Anda di halaman 1dari 5

III. PEK.

BETON BERTULANG
Pada pekerjaan beton bertulang, mutu beton dan besi beton harus diperhatikan dengan
baik karena akan mempengaruhi kekuatan kontruksi bangunan tersebut. Besar beban yang
dapat ditahan oleh kontruksi beton tergantung dari ukuran, mutu bahan, perbandingan
campuran bahan beton dan cara pelaksanaannya, Ketentuan dan standar-standar bahan-bahan
penyusun beton telah diatur dalam peraturan beton bertulang indonesia 1971 N.I-2 yang
digunakan sebagai acuan.
A. Bahan Beton Betulang
1. Bahan-bahan
a. Portland Cement ( PC)
 Portland cement (pc) merupakan bubuk halus, yang diperoleh dengan menggiling
klingker ( yang didapat dari pembakaran suatu campuran yang baik dan merata antara
kapur dan bahan – bahan yang mengandung silika, alumina dan oksigen besi, dengan
batu gips sebagai bahan tambahan dalam jumlah cukup)
 Bubuk halus atau pc tadi apabila dicampur dengan air, selang beberapa waktu dapat
menjadi keras dan dapat digunakan sebagai bahan ikat hidrolik.
 Kehalusan butir cement Semakin halus butirnya, maka semakin luas jumlah permukaan
butir tiap satuan berat sehingga makin cepat dan sempurna mengikat dan
pengerasannya.
 Ikatan semen awal tidak boleh dimulai dalam 1 jam setelah dicampur dengan air. Hal ini
diperlukan untuk pekerjaan mengulang, mengangkut dan mengencer adukan beton.
 Sifat kekal bentuk semen harus memiliki sifat kekal bentuk yaitu jika 24 jam dicampur
air dan disimpan dalam ruangan lembab, kemudian direndam dalam air selama 27 hari.
Jika semen tidak mengalami perubahan bentuk ( retak, melengkung, keropos ) maka
semen tersebut telah memiliki sifat kekal bentuk.
 Memliki sifat desak adukan
 Mempunyai susunan kimia yang baik
 Semen atau pc yang dipergunakan untuk beton bertulang harus disetujui oleh
pengawas dan harus bermutu tinggi, dan standar pc yang dipakai adalah semen
andalas dan harus bermerek sama.

b. Agregat Halus ( Pasir )


 Agregat halus ( pasir ) merupakan bahan batuan berukuran kecil, yaitu 0,075 sampai 5
mm perbutirnya, agregat halus untuk beton berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh
pemecahan batu, sesuai dengan syarat pengawasan mutu agregat unuk berbagai mutu
beton.
 Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras.
 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan dari terhadap
berat kering )
 Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali
dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang diakui.
c. Agregat Kasar ( kerikil dan batu pecah )

 Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari
batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.
 agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih besar dari 5 mm, maka agregat
kasar harus menurut syarat-syarat pengawasan mutu agregat untuk berbagai beton.

d. Air
 Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak mengandung minyak, asam, alkohol,
garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan baja
tulangan .
 Dalam pemakaian air sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum, apabila
terdapat keraguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirimkan contoh air itu
kelaboratorium untuk diselidiki sampai seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang
dapat merusak beton atau baja tulangan..
 jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran
berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya untuk menghasilkan beton
yang berkualitas baik.

e. Besi Tulangan dan Kawat Pengikat

 Setiap jenis besi tulangan yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik besi terkenal dapat dipakai
pada umumnya setiap pabrik besi mempunyai setandar mutu dan jenis besi.
 Selanjutnya harus memenuhi syarat dalam P.B.I.1971 N.1.-2
 Besi tulangan dengan mutu yang meragukan harus diperiksa dilembaga pemeriksaan
bahan yang diakui.
 Besi beton yang dipergunakan adalah yang berbentuk penampang bulat dan berupa
batang polos atau ulir.
 Besi tulangan yang dipergunakan tidak boleh cacat seperti gelombang atau pecah.
 Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter 1 mm yang telah
dipijarkan terlebih dahulu dan tidak boleh bersepuh seng.

B. Pek. Penulangan

 Persiapan yang harus dilakukan adalah membersihkan besi tulangan dari karat atau
kotoran yang melekat dengan menggunakan sikat atau penggosok atau menggunakan
larutan kimia, hal ini dilakukan agar kekakuan besi tidak berkurang.
 Pengukuran panjang besi yang akan dibuat tulangan berdasarkan ukuran gambar yang
telah ditetapkan.
 Besi tulangan yang akan dipotong dikelompokan setelah diberi tanda pada bagian yang
akan dipasang, pengelompokan berdasarkan dengan ukuran dan penggunaannya
masing-masing.
 Pekerjaan penulangan ini meliputi menggunting /memotong, membengkokan dan
merangkai besi tulangan sesuai dengan bentuk gambar yang telah direncanakan.
C. Pek. Penyetelan / Pemasangan Tulangan
 sebelum tulangan dipasang harus dibersihkan dari kotoran serta bahan-bahan lain yang
mengurangi gaya lekat beton.
 Tulangan harus dipasang dengan baik hingga sebelum dan selama pengecoran tidak
berubah tempat dan bentuknya.
 Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan yang
ditentukan dalam rencana / bestek.
 Apabila pipa-pipa atau benda-benda lain direncanakan menembus beton atau ditanam
didalam beton, maka tulangan tidak boleh dipotong/ digeser.

D. Pek. Bekisting/ Cetakan

 Bekisting harus terbuat dari bahan-bahan yang tidak mudah meresap air dan
direncanakan sedemikian rupa hingga dapat mudah dilepaskan pada beton tanpa
menyebabkan kerusakan dari beton itu sendiri.
 Bekisting harus kokoh dan cukup rapat sehingga dapat dicegah kebocoran adukan-
adukan yang dituangkan kedalamnya.
 Kayu yang dipakai untuk bekisting/cetakan beton harus terdiri dari kayu yang bermutu
tinggi dan memberi jaminan kekuatan.

E. Pek. Pengujian Beton

 sebelum pelaksanaan pengecoran beton dimulai, terlebih dahulu dilakukan pengujian


beton ini dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan/ mutu beton yang akan dibuat.
 Mutu beton yang akan dipergunakan harus berkualitas baik dengan tegangan
karakteristik.

F. Pek. Pembuatan Adukan Semen


 sebelum pembuatan beton dilakukan semua alat-alat pengaduk dan pengangkut beton
harus sudah bersih.
 Jenis Mesin pengaduk dan jenis Timbangan atau takaran semen dan agregat harus di
setujui terlebih dahulu oleh Pengawas ahli yang ada.

Sesuai dengan tingkat mutu beton yang hendak di capai, perbandingan campuran bahan
susunan yang harus di tentukan agar beton yang di hasilkan dapat memberikan :
 Kecelakaan dan konsistensi yang memungkinkan pekerjaan beton ( Penuangan,
perataan, pemadatan ) dengan mudah kedalam acuan dan sekitar tulangan tanpa
menimbulkan kemungkinan terjadinya pemisahan antara agregat dan air.
 Ketahanan terhadap kondisi lingkungan kusus ( Kedap air, korosif, dan lain
sebagainya.)
 Memenuhi Uji kuat yang hendak di capai .
G. Pek. Distribusi Campuran Beton
 Pengankutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus di
lakukan dengan baik hal ini untuk mencegah terpisahnya bahan campuran beton yang
sudah di campur.
 Adukan Beton Sudah harus di cor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air di
mulai jangka waktu ini harus di perhatikan, apabila keperluan pengankutan di perlukan
waktu yang panjang, jangka waktu tersebut dapat di perpanjang sampai 2 jam.

H. Pek. pengecoran dan pemadatan beton.


1) Sebelum beton di cor, semua ruang- ruang yang akan di isi dengan beton harus di
bersihkan dari kotoran, kemudian bekisting / perancah dan pasangan dinding yang
akan berhubungan dengan beton harus di basahi dengan air sampai jenuh sedangkan
tulangan harus terpasang dengan baik.
2) Air harus di buang dari semua ruang yag akan di isi dengan beton, kecuali apabila
menurut persetujuan pengawas itu tidak perlu di lakukan.
3) Beton harus di cor sedekat-dekatnya ketujuan yang terakhir, hal ini di lakukan untuk
mempermudah pekerjaan pengecoran beton dan menghindari terpisahnya campuran
beton.
4) Pekerjaan pengecoran beton di lakukan dari bagian yang terjauh dari tempat
distribusinya sampai mencapai bagian akhir pelaksanaan yang telah di tetapkan.
5) Untuk Mencegah timbulmya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang krikil, adukan
beton harus di padatkan selama pengecoran, pemasatan ini dapat di lakukan dengan
cara menumbuk –numbuk adukan dan memukul- mukul cetakan.
6) Di anjurkan untuk senantiasa menggunakan alat- alat pemadat mekamis ( Vibrator ),
Taujuannya adalah untuk memadatkan beton sehingga beton menjadi rapat, padat,
kuat dan kokoh dan senyawa.
7) Beton selama seminggu sesudah di tuangkan harus senantiasa di basahi, selanjutnya
harus memenuhi syarat-syarat yang di uraikan dalam P.B.I ( NI – 2 ) 1971.
8) Sloof juga termasuk kedalam beton bertulang yang diletakkan secara horizontal diatas
pondasi. Sloof berfungsi untuk meratakan beban yang bekerja pada pondasi dan
pengikat struktur bawah ujung dasar kolom.
9) Kolom beton merupakan bagian strukur yang arahnya vertikal.

 Kolom 13 cm x 13 cm
 Penempatan kolom dipasang guna menyalurkan gaya normal yang disebabkan oleh
berat bangunan itu sendiri.
 Besi ǿ 16 mm dan ǿ 10mm-10 mm, Sebanyak 336 Zbatang
 Dan juga terdapat kolom sebanyak 42 unit

 Sloof 15 cm x 20 cm
 Pekerjaan pembesian sloof dilaksanakan pada tempat pekerjaan yang telah diukur
panjangnya sesuai dengan ukurannya/ diameternya.
 Menggunakan besi yang sesuai dengan gambar Jumlah besi
 Pekerjaan sloof dikerjakan sesuai dengan gambar detail
 Ring Balk 13 cm x 15 cm
 Pekerjaan pembesian langsung dilaksanakan pada tempat pengerjaan balok.
 Menggunakan besi & Jumlah besi Sesuai dengan gambar.

I. Pek. Pembukaan Bekisting

1) Pada Plat lantai pembongkaran bekisting harus di lakukan dari daerah tarik yang
mempunyai momen maksimun yaitu di bagian tengah terus di buka secara mundur
ke belakang / ke bagian samping,
2) Pembukaan bekisting untuk balok harus di lakukan minimal 2 hari setelah di lakukan
pengecoran,

Anda mungkin juga menyukai