2 PEKERJAAN BETON
A. BAHAN-BAHAN
B. Semen
Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan harus Portland Cement, harus
produksi dalam negeri dan sesuai dengan PBI - NI - 2. Pemborong harus menyediakan
contoh semen apabila diminta oleh PPTK, keduanya yaitu contoh dari gudang
pemborong di lapangan dan dari pabrik, atau Pemborong harus menguji semennya
menurut PBI 1971 (NI-2).
Portland Cement yang disimpan dalam gudang lapangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyimpanan, bilamana Portland Cement telah mengeras, maka tidak
boleh dipakai untuk campuran.
C. Bahan Batuan
Bahan batuan untuk beton dan adukan harus memenuhi Pasal standar Nasional
Indonesia NI-2.
i. Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir. Penam bahan lain seperti pasir
dari batu pecah akan diijinkan, apabila menurut pendapat PPTK, pasir yang ada
tidak memenuhi gradasinya. Kandungan maximum terhadap lempung lanau dan
debu tidak boleh lebih dari 3% perbandingan berat.
ii. Bahan batuan (kerikil) harus memenuhi persyaratan dan bergradasi baik dengan
diameter maksimum tergantung dari klas betonnya. Kerikil harus dari batu pecahan.
Apabila test abrasi dibutuhkan PPTK, maka Pemborong harus melakukannya.
Bahan batuan untuk beton tahan abrasi harus berberat jenis 2,6 dan nilai tahan abrasi
harus berberat jenis 2,6 dan nilai tanah aus kurang dari 15% apabila diuji menurut PBI
1971.
D. Air
Air yang dipakai untuk membuat, merawat beton dan membuat adukan harus dari
sumber yang disetujui oleh PPTK dan memenuhi Pasal 9 Standar Nasional Indonesia
PUBI.
E. Zat Tambahan
Beton dan adukan harus dibuat dari semen, pasir, kerikil dan air sebagaimana
ditentukan. tidak boleh ada campuran bahan-bahan lain dengan beton atau adukan tanpa
persetujuan PPTK. Pemborong boleh memakai zat pelambat untuk memudahkan
persiapan pembuatan sambung-an-sambungan cor, bagaimana susunannya zat pelambat
F. Tulangan
Tulangan baja untuk beton harus batang baja lunak yang bukat dan polos, digilas
panas, sesuai dengan PBI 1971 seperti ditunjukkan dalam gambar-gambar. Untuk tiap-
tiap pengiriman batang baja lunak yang dise-rahkan ke tempat pekerjaan, Pemborong
harus menyediakan untuk tiap-tiap pembuatan kepada PPTK suatu hasil pemeriksaan
dari laboratorium yang disetujui oleh PPTK.
Untuk tiap-tiap kiriman tulangan anyaman baja yang dikirim ke tempat pekerjaan,
Tulangan pada waktu pengecoran beton harus bersih dan bebas dari kerusakan, sisik
gilingan yang lepas dan karat lepas. Batang-batang baja yang telah menjadi bengkok,
tidak boleh diluruskan, atau dibengkokkan lagi untuk dipakai di pekerjakan tanpa
persetujuan PPTK.
K. Pekerjaan Permukaan
Untuk penyelesaian permukaan beton dibedakan dua jenis, sebagaimana diuraikan
berikut :
i. Penyelesaian kasar
Penyelesaian kasar adalah penyelesaian yang dihasilkan oleh cor yang
menggunakan cetakan dari kayu yang digergaji baik dan disambung-sambung
dengan tanjam dan siku-siku.
Permukaan beton yang diacu dengan penyelesaian kasar, harus teratur bebas dari
tonjolan tapi tetap agak kasar dan dengan tanda-tanda dari sambungan, mata-mata
kayu masih tampak.
Permukaan beton yang tanpa acuan dan ditentukan dengan penyelesaian kasar,
harus digaruk rata dengan kayu lis tetapi dengan mutu yang sama seperti muka
beton yang diacu dan dengan penyelesaian kasar.
N. Perbandingan Campuran
Harus menentukan perbandingan bahan untuk beton sesuai dengan kelasnya
sampai mendapat persetujuan PPTK. Penentuan perbandingan di atas harus sesuai
dengan petunjuk Standar National Indonesia PBI 71, NI-2.
P. Pengujian Beton
Pemborong harus melaksanakan pengujian beton menurut prosedur yang
digariskan dalam Standar Nasional Indonesia, NI-2, PBI 1971.
Pemborong harus mengambil contoh beton untuk test kubus dari campuran dari
percobaan dan dari tempat penuangan beton pada pekerjaan kemudian dirawat
seperlunya dan menyerahkan kepada Laboratorium yang disetujui untuk diadakan
pengujian sesuai diperintahkan.
Kubus-kubus harus dibuat dalam cetakan 15 cm x 15 cm x 15 cm seperti
disyaratkan dalam Standar Nasional Indonesia, NI-2, PBI 1971.
Pemborong harus menjaga untuk menghindari kerusakan pada kubus-kubus uji
sepanjang tahap pengujian.
Selama pengecoran Pemborong harus selalu melakukan Slump Test pada saat
memulai pengukuran. Test-test itu harus dilakukan berdasar Standar Nasional
Indonesia, NI-2, PBI 1971. Kecuali ditentukan lain maka hasil test harus sesuai dengan
tabel 4.4.1 dari Standar Nasional Indonesia, NI-2, PBI 1971.
Pemborong harus pasti bahwa untuk tiap test dibuat laporan, yang menjelaskan
hasil-hasil tersebut dalam satuan metrik. Pemborong diwajibkan membuat laporan itu
dengan format yang disetujui PPTK dan penyerahannya
Dilakukan dalam rangkap 3, tidak lebih dari 3 hari setelah test itu dilaksanakan.
Pemborong harus juga menyerahkan laporan tekanan udara, temperatur beton dan
bahan beton untuk mendapat persetujuan dari PPTK. Pemborong harus menyediakan
peralatan dan tenaga di lapangan untuk melaksanakan percobaan kubus, slump dan juga
pencatat temperatur.
S. Sambungan Cor
Penjelasan dan kedudukan dari tempat sambungan-sambungan cor harus
diserahkan kepada PPTK untuk mendapat persetujuan sebelum mulai dengan
pengecoran.
Tempat sambungan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pengaruh dari
penyusutan dan suhu sangat diperkecil. Dimana pekerjaan beton panjang atau luas dan
menurut PPTK pelaksanaannya lebih praktis.
Pemborong harus mengatur rencana pelaksanaan sedemikian rupa, sehingga
sebelum beton baru dicorkan menyambung yang lama, beton sudah berumur 4 minggu.
Sambungan cor harus rapat air, dan harus dibentuk dalam garis-garis lurus dengan
acuan yang kaku tegak lurus pada garis tegangan pokok dan sejauh mungkin dapat
dilaksanakan, pada tempat gaya lintang/geser yang terkecil. Sambungan itu merupakan
jenis pertemuan biasa, kecuali jika jenis lain dikehendaki oleh PPTK. Sebelum beton
yang baru dibersihkan dari batuan di atas seluruh penampangnya dan meninggalkan
permukaan kasar yang bersih serta bebas dari buih semen.
Ukuran vertikal dari beton yang dituangkan pada satu kali pengecoran harus tidak
lebih dari 1,0 m dan ukuran mendatar harus tidak lebih dari 7 m, meskipun tanpa adanya
persetujuan lebih dahulu dari PPTK.
T. Beton Pracetak
Beton pracetak harus memenuhi semua ketentuan Spesifikasi sejauh ini
memungkinkan. Setiap unit pracetak harus segera ditandai dengan tanggal cetakan yang
tak bisa hilang, setelah acuan dibuka maka selama 28 hari tidak boleh ada gangguan
terhadap beton.
X. TULANG BAJA
Y. Daftar Bengkokan
Pemborong harus memahami sendiri semua penjelasan yang diberikan dalam
gambar dan spesifikasi, kebutuhan akan tulangan baja yang tepat untuk dipakai dalam
pekerjaan. Daftar bengkokan yang mungkin diberikan oleh PPTK kepada pemborong
harus diperiksa dan diteliti.
Tulangan baja harus dipotong dari batang yang lurus, yang bebas dari belitan dan
bengkokan atau kerusakan lainnyadan dibengkokkan dalam keadaan dingin oleh tukang
yang berpengalaman. Batang dengan garis tengah 20 mm atau lebih harus
dibengkokkan yang direncanakan untuk itu dan disetujui oleh PPTK. Ukuran
pembengkokan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia, NI-2, PBI 1971
kecuali jika ditentukan lain, atau diperintahkan oleh PPTK. Bentuk-bentuk tulangan
baja harus dipotong sesuai dengan gambar, tidak boleh menyambung tulangan tanpa
persetujuan PPTK.
Z. Pemasangan
Pemborong harus menempatkan dan memasang tulangan baja dengan tepat pada
tempat kedudukan yang ditunjukkan dalam gambar dan harus ada jaminan bahwa
tulangan itu akan tetap pada kedudukan itu pada waktu pengecoran beton. Pengelasan
tempel dengan adanya persetujuan PPTK lebih dahulu dapat diijinkan untuk
menyambung tulangan-tulangan yang saling menyilang dengan tegak lurus, tetapi cara
pengelasan lain tidak akan dibolehkan. Penggunaan ganjal, alat perenggang dan kawat
harus mendapat persetujuan dari PPTK, Perenggang dari beton harus dibuat dari beton
dengan mutu yang sama seperti mutu beton yang akan dicor. Perenggang tulangan dari
besi beton dan kawat harus sepadan dengan bahan tulangannya. Selimut beton yang
ditentukan harus dipelihara.
Batang utama dari tulangan anyaman ex pabrik yang berdam-pingan harus
disambung dengan overlap 300 mm dan batang melintang dengan overlap 150 mm.
Pemborong tidak boleh mengecor beton menutup tulangan baja, sebelum PPTK
memeriksa dan menyetujuinya.
Pada bagian ujungnya karet penahan air harus mempunyai potongan lingkaran.
Karet penahan air harus selalu dijaga kedudukan seperti tercantum pada gambar dan
harus dilindungi dari kerusakan akibat kena panas selama pemasangannya. Papan acuan
pada kedua ujungnya harus dibentuk sedemikian hingga menggambarkan potongan dari
penahan airnya. Pada pengecoran betonnya harus dirapatkan dengan hati-hati dan
seksama sehingga tidak ada lobang-lobang yang terjadi.
Pemborong harus menyediakan hasil pengujian dari pabrik untuk setiap penahan
air yang dikirim ke lapangan dan apabila diminta oleh PPTK harus mengadakan
percobaan uji terhadap penahan air tersebut untuk mendapatkan keyakinan akan mutu
barang tersebut.
II. PERLETAKAN
JJ. Perletakan Jembatan
Karet perletakan jembatan harus dari karet biasa atau karet dengan lapisan kering
baja dan bersesuaian dengan kebutuhan sebagai berikut:
Jenis Perletakan Muatan Tegak Lurus Gerak mendatar
Terbesar Terbesar
Lantai Jembatan yang diganjal sederhana
dengan bentang bersih kurang dari 4,5 M 7,5 Ton/M 2 mm
Lantai Jembatan yang diganjal sederhana
dengan bentang bersih lebih dari 4,5 M tapi
kurang dari 6,5 M 8,5 Ton/M 4 mm
Balok yang diganjal sederhana dengan
bentang 14 Ton/M 4 mm
bersih kurang dari 9 M