BETON GEOPOLIMER
Disusun oleh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikannya dengan
baik. Makalah ini merupakan salah satu bagian persyaratan bagi mahasiswa D3
Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta sebagai tugas wajib untuk memenuhi syarat penilaian untuk
dapat mengikuti ujian semester terhadap mata kuliah polimer. Makalah ini telah
disusun dengan sistematis dan sebaik mungkin.
Dengan terselesainya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini,
khususnya kepada :
3. Rekan – rekan yang telah melakukan kerjasama yang baik dalam pembuatan
makalah ini
1. Latar Belakang
Pada umumnya beton dikenal sebagai material yang tersusun dari komposisi
utama batuan (agregat), air, dan semen portland (biasa disebut semen). Beton sangat
populer dan digunakan secara luas, karena bahan pembuatnya mudah didapat,
harganya relatif murah, dan teknologi pembuatannya relatif sederhana. Namun,
akhir-akhir ini beton tersebut makin sering mendapatkan kritik, khususnya dari
kalangan yang peduli dengan kelestarian lingkungan hidup, karena emisi gas rumah
kaca (karbon dioksida) yang dihasilkan pada proses produksi semen.
Untuk memproduksi satu ton semen, gas rumah kaca yang dihasilkan sebesar
lebih kurang satu ton juga. Gas ini dilepaskan ke atmosfer dengan bebas dan
kemudian merusakkan lingkungan, di antaranya menyebabkan pemanasan global.
Isu kedua yang kerap dipersoalkan adalah masalah keawetan beton itu sendiri.
Bangunan beton pada umumnya sudah memerlukan perbaikan karena sudah mulai
mengalami kerusakan ketika usia bangunannya baru mencapai 20 tahun, walaupun
telah direncanakan dan dibuat sesuai dengan standar yang berlaku.
Dalam perkembangannya, para pakar teknologi beton mulai melakukan riset
pembuatan beton geopolimer.Geopolimer dapat didefinisikan sebagai material yang
dihasilkan dari geosintesis aluminosilikat polimerik dan alkali silikat yang
menghasilkan kerangka polimer SiO4 dan AlO4 yang terikat secara tetrahedral
(Davidovits dalam Septia, 2011). Dalam pembuatan beton geopolimer dapat
memanfaatkan material alami. Bahan tersebut tidak dapat mengikat jadi perlu
ditambah air dan bahan kimia lain yang dapat mengikat yaitu natrium
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
A. Pengertian Beton
1. Solid Material
Solid material adalah salah satu komponen sistem anorganik geopolymer. Solid
material untuk geopolymer dapat berupa mineral alami seperti kaolin, tanah liat,
mika, andalusit,spinel dan lain sebagainya. Alternatif lain yang dapat digunakan
adalah material yang berasal dari produk sampingan seperti fly ash, silica fume,
slag, rice-husk ash, lumpur merah, dan lain-lain.
a. Tanah Liat
Tanah Liat merupakan suatu zat yang terbentuk dari partikel-partikel yang sangat
kecil terutama dari mineral-mineral yang disebut kaolinit, yaitu pesenyawaan
dari Oksida Alumina (Al2O3), dengan Oksida Silica (SiO2) dan air (H2O).Tanah
liat dalam ilmu kimia termasuk Hidrosilika Alumina, yang dalam keadaan murni
mempunyai rumus: Al2O3 2SiO2 2H2O. Komposisi unsur kimia yang terdapat
pada Tanah Liat, adalah sebagai berikut:
Unsur/Senyawa %
Silika (SiO2) ± 59.14
Alumunium Karbonat (Al2O3) ± 15.34
Besi (Fe2O3) ± 0.69
Kalsium Oksida (CaO) ± 0.51
Natrium Oksida (Na2O) ± 0.38
Magesium Oksida (MgO) ± 0.35
Kalium (K2O) ± 0.11
Air (H2O) ± 0.12
TiO2 ± 0.11
Lain-lain ± 0.09
Di alam hanya terdapat dua jenis tanah liat, yaitu: Tanah Liat Primer dan Tanah
Liat Sekunder.
Tanah Liat Primer (residu) adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari
pelapukan batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari
batuan induk. Selain tenaga air, tenaga uap panas yang keluar dari dalam bumi
mempunyai andil dalam pembentukan tanah liat primer. Karena tidak terbawa
arus air, angin maupun gletser, maka tanah liat tidak berpindah tempat
sehingga sifatnya lebih murni diibandingkan dengan tanah liat sekunder. Tanah
liat primer cenderung berbutir kasar, tidak plastis daya leburnya tinggi dan
daya susutnya kecil. Karena tidak tercampur dengan bahan organik seperti
humus, ranting atau daun busuk dan sebagainya, maka tanah liat berwarna
putih atau kusam.
Tanah Liat SekunderTanah
Liat Sekunder (sedimen) adalah jenis tanah liat hasil pelapukan batuan
feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya karena tenaga eksogen,
dan dalam perjalanan bercampur dengan bahan-bahan organik maupun
anorganik. Jumlah tanah liat sekunder lebih banyak dari tanah liat primer.
Transportasi air mempunyai pengaruh khusus pada tanah liat, salah
satunyaialah gerakan arus air cenderung menggerus mineral tanah liat
menjadipartikel-partikel yang semakin kecil. Karena pembentukannya
melaluiproses panjang dan bercampur dengan bahan pengotor seperti oksida
logam(besi, nikel, titan mangan dan sebagainya), dan bahan organik (humus
dandaun busuk), maka tanah liat mempunyai sifat: berbutir halus berwarna
krem/abu-abu/merah jambu/kuning. Pada umumnya tanah liat sekunderlebih
plastis dan mempunyai daya susut yang lebih besar daripada tanah liatprimer.
Setelah dibakar, warnanya menjadi lebih terang dari krem muda,abu-abu muda
ke coklat. Semakin tinggi suhu bakarnya semakin keras dan semakin kecil
porositasnya.
b. Fly Ash
Fly ash adalah bahan yang berasal dari sisa pembakaran batu bara yang tidak
terpakai. Material ini mempunyai kadar bahan semen yang tinggi dan
mempunyai sifat pozzolanik, yaitu dapat bereaksi dengan kapur bebas yang
dilepaskan semen saat proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat
mengikat pada temperatur normal dengan adanya air (Himawan dan Darma 25).
Komposisi dari fly ash sebagian besar terdiri dari silikat dioksida (SiO2),
alumunium (Al2O3), besi (Fe2O3) dan kalsium (CaO), serta magnesium,
potassium, sodium, titanium, sulfur, dalam jumlah yang kecil. Komposisinya
tergantung dari tipe batu bara.
Penambahan fly ash pada beton normal menunjukan adanya peningkatan
kualitas beton. Peningkatan kualitas itu disebabkan karena kandungan unsur
sililkat dan aluminat pada fly ash yang reaktif bereaksi dengan kapur bebas
pada proses hidrasi antara fly ash dan air menjadi kalsium silikat. Keuntungan
lain dari pemakaian fly ash yang mutunya baik ialah dapat meningkatkan
ketahanan atau keawetan beton terhadap ion sulfat dan juga dapat menurunkan
panas hidrasi semen.
Fly ash sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen.
Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus oksida silika
yang dikandung oleh fly ash akan bereaksi secara kimia dengan Sodium
hidroksida dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat
(Hardjito, 2001). Selain itu secara mekanik, butiran fly ash yang lebih halus
daripada semen ini akan mengisi ruang kosong (rongga) diantara butiran –
butiran agregat halus.
Menurut ACI Committee 226 dijelaskan bahwa fly-ash mempunyai sifat:
a. Kelas C
• fly ash yang mengandung CaO diatas 10%, dan abu terbang (fly ash)
yang dihasilkan dari pembakaran ligmit atau batu bara dengan kadar
karbon ±60% atau sub bitumen.
• Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50%
b. Kelas F
• Fly ash yang mengandung CaO lebih kecil 10%, dan abu terbang (fly ash)
yang dihasilkan dari pembakaran batu bara jenis anthrchacite pada suhu
1560°C. Abu terbang ini mempunyai sifat pozolan.
• Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70%
c. Kelas N
• Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain
tanah diatomic, opaline chertz, dan shales, tuff, dan abu vulkanik, dimana
biasa diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran.
Selain itu juga mempunyai sifat pozzolan yang baik.
Unsur utama dalam proses geopolimerisasi adalah Si dan Al. Oleh karena itu
fly ash yang bisa digunakan sebagai geopolimer adalah jenis fly ash yang
memiliki kandungan CaO rendah dan kandungan Si dan Al lebih dari 50%.
Dari ketiga tipe fly ash diatas, yang memenuhi persyaratan tersebut adalah fly
ash tipe C dan tipe F. Berdasarkan penelitiaan yang dilakukan oleh Kosnatha
dan Prasetio (2007) kuat tekan beton geopolimer yang menggunakan fly ash
tipe C ternyata lebih tinggi daripada fly ash tipe F,baik yang menggunakan
curing dengan oven maupun suhu ruangan.
Keuntungan menggunakan fly ash pada antara lain :
Beton akan lebih kedap air karena kapur bebas yang dilepas pada hidrasi
akan terikat oleh silikat dan alumina aktif yang terkandung dalam fly ash
dan menambah pembentukan silika gel yang berubah menjadi kalsium
silikat hidrat (CSH) yang akan menutupi pori – pori yang terbentuk sebagai
akibat dibebaskannya Ca(OH)2.
Air merupakan bahan dasar penyusun mortar yang paling penting dan paling
murah. Air berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan pelumas diantara
butir – butir agreat agar mempermudah proses pencampuran dan pengerjaan
adukan (workability). Porsi air yang sedikit akan memberikan kekuatan pada
beton, tetapi kelemasan atau daya kerjanya akan berkurang. Secara umum air
yang dapat digunakan dalam campuran adalah air yang apabila dipakai akan
menghasilkan campuran dengan kekuatan lebih dari 90% dari campuran
memakai air suling.
Pemakaian air untuk beton sebaiknya memenuhi syarat baku air bersih
sebagai berikut :
Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter
3. Alkali Aktivator
Aktivator merupakan zat atau unsur yang menyebabkan zat atau unsur lain
bereaksi. Dalam pembuatan beton geopolimer, aktivator yang sering
digunakan adalah unsur akali yang terhidrasi yaitu sodium hidroksida
(NaOH) dan sodium silikat (Na 2SiO3 ). Sodium hidroksida berfungsi
untuk mereaksikan unsur – unsur Al dan Si yang terkandung dalam fly ash
sehingga dapat menghasilkan ikatan polimer yang kuat, sedangkan sodium
silikat memiliki fungsi untuk mempercepat proses polimerisasi.reaksi terjadi
secara lebih cepat pada alkali yang banyak mengandung larutan sodium
silikat didandingkan dengan larutan alkali yang banyak mengandung larutan
sodium hidroksida.
Karakteristik fly ash geopolimer dipengaruhi oleh parameter – parameter
seperti komposisi campuran, waktu curing, agregat yang digunakan dan lain
– lain. Didalam komposisi campuran, diantaranya terdapat modolus alkali
dan kadar aktivator. Modolus alkali merupkan perbandingan antara
Na2O dan SiO2. Modolus alkali diperoleh dari perhitungan perbandingan
Sodium silikat merupakan salah satu bahan tertua dan paling aman yang
sering digunakan dalam industri kimia. Karena proses produksinya lebih
sederhana maka sejak 1818, sodium silikat berkembang dengan cepat.
Sodium silikat dapat dibuat dengan dua proses, yaitu proses kering dan
proses basah. Pada proses kering, pasir dicampur dengan sodium karbonat
atau dengan pottasium carbonate pada temperatur 1100 – 1200℃. Hasil
reaksi tersebut menghasilkan kaca yang dilarutkan dalam air dengan
tekanan tinggimenjadi cairan yang agak kering dan kental. Sedangkan
pada proses basah, pasir dicampur dengan sodium hidroksida melalui
proses filtrasi dan akan menghasilkan sodium silikat yang murni. Sodium
silikat terdapat dalam dua bentuk, yaitu padatan dan larutan dimana untuk
campuran beton lebih banyak digunakan bentuk larutan. Sodium silikat
atau yang lebih dikenal dengan water glass, pada mulanya digunakan
sebagai campuran dalam pembuatan sabun. Tetapi dalam
perkembangannya, sodium silikat dapat digunakan untuk berbagai macam
keperluan, antara lain untuk bahan campuran semen, pengikat keramik,
coating, campuran cat serta dalam keperluaan industri, seperti kertas,
tekstil dan serat. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa sodium
silikat dapat digunakan untuk bahan campuran dalam beton Campuran
antara fly ash dengan sodium silikat jika diamati dalam ukuran
mikroskopis, terlihat bahwa campuran antara fly ash dan sodium silikat
yang membentuk ikatan yang sangat kuat namun terjadi banyak retakan –
retakan antar mikrostukturnya.
4. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton atau mortar. Agregat dikelompokan menjadi
a. Berdasarkan Sumbernya
Agregat Alam
agregat Berat, yaitu agregat dengan berat jenis lebih dari 2.9. Karena
sangat berat dapat digunakan untuk konstruksi yang harus memiliki
berat sendiri yang tinggi, seperti pada dinding penahan tanah, tanggul
penahan longsor, atau dapat pula digunakan untuk jenis beton yang
harus menahan radiasi, sehingga dapat memberi perlindungan terhadap
sinar x, sinar γ dan neutron. Efektifita beton berat dengan bobot isi
antara 3000 – 5000 kg/m³, tergantung pada jenis agregat yang dipakai
bisa dari batuan hematit, batuan barit, serta pada derajat kepadatannya.
Untuk beton berat sering dihadapi kesukaran dalam pengadukan, karena
perbedaan yang jauh antara berat jenis agregat dan pasta semen,
sehingga beton mengalami. Segregasi atau pemisahan butiran, agregat
cenderung turun ke bawah, sedangkan pasta semennya mengapung ke
atas.
Agregat Normal, yaitu agregat dengan berat jenis antara 2.4 sampai
dengan 2.9. yang menghasilkan beton dengan bobot isi antara 2200 –
2700 kg/m³.Agregat ini merupakan agregat yang paling banyak
digunakan untuk campuran beton normal, atau pemakaian beton dengan
tujuan yang biasa, tidak khusus. Sumber batuannya sangat banyak,
diantaranya batuan andesit, granit, basalt, dan lain- lain
Agregat Ringan, Jenis agregat ini banyak dipakai untuk pembuatan beton
ringan. Memiliki berat jenis kurang dari 2.0 dan menghasilkan beton
dengan bobot isi kurang dari 1800 kg/m3. Dengan bobot beton yang
ringan dapat menghemat banyak tulangan, karena berat sendiri pada
beton tersebut relatif kecil, sehingga momen yang bekerjanya juga relatif
kecil. Beton ringan juga memiliki karakteristik kedap suara dan panas,
tetapi penyerapan airnya lebih tinggi berkisar antara 20 sampai dengan 25
%, kekuatan tekan pada betonnya juga relatif rendah, tergantung dari
jenis agregat ringannya. Dengan menggunakan lempung bekah kuat
tekannya bisa mencapai 200 kg/cm2. Agregat ringan digunakan dalam
bermacam – macam produk beton, baik sebagai beton partisi maupun
beton bertulang atau bahkan beton pra-tekan.
c. Berdasarkan Besar Butiran
Agregat Halus Agregat ini biasanya disebut pasir dan mempunyai ukuran
butir antara 4,75 sampai 0,075 mm. Partikel dengan ukuran lebih kecil
dari 0,075 mm disebut Lumpur.
Agregat Kasar Agregat ini mempunyai ukuran lebih besar dari 4,75 mm
dan ukuran maksimumnya sangat bervariasi tergantung dari kebutuhan
betonnya. Pada umumnya ukuran maksimum agregat kasar adalah 10
mm, 20 mm, 30 mm, 40 mm, 80 mm, dan 100 mm.
5. Bahan tambah (Superlasticise – Sika Viscocrete- 10)
Tipe I
Kesimpulan
berbentuk pasta masukan pasir ke dalam molen. Kemudian masukan kerikil ke dalam
molen sambil terus diaduk sampai semua material tercampur rata. Kemudian tuang
campuran beton ke dalam bak dan masukan ke dalam cetakan yang sebelumnya telah
dibasahi dengan air. Simpan pada suhu ruangan. Buka cetakan setelah ± 24 jam
pengadukan.
5. Kelebihan-kelebihan beton geopolimer : tahan terhadap api, tahan terhadap
lingkungan korosif, tahan terhadap reaksi alkali silica, tidak menggunakan semen
sebagai bahan perekatnya, maka dapat mengurangi polusi udara, mempunyai rangkak
susut yang kecil. Sedangkan kekurangan-kekurangan beton geopolymer : pembuatan
beton geopolymer lebih rumit dibandingkan beton semen, karena membutuhkan
alkaline activator, belum ada rancang campuran yang pasti.
6. Geopolimer dapat diaplikasikan pada berbagai lapangan industri automobil,
aerospace, metalurgi dan pengecoran bukan besi dan lain – lain. Aplikasi beton
geopolimer pada bidang teknik sipil seperti batu bata, keramik, proteksi terhadap
api, beton yang rendah CO2 dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA