Anda di halaman 1dari 23

SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR

PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300

PEKERJAAN BETON COR DI TEMPAT

1. BETON STRUKTUR

1.1. Umum

A. Lingkup Pekerjaan
1. Spesifikasi ini meliputi semua pekerjaan beton struktur yang dicor ditempat yang
digunakan pada bangunan dan perlengkapannya.
2. Segala sesuatu yang tertulis dalam spesifikasi ini tetapi tidak tercantum dalam
gambar detail atau sebaliknya, dinyatakan berlaku seperti bila tercantum pada
kedua-duanya.
3. Dalam hal ada perbedaan diantara gambar detail dan spesifikasi, yang tertulis
dalam spesifikasi dinyatakan yang berlaku; tetapi kontraktor utama tetap
diwajibkan sebelumnya untuk melaporkan kepada Direksi Pengawas tentang hal
tersebut dan yang akan diberikan keputusan secara tertulis.
4. Kecuali ditentukan lain semua pekerjaan struktur beton harus menggunakan beton
ready-mix.

B. Peraturan-Peraturan Standard Acuan


1. Peraturan Beton Indonesia - PBI 1971 (NI-2)
2. Tata Cara Penghitungan Struktur Beton SNI 03-2847-2002
3. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982.
4. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 (NI-8)
5. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung - PPI-83
6. American Concrete Institute - ACI 318-02
7. American Society for Testing and Materials – ASTM

1.2. BAHAN-BAHAN

A. Semen
1. Semen Portland harus memenuhi syarat-syarat ASTM C-150 /PUBI-982 Bab A-I.
2. Kecuali ditentukan atau dipersyaratkan lain, harus digunakan semen Type I atau
Type II, ASTM C 150.
3. Semen yang dipakai dalam pekerjaan harus sama dengan semen yang dipakai pada
waktu menentukan campuran beton.
4. Semua semen yang dikirim harus dalam keadaan utuh, tidak rusak dan lengkap
disertai merk atau cap dari pabrik.

1
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300

B. Bahan Additive
1. Jika diperlukan atau diperbolehkan, bahan additive beton harus memenuhi
spesifikasi sebagai berikut :
a. Air-entraining admixtures, ASTM C 260

b. Water-reducing, retarding, dan accelerating admixtures, ASTM C 494.

c. Pozzolanic admixtures, ASTM C 618


2. Bahan additive yang dipakai dalam pekerjaan harus sama dengan yang dipakai
pada waktu menentukan campuran beton.

C. Air
Air yang dipakai sebagai pencampur adukan beton harus memenuhi syarat-syarat
ASTM C 94, PUBI-1982 Bab A-III, PBI-1971 Bab 3.6.
Air yang akan dipergunakan untuk keperluan pengadukan campuran bahan beton harus
bersih dan bebas dari minyak, larutan asam, akali, garam, bahan organis dan bahan
kimiawi lainnya yang dapat mengakibatkan disintegrasi atau penurunan kualitas
produk beton yang dihasilkan serta terjadinya proses karat tulangan baja. Air tidak
boleh mengandung banyak ion klorida.
Secara umum dan jika tidak ditentukan lain, air yang dapat diminum dapat
dipergunakan untuk bahan pengadukan beton ini.

D. Agregat
1. Agregates beton harus memenuhi syarat-syarat ASTM C-330 atau PUBI-1982 Bab
A-V, PBI-1971 Bab 3.3, 3.4, dan 3.5.
2. Agregat halus dan agregat kasar harus dianggap sebagai material yang terpisah.
Tiap ukuran agregat kasar, termasuk jika dipakai kombinasi dua ukuran atau lebih,
harus memenuhi syarat-syarat ukuran yang ditentukan dalam ASTM dan PBI .

E. Penyimpanan Bahan-Bahan
1. Semen harus disimpan ditempat yang terlindung dari pengaruh udara luar dan
kelembaban.
2. Penyimpanan dan penggunaan agregat harus diatur sedemikian untuk
menghindari pemisahan agregat dan untuk mencegah tercampurnya dengan
material lain atau agregat dengan ukuran yang berbeda. Untuk menjamin hal ini
harus dilakukan uji coba benda uji yang diambil pada saat pengiriman bahan
tersebut apakah dapat memenuhi syarat-syarat kebersihan dan kombinasi ukuran
(grading).
3. Penyimpanan pasir harus sedemikian sehingga dapat menjamin kadar air dalam
pasir yang merata.

2
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
4. Untuk mencegah perbedaan kadar air yang besar, agregat yang dibasahi
sebelumnya diperbolehkan berada ditempat penyimpanan sampai minimum 12
jam sebelum digunakan.
5. Bahan additive harus disimpan ditempat yang dapat menghindarkan bahan dari
pencemaran, penguapan, atau kerusakan. Untuk bahan additive yang digunakan
dalam bentuk gumpalan atau larutan yang tidak stabil, harus disediakan alat
pengaduk untuk menjamin distribusi yang baik dari unsur-unsurnya. Bahan
additive yang cair harus dilindungi dari perubahan temperatur yang dapat
mempengaruhi sifat karakteristiknya.

1.3. CAMPURAN BETON

A. Umum
Beton untuk semua bagian pekerjaan harus ditentukan mutu dan kemampuannya
untuk dicor tanpa terjadi pemisahan pada bahan-bahan dasarnya. Pada saat mengeras,
beton akan mencapai kekuatan karakteristik yang dipersyaratkan oleh spesifikasi dan
gambar detail.

B. Kekuatan
Kekuatan tekan karakteristik yang dipersyaratkan harus berdasarkan kekuatan tekan
benda uji beton berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm pada umur 28
hari dan jika tidak ditentukan lain atau disetujui tidak boleh kurang dari :
1. Bore pile dan kolom : f’c = 30 Mpa
2. Pile Cap, balok, pelat, dan tangga : f’c = 25 Mpa

Untuk area-area struktur yang berhubungan dengan air (water tank, pool, landscape, STP,
toilet, dll), harus digunakan water proofing & water stop pada sambungan pengecoran, dan
kontraktor harus memberikan jaminan kedap air / tidak bocor.
Untuk struktur basement (dinding, pelat, balok) harus digunakan integral water proofing.
Test permeability harus dilakukan sesuai standar ASTM C-1585.

C. Daya Tahan dan Kekentalan Beton


1. Kekentalan beton harus dipilih dengan memperhatikan ukuran penampang yang
akan dicor, jumlah tulangan, alat pemadat atau penggetar yang dipakai sehingga
beton dapat dipadatkan dengan baik tanpa menimbulkan pemisahan agregat
maupun mengakibatkan kelebihan air naik ke permukaan. Faktor air-semen
dipilih supaya memenuhi persyaratan kekuatan dan kekentalan beton, tetapi
harus dibatasi sehingga menghasilkan mutu beton dengan daya ketahanan yang

3
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
cukup. Jika tidak ditentukan lain, faktor air-semen maksimum ditentukan
sebagai berikut :

TABLE 3.1. FAKTOR AIR-SEMEN


Jenis Pekerjaan Beton Nilai Jumlah Minimum Perbandingan
Slump Semen tiap m beton
3
Nilai Air-Semen
(mm) Maksimum

Lantai, Balok, Kolom 120 ± 20 325 0.50

(untuk beton yang harus bersifat kedap air, faktor air semen maksimum = 0,45)

1. Fly ash boleh digunakan dalam campuran beton, dengan ketentuan bahwa berat
fly ash maksimum adalah sebesar 15% dari total berat fly ash + semen.
2. Uji slump harus berdasarkan ASTM C 143, PBI-1971.
3. Dalam hal digunakan pompa dalam pekerjaan pengecoran beton, mix design dan
slump harus disesuaikan sedemikian sehingga material beton dapat dipompa
dengan lancar dan tetap workable pada saat mencapai titik pengecoran.
4. Untuk beton pratekan dan semua beton dimana akan ditanam logam aluminum
atau logam galvanis, harus dibuktikan dengan uji-coba yang menunjukkan air
untuk campuran beton, termasuk yang dibawa oleh agregat dan bahan additive
yang dipakai, tidak akan mengandung jumlah ion klorida yang dapat merusak
beton.

D. Ukuran Maksimum Agregat Kasar


Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari seperlima jarak terkecil antara
bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal pelat atau tigaperempat dari
jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas tulangan.
Penyimpangan dari pembatasan ini diizinkan, apabila menurut penilaian Direksi
Pengawas , cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa sehingga menjamin
tidak terjadinya sarang-sarang kerikil.

E. Bahan Additive
Jika dipersyaratkan atau diperbolehkan penggunaan bahan additive, berlaku
pembatasan sebagai berikut :
1.1. Tidak diperbolehkan setiap penambahkan bahan apapun di dalam campuran
adukan beton yang mengandung klorida. Jumlah total kandungan cairan yang
mengandung ion klorida (cl) di dalam beton struktur sebelum terekspose tidak

4
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
boleh melampui 0.10% terhadap berat semen untuk beton struktur biasa dan
0.06% untuk beton struktur prategang.
1.2. Untuk beton pratekan dan semua beton dimana akan ditanam atau selalu
bersentuhan dengan logam aluminum atau logam galvanis, pembatasan Bagian
03300 1.3. C.3. akan berlaku kecuali diberikan bahan pelindung yang disetujui
Direksi Pengawas.
1.3. Kecuali telah ditentukan lain, semua bahan additive harus digunakan sesuai
dengan petunjuk pemakaian dari pabrik.

1.4. CAMPURAN PERCOBAAN (TRIAL MIX)


A. Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, kontraktor utama diwajibkan untuk
membuat campuran percobaan (trial mix) dan diuji sehingga diperoleh rencana
campuran yang memenuhi syarat syarat kekuatan, kekentalan, dsb. yang telah
ditentukan dalam spesifikasi ini.
B. Campuran percobaan harus memenuhi pembatasan sebagai berikut :
1. Kombinasi bahan harus sama dengan yang telah diusulkan untuk digunakan
dalam pekerjaan beton.
2. Campuran percobaan dengan proporsi yang telah sesuai dengan hal tersebut
diatas, harus dibuat dengan minimum 3 faktor air semen yang berbeda.
3. Campuran percobaan harus direncanakan untuk menghasilkan slump 25 mm
dibawah slump maksimum yang diperbolehkan, dan kadar udara dalam beton
0.5 persen dibawah kadar udara maksimum yang diperbolehkan. Suhu beton
pada campuran percobaan harus dicatat.
4. Setiap perubahan faktor air semen harus dianggap sebagai campuran baru. Untuk
tiap campuran percobaan, minimum 20 kubus atau silinder percobaan harus
dibuat dan dirawat berdasarkan ASTM C 192. Kubus atau silinder percobaan
umur 28 dan 7 hari harus diuji kekuatannya berdasarkan ASTM C 39. Pengetesan
harus dilakukan pada beton yang menggunakan integral water proofing maupun
yang tidak menggunakan integral water proofing.
5. Dari hasil uji kubus, dibuat grafik hubungan kekuatan tekan dan faktor air semen
untuk beton umur 28 dan 7 hari.
6. Dari grafik ini, dipilih faktor air semen yang menghasilkan kekuatan tekan beton
yang telah ditentukan. Jumlah semen dan proporsi campuran yang akan dipakai
harus sedemikian sehingga faktor air semen atau jumlah semen yang dipilih tidak
melebihi maksimumnya pada saat slump maksimum.
C. Beton dari hasil campuran percobaan tidak boleh digunakan dalam pekerjaan beton.

5
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
D. Kekuatan tekan beton rata-rata fcr’ yang digunakan sebagai dasar pemilihan proporsi
campuran beton harus mencapai (ambil yang terbesar) :
a. untuk mutu beton fc' ≤ 35 MPa :
fcr' ≥ fc' + 1.34 S
fcr' ≥ fc' + 2.33 S – 3.5
b. untuk mutu beton fc' > 35 MPa :
fcr' ≥ fc' + 1.34 S
fcr' ≥ 0.9fc' + 2.33 S
Harga deviasi standar dapat dihitung :


N

Σ (f
1
,
ci - f c r)
, 2

S =
N-1
Dimana :

S = deviasi standar
N = jumlah benda uji
fcr' = harga rata-rata kuat tekan seluruh benda uji (MPa)
fci' = kuat tekan setiap benda uji (MPa)

1.5. PEMBUATAN BETON


A. Beton ready mixed dan beton yang dihasilkan oleh on-site volumetric batching dan
continuous mixing

1. Kecuali ditentukan lain, beton ready mixed dibuat, diaduk dan diangkut ketempat
pekerjaan sesuai dengan ASTM C-94.
2. Beton yang dihasilkan oleh on-site volumetric batching dan continuous mixing
harus dibuat dan diaduk sesuai dengan persyaratan ASTM C 685.

B. Semua Type Beton Lain


1. Pembuatan
Skala takaran material beton harus tepat tidak boleh melebihi 0.4 persen kapasitas
totalnya. Uji standar berat harus tersedia untuk dapat dilakukan pemeriksaan
ketepatan skalanya

2. Pengoperasian alat pembuat beton harus sedemikian sehingga bahan beton dapat
secara konsisten diukur dalam batas toleransi sebagai berikut :
SEMEN - 1%
AIR - 1%
AGREGAT - 2%

6
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
BAHAN ADDITIVE - 3%

3. Campuran bahan beton dimasukkan kedalam mesin pengaduk dimana air baru
dimasukkan setelah semen dan agregat dimasukkan terlebih dahulu. Air dialirkan
terus menerus selama hingga 25 persen dari lama waktu pengadukan. Harus
diperhatikan agar campuran bahan dimasukkan setelah mesin pengaduk bersih
dari bekas sisa adukan sebelumnya.

C. Pengadukan
1. Mesin pengaduk harus dapat menghasilkan adukan beton yang merata selama
waktu pengadukan yang ditentukan dan mengeluarkan adukan tanpa
menimbulkan pemisahan agregatnya. Mesin pengaduk harus memiliki keterangan
dari pabrik mengenai kapasitas, jumlah putaran per menit dan mesin pengaduk
harus bekerja berdasarkan kapasitas mesin tersebut.
2. Campuran kurang dari 0.75 m3 harus diaduk tidak kurang dari 1 menit. Waktu
pengadukan bertambah 15 detik setiap penambahan 0.75 m3
3. Harus dijaga agar adukan tidak keluar dari mesin pengaduk sampai waktu
pengadukan tercapai. Minimum dibutuhkan tigaperempat lama waktu pengadukan
setelah air selesai ditambahkan kedalam campuran.
a. Bagian dalam mesin pengaduk harus bersih dari gumpalan beton sisa yang
dapat mengganggu proses pengadukan. Pisau pengaduk harus diganti jika
beratnya sudah berkurang 10 persen.
D. Kontrol Bahan Additive
1. Air-entraining admixtures, calcium chloride, dan bahan additive kimia lain
dimasukkan kedalam mesin pengaduk sebagai larutan dan diukur dengan alat
dispensing mekanik yang tidak dapat mempengaruhi sifat larutan. Cairan harus
dianggap sebagai bagian dari air campuran. Bahan additive yang tidak dapat
ditambahkan sebagai larutan dapat ditimbang beratnya atau diukur volumenya
sesuai rekomendaisi dari pabrik pembuatnya.
2. Jika digunakan dua atau lebih bahan additive, bahan-bahan tersebut harus
ditambahkan secara terpisah untuk menghindari kemungkinan terjadi interaksi
yang dapat mengganggu efisiensi masing-masing bahan atau yang dapat
merugikan beton.

3. Penambahan bahan additive susulan hanya bisa dilakukan jika belum lebih dari 1
menit setelah selesai penambahan air kedalam campuran atau pada saat sebelum
tiga perempat lama waktu pengadukan terakhir; atau saat mana yang tercapai
lebih dulu.

E. Pemeriksaan Air Campuran

7
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
1. Adukan beton hanya disediakan dalam jumlah yang cukup untuk keperluan
pekerjaan saat itu. Beton yang sudah mengeras sebelum dipakai harus dibuang
dan tidak boleh dipakai lagi sebagai bahan campuran beton.
2. Adukan beton yang sampai ditempat pekerjaan dan mempunyai nilai slump lebih
rendah dari yang dipersyaratkan dalam peraturan ini tidak boleh ditambah
dengan air.

F. Kondisi Cuaca
1. Semen tidak boleh dicampur dengan air atau campuran air dan agregat dengan
suhu lebih dari 38 C.
2. Bahan harus dingin sebelum diaduk, atau boleh digunakan bongkahan es yang
dapat segera mencair selama pengadukan sebagai pengganti sebagian atau
seluruh kebutuhan air bilamana terjadi keadaan suhu udara tinggi, slump
rendah, waktu setting yang cepat, ataupun sambungan dingin dan pengecoran
beton massive.

1.6. PENGECORAN
A. Persiapan Sebelum Pengecoran
1. Beton yang sudah mengeras dan bahan-bahan lain yang tidak diperlukan harus
dibersihkan dari permukaan bagian dalam alat pengangkut.
2. Bekisting harus sudah siap tanpa genangan air, pembesian, bahan ekspansion
joint, angkur dan bahan yang hendak ditanam dalam beton harus sudah
terpasang. Semua persiapan dan pembesian akan diperiksa dan disetujui secara
tertulis oleh Direksi Pengawas. Persetujuan mana tidak membebaskan kontraktor
utama dari tanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukannya.
3. Subgrade yang semiporous harus dibasahi terlebih dahulu untuk mencegah
perembesan dan subgrade yang porous harus dilapisi dengan bahan pengisi yang
disetujui Direksi Pengawas.
B. Pengangkutan Beton
1. Adukan beton diangkut dari tempat pengadukan ketempat pengecoran
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan pemisahan maupun perubahan
dari sifat beton seperti kekentalan, kelekatan dan kekuatannya.
2. Alat pengangkut harus disetujui Direksi Pengawas dengan ukuran dan cara
pengangkutan sedemikian sehingga tidak terdapat tanda-tanda pengerasan beton
sebelum beton yang berdekatan selesai dicor. Alat pengangkut harus dibersihkan
pada setiap operasi atau pada setiap berakhirnya hari kerja. Alat pengangkut dan
pemakaiannya harus memenuhi syarat-syarat tambahan berikut :
 Truk pengaduk, pengaduk dan perlengkapan lainnya dan cara operasinya
harus memenuhi syarat-syarat ASTM C 94.

8
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
 Sabuk conveyor harus mendatar atau mempunyai kemiringan yang tidak
akan menimbulkan pemisahan atau hilangnya bahan.
 Adukan beton harus dilindungi terhadap pengeringan yang tidak
diharapkan ataupun naiknya suhu adukan. Pada ujung conveyor diatur
supaya tidak terjadi pemisahan bahan. Adukan tidak boleh melekat sabuk
pada saat balik. Untuk lokasi pengecoran yang jauh harus dipakai bucket.
 Papan peluncuran harus dari logam atau berlapis logam dan mempunyai
kemiringan tidak lebih dari 1 (vertikal) : 2 (horisontal) dan tidak kurang
dari 1 (vertikal) : 3 (horizontal). Papan peluncuran yang panjangnya lebih
dari 6 meter dan tidak memenuhi persyaratan kemiringan harus diarahkan
pada suatu gerobak/bucket pengangkut untuk didistribusikan lebih lanjut.
 Pompa atau peralatan konveyor hidrolis harus sesuai dengan kapasitas
pompa. Pengecoran dengan sistim ini harus diperiksa agar tidak terjadi
pemisahan bahan adukan beton. Beton tidak boleh dipompa melalui pipa
aluminum atau logam campuran aluminum. Pengaruh pemompaan beton
terhadap workability dan berkurangnya slump beton harus sudah
diperhitungkan dalam perencanaan design mix/trial mix.

C. Penempatan adukan beton


1. Adukan beton dituangkan secara menerus atau berlapis dengan ketebalan
sedemikian sehingga tidak ada beton yang sempat mengeras yang dapat
menimbulkan bidang perlemahan dalam penampangnya. Jika sebuah
penampang tidak dapat dicor secara menerus, sambungan pengecoran harus
ditempatkan sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar atau ditempat yang
disetujui Direksi Pengawas. Penempatan adukan didalam proses pengecoran
harus dilakukan sedemikian sehingga beton yang akan menyatu dengan beton
baru masih dalam keadaan plastis. Beton yang sudah sebagian mengeras atau
sudah tercampur dengan bahan asing lain tidak boleh dituangkan. Pengaku
sementara didalam bekisting harus dilepas apabila pengecoran beton sudah
mencapai elevasi dimana tidak diperlukan lagi. Pengaku tersebut boleh ditinggal
dalam beton jika terbuat dari logam atau beton dan disetujui Direksi Pengawas.
2. Pengecoran beton pada bagian struktur yang ditumpu tidak boleh dimulai
sampai beton kolom dan dinding pada pengecoran sebelumnya berumur paling
sedikit dua puluh empat jam.
3. Adukan beton harus dituangkan sedekat-dekatnya dari tempat bagian pekerjaan
yang akan dikerjakan untuk mencegah pemisahan bahan-bahan akibat proses
pengerjaan pengecoran betonnya. Cara-cara pengerjaan pengecoran yang
mengakibatkan pemisahan bahan adukan tidak boleh dilakukan.
4. Adukan beton harus dipadatkan dengan alat penggetar, sekop, batang besi atau
garpu sampai beton mengisi penuh bagian-bagian bekisting sekeliling besi

9
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
tulangan, bahan yang tertanam dan sudut dengan tanpa ada rongga-rongga atau
bidang-bidang perlemahan Alat penggetar didalam adukan harus dari ukuran
dan daya yang terbesar, sehingga dapat digunakan untuk bermacam-macam
bagian pekerjaan beton.
5. Alat penggetar beton harus digunakan oleh pekerja yang berpengalaman. Alat
penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan adukan beton didalam
bekisting. Pengeluaran dan pemasukan alat penggetar dilakukan sejauh kurang
lebih selang 0.5 meter. Waktu yang diperlukan untuk tiap pemasukan alat
tersebut diatur harus cukup untuk memadatkan beton tanpa terjadi pemisahan
agregat, sekitar 5 sampai 15 detik. Alat penggetar cadangan harus tersedia selama
pengecoran. Jika dikehendaki beton dengan finishing sesuai hasil pengecoran,
bagian mortar dari adukan harus dibawa ke bagian permukaan bekisting dengan
pada proses pemadatan , jika perlu dibantu dengan sekop agar agregat kasar
tidak ikut terbawa ke bagian permukaan bekisting.

D. Perlindungan
1. Kecuali diberikan perlindungan yang cukup dan mendapat persetujuan Direksi
Pengawas, beton tidak boleh dicor pada waktu hari hujan.
2. Air hujan tidak diperbolehkan untuk meningkatkan kadar air campuran beton
ataupun merusakkan permukaan beton yang baru dicor.
3. Suhu beton yang baru dicor tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menyebabkan
timbulnya kesulitan akibat berkurangnya slump, waktu setting yang terlalu
cepat, atau sambungan dingin dan tidak boleh melebihi 32 C. Jika suhu beton
O

melebihi 32OC, harus dilakukan tindakan pencegahan yang disetujui Direksi


Pengawas. Jika suhu pada tulangan beton lebih dari 49 OC, bekisting baja dan
tulangan harus disemprot dengan air sebelum pengecoran beton.

E. Pelekatan
1. Jika  tidak dipersyaratkan, semua  permukaan  sambungan  harus disiapkan
menurut salah satu cara yang ditentukan dalam  Bagian 03250.
2. Beton  yang  mengeras pada  sambungan  pengecoran,  pada sambungan antara
pondasi dan dinding atau kolom, antara dinding atau kolom dan balok atau pelat
lantai yang ditumpunya, sambungan  pada dinding yang tidak terlihat dll. yang
tidak disebut dibawah harus dibasahi tidak sampai jenuh sesaat sebelum
pengecoran beton.
3. Beton yang mengeras pada sambungan pengecoran  horisontal dalam  pekerjaan
ekspose, sambungan pengecoran horisontal  pada pertengahan balok anak, balok

10
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
induk, balok grid , dan pelat, dan sambungan pengecoran horisontal pada
pekerjaan yang  direncanakan untuk kedap air harus dibasahi tidak sampai jenuh
dan  dilapis semen  grouting dengan campuran yang sama dengan mortar  beton.
Adukan beton harus dicor sebelum semen grouting mengalami waktu setting
awalnya.
4. Sambungan yang memakai bahan perekat harus disiapkan  dan penggunaan
bahan perekat tersebut harus dipakai menurut petunjuk dari pabriknya sebelum
dilakukan penempatan beton baru.
5. Permukaan sambungan yang sudah diperlakukan dengan  bahan kimia  retarder
harus disiapkan menurut petunjuk dari pabrik sebelum dilakukan penempatan
beton baru.

1.7. PERBAIKAN KERUSAKAN PADA PERMUKAAN BETON

A. Umum
Kerusakan pada permukaan beton, termasuk lubang ikatan, kecuali ditentukan  lain
harus diperbaiki segera  sesudah  pembongkaran bekisting.

B. Perbaikan Beton Yang Rusak


1. Semua sarang kerikil dan kerusakan beton  lainnya  harus dibuang sampai
dijumpai bagian beton yang baik. Jika diperlukan  pembobokan harus tegak
lurus permukaan. Tidak  diijinkan timbulnya retak rambut.  Daerah  yang  akan
ditambal dan paling sedikit 150 mm daerah disekitarnya harus  dibasahi untuk
mencegah penyerapan air dari  mortar pengisinya. Campuran pelekat disiapkan
dengan menggunakan kira-kira 1 bagian semen terhadap  1  bagian pasir halus
yang lolos saringan No.  30, diaduk menjadi  suatu  adonan tipis dengan
kekentalan  yang  baik dan dapat disapukan kepermukaan betonnya.
2. Campuran untuk menambal harus dibuat dari bahan  yang sama dan kira-kira
mempunyai perbandingan yang sama dengan yang digunakan untuk beton,
kecuali agregat kasar harus dihilangkan dan  mortar  tidak boleh mempunyai
lebih dari  1 bagian  semen terhadap 2.5 bagian pasir lepas. Pada beton  ekspose,
untuk menghasilkan  warna yang sesuai dengan warna  disekitar  beton, dapat
digunakan semen portland putih sebagai  pengganti semen portland abu-abu
sesuai yang ditentukan dengan campuran percobaan. Jumlah air campuran
secukupnya supaya bisa diaduk dan dilekatkan  pada beton. Mortar untuk
menambal harus dicampur sebelumnya dan  dicoba  berulang-ulang dengan
sendok aduk tanpa penambahan air sampai mencapai kekentalan yang
diperlukan untuk dilekatkan pada beton.

11
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
3. Sesudah air permukaan menguap dari daerah yang  ditambal, lapisan perekat
disapukan kepermukaan beton. Pada saat  lapisan perekat  mulai kehilangan
kilauan air nya, mortar yang  dicampur sebelumnya harus dilekatkan. Mortar
harus benar-benar  dipadatkan, sehingga  tambalan sedikit lebih  tinggi  dari
permukaan disekitarnya. Karena adanya penyusutan awal, tambalan  tersebut
sebaiknya dibiarkan terlebih dahulu paling sedikit selama 1 jam sebelum diberi
finishing. Daerah tambalan harus dibiarkan tetap lembab selama 7 hari. Pada
finishing tambalan dinding yang akan diekspose tidak boleh digunakan alat dari
logam.
4. Lubang Bekas Kait
Sesudah  dibersihkan  dan dibasahi, lubang  tersebut  harus diisi kembali dengan
mortar.
5. Bahan Tertentu
Jika  diijinkan  atau  dipersyaratkan,  campuran pelekat tertentu produksi suatu
pabrik atau sebagai  bahan tambalan dapat digunakan sebagai pengganti  atau
sebagai bahan tambahan pada campuran mortar yang sudah dijelaskan
terdahulu.
Campuran  ini harus digunakan sesuai dengan petunjuk  dari  pabrik.

1.8. FINISHING PERMUKAAN BETON

1.1. Umum
Jika  finishing  tidak ditunjukkan  dalam  gambar,  finishing berikut boleh digunakan :
1. Permukaan beton biasa untuk  semua  permukaan beton yang tidak terlihat.
2. Permukaan beton halus dan rata untuk  semua  permukaan yang terlihat.

1.2. Finishing sesuai hasil pengecoran


Untuk permukaan beton biasa tidak diperlukan bahan bekisting khusus. Semua lubang
bekas kait dan kerusakan permukaan beton harus ditambal. Sirip-sirip yang terbentuk
pada proses pengecoran dengan  tinggi lebih dari 5 mm harus dihilangkan atau
digosok., jika tidak ditentukan  permukaan beton lainnya dibiarkan seperti apa adanya
yang dihasilkan akibat pemakaian bahan bekisting tersebut.
1.3. Permukaan Beton tanpa bekisting
Bagian atas  dinding atau dinding penahan tanah, pergeseran  horisontal, dan
permukaan beton tanpa bekisting lainnya harus diratakan setelah selesai pengecoran

12
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
betonnya supaya diperoleh permukaan yang menyerupai permukaan beton yang
memakai bekisting.

1.9. PELAT

A. Umum
1. Pekerjaan beton  pelat lantai harus  disesuaikan dengan fungsi lantai yang
ditunjukkan dalam gambar arsitektur.
2. Kecuali ditentukan lain, tipe finishing berikut ini boleh digunakan :
a. Scratched finish untuk permukaan yang  direncanakan  untuk
menerima perekat dari semen.
b. Floated  finish untuk permukaan  yang  direncanakan  untuk
menerima penutup atap, membran kedap air atau terrazzo dengan
lapisan pasir.
c. Trowel finish untuk lantai yang direncanakan  untuk  jalanan atau
untuk menerima penutup lantai.
d. Broom  atau  belt finish untuk trotoir,  ramp  dan  lantai parkir/garasi.

B. Persiapan subgrade untuk pelat diatas tanah


1. Subgrade harus dikeringkan dengan baik serta  mempunyai daya dukung yang
tanah yang merata dan cukup. Kepadatan minimum tanah subgrade  harus sesuai
dengan yang dipersyaratkan. Bagian bawah lapisan dasar batuan tidak boleh
lebih rendah dari level finish sebelahnya.
2. Subgrade harus  dibasahi pada  saat  pengecoran.  Jika perlu, boleh dibasahi
dengan air sebelum pengecoran, tapi tidak boleh  menimbulkan genangan air
atau menjadi becek dan lunak pada  saat  penempatan adukan betonnya.

C. Bekisting samping dan screed


1. Bekisting  samping dan jalur tengah screed  harus akurat  supaya menghasilkan
elevasi yang sesuai dengan  elevasi dan  kontur permukaan finishing rencana, dan
cukup  kuat untuk menumpu alat penggetar atau roda pipa pembuat screed
bilamana diperlukan penggunaan  alat-alat tersebut.  Permukaan  beton harus
dari tiap jalur screed dengan menggunakan strike-off template atau alat pemadat
screed.
2. Jika pada bekisting diberi camber (lawan lendut) , screed harus  dibentuk
mengikuti camber tersebut sehingga ketebalannya beton tetap.

13
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
D. Pengecoran
1. Pencampuran dan pengecoran harus dikoordinasikan  dengan rencana finishing.
Beton tidak boleh dicor diatas subgrade atau bekisting lebih cepat dari
penyebarannya, proses pengecoran ini harus dilakukan sebelum air semen
sempat mengumpul dipermukaan.
2. Untuk  mendapatkan permukaan yang baik  dan  menghindari sambungan
dingin, jumlah pekerja bagian finishing  harus  direncanakan dengan
memperhitungkan pengaruh  suhu beton dan  keadaan lingkungan terhadap
kecepatan pengerasan beton. Jika diperlukan, sambungan pengecoran  harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dalam  Bagian 03250.

E. Sambungan
Sambungan  pada  pelat diatas tanah harus  diletakkan  dan  didetail sesuai  dengan
gambar perencanaan.  Jika  diperbolehkan  atau dipersyaratkan sambungan bergerigi ,
waktu pemotongan harus  disesuaikan dengan waktu setting beton. Pemotongan
dilakukan segera segera sesudah beton cukup keras sehingga agregat tidak  tercabut
pada saat digergaji. Pemotongan harus sudah selesai sebelum tegangan akibat susut
beton cukup untuk menimbulkan retak.

F. Pemadatan
Beton pelat harus sepenuhnya dipadatkan. Penggetaran atau pemadatan bagian dalam
harus dilakukan pada balok disekeliling pelat, dan daerah pertebalan pelat diatas
tanah. Pemadatan beton dapat  dilakukan dengan alat penggetar dan atau pipa roda
pembuat screed ,  alat  penggetar biasa bagian dalam atau alat lain yang disetujui.

1.10.FINISHING
A. Scratch finish - Sesudah beton dicor, dipadatkan dan  dilevel terhadap sesuai syarat
toleransi Kelas C, permukaan harus  dikasarkan  dengan sikat kawat atau penggaruk
sebelum beton mencapai waktu setting akhirnya.
B. Floated finish - Sesudah beton dicor, dipadatkan,dan  dilevel beton tidak boleh
dikerjakan lebih lanjut  sampai siap untuk difloating. Floating dengan hand float atau
dengan bladed power trowel yang dilengkapi float shoes, atau dengan powered disc
float dimulai  pada saat kemilau air sudah  hilang dan permukaan sudah  cukup kuat
untuk pelaksanaan floating. Selama atau sesudah floating pertama, kerataan
permukaan diperiksa dengan straightedge  panjang 3 m paling sedikit dari 2  sudut
yang berbeda. Semua bagian yang lebih tinggi harus dipotong, dan semua bagian yang
rendah diisi untuk menghasilkan permukaan dengan toleransi  Kelas B. Pelat
kemudian segera difloating kembali sampai mencapai  tekstur pasir yang merata.

14
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
C. Troweled  finish - Pertama-tama permukaan harus  difinish sesuai menurut
spesifikasi bagian 03300 1.10.B, kemudian ditrowel dengan mesin sebelum akhirnya
ditrowel dengan tangan. Troweling  pertama  sesudah power  floating  akan
menghasilkan permukaan  yang halus dan relatif bersih dari kerusakan  permukaan,
tetapi masih menunjukkan bekas ditrowel. Sesudah permukaan  beton cukup mengeras
dilakukan tambahan  troweling yang dilakukan dengan tangan.  Troweling dihentikan
jika  sudah terdengar  bunyi mendesing pada saat trowel bergerak dipermukaan.
Permukaan beton sepenuhnya dipadatkan dengan pelaksanaan troweling dengan
tangan. Finishing permukaan harus bersih dari  bekas trowel, menampakan tekstur
yang merata dan mempunyai bidang datar sesuai  toleransi Kelas A, kecuali untuk
beton  diatas  landasan logam  harus  menurut toleransi Kelas B. Pada  permukaan  yang
direncanakan  untuk menumpu penutup lantai, kerusakan permukaan yang bisa
terlihat melalui penutup lantai  harus dihilangkan dengan gerinda.
D. Broom atau belt finish - Segera sesudah menerima float finish menurut spesifikasi
Bagian 03300 1.10.B. beton diberi  tekstur kasar  melintang dengan menarik sikat atau
sabuk dari kain melintasi permukaannya.

1.11. TOLERANSI FINISHING


1. Finishing Kelas A harus mempunyai toleransi bidang kelurusan sekitar 3 mm untuk
setiap 3 m,  yang ditentukan  dengan straightedge 3 m di sembarang tempat diatas
pelat dari segala arah.
2. Finishing Kelas B harus mempunyai toleransi bidang kelurusan sekitar 6mm untuk
setiap 3m yang ditentukan dengan straightedge 3 m di sembarang tempat diatas pelat
dari segala arah.
3. Finishing Kelas C harus mempunyai toleransi  bidang kelurusan tidak lebih dari 6 mm
untuk setiap 600 mm, yang ditentukan dengan straightedge 600 mm disembarang
tempat diatas pada pelat dari segala arah.

1.12. TEST BETON

A. Umum
Bahan beton harus ditest dan diiperiksa pada saat  pekerjaan berlangsung.  Kegagalan
untuk memeriksa kerusakan/kekurangan  pada bagian  pekerjaan atau  bahan  dalam
segala hal  tidak menghindari  penolakan dikemudian hari bila dijumpai kerusakan
ataupun kekurangan tersebut dan tidak mengharuskan Direksi Pengawas untuk
menerima hasil pekerjaan tersebut.

B. Laboratorium Uji Bahan

15
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
1. Test beton yang dijelaskan pada Bagian ini harus  dilakukan  oleh  laboratorium uji
bahan yang telah disetujui  Direksi Pengawas dengan biaya ditanggung oleh
kontraktor.
2. Laboratorium uji bahan harus memenuhi persyaratan ASTM E 329.

C. Pelaksanaan Uji Bahan


Pelaksanaan uji bahan beton berikut ini harus dilakukan oleh laboratorium uji bahan
yang ditunjuk untuk :
1. Review  dan/atau pemeriksaan uji bahan  yang  diusulkan kontraktor apakah
telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
2. Review dan pemeriksaan uji dari rencana campuran yang  diusulkan
kontraktor jika diminta oleh Direksi Pengawas.
3. Menjamin hasil pembuatan benda uji dipabrik pembuatan adukan beton
tersebut atau ditempat  penyimpanan bahan  selama pekerjaan berlangsung
dan melakukan uji bahan supaya  memenuhi spesifikasi ini.
4. Melaksanakan uji kekuatan beton selama pekerjaan berlangsung  dengan
prosedur sebagai berikut :
a. Menjamin keutuhan contoh benda uji sesuai dengan ASTM C 172. Tiap
contoh benda uji harus diambil secara acak dari beberapa batch beton
yang berbeda , hindari  pemilihan dari batch beton tertentu selain
daripada mengambil sejumlah benda uji secara acak sebelum dimulainya
pengecoran beton . Pengambilan benda uji tersebut harus dilakukan pada
titik dimana adukan beton akan dituangkan
b. Cetak dan rawat empat buah contoh benda uji dari tiap pengambilan
benda uji sesuai dengan ASTM C 31 dan sesuai dengan tata cara perawatan
beton lapangan sesungguhnya. Setiap terjadinya penyimpangan dari
persyaratan Standard ini harus dicatat dan dilaporkan dalam laporan hasil
pemeriksaan uji bahan.
c. Frequensi Pengujian di Lapangan:
1. Benda uji untuk uji kekuatan setiap mutu beton yang dicor setiap
hari harus diambil dari tidak kurang dari sekali sehari, atau tidak
kurang dari sekali untuk setiap 110 m³ beton, atau tidak kurang
dari sekali untuk setiap 460 m2 luasan permukaan lantai atau
dinding.
2. Pada suatu pekerjaan pengecoran, jika volume total adalah
sedemikian hingga frekuensi pengujian yang disyaratkan diatas
(no.1) hanya akan menghasilkan jumlah uji kekuatan beton kurang
dari lima untuk suatu mutu beton, maka benda uji harus diambil
dari paling sedikit lima adukan yang dipilih secara acak atau dari

16
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
masing-masing adukan bilamana jumlah adukan yang digunakan
adalah kurang dari lima.
3. Suatu uji kekuatan tekan harus merupakan nilai kekuatan tekan
rata-rata dari paling sedikit dua silinder 150 mm x 300 mm yang
dibuat dari adukan beton yang sama dan diuji pada umur beton 28
hari atau pada umur uji yang ditetapkan untuk penentuan fc’.
Semua pengambilan contoh benda uji harus dilakukan pada tempat
dimana beton dituangkan.
d. Contoh benda uji (silinder 150 x 300 mm) harus sesuai dengan ASTM C
39. Dua contoh benda uji harus ditest pada umur 28 hari untuk syarat
penerimaan,  satu buah ditest pada umur  7  hari  untuk informasi  dan
satu buah ditest pada umur  56  hari  untuk konfirmasi. Hasil test untuk
syarat penerimaan harus merupakan  kekuatan rata-rata dua buah benda
uji yang ditest pada umur 28 hari.
e. Menentukan  slump benda uji beton untuk setiap uji kekuatan bilamana
konsistensi beton  bervariasi, mengikuti prosedur ASTM C 143.
f. Menentukan kadar udara benda uji beton biasa menurut  ASTM C 231,
ASTM C 173 atau ASTM C 138 untuk setiap uji kekuatan.
g. Menentukan suhu benda uji beton untuk setiap uji kekuatan.

D. Pemeriksaan tambahan jika diperlukan


Jika  diminta oleh Direksi Pengawas pemeriksaan berikut harus  dilakukan oleh laboratorium
uji bahan :
1. Memeriksa tempat beton (concrete batch) ,pencampuran, pengadukan dan
proses pengiriman untuk memberikan bahan pertimbangan yang diperlukan
oleh Direksi Pengawas.
2. Pengambilan benda uji pada tempat beton dituangkan untuk  melakukan
tambahan uji sesuai yang diminta.
3. Memeriksa  laporan dari pabrik beton untuk setiap  pengiriman  semen, besi
beton kebel prategang dan/atau  mengadakan  uji bahan ditempat tersebut
sebagai syarat penerimaan bahan sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan.
4. Permintaan tambahan uji bahan sesuai yang diperlukan.

E. Pemeriksaan lain yang diperlukan


Jika diperlukan pemeriksaan berikut ini harus dilakukan oleh  laboratorium uji bahan :
Uji dan pemeriksaan  dan pemeriksaan tambahan  yang  diperlukan  karena adanya
perubahan bahan atau campuran oleh permintaan kontraktor.
Uji tambahan bahan atau beton yang terjadi  karena hasil uji dan pemeriksaannya
masih belum memenuhi persyaratan spesifikasi.

17
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
F. Hak dan kewajiban laboratorium uji bahan.
1. Wakil  dari laboratorium uji bahan harus  memeriksa benda uji dan uji bahan
dan pembuatan beton yang dipersyaratkan oleh  Direksi Pengawas. Jika
terdapat pada salah satu bahan jadi atau pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor tidak memenuhi persyaratan spesifikasi,  laboratorium uji bahan
tersebut harus melaporkan hal tersebut kepada Direksi Pengawas.
2. Laboratorium uji bahan harus segera melaporkan semua hasil uji dan
pemeriksaan kepada Direksi Pengawas. Semua laporan uji harus meliputi
lokasi pekerjaan yang tepat dimana tumpukan (batch) adukan yang  mewakili
hasil test dituangkan. Laporan uji kekuatan harus meliputi informasi  detail
penyimpanan dan perawatan benda uji sebelum ditest.
3. Laboratorium uji bahan dan wakilnya tidak berhak  mengurangi, menambah
atau mengubah persyaratan-persyaratan yang  dispesifikasikan  dalam gambar,
ataupun menyetujui atau  menerima  setiap bagian dari pekerjaan.

G. Tanggung-jawab dan kewajiban kontraktor


1. Kontraktor harus menyediakan layanan untuk uji bahan yang diperlukan sebagai
berikut :
a. Kualifikasi  bahan yang diusulkan  dan  pembuatan rencana campuran.
b. Uji bahan lain yang diperlukan atau  dipersyaratkan  oleh kontraktor.
2. Penggunaan jasa uji bahan tidak membebaskan kontraktor dari  penyediaan
bahanjadi dan pelaksanaan pekerjaan untuk memenuhi spesifikasi ini.
3. Kontraktor  harus menyerahkan kepada  Direksi Pengawas usulan bahan dan
rencana campuran beton yang akan dipakai secara tertulis untuk mendapat
persetujuan. Usulan tersebut harus meliputi semua hasil uji yang telah dilakuakn
untuk memeriksa mutu bahan dan pembuatan rencana campuran. Pekerjaan
beton tidak dapat dilakukan dicor sebelum kontraktor menerima persetujuan
tertulis tersebut.
4. Sehubungan dengan penyediaan fasilitas untuk uji dan pemeriksaan bahan,
kontraktor harus :
a. Menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk membantu  laboratorium uji
bahan mendapatkan dan mengerjakan benda uji dilokasi proyek atau dilokasi
tempat penyediaan bahan-bahannya.
b. Memberi  pengarahan sebagaimana mestinya pada  laboratorium uji bahan
yang telah ditunjuk sebelum melakukan pekerjaan untuk menyelesaikan uji
kwalitas bahan dan mengenai penempatan tenaga kerjanya.
c. Menyiapkan dan dan memelihara fasilitas yang cukup khusus untuk
laboratorium uji bahan  untuk penyimpanan dan perawatan benda uji yang

18
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
aman dilokasi proyek selama 24 jam pertama sebagaimana dipersyaratkan oleh
ASTM C 31.
d. Menyerahkan salinan laporan mill test  untuk setiap  pengiriman semen, besi
beton dan kabel prategang kepada Direksi Pengawas bila diperlukan.

1.13. EVALUASI DAN PENERIMAAN PEKERJAAN BETON

A. Evaluasi Hasil Uji


Hasil uji kekuatan contoh benda uji sesuai standar cetakan dan perawatan harus dievaluasi

secara terpisah untuk setiap rencana  campuran beton yang telah ditetapkan. Evaluasi ini hanya
berlaku  hanya jika test sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang  dispesifikasikan pada
Bagian 03300 1.12.

B. Penerimaan Beton
Hasil uji tekan sampel silinder dalam segala hal harus memenuhi ketentuan sbb :
1. Tingkat kekuatan suatu mutu beton individu harus dianggap memenuhi syarat jika
dua hal berikut terpenuhi:
a. Setiap nilai rata-rata aritmatika dari semua tiga uji kekuatan yang berurutan
mempunyai nilai yang sama atau lebih besar dari fc’.
b. Tidak ada uji kekuatan di bawah fc’ dengan lebih dari 3,5 MPa jika fc’ sebesar 35
MPa atau kurang; atau dengan lebih dari 0,10 fc’ jika fc’ lebih dari 35 Mpa
2. Jika salah satu dari persyaratan diatas tidak terpenuhi, maka harus diambil langkah-
langkah untuk meningkatkan hasil uji kekuatan tekan rata-rata pada pengecoran
beton berikutnya.

C. Test Beton Ditempat


1. Test dengan impact Schmidt hammer, sonoscope, ultrasonic pulse velocity atau  alat
nondestructive  lainnya hanya dilakukan dan  diijinkan  oleh  Direksi Pengawas untuk
sekedar informasi mengenai kekuatan relatif daripada bagian pekerjaan beton yang
ditinjau sebagai alat bantu dalam evaluasi kekuatan beton  ditempat atau  untuk
memilih bagian yang direncanakan untuk dilakukan core test. Test  ini  tidak  boleh
digunakan sebagai dasar  penerimaan  atau penolakan pekerjaan beton.
2. Schmidt Hammer Test
Menyadari bahwa standard test kuat tekan beton pada sampel silinder hanya
dimaksudkan sebagai dasar untuk melakukan kontrol kualitas pekerjaan beton apakah
sudah sesuai dengan kekuatan yang telah disyaratkan dalam spesifikasi teknisnya dan
hanya merepresentasikan mutu beton yang dikirim ke lapangan, sehingga sebenarnya
test tersebut tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya dari mutu beton yang dicor

19
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
karena tidak dapat atau sulit serta tidak mungkin untuk memperhitungkan kesataran
pengaruh penempatan, bleeding dan pemadatan adukan beton serta hal yang terkait
dengan proses perawatan beton setelah pengecoran dengan sampel silindernya
(seringkali terjadi kesalahan prosedur perawatan sampel di lapangan, lokasi
penyimpanan dan proses pengiriman dan pengamanannya). Untuk melengkapi hal ini
perlu dilakukan test kuat tekan beton di tempat (In Place Strength Tests).
In Place Strength Test menggunakan alat Schmidt Rebound Hammer dimaksudkan
untuk mengestimasi kekuatan tekan beton yang telah dicor baik untuk pekerjaan beton
baru maupun pekerjaan beton yang sudah ada.
2.1. Prosedur Test
Alat Schmidt Rebound Hammer Test ini terdiri atas : 1) Bagian badan luar, 2)
Plunger, 3) Hammer yang mempunyai berat 1.8 kg dan 4) per. Test dilakukan
dengan mengeluarkan plunger dari bagian badan alat dan meletakan
kepermukaan beton yang akan ditest. Bagian badan selanjutnya ditekan
umumnya kearah tegak lurus permukaan beton setelah mencapai batas tertentu
kemudian kait pengunci dilepas dan per menarik hammer. Hammer
memberikan impact tekanan, yang diukur sesuai jarak pantulan hammer dan
dinyatakan memakai skala ukuran angka pantulan dari 10 – 100.
Pengetesan dapat dilakukan dalam arah horizontal, vertikal ke atas atau vertikal
ke bawah dan atau membentuk sudut tertentu.
Sesuai ASTM C 805, untuk setiap test dibutuhkan sejumlah 10 kali pembacaan
angka pantulan tersebut di atas. Jika terdapat perbedaan pembacaan angka
pantulan dengan angka pantulan rata-rata sebesar lebih dari 7 satuan maka
hasil pembacaannya dibatalkan sehingga harus dilakukan pembacaan rata-rata
yang baru yang terambil dari sisa pembacaan yang ada. Jika selanjutnya
terdapat lebih dari 2 perbedaan pembacaan sebesar lebih dari 7 satuan
terhadap nilai pembacaan rata-ratanya, maka keseluruhan test tersebut di
batalkan.
Permukaan beton yang kasar dan tidak rata harus dihaluskan sebelum
dilakukan pengetesan.
2.2. Jumlah Pengetesan
Untuk dapat menghasilkan hasil test yang lebih baik dan dapat diterima maka
disyaratkan harus ada jumlah minimum lokasi pengetesan.

20
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300

2.1. Kurva Korelasi


Pembuatan kurva korelasi sangat diperlukan dan jika tidak ditentukan lain
harus dilakukan metode kalibrasinya sbb :
1. Persiapkan sejumlah sampel silinder 150 x 300 mm, yang meliputi rentang
kekuatan karakteristik beton yang cukup representatip. Sampel harus di
rawat sesuai standar prosedur baku yang telah dispesifikasikan, usahakan
proses perawatan setara dengan proses perawatan beton yang telah dicor
dilapangan.
2. Setelah diberi kaping pada bagian kepala sampel silinder yang akan ditest,
kemudian tempatkan sampel tersebut kedalam alat test tekan beton dan
sampel beton tersebut diberikan tekanan sebesar 15 % dari tekanan
ultimitnya.
3. Lakukan sejumlah 15 pembacaan angka pantulan masing-masing 5 buah
dari setiap 3 garis vertikal yang terbentuk dari sudut 120 0 pada bagian sisi
muka di bagian tengah dari 2/3 tingginya. Hindari pembacaan pada
tempat yang sama.
4. Hitung harga rata-rata pembacaan angka pantulan dari sampel silinder.
5. Ulangi prosedur tersebut di atas untuk seluruh sampel silinder yang ada.
6. Lakukan test tekan hancur dari setiap sampel uji silinder yang ada.
7. Buat kurva korelasi menggunakan metode regresi “least squares”
3. Core Tests
a. Jika diperlukan core dengan diameter paling sedikit 50 mm diambil dan ditest
menurut ASTM C 42. Jika bagian beton yang diperiksa akan senantiasa dalam
keadaan kering, benda uji core tersebut harus dikeringkan secara alamiah (suhu 15
sampai 26C, kelembaban relative kurang dari 60 persen) selama 7 hari sebelum test
dan harus ditest dalam keadaan kering. Jika beton akan senantiasa dalam keadaan
basah permukaan benda uji core harus ditest sesudah kondisi kelembaban sesuai
dengan ASTM C 42.
b. Paling sedikit 3 buah benda uji core harus diambil dari tiap lokasi beton yang
dianggap tidak memenuhi. Lokasi core ditentukan oleh Direksi Pengawas sedmikian
sehingga tidak sampai mengurangi kekuatan strukturnya. Jika sebelum test, satu
atau lebih core menunjukkan kerusakan pada saat pengambilan , harus diganti
dengan core yang baru.
c. Beton dilokasi yang diwakili benda uji core test dianggap cukup jika kekuatan
karakteristik core memenuhi persyaratan  minimum PBI - 71 Section 4.8.
d. Lubang core harus diisi beton dengan  slump  rendah atau mortar menurut Bagian
03300 1.7.

1.14. PENERIMAAN STRUKTUR BANGUNAN

21
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300

A. Umum
1. Pekerjaan beton yang sudah selesai seluruhnya dan memenuhi semua persyaratan
didalam spesifikasi ini dapat diterima sepenuhnya.
2. Pekerjaan beton yang tidak memenuhi satu atau lebih persyaratan tersebut diatas
tetapi sudah diperbaiki sehingga memenuhi dapat diterima sepenuhnya.

B. Toleransi Dimensi
1. Permukaan bekisting yang menghasilkan ukuran beton kurang dari toleransi yang
diijinkan dalam Bagian 03100 1.3 harus dianggap tidak memenuhi kekuatannya
dan menjadi subyek dari ketentuan dalam Bagian 03300 1.14 C.
2. Permukaan bekisting yang menghasilkan ukuran beton lebih dari toleransi yang
diijinkan dalam Bagian 03100 1.3 mungkin ditolak dan bagian yang kelebihan
harus dihilangkan. Jika diperbolehkan menghilangkan kelebihan bahan tersebut ,
harus diselesaikan dengan cara sedemikian sehingga kekuatan penampangnya
tidak berkurang dan harus memenuhi persyaratan fungsi dan penampilannya.
3. Bagain struktur beton yang dicor pada posisi yang salah mungkin ditolak jika
kekuatan, penampilannya sangat berpengaruh buruk atau mengganggu bagian
struktur lainnya.
4. Bagian permukaan beton yang tidak tepat dan melebihi batasan toleransi Bagian
03100 1.3 dan akan terlihat mungkin ditolak dan harus diperbaiki atau dibuang
dan diganti jika diperlukan.
5. Permukaan akhir pelat beton yang melebihi toleransi pada Bagian 03300 1.11 dapat
diperbaiki jika kekuatan dan penampilannya tidak terpengaruh. Cembungan dapat
dihilangkan dengan gerinda teraso, cekungan diisi dengan campuran penambal
atau dengan cara-cara perbaikan lain yang diijinkan.

C. Kekuatan Struktur
1. Kekuatan struktur setempat dianggap mempunyai perlemahan jika tidak
memenuhi setiap persyaratan yang berhubungan dengan kekuatan struktur,
termasuk dan tidak terbatas pada syarat-sayarat sbb :
a. Kekuatan beton rendah dalam kaitannya dalam Bagian 03300 1.13.
b. Ukuran besi beton, jumlah, kekuatan, posisi atau susunannya bervariasi dari
persyaratan dalam Bagian 03200 2.2.
c. Beton dengan ukuran dan posisi yang tidak sesuai dergan yang diinginkan
sedemikian sehingga akan mengurangi kekuatannya.
d. Perawatan beton kurang dari yang disyaratkan
e. Beton tidak sepenuhnya dilindungi terhadap perubahan suhu yang luar biasa
selama tahap awal proses pengerasan dan pertumbuhan kekuatannya.

22
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
PEKERJAAN BETON COR DITEMPAT – S03300
f. Kerusakan mekanis seperti yang didefinisikan dalam Bagian 03370, kebakaran
strukturnya, kecelakaan, atau pembongkaran ekisting yang terlalu awal
sehingga menimbulkan pengurangan kekuatan betonnya.
g. Buruknya mutu pelaksanaan pekerjaan dapat menghasilkan kekuatan beton
yang tidak diharapkan.
2. Analisa struktur dan/atau test tambahan mungkin diperlukan jika kekuatan
strukturnya dianggap tidak memenuhi.
3. Core test sesuai dengan Bagian 03300 1.13D mungkin diperlukan jika kekuatan
struktur dianggap tidak memenuhi.
4. Jika core test tidak dapat dilakukan atau hasilnya meragukan atau analisa struktur
tidak menunjukkan keamanan strukturnya, load test mungkin diperlukan dan
hasilnya dievaluasi dengan ACI 318 atau PBI - 1971 Bagian 21.
5. Pekerjaan beton yang dianggap tidak memenuhi berdasarkan hasil analisa struktur
atau dari hasil load test harus diperkuat dengan struktur tambahan sesuai dengan
petunjuk dari Direksi Pengawas atau diganti dengan biaya dari kontraktor.
6. Kontraktor harus membayar semua biaya yang terjadi akibat test tambahan
dan/atau analisa yang dipersyaratkan dalam bagian ini.

23

Anda mungkin juga menyukai