontrol Perancah
= 453,6585/0,005
= 90252,49094 kg/m2
tegangan tekan diatas harus diperiksa terhadap tegangan ijin tekan (tekuk)
panjang perancah yang digunakan Lk =3,4 m
Untuk perancah bambu : x = y
= 4 x Lk/h
= 4 x 3,4/0,08
= 170 commit to user
aman digunakan.
commit to user
B
5800
A A
2700
1
2
Keterangan :
1. Multiplex
2. Balok anak
3. Balok melintang
4. Perancah
5. Penahan tekuk
Gambar 4.5 commit to A-A
Potongan user bekisting konvensional
2 3
Keterangan :
1. Multiplex
2. Balok anak
3. Balok melintang
4. Perancah
5. Penahan tekuk
commit to user
5800
A A
Gambar 4.7 Penempatan balok suri, girder GT-24, dan cross brace
commit to user
1 2
Keterangan :
1. Plywood
2. Balok suri
3. Peri girder GT-24
4. Head jack
5. Ladder frame
6. Main frame
7. Base jack
Gambar 4.8 Potongan A-A bekisting peri
commit to user
1 2
3
Keterangan :
1. Plywood
2. Balok suri
3. Peri girder GT-24
4. Head jack
5. Ladder frame
6. Cross brace
7. Main frame
8. Base jack
commit to user
Dalam pembahasan ini akan dihitung besarnya pembuatan pelat beton yang akan
dipengaruhi oleh biaya bekisting dan perancah akibat adanya rencana
pengulangan penggunaan.
Metode estimasi penggunaan bekisting dihitung mengikuti cara pada buku
understanding Tendering dan Estimating A A Kwakye (1994 : 128) dengan cara
biaya kebutuhan perancah dijumlahkan dengan acuan dan kerusakan pada saat
bongkar yang terbuang 7,5 % dari jumlah harga keseluruhan perancah. Kemudian
dibagi pengulangan pemakaian perancah.
commit
Gambar 4.10 Metode to user Bekisting Perancah Kayu
Pengulangan
Tabel 4.4 Harga pembuatan 1m2 bekisting pelat lantai pengulangan 4 kali.
HARGA REKAP
SATUAN UPAH KEBUTUHAN BAHAN
URAIAN PEKERJAAN (Rp) (Rp) BAHAN (Rp) (Rp)
15,66 m2 BEKISTING DAN PERANCAH KAYU PELAT LANTAI.
0,021 m3 Balok Anak 3000000 63000
3
0,0385 m Balok Melintang 3000000 115500
18 batang bambu 10000 180000
3
0,0958 m Papan Penahan Tekuk 3525000 337695
JUMLAH 696195
7,5% kerusakan pembongkaran 696195 52214,63
JUMLAH KAYU 748409,63
pemakaian ulang 4x 748409,63 (748409,63/4) 187102,41
7 Lembar multiplex 172000 1.204.000,00 1204000,00
4 kg Paku 11000 44000 44000,00
4 Tukang Kayu 33000 132000
0,5 Kepala Tukang Kayu 36000 18000
4 Pekerja 27500 110000
0,1 Mandor 37000 3700
JUMLAH 263700 1435102,41
JUMLAH UPAH DAN BAHAN 1698802,41
2
1m BEKISTING PELAT BETON 108480,36
Tabel 4.5 Harga pembuatan 1m2 bekisting pelat lantai pengulangan 3 kali.
HARGA REKAP
SATUAN UPAH KEBUTUHAN BAHAN
URAIAN PEKERJAAN (Rp) (Rp) BAHAN (Rp) (Rp)
2
15,66 m BEKISTING DAN PERANCAH KAYU PELAT LANTAI.
0,021 m3 Balok Anak 3000000 63000
3
0,0385 m Balok Melintang 3000000 115500
18 batang bambu 10000 180000
3
0,0958 m Papan Penahan Tekuk 3525000 337695
JUMLAH 696195
7,5% kerusakan pembongkaran 696195 52214,63
JUMLAH KAYU 748409,63,63
pemakaian ulang 3x commit to user
748409,63 (748409,63,63/3) 249469,88
Rata rata biaya bekisting pelat permeter persegi untuk pembangunan proyek
RED DOT hotel secara konvensional sekitar (Rp 108.480,36 + Rp 112.462,95) : 2
= Rp 110.471,66
Harga yang ditawarkan kepada pelaksana proyek RED DOT hotel pada
penggunaan bekisting sistem PERI permeter persegi Rp 90.000,00. Pelaksanaan
pemasangan bekisting dibagi menjadi 3 zona pemasangan kemudian digunakan
lagi pada zona berikutnya. Tiap zona dikerjakan selama 7 hari mulai dari fabrikasi
bekisting, tulangan hingga pengecoran yang dimulai dari zona 1, kemudian zona
2, baru zona 3. Sedangkan zona 4 menggunakan pembonggkaran bekisting zona
pertama.
Tabel 4.6 Harga 1m2 bekisting pelat lantai pelaksanaan proyek RED DOT hotel.
Uraian Pekerjaan Keterangan Rekap Upah & Bahan
10 Lembar plywood 90 x 180 cm 3x pemakaian
12 Balok suri 6/12 3x pengulangan
2 Girder GT-24 3x pengulangan
Scaffolding 3x pengulangan
3 Main frame
4 Cross brace
8 Tukang
commit to user
0,1 mandor
1m2 bekisting pelat beton Rp 90.000,00
2
Jumlah Upah dan Bahan 15,66 m Rp 1.409.400,00
1 2
F. Wigbout (1997 : 373) faktor faktor berikut merupakan hal hal yang
menguntungkan elemen elemen prefab :
a) Masa pembangunan yang lebih pendek
commit
b) Penguasaan kualitas yang lebih baik to user
Dari perhitungan perhitungan yang telah dilakukan maka dapat dikatakan bahwa
dalam pembuatan pelat beton dengan bekisting yang terdiri dari :
- Papan bekisting kotak dengan multiplex, kelas kuat III, berdimensi 120 x 240
cm dengan tebal 16 mm.
- Balok anak dengan kayu borneo super, kelas kuat II, berdimensi 5/7 cm2 ,
berjarak 0,6 m.
- Balok melintang dengan kayu borneo super, kelas kuat II, berdimensi 5/7 cm2
, berjarak 1 m.
- Perancah dengan kayu bambu ori, berdimensi 8 cm2 , berjarak 0,8 m.
Penggunaan perancah kayu yang memiliki kuat kelas tinggi akan dapat dipakai
berulang kali, dengan demikian kayu tersebut dapat direncanakan dipakai
sebanyak 4 kali dan 3 kali.
commit to user
Selisih antara biaya pembuatan bekisting pelat per m2 pemakaian ulang perancah
kayu dengan bekisting sistem PERI pada proyek RED DOT hotel sebesar :
Rp 110.471,66 Rp 90.000,00 = Rp 20.471,66 atau sekitar :
Rp20.471,66
x 100% = 18,5%
Rp110.471,66
Salah satu alasan pelaksanaan RED DOT hotel menggunakan sistem PERI adalah
lebih hemat. Selain itu dari segi biaya adapun alasan lain, antara lain :
1. Hasil pekerjaan lebih rapi
2. Mengurangi limbah konstruksi
3. Lebih kuat dan aman
commit to user
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a) Jika proyek RED DOT hotel dikerjakan menggunakan bekisting sistem PERI biaya
pelat permeter persegi sebesar Rp 90.000,00 dengan selisih biaya Rp 20.471,66 atau
sekitar 18,5% lebih murah dari perhitungan menggunakan perancah kayu yaitu rata
- rata sebesar Rp 110.471,66. Menilai hal tersebut maka salah satu alasan pelaksana
menggunakan jasa sub.kontraktor yang menggunakan sistem PERI untuk
pelaksanaan bekistingnya.
b) Selain itu dari segi biaya adapun alasan lain, yaitu hasil pekerjaan lebih rapi,
mengurangi limbah konstruksi, dan lebih kuat dan aman. Adapun pilihan
menggunakan bekisting konvensional antara lain : Pelaksanana atau kontraktor
mempunyai ide memanfaatkan limbah bekisting, proyek berada di lokasi yang
memiliki banyak kayu / kayu mudah didapat dan murah.
5.2. Saran
Pada penulisan ini masih banyak sekali kekurangan yang menjadikan tulisan ini
jauh dari sempurna, maka perlu beberapa hal untuk tindak lanjutnya antara lain :
1. Sebaiknya perhitungan bekisting didasarkan pada semua pekerjaan struktur
beton yang terdapat pada proyek RED DOT hotel.
2. Estimasi tingkat kerusakan bahan perancah dengan memperhatikan struktur
sambungan, sehingga kerusakan dapat diminimalkan.
commit to user
57