Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BETON GEOPOLIMER

Disusun oleh

Pradita Wiji Rahayu 021180025


Lutfia Bunga Fatimah 021180033
Etika Januari Febriana 021180041

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikannya dengan
baik. Makalah ini merupakan salah satu bagian persyaratan bagi mahasiswa D3
Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta sebagai tugas wajib untuk memenuhi syarat penilaian untuk
dapat mengikuti ujian semester terhadap mata kuliah polimer. Makalah ini telah
disusun dengan sistematis dan sebaik mungkin.
Dengan terselesainya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini,
khususnya kepada :

1. Ibu Ir. Endang Sulistyawati, MT selaku dosen mata kuliah polimer.

2. Orang tua yang selalu mendoakan kelancaran kuliah kami.

3. Rekan – rekan yang telah melakukan kerjasama yang baik dalam pembuatan
makalah ini

Demikian makalah beton geopolimer ini dibuat. Dalam penyusunan makalah


ini penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan penyusunan makalah
selanjutnya, akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 6 Mei 2020


Penyusun
BAB I
PENDAHUAN

1. Latar Belakang

Pada umumnya beton dikenal sebagai material yang tersusun dari komposisi
utama batuan (agregat), air, dan semen portland (biasa disebut semen). Beton sangat
populer dan digunakan secara luas, karena bahan pembuatnya mudah didapat,
harganya relatif murah, dan teknologi pembuatannya relatif sederhana. Namun,
akhir-akhir ini beton tersebut makin sering mendapatkan kritik, khususnya dari
kalangan yang peduli dengan kelestarian lingkungan hidup, karena emisi gas rumah
kaca (karbon dioksida) yang dihasilkan pada proses produksi semen.
Untuk memproduksi satu ton semen, gas rumah kaca yang dihasilkan sebesar
lebih kurang satu ton juga. Gas ini dilepaskan ke atmosfer dengan bebas dan
kemudian merusakkan lingkungan, di antaranya menyebabkan pemanasan global.
Isu kedua yang kerap dipersoalkan adalah masalah keawetan beton itu sendiri.
Bangunan beton pada umumnya sudah memerlukan perbaikan karena sudah mulai
mengalami kerusakan ketika usia bangunannya baru mencapai 20 tahun, walaupun
telah direncanakan dan dibuat sesuai dengan standar yang berlaku.
Dalam perkembangannya, para pakar teknologi beton mulai melakukan riset
pembuatan beton geopolimer.Geopolimer dapat didefinisikan sebagai material yang
dihasilkan dari geosintesis aluminosilikat polimerik dan alkali silikat yang
menghasilkan kerangka polimer SiO4 dan AlO4 yang terikat secara tetrahedral
(Davidovits dalam Septia, 2011). Dalam pembuatan beton geopolimer dapat
memanfaatkan material alami. Bahan tersebut tidak dapat mengikat jadi perlu
ditambah air dan bahan kimia lain yang dapat mengikat yaitu natrium

2. Rumusan Masalah

1. Apa defenisi dari beton geopolimer ?

2. Bagaimana sejarah dari beton geopolimer ?


3. Apa saja bahan yang diperlukan dalam pembuatan beton geopolimer ?

4. Bagaimana proses pembuatan beton geopolimer ?

5. Apa kelebihan dan kekurangan dari beton geopolimer ?

6. Bagaimana pengaplikasian dari beton geopolimer ?

3. Tujuan

1. Mengetahui defenisi beton geopolimer

2. Mengetahui sejarah beton geopolimer

3. Mengetahui bahan – bahan penyusun beton polimer

4. Mengetahui proses pembuatan beton geopolimer

5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan beton geopolimer

6. Mengetahui aplikasi dari beton ringan


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Beton

Beton didefenisikan sebagai bahan bangunan yang diperoleh dengan mencampurkan


agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air tanpa tambahan zat aditif (PBI,
1971). Tetapi defenisi dari beton kini sudah semakin luas, dimana beton adalah bahan
yang terbuat dari berbagai macam tipe semen, agregat dan juga bahan pozzolan (bahan
mineral yang terdiri dari mineral silika dan alumina yang sebagian besar bersifat reaktif,
yang apabila bersenyawa dengan kapur dan air membentuk massa yang padat, keras dan
tidak larut dalam air), abu terbang,terak dapur tinggi, sufur, serat dan lain-lain (Neville
dan Brooks, 1987).

B. Pengertian Beton Geopolimer

Beton geopolimer adalah sebuah senyawa silikat alumino anorganik yang


disintesiskan dari bahan – bahan produk sampingan seperti abu terbang (fly ash) abu
sekam padi (risk husk ash) dan lain – lain, yang banyak mengandung silikon dan
aluminium (Davidovits, 1997) Geopolimer merupakan produk beton geosintetik dimana
reaksi pengikatan yang terjadi adalah reaksi polimerisasi. Dalam reaksi polimerisasi ini
Alumunium (Al) dan Silika (Si) mempunyai peranan penting dalam ikatan polimerisasi
(Davidovits, 1994) Reaksi Al dan Si dengan alkaline akan menghasilkan AlO4 dan
SiO4.

C. Sejarah Beton Geopolimer

Menengok pada bangunan-bangunan kuno dari zaman Romawi serta piramid-


piramid megah di Mesir, mau tidak mau kekaguman kita pun akan terbangkitkan. Betapa
tidak, bangunan-bangunan tersebut sudah berdiri ratusan atau bahkan ribuan tahun
dengan megah. Seringkali didapati dalam upaya restorasi bangunan kuno tersebut, beton
modern yang digunakan sudah rusak beberapa tahun kemudian, ketika beton 'kuno'-nya
masih utuh.
Adalah Professor Joseph Davidovits dari Perancis yang pertama kali
mengemukakan ide bahwa sesungguhnya piramid tidaklah dibangun menggunakan batu-
batu yang dipahat-seperti halnya Candi Borobudur yang kemudian disusun menjadi
bangunan yang mengundang kekaguman sepanjang masa dan menjadikannya salah satu
dari tujuh keajaiban dunia. Davidovits menyatakan teorinya bahwa batuan-batuan
penyusun piramid tersebut dicor di tempat, seperti halnya pembuatan beton yang kita
kenal sekarang ini. Ada beberapa hal yang mendasari teorinya tersebut.
Piramid raksasa di Mesir tersusun dari lebih kurang dua setengah juta blok batuan,
rata-rata memiliki berat dua setengah ton, bahkan ada yang seberat tiga puluh ton,
dengan volume total dua setengah juta meter kubik, didirikan di atas lahan tidak kurang
luasnya dari lima hektar, dengan masa pengerjaan hanya dalam kurun waktu 20 tahun
dalam masa pemerintahan Firaun Cheops. Investigasi pada bangunan piramid tersebut
mendapati celah antarbatuan begitu sempitnya, dan tidak ada ujung-ujung batuan yang
terpapas akibat benturan dan lain sebagainya yang terjadi semasa proses
pembangunannya. Ukuran-ukuran batuannya begitu tepat, saling silang tersusun rapi,
mulai dari dasar bangunan hingga ke puncak bangunan yang hampir sama tingginya
dengan bangunan gedung 30 lantai. Perlu diingat,ketika piramid didirikan logam untuk
memotong atau memahat belumlah ditemukan, dan peralatan konstruksi tentunya masih
amat sederhana. Dengan peralatan modern yang tersedia saat ini pun, amat sulit
melakukan proses pembangunan semacam itu.
Selain itu, Davidovits juga menemukan bahwa struktur kimia dan karakteristik
struktur mikro batuan penyusun piramid amat serupa dengan beton geopolimer yang dia
hasilkan di laboratoriumnya, serta sejauh ini tidak didapati batuan alamiah di sekitar
lokasi piramid yang memiliki ciri-ciri susunan kimia serta struktur mikro yang serupa.
Sebaliknya, bahan-bahan dasar yang kemungkinan besar dipakai untuk proses
pembuatan beton pada bangunan piramid tersebut tersedia dengan melimpah di Mesir
dan sekitarnya, di antaranya di sepanjang tepian Sungai Nil. Dari pemeriksaan terhadap
berat jenis batuan, juga didapati bahwa berat jenis bagian dasar batuan lebih besar
dibanding bagian atas, suatu karakteristik yang umum didapati pada beton yang dicor, di
mana pada proses pengecoran partikel yang lebih berat cenderung mengendap di bagian
dasar. Dengan pengecoran di tempat, proses pembangunan piramid menjadi jauh lebih
sederhana dibanding dengan mengangkut bongkah-bongkah batuan raksasa dari tempat
yang jauh, menyusunnya menjadi sebuah bangunan yang tidak hanya besar tetapi juga
sangat tinggi. Dengan anaknya, Frederik, yang ahli dalam bidang literatur kuno terkait
dengan mineralogi, geologi, dan teknik konstruksi, Joseph Davidovits menuliskan hasil
riset dan temuan-temuannya dalam sebuah buku berjudul 'The Pyramids, an enigma
solved' yang akan segera dipublikasikan.
Sebuah berita singkat di majalah Australian Concrete Construction edisi bulan
Agustus 2002 mengutip laporan tentang Edward Zeller, direktur laboratorium fisika
radiasi University of Kansas, yang mempublikasikan hasil penelitiannya tentang
bongkahan batu yang diambil dari sebuah piramid di Mesir. Edward Zeller
menemukan banyak rongga-rongga udara berbentuk oval di dalam batuan tersebut
seperti yang banyak dijumpai di dalam beton, dan setelah menganalisa komposisi batuan
tersebut tibalah dia pada kesimpulan bahwa batuan tersebut adalah beton.

D. Bahan – Bahan Dalam Pembuatan Beton Geopolimer

1. Solid Material

Solid material adalah salah satu komponen sistem anorganik geopolymer. Solid
material untuk geopolymer dapat berupa mineral alami seperti kaolin, tanah liat,
mika, andalusit,spinel dan lain sebagainya. Alternatif lain yang dapat digunakan
adalah material yang berasal dari produk sampingan seperti fly ash, silica fume,
slag, rice-husk ash, lumpur merah, dan lain-lain.
a. Tanah Liat

Tanah Liat merupakan suatu zat yang terbentuk dari partikel-partikel yang sangat
kecil terutama dari mineral-mineral yang disebut kaolinit, yaitu pesenyawaan
dari Oksida Alumina (Al2O3), dengan Oksida Silica (SiO2) dan air (H2O).Tanah
liat dalam ilmu kimia termasuk Hidrosilika Alumina, yang dalam keadaan murni
mempunyai rumus: Al2O3 2SiO2 2H2O. Komposisi unsur kimia yang terdapat
pada Tanah Liat, adalah sebagai berikut:
Unsur/Senyawa %
Silika (SiO2) ± 59.14
Alumunium Karbonat (Al2O3) ± 15.34
Besi (Fe2O3) ± 0.69
Kalsium Oksida (CaO) ± 0.51
Natrium Oksida (Na2O) ± 0.38
Magesium Oksida (MgO) ± 0.35
Kalium (K2O) ± 0.11
Air (H2O) ± 0.12
TiO2 ± 0.11
Lain-lain ± 0.09

Di alam hanya terdapat dua jenis tanah liat, yaitu: Tanah Liat Primer dan Tanah
Liat Sekunder.

 Tanah Liat Primer

Tanah Liat Primer (residu) adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari
pelapukan batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari
batuan induk. Selain tenaga air, tenaga uap panas yang keluar dari dalam bumi
mempunyai andil dalam pembentukan tanah liat primer. Karena tidak terbawa
arus air, angin maupun gletser, maka tanah liat tidak berpindah tempat
sehingga sifatnya lebih murni diibandingkan dengan tanah liat sekunder. Tanah
liat primer cenderung berbutir kasar, tidak plastis daya leburnya tinggi dan
daya susutnya kecil. Karena tidak tercampur dengan bahan organik seperti
humus, ranting atau daun busuk dan sebagainya, maka tanah liat berwarna
putih atau kusam.
 Tanah Liat SekunderTanah

Liat Sekunder (sedimen) adalah jenis tanah liat hasil pelapukan batuan
feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya karena tenaga eksogen,
dan dalam perjalanan bercampur dengan bahan-bahan organik maupun
anorganik. Jumlah tanah liat sekunder lebih banyak dari tanah liat primer.
Transportasi air mempunyai pengaruh khusus pada tanah liat, salah
satunyaialah gerakan arus air cenderung menggerus mineral tanah liat
menjadipartikel-partikel yang semakin kecil. Karena pembentukannya
melaluiproses panjang dan bercampur dengan bahan pengotor seperti oksida
logam(besi, nikel, titan mangan dan sebagainya), dan bahan organik (humus
dandaun busuk), maka tanah liat mempunyai sifat: berbutir halus berwarna
krem/abu-abu/merah jambu/kuning. Pada umumnya tanah liat sekunderlebih
plastis dan mempunyai daya susut yang lebih besar daripada tanah liatprimer.
Setelah dibakar, warnanya menjadi lebih terang dari krem muda,abu-abu muda
ke coklat. Semakin tinggi suhu bakarnya semakin keras dan semakin kecil
porositasnya.
b. Fly Ash

Fly ash adalah bahan yang berasal dari sisa pembakaran batu bara yang tidak
terpakai. Material ini mempunyai kadar bahan semen yang tinggi dan
mempunyai sifat pozzolanik, yaitu dapat bereaksi dengan kapur bebas yang
dilepaskan semen saat proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat
mengikat pada temperatur normal dengan adanya air (Himawan dan Darma 25).
Komposisi dari fly ash sebagian besar terdiri dari silikat dioksida (SiO2),
alumunium (Al2O3), besi (Fe2O3) dan kalsium (CaO), serta magnesium,
potassium, sodium, titanium, sulfur, dalam jumlah yang kecil. Komposisinya
tergantung dari tipe batu bara.
Penambahan fly ash pada beton normal menunjukan adanya peningkatan
kualitas beton. Peningkatan kualitas itu disebabkan karena kandungan unsur
sililkat dan aluminat pada fly ash yang reaktif bereaksi dengan kapur bebas
pada proses hidrasi antara fly ash dan air menjadi kalsium silikat. Keuntungan
lain dari pemakaian fly ash yang mutunya baik ialah dapat meningkatkan
ketahanan atau keawetan beton terhadap ion sulfat dan juga dapat menurunkan
panas hidrasi semen.
Fly ash sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen.
Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus oksida silika
yang dikandung oleh fly ash akan bereaksi secara kimia dengan Sodium
hidroksida dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat
(Hardjito, 2001). Selain itu secara mekanik, butiran fly ash yang lebih halus
daripada semen ini akan mengisi ruang kosong (rongga) diantara butiran –
butiran agregat halus.
Menurut ACI Committee 226 dijelaskan bahwa fly-ash mempunyai sifat:

a. Spesific gravity : 2.2 – 2.8

b. Ukuran : ϕ 1 mikron – ϕ 1 mm, dengan kehalusan 70% - 80% melewati


saringan no. 200 (75 mikron)
c. Kehalusan :

 tertahan ayakan 0.075 mm 3.5

 tertahan ayakan 0.045 mm 19.3

Klasifikasi fly ash menurut ASTM C 618 – 96 yaitu :

a. Kelas C

• fly ash yang mengandung CaO diatas 10%, dan abu terbang (fly ash)
yang dihasilkan dari pembakaran ligmit atau batu bara dengan kadar
karbon ±60% atau sub bitumen.
• Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50%

b. Kelas F

• Fly ash yang mengandung CaO lebih kecil 10%, dan abu terbang (fly ash)
yang dihasilkan dari pembakaran batu bara jenis anthrchacite pada suhu
1560°C. Abu terbang ini mempunyai sifat pozolan.
• Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70%

c. Kelas N

• Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain
tanah diatomic, opaline chertz, dan shales, tuff, dan abu vulkanik, dimana
biasa diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran.
Selain itu juga mempunyai sifat pozzolan yang baik.
Unsur utama dalam proses geopolimerisasi adalah Si dan Al. Oleh karena itu
fly ash yang bisa digunakan sebagai geopolimer adalah jenis fly ash yang
memiliki kandungan CaO rendah dan kandungan Si dan Al lebih dari 50%.
Dari ketiga tipe fly ash diatas, yang memenuhi persyaratan tersebut adalah fly
ash tipe C dan tipe F. Berdasarkan penelitiaan yang dilakukan oleh Kosnatha
dan Prasetio (2007) kuat tekan beton geopolimer yang menggunakan fly ash
tipe C ternyata lebih tinggi daripada fly ash tipe F,baik yang menggunakan
curing dengan oven maupun suhu ruangan.
Keuntungan menggunakan fly ash pada antara lain :

 Beton akan lebih kedap air karena kapur bebas yang dilepas pada hidrasi
akan terikat oleh silikat dan alumina aktif yang terkandung dalam fly ash
dan menambah pembentukan silika gel yang berubah menjadi kalsium
silikat hidrat (CSH) yang akan menutupi pori – pori yang terbentuk sebagai
akibat dibebaskannya Ca(OH)2.

• Mempermudah pengerjaan beton karena beton lebih plastis.

• Mengurangi jumlah air yang digunakan (fas), sehingga kekuatan beton


menigkat.

• Menurunkan panas hidrasi yang terjadi, sehingga dapat mencegah


terjadinya retak.

• Relatif dapat mengurangi biaya karena mengurangi pemakaian semen.


Kelemahan pemakaiaan fly ash pada beton antara lain :
 Pemakaian fly ash kurang baik untuk pengerjaan beton yang memerlukan
waktu pengerasan dan kekuatan awal yang tinggi, karena proses
pengerasan dan penambahan kekuatan beton agak lambat akibat dari
lambatnya pozzolan dari fly ash.
 Pengendalian mutu harus sering dilakukan karena mutu fly ash sangat
tergantung pada proses pembakaran (suhu) serta jenis batu baranya.
Penggunaan fly ash dalam adukan beton segar dapat mengurangi terjadinya
bleeding (berair) dan segregation (pemisahan). Selain itu kehalusan dan
bentuk partikel fly ash yang bulat dapat meningkatkan workability. Pada
beton keras,penggunaan fly ash dapat meningkatkan kuat tekan beton setelah
berumur ± 52 hari, meningkatkan durabilitas (keawetan) beton,
meningkatkan kepadatan (density) beton dan mengurangi terjadinya
penyusutan.
2. Air

Air merupakan bahan dasar penyusun mortar yang paling penting dan paling
murah. Air berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan pelumas diantara
butir – butir agreat agar mempermudah proses pencampuran dan pengerjaan
adukan (workability). Porsi air yang sedikit akan memberikan kekuatan pada
beton, tetapi kelemasan atau daya kerjanya akan berkurang. Secara umum air
yang dapat digunakan dalam campuran adalah air yang apabila dipakai akan
menghasilkan campuran dengan kekuatan lebih dari 90% dari campuran
memakai air suling.
Pemakaian air untuk beton sebaiknya memenuhi syarat baku air bersih
sebagai berikut :
 Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter

 Tidak mengandung garam – garam yang dapat merusak beton lebih


dari 15 gram/liter
 Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter

 Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1gram/liter

3. Alkali Aktivator

Aktivator merupakan zat atau unsur yang menyebabkan zat atau unsur lain
bereaksi. Dalam pembuatan beton geopolimer, aktivator yang sering
digunakan adalah unsur akali yang terhidrasi yaitu sodium hidroksida
(NaOH) dan sodium silikat (Na 2SiO3 ). Sodium hidroksida berfungsi
untuk mereaksikan unsur – unsur Al dan Si yang terkandung dalam fly ash
sehingga dapat menghasilkan ikatan polimer yang kuat, sedangkan sodium
silikat memiliki fungsi untuk mempercepat proses polimerisasi.reaksi terjadi
secara lebih cepat pada alkali yang banyak mengandung larutan sodium
silikat didandingkan dengan larutan alkali yang banyak mengandung larutan
sodium hidroksida.
Karakteristik fly ash geopolimer dipengaruhi oleh parameter – parameter
seperti komposisi campuran, waktu curing, agregat yang digunakan dan lain
– lain. Didalam komposisi campuran, diantaranya terdapat modolus alkali
dan kadar aktivator. Modolus alkali merupkan perbandingan antara
Na2O dan SiO2. Modolus alkali diperoleh dari perhitungan perbandingan

massa Na2SiO3 dan NaOH malalui persamaan reaksi kimia. Sedangkan

kadar aktivator merupakan jumlah larutan alkali aktivator (NaOH + Na2SiO3


+ air), berapa persen terhadap fly ash.
a. Sodium Hidroksida

Sodium hidroksida (NaOH) berfungsi untuk mereaksikan unsur – unsur


Al dan Si yang terkandung dalam fly ash sehingga dapat
menghasilkanikan ikatan polimer yang kuat. Sodium hidroksida yang
tersedia umumnya berupa serpihan dengan kadar 98 %. Sebagai aktivator,
Sodium hidroksida harus dilarutkan terlebih dahulu dengan air sesuai
dengan molaritas yang diinginkan. Larutan ini harus dibuat dan
didiamkan setidaknya satu malam sebelum pemakaiaan.
Campuran antara fly ash dengan sodium hidroksida jika diamati dalam
ukuran mikroskopis terlihat bahwa campuran antara fly ash dengan
sodium hidroksida membentuk ikatan yang kurang kuat tetapi
menghasilkan ikatan yang lebih padat dan tidak retakan – retakan antar
mikrostrukturnya.
b. Sidium Silikat

Sodium silikat merupakan salah satu bahan tertua dan paling aman yang
sering digunakan dalam industri kimia. Karena proses produksinya lebih
sederhana maka sejak 1818, sodium silikat berkembang dengan cepat.
Sodium silikat dapat dibuat dengan dua proses, yaitu proses kering dan
proses basah. Pada proses kering, pasir dicampur dengan sodium karbonat
atau dengan pottasium carbonate pada temperatur 1100 – 1200℃. Hasil
reaksi tersebut menghasilkan kaca yang dilarutkan dalam air dengan
tekanan tinggimenjadi cairan yang agak kering dan kental. Sedangkan
pada proses basah, pasir dicampur dengan sodium hidroksida melalui
proses filtrasi dan akan menghasilkan sodium silikat yang murni. Sodium
silikat terdapat dalam dua bentuk, yaitu padatan dan larutan dimana untuk
campuran beton lebih banyak digunakan bentuk larutan. Sodium silikat
atau yang lebih dikenal dengan water glass, pada mulanya digunakan
sebagai campuran dalam pembuatan sabun. Tetapi dalam
perkembangannya, sodium silikat dapat digunakan untuk berbagai macam
keperluan, antara lain untuk bahan campuran semen, pengikat keramik,
coating, campuran cat serta dalam keperluaan industri, seperti kertas,
tekstil dan serat. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa sodium
silikat dapat digunakan untuk bahan campuran dalam beton Campuran
antara fly ash dengan sodium silikat jika diamati dalam ukuran
mikroskopis, terlihat bahwa campuran antara fly ash dan sodium silikat
yang membentuk ikatan yang sangat kuat namun terjadi banyak retakan –
retakan antar mikrostukturnya.

4. Agregat

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton atau mortar. Agregat dikelompokan menjadi
a. Berdasarkan Sumbernya

 Agregat Alam

Agregat alam diambil dari endapan alam tanpa merubah keadaan


aslinya selama produksi, kecuali pemecahan, penyaringan, penentuan
ukuran butiran atau pencucian. Dalam kelompok ini batu pecah,
kerikil dan pasir merupakan agregat alam yang biasa digunakan,
walaupun batu apung, kerang, biji besi dan batu gamping dapat pula
dimasukkan ke dalam kelompok ini.
 Agregat Buatan

Agregat buatan adalah agregat yang dihasilkan sebagai produk


tambahan dari pembuatan produk lain. Agregat ringan dianggap
sebagai agregat buatan, umpamanya terak lempung, batu tulis, kerang
atau terak dapur tinggi. Terak dapur tinggi yang didinginkan dalam
udara menghasilkan beton yang sama kekuatannya dengan beton yang
menggunakan agregat biasa, akan tetapi dengan daya tahan terhadap
api yang lebih baik.
b. Berdasarkan Berat Isinya

 agregat Berat, yaitu agregat dengan berat jenis lebih dari 2.9. Karena
sangat berat dapat digunakan untuk konstruksi yang harus memiliki
berat sendiri yang tinggi, seperti pada dinding penahan tanah, tanggul
penahan longsor, atau dapat pula digunakan untuk jenis beton yang
harus menahan radiasi, sehingga dapat memberi perlindungan terhadap
sinar x, sinar γ dan neutron. Efektifita beton berat dengan bobot isi
antara 3000 – 5000 kg/m³, tergantung pada jenis agregat yang dipakai
bisa dari batuan hematit, batuan barit, serta pada derajat kepadatannya.
Untuk beton berat sering dihadapi kesukaran dalam pengadukan, karena
perbedaan yang jauh antara berat jenis agregat dan pasta semen,
sehingga beton mengalami. Segregasi atau pemisahan butiran, agregat
cenderung turun ke bawah, sedangkan pasta semennya mengapung ke
atas.
 Agregat Normal, yaitu agregat dengan berat jenis antara 2.4 sampai
dengan 2.9. yang menghasilkan beton dengan bobot isi antara 2200 –
2700 kg/m³.Agregat ini merupakan agregat yang paling banyak
digunakan untuk campuran beton normal, atau pemakaian beton dengan
tujuan yang biasa, tidak khusus. Sumber batuannya sangat banyak,
diantaranya batuan andesit, granit, basalt, dan lain- lain
 Agregat Ringan, Jenis agregat ini banyak dipakai untuk pembuatan beton
ringan. Memiliki berat jenis kurang dari 2.0 dan menghasilkan beton
dengan bobot isi kurang dari 1800 kg/m3. Dengan bobot beton yang
ringan dapat menghemat banyak tulangan, karena berat sendiri pada
beton tersebut relatif kecil, sehingga momen yang bekerjanya juga relatif
kecil. Beton ringan juga memiliki karakteristik kedap suara dan panas,
tetapi penyerapan airnya lebih tinggi berkisar antara 20 sampai dengan 25
%, kekuatan tekan pada betonnya juga relatif rendah, tergantung dari
jenis agregat ringannya. Dengan menggunakan lempung bekah kuat
tekannya bisa mencapai 200 kg/cm2. Agregat ringan digunakan dalam
bermacam – macam produk beton, baik sebagai beton partisi maupun
beton bertulang atau bahkan beton pra-tekan.
c. Berdasarkan Besar Butiran

 Agregat Halus Agregat ini biasanya disebut pasir dan mempunyai ukuran
butir antara 4,75 sampai 0,075 mm. Partikel dengan ukuran lebih kecil
dari 0,075 mm disebut Lumpur.
 Agregat Kasar Agregat ini mempunyai ukuran lebih besar dari 4,75 mm
dan ukuran maksimumnya sangat bervariasi tergantung dari kebutuhan
betonnya. Pada umumnya ukuran maksimum agregat kasar adalah 10
mm, 20 mm, 30 mm, 40 mm, 80 mm, dan 100 mm.
5. Bahan tambah (Superlasticise – Sika Viscocrete- 10)

Alkalin aktivator yang digunakan adalah Sodium silikat dan sodium


hidroksida. Sodium silikat berfungsi untuk mempercepat reaksi polimerisasi,
sedangkan sodium hidroksida berfungsi untuk mereaksikan unsur-unsur Al
dan Si yang terkandung dalam fly ash sehingga dapat menghasilkan ikatan
polymer yang kuat. Bahan Tambah (Superlasticize –Sika Viscocrete-10)
Bahan tambah (Admixture) didefinisikan sebagai material selain air, agregat,
semen dan fiber yang digunakan dalam campuran beton atau mortar, yang
ditambahkan dalam adukan segera sebelum atau selama pengadukan
dilakukan.
Superplasticizer adalah bahan tambah yang digunakan sebagai salah satu
cara meningkatkan kemudahan pelaksanaan pekerjaan pengecoran
(workability) beton dengan menggunakan air sesedikit mungkin. Penggunaan
superplasticizer mulai dikembangkan di Jepang dan Jerman pada tahun 1960-
an dan menyusul kemudian di Amerika Serikat pada 1970-an.
Dalam penelitian ini Superplasticizer yang digunakan adalah Sika
Viscocrete-10 yaitu bahan tambah berupa cairan yang ditambahkan pada
campuran beton dalam jumlah tertentu untuk mengubah beberapa sifat beton.
Bahan tambah Sika Viscocrete-10 termasuk Tipe F “Water Reducing,
High Range Admixtures” yaitu bahan tambah yang berfungsi untuk
mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk meng-hasilkan
beton dengan konsistensi tertentu dan meningkatkan nilai slump sehingga
mudah untuk dikerjakan (workability). Jenis bahan tambah ini adalah berupa
Superplasticizer, dosis yang disarankan adalah 0,4% - 1,5% dari berat semen.
Dosis yang berlebihan akan menyebabkan menurunnya kuat tekan beton.

E. Pembuatan Beton Geopolimer

Pembuatan dilakukan satu hari sebelum pengadukan dengan cara menimbang


kebutuhan Sodium hidroksida sesuai dengan mix design. Setelah itu mencampurkan
Sodium hidroksida dengan Sodium silikat (waterglass) sampai merata. Setelah
teraduk dengan rata masukan larutan alkaline activator dan didiamkan selama 24
jam.
Setelah larutan alkaline activator didiamkan selama 24 jam dilakukan pembuatan
sampel beton dengan cara menimbang fly ash, pasir, dan kerikil terlebih dahulu
sesuai dengan mix design yang dibuat. Setelah itu masukan fly ash ke dalam molen,
setelah itu masukan larutan alkaline activator ke dalam molen bersamaan dengan
berputarnya molen, ketika fly ash dan larutan bercampur hingga berbentuk pasta
masukan pasir ke dalam molen. Kemudian masukan kerikil ke dalam molen sambil
terus diaduk sampai semua material tercampur rata. Kemudian tuang campuran
beton ke dalam bak dan masukan ke dalam cetakan yang sebelumnya telah dibasahi
dengan air. Simpan pada suhu ruangan. Buka cetakan setelah ± 24 jam pengadukan.

F. Sifat – Sifat Geopolimer

Geopolimer memiliki kekuatan awal yang tinggi penyusutan (shrinkage) yang


rendah freezethaw resistance, ketahanan terhadap sulfat, ketahanan terhadap korosi,
ketahanan terhadap asam, ketahanan terhadap api,dan reaksi agregat alkali yang
tidak berbahaya.
Semen geopolimer dapat mengeras dengan cepat pada temperatur ruang dan
memiliki kekuatan tekan sekitar 20 Mpa hanya setelah 4 jam pada temperatur 20 ℃
dan sekitar 70 – 100 Mpa setelah 28 hari. Sebagian besar kekuatan 28 harinya
diperoleh selama 2 hari pertama selama curing.
Semen geopolimer lebih unggul daripada semen portland dalam hal ketahanan
panas dan api dimana semen portland mengalami penurunan kekuatan tekan yang
cepatpada 300℃, sedangkan semen geopolimer tetap stabil sampai dengan 600℃.
Penyusutan pada geopolimer jauh lebih rendah dibandingkan semen portland.
Keberadaan alkali dalam semen atau beton portland dapat menimbulkan Alkali –
Aggregate – Reaction (AAR) yang berbahaya. Namun hal ini tidak terjadi pada
geopolimer, bahkan pada geopilimer yang memiliki kandungan alkali yng lebih
tinggi. Berdasarkan uji bar expansion, semen geopolimer dengan kandungan alkali
yang jauh lebih tinggi dibandingkan semen portland tidak menimbulkan AAR yang
berbahaya.
Geoplimer juga tahan asam karena tidak seperti semen portland. Beton
geopolimer relatif stabil dengan kehilangan berat sekitar 5 – 8 %. Sementara itu
beton dari portland kehilangan 30 – 60 %.
Bakharev membagi betongei polimer menjadi :

 Tipe I

Campuran dikeraskan selama dua jam pada temperatur ruang dankemudian


dinaikan 75℃ sebelummengalami pengerasan pada temperatur 75℃ selama
sebulan.
 Tipe II

Campuran dikeraskan selama 24jam pada temperatur ruang kemudian


dinaikan ke 75℃ sebelum akhirnya mengalami pengerasan pada temperatur
75℃ dan 95℃ selama24 jam.
 Tipe III

Samadengan tipe II,tapi pengerasan dilakukan selama 6 jam

G. Kelebihan dan Kekurangan Beton Geopolimer


a. Kelebihan-kelebihan beton geopolimer :

• Tahan terhadap api,

• Tahan terhadap lingkungan korosif,

• Tahan terhadap reaksi alkali silica.

• Tidak menggunakan semen sebagai bahan perekatnya, maka dapat


mengurangi polusi udara.
• Mempunyai rangkak susut yang kecil.

b. Kekurangan-kekurangan beton geopolymer :

• Pembuatan beton geopolymer lebih rumit dibandingkan beton semen,


karena membutuhkan alkaline activator,
• belum ada rancang campuran yang pasti.

H. Aplikasi Beton Geopolimer

Geopolimer dapat diaplikasikan pada berbagai lapangan industri automobil,


aerospace, metalurgi dan pengecoran bukan besi dan lain – lain. Tipe dari aplikasi
material – material geopolimer ditentukan oleh struktur kimia dalamhal ini adalah
rasio atom Si dan Al dalam polisylate. Rasio Si dan Al yang rendah menginisiasi
jaringan 3D yang sangat kaku. Sementara rasio Si dan Al yang lebih besar dari
menghasilkan karakter polimer dari geopolimer material tersebut. Kebanyakan
aplikasi geopolimer pada bidang teknik sipil cocok pada rasio Si dan Al yang
rendah seperti batu bata, keramik, proteksi terhadap api, beton yang rendah CO2.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Beton geopolimer adalah sebuah senyawa silikat alumino anorganik yang


disintesiskan dari bahan – bahan produk sampingan seperti abu terbang (fly ash) abu
sekam padi (risk husk ash) dan lain – lain, yang banyak mengandung silicon dan
aluminium
2. Adalah Professor Joseph Davidovits dari Perancis yang pertama kali mengemukakan
ide bahwa sesungguhnya piramid tidaklah dibangun menggunakan batu-batu yang
dipahat- seperti halnya Candi Borobudur yang kemudian disusun menjadi bangunan
yang mengundang kekaguman sepanjang masa dan menjadikannya salah satu dari
tujuh keajaiban dunia. Davidovits menyatakan teorinya bahwa batuan-batuan
penyusun piramid tersebut dicor di tempat, seperti halnya pembuatan beton yang kita
kenal sekarang ini. Ada beberapa hal yang mendasari teorinya tersebut. Sebuah berita
singkat di majalah Australian Concrete Construction edisi bulan Agustus 2002
mengutip laporan tentang Edward Zeller, direktur laboratorium fisika radiasi
University of Kansas, yang mempublikasikan hasil penelitiannya tentang bongkahan
batu yang diambil dari sebuah piramid di Mesir. Edward Zeller menemukan banyak
rongga-rongga udara berbentuk oval di dalam batuan tersebut seperti yang banyak
dijumpai di dalam beton, dan setelah menganalisa komposisi batuan tersebut tibalah
dia pada kesimpulan bahwa batuan tersebut adalah beton.
3. Bahan – bahan dalam pembuatan beton geopolimer seperti solid material, dimana
solid material adalah salah satu komponen sistem anorganik geopolymer. Solid
material untuk geopolymer dapat berupa mineral alami seperti kaolin, tanah liat,
mika, andalusit,spinel dan lain sebagainya, air , agregat, bahan tambah dan alkali
aktivator.
4. Pembuatan dilakukan satu hari sebelum pengadukan dengan cara menimbang
kebutuhan Sodium hidroksida sesuai dengan mix design. Setelah itu mencampurkan
Sodium hidroksida dengan Sodium silikat (waterglass) sampai merata. Setelah
teraduk dengan rata masukan larutan alkaline activator dan didiamkan selama 24
jam.Setelah larutan alkaline activator didiamkan selama 24 jam dilakukan pembuatan
sampel beton dengan cara menimbang fly ash, pasir, dan kerikil terlebih dahulu
sesuai dengan mix design yang dibuat. Setelah itu masukan fly ash ke dalam molen,
setelah itu masukan larutan alkaline activator ke dalam molen bersamaan dengan
berputarnya molen, ketika fly ash dan larutan bercampur hingga

berbentuk pasta masukan pasir ke dalam molen. Kemudian masukan kerikil ke dalam
molen sambil terus diaduk sampai semua material tercampur rata. Kemudian tuang
campuran beton ke dalam bak dan masukan ke dalam cetakan yang sebelumnya telah
dibasahi dengan air. Simpan pada suhu ruangan. Buka cetakan setelah ± 24 jam
pengadukan.
5. Kelebihan-kelebihan beton geopolimer : tahan terhadap api, tahan terhadap
lingkungan korosif, tahan terhadap reaksi alkali silica, tidak menggunakan semen
sebagai bahan perekatnya, maka dapat mengurangi polusi udara, mempunyai rangkak
susut yang kecil. Sedangkan kekurangan-kekurangan beton geopolymer : pembuatan
beton geopolymer lebih rumit dibandingkan beton semen, karena membutuhkan
alkaline activator, belum ada rancang campuran yang pasti.
6. Geopolimer dapat diaplikasikan pada berbagai lapangan industri automobil,
aerospace, metalurgi dan pengecoran bukan besi dan lain – lain. Aplikasi beton
geopolimer pada bidang teknik sipil seperti batu bata, keramik, proteksi terhadap
api, beton yang rendah CO2 dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Hardjito, Djwantoro. 2002. Geopolimer Beton Tanpa Semen yang Ramah


Lingkungan. https://www.kompas.com/kompas-cetak/0210/21/
iptek/beto45.htm diakses 6 Mei 2020.
Adisty, Dian. 2009. Sintesis Geopolimer Berbahan. http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0CF
QQFjAH&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital
%2F124972R040849Sintesis
%2520geopolimerLiteratur.pdf&ei=UC8tVZ6oBJCXuAT0poGYBg&usg
=AFQjCNEhSHEM7KNeBAjydtMkLnLV57bHw&sig2=h_RhVMmK94
bE32jlhP72g&bvm=bv.90790515,d.c2E diakses 6 Mei 2020.
Pujianto,dkk. 2013. Kuat Tekan Beton Geopolimer dengan Bahan Utama Bubuk
Lumpur Lapindo dan Kapur (155m). Jurnal Konferensi Nasional Teknik
Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26
Oktober 2013 M – 129.

Anda mungkin juga menyukai