1. BETON STRUKTUR
1.1. Umum
A. Lingkup Pekerjaan
1. Spesifikasi ini meliputi semua pekerjaan beton struktur yang dicor ditempat yang
digunakan pada bangunan dan perlengkapannya.
2. Segala sesuatu yang tertulis dalam spesifikasi ini tetapi tidak tercantum dalam
gambar detail atau sebaliknya, dinyatakan berlaku seperti bila tercantum pada
kedua-duanya.
3. Dalam hal ada perbedaan diantara gambar detail dan spesifikasi, yang tertulis
dalam spesifikasi dinyatakan yang berlaku; tetapi kontraktor utama tetap
diwajibkan sebelumnya untuk melaporkan kepada Direksi Pengawas tentang hal
tersebut dan yang akan diberikan keputusan secara tertulis.
4. Kecuali ditentukan lain semua pekerjaan struktur beton harus menggunakan beton
ready-mix.
1.2. BAHAN-BAHAN
A. Semen
1. Semen Portland harus memenuhi syarat-syarat ASTM C-150 /PUBI-982 Bab A-I.
2. Kecuali ditentukan atau dipersyaratkan lain, harus digunakan semen Type I atau
Type II, ASTM C 150.
3. Semen yang dipakai dalam pekerjaan harus sama dengan semen yang dipakai pada
waktu menentukan campuran beton.
4. Semua semen yang dikirim harus dalam keadaan utuh, tidak rusak dan lengkap
disertai merk atau cap dari pabrik.
1
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
B. Bahan Additive
1. Jika diperlukan atau diperbolehkan, bahan additive beton harus memenuhi
spesifikasi sebagai berikut :
a. Air-entraining admixtures, ASTM C 260
C. Air
Air yang dipakai sebagai pencampur adukan beton harus memenuhi syarat-syarat
ASTM C 94, PUBI-1982 Bab A-III, PBI-1971 Bab 3.6.
Air yang akan dipergunakan untuk keperluan pengadukan campuran bahan beton harus
bersih dan bebas dari minyak, larutan asam, akali, garam, bahan organis dan bahan
kimiawi lainnya yang dapat mengakibatkan disintegrasi atau penurunan kualitas
produk beton yang dihasilkan serta terjadinya proses karat tulangan baja. Air tidak
boleh mengandung banyak ion klorida.
Secara umum dan jika tidak ditentukan lain, air yang dapat diminum dapat
dipergunakan untuk bahan pengadukan beton ini.
D. Agregat
1. Agregates beton harus memenuhi syarat-syarat ASTM C-330 atau PUBI-1982 Bab
A-V, PBI-1971 Bab 3.3, 3.4, dan 3.5.
2. Agregat halus dan agregat kasar harus dianggap sebagai material yang terpisah.
Tiap ukuran agregat kasar, termasuk jika dipakai kombinasi dua ukuran atau lebih,
harus memenuhi syarat-syarat ukuran yang ditentukan dalam ASTM dan PBI .
E. Penyimpanan Bahan-Bahan
1. Semen harus disimpan ditempat yang terlindung dari pengaruh udara luar dan
kelembaban.
2. Penyimpanan dan penggunaan agregat harus diatur sedemikian untuk
menghindari pemisahan agregat dan untuk mencegah tercampurnya dengan
material lain atau agregat dengan ukuran yang berbeda. Untuk menjamin hal ini
harus dilakukan uji coba benda uji yang diambil pada saat pengiriman bahan
tersebut apakah dapat memenuhi syarat-syarat kebersihan dan kombinasi ukuran
(grading).
3. Penyimpanan pasir harus sedemikian sehingga dapat menjamin kadar air dalam
pasir yang merata.
2
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
4. Untuk mencegah perbedaan kadar air yang besar, agregat yang dibasahi
sebelumnya diperbolehkan berada ditempat penyimpanan sampai minimum 12
jam sebelum digunakan.
5. Bahan additive harus disimpan ditempat yang dapat menghindarkan bahan dari
pencemaran, penguapan, atau kerusakan. Untuk bahan additive yang digunakan
dalam bentuk gumpalan atau larutan yang tidak stabil, harus disediakan alat
pengaduk untuk menjamin distribusi yang baik dari unsur-unsurnya. Bahan
additive yang cair harus dilindungi dari perubahan temperatur yang dapat
mempengaruhi sifat karakteristiknya.
A. Umum
Beton untuk semua bagian pekerjaan harus ditentukan mutu dan kemampuannya
untuk dicor tanpa terjadi pemisahan pada bahan-bahan dasarnya. Pada saat mengeras,
beton akan mencapai kekuatan karakteristik yang dipersyaratkan oleh spesifikasi dan
gambar detail.
B. Kekuatan
Kekuatan tekan karakteristik yang dipersyaratkan harus berdasarkan kekuatan tekan
benda uji beton berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm pada umur 28
hari dan jika tidak ditentukan lain atau disetujui tidak boleh kurang dari :
1. Bore pile dan kolom : f’c = 30 Mpa
2. Pile Cap, balok, pelat, dan tangga : f’c = 25 Mpa
Untuk area-area struktur yang berhubungan dengan air (water tank, pool, landscape, STP,
toilet, dll), harus digunakan water proofing & water stop pada sambungan pengecoran, dan
kontraktor harus memberikan jaminan kedap air / tidak bocor.
Untuk struktur basement (dinding, pelat, balok) harus digunakan integral water proofing.
Test permeability harus dilakukan sesuai standar ASTM C-1585.
3
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
cukup. Jika tidak ditentukan lain, faktor air-semen maksimum ditentukan
sebagai berikut :
(untuk beton yang harus bersifat kedap air, faktor air semen maksimum = 0,45)
1. Fly ash boleh digunakan dalam campuran beton, dengan ketentuan bahwa berat
fly ash maksimum adalah sebesar 15% dari total berat fly ash + semen.
2. Uji slump harus berdasarkan ASTM C 143, PBI-1971.
3. Dalam hal digunakan pompa dalam pekerjaan pengecoran beton, mix design dan
slump harus disesuaikan sedemikian sehingga material beton dapat dipompa
dengan lancar dan tetap workable pada saat mencapai titik pengecoran.
4. Untuk beton pratekan dan semua beton dimana akan ditanam logam aluminum
atau logam galvanis, harus dibuktikan dengan uji-coba yang menunjukkan air
untuk campuran beton, termasuk yang dibawa oleh agregat dan bahan additive
yang dipakai, tidak akan mengandung jumlah ion klorida yang dapat merusak
beton.
E. Bahan Additive
Jika dipersyaratkan atau diperbolehkan penggunaan bahan additive, berlaku
pembatasan sebagai berikut :
1.1. Tidak diperbolehkan setiap penambahkan bahan apapun di dalam campuran
adukan beton yang mengandung klorida. Jumlah total kandungan cairan yang
mengandung ion klorida (cl) di dalam beton struktur sebelum terekspose tidak
4
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
boleh melampui 0.10% terhadap berat semen untuk beton struktur biasa dan
0.06% untuk beton struktur prategang.
1.2. Untuk beton pratekan dan semua beton dimana akan ditanam atau selalu
bersentuhan dengan logam aluminum atau logam galvanis, pembatasan Bagian
03300 1.3. C.3. akan berlaku kecuali diberikan bahan pelindung yang disetujui
Direksi Pengawas.
1.3. Kecuali telah ditentukan lain, semua bahan additive harus digunakan sesuai
dengan petunjuk pemakaian dari pabrik.
5
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
D. Kekuatan tekan beton rata-rata fcr’ yang digunakan sebagai dasar pemilihan proporsi
campuran beton harus mencapai (ambil yang terbesar) :
a. untuk mutu beton fc' ≤ 35 MPa :
fcr' ≥ fc' + 1.34 S
fcr' ≥ fc' + 2.33 S – 3.5
b. untuk mutu beton fc' > 35 MPa :
fcr' ≥ fc' + 1.34 S
fcr' ≥ 0.9fc' + 2.33 S
Harga deviasi standar dapat dihitung :
√
N
Σ (f
1
,
ci - f c r)
, 2
S =
N-1
Dimana :
S = deviasi standar
N = jumlah benda uji
fcr' = harga rata-rata kuat tekan seluruh benda uji (MPa)
fci' = kuat tekan setiap benda uji (MPa)
1. Kecuali ditentukan lain, beton ready mixed dibuat, diaduk dan diangkut ketempat
pekerjaan sesuai dengan ASTM C-94.
2. Beton yang dihasilkan oleh on-site volumetric batching dan continuous mixing
harus dibuat dan diaduk sesuai dengan persyaratan ASTM C 685.
2. Pengoperasian alat pembuat beton harus sedemikian sehingga bahan beton dapat
secara konsisten diukur dalam batas toleransi sebagai berikut :
SEMEN - 1%
AIR - 1%
AGREGAT - 2%
6
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
BAHAN ADDITIVE - 3%
3. Campuran bahan beton dimasukkan kedalam mesin pengaduk dimana air baru
dimasukkan setelah semen dan agregat dimasukkan terlebih dahulu. Air dialirkan
terus menerus selama hingga 25 persen dari lama waktu pengadukan. Harus
diperhatikan agar campuran bahan dimasukkan setelah mesin pengaduk bersih
dari bekas sisa adukan sebelumnya.
C. Pengadukan
1. Mesin pengaduk harus dapat menghasilkan adukan beton yang merata selama
waktu pengadukan yang ditentukan dan mengeluarkan adukan tanpa
menimbulkan pemisahan agregatnya. Mesin pengaduk harus memiliki keterangan
dari pabrik mengenai kapasitas, jumlah putaran per menit dan mesin pengaduk
harus bekerja berdasarkan kapasitas mesin tersebut.
2. Campuran kurang dari 0.75 m3 harus diaduk tidak kurang dari 1 menit. Waktu
pengadukan bertambah 15 detik setiap penambahan 0.75 m3
3. Harus dijaga agar adukan tidak keluar dari mesin pengaduk sampai waktu
pengadukan tercapai. Minimum dibutuhkan tigaperempat lama waktu pengadukan
setelah air selesai ditambahkan kedalam campuran.
a. Bagian dalam mesin pengaduk harus bersih dari gumpalan beton sisa yang
dapat mengganggu proses pengadukan. Pisau pengaduk harus diganti jika
beratnya sudah berkurang 10 persen.
D. Kontrol Bahan Additive
1. Air-entraining admixtures, calcium chloride, dan bahan additive kimia lain
dimasukkan kedalam mesin pengaduk sebagai larutan dan diukur dengan alat
dispensing mekanik yang tidak dapat mempengaruhi sifat larutan. Cairan harus
dianggap sebagai bagian dari air campuran. Bahan additive yang tidak dapat
ditambahkan sebagai larutan dapat ditimbang beratnya atau diukur volumenya
sesuai rekomendaisi dari pabrik pembuatnya.
2. Jika digunakan dua atau lebih bahan additive, bahan-bahan tersebut harus
ditambahkan secara terpisah untuk menghindari kemungkinan terjadi interaksi
yang dapat mengganggu efisiensi masing-masing bahan atau yang dapat
merugikan beton.
3. Penambahan bahan additive susulan hanya bisa dilakukan jika belum lebih dari 1
menit setelah selesai penambahan air kedalam campuran atau pada saat sebelum
tiga perempat lama waktu pengadukan terakhir; atau saat mana yang tercapai
lebih dulu.
7
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
1. Adukan beton hanya disediakan dalam jumlah yang cukup untuk keperluan
pekerjaan saat itu. Beton yang sudah mengeras sebelum dipakai harus dibuang
dan tidak boleh dipakai lagi sebagai bahan campuran beton.
2. Adukan beton yang sampai ditempat pekerjaan dan mempunyai nilai slump lebih
rendah dari yang dipersyaratkan dalam peraturan ini tidak boleh ditambah
dengan air.
F. Kondisi Cuaca
1. Semen tidak boleh dicampur dengan air atau campuran air dan agregat dengan
suhu lebih dari 38 C.
2. Bahan harus dingin sebelum diaduk, atau boleh digunakan bongkahan es yang
dapat segera mencair selama pengadukan sebagai pengganti sebagian atau
seluruh kebutuhan air bilamana terjadi keadaan suhu udara tinggi, slump
rendah, waktu setting yang cepat, ataupun sambungan dingin dan pengecoran
beton massive.
1.6. PENGECORAN
A. Persiapan Sebelum Pengecoran
1. Beton yang sudah mengeras dan bahan-bahan lain yang tidak diperlukan harus
dibersihkan dari permukaan bagian dalam alat pengangkut.
2. Bekisting harus sudah siap tanpa genangan air, pembesian, bahan ekspansion
joint, angkur dan bahan yang hendak ditanam dalam beton harus sudah
terpasang. Semua persiapan dan pembesian akan diperiksa dan disetujui secara
tertulis oleh Direksi Pengawas. Persetujuan mana tidak membebaskan kontraktor
utama dari tanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukannya.
3. Subgrade yang semiporous harus dibasahi terlebih dahulu untuk mencegah
perembesan dan subgrade yang porous harus dilapisi dengan bahan pengisi yang
disetujui Direksi Pengawas.
B. Pengangkutan Beton
1. Adukan beton diangkut dari tempat pengadukan ketempat pengecoran
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan pemisahan maupun perubahan
dari sifat beton seperti kekentalan, kelekatan dan kekuatannya.
2. Alat pengangkut harus disetujui Direksi Pengawas dengan ukuran dan cara
pengangkutan sedemikian sehingga tidak terdapat tanda-tanda pengerasan beton
sebelum beton yang berdekatan selesai dicor. Alat pengangkut harus dibersihkan
pada setiap operasi atau pada setiap berakhirnya hari kerja. Alat pengangkut dan
pemakaiannya harus memenuhi syarat-syarat tambahan berikut :
Truk pengaduk, pengaduk dan perlengkapan lainnya dan cara operasinya
harus memenuhi syarat-syarat ASTM C 94.
8
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
Sabuk conveyor harus mendatar atau mempunyai kemiringan yang tidak
akan menimbulkan pemisahan atau hilangnya bahan.
Adukan beton harus dilindungi terhadap pengeringan yang tidak
diharapkan ataupun naiknya suhu adukan. Pada ujung conveyor diatur
supaya tidak terjadi pemisahan bahan. Adukan tidak boleh melekat sabuk
pada saat balik. Untuk lokasi pengecoran yang jauh harus dipakai bucket.
Papan peluncuran harus dari logam atau berlapis logam dan mempunyai
kemiringan tidak lebih dari 1 (vertikal) : 2 (horisontal) dan tidak kurang
dari 1 (vertikal) : 3 (horizontal). Papan peluncuran yang panjangnya lebih
dari 6 meter dan tidak memenuhi persyaratan kemiringan harus diarahkan
pada suatu gerobak/bucket pengangkut untuk didistribusikan lebih lanjut.
Pompa atau peralatan konveyor hidrolis harus sesuai dengan kapasitas
pompa. Pengecoran dengan sistim ini harus diperiksa agar tidak terjadi
pemisahan bahan adukan beton. Beton tidak boleh dipompa melalui pipa
aluminum atau logam campuran aluminum. Pengaruh pemompaan beton
terhadap workability dan berkurangnya slump beton harus sudah
diperhitungkan dalam perencanaan design mix/trial mix.
9
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
tulangan, bahan yang tertanam dan sudut dengan tanpa ada rongga-rongga atau
bidang-bidang perlemahan Alat penggetar didalam adukan harus dari ukuran
dan daya yang terbesar, sehingga dapat digunakan untuk bermacam-macam
bagian pekerjaan beton.
5. Alat penggetar beton harus digunakan oleh pekerja yang berpengalaman. Alat
penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan adukan beton didalam
bekisting. Pengeluaran dan pemasukan alat penggetar dilakukan sejauh kurang
lebih selang 0.5 meter. Waktu yang diperlukan untuk tiap pemasukan alat
tersebut diatur harus cukup untuk memadatkan beton tanpa terjadi pemisahan
agregat, sekitar 5 sampai 15 detik. Alat penggetar cadangan harus tersedia selama
pengecoran. Jika dikehendaki beton dengan finishing sesuai hasil pengecoran,
bagian mortar dari adukan harus dibawa ke bagian permukaan bekisting dengan
pada proses pemadatan , jika perlu dibantu dengan sekop agar agregat kasar
tidak ikut terbawa ke bagian permukaan bekisting.
D. Perlindungan
1. Kecuali diberikan perlindungan yang cukup dan mendapat persetujuan Direksi
Pengawas, beton tidak boleh dicor pada waktu hari hujan.
2. Air hujan tidak diperbolehkan untuk meningkatkan kadar air campuran beton
ataupun merusakkan permukaan beton yang baru dicor.
3. Suhu beton yang baru dicor tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menyebabkan
timbulnya kesulitan akibat berkurangnya slump, waktu setting yang terlalu
cepat, atau sambungan dingin dan tidak boleh melebihi 32 C. Jika suhu beton
O
E. Pelekatan
1. Jika tidak dipersyaratkan, semua permukaan sambungan harus disiapkan
menurut salah satu cara yang ditentukan dalam Bagian 03250.
2. Beton yang mengeras pada sambungan pengecoran, pada sambungan antara
pondasi dan dinding atau kolom, antara dinding atau kolom dan balok atau pelat
lantai yang ditumpunya, sambungan pada dinding yang tidak terlihat dll. yang
tidak disebut dibawah harus dibasahi tidak sampai jenuh sesaat sebelum
pengecoran beton.
3. Beton yang mengeras pada sambungan pengecoran horisontal dalam pekerjaan
ekspose, sambungan pengecoran horisontal pada pertengahan balok anak, balok
10
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
induk, balok grid , dan pelat, dan sambungan pengecoran horisontal pada
pekerjaan yang direncanakan untuk kedap air harus dibasahi tidak sampai jenuh
dan dilapis semen grouting dengan campuran yang sama dengan mortar beton.
Adukan beton harus dicor sebelum semen grouting mengalami waktu setting
awalnya.
4. Sambungan yang memakai bahan perekat harus disiapkan dan penggunaan
bahan perekat tersebut harus dipakai menurut petunjuk dari pabriknya sebelum
dilakukan penempatan beton baru.
5. Permukaan sambungan yang sudah diperlakukan dengan bahan kimia retarder
harus disiapkan menurut petunjuk dari pabrik sebelum dilakukan penempatan
beton baru.
A. Umum
Kerusakan pada permukaan beton, termasuk lubang ikatan, kecuali ditentukan lain
harus diperbaiki segera sesudah pembongkaran bekisting.
11
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
3. Sesudah air permukaan menguap dari daerah yang ditambal, lapisan perekat
disapukan kepermukaan beton. Pada saat lapisan perekat mulai kehilangan
kilauan air nya, mortar yang dicampur sebelumnya harus dilekatkan. Mortar
harus benar-benar dipadatkan, sehingga tambalan sedikit lebih tinggi dari
permukaan disekitarnya. Karena adanya penyusutan awal, tambalan tersebut
sebaiknya dibiarkan terlebih dahulu paling sedikit selama 1 jam sebelum diberi
finishing. Daerah tambalan harus dibiarkan tetap lembab selama 7 hari. Pada
finishing tambalan dinding yang akan diekspose tidak boleh digunakan alat dari
logam.
4. Lubang Bekas Kait
Sesudah dibersihkan dan dibasahi, lubang tersebut harus diisi kembali dengan
mortar.
5. Bahan Tertentu
Jika diijinkan atau dipersyaratkan, campuran pelekat tertentu produksi suatu
pabrik atau sebagai bahan tambalan dapat digunakan sebagai pengganti atau
sebagai bahan tambahan pada campuran mortar yang sudah dijelaskan
terdahulu.
Campuran ini harus digunakan sesuai dengan petunjuk dari pabrik.
1.1. Umum
Jika finishing tidak ditunjukkan dalam gambar, finishing berikut boleh digunakan :
1. Permukaan beton biasa untuk semua permukaan beton yang tidak terlihat.
2. Permukaan beton halus dan rata untuk semua permukaan yang terlihat.
12
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
betonnya supaya diperoleh permukaan yang menyerupai permukaan beton yang
memakai bekisting.
1.9. PELAT
A. Umum
1. Pekerjaan beton pelat lantai harus disesuaikan dengan fungsi lantai yang
ditunjukkan dalam gambar arsitektur.
2. Kecuali ditentukan lain, tipe finishing berikut ini boleh digunakan :
a. Scratched finish untuk permukaan yang direncanakan untuk
menerima perekat dari semen.
b. Floated finish untuk permukaan yang direncanakan untuk
menerima penutup atap, membran kedap air atau terrazzo dengan
lapisan pasir.
c. Trowel finish untuk lantai yang direncanakan untuk jalanan atau
untuk menerima penutup lantai.
d. Broom atau belt finish untuk trotoir, ramp dan lantai parkir/garasi.
13
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
D. Pengecoran
1. Pencampuran dan pengecoran harus dikoordinasikan dengan rencana finishing.
Beton tidak boleh dicor diatas subgrade atau bekisting lebih cepat dari
penyebarannya, proses pengecoran ini harus dilakukan sebelum air semen
sempat mengumpul dipermukaan.
2. Untuk mendapatkan permukaan yang baik dan menghindari sambungan
dingin, jumlah pekerja bagian finishing harus direncanakan dengan
memperhitungkan pengaruh suhu beton dan keadaan lingkungan terhadap
kecepatan pengerasan beton. Jika diperlukan, sambungan pengecoran harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dalam Bagian 03250.
E. Sambungan
Sambungan pada pelat diatas tanah harus diletakkan dan didetail sesuai dengan
gambar perencanaan. Jika diperbolehkan atau dipersyaratkan sambungan bergerigi ,
waktu pemotongan harus disesuaikan dengan waktu setting beton. Pemotongan
dilakukan segera segera sesudah beton cukup keras sehingga agregat tidak tercabut
pada saat digergaji. Pemotongan harus sudah selesai sebelum tegangan akibat susut
beton cukup untuk menimbulkan retak.
F. Pemadatan
Beton pelat harus sepenuhnya dipadatkan. Penggetaran atau pemadatan bagian dalam
harus dilakukan pada balok disekeliling pelat, dan daerah pertebalan pelat diatas
tanah. Pemadatan beton dapat dilakukan dengan alat penggetar dan atau pipa roda
pembuat screed , alat penggetar biasa bagian dalam atau alat lain yang disetujui.
1.10.FINISHING
A. Scratch finish - Sesudah beton dicor, dipadatkan dan dilevel terhadap sesuai syarat
toleransi Kelas C, permukaan harus dikasarkan dengan sikat kawat atau penggaruk
sebelum beton mencapai waktu setting akhirnya.
B. Floated finish - Sesudah beton dicor, dipadatkan,dan dilevel beton tidak boleh
dikerjakan lebih lanjut sampai siap untuk difloating. Floating dengan hand float atau
dengan bladed power trowel yang dilengkapi float shoes, atau dengan powered disc
float dimulai pada saat kemilau air sudah hilang dan permukaan sudah cukup kuat
untuk pelaksanaan floating. Selama atau sesudah floating pertama, kerataan
permukaan diperiksa dengan straightedge panjang 3 m paling sedikit dari 2 sudut
yang berbeda. Semua bagian yang lebih tinggi harus dipotong, dan semua bagian yang
rendah diisi untuk menghasilkan permukaan dengan toleransi Kelas B. Pelat
kemudian segera difloating kembali sampai mencapai tekstur pasir yang merata.
14
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
C. Troweled finish - Pertama-tama permukaan harus difinish sesuai menurut
spesifikasi bagian 03300 1.10.B, kemudian ditrowel dengan mesin sebelum akhirnya
ditrowel dengan tangan. Troweling pertama sesudah power floating akan
menghasilkan permukaan yang halus dan relatif bersih dari kerusakan permukaan,
tetapi masih menunjukkan bekas ditrowel. Sesudah permukaan beton cukup mengeras
dilakukan tambahan troweling yang dilakukan dengan tangan. Troweling dihentikan
jika sudah terdengar bunyi mendesing pada saat trowel bergerak dipermukaan.
Permukaan beton sepenuhnya dipadatkan dengan pelaksanaan troweling dengan
tangan. Finishing permukaan harus bersih dari bekas trowel, menampakan tekstur
yang merata dan mempunyai bidang datar sesuai toleransi Kelas A, kecuali untuk
beton diatas landasan logam harus menurut toleransi Kelas B. Pada permukaan yang
direncanakan untuk menumpu penutup lantai, kerusakan permukaan yang bisa
terlihat melalui penutup lantai harus dihilangkan dengan gerinda.
D. Broom atau belt finish - Segera sesudah menerima float finish menurut spesifikasi
Bagian 03300 1.10.B. beton diberi tekstur kasar melintang dengan menarik sikat atau
sabuk dari kain melintasi permukaannya.
A. Umum
Bahan beton harus ditest dan diiperiksa pada saat pekerjaan berlangsung. Kegagalan
untuk memeriksa kerusakan/kekurangan pada bagian pekerjaan atau bahan dalam
segala hal tidak menghindari penolakan dikemudian hari bila dijumpai kerusakan
ataupun kekurangan tersebut dan tidak mengharuskan Direksi Pengawas untuk
menerima hasil pekerjaan tersebut.
15
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
1. Test beton yang dijelaskan pada Bagian ini harus dilakukan oleh laboratorium uji
bahan yang telah disetujui Direksi Pengawas dengan biaya ditanggung oleh
kontraktor.
2. Laboratorium uji bahan harus memenuhi persyaratan ASTM E 329.
16
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
masing-masing adukan bilamana jumlah adukan yang digunakan
adalah kurang dari lima.
3. Suatu uji kekuatan tekan harus merupakan nilai kekuatan tekan
rata-rata dari paling sedikit dua silinder 150 mm x 300 mm yang
dibuat dari adukan beton yang sama dan diuji pada umur beton 28
hari atau pada umur uji yang ditetapkan untuk penentuan fc’.
Semua pengambilan contoh benda uji harus dilakukan pada tempat
dimana beton dituangkan.
d. Contoh benda uji (silinder 150 x 300 mm) harus sesuai dengan ASTM C
39. Dua contoh benda uji harus ditest pada umur 28 hari untuk syarat
penerimaan, satu buah ditest pada umur 7 hari untuk informasi dan
satu buah ditest pada umur 56 hari untuk konfirmasi. Hasil test untuk
syarat penerimaan harus merupakan kekuatan rata-rata dua buah benda
uji yang ditest pada umur 28 hari.
e. Menentukan slump benda uji beton untuk setiap uji kekuatan bilamana
konsistensi beton bervariasi, mengikuti prosedur ASTM C 143.
f. Menentukan kadar udara benda uji beton biasa menurut ASTM C 231,
ASTM C 173 atau ASTM C 138 untuk setiap uji kekuatan.
g. Menentukan suhu benda uji beton untuk setiap uji kekuatan.
17
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
F. Hak dan kewajiban laboratorium uji bahan.
1. Wakil dari laboratorium uji bahan harus memeriksa benda uji dan uji bahan
dan pembuatan beton yang dipersyaratkan oleh Direksi Pengawas. Jika
terdapat pada salah satu bahan jadi atau pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor tidak memenuhi persyaratan spesifikasi, laboratorium uji bahan
tersebut harus melaporkan hal tersebut kepada Direksi Pengawas.
2. Laboratorium uji bahan harus segera melaporkan semua hasil uji dan
pemeriksaan kepada Direksi Pengawas. Semua laporan uji harus meliputi
lokasi pekerjaan yang tepat dimana tumpukan (batch) adukan yang mewakili
hasil test dituangkan. Laporan uji kekuatan harus meliputi informasi detail
penyimpanan dan perawatan benda uji sebelum ditest.
3. Laboratorium uji bahan dan wakilnya tidak berhak mengurangi, menambah
atau mengubah persyaratan-persyaratan yang dispesifikasikan dalam gambar,
ataupun menyetujui atau menerima setiap bagian dari pekerjaan.
18
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
aman dilokasi proyek selama 24 jam pertama sebagaimana dipersyaratkan oleh
ASTM C 31.
d. Menyerahkan salinan laporan mill test untuk setiap pengiriman semen, besi
beton dan kabel prategang kepada Direksi Pengawas bila diperlukan.
secara terpisah untuk setiap rencana campuran beton yang telah ditetapkan. Evaluasi ini hanya
berlaku hanya jika test sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang dispesifikasikan pada
Bagian 03300 1.12.
B. Penerimaan Beton
Hasil uji tekan sampel silinder dalam segala hal harus memenuhi ketentuan sbb :
1. Tingkat kekuatan suatu mutu beton individu harus dianggap memenuhi syarat jika
dua hal berikut terpenuhi:
a. Setiap nilai rata-rata aritmatika dari semua tiga uji kekuatan yang berurutan
mempunyai nilai yang sama atau lebih besar dari fc’.
b. Tidak ada uji kekuatan di bawah fc’ dengan lebih dari 3,5 MPa jika fc’ sebesar 35
MPa atau kurang; atau dengan lebih dari 0,10 fc’ jika fc’ lebih dari 35 Mpa
2. Jika salah satu dari persyaratan diatas tidak terpenuhi, maka harus diambil langkah-
langkah untuk meningkatkan hasil uji kekuatan tekan rata-rata pada pengecoran
beton berikutnya.
19
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
karena tidak dapat atau sulit serta tidak mungkin untuk memperhitungkan kesataran
pengaruh penempatan, bleeding dan pemadatan adukan beton serta hal yang terkait
dengan proses perawatan beton setelah pengecoran dengan sampel silindernya
(seringkali terjadi kesalahan prosedur perawatan sampel di lapangan, lokasi
penyimpanan dan proses pengiriman dan pengamanannya). Untuk melengkapi hal ini
perlu dilakukan test kuat tekan beton di tempat (In Place Strength Tests).
In Place Strength Test menggunakan alat Schmidt Rebound Hammer dimaksudkan
untuk mengestimasi kekuatan tekan beton yang telah dicor baik untuk pekerjaan beton
baru maupun pekerjaan beton yang sudah ada.
2.1. Prosedur Test
Alat Schmidt Rebound Hammer Test ini terdiri atas : 1) Bagian badan luar, 2)
Plunger, 3) Hammer yang mempunyai berat 1.8 kg dan 4) per. Test dilakukan
dengan mengeluarkan plunger dari bagian badan alat dan meletakan
kepermukaan beton yang akan ditest. Bagian badan selanjutnya ditekan
umumnya kearah tegak lurus permukaan beton setelah mencapai batas tertentu
kemudian kait pengunci dilepas dan per menarik hammer. Hammer
memberikan impact tekanan, yang diukur sesuai jarak pantulan hammer dan
dinyatakan memakai skala ukuran angka pantulan dari 10 – 100.
Pengetesan dapat dilakukan dalam arah horizontal, vertikal ke atas atau vertikal
ke bawah dan atau membentuk sudut tertentu.
Sesuai ASTM C 805, untuk setiap test dibutuhkan sejumlah 10 kali pembacaan
angka pantulan tersebut di atas. Jika terdapat perbedaan pembacaan angka
pantulan dengan angka pantulan rata-rata sebesar lebih dari 7 satuan maka
hasil pembacaannya dibatalkan sehingga harus dilakukan pembacaan rata-rata
yang baru yang terambil dari sisa pembacaan yang ada. Jika selanjutnya
terdapat lebih dari 2 perbedaan pembacaan sebesar lebih dari 7 satuan
terhadap nilai pembacaan rata-ratanya, maka keseluruhan test tersebut di
batalkan.
Permukaan beton yang kasar dan tidak rata harus dihaluskan sebelum
dilakukan pengetesan.
2.2. Jumlah Pengetesan
Untuk dapat menghasilkan hasil test yang lebih baik dan dapat diterima maka
disyaratkan harus ada jumlah minimum lokasi pengetesan.
20
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
21
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
A. Umum
1. Pekerjaan beton yang sudah selesai seluruhnya dan memenuhi semua persyaratan
didalam spesifikasi ini dapat diterima sepenuhnya.
2. Pekerjaan beton yang tidak memenuhi satu atau lebih persyaratan tersebut diatas
tetapi sudah diperbaiki sehingga memenuhi dapat diterima sepenuhnya.
B. Toleransi Dimensi
1. Permukaan bekisting yang menghasilkan ukuran beton kurang dari toleransi yang
diijinkan dalam Bagian 03100 1.3 harus dianggap tidak memenuhi kekuatannya
dan menjadi subyek dari ketentuan dalam Bagian 03300 1.14 C.
2. Permukaan bekisting yang menghasilkan ukuran beton lebih dari toleransi yang
diijinkan dalam Bagian 03100 1.3 mungkin ditolak dan bagian yang kelebihan
harus dihilangkan. Jika diperbolehkan menghilangkan kelebihan bahan tersebut ,
harus diselesaikan dengan cara sedemikian sehingga kekuatan penampangnya
tidak berkurang dan harus memenuhi persyaratan fungsi dan penampilannya.
3. Bagain struktur beton yang dicor pada posisi yang salah mungkin ditolak jika
kekuatan, penampilannya sangat berpengaruh buruk atau mengganggu bagian
struktur lainnya.
4. Bagian permukaan beton yang tidak tepat dan melebihi batasan toleransi Bagian
03100 1.3 dan akan terlihat mungkin ditolak dan harus diperbaiki atau dibuang
dan diganti jika diperlukan.
5. Permukaan akhir pelat beton yang melebihi toleransi pada Bagian 03300 1.11 dapat
diperbaiki jika kekuatan dan penampilannya tidak terpengaruh. Cembungan dapat
dihilangkan dengan gerinda teraso, cekungan diisi dengan campuran penambal
atau dengan cara-cara perbaikan lain yang diijinkan.
C. Kekuatan Struktur
1. Kekuatan struktur setempat dianggap mempunyai perlemahan jika tidak
memenuhi setiap persyaratan yang berhubungan dengan kekuatan struktur,
termasuk dan tidak terbatas pada syarat-sayarat sbb :
a. Kekuatan beton rendah dalam kaitannya dalam Bagian 03300 1.13.
b. Ukuran besi beton, jumlah, kekuatan, posisi atau susunannya bervariasi dari
persyaratan dalam Bagian 03200 2.2.
c. Beton dengan ukuran dan posisi yang tidak sesuai dergan yang diinginkan
sedemikian sehingga akan mengurangi kekuatannya.
d. Perawatan beton kurang dari yang disyaratkan
e. Beton tidak sepenuhnya dilindungi terhadap perubahan suhu yang luar biasa
selama tahap awal proses pengerasan dan pertumbuhan kekuatannya.
22
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
f. Kerusakan mekanis seperti yang didefinisikan dalam Bagian 03370, kebakaran
strukturnya, kecelakaan, atau pembongkaran ekisting yang terlalu awal
sehingga menimbulkan pengurangan kekuatan betonnya.
g. Buruknya mutu pelaksanaan pekerjaan dapat menghasilkan kekuatan beton
yang tidak diharapkan.
2. Analisa struktur dan/atau test tambahan mungkin diperlukan jika kekuatan
strukturnya dianggap tidak memenuhi.
3. Core test sesuai dengan Bagian 03300 1.13D mungkin diperlukan jika kekuatan
struktur dianggap tidak memenuhi.
4. Jika core test tidak dapat dilakukan atau hasilnya meragukan atau analisa struktur
tidak menunjukkan keamanan strukturnya, load test mungkin diperlukan dan
hasilnya dievaluasi dengan ACI 318 atau PBI - 1971 Bagian 21.
5. Pekerjaan beton yang dianggap tidak memenuhi berdasarkan hasil analisa struktur
atau dari hasil load test harus diperkuat dengan struktur tambahan sesuai dengan
petunjuk dari Direksi Pengawas atau diganti dengan biaya dari kontraktor.
6. Kontraktor harus membayar semua biaya yang terjadi akibat test tambahan
dan/atau analisa yang dipersyaratkan dalam bagian ini.
23