Anda di halaman 1dari 46

PERSYARATAN MATERIAL BETON

MENURUT PERATURAN BETON


TAHUN 2002 – SNI 03 BARU
(Ekivalen dengan ACI 318 – 99)

LABORATORIUM BETON DAN BAHAN


BANGUNAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER SURABAYA
I. BAHAN BETON SESUAI SNI 2002 (ACI 318-99)
1.1. PENDAHULUAN
Beton sebagai bahan konstruksi atau struktur bangunan, sudah dikenal dan digunakan
sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Walaupun istilah “ Semen portland “ baru
dikenal pada abad 19, namun bangunan “ beton “ sudah dikenal pada jaman Romawi.

Beton adalah bahan yang didapat dengan mencampurkan semen, agregat halus dan
kasar, air dan kadang kadang ditambah bahan tambahan lain. Bila bahan beton tersebut
dituangkan dalam acuan yang didalamnya dipasang baja tulangan maka akhirnya
menjadi beton bertulang yang telah mengeras.

Selama ini, pemakaian beton bertulang sebagai struktur bangunan semakin pesat
perkembangannya demikian pula di Indonesia, dari sekian banyak jembatan, gedung
bertingkat dan bangunan dermaga ternyata beton bertulang berupakan bahan struktur
bangunan yang paling disukai oleh para ahli struktur.

Namun persaingan yang makin ketat dimasa-masa mendatang, akan makin menuntut
digunakannya bahan konstruksi beton bertulang yang kuat, awet dan ekonomis serta
memungkinkan kecepatan kerja yang tinggi.

Dengan mengikuti session I pada kursus kali ini, para peserta diharapkan dapat
menghayati / mampu menjelaskan tentang berbagai hal seperti :
- Siapa penanggung jawab mutu beton
- Jenis PC yang boleh dipakai
- Ukuran maksimum nominal agregat kasar yang dipakai.
- Persyaratan air untuk campuran beton dan
- Persyaratan tulangan untuk konstruksi beton bertulang.

2. PENANGGUNG JAWAB MUTU BETON …………………………… … ACI 3.1


Selama ini tanggung jawab pengujian bahan dan mutu beton dalam pelaksanaan pekerjaan
berada pada sarjana sipil atau arsitek yang bertugas dilapangan.
Pada umumnya tugas mereka dilapangan tidak hanya mengawasi pelaksanaan pengujian
bahan dan mutu beton saja, tetapi juga tugas-tugas pelaksanaan struktur, manajemen, logistik
dan lain sebagainya, bahkan kadang-kadang tugas pengawasan pengujian bahan dan mutu
beton terlupakan.
ACI 318-99 menetapkan ketentuan baru dimana tugas pengujian bahan dan mutu beton
tanggung jawabnya berada pada “inspector”.
Revisi ini dilakukan karena para sarjana sipil atau arsitek sering kali tidak melakukan
pengawasan sesuai dengan prosedure yang normal, sedangkan petugas “ inspector “
berkewajiban sepenuhnya melakukan pengawasan itu karena memang dibayar untuk
melaksanakan tugas itu.
Pengertian “ inspector “ tidak didefinisikan dalam ACI 318, tetapi secara khusus dapat
dipahami bahwa “ inspector “ adalah seorang sarjana yang telah menerima pendidikan khusus
tentang pengujian bahan dan mutu beton sesuai dengan ketentuan yang ada dalam ACI.

Petugas pelaksanaan pembangunan akan meminta untuk diadakan pengujian berbagai


macam bahan yang dipergunakan dalam perhitungan konstruksi beton jika kualitas
bahan memenuhi syarat. ( ACI 3.1.1 )
Pengujian pelaksanaan pembangunan akan meminta untuk diadakan pengujian berbagai
macam bahan yang dipergunakan dalam perhitungan konstruksi beton jika kualitas
bahan memenuhi syarat. ( ACI 3.1.2 ).
Ketentuan-ketentuan baru dalam bagian 3.1.3 ACI 318 – 99 juga mengharuskan bahwa
catatan pengujian bahan dan mutu beton harus tetap disimpan dengan baik oleh
petugas inspeksi dalam jangka waktu 2 tahun setelah proyek selesai, bahwa bisa lebih
dari 2 tahun jika diperlukan berdasarkan tipe bangunan yang dikerjakan sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati.
Penyimpangan catatan hasil pengujian selama 2 tahun setelah proyek selesai diperlukan
untuk meyakinkan bahwa catatan hasil pengujian bahan dan mutu beton benar-benar
tersedia, dan mampu menjawab pertanyaan (sehubungan dengan persetujuan pemilik
atau pengeluaran sertifikat kepemilikan) yang berkaitan dengan kualitas material dan
beton, atau pembahasan tentang perubahan yang dilakukan dari rencana awal.

3. BAHAN SEMEN
Bahan semen yang dipakai untuk membuat campuran beton adalah Semen Portland yaitu
semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak semen portland dan gypsum.
3.1 Pemilihan pemakaian bahan semen.
a. Semen untuk membuat campuran beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan
berikut :
(1). SNI 15-2049 – 1994 Semen Portland ASTM C150
(2). “ Spesifikasi semen Blended Hidrolis ” ( ASTM C 595 ), kecuali type S dan
SA yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur
beton.
(3). “ Spesifikasi semen Hidrolis Ekspansif “ ( ASTM C 845 ).
b. Semen yang yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan
semen yang digunakan pada perhitungan porporsi campuran beton, yang berkaitan
dengan kekuatan dan karakteristik yang harus diperhatikan
Hal ini berarti bahwa semen yang dipakai untuk satu jenis pekerjaan harus berasal
dari sebuah produsen semen yang telah menetapkan standar pengujian terhadap
bahan semen yang diproduksi.
Bila dipakai semen dari produsen yang berbeda maka akan berpengaruh pada :
- perhitungan proporsi campuran beton
- berat jenis dan berat volume beton
- waktu pengikatan dan waktu pengerasan beton,
dengan demikian akan berpengaruh dalam pelaksanaan pekerjaan pembetonan.
3.2 Jenis Semen Portland
a. Semen Portland Type I
Adalah semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus.
C3S = 48-52 %
C3A = 10-15 %
Semen portland Type I dipergunakan untuk bangunan umum
b. Semen Portland Type II
Adalah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
C3S = Sedang
C3A max = 8 %
Alkali rendah
Semen Portland Type II dipergunakan untuk bangunan di tepi laut, bendungan,
irigasi atau beton massa yang membutuhkan panas hidrasi rendah.
c. Semen Portland Type III
Adalah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal
tinggi setelah pengecoran dilakukan.
C3S tinggi dan butiran sangat halus nilai pengembangan kekuatannya cepat.
Semen Portland Type III dipergunakan untuk bangunan yang memerlukan kekuatan
awal tinggi seperti : Jembatan, Pondasi berat dan bangunan tinggi.
d. Semen Portland Type IV.
Adalah semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi
rendah.
C2S rendah
C3A rendah.
Semen Portland Type III dipergunakan untuk kebutuhan pengecoran yang tidak
menimbulkan panas, pengecoran dengan penyemprotan (Concrete pump) dan
Setting Time lama.
e. Semen Portland Type V.

3.3 Pengangkutan dan penimbunan semen.


a. Pengangkutan bahan semen.
Pengangkutan produk-produk semen dapat berbentuk curah dan atau kantong
dengan berat 50 kg.
- Pengangkutan dengan truk sampai sejumlah + 200 kantong
- Pengangkutan dengan kereta api sampai sejumlah + 750 kantong tiap gerbong.
- Pengangkutan semen curah dengan truk khusus, pengisian sampai 10 – 12 ton
b. Penimbunan bahan semen
Semen ditimbun dalam gudang yang kedap air dan tidak lembab udara.
Cara penimbunannya adalah sebagai berikut :
- Maksimum tinggi tumpukan 18 kantong
- Dari dinding berjarak 0,50 m
- Dari lantai diberi udara atau angin-angin berjarak 0,15 m
- Sebagai alasnya dibuat dari kayu yang kering
4. AGREGAT UNTUK BETON
Agregat untuk beton ada 2 macam yaitu :
= Agregat halus berupa pasir, adalah agregat yang semua butir menembua ayakan 4.80 mm
= Agregat kasar berupa kerikil atau batu pecah, adalah agregat yang semua butir tertinggal
diatas ayakan 4.80 mm. ( Salmon 1.5 )
4.1 Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut :
1). “ Spesifikasi agregat untuk Beton “ ( ASTM – C 33 ).
2). SNI-03-2461-1991, spesifikasi Agregat ringan untuk beton struktur ( ASTM-C330
Agregat yang sesuai dengan spesifikasi ASTM tidak selalu memenuhi nilai ekonomi dan
sebagai contoh, material yang tidak disetujui memiliki penampilan yang memuaskan.
Dengan demikian material yang tidak sesuai membutuhkan persetujuan secara khusus.
Apabila dikehendaki bukti penampilan yang dapat diterima sebagai kelengkapan.
Penampilan yang memuaskan didahulukan, walaupun demikian garansi penampilan
tidak memuaskan berikutnya dan pembatasan lainnya.
Bagaimanapun juga, spesifikasi agregat yang sesuai untuk perhitungan selalu
dibutuhkan.

4.2 Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi : ( ACI 3.3.2 )
1). 1/5 Jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan ataupun
2). 1/3 Ketebalan pelat lantai
3). ¾ Jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan, kawat-kawat bundel tulangan
atau tendon-tendon pratekan atau selongsong-selongsong.
Pembatasan ukuran nominal agregat adalah untuk melengkapi jaminan terbungkusnya
tulangan dan mengurangi adanya kekeroposan. Catatan pembatasan ukuran maksimum
nominal agregat keputusan sarjana dilapangan menetapkan bahwa pada saat
pengecoran, beton mudah dikerjakan dan dipadatkan tanpa terjadi adanya kekeroposan
atau rongga-rongga udara.

5. AIR UNTUK CAMPURAN BETON


Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai
bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton.
Persyaratan air untuk campuran beton :
5.1 Air yang dapat diminum
5.2 Air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam,
alkali, garam, bahan organis atau bahan lainnya yang merugikan terhadap beton dan
tulangan.
5.3 Air pencampur yang digunakan pada beton pratekan atau pada beton yang didalamnya
tertanam logam aluminium termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak
boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
Kandungan ion klorida maksimum untuk perhitungan baja tulangan terhadap korosi.

Jenis Komponen Struktur Ion klorida terlarut ( Cl ) pada beton, persen


terhadap berat semen
Beton prategang 0,06
Beton bertulang yang terpengaruh klorida
0,15
selama pemakaian
Beton bertulang yang mungkin kering atau
1,00
terlindung dari air pada masa layan
Konstruksi beton bertulang lainnya 0,30

5.4 Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan
berikut terpenuhi :
a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang
menggunakan air dari sumber yang sama.
b. Hasil Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus 15 x 15 x 15 cm 2 yang
dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang-kurangnya sama dengan 90 % dari kekuatan benda benda uji yang dibuat
dengan air yang dapat diminum atau air suling. Perbandingan uji kekuatan tersebut
harus dilakukan pada adukan serupa, kecuali pada air pencampur yang dibuat dan
diuji sesuai dengan “Metode Uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis”
(menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm – ASTM C 109).

5.5 Persyaratan pemakaian air untuk campuran beton dalam pengujian.


Batas syarat maksimum
Hasil pemeriksaan
No. Unsur yang diperiksa menurut SKSNI-04-
dari contoh air
1989
1 Sulfat sebagai SO3 45.0 mg/l 1000 mg/l
2 Chlorida sebagai Cl 37.5 mg/l 500 mg/l
3 Asam, Zat Organik 1.45 mg/l 15000 mg/l
4 Bahan Tersuspensi 16.0 mg/l 2000 mg/l
5 Pengamatan Visual
- Air Bersih Bersih
- Lumpur Tidak Ada Tidak Ada
- Minyak Tidak Ada Tidak Ada
- Benda Terapung Tidak Ada Tidak Ada

6. BAJA TULANGAN UNTUK BETON BERTULANG . . . . . . . . . . . . . . . . ACI 3.5


Baja tulangan untuk struktur beton harus baja tulangan deform (BJTD) polos diperkenankan
spiral atau tendon (ACI 3.5.1).
Tulangan yang terdiri dari profil baja struktur, pipa baja, atau tabung baja dapat digunakan
sesuai dengan persyaratan pada tata cara ini.
Pengelasan baja tulangan harus memenuhi “ Struktural Welding Code – Reinforcing Steel “
ANSI / AWS D1-4 dari American Welding Sieciety. Jenis dan lokasi sambungan las tumpuk
dan persyaratan pengelasan lainnya harus ditunjukan pada gambar rencana atau spesifikasi
(ACI 3.5.2).
6.1 Persyaratan Baja Tulangan Deform / Ulir ( BJTD ) ( ACI 3.5.3 )
1). BJTD harus memenuhi salah satu ketentuan sebagai berikut :
(a) “ Specification for Deformed and Plain Billed – Steel Bars for Concrete
Reinforcement “ ( ASTM A 615 M ).
(b) “Specification for Axle-steel Deformed and Plain Bars for Concrete Reinforcement“
( ASTM A 617 M ).
(c) “ Specification for Law - Alloy Steel Deformed and Plain Bars for Concrete
Reinforcement ( ASTM A 706 M ).
2). BJTD dengan fy > 400 Mpa dapat digunakan selama fy adalah nilai tegangan pada
regangan 0,35 %.
3). Anyaman Anyaman batang baja untuk penulangan beton harus memenuhi ASTM A
184 M.
4). Kawat Ulir untuk penulangan beton harus memenuhi ASTM A 496.
5). Jaring kawat polos las untuk penulangan beton harus memenuhi ASTM A 185.
6). Jaring kawat ulir las untuk penulangan beton harus memenuhi ASTM 497 M
7). Baja tulangan yang digalvanis harus memenuhi ASTM A 767 M; ASTM A 775 M dan
ASTM A 934 M.
8). Kawat dan jaring kawat las yang dilapisi epoksi harus memenuhi ASTM A 884 M.
6.2 Persyaratan Baja Tulangan Polos ( BJTP ) ( ACI 3.5.4 ).
1). BJTP untuk tulangan spiral harus memenuhi persyaratan pada Butir 1. 1) (a); 1. 1) (b)
dan 1. 1) ( c ).
2). Kawat polos untuk tulangan spiral harus memenuhi ASTM A 82.

ASTM Atandard reinforcing bar sizes.


Inch - Pound Metric
Size No. Dia ( in ) Size No. Dia ( mm )
# 3 0.375 # 10 9.5
4 0.500 13 12.7
5 0.625 16 15.9
6 0.750 19 19.1
7 0.875 22 22.2
8 1.000 25 25.4
9 1.128 29 28.7
10 1.270 32 32.3
11 1.410 36 35.8
14 1.693 43 43.0
15 2.257 57 57.3
ASTM Specifications – Grade and Min. Yield Strength
ASTM Grade / Minimum Yield Strength
Specification Inch – Paund (Psi) Metric ( Mpa )
40/40.000 300/300
A 615 and A 615 M
60/60.000 420/420
1000 Psi = 6,895 MPa
75/75.000 520/520
50/50.000 350/350
A 616 and A 616 M
60/60.000 420/420
40/40.000 300/300
A 617 and A 617 M
60/60.000 420/420
A 618 and A 618 M 60/60.000 520/520

II PEKERJAAN PEMBUATAN BETON YANG BAIK


2.1. PENGGUNAAN ADMIXTURE DALAM BETON ………………………………. ACI 3.6
Admiture adalah Meteral Tambahan pada campuran pembuatan Beton selain Semen,
Agregat dan Air
2.1.1 Syarat Pemakaian Admixture (Chapter 3.6.1 dan 3.6.2)
Admixture yang digunakan sebagai bahan tambahan pada beton harus
mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari insinyur/Pengawas Lapangan/Pemilik
Proyek/Engineer
Tujuan penggunaan Admixture adalah untuk meningkatkan
a. Penampilan (Performance)
b. Mutu (Quality)
c. Keawetan (Durability)
d. Kemudahan Pekerjaan (Workability)
Admixture dapat ditambahkan sebelum atau selama pengadukan untuk mengubah
sifat beton yang dihasilkan
Bahan Admixture yang digunakan harus dapat menunjukkan kemampuan yang
konsisten dalam menghasilkan komposisi dan penampilan penting yang sama
sepanjang waktu pekerjaan, seperti hasil dari produk yang digunakan untuk
menentukan campuran beton sesuai pasal 5.2 ACI 318M-99 (penentuan Peoporsi
Campuran Beton)
2.1.2 Larangan Pemakaian Admixture (Chapter 3.6.3)
Kalsium Chlorida atau Bahan Admixture yang mengandung Chlorida, tidak boleh
digunakan pada (Lihat 4.3.2 dan 4.4.1) :
a.Beton Pratekan
b.Beton yang mengandung Aluminium tertahan
c.Beton yang dituang pada cetakan Logam Galvanized
2.1.3 Syarat Spesifikasi Admixture (Chapter 3.6.5)
Spesifikasi Admixture untuk Beton (Chemical Admixture) harus memenuhi ASTM
C494 dan C1047 :
a.Menimbulkan dan meratakan gelembung udara dalam beton (Air Entraining)
b.Mengurangi jumlah air pencampur pada beton (Water Reducing)
c. Memperlambat waktu pengikatan dan atau pengerasan beton (Retarding)
d.Mempercepat waktu pengikatan dan atau pengerasan beton (Accelarating)
e.Mengurangi jumlah air pencampur dan sekaligus memperlambat waktu
pengikatan dan atau pengerasan beton (Water Reducing – Retarding)
f. Mengurangi jumlah air pencampur dan sekaligus mempercepat waktu
pengikatan dan atau pengerasan beton (Water Reducing – Accelarating)
g.Mengurangi jumlah air pencampur skala besar pada beton (Water Reducing
High Range)
h.Mengurangi jumlah air pencapur skala besar dan sekaligus memperlambat
waktu pengikatan dan atau pengerasan beton (Water Reducing High Range –
Retarding)
i. Meningkatkan plastisitas (slump) beton (Plastizicer)
j. Meningkatkan plastisitas (slump) dan mutu beton (Superlastizicer)
2.1.4 Bahan Alamiah sebagai Admixture (Chapter 3.6.6 & 3.6.7)
Bahan bahan alam yang dapat digunakan sebagai admizture (ASTM C618, C989,
C1240) :
a.Fly Ash atau pozzolan
b.Ground granulated blas fumace slag (Bahan sisa pembakaran dapur panas
tinggi) :
1.Copper Slag
2.Nickel Slag
3.Steel Slag
c. Silica Fume
2.1.5 Bahan Admixture untuk Semen Ekspansip (Chapter 3.6.8)
Admixture yang digunakan pada beton dari bahan type semen expansive (ASTM
C845) harus sesuai (kompatibel) dengan semen utama dan tidak menghasilkan
pengaruh yang merusak/merugikan.

2.2. PERSYARATAN DURABILITAS (KEAWETAN) BETON ……………………….. ACI 4


Beton yang digunakan pada konstruksi bangunan selain harus memenuhi persyaratan
kekuatan, juga harus meniliki sifat awet terhadap kondisi lingkungan.
2.2.1 Pengaruh Lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi keawetan beton (di Indonesia) :
a. Lingkungan terbuka terhadap cuaca/iklim selama konstruksi
b. Beton yang tertahan dan selamanya terendam oleh air
c. Lingkungan air laut, hujan lebat
d. Lingkungan basah kering, kondensasi berat, uap korosif
e. Lingkungan larutan sulfat dan klorida (korosif)
2.2.2 Persyaratan Keawetan Beton
a. Kedap terhadap resapan air
b. Tahan terhadap cuaca (panas dingin)
c. Tahan terhadap lingkungan asam dan asin
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keawetan Beton
a. Faktor Air Semen Maksimum
b. Kadar Semen Minimum
c. Kuat Tekan Minimum
d. Kandungan Sulfat (SO4) dan ion Chlorida maksimum
2.2.4 Syarat Beton di Lingkungan Khusus
Beton yang akan mengalami pengaruh lingkungan seperti pada table 1. harus
memenuhi rasio air semen dan persyaratan kuat tekan karakteristik sebagai
berikut.
Tabel 1. Persyaratan beton pada kondisi khusus
Kondisi Lingkungan Rasio Air Semen f’c min,
maks MPa
Beton dengan permeabilitas rendah yang 0.50 28
terkena pengaruh lingkungan air
Untuk perlindungan tulangan terhadap korosi 0.40 35
pada beton yang terpengaruh lingkungan yang
mengandung klorida dari garam atau air laut.

2.2.5 Pengaruh Lingkungan Sulfat


Beton yang dipengaruhi oleh lingkungan yang mengandung sulfat yang terdapat
dalam larutan atau tanah harus memenuhi persyaratan seperti pada table 2.
Table 2. Persyaratan beton pada kondisi lingkungan sulfat.
Sulfat (SO4) Beton normal Beton ringan
dalam tanah Sulfat (SO4) Faktor air Kuat tekan
Lingkungan Tipe
yang larut dalam dalam air semen dalam min. f’c MPa
Sulfat Semen
air, persen dari (ppm) massa*
massa
Ringan 0,00 – 0,10 0 - 150 - - -
II IP (MS)
Sedang 0,10 – 0,20 150 - 1500 0,50 25
IS (MS)
Berat 0,20 – 2,00 1500 – 10.000 v 0,45 30
Sangat V+
Diatas 2,00 Diatas 10.000 0,45 30
Berat Pozollan

Bahan tambahan dari Kalsium klorida tidak boleh digunakan pada beton yang
dipengaruhi oleh lingkungan sulfat dari bersifat berat sampai sangat berat.

Rasio air semen yang disyaratkan pada table 1 dan 2 harus dihitung
menggunakan berat semen sesuai dengan ASTM C150, C595 M, C845. Bila
digunakan Fly Ash atau Pozolan, Slag , Silica Fume harus sesuai berturut-turut
ASTM C618, C989, C1240

2.2.6 Perlindungan Temadap Korosi


Untuk pertindungan tulangan temadap korosi pada beton, kosentrasi ion klorida
maksimum yang dapat larut dalam air pada beton umur 28 hingga 42 hari tidak
boleh melebihi batasan yang diberikan pada table 3. Bila dilakukan pengujian
untuk menentukan kandungan ion klorida (CI-) yang dapat laNt dalam air,
prosedur uji harrs sesuai dengan ASTM C1218
Tabel 3. Kandungan ion Klorida maksimum untuk perlindungan baja tulangan

Jenis komponen strulrtur beton Jumlah maksimum ion khlorida yang


larut dalam air(Cl- dalam beton,
persen dalam massa dari semen
Beton Pratekan 0.06
Beton bertulang berhubungan dengan 0.15
khlorida

Beton bertulang yang selalu kering 1.00


atau terlindung dari lembab
Beton bertulang lainnya 0.30

Untuk beton bertulang pada kondisi lingkungan korosif (lingkungan mengandung


klorida dari air garam, air laut, atau cipratannya), maka persyaratan pada table 1
untuk rasio air semen dan kuat tekan, serta persyaratan tebal selimut beton pada
pasar 7.7 harus dipenuhi.
2.3 PERSIAPAN PERALATAN DAN TEMPAT PENYIMPANAN BETO ................... ACI 5
2.3.1 Persiapan Pengecoran
Sebelum penuangan beton dilaksanakan, harus dilakukan pekerjaan persiapan
yang mencakup beberapa hal :
a. Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus bersih
b. Semua sampah/kotoran harus dihilangkan dari cetakan yang akan diisi beton.
c. Untuk memudahkan pembukaan cetakan, permukaan dalam cetakan boleh
dilapisi bahan khusus, antara lain lapisan tipis minyak mineral, form release
agent, lembaran poly urethane.
d. Pasangan dlnding bata yang akan bemubungan langsung dengan beton harus
dibasahi air sampai jenuh
e. Tulangan harus benar-benar dalam keadaan bersih dan babas dari segaia
lapisan penutupan yang dapat merusak beton atau mengurangi lekatan antara
beton dan tuiangan.
f. Air yang terdapat pada semua rwng yang akan diisi beton harus dibuang,
kecuali apabila penuangan dilakukan dengan menggunakan tremie
g. Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel pada
pemukaan beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum pengecoran
beton baru dituangkan pada pemukaan beton yang telah mengeras tersebut.
2.3.2 Pengadukan Beton
a. Semua beton harus diaduk secara seksama hingga tercapal penyebara,
material merata dan semua hasil adukannya harus dikeluarkan sebelum
mesin pengaduk tadi diisi kembali.
b. Beton siap pakai harus diaduk dan diangkut mengikuti persyaratan dari
“Specification For Ready Mixed Concrete” (ASTM C94) atau “Specification For
Comets Made by Volumetric Batching and Continuous” (ASTM C 685).
c. Pengadukan beton dilapangan hanrs mengikuti ketentuan berikul:
1. Pencampuran harus dilakukan dalam suatu mesin pengaduk dari type
yang disetujui.
2. Mesin pengaduk harus berputar pada kecepatan yang direkomendasikan
oleh pabrik pembuat.
3. Pengadukan barus dilakukan terus menerus selama paiing sedikitnya 1,5
menit setelah semua material dimasukan kedalam drum pengaduk,
kecuali bila dapat dituniukan/dibuktikan bahwa suatu pengadukan yang
lebih pendek memberikan hasil yang memuaskan dan memenuhi
pengujian keseragaman pengadukan yang ditetapkan dalam
“Specification For Ready Mixed Concrete” (ASTM C94).
d. Penanganan meterial, batching dan pengadukan haus memenuhi bagian
ketentuan yang berlaku dari “ Specification For Ready Mixed Concrete “
(ASTM C94).
e. Harus dilakukan suatu pendataan yang rinci untuk mencatat:
I. Jumlah batch-aduk yang dihasilkan.
2. Proporsi dari material yang digunakan.
3. Perkiraan lokasi penuangan akhir pada struktur.
4. Waktu dan tanggal pengadukan dan penuangan.
2.3.3. Pengangkutan Beton
Pengangkutan betan dari tempat pengadukan hingga tempat penyimpanan akhir
(sebelum dituang) harus sedemikian hingga dapat mencegah tejadinya
pemisahan atau kehilangan material.
Alat angkut yang digunakan hanrs mampu menyediakan beton ditempat
penyimpanan akhir dengan lancer tanpa mengakibatkan pemisahan dari bahan
yang dicampur dan tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan hilangnya
plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan.
2.3.4 Penuanga Baton
a. Tempat Penuangan
Adukan Beton harus dituang sedekat mungkin dengan posisi terakhir untuk
mencegah sagregasi karena perpindahan atau pengaliran.
b. Kecepatan Penuangan
Pembetonan harus dilaksanakan dengan suatu kecepatan penuangan
sedemikian hingga beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat mengaiir
dengan mudah kedalam rongga diantara tulangan.
c. Babas dari Beton Cacat
Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori oleh material
asing tidak boleh dituangkan kedalam struktur.
d. Larangan mencampur ulang
Beton setengah mengaras yang ditambah air atau beton yang diaduk kembali
setelah mengalami pengerasan awal tidak boleh dipergunakan kecuali bila
disetujui oleh pengawas ahli.
e. Batas penghentian panuangan
Setelah penuangan beton dimulai, pelaksanaannya harus dilakukan tanpa
berhenti hingga salasainya penuangan satu panel atau penampang, yang
dibentuk oleh batas-batas elamennya atau batas berhentinya panuangan
yang telah ditentukan, kecuali bila diijinkan atau dilarang oleh ketentuan
dalam pasal 6.4.
f. Cetakan vertikal
Permukaan atas cetakan vertikal pada umumnya harus rata.
g. Syarat Pelaksanaan Siar
Bila diperlukan adanya siar pelaksanaan, siar tersebut harus dibuat sesuai
dengan ketentuan pasal 6.4.
h. Syarat Pemadatan
Beton yang dituang harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara
sempuma dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi
sepenuhnya daerah sekitar tulangan dan barang yang tertanam dan ke
daerah pojok acuan.
2.3.5 Pematan (Curing)
a. Beton (selain beton berkekuatan awal tinggi) harus dipertahankan dalam
kondisi lembab selama paling sedikit 7 hari setelah penuangan, kecuali bila
dirawat mengikuti pasal 5.11.3.
b. Beton berkekuatan awal tinggi harus dipertahankan dalam kondisi lembab
selama paling sedikit 3 hari pertama, kecuali bila dirawat mengikuti pasal
5.11.3.
c. Perawatan yang dipercepat
1. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan atmosfirik,
pemanasan dan perlembaban atau proses lain yang dapat diterima, boleh
digunakan untuk mempercepat pencapaian kekuatan dan mengurangi
waktu perawatan.
2. Perawatan yang dipercepat harus mampu mencapai kuat tekan beton
pada tahap pembebanan yang ditinjau paling sedikit sama dengan kuat
tekan beton rencana yang diperlukan pada tahap pembebanan tersebut.
3. Proses perawatan harus sedemikian hingga mampu menghasilkan beton
dengan suatu ketegaran (durability) paIing sedikit ekivalen dengan hasil
perawatan bedasarkan pasal 5.11.1 dan 5.11.2.
d. Uji kuat tambahan berdasarkan nasal 5.6.4 mungkin diperlukan untuk
menjamin bahwa perawatan yang dilakukan telah memuaskan.

2.4 MUTU DAN PROPORSl CAMPURAN BfETON .................. Chapter 5


2.4.1 Umum
Beton hens dirancang proporsi campurannya hingga menghasillan suatu kuat
tekan rata-rata yang memenuhi pasal 5.3.2, dan persyaratan keawetan seperti
pada pasal 4. Frekuensi nilai kuat tekan rata-rata yang lebih rendah dari f’c, sepelti
yang ditetapkan dalam pasal 5.6.3.3 harus diminimalkan.
Persyaratan untuk f’c, harus didasarkan pada hasl pengujian benda uji silinder
yang dibuat dan diuji berdasarkan ketentuan yang tercantum pada pasal 5.6.3.
Kecuali ditentukan lain, maka penentuan nilai f’c, harus didasarkan pada pengujian
beton umur 28 hari. Jika pengujian beton tidak berumur 28 hari, maka pengujian
harus sesuai dengan yang ditentukan oleh gambar rencana atau spesifikasi
teknis.
Bilamana prosedur pereneanaan mensyaratkan penggunaan f ct sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 9.5.2.3, 11.2 dan 12.2.4, maka uji labaratorium harus
dilakukan sesuai dengan ASTM C330 “Specificatin for Lightwilght agregates for
structural concrete” untuk menentukan hubungan antara fct dan f’c.
Pengujian kuat tarik-belah beton tidak boleh digunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam penerimaan mutu beten dilapangan.
2.4.2 Pemilihan proporsi beton
Prpporsi campuran bahan dasar beton barns ditentukan agar beton yang
dihasilkan memberikan sifat-sifat :
a. Kelecakan (Workability) dan konsistensi yang menjadikan beton mudah
dikejakan (penuangan, perataan, dan pemadatan) kedalam acuan dan
kesekitar tulangan, tanpa menimbulkan kemungkinan segregasi aggregat dan
terpisahnya air (bleeding) secara berlebihan.
b. Ketahanan terhadap kondisi khasus sepelti yang disyaratkwl dalam pasal 4.
c. Memenuhi persyaratan uji kekuatan sesuai pasal 5.6.
Untuk setiap campuran beton yang beebeda baik dari aspek material yang
digunakan maupun proporsi campuran, harus dilakukan pengujian.
Proporsi campuran beton, termasuk faktor air semen, dapat ditentukan
berdasarkan pengalaman lapangan dan/atau membuat campuran percobaan
dengan bahan-bahan yang akan digunakan dilapangan (pasal 5.3.), kecuali bila
mengikuti ketentuan pasal 5.4. atau memenuhi persyaratan pasal 4.
2.4.3 Frekuensi Parcobaan
Pengujian masing-masing mutu beton yang dicer setiap harinya harus dari satu
contoh uji per hari, atau tidak kurang dari satu contoh uji untuk setiap 120 m 3
beton, atau tidak kurang dari satu contoh uji untuk setiap 500 m2 luasan
permukaan lantai atau dinding.
2.4.4 Syarat Jumlah 8enda Uji
Pada suatu pekerjaan pengecoran, jika volume total adalah sedemikian hingga
frekuensl pengujian yang disyaratkan oleh Chapter 5.6.1.1 hanya akan
menghasilkan jumlah uji beton kurang dari 5 percobaan untuk suatu mutu beton,
maka contoh uji harus diambil paling sedikit 5 percobaan yang dipilih secara acak
atau dari masing-masing adukan bila mana jumlah adukan yang digunakan adalah
kurang dari lima.
2.4.5 Ketentuan Volume Beton Sedikit
Jika volume total dari suatu mutu beton yang digunakan kurang dari 40 m3, maka
pengujian kuat tekan tidak perlu bila bukti terpenuhinya kuat tekan diserahkan dan
disetujui oleh pengawas lapangan.
2.4.5 Ketentuan Volume Beton Sediklt
Suatu uji kuat tekan harus merupakan nilai kuat tekan rata-rata dari dua contoh uji
silinder yang berasal dari adukan beton yang sama dan diuji pada umur beton 28
hari atau pada umur uji yang ditetapkan untuk penentuan fc'.
Contoh :
1. Suatu proyek pergudangan merencanakan akan melakukan pengecoran tehadap
poer dan perkerasan lantai menggunakan beton siap pakai dengan mutu yang
sama. Volume beton yang dibutuhkan untuk pengecoran poer mencapai 84 m 3
terdiri dari 6 m3 untuk 14 poer dan volume beton untuk lantai mencapai 210 m3
untuk ukuran 28 x 30 m2 = 840 m2 yang akan diselesaikan dalam waktu 2 hari
untuk poer dan 2 had untuk lamtai
Maka jumlah contoh benda u]i yang diperoleh sesuai Chapter 5.6.1.1 adalah
sebagai berikut :
a. Dari pengecoran poerdibutuhkan 2 pasang benda uji
b. Dari pengecoran lantai diporoleh 2 pasang honda uji
Mengingat jumlah benda uji yang diperoleh hanya 4 pasang, maka sesuai Chapter
5.6.1.2 diporoleh jumlah benda uji yang harus diambil dilapangan paling sedikit 5
pasang contoh yang diperoleh dari sedikitnya 5 pengambilan dari 49 adukan yang
dipilih secara acak.

III PENENTUAN RANCANGAN PROPORSI CAMPURAN BETON

3.1 PENDAHULUAN
Setelah mengikuti session 3 ini peselta mampu :
1. Menentukan Deviasi Standar
2. Menentukan KuatTeican Rata2
3. Melakukan seleksi perancangan campuran beton perdasarkan data uji lapangan
4. Melakukan seleksi pecancangan campuiran beton bedasarkan campuan percabaan
3.2 KUAT TEKAN RATA·RATA PERLU f CR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . AC15,3,2.1
Kuat tekan rata2 perlu f’cr yang digunakan sebagaidasar pemilihan proporsi campuran
beton harus diambil nilai terbesar dari Pers,(5-1) dan (5-2) yang menggunakan nilai
Deviasi Standar yang dihitung sesuai menurut Ch.5.3.1.1 atau Ch.5.3.1.2
f’cr = f’c + 1,34 S. (5-1)
f’cr = f’c + 2.33 S – 3,45 (5-2)
3.3 MENENTUKAN STANDAR DEVIASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ACI 5.3.1
Dalam menetukan Standar Deviasi ada 3 kemungkinan
1. Jika ada catatan data uji sebanyak 30 pasang
2. Jika data uji antara 15 sampai 29 pasang
3. Kalau tidak ada catatan data uji
3.3.1 Nilai deviasi stander mempunyai catatan 30 hasil UJI (ACI 5.3.1.1)
Nilai deviasi standar dapat diadakan jika fasilitas produksi beton mempunyai
catatan hasil uji. Data hasil uji yang dipakai untuk perhitungan deviasi standar
harus:
a) Mewakili jenis material , prosedure pengendailan mutu dan kondisi yang seru-
pa dengan yang diharapkan, dan perubahan2 pada material dan proporsi
campuran dalam data pengujian tidak perlu lebih ketat dari yang digunakan
pada pekerjaan yang akan dilakukan.
b) Mewakili beton yang diproduksi untuk memenuhi kekuatan yang disyaratkan
atau kuat tekan fc pada kisaran 7 Mpa dari yang ditentukan untuk pekerjaan
yang akan diiakukan.
c) Terdiri sekutang-kurangnya 30 pengujian berturut turut atau dua kelompok
pengujian berturut turut yang jumlahnya sekurang kurngnya 30 pengujian
seperti yang ditetapkan di ch. 5.6.2.4, kecuali sebagaimana yang ditentukan
pada butir 5.3.1.2.
Standard deviasi dapat dihitung rnenurut formula berikut ini:
  
1/ 2
 X  X 2

S i
. . . . . . . . (R5A)
 n  1 
dimana:
s : Deviasi Standar, Mpa
X, : individual strength test seperti didefinisikan dalam 5.6.2.4
X : rata-rata dari n strength results
n : Jumlah dari consequtive strength tests

Jika tersedia dua kelompok pengujian berturut tunrt yang jumlahnya sekurang
kurangnya 30 contoh pengujian, maka standard deviasi dihitung dengan formula
sebagai berikut:
 n1  1S 1 2  n 2  1S 2 2 
1/ 2

S 
 n1  n 2  2 
dimana:
S = Standar devimi rata rata, dimana dua test record dipakai untuk menghitung
standard deviasi
S1 , S 2 = standard deviasi yang dihitung dari two test records, 1 dan 2 berturut
turut
n1 , n 2 = jumlah test untuk masing masing record, berturut-turut
CONCRETE PRODUCTION FACILITY HAS FIELD STRENGTH TEST
RECORDS FOR THE SPECIFIED CLASS OR WITHIN 7 MPa OF THE
SPECIFIED CLASS OF CONCRETE

NO

YES
> CONSECTIVE TWO GROUPS OF CONSECUTIVE 15 TO 29 CONSECUTIVE
TEST TESTS TOTAL > 30) TESTS

YES NO YES NO YES NO

(NO DATA
CALCULATE S CALCULATE S AVERAGE S FOR S)
CALCULATE S AND STRENGTH
USING TABLE 5.3.1.2

REQUIRED AVERAGE STRENGTH REQUIRED AVERAGE STRENGTH OR


FROM EQ. (5-1) OR (5-2) FROM TABLE 5.3.2.2

FIELD RECORD OF AT LEAST TEN


CONSECUTIVE TEST RESULT USING
OR
SIMILAR MATERIALS AND UNDER
SIMILAR CONDITIONS IS AVAILABLE

MAKE TRIAL MIXTURES USING AT LEAST


NO TREE DIFFERENT WATER-CEMENTITIOUS
MATERIAL RATIONS OR CEMENTITIOUS
MATERIAL CONTENTS ACCORDING TO 5.3.3.2
YES

RESULT REPRESENT
PLOT AVERAGE STRENGTH VERSUS
ONE MIXTURE
PROPORTIONS AND INTERPOLATE FOR
REQUIRED AVERAGE STRENGTH
NO RESULT REPRESENT
TWO OR MORE
MIXTURE DETERMINE MIXTURE PROPORTIONS
YES
ACCORDING TO 5.4
(REQUIRES SPESIAL PERMISSIONS)
AVERAGE  PLOT AVERAGE STRENGTH
REQUIRED VERSUS PROPORTIONS AND
AVERAGE INTERPOLATE FOR REQUIRED
AVERAGE STRENGTH
NO

YES

SUBMIT FOR APPROVAL


3.3.2 Standard Deviasi Dengan Catatan Hasil uji < 30 (AC1.5.3.1.2)
Jika fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji yang memenuhi
butir 5.3.1.1, tetapi mempunyai catatan hasil uji dari pengujian sebanyak 15
sampai 29 contoh secara berturut turut, maka deviasi standar ditentukan sebagai
hasil perkalian antara deviasi standar yang dihitung dan factw modifikasi pada
Tabel. 5.3.1.2.
Agar dapat diterima, maka catatan hasil Pengujian harus memenuhi persyaratan
(a) dan (b)·dari Chapter 5.3.1.1 dan hanya mewakili catatan tunggal dari pengujian
yang berturut turut tejadi dalam periode waktu tidak kurang dari 45 had kalender
Tabel 5.3.1.2 : Faktor modifikasi untuk Standar Deviasi jika tersedia benda uji
tes < 30
Jumlah pengujian Faktw Madofiklsi untuk Daviasi Stander
< 15 contoh Gunakan Tabel 5.3.2.2
15 1.16
20 1.08
25 1.03
> 30 1.00

3.3.3 Jika Tiddk Ads Data Uji (AC1 5.32.2)


Bila fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji lapangan untuk
perhitungan Deviasi Standar yang memenuhi ketentuan Ch.5.3.1.1 atau
Ch.5.3.1.2, maka Kuat rata rata perlu f’cr harus ditetapkan berdasarkan Tabel
5.3.2.2 dan pencatatan data kuat tekan rata rata harus sesuai dengan persyaratan
pada 5.3.3

Tabel :5.3.2.2 : Kuat tekan rata-rata perlu jika tidak tersedia untuk menetapkan
Deviasi Standar
Perstarayan Kuat tekan, f’c MPa Kuat tekan rata-rata perlu f’cr (MPa)
Kurang dari 21 f’c + 7
21 s/d 35 f’c + 8.5
Lebih dari 35 f’c + 10.0

3.4 DOKUMENTASI DATA KUAT RATA-RATA .................. AC15.3.3


Dokumen untuk usulan Proporsi beton yang akan menghasilkan kuat tekan rata rata
perlu yang sama atau lebih besar dari yang disyaratkan oleh Ch.5.3.2 harus terdiri dari
catatan uji kuat lapangan, beberapa uji kuat lapangan (5.3.3.1), atau percobaan
carnpuran (5.3.3.2)
Ada 2 cara menentukan seleksi terhadap proporsi campuran :
1. Proporsi campuran berdasarktan catatan uji
2. Proporsi campuan tanpa catatan uji
3.4.1. Syarat Catatan Uji kuuat (ACI 5.3.3)
Bila catatan uji dipakai untuk menunjukkan bahwa proporsi campumn beton yang
diusulkan akan menghasilkan nilai kuat rata-rata perlu f’cr (lihat 5.3.2), maka
catatan tersebut harus mewakili material dan kondisi yang mirip dengan kondisi
dimana campuran tersebut akan digunakan. Perubahan pada material, kondisi,
dan proporsi dari catatan tersebut tidak perlu lebih ketat dari yang akan dihadapi
pada pekerjaan yang alan dilakukan. Untuk tujuan penetapan potensial kuat rata
rata, catatan hasil uji yang kurang dari 30 tetapi tidak kurang dari 10 contoh
pengujian secara berturut turut dapat diterima selama catatan pengujian tersebut
mencakup periode waktu tidak kurang dari 45 hari. Proporsi campuran beton yang
diperlukan harus diijinkan ditentukan oleh interpolasi antara kekuatan dan proporsi
dari dua atau lebih data uji yang masing masing memenuhi pesyaratan lain dari
section ini.
3.4.2 Proparri Campuran Tanpa Cataan Uji Lapangan (AC15.3.3.2)
Jika tidak tersedia catatan hasil uji yang mememrhi criteria, maka proporsi
campuran beton yang diadakan dari campuran percobaan yang memenuhi
batasan batasan berikut dapat digunakan :
a) Kombinasi bahan yang digunakan harus sama dengan yang digunakan pada
pekerjaan yang akan dilakukan.
b) Campuran percobaan yang memiliki proporsi campumn dan konsistensi yang
diperlukan untuk pekejaan yang akan dilakukan harus dibuat menggunakan
sekurang kurangnya tiga jenis rasio air semen atau kandungan semen yang
berbeda-beda untuk menghasilkan swtu kisaran kuat tekan beton yang
mencakup kuat rata-rata perlu fcr.
c) Campuan uji harus direncanakan untuk menghasifkan Slump dengan kisaran
+/- 20 rnm dari nilai maksimum yang diijinkan, dan untuk beton dengan bahan
tambahan penambah udara, kisaran kandungan udaranya dibatasi +1- 0.5 %
dari kandungan udara maksimum yang diijinkan.
d) Untuk sedan rasio air-semen atau kadar semen, sekurang kurangnya harus
dibuat tiga buah uji silinder untuk masing masing umur uji dan dirawat sesuai
dengan ASTM C 192 Metode Pembuatan dan Perawatan Benda uji Beton di
Laboratorium. Silinder harus diuji pada umur 28 had atau pada umur uji yang
ditetapkan untuk penentuan fc .
e) Dari hasil uji contoh silinder tersebut harus diplot kurva yang memperlihatkan
hubungan antara rasio air-semen atau kadar semen terhadap kuat tekan pada
umur uji yang ditetapkan.
f) Rasio air-semen maksimum atau kadar semen minimum untuk beton yang
akan digunakan pada pekerjaan yang akan dilakukan harus seperti yang
diperlihatkan pada kurva untuk menghasilkan kuat rata-rata yang disyaratkan
aleh Chapter 5.3.2, kecuali bila rasio air-semen yang lebih rendah atau kuat
tekan yang lebih tinggi disyaratkan oleh Chapter 4.
3.5 PERANCANGAN CAMPURAN TANPA BERDASARKAN DATA LAPANGAN ATAU
CAMPURAN PERCOBAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ACI 5.4

3.5.1 Proporsi Beton pakai Pengalaman lan (AC15.4.1)


Jika data yang disyaratkan pada butir 5.3 tidak tersedia, maka proporsi campuran
beton harus ditentukan berdasarkan percobaan atau informasi lainnya, bilamana
hal tersebut disetujui oleh Pengawas lapangan. Kuat tekan rata-rata perlu f’cr,
beton yang dihasilkan dengan bahan yang mirip dengan yang digunakan harus
sekurang kurangnya 8,5 MPa lebih besar dari pada kuat tekan f’c yang
disyaratkan. Altenatl ini tidak boleh digunakan untuk pengujian kuat tekan yang
disyaratkan lebih besar dari 28 MPa.
3.5.2 Syarat Keawetan/Durabilitas (AC15.4.2)
Campuran beton yang dirancang menunrt butir 5.1 diatas harus memenuhi
persyaratan keawetan pada Chapter 4 dan kriteria pengujian kuat tekan pada
Chapter 5.6

2.6 REDUKSI KUAT RATA·RATA ................................ ACI 5.5


Dengan tersedianya data selama pelaksanaan konstruksi, maka harus diijinkan untuk
mereduksi nilai dimana f’cr harus lebih besar dari nilai f’c ,asalkan:
(a) Tersedia 30 atau lebih data hasil uji, dan hasil uji rata rata melebihi ketentuan yang
disyaratkan oleh butir 5.3.2.1, yang menggunakan deviasi standar dihitung sesuai
dengan butir 5.3.1.1 atau
(b) Tersedia 15 hinga 29 data hasil uji, dan hasil uji rata rata melebihi ketentuan yang
disyaratkan oleh butir 5.3.2.1 yang menggunakan deviasi standar dihitung sesuai
dengan butir 5.3.1.2 dan
(C) Penyaratan pengaruh lingkungan pada Chapter 4 dipenuhi.

2.7 INTERPRETASI STATISTIK FCR DAN PERSETUJUAN MUTU BETON


1. Probabilitas fcr
2. Probabilitas Kriteria Persetujuan Mutu Beton

CONTOH 1.
Strength Tests Data Report
Evaluasi Mote Beton sesuai 5.6.2.3
Spesifikasi Projek : Untuk Kolom beton , Normal Weight
Specified Strength = 27.56 MPa
Silinder 1 Silinder 2 Rata-rata Rata-rata 3
No Tes Tanggal Tes
(MPa) (MPa) (MPa) consequtive test
1 05 Maret 93 31.97 32.87 32.42
2 06 Maret 93 33.83 35.14 34.48
3 10 Maret 93 31.49 32.80 32.14 33.01
4 12 Maret 93 33.07 34.45 33.76 33.46
5 13 Maret 93 34.45 33.76 34.11 33.34
6 17 Maret 93 30.18 31.49 30.83 32.90
7 19 Maret 93 31.90 33.21 32.56 32.50
8 21 Maret 93 33.07 32.18 32.62 32.00
9 25 Maret 93 34.59 34.04 34.31 33.16
10 28 Maret 93 32.66 33.76 33.21 33.38
11 30 Maret 93 29.63 28.32 28.97 32.16
12 02 April 93 29.49 24.94 27.22 29.80
13 05 April 93 32.66 33.62 33.14 29.78
14 08 April 93 33.55 34.73 34.14 31.50
15 09 April 93 31.63 32.18 31.90 33.06
16 15 April 93 30.45 32.31 31.38 32.47
17 16 April 93 34.31 34.93 34.62 32.64
18 19 April 93 33.76 33.49 33.62 33.21
19 20 April 93 39.20 38.38 38.79 35.68
20 22 April 93 36.59 36.59 36.59 36.33
21 24 April 93 35.00 34.24 34.62 36.67
22 28 April 93 31.97 30.59 31.28 34.16
23 01 Mei 93 35.07 35.00 35.04 33.65
24 03 Mei 93 37.41 37.96 37.69 34.67
25 07 Mei 93 36.45 36.93 36.69 36.47
26 10 Mei 93 32.38 32.87 32.62 35.67
27 11 Mei 93 33.62 34.73 34.17 34.50
28 15 Mei 93 34.45 33.69 34.07 33.62
29 16 Mei 93 33.14 32.18 32.66 33.63
30 18 Mei 93 29.28 30.32 29.80 32.18
Rata-rata = 33.32
Maximum strength = 38.79 Tgl:20 April 93
Minimum strength = 27.22 Tgl:02 April 93
Number uji = 30
Jumlah = 999.46
Jumlah :
Rata-rata = 33.32
Stdev = 2.43 353 psi

Pembahasan:
AC15.6.2.3.(a) Average two sylinder> fc'-3.5=27.56-3.5=24.15 MPa
dari data nilai paling kecil 27.22 MPa >24.15 mpa maka okay
ACI 5.6.2.3.(b) Three consecutive strength > fc' =27.56 MPa
Ternyata semua hasil rata rata > 27.56 MPa maka -> okay

Keterangan:
Perbedaan harga dari tes silinder ini dlsebabkan karena:
(1) Bervariasinya material. (2) Metode mixing. (3) Tranportasi. (4) Placing. (5) Making.
(6) Curing. (7) Testing.

CONTOH 2
Menentukan fcr sesuai 5.3.2.1
Spesifikasi Projek: Untuk Kolom beton. Nocmd Weight
Specified Strength= 27.56 MPa
Silinder 1 Silinder 2 Rata-rata
No Tes Tanggal Tes
(MPa) (MPa) (MPa)
1 05 Maret 93 31.97 32.87 32.42 -0.90 0.815
2 06 Maret 93 33.83 35.14 34.48 1.16 1.356
3 10 Maret 93 31.49 32.80 32.14 -1.18 1.388
4 12 Maret 93 33.07 34.45 33.76 0.44 0.194
5 13 Maret 93 34.45 33.76 34.11 0.79 0.617
6 17 Maret 93 30.18 31.49 30.83 -2.49 6.186
7 19 Maret 93 31.90 33.21 32.56 -0.76 0.585
8 21 Maret 93 33.07 32.18 32.62 -0.70 0.484
9 25 Maret 93 34.59 34.04 34.31 0.99 0.984
10 28 Maret 93 32.66 33.76 33.21 -0.11 0.012
11 30 Maret 93 29.63 28.32 28.97 -4.35 18.901
12 02 April 93 29.49 24.94 27.22 -6.10 37.265
13 05 April 93 32.66 33.62 33.14 -0.18 0.032
14 08 April 93 33.55 34.73 34.14 0.82 0.672
15 09 April 93 31.63 32.18 31.90 -1.42 2.014
16 15 April 93 30.45 32.31 31.38 -1.94 3.748
17 16 April 93 34.31 34.93 34.62 1.30 1.696
18 19 April 93 33.76 33.49 33.62 0.30 0.092
19 20 April 93 39.20 38.38 38.79 5.47 29.929
20 22 April 93 36.59 36.59 36.59 3.27 10.666
21 24 April 93 35.00 34.24 34.62 1.30 1.696
22 28 April 93 31.97 30.59 31.28 -2.04 4.159
23 01 Mei 93 35.07 35.00 35.04 1.72 2.943
24 03 Mei 93 37.41 37.96 37.69 4.37 19.082
25 07 Mei 93 36.45 36.93 36.69 3.37 11.352
26 10 Mei 93 32.38 32.87 32.62 -0.70 0.484
27 11 Mei 93 33.62 34.73 34.17 0.85 0.730
28 15 Mei 93 34.45 33.69 34.07 0.75 0.564
29 16 Mei 93 33.14 32.18 32.66 -0.66 0.437
30 18 Mei 93 29.28 30.32 29.80 -3.52 12.396
Rata-rata = 33.32
Maximum strength = 38.79
Minimum strength = 27.22
Number uji = 30
Jumlah = 999.46
Jumlah :
Rata-rata = 33.32
Stdev = 2.43

Pembahasan:
Dari tes No.12 didapatkan strength rata rata yang rendah = 27.22 MPa
yang diakibatkan karena silinder 2 nilainya = 24.94 MPa
adanya perbedaan yang cukup besar abtara silinder 2 dan silinder 1 =29.49 MPa
yang keduanya dari batch yang sama
kemungkinan besar disebabkan oleh handling dan prosedore tes dari silinder 2
Dari data statistik sebanyak 30 ini dapat dipakai untuk membuat Mix design
Target Strength untuk Mix Design dapat memakai Standars Deviasi = 2.43 MPa

CONTOH 3
Jika tidak tersedia catatan hasil uji yang memenuhi kriteria, maka proporsi campuran
beton yang diperoleh dari campuran percobaan.
Rencanakan hubungan antara Faktor Air I cement dan Compressive Strength untuk
suatu campuran beton dengan specified compressive yang memenuhi syarat dengan
Spesifikasi Proyek: fc' = psi
MPa (normal weight) pada umur 28 hari
Maximum size aggregate: 1.905
Total air content =
Maximum Slump = 10.16
Pasir dan Kerikil dari :
Semen:
Faktor Air/Semen ditentukan berdasarkan Campuran Percobaan . Lihat 5.3.3.2
Perthitungan :
l. Dengan tidak tersedianya catatan hasil benda uji lapangan maka untuk perhitugan
deviasi standart untuk mencapai Target Strength f’cr, menggunakan Table 5.3.2.2
Untuk f’c = 20.67 mpa maka Kuat Tekan rata rata perlu f’cr = f’c + 27.67 mpa
2. Prosedure Campuran Pereobaan
a. Kombinasi bahan yang digunakan harus sama dengan yang digunakan pada
pekerjaan yang akan dilakukan
b. Tiga jenis campuran percobaan dengan tiga jenis rasio Air - Semen yang
berbeda beda untuk menghasilkan suatu kisaran kuat tekan beton yang
mencakup kuat rata rata perlu f’cr
c. Campuran uji harus direncanakan untuk menghasilkan slump dengan kisaran
+/-20 mm dari nilai max yang diijinkan ( 12.065
d. Untuk setiap ratio air-semen atau kadar semen sekurang kurangnya harus
dibuat tiga buah silinder uji dan diuji pada umur 28 hari
e. Dari hasil uji silinder tersebut harus diplot kurva yang memperlihatkan hubungan
antara kuat silinder dan ratio air-semen untuk dipakai menentukan perkiraan
ratio A/C dari kuat f’cr yang ditargetkan
Untuk menggambarkan prosedure campuran percobaan ,dicontohkan campuran
percobaan dan hasil tes data seperti ditunjukkan dalam Tabel 7.1
Berdasakan atas hasil tes seperti yang digambarkan dalam Gambar 7.1 Yang diperoleh
dari campuran percobaan ,maka maksimum air-semen rasio yang akan dipakai sebagai
campuran beton dengan melakukan interpolasi didapatkan = 0.49
Dengan menggunakan ratio air-semen 0.49 untuk mendapatkan beton dengan f’c =
20.67 MPa hasil ini menunjukkan sangat overdesign
Referring to Fig. 2-2 ,Example 2.l, for wlc rafio 0.49, a strength level approximating 3800
ps 1 can be expected for air-entrained concrete.
The required extent of mix overdesign, when sufficient strength data are not avaliable to
establish a standart deviation, should be appaent
Tabel : Data Campuran Percobaan
Campuran Percobaan Batch No. 1 Batch No. 2 Batch No. 3
Seleksi rasio air-semen 0.45 0.55 0.65
Pengukuran Slump, in (mm) 95.25 107.95 114.30
Pengukuran Kadar Udara (%) 4.40 5.30 4.80
Hasil Tes, psi (mpa) mpa mpa mpa
Silinder 1 32.04 26.87 18.95
Silinder 2 29.97 25.84 19.98
Silinder 3 31.14 25.15 19.64
Rata-rata 31.05 25.95 19.52

Penjelasan:
Dari Lengkung rata-rata “Lengkung Kuat Campuran Percobaan’”
Dengan fcr = 27.67 mpa, didapatkan Ratio Air-Semen = 0.49
(Lihat Grafik Hubungan Kuat Tekan fcr dan Ratio Air-Semen campuran)
Gambar : No

LENGKUNG KUAT CAMPURAN


PERCOBAAN

35
Compressive Strength

32.04
31.14
31.05
30 29.97
(mpa)

26.87
25.95
25.84
25 25.15

19.98
20 19.64
19.52
18.95

15
0.45 0.55 0.65
Ratio Air-Semen
SILINDER 1 SILINDER 2
SILINDER 3 RATA-RATA

Berdasarkan atas lengkung rata-rata dari hasil 3 macam campuran maka maksimum
air-semen yang akan dipakai untuk campuran proporsi , dengan interpolasi didapat
= 0,49.
Penjelasan Target f’ci
ACI - R.5.3.2
1.282 S 2.326 S
Menentukan 3 syarat :

1. P[f’cu  f’c]  10%


Pf = 10 % Pf = 1 %
 f’cr > f’c + 1.282 S
2. P[f’cu  (f’c – 3.5)]  1%
f’c f’cr f’c – 3,5 f’cr
 f’cr  (f’c – 3.5)+2.326 S
2.326 S/3  1.34 S
f’cu3
3. P[rata f’cu dari 3 test berturut  f’c]  1%
2

N[f’cu, S/3]
Distribusi rata2 3 f’cu
N [ f’cu3, S/3 ]
Pf = 9 %
f’cr  f’c + 2.326 (S/3)
 f’cr  f’c + 1.343 S
f’cr
Karena Syarat 3 > syarat 1  dipakai Pf = 1 % f’c N[f’cu, S]
atau
f’cr  f’c + 1.343 S f’cu3
Berlaku yang lebih besar f’cu
f’cr  (f’c – 3.5)+2.326 S
Penjelasan Taget f’cr
PB 89
1.64 S
Menentukan 2 Syarat
1. P [ f’cu  f’c ]  5 %
 f’cr  f’c + 1.64 S Pf = 5 %

f’cr
f’c

2. P [ (f’cr – 4)  f’c ]  0.4 % 2.64 S

 f’cr  f’c + 2.64 S – 4


Pf = 0.4 %

f’cr
(f’c – 4)
IV KONTROL KUALITAS DAN PEMBUATAN BENDA UJI BETON
4.1 PENDAHULUAH
Pada pertemuan 2 jam mendatang akan dibahas aplikasi dari ACI Chapter 5, khususnya
Sub chapter 5.5 ; 5.6.2; 5.6.3 dan cara pembuatan benda uji percobaan.
Setelah mengikuti kursus ini para peserta diharapkan rnampu :
a. Melakukan reduksi kuat tekan beton rata rata (fcr)
b. Melakukan pengambilan contoh beton segar, pembuatan benda-benda uji beton
dan perawatan benda-benda uji di laboratorium, maupun di lapangan.
c. Mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan manakala syarat yang dituntut untuk
keperluannya tidak dipenuhi.
d. Mampu mempersiapkan dan membuat benda uji silinder beton sesuai dengan
standard

4.2 REDUKSI KUAT TEKAN RATA-RATA (f’cr) ................................. Reference ACI; 5.5
Kuat tekan rata-rata (f’cr) harus dapat diijinkan direduksi, bila selama pelaksanaan
konstruksi tersedia data, asalkan :
a. Bila tersedia 30 atau lebih hasil percobaan dan rata-rata hasil percobaan
melampaui syarat 5.3.2.1, memakai standard deviasi dihitung sesuai 5.3.1.1 atau,
b. Bila tersedia 15 sampai 29 hasil percobaan dan rata - rata hasil percobaan me-
lampaui syarat 5.3.2.1 dengan memakai standard deviasl yang dihitung sesuai
5.3.1.2 dan,
c. Memenuhi persyaratan pengaruh lingkungan (Chapter 4)
Penjelasan ;
Reduksi f’cr dapat dilakukan bila,
a. Hasil f’cr > fc' + 1,34.s atau
f’cr > fc' + 2,33.s - 3,45
Dimana ;
  f ' ci  f ' cr 2 
1/ 2

S  atau pakai ........................................ R 5A


 n 1 
 n  1s1 2  n2  1s 2 2 
1/ 2

S 1  ................................... R 5B
 n1  n 2  2 
bila 2 catatan percobaan dipakai untuk memperoleh sedikitnya 30 percobaan.
c. Bila jumlah benda uji 15 < n < 29, harga s yang diperoleh dari R 5A harus dikalikan
dengan factor modifikasi (tabel 5.3.1.2)

Tabel 5.3.1.2., faktor modifikasi s untuk benda uji 15 s/d. 29


Jumlah benda uji (n) Faktor modifikasi
15 1.16
20 1.08
25 1.03
30 1.00
4.3 BENDA UJI YANG DIRAWAT DI LABORATORIUM ……… ACI 5.6.3, ASTM C31,C39,
C172
Terdapat 2 macam benda uji kuat tekan (silinder beton), yaitu
- benda uji yang dirawat di labaratorium dan,
- benda uji yang dirawat di lapangan
Tata cara pembuatan, perawatan, pengetesan, dan evaluasi ditetapkan sebagai berikul:
b. Pengambilan contah benda uji segar sesuai dengan “Method of Sampling Freshly
Mixed Concrete”, (ASTM C 172).
c. Benda uji silinder dibuat dan dirawat di Laboratorium, caranya sesuai dengan
"Practice for Making and Curing Concrete Test Specimens in the Fieeld' (ASTM
C31), dan ditest sesuai dengan “Test Method for Compressive Strength of Clinical
Concrete Specimens" ( ASTM C 39).

4.4 SYARAT MUTU YANG MEMUASKAN ...................................................... ACI 5.6.2.3


Kuat tekan beton dikatakan memenuhi syarat bila; tingkat kekuatan dari tiap mutu beton
harus dianggap memuaskan bila dua syarat berikut dipenuhi :
a. Rata-rata dari 3 percobaan kuat silinder berturut-turut > fc'
b. Tidak satupun individual percobaan kuat tekan rata - rata dari dua selinder bemilai
< fc' - 3.5 Mpa.

4.5 LANGKAH-LANGKAH PERBAIKAN MUTU …....................................... AC15.6.2.4


Bila tidak dipenuhi peryaratan butir 4 di atas (5.6.2.3) diambil langkah-langkah;
a. Meningkatkan harga fcr untuk pekerjaan berikutnya bila kedua persyaratan tidak
dipenuhi
b. Ketentuan penyelidikan pada 5.6.4 harus dilakukan bila syarat 4.b. (5.6.2.3(b)) tidak
dipenuhi.

4.6 BENDA UJI YANG DIRAWAT DI LAPANGAN ........................................ ACI 5.6.4


a. Benda uji dirawat dilapangan harus disediakan/dirawat bila diminta oleh pengawas
lapangan.
b. Perawatan benda uji di lapangan harus sesuai dengan "Practice for Making and
Cunng Concrete specimens in the Field" (ASTM C31).
c. Benda uji yang dirawat di lapangan dan dl laboratorium harus berasal dari adukan
beton yang sama
d. Prosedur perlindungan dan perawatan benda uji di lapangan diperketat bila ;
 Kuat tekan silinder yang dirawat di lapangan < 0.85 kuat tekan silinder yang
dirawat di laboratorium
 Syarat diatas tidak perlu diterapkan/berlaku bila harga kuat tekan silinder di
lapangan > f’c + 3.5 Mpa.
4.7 CARA PEMBUATAN BENDA UJI SILINDER PERCOBAAN .............., ASTM C31,
C172, C192 & C617.
4.7.1 Syarat Cetakan
Cetakan untuk membuat benda uji secara umum harus; kuat, presisi, tidak
menyerap air, tidak bocor dan mudah dibuka, untuk itu perlu dipematikan hal-hal
dibawah ini,
a. Bidang cetakan yang bersentuhan dengan beton harus terbuat dari baja atau
material lain yang tidak menyerap air dan tidak bereaksi dengan pasta semen.
Bidang ini sebelum dipakai dilapis dahulu dengan minyak pelumas (bekas),
agar benda uji tidak lengket sewaktu cetakan dibuka.
b. Cetakan harus kuat tidak berubah bentuk selama pemakaian, dengan ukuran
dan bentuk sesuai benda uji.
c. Cetakan harus kedap air, tidak bocor bila perlu pada setiap sambungan
ditutup dengan malam/parafin.
d. Cetakan harus dirancang sedemikian rupa agar mudah dibuka dan tidak
merusak benda uji yang dibuatnya.
e. Tebal dinding dan dasar cetakan sllinder minimum (untuk cetakan sekali
pakai)
Tebal dinding (mm)
Bahan
Dinding Dasar
Metal > 0.3 > 0.23
Plastik > 1.8 > 1.60
Kertas > 1.8 > 1.60

f. Pengujian lain yang diperlukan untuk cetakan benda uji silinder adalah;
penyerapan perpanjangan dan kebocoan air.

4.7.2 Syarat benda uji silinder ;


a. Bila tidak dinyatakan lain pada spesifikasi, sebaiknya silinder lebih kecil dari 
= 152 mm (6") x h = 305 mm (12”) tidak digunakan. Ukuran diameter silinder
harus diambil > 3 x diameter maksimum agregat yang dipakai dan tinggi h
ditetapkan 2x diameter silinder tsb.
b. Toleransi ukuran yang masih diperkenankan adalah;
untuk diameter () + max 1% (1.6 mm)
untuk tinggi (h) + max 2% (6.4 mm)
untuk tegak lurus (  )+ max 0.5 deg. ( menyimpang 3 mm untuk tinggi
h = 300 mm).
4.7.3 Peralatan lain yang perlu disediakan
a. Alat penggetar yang boleh dipergunakan dapat berupa :
- Batang perojok baja 16 mm, panjang 610 mm dengan ujung-ujung batang
dibulatkan
- Palu dari karet dengan berat 0.57 + 0.23 kg
- Jarum penggetar, diameter jarum penggetar antara 19 mm s/d. 38 mm
dengan getaran > 7000 getaran/menit
- Meja penggetar, dengan getaran > 3600 getaran/menit
b. Alat penguji lain yang biasa dilakukan, antara lain :
- Pengukur konsistensi, slump test (ASTM C.143)
- Pengukuran kadar udara (STM C.173 atau C.231)
- Pengukuran panas beton (ASTM C.1064)
4.7.4 Pembuatan benda uji
a. Pengambilan spesi beton I beton basah dapat dilakukan beberapa kali asal
tidak lebih dari 15 menit. Minimal volume harus terkumpul sebanyak 28 lt
untuk test kuat tekan. Untuk itu spesi beton / beton basah yang diambil harus
diaduk secara merata terlebih dahulu sebelum dicetak.
Bila terdapat agregat dengan diameter besar harus disingkirkan.
b. Jumlah benda uji yang harus dibuat;
setiap hari > 1x (satu pasang) untuk tiap mutu beton atau,
setiap hari > 1x setiap (120 m3) beton atau,
setiap hari > 1x setiap 500 m2 luas lantai atau dinding (tebal < 250 mm)
Atau diambil > 5x (5 pasang) secara random dan diambilkan pada setiap bath
untuk pekerjaan kecil, bila jumlah volume beton < 40 m3 test dapat ditiadakan,
sesuai judgment pengawas bangunan. Satu hasil test diambil dari rata-rata 2
benda uji silinder beton.
c. Pembuatan benda uji silinder dalam 3 tahap, masing-masing tahap dirojok
sebanyak 25 kali secara mecata. Tahap akhir permulaan beton diratakan dan
selanjutnya benda uji ini harus diamankan dari :
- terpengaruh oleh getaran
- terkena beban secara langsung
- terkena sinar matahari & angin secara langsung
d. Setelah selesai pembuatan benda uji harus dirawat dengan cara menutup
cetakan dengan kain basah. Cetakan dapat dibuka setelah beton berumur
24+8 jam selanjutya benda uji diletakkan dalam ruang lembab dengan
temperatur (23 + 1.7)0C. Atau direndam kedalam air kapur jenuh sampai
dengan pegetesan benda uji yang sesuai dengan umumya.
e. Test kuat tekan beton biasanya dilakukan pada umur 7 dan 28 hari, untuk
semen type I

Contoh : Reduksi kuat tekan rata-rata sesuai ACI 5.5


Dalam perencanaan misalkan dari test record yang dimiliki diperoleh harga S = 3,5 Mpa,
sehingga rancangan campuran beton harus diambil yang lebih besar dari f’cr = fc' +1,34
S = 32,19 Mpa atau,
f’cr = fc’ + 2,33 S - 3,45 = 32,20 Mpa, yaitu f’cr = 32,20 MPa.
Tabel 1 : Hasil test kuat lekan silinder beton, untuk kolom struktur beton bertulang
dangan memakai beton normal dengan mutu fc’ = 27,5 MPa.
KUAT TEKAN (Mpa)
TEST f’cr f’cr,3 (f’cr-fcr)2
( 28 Hari )
No TANGGAL Silinder 1 Silinder 2 ( Mpa ) (Mpa)
1 05 Maret 93 32.0 32.9 32.45 - 0.7225
2 06 Maret 93 33.9 35.2 34.55 - 1.5625
3 10 Maret 93 31.5 32.8 32.15 33.05 1.3225
4 12 Maret 93 33.1 34.5 33.80 33.50 0.2500
5 13 Maret 93 34.5 33.8 34.15 33.37 0.2250
6 17 Maret 93 30.2 31.5 30.85 32.93 6.0025
7 19 Maret 93 31.9 33.2 32.55 32.52 0.5625
8 21 Maret 93 33.1 32.2 32.65 32.02 0.4225
9 25 Maret 93 34.6 34.1 34.35 33.27 1.1025
10 28 Maret 93 32.7 33.8 33.25 33.42 0.0025
11 30 Maret 93 39.7 28.3 39.00 32.20 18.4900
12 02 April 93 39.7 25.0 27.25 29.83 36.6025
13 05 April 93 32.7 33.7 33.20 29.82 0.0100
14 08 April 93 33.6 34.8 34.20 31.55 0.8100
15 09 April 93 31.7 32.2 31.95 33.12 1.8225
16 15 April 93 30.5 32.3 31.40 32.52 3.6100
17 16 April 93 34.3 35.0 34.65 33.67 1.8225
18 19 April 93 33.8 33.5 33.65 33.23 0.1225
19 20 April 93 39.2 33.4 38.80 35.70 30.2500
20 22 April 93 36.6 33.6 35.10 35.85 3.2400
21 24 April 93 35.0 34.3 34.65 36.18 1.8225
22 28 April 93 32.0 30.6 31.30 33.68 4.0000
23 01 Mei 93 35.1 35.0 35.05 33.67 3.0625
24 03 Mei 93 37.4 38.0 37.70 34.68 19.3600
25 07 Mei 93 36.5 37.0 36.75 36.50 11.9025
26 10 Mei 93 32.4 32.9 32.65 35.70 0.4225
27 11 Mei 93 33.7 34.8 34.25 34.55 0.9025
28 15 Mei 93 34.5 33.7 34.10 33.67 0.6400
29 16 Mei 93 33.2 32.2 32.70 33.68 0.3600
30 18 Mei 93 29.3 30.3 29.80 32.2 12.2500
 998.90  164.1750

Pembahasan :
998.90
Kuat tekan rata rata, f ' cr   33.30 MPa  32.20 MPa ; sehingga f’cr boleh
30
direduksi
164.1750
Standard deviasi, S   2.379 MPa
30  1
Sesuai ACI 5.3.2 ;
 f’cr = 27,5 + 1,34. 2,379 = 30.690 MPa
 f’cr = 27,5 + 2,33. 2,379 – 3.45 = 29.59 MPa
Reduksi f’cr dapatdilakukan sebesar 33,20 – 30,69 = 2,51 MPa.

V. PERBAIKAN HASIL KUAT TEKAN YANG RENDAH


5.1 PENDAHULUAN
Session ini akan menyajikan isiACI 99 chapter 5.6.5 yang menentukan tindakan bila
mutu hasil percobaan beton tidak memenuhi syarat. Setelah mengikuti session ini maka
peserta diharapkan mampu :
1. Melakukan langkah langkah yang ditempuh bila didapat kuat tekan yang rendah
2. Melakukan prosedur test core drill sesuai chapter 20 ACI 99

5.2 MUTU TIDAK MEMENUHI SYARAT ………………………………………….. ACI 5.6.3.3


ACI 99 chapter 5.6.3.3 menyebutkan bahwa beton dapat dianggap memiliki kuat tekan
yang cukup apabila kedua syarat berikut ini dipenuhi. Syarat tersebut adalah :
a. Kuat rata rata test tiga silinder beton secara berturut turut sama atau lebih dari fc’
b. Kuat individu (kuat tekan rata rata dari dua silinder beton) lebih dari fc’-3.5 MPa
Kemudian chapter 5.6.3.4 menyebutkan bahwa bila kedua syarat tersebut di 5.6.3.3
tidak dipenuhi maka perlu diambil langkah-langkah untuk meningkatkan kuat rata-rata
beton pada hasil-hasil percobaan berikutnya. Jika hasil test individu menunjukkan harga
lebih rendah dari fc – 3.5 MPa, maka syarat-syarat chapter 5.6.4 yaitu investigasi hasil
tes rendah perlu dilakukan.
Perhatikan untuk penerimaan beton, hasil kuat tes individu selalu merupakan rata-rata
dari 2 silinder pada suatu umur yang ditentukan, biasanya umur 28 hari. Karena
banyaknya variable dalam produksi dan penanganan beton yang mempengaruhi
kekuatan tes beton maka tes kekuatan harus didasarkan pada kuat tes rata-rata dari
dua silinder.

5.3 ALASAN MENGAPA BETON BERNILAI RENDAH ………………………… ACI 5.6.4


Terdapat dua alas an yang membuat test beton bernilai rendah adalah :
1. Tidak benarnya penanganan dan pengetesan beton (memberikan kontribusi utama
untuk rendahnya test kuat beton).
2. Berkurangnya kekuatan beton dikarenakan kesalahan produksi misalnya terlalu
banyaknya penambahan air pada pembuatan beton.
Point ke dua biasanya terjadi akibat adanya penundaan pengecoran beton atau
keinginan untuk membuat beton dengan slump tinggi (beton ditambah air agar mudah
dicor). Tingginya kadar udara karena pemakaian air entraining admixture yang
berlebihan juga menyebabkan kuat beton bernilai rendah.
Jika terjadi kuat tekan yang rendah, maka investigasi terhadap kemungkinan penyebab
dan efek dari rendahnya kuat tekan perlu dilakukan. Semua laporan harus dicek ulang
dan hasilnya dianalisa dahulu sebelum tindakan lebih lanjut diambil. Model dari hasil test
harus dipelajari untuk melihat kemungkinan diketahuinya kunci penyebab berkurangnya
kekuatan. Apakah ada tanda-tanda pelanggaran prasyarat pembuatan beton ?
Perhatikan beberapa point berikut ini :
a. Slump
b. Kadar udara
c. Ambien suhu
d. Curing
e. Laporan rusaknya silinder beton percobaan.
Bila pelanggaran yang menyalahi persyaratan semakin banyak, maka semakin besar
kemungkinan berkuranganya kekuatan selinder beton.
Beberapa Pelanggaran yang sering terjadi di sebelum pengetesan adalah :
1. Tambahan hari di lapangan Curing dengan suhu di atas 270 C,
2. Silinder yang membeku (pada daerah yang dingin)
3. Benturan akibat perjalanan
4. Penundaan curing basah di lapangan
5. Capping yang tidak benar (permukaan capping tidak rata, capping terlalu tebal)
6. Pelaksanaan pengetesan yang salah.
Untuk investigasi beton yang dicor setempat, penting untuk mengetahui posisi beton
yang di test pada struktur dan dari truk mana beton itu berasal. Informasi ini harus
merupakan data yang terekam pada waktu silinder tes dibuat.
Jika hasil dari test kurang baik, maka tes di lapangan mungkin perlu untuk dilakukan
untuk memastikan beton yang di cor telah sesuai dengan peraturan dan dokumen
kontrak. Jika kuat beton lebih dari yang kuat yang diperlukan, maka harus diperlukan
sedikit investigasi di lapangan. Namun jika prosedur test sudah sesuai dengan standard
dan hasil tes engidentifikasikan bahwa kuat beton lebih rendah dari yang diperlukan,
investigasi lebih lanjut pada beton di lapangan mungkun diperlukan (lihat ACI 99 5.6.4).
Laboratorium harus bertanggung jawab atas kesalahan prosedur yang terjadi, oleh
karena itu personil laboratorium yang terkualifikasi adalah penting; pekerja yang belum
berpengalaman tidak diperbolehkan membuat dan menangani silinder. Teknisi yang
menangani benda uji beton, membuat silinder test dan mengoperasikan peralatan
laboratorium harus terkualifikasi oleh program sertifikasi ACI atau sejenisnya.

PERBAIKAN UNTUK PERCOBAAN MUTU RENDAH ……………………… ACI 5.6.3.4


Langkah yang dilakukan untuk meningkatkan rata-rata hasil tes tergantung dari kondisi-
kondisi khusus, namun dapat meliputi beberapa hal berikut ini :
a. Meningkatkan kadar material sementius.
b. Perubahan proporsi campuran beton.
c. Mengurangi atau mengontrol dengan lebih baik harga slump
d. Pengurangan waktu pengiriman
e. Pengontrolan lebih ketat harga kadar udara.
f. Peningkatan kualitas tes, termasuk persyaratan ketat dari prosedur standar tes.

CIRI-CIRI INVESTIGASI MUTU BETON RENDAH ………………………… ACI 5.6.5.1


Jika tes kuat tekan silinder beton di laboratorium menunjukkan nilai dibawah harga fc’-
3.5 MPa atau jika tes dari silinder menunjukkan kurangnya perlindungan dan curing lihat
5.6.4.4, langkah-langkah harus dilakukan untuk menjamin agar kapasitas struktur dalam
menahan beban tidak menjadi membahayakan.

PRASYARAT DIADAKAN CORE DRILL …………………………………… ACI 5.6.5.2


Jika terlihat adanya kemungkinan rendahnya kuat tekan dan perhitungan menunjukkan
bahwa kapasitas menahan beban berkurang secara berarti, diijinkan untuk melakukan
tes core drill sesuai dengan ASTM C42 pada daerah yang dipertanyakan. Pada kasus
seperti ini tiga buah core perlu diambil untuk setiap kuat tekan yang lebih rendah dari
fc’-3.5 MPa.

CORE DRILL …………………………………………………………………….. ASTM C42


Jika test core diperlukan, core drill pada daerah yang dipertanyakan harus dilakukan
menurut prosedur yang dijelaskan pada ASTM C42. Test core memerlukan
pengoperasian dan penginterpresian hasil secara hati-hati. Prosedur detailnya diberikan
pada ASTM C42. Berikut ini ditunjukkan beberapa point penting mengenai core drilling
dan prosedur testnya :
1. Tunggu (14 hari minimum) sebelum melakukan drilling.
2. Drill 3 core dari daerah yang dipertanyakan
3. Drill core dengan menggunakan diamond bit.
4. Drill core dengan menggunakan diameter 6.35 cm atau 2 kali ukuran maksimum
agregat.
5. Hindari tulangan pada waktu mengebor.
6. Drill dengan minimum panjang core 1 x diameter core, namun sebaiknya 2 x
diameter core.
7. Jika menungkinkan, drill secara komplit pada sepanjang member.
8. Biatkan 5 cm tambahan panjang pada ujung core untuk dipotong.
9. Gunakan tumpuhan kayu untuk memisahkan core drill
10. Potong ujung core secara datar.
11. Jika beton berada dalam kondisi kering pada kondisi layan, angina-anginkan core
selama 7 hari (16 s/d 210 C, 60 % kelembaban relative).
12. Jika beton berada dalam kondisi basah pada kondisi layan, rendam core dalam air
selama 40 jam (23 + 1.60 C). Test beton dalam kondisi basah.
13. Cap ujung core dengan ketebalan 3.18 mm atau kurang dengan menggunakan
material capping.
14. Tempatkan core ditengah-tengah secara akurat pada mesin test.
15. Hubungan kekuatan dengan rasio antara panjang terhadap diameter yang kurang
dari dua, seperti yang tampak dibawah ini (interpolasikan hasil atau nilai yang ada) :
Rasio Panjang terhadap Diameter Faktor Koreksi Kekuatan
1.94 – 2.10 1.00
1.75 0.96
1.50 0.96
1.25 0.93
1.00 0.87
Grafik 1 di bawah ini yang menunjukkan hubungan antara rasio panjang terhadap
Diameter dengan Faktor Koreksi Kekuatan :

Rasio L/D vs Faktor Koreksi

1.02
Faktor Korelasi Kekuatan

1
0.98
0.96
0.94
0.92
0.9
0.88
0.86
1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2

Rasio Panjang terhadap Diameter


Jadi misalnya untuk rasio Panjang terhadap Diameter diketahui sebesar 1 dan fc’
didapat : 35 Mpa maka untuk mendapatkan fc’ koreksi didapat dengan mengalikan fc’
dengan faktor koreksi = 0.87. Jadi didapat fc’ koreksi = 35 Mpa x 0.87 = 30,45 Mpa.
Dalam menganalisa hasil core tes, kenyataan bahwa kekuatan core mungkin tidak sama
dengan kuat yang dispesifikasikan untuk model silinder seharusnya tidak perlu untuk
diperhitungkan, kekuatan selinder mengijinkan adanya batas/margin yang tinggi untuk
mengcover ketidak pastian kondisi penempatan dan curing di lapangan. Core diambil
langsung dari struktur, efek dari faktor ketidak pastian menjadi diperparah, dan margin
dari kekuatan di atas kuat perlu menjadi berkurang secara logika.

BEBERAPA LANGKAH MELAKUKAN CORE DRILL


Langkah langkah yang perlu diperhatikan melakukan core drill :
1. Pastikan perlengkapan tertentu tersedia di lapangan :
a. Listrik :
- Posisi sumber listrik yang terdekat di lapangan
- Colokan listrik yang sesuai antara bor, kabel rol dansumber listrik
b. Air :
- Keran air dan selang air yang cocok dipasang di bor.
c. Perlengkapan bor :
- Baut yang cocok dengan mata bor sebagai pegangan core drill
- Bor untuk memasang baut
d. Baji dari kayu untuk memotong core
e. Grouting untuk mengisi elemen yang telah di bor.
f. Kayu/papan + kawat untuk menutup hasil grouting ke elemen yang di bor.
2. Persiapan daerah yang akan di ambil corenya.
a. Pastikan posisi core agar tidak terkena tulangan
- Cek gambar existing struktur
- Cek dengan menggunakan bar detactor.
b. Bila core yang diambil banyak beri keterangan tanda posisi diletakkannya bor,
pada masing-masing titik yang akan di bor.
3. Lakukan pengeboran pada titik yang ingin di bor
4. Setelah kedalaman bor dicapai pasang baji kayu sehingga core terpotong
5. Simpan core di tempat yang aman
6. Di lab potong core sehingga diperoleh permukaan yang rata
Perhatikan kedalam core yang memiliki nilai yang berbeda-beda. Sebenarnya
kedalaman yang diinginkan adalah 2 kali diameter, namun pada kenyataannya ada
kemungkinan kedalaman bor tidak sampai 2 kali diameter apabila ada faktor-faktor
eksternal seperti :
a. Core patah dengan tiba-tiba
b. Lamanya waktu pengeboran dikarenakan :
- Bor terkena tulangan
- Bor yang sudah dipakai sudah aus
Sebagai catatan nilai, nilai kedalaman yang tercatat pada hasil core drill di atas adalah
kedalaman terhadap permukaan core drill yang sudah rata. Jadi biasanya setelah core
diambil, maka core parlu untuk di potong agar menjadi rata.

SYARAT PENERIMAAN HASIL TEST CORE DRILL …………………….... ACI 5.6.5.4


Mutu beton yang di daerah yang diwakili oleh core tes dapat dianggap memenuhi
persyaratan apabila rata-rata dari tiga core silinder paling tidak bernilai > 85 % dari kuat
fc’ dengan tidak satu silinderpun yang memiliki kekuatan di bawah 75 % dari kuat tekan.
Tambahan percobaan cores dari daerah yang menghasilkan hasil core yang salah harus
diijinkan.

BILA HASIL TEST CORE DRILL GAGAL MEMENUHI SYARAT PENERIMAAN ….. ACI
5.6.5.5
Jika kreteria 5.6.5.4 tidak dipenuhi dan jika kelayakan struktur tetap meragukan, petugas
yang berwenang diijinkan untuk meminta dilakukannya evaluasi kekuatan sesuai dengan
chapter 20 pada bagian dari struktur yang dipertanyakan, atau mengambil langkah-
langkah lain yang tepat.
Dengan kata lain, sebagai usaha terakhir, tes beban mungkin diperlukan untuk
mengecek kelayakan dari elemen struktur, yang sangat diragukan. Pada umumnya test
ini cocok hanya untuk elemen-elemen lentur seperti lantai, balok dan yang semacamnya
tapi kadang juga untuk elemen yang lainnya. Pada banyak pelaksanaan, tes beban
merupakan usaha yang sangat khusus sehingga biasanya dilakukan dan
diinterpretasikan hanya oleh engineer yang terkualifikasi. Prosedur dan prasyarat
mengenai pelaksanaan tes beban dibahas pada Chapter 20 ACI 99.

BILA HASIL TEST BEBAN GAGAL MEMENUHI SYARAT MENERIMA


Pada kasus-kasus yang jarang dimana elemen struktur gagal dalam tes beban atau
ketika analisa struktur pada elemen yang tidak stabil menunjukkan ketidaklayakan
struktur maka beberapa hal berikut ini bisa diambil sebagai alternatif langkah
penyelesaian :
 Mengurangi beban sehingga struktur mampu menahan
 Memberikan perkuatan sehingga beban dapat ditahan, misalnya dengan menambah
elemen struktur baru, dan memperbesar ukuran elemen struktur.
 Mengganti beton yang tidak layak pakai.
Contoh Perhitungan :
Sebuah bangunan beton didaerah pertokoan, cenderung berada dalam kondisi kering.
Bangunan tersebut menggunakan beton fc’ = 40 Mpa. Waktu dilakukan pengecoran
diambil sample. Sample tersebut di tes di laboratorium beton sehingga pada umur 28
hari didapat data betikut ini :
No fc’ (MPa)
1.a 42.70
1.b 41.30
2.a 35.70
2.b 44.80
3.a 41.20
3.b 40.50
4.a 41.80
4.b 49.70
5.a 35.00
5.b 35.00
Ditanyakan :
Lakukan analisa dan langkah-langkah yang perlu diambil dari hasil analisa tadi.
Jawab :
Analisanya adalah sebagai berikut :
No fc’ test fc’ ind Syarat OK Ind fc’ three Syarat OK Ind
fc’ Ind > fc’ – 3.5 MPa fc’ Ind > fc’ – 3.5 MPa
1.a 42.70
1.b 41.30 42.0 OK
2.a 35.70
2.b 44.80 42.2 OK
3.a 41.20
3.b 40.50 43.1 OK 42.4 OK
4.a 41.80
4.b 49.70 45.8 OK 43.7 OK
5.a 35.00
5.b 35.00 35.0 Tidak OK 40.1 OK

Dengan hasil seperti itu didapat informasi bahwa syarat tes individual tidak dipenuhi
sedang syarat tes ke tiga benda uji berturut turut dipenuhi. Setelah meninjau
permasalahan lebih detail maka diputuskan untuk melakukan core drill pada daerah
yang dicurigai.
Diambil tiga buah core dan didapat data sebagai berikut :
No. fc’ test Duameter (mm) Kedalaman core rata (mm)
1 36.9 100 150
2 38.2 100 190
3 39.4 100 200
Hasil core drill di atas dapat dianalisa dan didapat perhitungan :
No. fc’ test Rasio Faktor
Depth/Dia Strength Correction fc’ Koreksi
(dari Grafik 1)
1 36.9 1.5 0.96 35.42
2 38.2 1.9 0.99 37.97
3 39.4 2.0 1.00 39.40
fc’ rata-rata 37.60
Beton dianggap layak dalam hal kekuatan apabila :
fc’ rata-rata > 0.85 fc’
Bila fc’ = 40 Mpa, 0.85 fc’ = 34 Mpa sehingga :
fc’ rata-rata > 0.85 fc’
37.60 > 34 Mpa ( OK ! )
Atas dasar tes core drill dapat dikatakan beton memiliki kekuatan yang memadahi.
VI EVALUASI KEKUATAN PADA STRUKTUR EXSISTING
6.1 PENDAHULUAN
Evaluasi kekuatan dari suatu struktur eksisting membutuhkan pengalaman dan kebijakan
teknik yang baik. Session ini menyediakan petunjuk untuk investigasi keamanan dari
suatu strukturyang diatur oleh ACI Chapter 20, yaitu apabila :
1. Terdapat pertimbangan bahwa material bangunan memiliki kualitas yang kurang baik.
2. Terdapat bukti yang menunjukkan kesalahan konstruksi
3. Bangunan telah menunjukkan deteroriasi
4. Bangunan akan memiliki fungsi yang baru
5. Bangunan atau bagiannya tidak menunjukkan memenuhi persyaratan peraturan yang
untuk penerimaan dari bangunan yang bersangkutan harus didasarkan pada tes
beban.
Karena itu setelah mengikuti materi session ini peserta diharapkan memahami :
1. Prosedur test pembebanan
2. Persyaratan pembebanan dan
3. Persyaratan penerimaan / approval
Peraturan pada Chapter 20 ini mencakup percobaan pembebanan tidak untuk
penerimaan disain dan konstruksi sistem yang spesial sebagaimana dimaksud oleh
Chapter 1.4

6.2. EVALUASI KEKUATAN – UMUM ……………………………………………….. ACI 20.1


6.2.1 Syarat Evaluasi Kekuatan (ACI 20.1.2)
Jika terdapat keraguan mengenai persyaratan keamanan dari sebagian atau
keseluruhan komponen struktur, maka evaluasi kekuatan harus dilakukan oleh
insinyur atau petugas bangunan.
Evaluasi kekuatan dari suatu struktur dapat dilakukan baik secara analitis maupun
eksperimental.
6.2.2 Evaluasi Bila Data Tersedia (ACI 20.1.2)
Jika pengaruh dari pelemahan kekuatan diketahui dengan baik dan bila
pengukuran dimensi serta sifat material (yang diperlukan untuk menganalisis)
dimungkinkan untuk didapat, evaluasi analitis kekuatan dapat dilakukan berdasar
pada pengukuran tersebut. Data yang diperlukan dapat ditentukan berdasatkkan
20.2 (lihat 20.1.2)
6.2.3 Evaluasi Bila Data Tak Tersedia Data (ACI 20.1.3)
Jika pengaruh dari perlemahan kekuatan tidak diketahui dengan baik, atau tidak
dimungkinkan untuk mendapatkan ukuran dimensi dan sifat material maka tes
beban perlu untuk dilakukan bila struktur ingin tetap dipakai.
Dipakai tidaknya prosedur analitis tergantung pada apakah sumber kerusakan
kritis terhadap kekuatan struktur diakibatkan : (1) lentur dan/atau aksial, atau (2)
geser dan atau lekatan/bond.
6.2.4 Syarat Prosedur Analitis
Evaluasi analitis kekuatan dapat dipakai untuk penerimaan bangunan jika dua
kondisi berikut dipenuhi :
1. Sumber kerusakan kritis terhadap beban lentur dan aksial, atau kombinasi dari
lentur dan aksial.
2. Ukuran bangunan, besar dan posisi tulangan dan sifat material diketahui.
Hal ini dikarenakan perilaku dan kekuatan beton akibat lentur dan/atau beban
aksial dapat dipredeksi secara akurat berdasarkan hipotisis Navier yaitu
“penampang akan tetap lurus/plane sebelum pembebanan maupun sesuatu
pembebanan”.
Sebaiknya, teori dan model yang tersedia tidak memadai untuk memperkirakan
geser, perilaku lekatan/bond struktur beton. Oleh karena itu peraturan untuk geser
one-way, two-way dan lekatan didapat dari perumusan semi-empiris. Sebenarnya
evaluasi analistis kekuatan geser atau lekatan boleh dilakukan bila perilaku geser
dan lekatan telah “dikenal dengan baik”. Namun pada umumnya jika kekuatan
geser dan lekatan merupakan hal yang penting terhadap penilaian keamanan, tes
beban mungkin merupakan solusi yang paling efisien, Bila memungkinkan, perlu
untuk mendukung hasil tes beban dengan perhitungan analitis.
6.2.5 Syarat Penerimaan / Approval ( ACI 20.1.4 )
Untuk struktur yang mengalami kerusakan, persyaratan penerimaan dari tes
beban harus mengikutsertakan batasan waktu. Inspeksi periodik sangat penting
untuk dilakukan. Suatu program yang melibatkan tes fisik dan inspeksi periodik
dapat menjamin struktur dapat dipakai secara lebih lama. Cara lain untuk
mempertahankan struktur dapat dipakai adalah dengan membatasi beban hidup
pada suatu level tertentu.

6.3 PENENTUAN DIMENSI DAN SIFAT MATERIAL ……………………………… ACI 20.2


6.3.1 Ketentuan Cara Analitis (ACI 20.2.1)
Jika evaluasi kekuatan dari bangunan dilakukan dengan cara analitis, maka
dimensi aktual, posisi, ukuran tulangan, dan sifat dari material harus diketahui.
Pengukuran harus dilakukan pada posisi posisi penampang kritis dimana
teganagn yang dihitung akan mencapai nilai maksimum.
6.3.2 Ketentuan Lokasi & Ukuran Tulang (ACI 20.2.2)
Posisi dan ukuran dari tulangan atau tendon harus ditentukan berdasarkan pada
kondisi aktual, namun diijinkan untuk menentukan posisi dan ukuran tulangan dari
Shop-drawing tersedia, asal dilakukan pengecekan untuk memastikan posisi dan
ukuran dari tulangan yang tergambar pada shop-drawing.
6.3.3 Ketentuan Mutu Beton (ACI 20.2.3)
Jika diperlukan, kuat tekanbeton harus didasarkan pada hasil kuat silinder atau tes
core yang diambil dari bagian struktur yang meragukan. Kuat tekan beton harus
ditentukan berdasarkan pada 5.6.4.
6.3.4 Kuat Tarik Tulangan (ACI 20.2.4)
Bila diperlukan kekuatan tulangan atau tendon harus berdasar pada tes tarik
benda yang diambil dari bagian struktur yang meragukan lihat.
NDT (Non Destructive Test) sisa dipakai untuk mengetahui posisi dan ukuran
penampang dan memperkirakan kekuatan beton.
6.3.5 Faktor Reduksi Hasil Analisis (ACI 20.2.5)
Salah satu tujuan faktor reduksi kekuatan adalah “mengijinkan kemungkinan
menganggap elemen struktur memiliki kekuatan yang lebih rendah akibat variasi
dari kekuatan material dan dimensi”. Apabila evaluasi kekuatan berdasarkaan atas
dimensi aktual elemen struktur, Ukuran dan posisi tulangan, dan sifat dari beton
dan tulangan baja sesuai Chapter 20.1.2, Chapter 20.2.5 mengijinkan pemakaian
faktor reduksi kekuatan yang lebih tinggi. Perbandingan dari faktor reduksi
kekuatan 20.2.5 dengan 9.3 ditunjukkan pada Tebal 1. Rasio dari faktor reduksi
antara Chapter 20.2.5 dan Chapter 9.3 ditunjukkan pada kolom terakhir dari Tabel
tersebut. Untuk evaluasi analitis dari kolom dan bearing pada beton, faktor reduksi
() Chapter 20.2.5 memiliki nilai 20 % lebih tinggi dari yang terdapat pada chapter
9.3. Untuk lentur yang terjadi di balok dan aksial tarik, terdapat pertambahan
11 %, sedangkan untuk geser dan torsi sebesar 6 %.
Kenaikan nilai  ini dapat dibenarkan karena evaluasi kekuatan memakai sifat-
sifat material yang diperoleh di lapangan, dimensi aktual setempat dan metode
analisis yang lebih teliti dan dapat dimengerti baik (chapter 20.2.5).

Tabel 1. Perbandingan dari faktor reduksi kekuatan.


Faktor Reduksi Kekuatan
Bab 20 Bab 9 Bab 20/Bab 9
Lentur, tanpa beban aksial 1.00 0.90 1.11
Tarik aksial, dan tarik aksial tanpa lentur 1.00 0.90 1.11
Tekan aksial dan tekan aksial dengan lentur
Elemen dengan tulangan spiral sesuai 10.9.3 0.90 0.75 1.20
Elemen lain 0.85 0.70 1.21
Geser dan torsi 0.90 0.85 1.06
Bearing pada beton 0.85 0.70 1.21

6.4 PROSEDUR TES PEMBEBANAN ……………………………………………….. ACI 20.3


6.4.1 Pengamatan Beban (ACI 20.3.1)
Jumlah dan pengaturan bentang atau panel yang dibebani harus dipilih untuk
memaksimumkan lendutan dan tegangan pada daerah kritis dari elemen struktur
yang diragukan kekuatannya. Lebih dari satu pengaturan pembebanan harus
digunakan jika satu pengaturan pembebanan tidak secara simultan menghasilkan
nilai maksimum pada efek (seperti lendutan, rotasi, atau tegangan) yang perlu
untuk mendemonstrasikan kecukupan struktur.
6.4.2 Intensitas Beban (ACI 20.3.2)
Total beban tes (termasuk beban mati yang sudah ada ditempat) harus tak boleh
kurang dari 0.85 (1.4D - 1.7L). Harus diperkenankan untuk mengurangi L sesuai
dengan syarat-syarat yang dipakai pada peraturan bangunan umum.
6.4.3 Umur Struktur Saat di Tes (ACI 20.3.3)
Daerah dari struktur yang dites beban harus memiliki umur minimum 56 hari,
kecuali semua pihak-pihak terkait menyetujui untuk melakukan tes pada umur
yang lebih muda.

6.5 PERSYARATAN PEMBEBANAN ………………………………………………. ACI 20.4


6.5.1 Tahap-Tahap Pembebabab (ACI 20.4.1)
Harga inisial darisemua respon pengukuran (lendutan, regangan, lebar retak dll)
harus dibaca dan direkam tidak lebih dari 1 jam sebelum aplikasi peningkatan
pertama beban. Pengukuran harus dilakukan pada lokasi dimana respon
maksimum diharapkan terjadi. Pengukuran tambahan harus boleh dilakukan bila
perlu.
6.5.2 Peningkatan Beban (ACI 20.4.2)
Tes beban harus dilakukan tidak boleh kurang dari 4 pertambahan/increment yang
sama.
6.5.3 Beban Merata (ACI 20.4.3)
Jarak/gap yang cukup harus disediakan di antara balok-balok beban untuk
mencegah kontak dan arching setelah elemen struktur mengalami defleksi,
sehingga stabilitas dari tes beton dapat dijamin. Gambar 1 mengilustrasikan
arching.

6.5.4 Cara Pengukuran (ACI 20.4.4)


Pengukuran dari respon harus direkam setelah tiap increment dan setelah total
beban dikerjakan untuk paling sedikit 24 jam
6.5.5 Penghentian Pembebanan (ACI 20.4.5)
Semua tes beban harus dihilangkan setelah semua pengukuran respon didapat.
6.5.6 Pengukuran Terakhir (ACI 20.4.6)
Pengukuran akhir respons harus direkam 24 jam setelah beban di hilangkan.
6.6 KRITERIA PENERIMAAN ………………………………………………………... ACI 20.5
6.6.1 Kreteria Tidak Ada Tanda Kegagalan (ACI 20.5.1)
Bagian dari struktur yang di tes-beban harus tidak boleh memperlihatkan tanda-
tanda kegagalan/keruntuhan. Retak retak dan pecah pada bagian beton yang
tertekan dapat dianggap sebagai indikasi kegagalan/keruntuhan. Jika kerusakan
yang terjadi membuat struktur gagal dalam tes, tes ulang tidak diijinkan karena
dianggap elemen yang rusak tidak boleh dibiarkan dalam kondisi service
meskipun dengan beban yang kecil.
6.6.2 Kreteria Lendutan (ACI 20.5.2)
Lendutan harus memenuhi kondisi berikut ini :
lt2
a. Lendutan maksimum harus melebihi syarat , persentase recovery
20000h
harus paling ridak 75 % setelah 24 jam.
Dimana :
H = ketebalan elemen dalam in
K = bentang elemen yang dikenai tes beban dapam in (bentang terpendek dari
plat 2 arah).
Bentang adalah harga terpendek dari :
 Jarak antara perletakkan
 Bentang bersih antara perletakkan ditambah tebal elemen
Bentang pada kantilever diambil dua kali jarak perletakkan dengan ujung
kantilever.
lt2
b. Jika lendutan maksimum kurang dari , persyaratan recovery
20000h
diabaikan. Gambar 2 dan 3 mengilustrasikan pemakaian syarat batas lendutan
terhadap tes beban pertama. Gambar 2 menunjukkan batas lendutan terhadap
tebal dari elemen yang memiliki bentang 20 ft. Gambar 3 menunjukkan batas
lendutan terhadap bentang dari elemen setebal 8 in.
c. Elemen yang gagal memenuhi kriteria 75 % recovery dapat di tes beban ulang
d. Sebelum dilakukan tes beban ulang, elemen harus dalam kondisi tidak ada
beban selama 72 jam. Pada waktu tes ulang harga recovery paling tidak 80%.
6.6.3 Tidak Ada Tanda Tanda Retak Geser (ACI 20.5.3)
Komponen struktur yang di tes beban tidak boleh memperlihatkan retakan yang
menunjukkan terjadinya awal dari keruntuhan geser.
6.6.4 Kriteria Retak Miring (ACI 20.5.4)
Pada daerah komponen struktur yang tidak dipasangi tulangan transversal(geser),
timbulnya retak struktur yang membentuk sudut terhadap sumbu longitudinal dan
mempunyai proyeksi horisontal yang lebih panjang dari tinggi penempang di titik
tengah retakan, harus dievaluasi lebih lanjut.
6.6.5 Tidak Ada Retak Memanjangnya (ACI 20.5.5)
Pada daerah penjangkaran dan sambungan lewatan, timbulnya sekumpulun retak
pender miring atau datar di sepanjang sumbu tulangan, harus dievaluasi lebih
lanjut.
6.6.6 Peraturan Untuk Beton Lebih Rendah (ACI 20.6)
Jika evaluasi analitis kekuatan menunjukkan struktur tidak memenuhi kriteria
20.1.2, 20.5.2 atau 20.5.3, struktur dapat dipakai untuk tingkat pembebanan yang
lebih rendah, jika disetujui oleh petugas bangunan.

6.6.7 Keamanan (ACI 20.7)


Selama percobaan, pembebanan harus dilaksanakan dengan cara sehingga
menjamin keamanan jiwa dan struktur. Tindakan pengamanan harus tidak
mengganggu prosedur percobaan pembebanan atau mempengaruhi hasil-
hasilnya. Selama tes beban, biasanya penyangga harus disediakan untuk
menjamin keamanan. Penyangga tidak diperbolehkan mempengaruhi prosedur
tes atau mempengaruhi hasil tes. Selama tes beton, elemen yang terdeformasi
tidak diperbolehkan sama sekali menyentuh penyangga.

Anda mungkin juga menyukai