Anda di halaman 1dari 19

BAHAN PERKERASAN JALAN

SPESIFIKASI DAN PENGENDALIAN


KUALITAS PERKERASAN BETON

NADYA SHAFIRA ,S.T.,M.T


SPESIFIKASI PERKERASAN BETON
Berikut ini dokumen referensi yang digunakan dalam perencanaan perkerasan beton:
• Spesifikasi Khusus Seksi 7.16, Perkerasan Jalan Beton Untuk Pembukaan Lalu Lintas
(Fast Track)
• Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2)
• SNI 794:2013, Spesifikasi Air Pecampur yang Dignakan Dalam Produksi Beton Semen
Hidraulis (ASTM C1602-06, IDT)
• SNI 7064:2014 Semen portland komposit (PCC)
• SNI 0302:2014 Semen portland pozolan (PPC)
• SNI 2049:2015 Semen portland (OPC) Tipe I s/d V
• SNI 8363:2017 Semen portland slag (SPS)
• SNI 6385:2016 Spesifikasi semen slag untuk digunakan dalam beton dan mortar
• SNI 2460:2014 Spesifikasi abu terbang batubara dan pozolan alam mentah atau yang
telah dikalsinasi untuk digunakan dalam beton (ASTM C618-08a, IDT)
TEKNOLOGI BETON LANJUT
• Beton Massa (Mass Concrete)
• Beton Memadat Sendiri (Self Compacted Concrete)
• Beton Cepat Dibuka (Fastrack Concrete)
• Beton Semprot (Shotcrete)
• Beton Ringan (Lightweight Concrete)
• Beton Serat (Fiber Reinforced Concrete)
• Beton Kedap Air (Watertight Concrete)
• Beton Tahan Api (Fire Resitance Concrete)
• Beton Berat (Heavy Concrete)
• Beton Tanpa Semen (Geopolymer Concrete)
BETON CEPAT DIBUKA FASTRACK CONCRETE

Beton Cepat Dibuka (Fastrack Concrete) adalah beton siap pakai yang cepat
mengeras dan dapat langsung digunakan untuk lalu lintas. Beton ini
memiliki spesifikasi khusus yang mencakup kebutuhan beton untuk segmen
perkerasan jalan beton. Bisa juga dibuka untuk lalu lintas pada umur beton
belum 7 hari. Spesifikasi beton siap pakai ini digunakan untuk ruas jalan
dengan lalu lintas padat.
BETON CEPAT DIBUKA FASTRACK CONCRETE

Spesifikasi bahan yang digunakan pada Beton Cepat Dibuka (Fastrack Concrete)
adalah sebagai berikut:
1. Semen
Semen Portland Tipe I dan tipe II harus digunakan untukbeton pada spesifikasi ini.
Semen yang digunakan harus memenuhi persyaratan dalam SNI 2049-1994

2. Abu Terbang (Fly Ash)


Abu terbang (Fly Ash) dapat digunakan dengan Batasan 15-25% berat total bahan
bengikat. Abu ternbang yang digunakan harus memenuhi persyaratan SNI 03-2460-
1991

3. Air
Air yang digunakan harus sesuai SNI 03-6817-2002.
BETON CEPAT DIBUKA FASTRACK CONCRETE
4. Agregat
Ketentuan mutu agregat untuk beton fastrack adalah sebagai berikut:
BETON FASTRACK CONCRETE
5. Bahan Tambahan
Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan:
• Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran be ton dalam
jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses pengadukan atau selama
pelaksanaan pengadukan tambahan dalam pengecoran beton. Ketentuan mengenai
bahan tambah kimia ini harus mengacu pada SNI 03 -2495 -1991.
• Mineral yang berupa bahan tambah dapat berbentuk: abu terbang (fly ash) kelas F
sesuai dengan SNI 2460:2014, semen slag atau terak tanur tinggi berbutir (ground
granulated blast furnace slag) sesuai dengan SNI 6385:2016, mikro silica atau silica
fume. Penggunaan abu terbang (fly ash) tidak dibenarkan untuk beton yang
menggunakan semen tipe Portland Pozzolan Cement (PPC).

6. Tulangan Baja
Dowel, batang pengikat (Tie bra) dan tulangan yang digunakan harus sesuai dengan
Spesifikasi Umum.
BETON CEPAT DIBUKA FASTRACK CONCRETE

7. Bahan-bahan Untuk Sambungan


Bahan penutup sambungan (join Sealent) dan bahan pengisi siar (Filler)
yang digunakan harus sesuai Spesifikasi Umum.

8. Bahan Perawataan Beton


Penutup insulasi untuk perawatan beton yang digunakan harus mempunyai
tingkat penahan panas minimal 0,5 jam-foot 2/BTU. Bahan penutup beton harus
pada kondisi baik dan tidak ada bagian yang robek.
KORELASI HASIL PENGUJIAN
A. Pengujian Analisis Saringan
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran agregat yang
lolos dari satu set saringan, kemudian angka-angka persentase tersebut
digambarkan pada grafik pembagian butir.
KORELASI HASIL PENGUJIAN
B. Pengujian Abrasi Agregat Kasar
Prinsip uji abrasi Los Angeles adalah menghasilkan aksi abrasif dengan
menggunakan bola baja standar yang bila dicampur dengan agregat dan diputar
dalam drum untuk jumlah putaran tertentu akan menyebabkan tumbukan pada
agregat.
KORELASI HASIL PENGUJIAN
C. Pengujian bahan yang lolos saringan 200
Prinsip pengujian bahan yang lebih halus dari 75 mm dalam agregat adalah untuk
mengetahui berapa banyak bahan yang halus seperti clay yang terdapat di dalam
agregat, sebelum dan setelah pencucian dengan air bersih.
KORELASI HASIL PENGUJIAN
D. Pengujian Gumpalan Lempung dan Partikel yang Mudah Pecah
Gumpalan lembung (Clay lumps) dan partikel yang mudah pecah (friable
pasticles) adalah material yang terdapat dalam agregat alam serta hasil pemecahan
mekanis yang dapat mengganggu ikatan antara pasta semen dengan agregat yang
berdampak pada menurunnya kekuatan beton yang dihasilkan.
KORELASI HASIL PENGUJIAN
E. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Berat jenis agregat adalah
perbandingan antara berat
agregat (kg) dengan berat air
(kg)sebagai acuan pada volume
yang setara. Digunakan dalam
perancangan mutu beton,
koreksi kadar air pada saat
pelaksanaan pembetonan, dan
kebutuhan air minimum dalam
pencampuran.
KORELASI HASIL PENGUJIAN
F. Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara Agregat
Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat (kg) dengan
volumenya, pada volume tertentu (liter) sebagai acuan. Digunakan dalam
perhitungan volume struktur dan kebutuhan bahan penyusunnya, dan sebagai
dasar proporsi campuran untuk penakaran secara volumetrik utk beton di bawah
20 Mpa.
KORELASI HASIL PENGUJIAN
G. Pengujian Kepipihan Agregat Kasar
Jenis-jenis agregat yang dianggap tidak
cocok untuk campuran beton adalah
agregat yang pipih, memanjang atau
kombinasi keduanya, terutama untuk
beton yang dirancang dengan kekuatan
yang tinggi. Agregat yang pipih cenderung
akan menempatkan dirinya sejajar dalam
satu bidang, sehingga dapat menyebabkan
masalah dengan kekuatan dan keawetan
beton, akibat kepadatan yang dihasilkan
kurang baik.
KORELASI HASIL PENGUJIAN
H. Pengujian Kotoran Organik Agregat Halus
Pengujian dilakukan dengan membandingkan warna air rendaman pasir dengan
warna standar pada pelat pembanding. Pada umumnya, pengujian perbandingan
kekuatan mortar dengan pasir yang bersih dan pasir yang diragukan digunakan
sebagai pengukur efek berbahaya dari pengotor. Agregat halus/pasir yang bersih
ditunjukkan dengan warna air rendaman yang semakin bening atau cerah,
sedangkan agregat halus/pasir yang kotor ditunjukkan dengan warna air rendaman
yang semakin gelap atau pekat.
KORELASI HASIL PENGUJIAN
I. Pengujian Slump Beton Segar
Pengujian kemudahan pengerjaan (workability) dibutuhkan untuk menjamin
bahwa beton yang dibuat memiliki keseragaman komposisi dari batch ke batch
dan akan mencapai kepadatan optimum pada saat dilaksanakan. Nilai slump akan
berhubungan langsung dengan metode kerja dari struktur yang akan dibuat. nilai
slump tidak memiliki hubungan langsung dengan kekuatan yang ditargetkan.
Sebagai contoh, beton 40 MPa boleh jadi harus memiliki nilai Slump 180 mm,
sedangkan beton 30 MPa harus memiliki nilai slump 60 mm.
KORELASI HASIL PENGUJIAN
J. Pengujian Waktu Pengikatan Beton
TERIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai