Anda di halaman 1dari 125

Pengendalian Mutu Beton untuk

Perkerasan

JUMAT, 26 Februari 2021

Pekan Webinar
Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan
• Pendahuluan
Outline Paparan • Hal Umum dalam Pekerjaan Beton
• NSPK (Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria)
dalam pekerjaan beton
• Interpretasi Hasil Pengujain dan Urgensinya
• Pelaksanaan Jalan Beton
• Pemeliharaan Jalan Beton
• Jenis kerusakan beton
• NSPK (Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria)
dalam perbaikan beton
• Pemilihan Metode Perbaikan Perkerasan Beton
• Product Knowledge – Material Untuk Perbaikan
Beton
Pendahuluan
(Introduction)
BETON
CONCRETE
Semen Portland Pasir/Agregat halus

Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air Kerikil/Agregat kasar
ADUKAN
MORTAR
Semen Portland Pasir/Agregat halus

Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air
ACIAN
PASTA SEMEN
Semen Portland

Bahan tambah
(bila diperlukan)
Air
“Musuh” beton

7
Hal Umum
dalam Pekerjaan Beton
Setting Pengerasan

Beton kondisi segar Beton kondisi keras dan kaku


(Plastis)
SISTEM PRODUKSI BETON SEGAR

Pengadukan dengan tangan

Pengadukan cara manual dengan


mesin pengaduk

Pengadukan dengan peralatan


batching plant
KRITERIA MUTU TEKNIS BETON
WORKABILITY

Slump =...? Dengan peralatan


yang tersedia,
adukan beton segar
harus memiliki
X
kelecakan (nilai
slump) yang bisa Faktor-faktor yang berpengaruh :
Slump =...?
dikerjakan tanpa -Jumlah air
terjadi segregasi -Tipe agregat dan gradasi
-Kehalusan semen
-Bahan tambah
-Waktu, suhu penguapan,
proses hidrasi
Slump =...?
KEKUATAN BETON
(Pada umur tertentu)
Pengujian mutu kekuatan
tekan beton (destructive)

Pengujian mutu kekuatan lentur Silinder beton f 15 - 30 cm


DURABILITY
AWAL AKHIR

Umur rencana pelayanan


Mutu kekuatan Mutu kekuatan Mutu kekuatan
=....? =....? =....?

Faktor-faktor yang berpengaruh:


-Kondisi lingkungan dan iklim
-Faktor air-semen
-Kadar semen
-Zat-zat tertentu dalam beton
-Permeabilitas beton
-Perawatan beton
Struktur Spesifikasi Teknik Jalan dan Jembatan
Umum
Persyaratan
(standar rujukan, toleransi, bahan, persyaratan kerja)

Pelaksanaan
Pengendalian Mutu
(penerimaan bahan, jaminan mutu, perbaikan, pemeliharaan)

Pengukuran dan Pembayaran


(Pengukuran dan dasar pembayaran)
Spesifikasi Bina Marga
Seksi 5.3 Seksi 7.1

16
NSPK (Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria)
dalam Pekerjaan Beton
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 7974:2013 Spesifikasi
air pencampur yang
digunakan dalam produksi
beton semen hidraulis
(ASTM C1602-06, IDT)

18
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 7064:2014 Semen portland komposit (PCC)
• SNI 0302:2014 Semen portland pozolan (PPC)
• SNI 2049:2015 Semen portland (OPC) Tipe I s/d V
• SNI 8363:2017 Semen portland slag (SPS)

• SNI 6385:2016 Spesifikasi semen slag untuk


digunakan dalam beton dan mortar
• SNI 2460:2014 Spesifikasi abu terbang batubara
dan pozolan alam mentah atau yang telah
dikalsinasi untuk digunakan dalam beton (ASTM
C618-08a, IDT)

19
Jenis Semen Portland
Yang tersedia di pasar Indonesia
Jenis Semen Acuan Penjualan tahun 2019**
Semen Portland Komposit (PCC) SNI 7064:2014 33 juta ton
Semen Portland Pozolan (PPC) SNI 0302:2014 845 ribu ton
Semen Portland Jenis I (OPC) SNI 2049:2015 36 juta ton
Semen Portland Jenis II (OPC) SNI 2049:2015 …. ton
Semen Portland Jenis III (OPC) SNI 2049:2015 …. ton
Semen Portland Jenis IV (OPC) SNI 2049:2015 …. ton
Semen Portland Jenis V (OPC) SNI 2049:2015 65 ribu ton
Semen Portland Slag SNI 8363:2017 …. ton
Semen Portland Putih SNI 0129:2018 …. ton
Semen Pemboran (Oil Well Cement) SNI 15-3044-xxxx 66 ribu ton
Semen Mansonry SNI 15-3758-xxxx …. ton
Semen Portland Campur SNI 15-3500-xxxx …. ton
Semen Slag (GGBFS)* SNI 6385:2016 …. ton
* Tidak termasuk dalam kategori semen portland , namun tersedia di Indonesia
** Sumber : Semen Indonesia Group (2020)
Produsen semen di Indonesia
No NAMA PRODUSEN* LOKASI PABRIK* NAMA PRODUK* JENIS SEMEN*
1 Semen Padang Sumatera Barat Semen Padang OPC, PPC, PCC, OWC
OPC, PPC, PCC,
2 Semen Gresik Jawa Timur, Jawa Tengah Semen Gresik
Semen Putih
3 Semen Tonasa Sulawesi Selatan Semen Tonasa OPC, PCC
4 Solusi Bangun Indonesia Aceh, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Dynamix PCC
OPC, PPC, PCC,
5 Indocement Tunggal Prakasa Jawa Barat, Kalimantan Selatan Semen Tiga Roda, Semen Rajawali
Semen Putih
6 Semen Baturaja Sumatera Selatan, Lampung Semen Baturaja OPC, PCC
7 Semen Kupang Nusa Tenggara Timur Semen Kupang PCC
8 Semen Bosowa Sulawesi Selatan Semen Bosowa PCC
9 Jui Shin indonesia Jawa Barat Semen Garuda PCC
10 Semen Jawa Jawa Barat SCG PCC
11 Cemindo Gemilang Banten Semen Merah Putih PCC
Papua, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara,
12 Anhui Conch Cement Semen Conch PCC
Sulawesi Selatan, Banten
Cement Puger Jaya
13 Jawa Timur Semen Puger/Semen Singa Merah PPC
Raya/Semen IMASCO Asiatic
14 Sunfook Industries Indonesia Banten Semen Hippo OPC, PCC
15 Semen Jakarta Banten Semen Jakarta PCC
Sinar Tambang Artha
16 Jawa Tengah Semen Bima PPC
Lestari/Semen Panasia
17 Haohan Cement Indonesia Banten Semen Serang OPC, PCC
18 Semen Gombong** Jawa Tengah - -
19 Semen Grobogan** Jawa Tengah - -
20 Ultratech** Jawa Tengah - -

* Informasi web diakses Maret 2020, ** Tahap konstruksi pabrik


Produsen semen di Indonesia

* Informasi web diakses Maret 2020,


Penggunaan Semen Portland
Bored pile

Semen
Portland
Deep soil mixing

Mass Concrete
Concrete Pavement
23
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton

• SNI 03-2495-1991 Bahan tambahan


untuk beton, Spesifikasi
• SE No. 22/SE/M/2015 Penggunaan
Bahan Tambah Kimia Dalam Beton
24
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 8321:2016 Spesifikasi agregat
beton (ASTM C33/C33M - 13, IDT)

• SNI ASTM C136:2012 Metode uji untuk analisis


saringan agregat halus dan agregat kasar
• SNI 2417:2008 Cara uji keausan agregat dengan
mesin abrasi Los Angeles
• SNI 2816 - 2014 Metode uji bahan organik dalam
agregat halus untuk beton (ASTM C40/C40M-11,
IDT)
• SNI ASTM C117:2012 Metode uji bahan yang
lebih halus dari saringan 75 mm (No. 200) dalam
agregat mineral dengan pencucian
25
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton

• SE NO. 07/SE/M/2016 Pedoman Tata Cara


Penentuan Campuran Beton dengan Semen
OPC, PPC dan PCC
• SNI 7656-2012 Tata Cara Pemilihan
Proporsi untuk Beton Normal, Beton Berat
dan Beton Massa
• SNI 03-6468-2000 Tata cara perencanaan
campuran beton berkekuatan tinggi dengan
semen portland dan abu terbang
• SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan
dan pengecoran beton
26
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 4433:2016 Spesifikasi Beton
Segar Siap Pakai

• SNI 2458:2008 Tata cara pengambilan contoh uji


beton segar
• SNI 1972:2008 Cara Uji Slump Beton
• SNI 8309:2016 Metode uji passing ability beton
memadat sendiri dengan J-Ring
• SNI ASTM C403/C403M:2012 Metode uji waktu
pengikatan campuran beton dengan ketahanan
penetrasi
• SNI 2493:2011 Tata cara pembuatan dan
perawatan benda uji beton di laboratorium
27
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton

• SNI ASTM C309:2012 Spesifikasi kompon


cair pembentuk membran untuk perawatan
beton
• SNI 4817:2008 Spesifikasi lembaran bahan
penutup untuk perawatan beton
28
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 6880:2016 Spesifikasi beton
struktural
• Spesifikasi Pelaksanaan Jalan dan
Jembatan tahun 2018
• SNI 1974:2011 Cara uji kuat tekan beton dengan
benda uji silinder yang dicetak
• SNI 4431:2011 Cara uji kuat lentur beton normal
dengan dua titik pembebanan
• SNI 2492:2008 Metode pengambilan dan
pengujian inti beton hasil pemboran dan balok
beton hasil pemotongan (ASTM C42/C42M-13,
IDT)
• SNI 03-4169-1996 Metode pengujian modulus
elastisitas statis dan rasio poison beton dengan
kompresometer
29
Standar yang digunakan dalam pekerjaan
beton
• SNI 6880:2016 Spesifikasi beton
struktural
• Spesifikasi Pelaksanaan Jalan dan
Jembatan tahun 2018
• SNI ASTM C805:2012 Metode uji angka pantul
beton keras (ASTM C 805-02, IDT)
• SNI ASTM C597:2012 Metode uji kecepatan
rambat gelombang melalui beton (ASTM C 597 -
02, IDT)
• SNI ASTM C803:2012 Metode uji ketahanan
beton keras terhadap penetrasi (ASTM
C803/C803 M-03, IDT)
• SNI 03-6444-2000 Pengujian Potensial Setengah
Sel Baja Tulangan di dalam Beton

30
Interpretasi Hasil Pengujian
dan Urgensinya dalam Pekerjaan Beton
Pengujian Analisis Saringan
Persentase Persentase Persentase

Analisis saringan agregat Ukuran Saringan


Kumulatif
y ang lewat
Kumulatif
y ang lewat
Kumulatif
y ang lewat

ialah penentuan persentase saringan


(Minimum)
saringan
(Maksimum)
saringan
(Eksisting)

berat butiran agregat yang mm


0,075
inci
No.200 0 0 2,78

lolos dari satu set saringan, 0,15


0,30
No.100
No.50
0
8
10
30
8,32
31,97

kemudian angka-angka 0,60


1,20
No.30
No.16
35
55
59
90
54,46
70,25

persentase tersebut 2,40


4,80
No.8
No.4
75
90
100
100
84,99
100,00
digambarkan pada grafik 9,60
19,00
3/8"
3/4"
100
100
100
100
100,00
100,00
pembagian butir. Modulus Kehalusan 2,5

Fine Aggregate Gradation Curve


120
Minimum
Maksimum
100 2.4 4.8 9.6 19
Eksisting 1.2 4.8
2.4
80
0.6 2.4

% passing sieve
1.2
60 0.6
1.2
0.3
40
0.6
0.3
20 0.15
0.15 0.3
00
Digunakan dalam perancangan mutu beton, penentuan jarak penulangan, 0 0.15
Sieve Size

tebal selimut beton dan kemudahan pelaksanaan


32
Common
Pengujian Analisis Saringan Mistakes

Kesalahan atau pengabaian terhadap gradasi agregat dalam pekerjaan beton dapat
menyebabkan kekuatan beton dan durabilitas tidak tercapai akibat campuran yang sulit untuk
dikerjakan, serta struktur yang keropos akibat bagian bagian tertentu yang tidak terisi oleh
campuran beton segar

33
Pengujian Abrasi Agregat Kasar
Prinsip uji abrasi Los Angeles
adalah menghasilkan aksi
abrasif dengan
menggunakan bola baja
standar yang bila dicampur
dengan agregat dan diputar
dalam drum untuk jumlah
putaran tertentu akan
menyebabkan tumbukan
pada agregat.

Digunakan sebagai ukuran kuantitatif kekerasan agregat untuk beton


secara mekanis
34
Common
Pengujian Abrasi Agregat Kasar Mistakes
Penggunaan agregat
dengan nilai abrasi tinggi
pada struktur beton dapat
menyebabkan kekuatan
beton yang rendah, karena
pada saat menerima
beban, retak terjadi melalui
penampang agregat.

Meningkatkan kadar
semen untuk menaikkan
kekuatan beton dapat
menyebabkan beton lebih
rentan terhadap retak susut
akibat panas hidrasi yang
berlebihan.

35
Pengujian bahan yang lolos saringan 200
Prinsip pengujian bahan
yang lebih halus dari 75 mm
dalam agregat adalah
untuk mengetahui berapa
banyak bahan yang halus
seperti clay yang terdapat
di dalam agregat, sebelum
dan setelah pencucian
dengan air bersih.
Jumlah material yang halus
dalam agregat harus
dibatasi, karena semakin
banyak material yang
halus dalam agregat akan
menaikkan kebutuhan air
pencampur dalam
produksi beton.

36
Pengujian bahan yang lolos Common
saringan 200 Mistakes

Kebutuhan air dalam beton, selain untuk merancang kekuatan (nilai f.a.s) juga untuk
kebutuhan kemudahan pelaksanaan (nilai workability) yang harus mencapai optimal
Kelebihan penggunaan air dalam pencampuran beton dapat menyebabkan menurunnya
kekuatan beton, dan terbentuknya lapisan air di permukaan beton segar (bleeding) yang
dapat menyebabkan lapisan yang lemah pada permukaan beton

37
Pengujian gumpalan lempung dan partikel
yang mudah pecah
Gumpalan lembung (Clay lumps)
dan partikel yang mudah pecah
(friable pasticles) adalah material
yang terdapat dalam agregat
alam serta hasil pemecahan
mekanis yang dapat
mengganggu ikatan antara pasta
semen dengan agregat yang
berdampak pada menurunnya
kekuatan beton yang dihasilkan.
Salah satu kriteria kebersihan
agregat adalah batasan
terhadap jumlah gumpalan
lempung dan partikel yang
mudah pecah.

38
Pengujian gumpalan lempung dan partikel
yang mudah pecah Common
Mistakes
Pop-outs atau terlepasnya butiran
agregat dari beton yang telah
mengeras adalah salah satu
bentuk kerusakan pada beton
akibat lemahnya ikatan antara
pasta dengan agregat.
Berlebihannya gumpalan
lempung serta partikel yang
mudah pecah di dalam beton
akan menyebabkan rendahnya
kekuatan beton, serta kerusakan
dini pada permukaan beton,
terutama bagian yang
mengalami gesekan, seperti
permukaan lantai jembatan.

39
Pengujian kekekalan bentuk agregat dengan
Magnesium sulfat atau Natrium Sulfat
Pengujian Soundness (kekekalan
bentuk) agregat dilakukan untuk
melihat keutuhan butiran agregat
setelah direndam di dalam larutan
sulfat, dalam lima siklus basah – kering.
Perendaman di dalam larutan sulfat
dengan kondisi basah-kering selama 5
siklus, akan memaksa garam yang
terbentuk di dalam pori pori agregat
untuk mendorong agar terjadi
disintegrasi/pemecahan pada
agregat.
Agregat yang keras akan memiliki
ketahanan yang baik terhadap gaya
yang mendorong terjadinya
disintegrasi dari dalam.

40
Pengujian kekekalan bentuk agregat dengan
Magnesium sulfat atau Natrium Sulfat Common
Mistakes
Kelembapan (air) yang
terperangkap di dalam agregat,
akan menyebabkan air yang
memiliki sifat anomali pada
temperatur 4oC untuk memuai
dan menyebabkan gaya dorong
ke segala arah.
Salah satu contoh mekanisme
kerusakan pada beton akibat
dorongan dari dalam agregat
yang menyebabkan disintegrasi
dan kerusakan pada beton
adalah mekanisme freeze & thaw
pada beton yang mengalami
pembekuan pada musim dingin
yang panjang.

41
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat
Berat jenis agregat adalah
perbandingan antara berat agregat
(kg) dengan berat air (kg)sebagai
acuan pada volume yang setara.

Digunakan dalam perancangan mutu beton, koreksi kadar air


pada saat pelaksanaan pembetonan, dan kebutuhan air
minimum dalam pencampuran

42
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Common
Mistakes

Untuk mengetahui proporsi agregat yang harus digunakan dalam


beton dalam mencapai campuran yang optimal, data berat jenis
(specific gravity) dari agregat yang digunakan menjadi parameter
utama.
Pada kondisi lapangan, agregat hanya mungkin berada dalam
kondisi kering udara atau basah, sedangkan dalam rancangan
campuran, agregat dalam kondisi jenuh kering permukaan.
Hal tersebut menyebabkan, dalam setiap pencampuran perlu
dilakukan koreksi terhadap kadar air agregat, dibandingkan
dengan nilai penyerapan airnya.
Kesalahan atau pengabaian terhadap parameter berat jenis dan
penyerapa air , sama dengan menghasilkan komposisi campuran
beton yang tidak dirancang
43
Retak Susut Permukaan (Plastic Shrinkage)
Common
• Retakan-retakan tersebut tidak Mistakes
lebih dari beberapa milimeter
dalamnya dan disebabkan oleh
susut lapis permukaan.
• Bentuk keretakan jenis ini tidak
beraturan, sering kali berbentuk
segi enam, dan jaraknya sekitar
60 dan 75 mm, biasanya disebut
juga peta pola retakan.
Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara
Agregat
Lepas/Loose Padat/Rodded Berat isi agregat adalah
perbandingan antara berat agregat
(kg) dengan volumenya, pada
volume tertentu (liter) sebagai acuan

Digunakan dalam perhitungan volume struktur dan kebutuhan


bahan penyusunnya, dan sebagai dasar proporsi campuran
untuk penakaran secara volumetrik utk beton di bawah 20 MPa

45
Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara Common
Agregat Mistakes

Penakaran bahan penyusun beton secara volumetrik


membutuhkan data-data berat isi dari setiap komponen
penyusunnya.
Penakaran bahan penyusun beton secara volumetrik tanpa
merujuk pada data hasil uji berat isi, akan menyebabkan
komposisi campuran yang tidak terukur, sehingga akan
menyulitkan pelaksanaan dan pengendalian kekuatan serta
keseragamannya
46
Pengujian Kepipihan Agregat Kasar
Jenis-jenis agregat yang
dianggap tidak cocok
untuk campuran beton
adalah agregat yang
pipih, memanjang atau
kombinasi keduanya,
terutama untuk beton yang
dirancang dengan
kekuatan yang tinggi.
Kondisi pipih dan panjang
pada agregat disebabkan
karena proses pemecahan
agregat yang kurang baik.
47
Common
Pengujian Kepipihan Agregat Kasar Mistakes

Agregat yang pipih cenderung akan menempatkan dirinya


sejajar dalam satu bidang, sehingga dapat menyebabkan
masalah dengan kekuatan dan keawetan beton, akibat
kepadatan yang dihasilkan kurang baik.

48
Pengujian Kotoran Organik Agregat Halus
Pengujian dilakukan dengan
membandingkan warna air
rendaman pasir dengan warna
standar pada pelat pembanding
Kotoran organik dalam pasir
umumnya terdiri dari bahan
dalam bentuk karbon atau
bentuk pembusukan tanaman
dan sisa-sisa hewan.
Pada umumnya, pengujian
perbandingan kekuatan mortar
Agregat halus/pasir yang bersih ditunjukkan dengan warna air dengan pasir yang bersih dan
rendaman yang semakin bening atau cerah, sedangkan agregat pasir yang diragukan digunakan
halus/pasir yang kotor ditunjukkan dengan warna air rendaman sebagai pengukur efek
yang semakin gelap atau pekat
berbahaya dari pengotor.
49
Pengujian Kotoran Organik Agregat Halus
Common
Mistakes

Selain kemungkinan mengandung mineral reaktif,


agregat halus dengan kotoran organik yang
tinggi, berpotensi besar mengganggu reaksi
hidrasi dan ikatan antara semen dengan
agregat, serta mengurangi kekuatan dan
kerapatan beton pada usia diatas 28 hari

50
Pengujian Alkali Reaktif pada Agregat
Halus

Reaksi alkali silika pada beton terjadi karena agregat yang digunakan memiliki tingkat reaktifitas yang
tinggi (ekspansif) saat berhubungan dengan semen portland pada kondisi basa dan kelembapan yang
tinggi. Untuk mengetahui agregat yang digunakan merupakan tipe silica yang reaktif, maka perlu
dilakukan pengujian di laboratorium dengan mengukur perpanjangan dari mortar yang dibuat dalam
bentuk batang-batang uji.

51
Pengujian Alkali Reaktif pada Agregat
Halus Common
Mistakes
Kerusakan akibat pengaruh reaksi alkali
silika pada umumnya muncul setelah
beberapa tahun beton dilaksanakan,

Beton setidaknya direncanakan untuk umur


40 tahun (jalan beton) serta 50 tahun
(jembatan biasa) dan 100 tahun (jembatan
khusus).

Sehingga perlu pemilihan agregat yang lebih


intensif untuk beton pada area yang memiliki
riwayat material dengan silika yang reaktif

52
Spesifikasi Bina Marga
Seksi 7.1 Seksi 5.3

53
Pengujian Slump Beton Segar
Dengan peralatan
yang tersedia,
Slump =...? adukan beton segar
harus memiliki
kelecakan (nilai
slump) yang bisa
dikerjakan tanpa
terjadi segregasi SNI 1972:2008
Slump =...?

Pengujian kemudahan pengerjaan (workability) dibutuhkan untuk menjamin bahwa beton yang
dibuat memiliki keseragaman komposisi dari batch ke batch dan akan mencapai kepadatan
optimum pada saat dilaksanakan.
Nilai slump akan berhubungan langsung dengan metode kerja dari struktur yang akan dibuat

54
Common
Pengujian Slump Beton Segar Mistakes

Seringkali nilai slump dihubungkan terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan. Namun sebenarnya nilai slump
tidak memiliki hubungan langsung dengan kekuatan yang ditargetkan. Sebagai contoh, beton 40 MPa boleh
jadi harus memiliki nilai Slump 180 mm, sedangkan beton 30 MPa harus memiliki nilai slump 60 mm.

Penolakan akibat nilai slump yang tidak sesuai juga jarang dilakukan akibat missleading terhadap pernyataan
diatas.

Padahal akibat pengabaian terhadap nilai slump, dapat menghasilkan mulai dari hal yang kecil seperti beton
yang keropos/kurang padat, kegagalan konstruksi hingga kegagalan struktur.
55
Pengujian Waktu Pengikatan BetonFase
SNI ASTM C403/C403M:2012
Pengecoran, Penggergajian /
Pengadukan Pemadatan dan Perawatan Pembukaan Pembebanan
Penyelesaian cetakan

Penggergajian Akhirwaktu
konvensional penggergajian

Pengikatanakhir
Penggergajianawal
Panas

Pengikatanawal

56
Common
Retak Akibat Susut Mistakes
• Retak akibat susut pada beton
biasanya terjadi pada permukaan yang
terbuka dari bagian lantai dan pelat
(atau bagian-bagian lain dengan
permukaan yang lebar) dimana akan
terjadi kehilangan banyak kadar air
yang disebabkan oleh kelembaban
yang rendah, angin, dan/atau
temperatur yang tinggi.
• Susut plastis biasanya terjadi sebelum
akhir penyelesaian pekerjaan sebelum
dilakukannya perawatan (curing).
KESALAHAN-KESALAHANUMUMDALAMPEKERJAAN Common
JALANBETONDANJEMBATAN Mistakes

Perawatan beton / Curing


Pengujian Kekuatan Beton
SNI 1974:2011
SNI ASTM C805:2012

Pengujian kuat tekan beton Pengujian angka pantul beton


SNI 4431:2011 Beton harus diuji untuk mengetahui pencapaian kekuatannya pada umur yang
disyaratkan.
Pengujian harus dilakukan sesuai dengan jenis kekuatan yang syaratkan.
Pengujian kuat tekan harus dilakukan untuk elemen struktur beton yang
mengalami beban tekan, seperti pilar dan/atau lantai jembatan, sedangkan
pengujian kuat lentur harus dilakukan untuk struktur beton yang mengalami
beban tarik lentur, seperti perkerasan beton.
Penggunaan schmidt hammer (hammer test) hanya digunakan sebagai indikasi
Pengujian kuat lentur beton kekuatan dan keseragaman.
60
Common
Pengujian Kekuatan Beton Mistakes
Sering terjadi kekuatan beton diukur dengan metode yang tidak
sesuai peruntukkannya, sebagai contoh :
1. Kekuatan lentur beton diukur dengan pendekatan dari kekuatan
tekannya
2. Kekuatan pada 28 hari diukur dari konvensi kekuatan dari umur
yang lebih muda.
Kedua hal tersebut dapat menyebabkan missleading terhadap
spesifikasi yang berujung pada usia layan yang lebih rendah
dari rencana

61
KESALAHAN-KESALAHAN UMUM DALAM PEKERJAAN JALAN BETON
DAN JEMBATAN

Benda uji untuk evaluasi kekuatan yang tidak sesuai


Pelaksanaan Jalan Beton
(Construction)
Pengajuan kesiapan kerja
Seksi 5.3

Seksi 7.1

64
Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton
(Min. 100% + Margin) (= 100% + Margin)
Kuat Tekan DMF Kuat Tekan Perlu Kuat Tekan Perlu/Target ed mean strength
(fcr)

Kuat Tekan Karakteristik /Specified


Kekuatan Tekan (N/mm2)

strength
(fc’)
Margin

Kuat Tekan
Karakteristik
Margin
Kuat Tekan JMF (= 100%)

(Min. 90% Kuat


tekan perlu)
Kekuatan Tekan Beton (N/mm2)

3 7 28
Umur (hari)
Cuaca yang diijinkan untuk bekerja
• Tingkat penguapan
harus selalu di
bawah 1 kg/m2/jam

66
Penggunaan Beton Siap Pakai
(Readymix Concrete)

67
Pengambilan contoh Uji
• Berbasis Lot : Umur pengujian :
• Hingga 50 m3  Acuan gelincir Sepasang untuk 7 hari
• Hingga 30 m3  Acuan tetap Sepasang untuk 28 hari

68
Pembukaan Terhadap Lalu lintas
• Perkerasan boleh dibuka untuk lalu lintas jika
kekuatan sudah mencapai minimal 90% dari
kekuatan lentur yang disyaratkan.
• 90% x 4,5 MPa = 4,05 MPa.

69
Pengukuran Tebal Perkerasan

70
Pemeliharaan Jalan Beton
(Preservation)
Data Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia

10 Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia


Kecelakaan lalu lintas Kecelakaan Lalu lintas
2,60%
2,10% 1,90%

menduduki peringkat ke-8 pada


2,70%
10 penyebab kematian tertinggi 21,10%
4,90%
di Indonesia. Tercatat, ada
107.968 kecelakaan lalu lintas 5,30%

yang terjadi di Indonesia pada 5,70%

tahun 2018 dengan nilai rata- 12,90%

rata kematian adalah 30.000 6,70%

orang. Stroke
Diabetes Melitus dan Komplikasinya
Jantung&Pembuluh Darah
Tuberkulosis Pernapasan
[berdasarkan data Korlantas POLRI] Hipertensi
Liver
Infeksi Saluran Pernapasan bawah
Kecelakaan Lalu Lintas
Pneumonia Diare disertai infeksi pencernaan
Hubungan Kondisi Jalan, Kemantapan Jalan, dan Penanganan Jalan
Pemeliharaan
Penanganan Jalan Rutin

Rekonstruksi Preservasi Pemeliharaan


Jalan Berkala
Jalan

Rehabilitasi
Jalan
Jenis Kerusakan
Pada Beton
Jenis-jenis kerusakan pada beton
KODE BETON

201 Cacat pada beton termasuk terkelupas, sarang lebah,

berongga, berpori dan kualitas beton yang jelek

202 Keretakan

203 Korosi pada tulangan baja

204 Kotor, berlumut, penuaan atau pelapukan beton

205 Pecah atau hilangnya bahan

206 Lendutan

Sumber : Bridge Management System 1992


76
Beton keropos
Beton keropos dapat terjadi akibat
campuran yang kurang baik tetapi lebih
banyak juga diakibatkan
• cara penanganan yang jelek, seperti
kurangnya pemadatan,
• hilangnya cairan beton yang
disebabkan acuan yang buruk, atau
terlalu rapatnya baja tulangan.
• komposisi campuran beton tidak sesuai
dengan proporsi yang disarankan
dalam job mix
Beton berongga
• Karat yang ada pada besi
tulangan mendorong
sebagian permukaan
beton
• Perbaikan yang tidak baik
bila penambalan yang
dilakukan tidak menempel
dengan baik pada bahan
dasar dan terjadi lapisan
yang terpisah
Rembesan atau Bocoran Kedalam Beton
Rembesan dapat dikenali dengan adanya tanda
warna pada permukaan beton. Kadang-kadang
tanda warna tersebut adalah :
• Warna hijau karena ditumbuhi lumut
• Warna putih berkerak atau bahkan
membentuk stalaktit berwarna putih, ini
menandakan bahwa terdapat larutan kapur
dari semen yang merembes keluar (atau
terbuang)
• Adanya daerah yang basah secara terus
menerus.
Mutu Beton yang Rendah
• Dapat mengakibatkan terjadinya
karbonasi yang secara struktur
berbahaya, karena pada proses
karbonasi terjadi penurunan pH
beton dari 13 menjadi 9 atau bahkan
8, dimana pH ini menurunkan sifat
alkali beton menjadi asam.
• Jadi, pada kerusakan 201 dimana
beton mempunyai mutu yang rendah,
keroipos ataupun keropos di bagian
dalam struktur sehingga beton
berbunyi (druminess) secara struktur
adalah berbahaya
• Kekerasan permukaan tidak sesuai
dengan perencanaannya
Beton Retak
“Tak ada
beton
yang tak
retak”
Retak Struktural
Suatu retak struktural adalah :
• Terbuka dan melebar ketika beban lalu-lintas
lewat di atasnya, lebih sering terjadi di daerah
pelat lantai dan gelagar jembatan
• Terus berkembang seiring dengan
berlangsungnya pergerakan dan penurunan,
lebih sering terjadi pada bangunan bawah.
Retak Struktural
Retak pada balok dan elemen utama dapat
disebabkan oleh :
• Momen (sekitar daerah tengah bentangan)
• Retak ini merupakan retak yang tegak/vertical
• Gaya lintang dekat landasan
• Retak ini biasanya membuat sudut 40 sampai 50
derajat terhadap sumbu elemen yang bersangkutan.
• Kombinasi momen dan gaya lintang.
Retak Akibat Kestabilan Struktur
• Beberapa retak struktur disebabkan karena
pergerakan.
• Tetapi apabila Pondasi distabilkan atau dihilangkan
penyebabnya maka keretakan itu tidak akan
berkembang.
• Dalam hal ini retak tersebut adalah retak tetap.
• Tetapi keretakan itu perlu dipantau selama dua belas
bulan sebelum retak tersebut dinyatakan benar-benar
aktif.
Retak Akibat Penurunan Fondasi
• Apabila fondasi mengalami penurunan atau bergerak,
terjadi banyak gaya-gaya tambahan dalam struktur
beton.
• Retak akibat gaya-gaya tersebut tidak mempunyai pola
yang pasti.
• Apabila terjadi penurunan maka ada baiknya untuk
memeriksa pada sekitar bagian atas dan bawah kolom
penyokongnya dan pada bagian tengah kepala pilar
untuk kemungkinan terjadinya retakan.
Retak Akibat Karat
• Retak dapat juga terjadi akibat terjadinya karat pada tulangan
baja di bawah permukaan.
• Karena karat tersebut mengembang, itu akan mengangkat
permukaan dan mengakibatkan retak.
• Jika keretakan tersebut tidak diperiksa, maka akan terjadi
kerontokan pada beton
• Setiap tulangan yang terbuka/terlihat harus dicatat supaya
dapat ditutup secepatnya
Retak Akibat Karat
Retak Non Struktural
Retak non struktural atau retak tak bergerak biasanya terjadi
pada bagian permukaan dan umumnya tidak bertambah besar.
Beberapa jenis retak ini ada yang berbahaya tetapi dapat tidak
berbahaya.
Terdapat beberapa jenis retak non struktural dan akan
dijelaskan mengapa keretakan tersebut terjadi,
• Retak akibat susut
• Retak permukaan
• Retak akibat acuan yang bergerak
Retak Akibat Susut
• Retak akibat susut pada beton
biasanya terjadi pada permukaan yang
terbuka dari bagian lantai dan pelat
(atau bagian-bagian lain dengan
permukaan yang lebar) dimana akan
terjadi kehilangan banyak kadar air
yang disebabkan oleh kelembaban
yang rendah, angin, dan/atau
temperatur yang tinggi.
• Susut plastis biasanya terjadi sebelum
akhir penyelesaian pekerjaan sebelum
dilakukannya perawatan (curing).
Retak Akibat Susut
• Apabila penguapan kadar air dari parmukaan beton yang baru
digelarkan lebih cepat daripada penggantian oleh kelebihan air dari
campuran beton (bleed water) maka permukaan beton akan
mengalami retak susut.
• Akibat adanya tahanan dalam beton dibawah permukaan yang
mengering, gaya tarik akan timbul pada daerah yang lemah,
kekakuan plastis beton akan mengakibatkan retak yang dangkal dan
biasanya pendek dan menuju ke segala arah.
• Jika susut yang terjadi dibatasi oleh tulangan yang dekat dengan
permukaan, retakan yang terjadi akan pengikuti pola garis tulangan.
• Retak susut merupakan retak tetap dan tidak dicatat sebagai jenis
kerusakan apabila lebar keretakan tersebut kurang dari satu
milimeter dan panjang kurang dari 300 mm
Retak Susut Permukaan (Plastic Shrinkage)
• Retakan-retakan tersebut tidak lebih dari
beberapa milimeter dalamnya dan
disebabkan oleh susut lapis permukaan.
• Bentuk keretakan jenis ini tidak beraturan,
sering kali berbentuk segi enam, dan
jaraknya sekitar 60 dan 75 mm, biasanya
disebut juga peta pola retakan.
Retak ini biasanya terjadi pada :
• Permukaan yang mengambang atau yang
dihaluskan dengan sendok aduk pada pelat
beton
• Permukaan beton yang dibentuk oleh
cetakan
• Jenis keretakan ini tidak dianggap sebagai
suatu kerusakan.
Retak Akibat Bergeraknya Acuan
• Retak yang diakibatkan oleh
bergeraknya acuan tidak
mengikuti pola tertentu dan ini
disebabkan karena pada waktu
beton mulai mengeras acuan
bergerak.
• Retak akibat bergeraknya acuan
dapat menjadi suatu masalah jika
retak tersebut cukup dalam dan
mengakibatkan terlihatnya
tulangan.
Pengukuran dan Pencatatan Retak
• Apabila retak ditemukan maka mereka harus
mencatatnya untuk perbaikan dan memantaunya
mengenai apakah retak tersebut berkembang.
• Bilamana retak terlihat bertambah, detail keretakan
harus diberi tanda pada permukaan beton dengan
menggunakan spidol yang tahan air untuk
menggambarkan :
• Iokasi retak
• Lebar retak Alat ukur lebar retak
• Tanggal pengukuran
Jenis-jenis kerusakan pada perkerasan kaku
• Retak memanjang
(Longitudinal crack),
retak yang umumnya
terjadi pada tengah
perkerasan beton,
sejajar sumbu jalan
atau arah lalu lintas.

96
Jenis-jenis kerusakan pada perkerasan kaku
• Retak melintang
(Transverse crack),
yang terjadi pada arah
lebar perkerasan beton
dan hampir tegak lurus
sumbu jalan.

97
Jenis-jenis kerusakan pada perkerasan kaku
• Gompal pada sambungan
(joint spalling),
kerusakan/pecahnya tepi
slab beton di sekitar
sambungan dan biasanya
tidak membentuk bidang
vertikal, tetapi
membentuk sudut
terhadap bidang datar.

98
Jenis-jenis kerusakan pada perkerasan kaku
• Pecah sudut (corner
breaks), pecah yang
terjadi di sudut slab beton
yang memotong
sambungan pada jarak
kurang atau sama dengan
½ dari panjang slab di
kedua sisi panjang dan
lebarnya, diukur dari
sudut pelat.
99
Jenis-jenis kerusakan pada perkerasan kaku
• Pumping, pergerakan atau
terangkatnya material di
bawah slab beton akibat
tekanan air melalui
sambungan atau retakan.
Akumulasi air dibawah slab
beton akan menekan slab
keatas saat dibebani lalu
lintas

100
NSPK
dalam Perbaikan Perkerasan Beton
Daftar NSPK

102
Daftar NSPK

103
• Seksi 4.8 Penambalan Dangkal Perkerasan Beton
Daftar NSPK Semen Tanpa Tulangan
• Seksi 4.9 Penambalan Penuh Perkerasan Beton
Semen Bersambung Tanpa Tulangan
• Seksi 4.10 Penambahan Penyaluran Beban Pada
Perkerasan Beton Semen (Dowel Retrofit)
• Seksi 4.11 Penjahitan Melintang Pada
Pemeliharaan Perkerasan Beton Semen (Cross
Stitching)
• 4.12 Penutupan Ulang Sambungan dan Penutupan
Retak Pada Perkerasan Beton Semen (Joint &
Crack Sealing)
• 4.13 Penstabilan dan Pengembalian Elevasi Pelat
Beton Dengan Cara Injeksi Pada Perkerasan Beton
Semen
104
Pemilihan
Metode Perbaikan
Panduan Pemilihan Teknologi Pemeliharaan
Preventif Perkerasan Jalan

106
Panduan Pemilihan Teknologi Pemeliharaan
Preventif Perkerasan Jalan

107
Panduan Pemilihan Teknologi Pemeliharaan
Preventif Perkerasan Jalan

108
Penstabilan dan Pengembalian Elevasi

109
Penambalan Dangkal Perkerasan Beton

110
Restorasi Penyaluran Beban

111
Penjahitan Melintang Perkerasan Kaku

112
Joint & Crack re-Sealing

113
Full depth Repair

114
Product Knowledge
Bahan Perbaikan Beton
Repair Material
• Non-Shrink Grouts.
• Shotcrete.
• Epoxy Resins.
• Epoxy Mortar.
• Quick-Setting Cement Mortar.
• Mechanical Anchors.
• Ferrocement – Fibre Concrete.
• Fibre Reinforced Plastics (FRP)

116
Beton / Mortar Tahan Susut
• Semen dan agregat
halus di dalam
kemasan
• Umumnya cepat
setting dan
berkekuatan awal
tinggi
• Tinggal menambah
air dan mengaduk
• Tidak menyusut
karena
mengandung
expanding agent.
117
Beton Semprot
• Campuran mirip dengan Beton pada
umumnya, dengan ukuran agregat
yang lebih kecil.
• Pengecoran dilakukan dengan cara
memberikan tekanan kepada
campuran beton segar.
• Menggunakan admixture yang mampu
mempercepat proses
pengikatan/setting

118
Epoxy Resin
• Termasuk dalam kategori
polimer termosetting.
• Dalam pekerjaan
perbaikan beton
digunakan untuk
menutup celah /retak
yang kecil
• Dapat diaplikasikan
menggunakan tekanan
atau gravitasi
• Cepat setting
119
Epoxy Mortar
• Campuran bahan atau
adonan bersifat keras dan
padat setelah kering yang
berfungsi untuk mengisi
ruang dalam suatu
bangunan.
Disebut mortar karena
kokoh atau memiliki daya
tahan tinggi terhadap
benturan.

120
Beton / Mortar Cepat Mengeras
• Semen dan agregat
halus di dalam
kemasan
• Cepat setting dan
berkekuatan awal
tinggi
• Masih dapat
menyusut
meskipun sedikit
• Tinggal menambah
air dan mengaduk
• Sangat mudah
dikerjakan
121
Angkur Mekanis dan Angkur Kimia
• Menambah kekuatan
tarik dan / atau
geser dari
permukaan beton
yang diperbaiki

122
Beton Serat / Ferrocement
• Seperti beton pada umunya,
namun mengandung serat
(baja atau sintetik) yang
ditambahkan pada saat
pengadukan beton.
• Serat berfungsi menambah
kekuatan tarik beton
• Serat juga berfungsi
memberikan ketahanan retak
yang lebih baik pada beton

123
Fiber Reinforced Plastics (FRP)
• FRP merupakan kepanjangan dari
Fiber Reinforced Plastic , yaitu sebuah
komposit yang terdiri dari serat (fiber)
dan matriks (resin).
• Biasa digunakan untuk
memberikan tambahan atau
mengembalikan kekuatan struktur
beton bertulang.
• Tujuan perkuatan pada struktur
beton, adalah untuk meningkatkan
kapasitas dari struktur dalam
menahan beban yang diperlukan
baik akibat perubahan fungsi
maupun beban yang baru

124
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai